SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 27
1 
BAB 1 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Landasan Pendidikan diperlukan agar pendidikan yang sedang 
berlangsung mempunyai pondasi atau pijakan yang kuat. Menurut sifat wujudnya, 
landasan dapat dibedakan menjadi : (1) landasan yang bersifat material, dan (2) 
landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara 
lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun 
contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara 
Republik Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan 
pendidikan, dsb. Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi, yaitu 
suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah 
dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan 
suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak. (melakukan suatu praktek). Untuk 
di Indonesia diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan 
filsafat, landasan sejarah, landasan sosial, landasan budaya, landasan 
psikologi,dan landasan ekonomi. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis 
selalu bertolak dari landasan-landasan tersebut karena pendidikan merupakan 
pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. 
Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian 
anak manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya 
mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. 
Hasilnya adalah kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai pada akhirnya, hasil 
pendidikan ini hanya akan menjadikan manusia seperti robot, berakal tapi tidak 
berkepribadian ( jiwa kosong ). 
Untuk itulah, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi 
kondisi pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia 
dini diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini 
sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi. 
Adapun yang menjadi fokus pembahasan Landasan Sosiologi Pendidikan 
adalah pada pengertian landasan sosiologi, latar belakang histories 
perkembangannya, landasan sosiologi pendidikan, ruang lingkup dan fungsi
kajian sosiologi pendidikan, dan kajian masyarakat Indonesia sebagai landasan 
sosiologi sistem pendidikan nasional 
Demokratisasi pendidikan merupakan salah satu isu yang sampai kini 
masih menjadi persoalan baik pada tataran konseptual maupun implementasinya. 
Persoalan demokratisasi ini menjadi semakin kompleks seiring dengan 
bergulirnya isu-isu yang terkait dengan demokratisasi itu sendiri. Sehari-hari 
dapat diikuti dan diamati beberapa isu penting, seperti: kondisi transisional ke 
arah masyarakat yang demokratis, tuntutan pemerintahan yang demokratis, 
pembangunan ekonomi yang berorientasi kerakyatan, kebijakan yang berpihak 
dan yang berorientasi pada kepentingan rakyat, kebijakan demokratisasi 
pendidikan, dan demokratisasi di bidang politik. Isu dan gejala-gejala tersebut 
menunjukkan bahwa di masyarakat Indonesia telah terjadi suatu proses 
demokratisasi dalam seluruh aspek kehidupan. 
Demokratisasi pendidikan yang tengah bergulir di Indonesia tidak dapat 
dilepaskan dari persoalan pendidikan yang sedang kita hadapi. Pertama memang 
telah dilaksanakan program wajib belajar sembilan tahun. Namun belum 
menunjukkan capaian yang memuaskan, ini menunjukan rendahnya tingkat 
pendidikan, dan tentunya hal ini akan berimplikasi pada penyediaan sumber daya 
manusia yang berkualitas. Krisis multidimensi yang dialami, upaya pemulihan 
ekonomi yang nampaknya masih berjalan lamban, dan biaya pendidikan yang 
semakin meningkat baik SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi tampaknya akan 
lebih memperlemah kemampuan orang tua dan masyarakat dalam menyekolahkan 
anak-anaknya. Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah, dapat menjadi 
indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan 
pendidikan anak-anaknya. Ini menunjukkan bahwa ada persoalan mendasar, yaitu 
sebagian besar dari penduduk Indonesia belum menikmati pendidikan yang 
sesungguhnya adalah hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara. 
Permasalahan kedua adalah pengembangan sistem pendidikan dengan 
pendekatan hirarkhis struktural yang imperatif sifatnya. Pendekatan atas bawah 
seperti ini mempunyai implikasi yang sangat penting, terutama dapat menghambat 
proses demokratisasi itu sendiri. Kemandirian, kebebasan, dan kreativitas 
dihambat oleh mekanisme birokrasi yang dibangun secara seragam. 
2
Ketiga, pergeseran paradigma pembangunan termasuk pembangunan 
pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi ternyata memberikan beberapa 
implikasi penting. Sekalipun pergeseran itu memperkuat proses demokratisasi, 
tetapi teramati beberapa kecenderungan dan gejala berikut ini, yaitu: (1) 
munculnya gejala “pertarungan” antara semangat independensi versus 
interdependensi. Dalam pertarungan itu, daerah memiliki semangat kedaerahan 
yang sangat tinggi sehingga cenderung ingin memiliki semuanya, mengabaikan 
rasa ketergantungan satu terhadap yang lain. Di pihak lain kondisi obyektif 
terutama sosial ekonomi daerah pada daerah-daerah tertentu belum cukup kuat 
untuk menjadi kekuatan yang menopang implementasi otonomi terutama dalam 
mewujudkan demokrasi pendidikan. (2) kecenderungan terjadinya disparitas antar 
daerah terutama terkait dengan hak setiap warganegara untuk mendapatkan 
pendidikan yang bermutu. Kesenjangan antar daerah baik karena faktor ekonomi 
maupun geografis dapat menimbulkan ketidakpastian standar mutu yang dapat 
dicapai. Kasus terakhir adalah masalah konversi nilai Ujian Akhir Nasional, 
menunjukkan adanya persoalan uncertainty about standards of achievement. 
Keempat masalah ketersediaan sumber daya manusia khususnya tenaga 
kependidikan. Masalah tenaga kependidikan terutama terkait dengan 
profesionalisme dalam arti kemampuan dan kesiapan dalam melaksanakan fungsi-fungsi 
pendidikan, dan masalah ketersediaan tenaga kependidikan untuk jabatan 
dan fungsi-fungsi pendidikan yang harus dilaksanakan baik guru maupun fungsi 
manajemen pendidikan lainnya seperti ahli perpustakaan, ahli analisis pendidikan, 
ahli ekonomi pendidikan, ahli politik pendidikan, pengembang kurikulum, 
konselor, psikolog, laboran, teknisi, dan lain sebagainya. 
Ini menjadi suatu persoalan yang sangat serius dalam mewujudkan 
demokratisasi pendidikan. Nampak bahwa dalam kondisi seperti itu sangat sulit 
bagi anak-anak di daerah-daerah tersebut untuk memperoleh kesempatan 
mengenyam pendidikan yang bermutu. Padahal salah satu aspek penting dari 
demokratisasi pendidikan ialah kesempatan yang sama dalam memperoleh 
pendidikan yang bermutu. 
Kelima masalah lemahnya dukungan finansial. Sekalipun secara 
konstitusional telah ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk 
pendidikan, tetapi hal ini masih sangat sulit untuk dapat diwujudkan baik 
3
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setiap daerah otonom memiliki 
kemampuan keuangan daerah yang tidak sama. 
Keenam masalah kondisi obyektif sosio-demografis dan geografis wilayah 
dan kepulauan Indonesia. Kondisi demografis baik struktur penduduk dengan 
jumlah penduduk usia muda yang sangat besar, jumlah penduduk, mobilitas, dan 
persepsi budaya tentang pendidikan menjadi tantangan dalam proses 
demokratisasi pendidikan. 
4 
B. Rumusan Masalah 
Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan menjadi: 
1. Pengertian sosiologi Pendidikan. 
2. Latar belakang histories perkembangan sosiologi pendidikan. 
3. Landasan sosiologi pendidikan. 
4. Ruang lingkup dan fungsi kajian sosiologi pendidikan, dan kajian tentang 
masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologi. 
5. Apa dan bagaimana peranan ekonomi dalam pendidikan? 
6. Apa saja fungsi produksi ekonomi dalam pendidikan? 
7. Bagaimana Peran dan fungsi ekonomi pendidikan? 
8. Bagaimana efesiensi dan efektivitas dana pendidikan? 
