SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
Downloaden Sie, um offline zu lesen
.
Sejarah Isu Perubahan
Iklim dan UNFCCC
1979
Pada tahun 1979, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization, WMO)
menyelenggarakan Konferensi Iklim Dunia yang pertama (First World Climate Conference) pada 12-23 Februari
1979 di Jenewa. Konferensi ini adalah salah satu pertemuan internasional besar pertama yang membahas
tentang perubahan iklim. Pada dasarnya pertemuan ini adalah sebuah
konferensi ilmiah, dihadiri oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu.
Konferensi diselenggarakan dalam bentuk persidangan empat kelompok
kerja untuk melihat ke dalam data iklim, identifikasi topik iklim, studi
dampak terpadu, dan penelitian tentang variabilitas iklim dan
perubahan. Konferensi ini mendorong pembentukan Program Iklim
Dunia (World Climate Program) dan Program Penelitian Iklim Dunia
(World Climate Research Programme).
November 1988
PBB, melalui program lingkungan PBB (United Nations Environment Programme, UNEP) dan
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization, WMO) membentuk The
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada November 1988 untuk meneliti dan
menganalisa isu-isu perubahan iklim melalui berbagai metode ilmu pengetahuan yang
muncul. Sejak 1990 setiap lima atau enam tahun IPCC telah mengeluarkan laporan-laporan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan melalui pengamatan dan prediksi untuk mengetahui kecenderungannya di masa
depan.
IPCC tidak melakukan penelitian baru, tetapi tugas IPCC adalah untuk membuat rancangan kebijakan yang
sesuai dengan isu-isu dan literatur diseluruh dunia tentang aspek ilmu pengetahuan, teknik dan sosio-
ekonomi dari perubahan iklim. Laporan-laporan IPCC disusun oleh ribuan ahli dari seluruh bagian di dunia.
1990
IPCC merilis laporan penilaian pertama (first assessment
report) yang menyatakan "emisi yang dihasilkan dari kegiatan
manusia secara substansial meningkatkan konsentrasi gas
rumah kaca di atmosfer" yang
mengarah ke dorongan
pembentukan perjanjian
global oleh IPCC dan Konferensi Iklim Dunia kedua (second World
Climate Conference).
Pada tanggal 11 Desember 1990, Majelis Umum PBB mendirikan
Intergovernmental Negotiating Committee (INC) untuk Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim. INC
diadakan dalam lima sesi di mana lebih dari 150 negara membahas komitmen global yang mengikat, memiliki
target dan memiliki batas waktu untuk pengurangan emisi, mekanisme keuangan, transfer teknologi, dan
tanggung jawab "common but differentiated" dari negara-negara maju dan berkembang.
1992
Berakhirnya perang dingin juga membawa angin segar bagi isu perubahan iklim. Pada Mei
1992, teks dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (United Nation
Framework Convention on Climate Change, UNFCCC) diadopsi di Markas Besar PBB di New
York.
Pada bulan Juni tahun yang sama Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC) dibuka untuk ditandatangani pada KTT Bumi di Rio,
hal ini membawa dunia satu langkah maju secara bersama-sama untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
UNFCCC memiliki dua Konvensi yang senada juga setuju di Rio yakni, Konvensi
PBB tentang Keanekaragaman Hayati dan Konvensi untuk Memerangi
Desertifikasi.
1994
Pada 21 Maret 1994, Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC),
yang disepakati dua tahun sebelumnya di Rio, Brazil pada 1994 mulai diberlakukan.
Negara-negara yang menandatangani perjanjian itu dikenal sebagai "Negara Pihak".
Dengan 196 Negara Pihak, UNFCCC memiliki keanggotaan yang mendekati hampir -
universal. Negara Pihak bertemu setiap tahun di Konferensi Para Pihak (Conference of
the Parties, COP) untuk menegosiasikan tanggapan multilateral terhadap perubahan
iklim.
1995
Konferensi Para Pihak yang pertama (COP 1) diadakan pada bulan April 1995 di
Berlin, Jerman. Menteri Lingkungan Hidup Jerman pada waktu itu, Angela Merkel,
memimpin COP 1 di Berlin, di mana Para Pihak sepakat bahwa komitmen yang
