1. Karakteristik Bahan dan Aspek Lingkungan
Refrigeran Hidrokarbon* – Menuju Indonesia
Bebas ODS -
PENDAHULUAN
CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) memegang peranan penting dalam
sistem refrigerasi, sejak ditemukan pada tahun 1930. Hal ini
dikarenakan CFC memiliki properti fisika dan termal yang baik
sebagai refrigeran, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun
dan kompatibel terhadap sebagian besar bahan komponen
dalam sistem refrigerasi. Akan tetapi setelah masyarakat
mengetahui hipotesa bahwa CFC termasuk Ozone Depleting
Substance (ODS), yaitu zat yang dapat menyebabkan
kerusakan ozon, masyarakat mulai mencoba melakukan
penghentian pemakaian ODS dan dituangkan ke dalam
beberapa konvensi, seperti Vienna Convention pada bulan
Maret 1985, Montreal Protocol pada bulan September 1987 dan
beberapa amandemen lainnya. Pemerintah Indonesia telah
meratifikasinya melalui Keppres RI No. 23 tahun 1992.
R-134a sebagai salah satu alternatif memiliki beberapa properti
yang baik, tidak beracun, tidak mudah terbakar dan relatif
stabil. R-134a juga memiliki kelemahan di antaranya, tidak
bisa dijadikan pengganti R-12 secara langsung tanpa
melakukan modifikasi sistem refrigerasi (drop in subtitute),
relatif mahal, dan masih memiliki potensi sebagai zat yang
dapat menyebabkan efek pemanasan global karena
memilikiGlobal Warming Potential (GWP) yang signifikan.
Selain itu R-134a sangat bergantung kepada pelumas sintetik
yang sering menyebabkan masalah dengan sifatnya yang
higroskopis.
Alternatif lain yang ditawarkan adalah refrigeran hidrokarbon.
Sebenarnya hidrokarbon sebagai refrigeran sudah dikenal
2. masyarakat sejak 1920 di awal teknologi refrigerasi bersama
fluida kerja natural lainnya seperti ammonia, dan karbon
dioksida. Hidrokarbon yang sering dipakai sebagai refrigeran
adalah propana (R-290), isobutana (R-600a), n-butana (R-
600). Campuran yang sering digunakan di antaranya R-
290/600a, R-290/600 dan R-290/R-600/R-600a.
Hidrokarbon memiliki beberapa kelebihan seperti ramah
lingkungan, yang ditunjukkan dengan nilai Ozon Depleting
Potential (ODP) nol, dan GWP yang dapat diabaikan, properti
termofisika dan karakteristik perpindahan kalor yang baik,
kerapatan fasa uap yang rendah, dan kelarutan yang baik
dengan pelumas mineral.
Pemakaian hidrokarbon dengan isu hemat energi dan ramah
lingkungan masih belum bisa diterima secara luas seperti
pemakaian freon sebagai refrigeran. Hal ini disebabkan oleh
kekhawatiran masyarakat akan sifat hidrokarbon yang bisa
terbakar. Sifat ini sebenarnya tidak membahayakan jika
digunakan sesuai prosedur yang benar. Untuk memahami
bekerja dengan prosedur yang benar, mau tidak mau
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik hidrokarbon.
Seperti pepatah mengatakan, “tak kenal maka tak sayang”,
kita tidak akan mau menggunakan hidrokarbon jika tida
mengenalnya.
REFRIGERAN DAN ASPEK LINGKUNGAN
Refrigeran kelompok halokarbon merupakan refrigeran sintetik
karena tidak terdapat di alam secara langsung. Refrigeran ini
mempunyai satu atau lebih atom dari golongan halogen;
khlorin, fluorin dan bromin.Meskipun dari segi teknik refrigeran
ini mempunyai sifat yang baik, seperti kestabilan yang tinggi,
tidak mudah terbakar dan tidak beracun, refrigeran ini
termasuk ODS. Jika gas CFC yang memiliki dua atom khlorin
terlepas ke udara dan terkena sinar ultraviolet akan terurai.