C. Tujuan 
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah: 
1. Untuk mengkaji pengertian landasan sosiologi 
2. Untuk mengkaji latar belakang histories sosiologi pendidikan 
3. Untuk mengkaji landasan sosiologi pendidikan 
4. Untuk mengkaji ruang lingkup dan fungsi kajian sosiologi pendidikan 
5. Untuk mengkaji masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologi Sistem 
Pendidikan Nasional.
5 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Sosiologis Pendidikan 
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan 
tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu otonom dapat lahir karena terlepas dari 
pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte 
(1798 – 1857). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia 
dalam kelompok – kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri – 
ciri : 
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan 
diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan. 
2. Teoritis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu 
bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan 
kepada generasi muda. 
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi 
dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan 
berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik. 
4. Nonetis, karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta 
individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk. 
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut 
oleh pengikutnya: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham 
integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka 
dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya 
masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak 
individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan 
individu di atas kepentingan masyarakat. 
Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, 
antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga 
menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat 
sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di atas adalah paham 
kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan 
kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi
masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham integralistik; masing-masing 
anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis 
6 
merupakan masyarakat. 
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik 
yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong 
royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama 
menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan 
(4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di 
Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan 
juga kualitas struktur masyarakatnya 
Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya 
merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Bahwa manusia merupakan makhluk 
sosial karena beberapa faktor berikut: a) Sifat ketergantungan manusia dengan 
manusia lainnya, b) Sifat adaptability dan intelegensi. Dengan demikian, manusia 
sebagai makhluk sosial, menjadikan sosiologi sebagai landasan bagi proses dan 
pelaksanaan pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia sebagai 
makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan 
yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan. 
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi 
pendidikan meliputi empat bidang, yaitu: 
1. Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari: 
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan b. Hubungansistem pendidikan dan 
proses control social dan system kekuasaan. c. Fungsi system pendidikan dala 
memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan d. 
Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status e. Fungsionalisme 
system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau 
kelompok-kelompok dalam masyarakat. 
2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi: a. Sifat kebudayaan sekolah 
khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah b. Pola interaksi 
social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari: a. Peranan 
social guru b. Sifat kepribadian guru c. Pengaruh kepribadian guru terhadap 
tingkah laku siswa d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak 
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan 
kelompok social lain didalam komunitasnya, yang meliputi: a. Pelukisan tentang 
komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah b. 
Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social 
komunitas kaum tidak terpelajar c. Hubungan antara sekolah dan komunitas 
dalam fungsi kependidikannya d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam 
hubungannya dengan organisasi sekolah. 
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk 
memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup 
masyarakat. 
Kajian sosiologi tentang pedidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur 
pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama 
apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting 
karena keluarga merupakan lembaga social yang pertamabagi setiap manusia. 
7 
B. Latar belakang histories perkembangan sosiologi pendidikan 
Ketika diangkat menjadi Presiden American Sosiological Association 
pada tahun 1883, Lester Frank Ward, yang berpandangan demokratis, 
menyampaikan pidato pengukuhan dengan menekankan bahwa sumber utama 
perbedaan kelas sosial dalam masyarakat Amerika adalah perbedaan dalam 
memiliki kesempatan, khususnya kesempatan dalam memperoleh pendidikan. 
Orang berpendidikan lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk maju dan 
memiliki kehidupan yang lebih bermutu. Pendidikan dipandang sebagai faktor 
pembeda antara kelas-kelas sosial yang cukup merisaukan. 
Untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan tersebut ia mendesak 
pemerintahnya agar menyelenggarakan wajib belajar. Usulan itu dikabulkan, dan 
wajib belajar di USA berlangsung 11 tahun, sampai tamat Senior High School 
(Rochman Natawidjaja, et. al., 2007: 78). Buah pikiran Ward dijadikan landasan 
untuk lahirnya Educational Sociology sebagai cabang ilmu yang baru dalam
sosiologi pada awal abad ke-20. Ia sering dijuluki sebagai “Bapak Sosiologi 
Pendidikan”(Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 79). 
Fokus kajian Educational Sociology adalah penggunaan pendidikan 
pendidikan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan social dan sekaligus 
memberikan rekomendasi untuk mendukung perkembangan pendidikan itu sendiri. 
Kelahiran cabang ilmu baru ini mendapat sambutan luas dikalangan universitas di 
USA. Hal itu terbukti dari adanya 14 universitas yang menyelenggarakan 
perkuliahan Educational Sociology, pada tahun 1914. Selanjutnya, pada tahun 1923 
dibentuk organisasi professional bernama National Society for the Study of 
Educational Sociology dan menerbitkan Journal of educational Sociology. Pada 
tahun 1948, organisasi progesional yang mandiri itu bergabung ke dalam seksi 
pendidikan dari American Sociological Society. Pada tahun 1928 Robert Angel 
mengeritik Educational Sociology dan memperkenalkan nama baru yaitu Sociology 
of Education dengan focus perhatian pada penelitian dan publikasi hasilnya, 
sehingga Sociology of Education bisa menjadi sumber data dan informasi ilmiah, 
serta studi akademis yang bertujuan mengembangkan teori dan ilmu sendiri. 
Dengan dukungan dana penelitian yang memadai, berhembuslah angin 
segar dan menarik para sosiolog untuk melakukan penelitian dalam bidang 
pendidikan. Maka diubahlah nama Educational Sociology menjadi Sociology of 
Education dan Journal of Educational Sociology menjadi Journal of the Sociology 
of Education (1963). Serta seksi Educational Sociology dalam American 
Sociological Society pun berubah menjadi seksi Sociology of Education yang 