telah tercatat dalam Konvensi UNFCCC "tidak memadai" untuk memenuhi tujuan
konvensi. Sebuah keputusan yang disebut dengan The Berlin Mandate
menetapkan proses untuk menegosiasikan penguatan komitmen dari negara-
negara maju, sehingga proses ini dianggap sebagai sebuah dasar untuk Protokol
Kyoto.
1997
Protokol Kyoto Diadopsi
Konferensi Para Pihak ketiga mencapai sebuah tonggak sejarah dengan diadopsinya Protokol
Kyoto, perjanjian dunia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca yang pertama.
2001
Sebuah terobosan besar dicapai pada bulan Juli tahun 2001 dimana pada bagian
kedua dari Konferensi Para Pihak keenam (COP 6) di Bonn, negara pihak Negara Pihak
mencapai kesepakatan politik yang luas untuk menyetujui buku aturan operasional
untuk Protokol Kyoto tahun 1997.
Konferensi ketujuh dari Negara Pihak di Marakkesh,
Maroko pada Oktober 2001 menghasilkan sebuah
kesepakatan yang dinamakan Marrakesh Accords,
memberikan kondisi yang ideal untuk ratifikasi Protokol Kyoto. Ini akan memformalkan
kesepakatan mengenai aturan operasional untuk Perdagangan Emisi Internasional
(International Emissions Trading, IET), Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean
Development Mechanism) dan Implementasi Bersama (Joint Implementation) dan juga pendirian sebuah rezim
kepatuhan dan prosedur akuntabilitas.
2005
Pada bulan Januari 2005, Skema Perdagangan Emisi Uni Eropa
(EU Emission Trading Scheme, EU-ETS) sebagai skema
perdagangan emisi pertama dan terbesar di dunia, diluncurkan
sebagai pilar utama kebijakan perubahan iklim dari Uni Eropa.
Sistematika diatur oleh skema secara kolektif dan akan menjadi
sebuah sistem untuk menaungi hampir separuh dari emisi Uni
Eropa CO2.
Tahun 2005 juga menjadi sebuah tahun bersejarah dimana pada 16 Februari 2005
Federasi Rusia menyerahkan instrumen ratifikasi Protokol Kyoto, yang menandai
tercapainya syarat ratifikasi dan dimulainya masa berlaku Protokol Kyoto.
Setelah berlakunya Protokol Kyoto pada awal tahun, Konferensi Para Pihak kesebelas
(COP 11) untuk pertama kalinya diadakan bersamaan dengan Konferensi Para Pihak
yang berfungsi sebagai Pertemuan Para Pihak (Conference of the Parties serving as
the Meeting of the Parties, CMP 1) .
2006
Pada bulan Januari 2006 Mekansime Clean Development
Mechanism (CDM) mulai dibuka. CDM adalah salah satu dari
tiga mekanisme fleksibel dalam Protokol Kyoto yang
dirancang untuk membantu negara industri/Annex1 untuk
memenuhi komitmennya mengurangi efek Gas Rumah Kaca
(GRK) dan membantu negara berkembang dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan. CDM adalah satu-satunya
mekanisme fleksibel yang melibatkan negara berkembang.
Berdasarkan Protokol Kyoto, negara berkembang tidak
memiliki kewajiban membatasi emisi GRKnya, akan tetapi
dapat secara sukarela berkontribusi dalam pengurangan
emisi global dengan menjadi tempat pelaksanaan proyek
CDM.
Pada Konferensi Para Pihak kedua belas (COP 12) yang diadakan di Nairobi, Kenya pada bulan November 2006, Badan
Pendukung untuk Nasihat Ilmiah dan Teknologi (Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice, SBSTA) diberi
mandat untuk melakukan program untuk mengatasi dampak, menghitung kerentanan dan memberikan saran untuk aksi
adaptasi terhadap perubahan iklim - kegiatan Nairobi Work Plan, NWP secara resmi dimulai.
2007
Pada Konferensi Para Pihak ketiga belas (COP 13) yang diadakan di Bali,
Indonesia pada Desember 2007 mengadopsi Bali Road Map, termasuk
Bali Action Plan (BAP), berbagai keputusan penting ini menentukan arah
baru dalam proses negosiasi untuk mengatasi perubahan iklim. BAP ini
memiliki lima kategori utama: visi bersama, mitigasi, adaptasi, teknologi
dan pendanaan.
2008
Pada bulan Januari 2008, salah satu mekanisme dalam Protokol Kyoto yakni "Joint
Implementation" dimulai. Hal ini memungkinkan negara dengan pengurangan
emisi atau komitmen pembatasan di bawah Protokol untuk mendapatkan unit
pengurangan emisi (Emission Reduction Unit, ERU) dari kegiatan pengurangan