Atom khlorin (Cl) akan terlepas dan bereaksi dengan ozon (O3)
3. mengambil satu atom oksigen dari ozon untuk membentuk
khlorin monoksida dan oksigen. Khlorin monoksida akan
bereaksi dengan atom oksigen lainnya membentuk molekul
oksigen dan atom khlorin membentuk oksigen. Atom khlorin
hanya beraksi sebagai katalis dalam reaksi. Oleh karena itu
satu atom khlorin mampu terus menerus mengubah ozon
menjadi oksigen melalui ribuan reaksi sejenis. Proses
perusakan ozon ini ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1 Proses penguraian CFC
[1]
Gambar 2 Pemecahan ozon [1]
Dengan menipisnya lapisan ozon, lapisan pelindung yang
terletak pada ketinggian sekitar 15-50 km di atas permukaan
bumi, radiasi ultraviolet dari matahari akan langsung sampai
ke bumi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan
gangguan keseimbangan ekosistem. Ringkasan perbandingan
dampak refrigeran terhadap lingkungan CFC-12, HCFC-22,
HCFC-134a dan hidrokarbon ditunjukkan pada Tabel 1. Terlihat
bahwa hidrokarbon adalah refrigeran yang ramah lingkungan,
karena tidak merusak ozon (ODP nol) dan tidak menyebabkan
pemanasan global (GWP diabaikan).
Tabel 1 Perbandingan dampak terhadap lingkungan [2]
Refrigeran Formula Usia aktif (tahun) ODP GWP
CFC-12 CCl2F2 120 1.0 4000
4. HCFC-22 CHClF2 13.3 0.055 1700
HFC-134a CH2FCF3 14.6 0 1300
Hidrokarbon CnHm <1 0 -
Kebijakan Internasional dan Nasional Mengenai Dampak
Lingkungan Refrigeran
Kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya menjaga
lapisan ozon dituangkan ke dalam berbagai konvensi, antara
lain:
Vienna Convention , 22 Maret 1985, Austria, tentang
perlindungan ozon.
Montreal Protocol, September 16, 1987, Canada. Zat yang
termasuk ODS menurut Montreal Protocol antara lain: CFC (R-
11, R-12, R-13, R-111, R-112, R-113, R-114, R-115), HCFC
(R-22, R-123, R-124, R-141, R-142), Halon (Halon-1211,
Halon-1302, Halon-2402), dan lainnya (Carbon Tetrachloride,
Methyl Chloroform, Methyl bromide).
London Amendement, 27-29 Juni 1990, tentang jadwal
penghapusan produksi ODS.
Copenhagen Amendement, 23-25 November 1992,
Denmark, tentang penjadwalan penghapusan HCFC.
Perhatian pemerintah Inddonesia dituangkan ke dalam
berbagai peraturan baik berupa keputusan presiden maupun
keputusan menteri antara lain :
Kep. Pres No:23 Tahun 1992, meratifikasi Konvensi Wina,
Montreal Protocol dan Amendemen London.
Kep. Menperindag No: 110/MPP/Kep/1/1998, mengenai
pelarangan memproduksi barang yang menggunakan ODS dan
kewajiban barang baru menggunakan zat non ODS. Bahan
ODS dan barang yang terbuat dari ODS hanya dapat
diperdagangkan sampai 2005.
Kep. Menperindag No: 111/MPP/Kep/1/1998, mengenai
pelarangan import ODS dan pembatasan import CFC-12 untuk
5. keperluan purna jual sampai tahun 2003 sebanyak 700 ton
melalui importir terdaftar.
Kep. Menperindag No: 410-411/MPP/Kep/9/1998
Kep. Menperindag No: 789-
790/MPP/Kep/12/2002, mengenai perpanjangan izin
import ODS oleh importir terdaftar sampai 31 Desember 2007.