berlaku sampai sekarang. Penelitian dan publikasi hasilnya menandai kehidupan 
Sociology of Education sejak pasca Perang Dunia II. Sosiologi lahir dalam abad ke- 
19 di Eropa karena pergeseran pandangan tentang masyarakat sebagai ilmu empiris 
yang memperoleh pijakan yang kokoh. Nama sosiologi untuk pertama kali 
digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun 1839 (Umar Tirtarahardja 
dan La Sulo, 1994: 96). Di Prancis, pelopor sosiologi pendidikan yang terkemuka 
adalah Durkheim (1858-1917), merupakan Guru Besar Sosiologi dan Pendidikan 
pada Universitas Sorbonne. 
Di Jerman, Max Weber (1864-1920) menyoroti keadaan dan 
penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat dengan latar belakang sosial budaya 
serta tingkat kemajuan berbeda. Sedang di Inggris, perhatian sosiologi pada 
8
pendidikan pada awalnya kurang berkembang karena pelopor sosiologi-nya, yaitu 
Herbert Spencer (1820-1903) justru merupakan Darwinisme Sosial. Namun 
belakangan, di Inggris muncul aliran sosiologi yang memfokuskan perhatiannya 
akan analisis pendidikan pada level mikro, yaitu mengenai interaksi social yang 
terjadi dalam ruang belajar. Berstein, misalnya, berusaha dengan jalan menyajikan 
lukisan tentang kenyataan dan permasalahan yang terdapat dalam sistem 
persekolahan dengan tujuan agar para pengambil keputusan menentukan langkah-langkah 
perbaikan yang tepat. Pendekatan Berstein ini oleh Karabel dijuluki sebagai 
atheoretical, pragmatic, descriptive, and policy focused (Rochman Natawidjaja, et. 
Al., 2007: 80). 
Di Indonesia, perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan 
masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Para 
pendukung politis etis di Negeri Belanda saat itu melihat adanya keterpurukan 
kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak agar pemerintah jajahan melakukan 
politik balas budi untuk memerangi ketidakadilan melalui edukasi, irigasi, dan 
emigrasi. Meskipun pada mulanya program pendidkan itu amat elitis, lama 
kelamaan meluas dan meningkat ke arah yang makin populis sampai 
penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini. Pelopor pendidikan pada saat itu antara 
lain: Van Deventer, R.A.Kartini, dan R.Dewi Sartika. 
9 
C. Landasan Sosiologi Pendidikan 
Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber 
dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami 
kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola 
hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyrakat tersebut. Untuk 
terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai 
sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma social yang mengikat 
kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota 
masyarakat. 
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang 
dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, 
(3) paham integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu 
lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak 
individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan 
individu di atas kepentingan masyarakat. 
Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, 
antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga 
menimbulkan dampak yang kuat. Paham kolektivisme memberikan kedudukan 
yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara 
perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. Sedangkan paham 
integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat 
saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat. 
Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan 
dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi. 
Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan 
kepentingan pribadi. 
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham 
integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan 
dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan 
bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga 
negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena 
itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara 
orang per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya. 
10 
D. Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan 
Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan 
namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational 
Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh 
professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan) 
dan para mahasisiwa serta professional sosiologi. 
Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan 
adanya empat pokok bahasan berikut: 
1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem social lain 
2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar, 
3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik (Rochman Natawidjaja, et. Al. 
11 
2007: 81). 
Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi 
mengenai bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses 
pendidikan itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut 
kacamata kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal. 
Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang 
sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata 
pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan 
komunitas sekitar, interaksi social antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, 
dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik (Rochman Natawidjaja, et. 
Al., 2007: 82). 
Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, Sosiologi Pendidikan 
dituntut melakukan tiga fungsi pokok, yaitu : 
1. Fsungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang 
fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk 
diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak 
generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan 
informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari 
lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang 
masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan 
akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan 
akan dapat menafsirkan fenomena – fenomena yang dihadapi secara akurat. 
Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media 
komunikasi. 
2. Fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang 
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu, 
tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor 
internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui 
berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam 
perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan 
tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi 
dalam kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan 
pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang 
memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan 
sendiri. 
Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan 
fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan 
utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan 
pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih 
fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus, Sosiologi Pendidikan 
berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi sosial di antara 
orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta 
didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, 
dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain. 
E. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan 
12 
Nasional 
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber 
dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk 
memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa kita harus memusatkan 
perhatian kita pada pola hubungan antara pribadi dan antar kelompok dalam 
masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan 
damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma 
sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh 
masing-masing anggota masyarakat. 
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham 
integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan 
dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan 
bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga 
negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. 
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan 
kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Masyarakat selalu mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar 
sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi 
bersama, pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya 
mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. 
Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun dalam 
arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak misalnya 
masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit misalnya marga atau 
suku. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama, antara lain: 
1. Ada interaksi antara warga-warganya 
2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma, hukum, 
13 
dan aturan-aturan khas 
3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat para warganya. Kesatuan wilayah, 
kesatuan adat- istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap 
kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotisme, 
nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial (Umar Tirtarahardja 
dan La Sulo, 1994: 100). 
Masyarakat Indonesia mempnyai perjalanan sejarah yang panjang. 
Dari dulu hingga kini, ciri yang menonjol dari masyarakat Indonesia adalah 
sebagai masyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau di nusantara. 
Melalui perjalanan panjang, masyarakat yang bhineka tersebut akhirnya 
mencapai satu kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha 
mewujudkan satu masyarakat Indonesia sebagaiu masyarakat yang bhinneka 
tunggal ika. Sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua 
ciri yang unik, yakni : 
1. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau 
komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan 
kedaerahan. 
2. Secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara 
lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah.
14 
F. Peran Ekonomi Dalam Pendidikan 
Kalau dulu ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan rakyat 
Indonesia maka kini disamping alasan seperti itu juga jangan sampai kita kalah 
bersaing dalam era globalisasi ekonomi, Akan tetapi karena kebanyakan 
kebijaksanaan dan peraturan di buat maka banyak sekali timbul ketidak 
harmonisan antar para pengusaha dalam menjalankan roda ekonomi yang 
menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, maka di era globalisasi 
sekarang ini keterpurukan ekonomi di Indonesia akan diterapkan kebijaksanaan 
dan peraturan yang baru dan memperbaiki perekonomian bangsa sehingga rakyat 
yang menderita dapat dengan segera menikmati hasil perekonomian kita yang 
mapan di masa yang akan datang baik perekonomian yang bersifat makro dan 
mikro. 
a. Dimensi Makro 
Analisis kegiatan pendidikan dilakukan oleh berbagai ilmuwan antara lain 
ilmuwan ekonomi. Dimyati (1988:65-66) dalam Satmoko (1999:106) 
menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara kegiatan 
pendidikan dengan kegiatan ekonomi yang diharapkan menjadi tenaga kerja. 
Terdapat dua pandangan yang satu sisi menyatakan kegiatan pendidikan 
merupakan pemborosan dana masyarakat, dipihak lain menyatakan kegiatan 
pendidikan merupakan pengelolaan sumber daya manusia yang berpotensi 
produktif untuk masyarakat. 
Analisis ilmu ekonomi menunjukkan bahwa objek ilmu ekonomi adalah 
tindak ekonomis. Tindak ekonomis adalah memilih secara bijaksana 
sehubungan dengan keadaan alam, modal, tenaga kerja, organisasi dan waktu 
yang terbatas dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang terbatas. 
Analisis unsur-unsur tentang tindak ekonomi bermanfaat untuk memahami 
hubungan antara sistem ekonomis dan sistem pendidikan. Perbedaannya dapat 
dilihat dari tabel dibawah ini :
15 
Perbandingan Antara Tindak Ekonomis Dan Tindak Pendidikan 
KOMPONEN TINDAK EKONOMIS TINDAK PENDIDIKAN 
a. Tujuan 
Tindakan 
Memperoleh keuntungan 
material atau saling 
menguntungkan 
Menumbuhkan kebangkitan 
individu sebagai pribadi yg 
self help. 
b. Pelaku 
Tindakan 
Orang dewasa yang 
menanggung biaya hidup 
(sesuai aturan dalam 
masyarakat) 
Orang dewasa dan anak atau 
orang dewasa dan orang yg 
belum dewasa yg berfungsi 
sebagai pendi dik atau anak 
didik. 
c. Dasar Tindakan Kaidah ekonomi non susila 
(non etis) 
Kesusilaan sesuai martabat 
manusia 
d. Orientasi Untung rugi ekonomis dan 
efisiensi 
Terbentuknya keutuhan 
martabat manusia sebagai 
pribadi 
e. Waktu Kegiatan Terbatas, dalam rangka 
perhitungan keuntungan 
ekonomis 
Sepanjang hayat dengan 
perhitungan usia produktif 
f. Nilai-Nilai Nilai ekonomis dalam sistem 
ekonomi yg berlaku, 
umumnya dihitung dengan 
uang 
Nilai paedagogis dalam kaitan 
nilai sosial budaya 
g. Hasil Tindakan Barang berupa jasa,atau uang Berupa orang terpelajar, 
tenaga terampil yg diharapkan 
menjadi tenaga kerja 
h. Harga Satuan Jumlah penghasilan dibagi 
jumlah penduduk setiap tahun 
Jumlah biaya pendidikan 
dibagi lulusan setiap tahun. 
Perkembangan perekonomian makro berpengaruh sekali dalam bidang 
pendidikan, seperti sekarang ini banyak sekali orang kaya yang mau menjadi 
bapak angkat bagi anak-anak yang tidak mampu untuk menempuh pendidikan 
kejenjang yang lebih baik. Perkembangan lain yang sangat mengembirakan
adalah terlaksananya sistem ganda dalam dunia pendidikan, hal ini berlangsung 
baik di lembaga pendidikan yaitu kerjasama sekolah dengan pihak usahawan 
dalam proses belajar mengajar. Kemajuan pembangunan perekonomian secara 
makro dapat juga berdampak timbulnya sekolah-sekolah unggul yang memiliki 
fasilitas pendidikan yang lengkap karena di biayai dan dipunyai oleh kebanyakan 
orang –orang kaya Walaupun kebijakan dan program sekolah ini tidak sama 
dengan yang lain, diharapkan agar tidak terdapat pilih-kasih dalam menerima para 
siswa artinya calon siswa dari manapun asalnya hendaklah dapat diberikan 
kesempatan dalam menempuh pendidikan di sekolah unggulan tersebutdan yang 
paling penting juga adalah dapat menghasilkan lulusan yang bermutu serta tidak 
menyimpang dengan tujuan nasional negara kita. 
Jadi inti tujuan pendidikan adalah membentuk mental yang positif atau 
cinta terhadap prestasi, cara kerja dan ahsil kerja sempurna. Tidak menolak 
pekerjaan kasar, menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu 
hidupa dalam keaadaan apapun. 
Sesudah membicarakan peran ekonomi secara makro ada baiknya 
16 
dibicarakan peran ekonomi secara makro. 
b. Dimensi Mikro 
Menurut Satmoko (1999: 109) Peran ekonomi secara mikro dapat 
dibuktikan bahwa orang memandang kehidupan seseorang dapat meningkat atau 
menurun karena terkait erat dengan perekonomian. Jarang orang mengaitkan naik 
turunnya tarf kehidupan sesorang itu dengan tingkat kedamiaan hati, kebahagiaan 
keluarga, kejujuran dan kesucian hidup seseorang. 
Pada umumnya tingkat perekonomian keluarga mempengaruhi 
perencanaan pendidikan yang dibuat orang tua tentang arah pendidikan anaknya. 
Secara sadar atau tidak orang tua dalam menerncanakan pendidikan bagi anak-anaknya 
menggunakan pendekatan nilai imbalan. Pendekatan ini digunakan untuk 
mencari keseimbangan antara keuntungan dan kerugian. Prinsip untung rigi 
dipakai oleh mereka yang rasional dalam memutuskan bagaimana sebaiknya 
membelanjakan uangnya agar keinginanannya tercapai. 
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa ekonomi itu memegang 
peranan penting dalam kehidupan seseorang, walaupun orang tersebut menyadari 
bahwa kehidupan gemerlap tidak menjamin kebahagiaan, yang penting bagi