emisi atau proyek penghapusan emisi di negara lain dengan komitmen yang
sama.
Konferensi Para Pihak keempat belas (COP 14) di Poznan, Polandia pada
Desember 2008, memberikan langkah penting menuju membantu negara-negara berkembang, termasuk peluncuran
Dana Adaptasi (Adaptation Fund) di bawah Protokol Kyoto dan Poznan Strategic Programme on Technology Transfer.
2009
Pada bulan Desember 2009 para pemimpin dunia berkumpul untuk
menghadiri Konferensi kelima belas (COP 15) dari Pihak di Kopenhagen,
Denmark, yang menghasilkan Copenhagen Accord. Negara-negara maju
berjanji memberikan bantuan hingga USD 30 miliar pada pendanaan Fast
Start Finance untuk periode 2010-2012.
2010
Konferensi Para Pihak keenam belas (COP 16) di Cancun, Mexico pada Desember 2010
menghasilkan Kesepakatan Cancun (Cancun Agreement), kesepakatan ini adalah sebuah
paket komprehensif oleh para negara pihak untuk membantu negara-negara berkembang
dalam menghadapi perubahan iklim. The Green Climate Fund, Mekanisme Teknologi dan
Kerangka Kerja Adaptasi Cancun (Cancun Adaptation Framework) juga ditetapkan pada
pertemuan tahun itu.
2011
Pada Konferensi Para Pihak ketujuh belas (COP 17) di Durban, Afrika Selatan, para negara
pihak berkomitmen untuk menyusun sebuah kesepakatan perubahan iklim universal yang
baru pada 2015 untuk diimplementasikan pada periode setelah 2020. Hal ini mendorong
terbentuknya Kelompok Kerja Ad Hoc Working Group on the Durban Platform for
Enhanced Action atau lazim disebut ADP.
Pada COP ke 17 ini juga diluncurkan sebuah inisiatif bernama Momentum For Change, sebuah inisiatif khusus dari
UNFCCC, yang memberikan apresiasi terhadap tindakan memerangi perubahan iklim dengan cara yang inovatif dan
transformatif yang dijadikan teladan di seluruh dunia.
2012
Pada Konferensi Para Pihak kedelapan belas (COP 18) di Doha,
Qatar,para negara pihak setuju untuk mempercepat proses kerja yang
mengarah kepada sebuah kesepakatan perubahan iklim universal pada
2015 dan untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan upaya
sebelum 2020 untuk mencapai target janji pengurangan emisi. Negara
Pihak juga mengadopsi Doha Amendment, yang meresmikan berlakunya periode komitmen kedua dari Protokol Kyoto.
2013
Pada 27 September 2013 Kelompok Kerja I dari Panel PBB tentang Perubahan
Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC) merilis Laporan Penilaian
Kelima (Fifth Assessment Report, AR5), pada isu perubahan iklim yang terfokus pada
data ilmiah terbaru terkait penyebab dan akibat dari Perubahan Iklim.
Pada November 2013 diadakan Konferensi Para Pihak kesembilan belas (COP 19)
di Warsawa, Polandia yang menghasilkan Warsawa Outcomes, termasuk buku
aturan (rulebook) untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dan mekanisme untuk
mengatasi kerugian dan kerusakan yang disebabkan oleh dampak jangka panjang perubahan iklim.
2014
Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) merayakan ulang tahun ke-20 pada bulan
Maret 2014. Pada 31 Maret 2014 Kelompok Kerja II dari Panel PBB tentang
Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC) merilis
Bagian Kedua dari Laporan Penilaian Kelima (2nd
part of the Fifth Assessment
Report, AR5), pada isu perubahan iklim yang terfokus pada akibat, saran aksi
adaptasi dan kajian kerentanan terhadap perubahan iklim. Pada tahun ini juga
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dijadwalkan untuk menjadi tuan rumah
pertemuan puncak para Kepala Negara (Climate Summit) di New York, yang mengundang Kepala Negara dan
Pemerintah, pemimpin di bidang bisnis, keuangan, masyarakat sipil dan para pemimpin lokal untuk
memobilisasi tindakan dan ambisi untuk memerangi perubahan iklim sebelum pertemuan COP 21 di Paris
pada tahun 2015 .
Pada Konferensi Para Pihak kedua puluh di Lima-Peru yang direncanakan diadakan pada
Desember tahun 2014, para pemerintah dunia akan memiliki kesempatan untuk
membuat dorongan kolektif yang terakhir menuju kesepakatan universal baru dan
bermakna pada yang diharapkan mampu tercapai pada COP 21 di Paris tahun 2015
.