KARAKTERISTIK TERMOFISIKA HIDROKARBON
Pemilihan hidrokarbon sebagai refrigeran alternatif ramah
lingkungan pengganti CFC dan HCFC harus memperhatikan
beberapa hal diantaranya titik didih pada tekanan normal ,
kapasitas volumetrik dan efisiensi energi. Titik didih harus
diperhatikan untuk menjamin apakah tekanan operasi sama
dengan CFC untuk menghindari keperluan penggantian
peralatan tekanan tinggi seperti kompresor.
Salah satu refrigeran hidrokarbon yang digunakan sebagai
contoh dalam makalah ini adalah MUSICOOL, yang diproduksi
oleh Pertamina Unit pengolahan III Plaju. Sifat fisika refrigeran
hidrokarbon MUSICOOL berdasarkan pengujian laboratorium
Pertamina ditampilkan pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa
hidrokarbon MUSICOOL (MC) mampu menggantikan refrigeran
sintetik (CFC, HCFC, HFC) secara langsung tanpa penggantian
komponen sistem refrigerasi. MC-12 menggantikan R-12, MC-
22 menggantikan R-22 dan MC-134 menggantikan R-
134a. Sifat fisika dan termodinamik hidrokarbon MUSICOOL
memberikan kinerja sistem refrigerasi yang lebih baik,
keawetan umur kompresor, dan hemat energi. Beberapa
parameter perbandingan kinerja MUSICOOL terhadap
refrigeran sintetik pada system refrigerasi dengan beban 1 TR
pada suhu kondensasi 100 oF dan suhu evaporator 40 oF.
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2 Sifat Fisika dan Thermodinamika
No Parameter R-12 MC-12 R-22 MC-22 R-134a MC-134
7. 5 Temperatur
glide, K
- 7,8 - 0.1 - 7.7
Pemakaian hidrokarbon lebih efisien dibandingkan dengan
refrigeran sintetik, yang ini ditunjukan oleh COP (Coefficient of
Performance) yang lebih besar. Hal ini disebabkan sbb:
Rasio tekanan (perbandingan tekanan dorong dengan tekanan
hisap kompresor) yang lebih kecil dari rasio tekanan refrigeran
sintetik. Karakteristik ini dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
Hal ini mengakibatkan kecilnya kerja kompresor yang
diperlukan sehingga menghemat konsumsi energi, yang
ditunjukkan dengan penurunan arus listrik 10-20%. Oleh
karena itu arus listrik name plate tidak bisa dijadikan patokan
ketika melakukan retrofit dengan hidrokarbon.
Kalor laten dan efek refrigerasi yang lebih besar dari
refrigeran sintetik. Karakteristik ini mengakibatkan kapasitas
pendinginan dancooling rate yang lebih besar dari kapasitas
pendinginan dan cooling rate dengan refrigeran sintetik.
Perbandingan kalor laten dan efek refrigerasi antara freon dan
hidrokarbon dapat dilihat pada Gambar 6 dengan 7 dan
Gambar 8 dengan 9.
Kerapatan (density) hidrokarbon yang lebih kecil dari
kerapatan refrigeran sintetik. Hal ini mengakibatkan jumlah
pemakaian hidrokarbon lebih sedikit, sekitar 30% dari berat
penggunaan refrigeran sintetik untuk volume yang sama.
Viskositas yang lebih kecil dari refrigeran sintetik. Hal ini
mengakibatkan kecilnya rugi-rugi tekanan sepanjang sistem
refrigerasi yang meringankan beban kompresor dan
mengawetkan sistem refrigerasi.
Gambar 3 Grafik Tekanan vs Temperatur R-12 dan MC-12
8. Gambar 4 Grafik Tekanan vs Temperatur R-134 dan MC-134
Gambar 5 Grafik Tekanan vs Temperatur R-22 dan MC-12
Gambar 6 Grafik Entalphi MC-12
Gambar 7 Grafik Entalphi MC-12
Gambar 8 Grafik Entalphi R-22
Gambar 9 Grafik Entalphi MC-22
9. Sifat Zeotropik dan Azeotropik Hidrokarbon
Refrigeran hidrokarbon dapat berupa zat tunggal (misal MC-22
yang merupakan propana) atau campuran (misal MC-12 dan
MC-134 yang merupakan campuran dari propana, isobutana
dan n-butana).