mereka bagaimana dapat meraih tingkat perekonomian yang lebih tinggi lagi. 
Banyak sekali keluarga miskin yang dalam perekonomian mereka hanya dapat 
untuk makan saja, dan tidak dapat membiayai sekolah bagi anak-anaknya, kata 
miskin diatas diukur dari tingkat perekonomian bukan tingkat rohani dan kualitas 
mental. 
17 
G. Fungsi Produksi Dalam Pendidikan 
Fungsi produksi dalam pendidikan, adalah hubungan antara output dan 
input, di mana ada tiga bagian yaitu: 
1. Fungsi Produksi Administator; yang dipandang input adalah segala sesuatu 
yang menjadi wahana dan proses dalam pendidikan, input pendidikan meliputi: 
a. Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas dapat diuangkan, 
artinya bahwa perhitungan luas dan kualitas bangunan. 
b. Perlengkapan belajar di sekolah seperti media, alat peraga juga dihitung 
harganya. 
c. Buku-buku pelajaran, dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan 
sebagainya. 
d. Barang-barang yang habis dipakai seperti zat kimia dilaboratorium dan 
sebagainya. 
e. Waktu guru bekerja, dan perangkat pegawai administrasi dalam memproses 
peserta didik harus dibeli dan dibayar. 
Kelima jenis input di atas sesudah dinilai dalam bentuk uang 
kemudian dijumlahkan. Sementara itu yang dipandang sebagai output adalah 
berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik seperti menghitung 
SKS dan lamanya peserta didik dalam belajar. 
2. Fungsi Produksi Dalam Psikologi; adalah sama dengan input fungsi 
produksi administrator akan tetapi outputnya berbeda. Hasil output yang 
ada pada fungsi ini adalah hasil belajar siswa yang mencakup; peningkatan 
kepribadian, pengarahan dan pembentukan sikap, penguatan kemauan, 
penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi, penajaman pikiran, dan 
peningkatan estetika (keindahan) serta keterampilan.
Suatu lembaga pendidikan dipandang berhasil dari segi fungsi 
produksi psikologi, kalau harga inputnya sama atau lebih kecil daripada 
harga outputnya. Indikator harga hanya dapat dicari dalam bentuk 
manfaatnya lulusan dimasyarakat serta kecocokannya dengan norma dan 
kondisi masyarakat. 
3. Fungsi Produksi Ekonomi; sebagai inputnya adalah semus biaya 
pendidikan seperti pada input fungsi produksi admnistrator, semua uang 
yang dikeluarkan untuk keperluan pendidikan yaitu uang saku, membeli 
buku dan sebagainya selama masa belajar dan uang yang mungkin 
diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat 
sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Sementara yang 
mrenjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau 
sudah tamat dan bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum 
belajar atau kuliah. Dan apabila ia belum pernah bekerja yang menjadi 
outputnya adalah gaji yang diterima setelah tamat dan bekerja. 
Dalam menghitung harga-harga produksi ekonomi ada berbagai kesulitan 
yang menghadang yaitu: 
a) Jika peserta didik tamat, belum tentu ia segera bekerja, 
b) Selama menunggu untuk mendapatkan pekerjaannya maka ia 
memutuskan untuk bekerja seadanya dengan penhasilan yang tidak 
tetap. 
c) Kalaupun lulusan membuat usaha sendiri dengan modal seadanya, 
18 
penghasilan tiap bulan tidak mungkin tertatur. 
d) Kalaupun lulusan bisa bekerja dengan penghasilan tetap tiap bulan 
sangat mungkin dia mencari tambahan penhasilan diluar untuk 
meningkatkan nafkahnya. 
e) Bila bekerja disektor swasta, pengasilannya sulit dihitung sebab 
upah atau gaji perusahaan bervariasi. 
f) Kalaupun lulusan ini bisa bekerja dengan penghasilan tiap bulan 
maka dia mencari tambahan diluar untuk meningkatkan nafkahnya.
Dengan demikian fungsi produksi ekonomi akan bisa 
diaplikasikan dengan baik jika ada jaminan bahwa peserta didik 
segera bekerja setelah lulus sebagai Pegawai dengan gaji yang cukup 
sehingga tidak mencari tambahan pekerjaan diluar. Fungsi produksi 
ekonomi bertalian erat dengan marketing didunia pendidikan. Dalam 
hal ini Keuntungan marketing adalah a). Meningkatnya misi 
pendidikan secara sukses dan terselenggara dengan baik, sebab diisi 
dengan program yang baik, b). Kepuasan masyarakat ditingkatkan, c). 
Meningkatkan daya tarik terhadap petugas, peserta didik, dana 
donatur, d). Meningkatkan keefesiensi dan kegiatan pemasaran. Akan 
tetapi dalam marketing juga terdapat kelemahan adalah a). Ada 
kecederungan lembaga pendidikan selalu dijadikan usaha dagang 
untuk mendapatkan keuntungan, b). idealisme pendidikan cenderung 
diabaikan. 
Menurut Mutrofin (1996) dalam Pidarta (2007:254), 
menyatakan bahwa negara-negara maju hubungannya antara 
pendidikan dengan pembangunan ekonomi sangatlah jelas, dimana 
sistem pendidikan diorientasikan kepada kebutuhan ekonomi yang 
didasari pada teknologi tinggi, fleksibelitas dan mobilitas angkatan 
kerja. Dalam masa pembangunan dinegara kita sekarang ini 
pengembangan ekonomi mendapat tempat strategis, dengan 
munculnya Link and Match, kebijaksanaan ini meminta dunia 
pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang sesuai dengan 
pasaran kerja, mencakup mutu, dan jumlah serta jenisnya. 
19 
H. Peran Dan Fungsi Ekonomi Pendidikan 
Peranan ekonomi dalam pendidikan cukup menentukan tetapi bukan 
sebagai pemegang peranan penting sebab ada hal lain yang lebih menentukan 
hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan 
dengan ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian dan ketrrampilan pengelola guru-gurunya. 
Inilah yang merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan 
tinggi. Artinya apabila pengelola dan guru-guru/dosen-dosen memiliki dedikasi 
yang memadai, ahli dalam bidangnya dan memiliki ketrampilan yang cukup
dalam melaksanakan tugasnya, memberi kemungkinan lembaga pendidikan akan 
sukses melaksanakan misinya walaupun dengan ekonomi yang tidak memadai. 
Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses 
pendidikan bukan merupakan modal yang dikembangkan dan juga mendapatkan 
keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan 
salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu 
mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang 
handal dan mampu menciptakn lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan 
bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi 
pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi 
dalam kehidupan manusia. 
20 
Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada 
hal-hal: 
a. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat sendiri seperti 
prasarana dan sarana, media, alat peraga dan sebagainya. b). Membiayai 
semua perlengkapan gedung, seperti air, listrik telpon. c). Membayar jasa dari 
segala kegiatan pendidikan, d). Mengembangkan individu yang berperilaku 
ekonomi, seperti; belajar hidup hemat, e). Memenuhi kebutuhan dasar para 
personalia pendidikan, f). Meningkatkan motivasi kerja, dan g). 
meningkatkan gairah kerja para personalia pendidikan. 
Dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada 
kewajiaban lembaga pendidikan untuk memperbanyak Sumber-sumber dana 
pendidikan yang mungkin bisa diperoleh di antaranya: a). Dari pemerintah 
dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian dan sebagainya; b). Kerjasama 
dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia usaha. Kerja 
samanya dalam bidang penelitian, pengabdian pada masyarakat; c). 
Memebentuk pajak pendidikan. Program ini bisa dirancang bersama antara 
lembaga pemerintah setempat dan masyarakat, dengan cara ini bukan saja 
orang tua siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua masyarakat; f). 
Usaha-usaha lainya. 
Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dibagi atas : a). Dana rutin 
adalah dana yang dipakai untuk membiayai kegiatan rutin seperti gaji 
pendidikan pengabdian masyarakat, penelitian dan sebagainya; b). Dana
pembangunan, adalah dana yang dipakai untuk membiayai pembangunan fisik 
diberbagai bidang, seperti; membangun prasarana dan sarana, alat belajar, 