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Buku sejarah perundingan unfccc 2

Buku 5 tahun dnpi website
Buku 5 tahun dnpi websiteBuku 5 tahun dnpi website
Buku 5 tahun dnpi website
Ari Adipratomo
 
Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...
Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...
Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...
Afifi Rahmadetiassani
 
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Hayyu Safitri
 
HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...
HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...
HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...
Muhammad Ramadhan
 
Hbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan
Hbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkunganHbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan
Hbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan
AgungAgungPangestu
 
Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...
Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...
Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...
SubhanRiski
 

Ähnlich wie Buku sejarah perundingan unfccc 2 (20)

Siaran pers del ri 18des15 final
Siaran pers del ri 18des15 finalSiaran pers del ri 18des15 final
Siaran pers del ri 18des15 final
 
Pemanasan global
Pemanasan globalPemanasan global
Pemanasan global
 
COP.pptx
COP.pptxCOP.pptx
COP.pptx
 
#pasarkarbon
#pasarkarbon#pasarkarbon
#pasarkarbon
 
Bab12 Pemanasan global
Bab12 Pemanasan globalBab12 Pemanasan global
Bab12 Pemanasan global
 
Dampak pemanasan global
Dampak pemanasan globalDampak pemanasan global
Dampak pemanasan global
 
Materi- Taksonomi Keuangan Berkelanjutan
Materi- Taksonomi Keuangan BerkelanjutanMateri- Taksonomi Keuangan Berkelanjutan
Materi- Taksonomi Keuangan Berkelanjutan
 
Hukum Lingkungan
Hukum LingkunganHukum Lingkungan
Hukum Lingkungan
 
Buku 5 tahun dnpi website
Buku 5 tahun dnpi websiteBuku 5 tahun dnpi website
Buku 5 tahun dnpi website
 
Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...
Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...
Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio d...
 