Refrigeran hidrokarbon campuran bersifat zeotrop, berperilaku
sangat berbeda dibanding dengan zat tunggal atau campuran
azeotropik. Campuran ini tidak menguap dan mengembun pada
suatu temperatur tetap, tetapi pada kisaran tertentu yang
sering di sebut dengan glide. Refrigeran ini tepat berada pada
titik didih (buble temperature) saat campuran tepat seluruhnya
mencapai keadaan cair yaitu tepat pada akhir proses
pengembunan. Refrigeran ini tepat berada pada titik embun
(dew temperature) saat campuran tepat seluruhnya mencapai
keadaan uap yaitu pada akhir proses penguapan. Temperatur
glide ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Efek temperatur glide ini akan berpengaruh besar pada proses
di dalam evaporator dan kondensor. Temperatur penguapan
meningkat dengan semakin lanjutnya proses penguapan
berlangsung, sedangkan di dalam kondensor temperatur
pengembunan menurun bersamaan dengan berlangsungnya
proses pengembunan. Perubahan temperatur pada tekanan
tetap ini merugikan efek perpindahan kalor pada evaporator
dan kondenser. Oleh karena itu standard maksimalglide
temperature yang diijinkan untuk refrigeran adalah 12 K [3].
Dengan dasar itulah maka proses retrofit menggunakan
refrigeran hidrokarbon campuran (MC -12 dan MC-134)
dilakukan pada fasa cair untuk menjaga komposisi campuran
dan menjaga agar glide temperatur tidak berlebih. Retrofit MC-
22 bisa dilakukan pada fasa cair dan gas, karena merupakan
zat tunggal.
10. Gambar 10 Efek glide pada sistem refrigerasi berrefrigeran
zeotrop[4]
Flammability Hidrokarbon
Hidrokarbon dapat terbakar bila berada di dalam daerah
segitiga api yaitu tersedianya : hidrokarbon, udara dan sumber
api. Jika salah satu dari ketiga faktor tersebut tidak terpenuhi
maka proses kebakaran tidak akan tejadi. Hal ini
mengakibatkan tidak akan terjadi kebakaran di dalam sistem
refrigerasi karena tidak adanya udara (tekanan sistem
refrigerasi lebih tinggi dari tekanan atmosfer).
Hidrrokarbon termasuk kelompok refrigeran A3, yaitu
refrigeran tidak beracun yang mempunyai batas nyala bawah
(Low Flammability Limit/LFL) kurang daaaari 3,5%.
Hidrokarbon dapat terbakar jika berada di antara ambang
batas nyala 2-10% volume. Bila konsentrasi hidrokarbon di
udara kurang dari 2% maka tidak cukup hidrokarbon untuk
terjadinya pembakaran, demikian juga bila konsentrasinya di
atas 10% karena oksigen tidak cukup untuk terjadinya
pembakaran. Secara praktis batas nyala bawah sekitar 35
g/m3 bagi rata-rata refrigeran HC di udara [3].
Sifat flammable hidrokarbon dapat diantisipasi dengan
memperhatikan prosedur dan standard kerja, di antaranya
Standard Nasional Indonesia (SNI), standard Inggris BS : 4434
tahun 1995 standard Jerman DIN 7003, standard Australia AS
1596-1989 dan AS 1677.
MATERIAL KOMPATIBILITAS HIDROKARBON
11. Berdasarkan hasil analisa pengujian secara laboratorium dan
aplikasi dilapangan, refrigeran hidrokarbon tidak merusak
material sistem refrigerasi. Sifat hidrokarbon terhadap
material diantaranya:
Tidak merusak semua jenis logam dan desikan yang dipakai
sistem refrigerasi
Tidak merusak bahan elastomer yang biasa digunakan kecuali
elastomer berbahan dasar karet alam dimana CFC, HCFC dan
HFC juga dapat merusaknya.
