1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk-makhluk lain
mampu mewujudkan segala keinginan dan kebutuhannya dengan kekuatan akal yang
dimilikinya. Di samping itu manusia juga mempunyai kecenderungan untuk mencari
sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya.Segala
keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari
pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionalitas. Munculnya pemujaan terhadap
benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa
takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.
Kepercayaan manusia akan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat yang tergantung pada hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
Ketakutan manusia apabila hubungan baik manusia dengan kekuatan gaib tersebut
hilang, maka hilang pulalah kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari.Kemudian
menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu menjadi pendorong utama
tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam diri manusia.Manusia merasa berhak untuk
mengetahui darimana dirinya berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti
manusia lakukan demi kebahagiannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah agama. Karenanya, sangatlah
logis apabila agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulu kala hingga kini,
bahkan sampai akhir nanti.
Indonesia merupakan negara berketuhanan yang mengakui enam agama resmi.
Yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Namun dari sekian
banyak penduduk Indonesia sebagian kecil memilih untuk tidak bertuhan (non-
believers). Saat ini Indonesia memiliki penduduk lebih dari 237 juta jiwa , dan pemeluk
agama Islam tetap menempati urutan terdepan dari sekian banyak agama dan keyakinan
yang ada1 . Sesuai dengan ideologi Pancasila, bahwasannya setiap penduduk yang
berkebangsaan Indonesia agar mengamalkan butir-butir yang terkandung dalam sila
2. 2
pertama yaitu; “Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab” (II/MPR/1978). Artinya, secara ideologi, setiap warga negara Indonesia
percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memeluk suatu agama.
Bertolak belakang dari paparan di atas, fakta sosial menunjukkan bahwasanya
di negara Indonesia melalui sensus ateis global yang berafiliasi dengan komunitas
Indonesian Atheist, terjadi peningkatan jumlah Ateis dari 600 anggota pada tahun 2011
menjadi 947 pada tahun 2013. 2 Sebagai gerakan intra-konstitusi angka tersebut patut
dipertimbangkan, mengingat bahwa Indonesia merupakan negara beragama. Di
Indonesia bentuk sikap seperti ini tergolong asing. Terkait dengan undang-undang
negara bahwasannya ateis tidak dapat berkembang di Indonesia, hal ini justru menjadi
alasan bagi komunitas ini bahwasannya undang-undang menjamin kebebasan setiap
warga negara, hanya saja masyarakat kurang mencermati. Dengan demikian, kelompok
ateis tetap bisa hidup di Indonesia dengan damai tanpa diskriminasi dari pihak
manapun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Islam ?
2. Apa itu Atheisme ?
3. Apa itu Atheisme ?
4. Tanggapan Islam mengenai Komunisme dan Atheisme ?
5. Cara Islam Menghadapi Komunisme dan Atheisme ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Islam ?
2. Untuk Mengetahui Apa itu Komunisme dan Atheisme ?
3. Untuk Mengetahui Apa Tanggapan Islam mengenai Komunisme dan Ateisme ?
4. Untuk Mengetahui Apa Cara Islam Menghadapi Komunisme dan Atheisme ?
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa itu Islam ?
ISLAM sering disalahpahami, khususnya dengan diidentikkan dengan Muslim.
Islam dan Muslim adalah dua istilah yang berbeda. Islam adalah agama. Muslim adalah
pemeluknya. Islam sering diidentikkan dengan perilaku kaum Muslim atau umat Islam.
Padalah, sebagaimana perilaku penganut agama lainnya, perilaku seorang Muslim
belum tentu mencerminkan ajaran atau syariat Islam. Islam adalah agama yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai
nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir
zaman.
Islam (Arab: al-islm, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT.Dalam Alquran, Islam disebut juga Agama
Allah atau Dienullah. Allah SWT berfirman, "Maka apakah mereka mencari agama
yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa
yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-
lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83). Dien (agama) sendiri dalam Alquran
artinya agama (QS Ali Imran : 83), ketaatan (QS An-Nahl : 52), dan ibadah (QS. Ghafir
: 65). Berikut ini ulasan tentang makna, arti, defisi, atau pengertian Islam menurut
bahasa, istilah, dan Alquran.