Kerangka Global dan Nasional API-PRB.pptx
Kerangka Global dan Nasional API-PRB.pptxKerangka Global dan Nasional API-PRB.pptx
Kerangka Global dan Nasional API-PRB.pptx
 
Internasional
InternasionalInternasional
Internasional
 
Pemanasan Global
Pemanasan GlobalPemanasan Global
Pemanasan Global
 
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
Tugas 13. hbl, hayyu safitri, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu ...
 
HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...
HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...
HBL15. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan, un...
 
Hbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan
Hbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkunganHbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan
Hbl15, agung pangestu, hapzi ali, modul 15 hbl, hukum lingkungan
 
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdfapril23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
 
Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...
Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...
Kebijakan_Perubahan_Iklim_di_Indonesia_dan_Peran_Pemerintah_Daerah_dalam_Penc...
 
Tugas3
Tugas3Tugas3
Tugas3
 
L4 = data sekunder
L4 = data sekunderL4 = data sekunder
L4 = data sekunder
 

Mehr von Ari Adipratomo

Sekilas tentang perubahan_iklim
Sekilas tentang perubahan_iklimSekilas tentang perubahan_iklim
Sekilas tentang perubahan_iklim
Ari Adipratomo
 
Sejarah gerakan-pramuka
Sejarah gerakan-pramukaSejarah gerakan-pramuka
Sejarah gerakan-pramuka
Ari Adipratomo
 
Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...
Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...
Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...
Ari Adipratomo
 
7461204 unfccc-beginners-guide
7461204 unfccc-beginners-guide7461204 unfccc-beginners-guide
7461204 unfccc-beginners-guide
Ari Adipratomo
 

Mehr von Ari Adipratomo (7)

Skripsi lengkap
Skripsi lengkapSkripsi lengkap
Skripsi lengkap
 
Sekilas tentang perubahan_iklim
Sekilas tentang perubahan_iklimSekilas tentang perubahan_iklim
Sekilas tentang perubahan_iklim
 
Sejarah gerakan-pramuka
Sejarah gerakan-pramukaSejarah gerakan-pramuka
Sejarah gerakan-pramuka
 
Perubahan iklim
Perubahan iklimPerubahan iklim
Perubahan iklim
 
Mengenai baden powell
Mengenai baden powellMengenai baden powell
Mengenai baden powell
 
Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...
Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...
Konsumsi makanan lokal untuk mengurangi jejak karbon peluang mengurangi jejak...
 
7461204 unfccc-beginners-guide
7461204 unfccc-beginners-guide7461204 unfccc-beginners-guide
7461204 unfccc-beginners-guide
 