Bisa menggunakan pelumas R-12, R-22 dan R-134a, hanya
karena sifatnya yang dapat bercampur baik dengan pelumas
maka disarankan menggunakan pelumas dengan indeks
viskositas yang lebih tinggi.
Tabel 6 menunjukkan hasil tes laboratorium terhadap
kandungan logam dan keasaman pada oli pada rentang waktu
pemakaian yang sama. Hasil tes ini menunjukkan bahwa
refrigeran hidrokarbon lebih kompatibel terhadap material
komponen sistem refrigerasi. Sifat hidrokarbon
ini mengawetkan komponen sistem refrigerasi.
Tabel 6 Hasil tes kandungan asam dan logam pada oli
No Refrigeran/ Oli Acidity
(ppm)
Fe
(ppm)
Cu
(ppm)
Al
(ppm)
1 CFC-12/ Oli Mineral (Patil,
1997)
85.34 <1 <1 <1
2 Hidrokarbon / Oli Mineral (
Patil, 1998 )
40.54 <1 <1 <1
3 HFC-134a / polyolester oil (
Patil, 1998 )
3890 60 3.25 8.7
KESIMPULAN
12. Refrigeran hidrokarbon merupakan refrigeran alternatif jangka
panjang refrigeran CFC/HCFC. Dua keunggulaan penting yang
dimilikinya adalah ramah lingkungan dan karakteristik
termodinamika yang handal sehingga meningkatkan kinerja
dan menghemat konsumsi energi sistem refrigerasi secara
aman.
DAFTAR PUSTAKA
1. United Nations Environment Programme Industry and
Environment, Chillers and Refrigerant Management, United
Nations Publication, Paris,1994.
2. Watanabe, Koichi, Widiatmo, Januarius V., Alternative
Refrigerants and their thermophysical Properties
Research,Seminar on ODS Phase Out, 5-7 Mei 1999, Bali
3. Ecofrig, Refrigeration Appliances Using Hydrocarbon
Refrigerants, Ecofrig publication, United Kingdom, 1997.
4. Jazwin, Richard, Alternative Refrigerants, ICI Klea,
Wilmington, 1995.
*) Makalah ini disampaikan pada Pelatihan Penggunaan
Refrigeran Hidrokarbon pada Mesin Pendingin di Bandung, 18
Desember 2004 yang diselenggarakan oleh Himpunan Praktisi
Tata Udara dan Refrigerasi (HIMPATUR). Makalah ini
ditampilkan kembali pada web site ini dalam rangka peringatan
berakhirn
Beda Refrigerant Freon R22 dan R134a
dan Hidrokarbon
OLEH: AGUS ASTRO LEAVE A COMMENT
Pada artikel sebelumnya kami sudah membahas tentang cara kerja AC dan refrigerant
alternatif yaitu Refrigeran Duracool. Bagi yang belum tahu tentang Duracool, bisa
ditanyakan ama paman Google
Menyinggung masalah Refrigerant, Refrigerant merupakan fluida yang digunakan untuk
mendinginkan lingkungan bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan yang
13. bersuhu tinggi. Salah satu refrigeran paling terkenal saat ini adalah CFC alias FREON
(R-11, R-12, R-21, R-22 dan R-502)
CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) alias R22 memegang peranan penting dalam sistem
refrigerasi, sejak ditemukan pada tahun 1930. Hal ini dikarenakan CFC memiliki properti
fisika dan termal yang baik sebagai refrigeran, stabil, tidak mudah terbakar, tidak
beracun dan kompatibel terhadap sebagian besar bahan komponen dalam sistem
refrigerasi. Akan tetapi setelah masyarakat mengetahui hipotesa bahwa CFC termasuk
Ozone Depleting Substance (ODS), yaitu zat yang dapat menyebabkan kerusakan
ozon, masyarakat mulai mencoba melakukan penghentian pemakaian ODS dan
dituangkan ke dalam beberapa konvensi, seperti Vienna Convention pada bulan Maret
1985, Montreal Protocol pada bulan September 1987 dan beberapa amandemen
lainnya. Pemerintah Indonesia telah meratifikasinya melalui Keppres RI No. 23 tahun
1992.