Pengertian Islam secara Harfiyah
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan
bersih.Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang
bermakna dasar “selamat” (Salama). Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat
disimpulkan Islam adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di
akhirat (alam kehidupan setelah kematian). Islam juga agama yang mengajarkan
umatnya atau pemeluknya (kaum Muslim/umat Islam) untuk menebarkan keselamatan
dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan shalat --sebagai ibadah utama--
4. 4
yakni ucapan doa keselamatan "Assalamu'alaikum warohmatullah" --semoga
keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan kepadamu-- sebagai penutup salat.
Pengertian Islam Menurut Bahasa
Pengertian Islam menurut bahasa, kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari
kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis), Islam
memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:
1. Islam berasal dari kata ‘salm’.
As-Salmu berarti damai atau kedamaian. Firman Allah SWT dalam Alquran, “Dan jika
mereka condong kepada perdamaian (lis salm), maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al Anfal : 61). Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai
atau perdamaian. Ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa
Islam merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau senantiasa
memperjuangkan perdamaian, bukan peperangan atau konflik dan kekacauan.
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya
terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu
sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali
(kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku
adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al
Hujarat : 9).
Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung
tinggi perdamaian adalah Allah SWT melalui Alquran baru mengizinkan atau
memperbolehkan kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-
musuhnya.
5. 5
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong
mereka itu.” (QS. Al-Hajj : 39).
2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’
Aslama artinya berserah diri atau pasrah, yakni berserah diri kepada aturan Allah
SWT.Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.Penyerahan diri
seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta
menjauhi segala larangan-Nya.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. An-Nisa : 125)
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh
jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.
“Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An'am : 162). Karena sesungguhnya jika kita
renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit,
mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti
sunnatullah-Nya.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83)
3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun
Istaslama–mustaslimun artinya penyerahan total kepada Allah SWT. Firman Allah
SWT dalam Alquran:
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS As-Saffat : 26)
6. 6
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim
atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa
dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 208).
B. Apa itu Komunisme ?
Dalam kajian ilmu pengetahuan telah dijelaskan bahwa Komunisme merupakan
ideologi yang menjelaskan tentang paham atau pemikiran yang memusatkan
kepemilikan bersama atas alat-alat produksi yang ada seperti modal, tanah, tenaga kerja
yang memiliki tujuan terwujudnya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis
tanpa kelas dan semua orang sama atau dalam bahasa lain menyama ratakan semua.
Lalu, apa hubungannya dengan hukum dan nilai yang ada dalam Islam maupun di
Indonesia?. Seperti yang telah dijelaskan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa
komunisme adalah sebuah paham yang ingin menyamaratakan dan mencipatakan
masyarakat tanpa adanya kelas. Dalam agama Islam, Allah SWT sangat menganjurkan
agar tiap umat muslim harus berguna bagi sesame manusia. Jika kita amati perintah
tersebut, kita sadar bahwa manusia diciptakan tidak hanya untuk kesenangan sendiri
saja tapi memerhatikan sesama manusia yang lainnya. Contohnya adalah tidak
memonopoli pasar oleh diri sendiri melainkan untuk sesame umat manusia yang
lainnya. Dalam penerapan di Indonesia, kita bisa melihat sendiri dari sila ke-5 landasan
idiil Indonesia yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dari bunyi nya
saja, kita mengetahui bahwa rakyat Indonesia harus di perlakukan adil dan sama rata
antar sesama penduduk. Bukan untuk dibagi berdasarkan golongan-golongan
masyarakat tertentu.
Dalam beribadah, Islam mengutamakan para lelaki untuk berjamaah di masjid yang
akan menciptakan suatu komunitas/jamaah. Dalam beribadah pun tidak dikenal dengan
adanya golongan kaya, miskin, buta, tuli, normal ataupun lainnya. Hal ini juga
diterapkan dalam Komunisme yang ingin menciptakan kumpulan jamaah/masyarakat
7. 7
yang terdiri tanpa adanya golongan. Begitu pula dalam hukum di Indonesia, dari dasar
negara kita bisa melihat bahwa rakyat Indonesia harus bersatu untuk menegakkan
keadilan dan kesamarataan di bidang ekonomi, politik dan beberapa hal yang lainnya.