Buku sejarah perundingan unfccc 2

  • 2.
  • 3.
  • 4. 1979 Pada tahun 1979, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization, WMO) menyelenggarakan Konferensi Iklim Dunia yang pertama (First World Climate Conference) pada 12-23 Februari 1979 di Jenewa. Konferensi ini adalah salah satu pertemuan internasional besar pertama yang membahas tentang perubahan iklim. Pada dasarnya pertemuan ini adalah sebuah konferensi ilmiah, dihadiri oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Konferensi diselenggarakan dalam bentuk persidangan empat kelompok kerja untuk melihat ke dalam data iklim, identifikasi topik iklim, studi dampak terpadu, dan penelitian tentang variabilitas iklim dan perubahan. Konferensi ini mendorong pembentukan Program Iklim Dunia (World Climate Program) dan Program Penelitian Iklim Dunia (World Climate Research Programme). November 1988 PBB, melalui program lingkungan PBB (United Nations Environment Programme, UNEP) dan Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization, WMO) membentuk The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada November 1988 untuk meneliti dan menganalisa isu-isu perubahan iklim melalui berbagai metode ilmu pengetahuan yang
  • 5. muncul. Sejak 1990 setiap lima atau enam tahun IPCC telah mengeluarkan laporan-laporan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan melalui pengamatan dan prediksi untuk mengetahui kecenderungannya di masa depan. IPCC tidak melakukan penelitian baru, tetapi tugas IPCC adalah untuk membuat rancangan kebijakan yang sesuai dengan isu-isu dan literatur diseluruh dunia tentang aspek ilmu pengetahuan, teknik dan sosio- ekonomi dari perubahan iklim. Laporan-laporan IPCC disusun oleh ribuan ahli dari seluruh bagian di dunia. 1990 IPCC merilis laporan penilaian pertama (first assessment report) yang menyatakan "emisi yang dihasilkan dari kegiatan manusia secara substansial meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer" yang mengarah ke dorongan pembentukan perjanjian global oleh IPCC dan Konferensi Iklim Dunia kedua (second World Climate Conference). Pada tanggal 11 Desember 1990, Majelis Umum PBB mendirikan
  • 6. Intergovernmental Negotiating Committee (INC) untuk Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim. INC diadakan dalam lima sesi di mana lebih dari 150 negara membahas komitmen global yang mengikat, memiliki target dan memiliki batas waktu untuk pengurangan emisi, mekanisme keuangan, transfer teknologi, dan tanggung jawab "common but differentiated" dari negara-negara maju dan berkembang. 1992 Berakhirnya perang dingin juga membawa angin segar bagi isu perubahan iklim. Pada Mei 1992, teks dari Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (United Nation Framework Convention on Climate Change, UNFCCC) diadopsi di Markas Besar PBB di New York. Pada bulan Juni tahun yang sama Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dibuka untuk ditandatangani pada KTT Bumi di Rio, hal ini membawa dunia satu langkah maju secara bersama-sama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim. UNFCCC memiliki dua Konvensi yang senada juga setuju di Rio yakni, Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati dan Konvensi untuk Memerangi Desertifikasi.
  • 7. 1994 Pada 21 Maret 1994, Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yang disepakati dua tahun sebelumnya di Rio, Brazil pada 1994 mulai diberlakukan. Negara-negara yang menandatangani perjanjian itu dikenal sebagai "Negara Pihak". Dengan 196 Negara Pihak, UNFCCC memiliki keanggotaan yang mendekati hampir - universal. Negara Pihak bertemu setiap tahun di Konferensi Para Pihak (Conference of the Parties, COP) untuk menegosiasikan tanggapan multilateral terhadap perubahan iklim. 1995 Konferensi Para Pihak yang pertama (COP 1) diadakan pada bulan April 1995 di Berlin, Jerman. Menteri Lingkungan Hidup Jerman pada waktu itu, Angela Merkel, memimpin COP 1 di Berlin, di mana Para Pihak sepakat bahwa komitmen yang telah tercatat dalam Konvensi UNFCCC "tidak memadai" untuk memenuhi tujuan konvensi. Sebuah keputusan yang disebut dengan The Berlin Mandate menetapkan proses untuk menegosiasikan penguatan komitmen dari negara- negara maju, sehingga proses ini dianggap sebagai sebuah dasar untuk Protokol Kyoto.