R134a sebagai salah satu alternatif memiliki beberapa properti yang baik, tidak
beracun, tidak mudah terbakar dan relatif stabil. R-134a juga memiliki kelemahan di
antaranya, tidak bisa dijadikan pengganti R-12 secara langsung tanpa melakukan
modifikasi sistem refrigerasi (drop in subtitute), relatif mahal, dan masih memiliki potensi
sebagai zat yang dapat menyebabkan efek pemanasan global karena memiliki Global
Warming Potential (GWP) yang signifikan. Selain itu R-134a sangat bergantung kepada
pelumas sintetik yang sering menyebabkan masalah dengan sifatnya yang higroskopis.
Alternatif lain yang ditawarkan adalah refrigeran hidrokarbon. Sebenarnya hidrokarbon
sebagai refrigeran sudah dikenal masyarakat sejak 1920 di awal teknologi refrigerasi
bersama fluida kerja natural lainnya seperti ammonia, dan karbon dioksida. Hidrokarbon
yang sering dipakai sebagai refrigeran adalah propana (R-290), isobutana (R-600a), n-butana
(R-600). Campuran yang sering digunakan di antaranya R-290/600a, R-290/600
dan R-290/R-600/R-600a.
Hidrokarbon memiliki beberapa kelebihan seperti ramah lingkungan, yang ditunjukkan
dengan nilai Ozon Depleting Potential (ODP) nol, dan GWP yang dapat diabaikan,
properti termofisika dan karakteristik perpindahan kalor yang baik, kerapatan fasa uap
yang rendah, dan kelarutan yang baik dengan pelumas mineral.
Pemakaian hidrokarbon dengan isu hemat energi dan ramah lingkungan masih belum
bisa diterima secara luas seperti pemakaian freon sebagai refrigeran. Hal ini
disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat akan sifat hidrokarbon yang bisa terbakar.
Sifat ini sebenarnya tidak membahayakan jika digunakan sesuai prosedur yang benar.
Untuk memahami bekerja dengan prosedur yang benar, mau tidak mau diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik hidrokarbon. Seperti pepatah mengatakan, “tak kenal
maka tak sayang”, kita tidak akan mau menggunakan hidrokarbon jika tidak
mengenalnya.
14. REFRIGERAN DAN ASPEK LINGKUNGAN
Refrigeran kelompok halokarbon merupakan refrigeran sintetik karena tidak terdapat di
alam secara langsung. Refrigeran ini mempunyai satu atau lebih atom dari golongan
halogen; khlorin, fluorin dan bromin.Meskipun dari segi teknik refrigeran ini mempunyai
sifat yang baik, seperti kestabilan yang tinggi, tidak mudah terbakar dan tidak beracun,
refrigeran ini termasuk ODS. Jika gas CFC yang memiliki dua atom khlorin terlepas ke
udara dan terkena sinar ultraviolet akan terurai. Atom khlorin (Cl) akan terlepas dan
bereaksi dengan ozon (O3) mengambil satu atom oksigen dari ozon untuk membentuk
khlorin monoksida dan oksigen. Khlorin monoksida akan bereaksi dengan atom oksigen
lainnya membentuk molekul oksigen dan atom khlorin membentuk oksigen. Atom
khlorin hanya beraksi sebagai katalis dalam reaksi. Oleh karena itu satu atom khlorin
mampu terus menerus mengubah ozon menjadi oksigen melalui ribuan reaksi sejenis.
Dengan menipisnya lapisan ozon, lapisan pelindung yang terletak pada ketinggian
sekitar 15-50 km di atas permukaan bumi, radiasi ultraviolet dari matahari akan
langsung sampai ke bumi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan
gangguan keseimbangan ekosistem.