Dalam hubungan antar negara pun Indonesia memiliki kerjasama dengan negara-
negara yang menganut paham Komunisme seperti Russia dan China. Hubungan antar
negara ini sudah berlangsung sangat lama dan beberapa peristiwa-peristiwa penting
yang ada di Indonesia juga melibatkan negera-negara Komunisme tersebut contohnya
adalah Pembebasan Papua Barat. Dalam peristiwa bersejarah ini, Indonesia yang saat
itu memiliki hubungan baik dengan Uni Soviet (sekarang Russia) bekerja sama dalam
membebaskan wilayah tersebut. Kerja sama ini berupa adanya pesawat-pesawat
pengebom Uni Soviet yang ikut berperan dalam pembebasan wilayah tersebut,
kunjungan dari Nikita Kurschev ke Indonesia dan kerja sama yang lainnya. Dan hal ini
terbukti nyata dan Papua Barat resmi bergabung menjadi wilayah Indonesia pada tahun
1969. Tidak hanya itu saja, beberapa tokoh pendiri bangsa merupakan orang-orang
yang memiliki latar belakang Sosialis seperti Chairil Saleh, Tan Malaka, Sutan Syahrir
dan Amir Syarifuddin. Ir. Soekarno pun juga terkenal memiliki kedekatan dengan
pihak Uni Soviet pada zamannya dan hingga saat ini nama Ir. Soekarno masih
diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Russia.
Sayangnya, saat ini masyarakat Indonesia masih belum bisa menerima informasi
dengan baik dan benar serta masih menganggap bahwa komunisme itu tidak
mempunyai agama dan trauma yang membekas pada peristiwa G30S PKI pada tahun
1965 . Sehingga, dapat tersulut emosinya hanya dengan beberapa informasi yang belum
bisa dipastikan benar adanya. Masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mau
mengkaji tentang benar atau palsunya suatu informasi yang diterima.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa banyak ideologi hukum dan nilai dalam agama
Islam yang mempunyai kemiripan dengan paham Komunisme. Begitupula dengan
hukum dan nilai yang ada pada Pancasila yang mempunyai kemiripan dengan paham
Komunisme. Rakyat Indonesia terlalu terpaku pada peristiwa masa lalu yang kelam
sehingga tidak mau menerima hal-hal yang berbau Komunisme yang memang pada
saat itu di bawa oleh PKI. Untuk itulah, sebagai rakyat Indonesia yang beragama, sudah
8. 8
seharusnya meneliti dulu paham sendiri sebelum menghakimi paham yang lain.
Berintrospeksi dulu sebelum mengintrospeksi orang lain. Jangan langsung ikut-ikutan
kebayakan orang dan berita buruk lainnya, sabar dan teliti dahulu.