  • 8. 1997 Protokol Kyoto Diadopsi Konferensi Para Pihak ketiga mencapai sebuah tonggak sejarah dengan diadopsinya Protokol Kyoto, perjanjian dunia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca yang pertama. 2001 Sebuah terobosan besar dicapai pada bulan Juli tahun 2001 dimana pada bagian kedua dari Konferensi Para Pihak keenam (COP 6) di Bonn, negara pihak Negara Pihak mencapai kesepakatan politik yang luas untuk menyetujui buku aturan operasional untuk Protokol Kyoto tahun 1997. Konferensi ketujuh dari Negara Pihak di Marakkesh, Maroko pada Oktober 2001 menghasilkan sebuah kesepakatan yang dinamakan Marrakesh Accords, memberikan kondisi yang ideal untuk ratifikasi Protokol Kyoto. Ini akan memformalkan kesepakatan mengenai aturan operasional untuk Perdagangan Emisi Internasional (International Emissions Trading, IET), Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean
  • 9. Development Mechanism) dan Implementasi Bersama (Joint Implementation) dan juga pendirian sebuah rezim kepatuhan dan prosedur akuntabilitas. 2005 Pada bulan Januari 2005, Skema Perdagangan Emisi Uni Eropa (EU Emission Trading Scheme, EU-ETS) sebagai skema perdagangan emisi pertama dan terbesar di dunia, diluncurkan sebagai pilar utama kebijakan perubahan iklim dari Uni Eropa. Sistematika diatur oleh skema secara kolektif dan akan menjadi sebuah sistem untuk menaungi hampir separuh dari emisi Uni Eropa CO2. Tahun 2005 juga menjadi sebuah tahun bersejarah dimana pada 16 Februari 2005 Federasi Rusia menyerahkan instrumen ratifikasi Protokol Kyoto, yang menandai tercapainya syarat ratifikasi dan dimulainya masa berlaku Protokol Kyoto. Setelah berlakunya Protokol Kyoto pada awal tahun, Konferensi Para Pihak kesebelas (COP 11) untuk pertama kalinya diadakan bersamaan dengan Konferensi Para Pihak yang berfungsi sebagai Pertemuan Para Pihak (Conference of the Parties serving as the Meeting of the Parties, CMP 1) .
  • 10. 2006 Pada bulan Januari 2006 Mekansime Clean Development Mechanism (CDM) mulai dibuka. CDM adalah salah satu dari tiga mekanisme fleksibel dalam Protokol Kyoto yang dirancang untuk membantu negara industri/Annex1 untuk memenuhi komitmennya mengurangi efek Gas Rumah Kaca (GRK) dan membantu negara berkembang dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. CDM adalah satu-satunya mekanisme fleksibel yang melibatkan negara berkembang. Berdasarkan Protokol Kyoto, negara berkembang tidak memiliki kewajiban membatasi emisi GRKnya, akan tetapi dapat secara sukarela berkontribusi dalam pengurangan emisi global dengan menjadi tempat pelaksanaan proyek CDM. Pada Konferensi Para Pihak kedua belas (COP 12) yang diadakan di Nairobi, Kenya pada bulan November 2006, Badan Pendukung untuk Nasihat Ilmiah dan Teknologi (Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice, SBSTA) diberi mandat untuk melakukan program untuk mengatasi dampak, menghitung kerentanan dan memberikan saran untuk aksi adaptasi terhadap perubahan iklim - kegiatan Nairobi Work Plan, NWP secara resmi dimulai.
  • 11. 2007 Pada Konferensi Para Pihak ketiga belas (COP 13) yang diadakan di Bali, Indonesia pada Desember 2007 mengadopsi Bali Road Map, termasuk Bali Action Plan (BAP), berbagai keputusan penting ini menentukan arah baru dalam proses negosiasi untuk mengatasi perubahan iklim. BAP ini memiliki lima kategori utama: visi bersama, mitigasi, adaptasi, teknologi dan pendanaan. 2008 Pada bulan Januari 2008, salah satu mekanisme dalam Protokol Kyoto yakni "Joint Implementation" dimulai. Hal ini memungkinkan negara dengan pengurangan emisi atau komitmen pembatasan di bawah Protokol untuk mendapatkan unit pengurangan emisi (Emission Reduction Unit, ERU) dari kegiatan pengurangan emisi atau proyek penghapusan emisi di negara lain dengan komitmen yang sama. Konferensi Para Pihak keempat belas (COP 14) di Poznan, Polandia pada Desember 2008, memberikan langkah penting menuju membantu negara-negara berkembang, termasuk peluncuran Dana Adaptasi (Adaptation Fund) di bawah Protokol Kyoto dan Poznan Strategic Programme on Technology Transfer.