KARAKTERISTIK TERMOFISIKA HIDROKARBON
Pemilihan hidrokarbon sebagai refrigeran alternatif ramah lingkungan pengganti CFC
dan HCFC harus memperhatikan beberapa hal diantaranya titik didih pada tekanan
normal , kapasitas volumetrik dan efisiensi energi. Titik didih harus diperhatikan untuk
menjamin apakah tekanan operasi sama dengan CFC untuk menghindari keperluan
penggantian peralatan tekanan tinggi seperti kompresor.
Salah satu refrigeran hidrokarbon yang digunakan sebagai contoh dalam makalah ini
adalah MUSICOOL, yang diproduksi oleh Pertamina Unit pengolahan III Plaju. Sifat
fisika refrigeran hidrokarbon MUSICOOL berdasarkan pengujian laboratorium
Pertamina ditampilkan pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa hidrokarbon
MUSICOOL (MC) mampu menggantikan refrigeran sintetik (CFC, HCFC, HFC) secara
langsung tanpa penggantian komponen sistem refrigerasi. MC-12 menggantikan R-12,
MC-22 menggantikan R-22 dan MC-134 menggantikan R-134a. Sifat fisika dan
termodinamik hidrokarbon MUSICOOL memberikan kinerja sistem refrigerasi yang lebih
baik, keawetan umur kompresor, dan hemat energi. Beberapa parameter perbandingan
kinerja MUSICOOL terhadap refrigeran sintetik pada system refrigerasi dengan beban 1
TR pada suhu kondensasi 100 oF dan suhu evaporator 40 oF. (*)
SIFAT-SIFAT REFRIGERAN
Sifat – sifat refrigerant yang harus dipenuhi untuk kebutuhan mesin pendingin adalah :
- Tekanan penguapan harus cukup tinggi.
Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga
15. dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi
volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi.
- Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi.
Apabila tekanan pengembunannya terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya
menjadi lebih rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan,
selain itu dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman
karena kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya
menjadi lebih kecil.
- Kalor laten penguapan harus tinggi.
Refrigeran yang mempunyai kalor laten penguapan yang tinggi lebih menguntungkan
karena untuk kapasitas refrigerasi yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi
menjadi lebih kecil.
- Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil.
Refrigeran dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang
kecil ( berat jenis yang besar ) akan memungkinkan penggunaan kompresor dengan
volume langkah torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk kapasitas refrigerasi
yang sama ukuran unit refrigerasi yang bersangkutan menjadi lebih kecil. Namun, untuk
unit pendingin air sentrifugal yang kecil lebih dikehendaki refrigeran dengan volume
spesifik yang agak besar. Hal tersebut diperlukan untuk menaikkan jumlah gas yang
bersirkulasi, sehingga dapat mencegah menurunnya efisiensi kompresor sentrifugal.
- Koefisien prestasi harus tinggi.
Dari segi karakteristik thermodinamika dari refrigeran, koefisien prestasi merupakan
parameter yang terpenting untuk menentukan biaya operasi.
- Konduktivitas termal yang tinggi.
Konduktivitas termal sangat penting untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor.
- Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas.
Dengan turunnya tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan
berkurang.
- Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak
menyebabkan korosi pada material isolator listrik. Sifat-sifat tersebut dibawah ini sangat
penting, terutama untuk refrigeran yang akan dipergunakan pada kompresor hermetik.
- Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, jadi
juga tidak menyebabkan korosi.
- Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang.
- Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak. (**)
16. Source:
(*) = indonesiasejahtera
(**) = iptech
perbedaan freon r22 dan r134a, apakah freon mudah terbakar, Penjelasan tentang
freon R22, Perbedaan preyon r134a dengan preyon r22, persamaan freon r134, r134a
indonesia jenis, r134a refrigerant mudah terbakar, refrigran ramah lingkungan, type
freon ac rumah, pengertian Kompresor R22, pengertian freon r22, pemuatan refrigent,
efek memakai preon R410a, FREON R22, gas freon yg mudah terbakar, jenis freon dan
fungsinya, jenis freon r134a, jenis freon ramah lingkungan, karakteristik freon, kerugian
kompresor R600, www pepatah tentang preon com