media, dan kurikulum baru; c). Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP yang 
digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan 
dana pembangunan; d). Dana usaha lembaga sendiri yang penggunaanya 
untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana 
pembangunan. 
Di dalam mengelola dan merencanakan sumber dana, maka ada tiga 
macam perencanaan biaya pendidikan yaitu: a). Perencanaan sacara 
tradisional, yaitu merencanakan masing-masing pendidikan maka masing 
masing pendidikan tersebut ditentukan biayanya; b). SP4 (Sistem Perencanaan 
Penyusunan Program Dan Penganggaran): Pengaturan jenis-jenis kegiatan 
dalam pendidikan diatur dalam system, alokasi dana disusun berdasarkan 
realita, dan semua kegiatan ditujukan pada pencapaian target pendidikan; c). 
ZBB (Zero Base Budgeting), hanya diatur untuk satu tahun anggaran 
Dengan demikian dana pendidikan perlu dikelola secara profesional 
dengan SP4 dan dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti pembelian yang 
sah. 
21
22 
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan, dan 
karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisa ilmiah tentang 
proses social di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh 
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang: 
1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain 
2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar 
3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan 
4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik 
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber 
dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami 
kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola 
hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk 
terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai 
sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat 
kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota 
masyarakat. 
Sosiologi pendidikan dituntut untuk melakukan tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi 
eksplanasi, (2) fungsi prediksi, (3) fungsi utilisasi. Secara umum, sosiologi 
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya tersebut melalui 
pengkajian fenomena-fenomena sosial dan pendidikan, dalam rangka mencari 
model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. 
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah 
mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat 
kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya 
pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan 
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan ke-Bhineka tunggal ika-an, 
baik melalui kegiatan jalur sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Dalam dunia pendidikan faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang 
utama, melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan 
pendidikan sebab dengan ekonomi yang memadai dapat memenuhi semua fasilitas 
dan aktivitas dunia pendidikan. 
Faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah 
dedikasi, keahlian, keterampilan pengelola dan guru serta dosen dalam setiap 
lembaga pendidikan. 
Fungsi ekonomi pendidikan menunjang kelancaran proses pendidikan dan 
sebagai bahan pengajaran ekonomi untuk membentuk manusia ekonomi yaitu 
manusia yang dalam kehidupan sehari-harinya memilki kemampuan dan kebiasaan, 
seperti: memiliki etos kerja, tidak bekerja setengah- setengah, produktif, dan bisa 
hidup efesien/hemat. 
Tiap lembaga pendidikan diupayakan mampu menghidupi diri sendiri, 
dengan cara mencari sumber- sumber dana tambahan sebanyak mungkin guna 
memajukan dunia pendidikan dan dalam Penggunaan dana pendidikan haruslah 
secara professional dan efesien serta efektiv selanjutnya dapat 
dipertanggungjawabkan. 
Dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang produktif, maka 
sistem pendidikan, struktur kurikulum, serta jenis pendidikan diatur kembali 
selanjutnya biaya pendidikan ditingkatkan. 
23 
B. Saran-Saran 
Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih 
mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang 
tercantum dalam daftar pustaka. 
Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk 
kesempurnaan makalah ini
24 
DAFTAR PUSTAKA 
Ardhana, Wayan. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. FIP IKIP. Malang. 
Bachri, Syamsul. 2002. Sosiologi Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu 
Balitbang Depdiknas: http://ww.depdiknas.go.id 
Biro Pusat Statistik: http://www. bps.go.id 
Pengetahuan. Makalah. Program Pascasarjana UNM. Makassar 
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak 
Indonesia). Jakarta: PT. Rineka Cipta 
Natawidjaya, R., Sukmadinata, N.S., Ibrahim. Djohar, A,. 2007. Ilmu Rujukan 
Filsafat, Teori, dan Praksis. Universitas Pendidikan Indonesia. 
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, 1994. Pengantar Pendidikan. Departemen 
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta 
Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Landasan Kependidikan (Pengantar ke arah Ilmu 
Pendidikan Pancasila). Semarang: CV. IKIP Semarang Press. 
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Rhineka Cipta 
Jakarta. 
Wijayantiloma, Nani. Landasan Sosiologis dan Kultur. 
http://naniwijayantiloma.blogspot.Com 2009/9. 
http://lela68.wordpress.com/2009/05/24/bab-7-landasan-ekonomi/accesed 03/10/2009 
http://dwijakarya.blogspot.com/2009/01/01/landasan-ekonomi-dalam-pendidikan. 
html/accesed 03/10/2009. 
http://syamsulberau.wordpress.com/landasan-pendidikan/accesed 03/10/2009.
25 
KATA PENGANTAR 
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, 
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas kelompok dari mata kuliah 
Landasan Pendidikan dan Pengajaran dengan judul “Landasan – Landasan dalam 
Pendidikan (Landasan Sosiologi dan Ekonomi)”. Dalam bentuk masih sangat sederhana. 
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Patta Bundu, M.Ed. selaku dosen mata 
kuliah Landasan Pendidikan dan Pengajaran yang telah mentransfer ilmunya kepada kami 
serta pihak-pihak tertentu yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah 
banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian makalah ini. 
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari 
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya kontuktif sangat kami 
butuhkan dari pihak demi kesempurnaan makalah ini dimasa-masa akan datang. 
Oktober 2014 
Penulis
26 
DAFTAR ISI 
Halaman 
KATAPENGANTAR 
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1 
A. Latar Belakang………………………......................................... 1 
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 4 
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 4 
BAB II Pembahasan………………………………..………………..…. 5 
A. Pengertian Sosiologis Pendidikan …………..…………………… 5 
B. Latar belakang histories perkembangan sosiologi pendidikan ….. 7 
C. Landasan Sosiologi Pendidikan ………………………………….. 9 
D. Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidi…………… 10 
E. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem 
Pendidikan Nasional............................................................... 12 
F. Peran Ekonomi Dalam Pendidikan……………………………….. 14 
G. Fungsi Produksi Dalam Pendidikan …………………………….… 17 
H. Peran Dan Fungsi Ekonomi Pendidikan ………………………….. 19 
BAB III Penutup………………………………………………………… 22 
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 22 
B. Saran……………………………………………………………… 23 
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 24
27 
Tugas Kelompok 
Prof. Dr.Patta Bundu, M.Ed 
Landasan - Landasan dalam Pendidikan 
(Landasan Sosiologis dan Ekonomi) 
Salma Sambara, S.Pd 
Ismail, S. 
Andi Muhammad Ishak, S.Pd 
Zaenal Akbar, S.Pd 
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 
Program Pascasarjana 
Universitas Negeri Makassar 
2014