C. Apa itu Ateisme ?
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai
keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme.[2][3] Dalam
pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada
keberadaan dewa atau Tuhan. Dalam sejarah kebudayaan Islam, Atheisme (Zindiq)
merupakan salah satu dari sekian banyak isu yang kontoversial dan mengundang
banyak perhatian. Abdurrahman Al-Badawi (w. 2012), misalnya, berpendapat bahwa
ada perbedaan antara Atheisme Barat dengan Atheisme Islam. Jika Atheisme Barat
diekspresikan oleh ungkapan Nietzche "Tuhan telah mati", maka Atheisme Islam
menambahkan "para Nabi telah mati" sebagai bagian dari Atheisme. (lihat Min Tarikh
Al-Ilhad Fi Al-Islam hal:8, karya Abdrrahman Al-Badawi). Pada awalnya, Atheisme
Islam ini hanya mengambil bentuk gerakan ilmiah dan kemudian ditanggapi secara
dialogis dan toleran oleh ulama2 Muktazilah sperti Wasil Bin Atha, misalnya. Jadi
langgkah pertama negara dalam menyikapi masalah Atheisme bukan memberantasnya
hingga ke akar2-nya, melainkan memberi peluang debat publik melalui terbentuknya
lembaga ilmiah yang bertugas mengajak mereka berdialog. Ini membuktikan bahwa
betapa seorang Atheis-pun sangat ditoleransi oleh Islam. Baru pada fase berikutnya,
kelompok Atheis ini dibantai habis oleh pemerintahan Abassiyyah. Pembantaian ini
sama sekali tidak berkaitan dengan paham mereka yang mengingkari adanya kenabian,
tetapi lebih disebabkan karena generasi Atheis berevolusi menjadi gerakan separatis
yang menentang pemerintah. Jika kita mencermati, maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pemerintah Abasiyyah untuk menumpas Atheisme Islam bukanlah semata-
mata karena faktor pemikiran Atheis-nya. Melainkan lebih disebabkan oleh faktor
politis berupa separatisme terhadap negara. Dengan demikian, kita dapat menarik suatu
pendapat bahwa kebebasan berpikir benar2 dijunjung tinggi dalam agam Islam, dan
sangat ditoleransi. Bahkan negara menyediakan serta melindungi debat terbuka antara
9. 9
berbagai aliran dan keyakinan. Sikap dialog seperti inilah yang harus dikembangkan
oleh setiap umat, baik seagama maupun tidak. Sebab, jika dialog telah menemui jalur
buntu dan seluruh pintunya ditutup rapat2, maka kesalahpahaman, sikap saling
mencurigai dan sikap intoleran akan muncul, yang ujung2-nya akan bermuara kepada
anarkisme dan penindasan oleh satu kelompok terhadap kelompok yang lainnya.
Akhirnya, saya yang dhaif ini mengajak kepada kita semua agar menumbuhkan
kembali sikap dialog, yang tentu saja dengan batasan-batasan serta rambu-rambu
bernama norma dan etika. Bukanlah lebih baik kita berdialog agar mengetahui jalan
pikiran masing-masing, daripada kita bertindak anarkis, baik secara perkataan _seperti
mengkafirkan sesama muslim- atau perbuatan. Dengan demikian, Insyallah kita akan
lebih terbuka menyambut adanya perbedaan yang disebabkan oleh berbagi hal. Selamat
menikmati hidangan.
D. Tanggapan Islam mengenai Komunisme dan Ateisme?
1. Pertentangan Islam terhadap Komunisme
Selama ini orang menganggap bahwa Marxisme-Leninisme atau lebih
mudahnya komunisme, berada dalam hubungan diametral dengan Islam. Banyak faktor
pendorong kepada tumbuhnya anggapan seperti itu. Secara politis, umpamanya dalam
sejarah yang belum sampai satu abad. Marxisme-Leninisme telah terlibat dalam
pertentangan tak kunjung selesai dengan negara-negara (dalam artian pemerintahan
negara bangsa atau nation state), bangsa-bangsa, dan kelompok-kelompok muslim di
seluruh dunia.
Dalam Peristiwa Madiun, 1948, umpamanya, kaum muslimin Indonesia berdiri
berhadapan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) karena dua alasan. Pertama,
karena PKI di bawah pimpinan Muso berusaha menggulingkan pemerintahan Republik
Indonesia yang didirikan oleh bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Kedua, karena banyak pemuka agama Islam dan ulama yang terbunuh, seperti kalangan
pengasuh Pesantren Takeran yang hanya terletak beberapa kilometer di luar kota
Madiun sendiri. Kiaya Mursyid dan sesama kiai pesantren tersebut hingga saat ini
belum diketahui di mana dikuburkan.
10. 10
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
ُذِن لِل ِذين ِ ُيَ ُذلِونَذ ِ َ ذَُُُِْ ُِِ ِ ُوإ نُ َُ َُ نىِن ُص ِذيِِ يل ِيِنإُ ِ ُِىيَُ ُْيذ ُذلِون َِ ُىِييَِ ُِِ ِ ىَُ نحِن ٍّإُال ِ ُنْ ُُو ُ ِذيَِيُْذ
يَ
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong
merekaitu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampunghalaman merekatanpa
alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah
Allah”…” (QS:Al-Hajj | Ayat: 39-40).
