INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
BULYING DI JAWA BARAT
1. MAKALAH ANGKA KEJADIAN BULLYING PADA REMAJA
DI 5 KABUPATEN DI PROVINSI JAWA BARAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SIK
Disusun Oleh :
Aprilico Fadhil Pangestu
Deni Anfasa Jamalullail
Fadhil Rafi Fachrizal
M. Sidiq Ramadan
Oky Rizky Aditya
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2019
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
dimana perubahan secara fisik dan psikologis berkembang (Monks, 2014). Masa
remaja terdapat gejala yang disebut gejala negative phase. Gejala ini banyak terjadi
pada remaja awal, diantaranya keinginan untuk menyendiri, berkurang kemampuan
untuk bekerja, kegelisahan, kepekaan perasaan, pertentangan sosial dan rasa kurang
percaya diri. Dari beberapa gejala Negative phase diatas yang paling menonjol
dialami masa remaja adalah rasa kurang percaya diri (Hurlock,2004). Rendahnya
rasa percaya diri dapat menyebabkan depresi, bunuh diri, dan masalah penyesuaian
diri lainnya. Tingkat percaya diri yang rendah berhubungan dengan proses
perpindahan sekolah atau kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadian-
kejadian yang membuatnya tertekan, masalah yang muncul dalam remaja akan
menjadi lebih meningkat (Santrock, 2003). Menurut Sejiwa (2008) kurangnya rasa
percaya diri merupakan dampak yang terjadi bila seseorang mendapatkan perilaku
bullying dari temannya.
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan terjadi
berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah
dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2008).Menurut Rigby (2007)
bullying merupakan hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi
membuat orang lain menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang
3. atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, berulang, dan dilakukan
dengan perasaan senang. Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku agresi
yang memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa mengetahui dan lebih memahami tentang angka
kejadian bullying pada remaja di 5 kabupaten di provinsi Jawa Barat.
Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa dapat menambah wawasan tentang angka kejadian
bullying pada remaja di 5 kabupaten di provinsi Jawa Barat.
2. Agar mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang angka kejadian
bullying pada remaja di 5 kabupaten di provinsi Jawa Barat.
C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui definsi Remaja.
2. Untuk mengetahui definisi Bullying.
3. Untuk mengetahui angka kejadian bullying pada remaja di 5 kabupaten
di provinsi Jawa Barat.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Pada masa remaja terjadi banyak perubahan dari segi fisik,
psikologis dan sosial. Mereka seringkali merasa tidak nyaman dan bereaksi
secara emosional misalnya tersinggung, marah dan suka membantah.
Mereka tidak mau lagi dianggap sebagai anak-anak namun mereka juga
belum bisa diberi tanggung jawab secara penuh seperti orang dewasa.
(Guerra, Williams, & Nancy, 2011, dalam Ghulam Ahmad 2016).
B. Definisi Bullying
Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok terhadap orang-orang atau kelompok lain yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental
(Prasetyo, 2011, dalam Sufriani dan Eva Purnama Sari 2017). Sedangkan
menurut Sejiwa 2008 (dalam Ela Zain Zakiyah, 2017) bullying adalah
tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga
korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.
5. BAB III
TABEL dan GRAFIK
A. Tabel Angka Kejadian Bullying pada Remaja di 5 Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat
ANGKA KEJADIAN BULLYING PADA REMAJA DI 5 KABUPATEN DI JAWA
BARAT
Kota/Kabupaten
Tidak
Pernah
Sekali 2-3 kali > 3 kali Total
Kab. Bogor 379 169 119 71 738
Kab. Sukabumi 398 158 147 87 790
Kab. Cianjur 271 133 107 72 583
Kab. Bandung 384 214 117 69 784
Kab. Garut 326 142 121 82 671
Sumber : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ihsana Sabriani Borualogo, Erlang
Gumilang, 2019
B. Grafik Angka Kejadian Bullying pada Remaja di 5 Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat
Sumber : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ihsana Sabriani Borualogo, Erlang
Gumilang, 2019
6. BAB IV
ANALISIS DARI DATA
Berdasarkan grafik jumlah responden terbanyak terdapat di Kabupaten
Sukabumi dengan jumlah 790 responden, sementara di Kabupaten Bandung
terdapat 784 responden, diposisi ketiga Kabupaten Bogor dengan jumlah responden
738, disusul Kabupaten Garut dengan 671 responden dan terakhir Kabupaten
Cianjur dengan 583 responden.
Responden yang mengatakan tidak pernah mengalami bullying terbanyak
terdapat di Kabupaten Sukabumi dengan jumlah 398 responden, sementara di posisi
kedua terbanyak yaitu Kabupaten Bandung dengan jumlah 384 responden, disusul
Kabupaten Bogor dengan jumlah 379 responden, ditempat keempat yaitu
Kabupaten Garut dengan jumlah 326 responden dan terakhir Kabupaten Cianjur
dengan jumlah 271 responden.
Responden yang mengatakan pernah sekali mengalami bullying terbanyak
terjadi di Kabupaten Bandung dengan jumlah 214 responden, disusul dengan
Kabupaten Bogor dengan jumlah 169 responden, ditempat ketiga yaitu Kabupaten
Sukabumi dengan jumlah 158 responden, kemudian Kabupaten Garut dengan
jumlah 142 responden dan terakhir Kabupaten Cianjur dengan jumlah 133
responden.
Responden yang mengatakan 2-3 kali mengalami bullying terbanyak
terdapat di Kabupaten Sukabumi dengan jumlah 147 responden, kemudian
Kabupaten Garut dengan jumlah 121 responden, kemudian Kabupaten Bogor
dengan 119 responden, selanjutnya Kabupaten Bandung dengan jumlah 117
responden, dan terakhir Kabupaten Cianjur dengan jumlah 107.
Responden yang mengatakan lebih dari 3 kali mengalami bullying
terbanyak terdapat di Kabupaten Sukabumi dengan jumlah 87 reponden, kemudian
di Kabupaten Garut dengan jumlah 82 respoden, disusul oleh Kabupaten Cianjur
dengan jumlah 72 responden, selanjutnya Kabupaten Bogor dengan 71 responden
dan Kabupaten Bandung dengan jumlah 69 orang.
7. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian
perundungan di Jawa Barat tergolong tinggi dan memprihatinkan. Melalui
paparan ini, diharapkan akan semakin tumbuh kesadaran pada orang tua dan
guru mengenai seriusnya permasalahan perundungan ini. Ketika anak
mengeluhkan bahwa dirinya menjadi korban perundungan, sebaiknya orang
tua dan guru mendengarkan keluhan anak dan menanggapinya secara tepat.
B. Saran
Bagi peneliti lain, paparan data perundungan ini kiranya dapat dijadikan
data awal sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan, baik
dengan mengacu pada data perundungan di tiap Kota/ Kabupaten, maupun
perundungan terkait usia dan jenis kelamin.