  • 12. 2009 Pada bulan Desember 2009 para pemimpin dunia berkumpul untuk menghadiri Konferensi kelima belas (COP 15) dari Pihak di Kopenhagen, Denmark, yang menghasilkan Copenhagen Accord. Negara-negara maju berjanji memberikan bantuan hingga USD 30 miliar pada pendanaan Fast Start Finance untuk periode 2010-2012. 2010 Konferensi Para Pihak keenam belas (COP 16) di Cancun, Mexico pada Desember 2010 menghasilkan Kesepakatan Cancun (Cancun Agreement), kesepakatan ini adalah sebuah paket komprehensif oleh para negara pihak untuk membantu negara-negara berkembang dalam menghadapi perubahan iklim. The Green Climate Fund, Mekanisme Teknologi dan Kerangka Kerja Adaptasi Cancun (Cancun Adaptation Framework) juga ditetapkan pada pertemuan tahun itu.
  • 13. 2011 Pada Konferensi Para Pihak ketujuh belas (COP 17) di Durban, Afrika Selatan, para negara pihak berkomitmen untuk menyusun sebuah kesepakatan perubahan iklim universal yang baru pada 2015 untuk diimplementasikan pada periode setelah 2020. Hal ini mendorong terbentuknya Kelompok Kerja Ad Hoc Working Group on the Durban Platform for Enhanced Action atau lazim disebut ADP. Pada COP ke 17 ini juga diluncurkan sebuah inisiatif bernama Momentum For Change, sebuah inisiatif khusus dari UNFCCC, yang memberikan apresiasi terhadap tindakan memerangi perubahan iklim dengan cara yang inovatif dan transformatif yang dijadikan teladan di seluruh dunia. 2012 Pada Konferensi Para Pihak kedelapan belas (COP 18) di Doha, Qatar,para negara pihak setuju untuk mempercepat proses kerja yang mengarah kepada sebuah kesepakatan perubahan iklim universal pada 2015 dan untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan upaya sebelum 2020 untuk mencapai target janji pengurangan emisi. Negara Pihak juga mengadopsi Doha Amendment, yang meresmikan berlakunya periode komitmen kedua dari Protokol Kyoto.
  • 14. 2013 Pada 27 September 2013 Kelompok Kerja I dari Panel PBB tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC) merilis Laporan Penilaian Kelima (Fifth Assessment Report, AR5), pada isu perubahan iklim yang terfokus pada data ilmiah terbaru terkait penyebab dan akibat dari Perubahan Iklim. Pada November 2013 diadakan Konferensi Para Pihak kesembilan belas (COP 19) di Warsawa, Polandia yang menghasilkan Warsawa Outcomes, termasuk buku aturan (rulebook) untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dan mekanisme untuk mengatasi kerugian dan kerusakan yang disebabkan oleh dampak jangka panjang perubahan iklim. 2014 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) merayakan ulang tahun ke-20 pada bulan Maret 2014. Pada 31 Maret 2014 Kelompok Kerja II dari Panel PBB tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC) merilis Bagian Kedua dari Laporan Penilaian Kelima (2nd part of the Fifth Assessment Report, AR5), pada isu perubahan iklim yang terfokus pada akibat, saran aksi adaptasi dan kajian kerentanan terhadap perubahan iklim. Pada tahun ini juga Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dijadwalkan untuk menjadi tuan rumah
  • 15. pertemuan puncak para Kepala Negara (Climate Summit) di New York, yang mengundang Kepala Negara dan Pemerintah, pemimpin di bidang bisnis, keuangan, masyarakat sipil dan para pemimpin lokal untuk memobilisasi tindakan dan ambisi untuk memerangi perubahan iklim sebelum pertemuan COP 21 di Paris pada tahun 2015 . Pada Konferensi Para Pihak kedua puluh di Lima-Peru yang direncanakan diadakan pada Desember tahun 2014, para pemerintah dunia akan memiliki kesempatan untuk membuat dorongan kolektif yang terakhir menuju kesepakatan universal baru dan bermakna pada yang diharapkan mampu tercapai pada COP 21 di Paris tahun 2015 .