Dalam ayat ini, penyebab disyariatkannya perang sangat jelas sekali. Yaitu, karena
umat Islam dizalimi dan diusir dari negeri mereka tanpa alasan yang dibenarkan.
Dibunuh untuk memenuhi keinginannya dalam menguasai Pemerintahan Indonesia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
ُح َُ نىِن يصذََُُُِ ُح ُص ِيُِإِي َِ ُْيذ ُذلِونَذ َِ ِتنَُِْ ُِا ِذي َِ ُل ُصُذلَُُِِيِعَذ وي َِيذ
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas.” (QS:Al-Baqarah; 2:190).
1. Kekuasaan merupakan karunia yang diberikan oleh Allah Swt kepada hamba – hamba-
Nya yang Dia kehendaki ( Qs Ali Imran : 26 , yang memenuhi syarat – syarat yang
disebutkan dalam Qs An- nuur : 55)
2. Peperangan dalam Islam bukan untuk merebut kekuasaan tetapi untuk
mempertahankan kehormatan Islam dan muslimin yang di dzolimi oleh musuh – musuh
Islam.
Forum-forum formal Islam sendiri juga demikian, senantiasa meletakkan
Marxisme-Leninisme dalam kategori “ideologi lawan”. Atau dalam jargon Rabithah
al-Alam al-Islami/Islamic Word Association) yang berkedudukan di Makkah,
“ideologi yang menentang Islam (al-fahm al-mudhadli al-islami).” Dalam forum-forum
resmi internasional di kalangan kaum muslimin, Marxisme-Leninisme dalam “baju”
11. 11
komunisme secara rutin dimasukkan ke dalam paham-paham yang harus ditolak secara
tuntas.
Penolakan ini antara lain berupa sikap mengambil bentuk peletakan
“pandangan Islam” sebagai jalan tengah antara kapitalisme dan komunisme atau
menurut istilah Mustofa al-Siba’I, antara kapitalisem dan sosialisme.menurut
pandangan mereka, kapitaisme akan membawa bencana karena terlalu mementingkan
kepentingan perorangan warga masyarakat, karena sandarannya kepada inividualisme.
Sedangkan kolektivisme yang menjadi ajaran Marxisme, diserap oleh Marxisme-
Leninisme, justru akan menghilangkan hak-hak sah dari individu yang menjadi warga
masyarakat. Islam menurut mereka memberikan pemecahan dengan jalan
menyeimbangkan antara “hak-hak masyarakat” dan “hak-hak individu”.
1. Pertentangan Islam terhadap Ateisme
Umat Islam sangat mempercayai akan adanya Allah SWT dan harus bertaqwa
dengan-Nya berbeda dengan Ateisme yang tidak mempercayai Tuhan dan
mengganggap segala sesuatu dapat dilakukan. Karena Umat Islam percaya segala
sesuatu merupakan kehendak dari Allah SWT segala sesuatu yang dimuka bumi
merupakan ciptaannya. Hanya DIA-lah maha sempurna yang dapat melakukan segala
sesuatu. Manusia takkan bisa bertindak sesuatu tanpa ridho dari-Nya.
ُأَُِي ِ ذَن ِإ ُلَِ ُتذَُُِْ ُ
ح ُِنُ َُ ُا نَُذ ُ ُيُا َُِنَذ ِ ذَن ُعُ يِا نَلُُِال ِذلٍُِّ َِ ُأُِن ُص ِِلُ ُا ُص يٍِِّنَُْذ يذلٍَُِّذ نَُذ ُ ََُُْ نلَُِِ ُ
ح ِ
ا
:صع َذ :ن َِ) ُِىيُِ ُِذ30)
“Maka hadapkanlahwajahmudengan lurus kepadaagama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)
نلُيُوِينَِ ُص ِيَُِ ِيُُِذِن، ُُُِِذ: ِيَُِن ِل َُِنَذ ُُ ََُُ ِذ ِيَُِ، ِيُي لُ ُا ُِِ ;
“Allah akan mengokohkan pijakan agama mereka, yaitu agama mereka yang diridhai
Allah untuk mereka, yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk beragama dengannya
12. 12
(yaitu Islam).” Ayat diatas menerangkan bahwa Allah SWT mewajibkan seseorang
untuk beragama dan mempercayai akan adanya Allah SWT
Akhir-akhir ini ada orang yang berpendapat bahwa (menjadi) orang atheis itu
boleh, Allah tidak melarang, alasannya ayat al-Qur’an berbunyi “Tidak ada paksaan
dalam beragama” (QS 2:256. Pendapat ini mengandung dua kesalahan fatal:
Pertama, jika orang boleh menjadi orang atheis berarti Allah membolehkan orang
mengingkari-Nya, menafikan-Nya, menentang-Nya, ini mustahil. Padahal, jangankan
mengingkari atau menentang-Nya, menduakan-Nya atau mensekutukan-Nya atau
mengakui adanya tuhan selain Allah saja adalah dosa besar dan di azab. Allah sama
sekali tidak “membolehkan orang menjadi kafir atau atheis”, tapi (setelah kebenaran
itu jelas) Allah mempersilahkan manusia “….barangsiapa ingin beriman silahkan, dan
barangsiapa ingin menjadi kafir / atheis silahkan” (QS 18: 29).
Tapi, Allah juga memberi tahu jika anda memilih menjadi atheis niscaya akan menuai
azab di neraka jahannam yang sangat pedih dan jika memilih beriman maka ia akan
mendapatkan pahala surga yang kekal abadi.
Kedua, tidak ada paksaan dalam beragama tidak berarti bahwa setiap orang itu berhak
untuk tidak beragama dan haknya itu dilindungi oleh Allah. Allah hanya melindungi
hamba-Nya yang mau berlindung melalui ketaatan dan ketaqwaan pada-Nya. “Tidak
ada paksaan” maksudnya Allah Yang Maha Bijaksana memberi manusia akal untuk
memilih dua jalan yaitu kesesatan atau ketaqwaan (QS.91:8).
Jika dia gunakan akalnya maka dia akan memilih petunjuk ketaqwaan, jika ia gunakan
hawa nafsunya maka dia akan memilih kesesatan. Jadi beragama dalam Islam itu
dengan kesadaran akal bukan dengan paksaan. Penggunaan akal dalam beriman inilah
letak rasionalnya aqidah Islam. maka Islam hanya bisa dianut oleh mereka yang sudah
aqil baligh.
E. Cara Islam Menghadapi Komunisme dan Atheisme ?
Cara Seseorang Islam menghadapi komunisme dan atheisme yaitu dengan cara
meningkatkan iman dan takwa. Dan menjauhi hal hal yang berkaitan dengan
13. 13
komunisme dan atheisme tersebut. Cara meningkatan iman iman dan takwa adalah
dengan cara berikut ini:
1. memperbaiki sholat.
2. mentadaburi Al-Quran
3. berkumpul dengan orang sholeh
4. membaca buku buku islam
5. mempelajari ilmu pengetahuan
6. mentadaburi alam semesta
7. membadingkannya dengan kepercayaan lain
8. menjalankan perintah allah swt secara konsisten
9. menjauhi lingkungan yang buruk
10. memperbanyak zikir
14. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas diketahui bahwa agama sangat diperlukan
dalam kehidupan manusia. Sikap komunisme yang memetingkan kepentingan pribadi
dan kelompok tidak sesuai dengan ajaran Islam karena didalam islam kita diajarkan
untuk saling berbagi dan saling membantu dan tidak mengambil sesuatu dengan cara
menyakiti seseorang. Sikap Ateisme juga ditentang dalam islam sebab Islam
mengakui adanya keberadaan Allah SWT yang selalu membantu manusia dalam
kesusahan. Umat Islam percaya jika seseorang bertaqwa maka hidupnya akan penuh
ridho dari Allah SWT.
B. Saran
Janganlah kita bergaul dilingkungan yang tidak benar. Tetaplah beriman
kepada Allah SWT dan bertaqwa kepada-Nya sebab jika kita bertaqwa maka hidup kita
akan senantiasa tentram dan terjauh dari kegiatan Komunisme dan Ateisme dan sangat
ditentang Oleh Agama Islam. Sejak dahulu Rasullullah sangat menjauhi kegiatan
yahudi yang memuja sesuatu kecuali Allah SWT.