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kebijakan Pendidikan
Kebijakan PendidikanKebijakan Pendidikan
Kebijakan PendidikanAbdau Qur'ani
 
jenis-jenis Kurikulum di INDONESIA
jenis-jenis Kurikulum di INDONESIAjenis-jenis Kurikulum di INDONESIA
jenis-jenis Kurikulum di INDONESIAmerlin monim
 
Model-model pengembangan kurikulum
Model-model pengembangan kurikulumModel-model pengembangan kurikulum
Model-model pengembangan kurikulumDasrieny Pratiwi
 
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)Nastiti Rahajeng
 
Ppt analisis karakteristik awal peserta didik
Ppt analisis karakteristik awal peserta didikPpt analisis karakteristik awal peserta didik
Ppt analisis karakteristik awal peserta didikCha-cha Taulanys
 
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013imamhidayat21
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaPrincess Indry
 
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/MadrasahPermendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/MadrasahYani Pieter Pitoy
 
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainyaHubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainyaRifai Ahmad
 
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975Amphie Yuurisman
 
Bab i sampai 3
Bab i sampai 3Bab i sampai 3
Bab i sampai 3Oscar Cole
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemEster Emilia
 
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Syaiful Ahdan
 
ALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONAL
ALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONALALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONAL
ALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONALsello susilo
 
Ppt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model sharedPpt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model sharedrizka_pratiwi
 

Was ist angesagt? (20)

Kebijakan Pendidikan
Kebijakan PendidikanKebijakan Pendidikan
Kebijakan Pendidikan
 
jenis-jenis Kurikulum di INDONESIA
jenis-jenis Kurikulum di INDONESIAjenis-jenis Kurikulum di INDONESIA
jenis-jenis Kurikulum di INDONESIA
 
Model-model pengembangan kurikulum
Model-model pengembangan kurikulumModel-model pengembangan kurikulum
Model-model pengembangan kurikulum
 
Makalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat MadaniMakalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat Madani
 
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
Penyusunan bahan ajar (KELOMPOK 9)
 
Ppt analisis karakteristik awal peserta didik
Ppt analisis karakteristik awal peserta didikPpt analisis karakteristik awal peserta didik
Ppt analisis karakteristik awal peserta didik
 
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-taba
 
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/MadrasahPermendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007: Standar Kepala Sekolah/Madrasah
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainyaHubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
 
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
 
PRANATA SOSIAL (sosiologi)
PRANATA SOSIAL (sosiologi)PRANATA SOSIAL (sosiologi)
PRANATA SOSIAL (sosiologi)
 
Bhs ind (4) Bahasa Ragam Ilmiah
Bhs ind (4) Bahasa Ragam IlmiahBhs ind (4) Bahasa Ragam Ilmiah
Bhs ind (4) Bahasa Ragam Ilmiah
 
Bab i sampai 3
Bab i sampai 3Bab i sampai 3
Bab i sampai 3
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
 
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
 
ALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONAL
ALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONALALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONAL
ALASA MENGAPA DIPERLUKAN IDENTITAS NASIONAL
 
Oliva
OlivaOliva
Oliva
 
Ppt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model sharedPpt pemebelajaran terpadu model shared
Ppt pemebelajaran terpadu model shared
 

Ähnlich wie Landasan sosiologis n ekonomi

SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIAPotpotya Fitri
 
Uts landasan problematika pendidikan
Uts landasan problematika pendidikanUts landasan problematika pendidikan
Uts landasan problematika pendidikanFeralia Eka Putri
 
Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...
Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...
Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...elen52117
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Muh Nafis Edi Yahyana
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasRizmanz Rizky
 
Sri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikan
Sri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikanSri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikan
Sri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikansrie harnince
 
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)freddy_silaban
 
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxLandasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxDheaDilla
 
Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanmuhammad anshori
 
Isu pendidikan
Isu pendidikanIsu pendidikan
Isu pendidikanVJ Asenk
 
Masalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranMasalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranKewin Harahap
 
Rangkuman materi admin progsus
Rangkuman materi  admin progsusRangkuman materi  admin progsus
Rangkuman materi admin progsusfery_antini
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikanWarnet Raha
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Erik Kuswanto
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 

Ähnlich wie Landasan sosiologis n ekonomi (20)

makalh pengantar pendidikan
makalh pengantar pendidikanmakalh pengantar pendidikan
makalh pengantar pendidikan
 
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
 
BMP MKDU4109
BMP MKDU4109BMP MKDU4109
BMP MKDU4109
 
Uts landasan problematika pendidikan
Uts landasan problematika pendidikanUts landasan problematika pendidikan
Uts landasan problematika pendidikan
 
Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...
Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...
Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGARAAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN...
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
 
Bab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asasBab iii landasan dan asas
Bab iii landasan dan asas
 
Sri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikan
Sri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikanSri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikan
Sri harningce bab 8,9,10 pengantar pendidikan
 
Bab i pkn di pt
Bab i pkn di ptBab i pkn di pt
Bab i pkn di pt
 
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
 
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxLandasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
 
Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikan
 
Isu pendidikan
Isu pendidikanIsu pendidikan
Isu pendidikan
 
Masalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguranMasalah putus sekolah dan pengangguran
Masalah putus sekolah dan pengangguran
 
Rangkuman materi admin progsus
Rangkuman materi  admin progsusRangkuman materi  admin progsus
Rangkuman materi admin progsus
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
 
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
Pendidikan dan demokrasi dalam transisi (prakondisi menuju era globaliasi)
 

Mehr von Universitas Negeri Makassar

Proses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitianProses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitianUniversitas Negeri Makassar
 

Mehr von Universitas Negeri Makassar (20)

Korelasi produk moment
Korelasi produk momentKorelasi produk moment
Korelasi produk moment
 
Korelasi ganda
Korelasi gandaKorelasi ganda
Korelasi ganda
 
Uji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffeUji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffe
 
Analisis jalur
Analisis jalurAnalisis jalur
Analisis jalur
 
Analisis korelasi
Analisis korelasiAnalisis korelasi
Analisis korelasi
 
Power point statistik anava
Power point statistik anavaPower point statistik anava
Power point statistik anava
 
Uji perbedaan uji t
Uji perbedaan uji tUji perbedaan uji t
Uji perbedaan uji t
 
Uji perbedaan uji chi kuadrat
Uji perbedaan uji chi kuadratUji perbedaan uji chi kuadrat
Uji perbedaan uji chi kuadrat
 
Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z
 
Uji normalitas & uji homogenitas
Uji normalitas & uji homogenitasUji normalitas & uji homogenitas
Uji normalitas & uji homogenitas
 
Presentation makalah
Presentation makalahPresentation makalah
Presentation makalah
 
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitianProses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitian
 
Aliran prenialisme
Aliran prenialisme Aliran prenialisme
Aliran prenialisme
 
Aliran essensialisme
Aliran  essensialismeAliran  essensialisme
Aliran essensialisme
 
Rekontruksitifisme
Rekontruksitifisme Rekontruksitifisme
Rekontruksitifisme
 
Aliran patta bundu yes
Aliran patta bundu yesAliran patta bundu yes
Aliran patta bundu yes
 
Presentation progresivisme
Presentation progresivisme Presentation progresivisme
Presentation progresivisme
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
Dasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuanDasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuan
 

Kürzlich hochgeladen

Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 

Landasan sosiologis n ekonomi

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Landasan Pendidikan diperlukan agar pendidikan yang sedang berlangsung mempunyai pondasi atau pijakan yang kuat. Menurut sifat wujudnya, landasan dapat dibedakan menjadi : (1) landasan yang bersifat material, dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan pendidikan, dsb. Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak. (melakukan suatu praktek). Untuk di Indonesia diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial, landasan budaya, landasan psikologi,dan landasan ekonomi. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari landasan-landasan tersebut karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Hasilnya adalah kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai pada akhirnya, hasil pendidikan ini hanya akan menjadikan manusia seperti robot, berakal tapi tidak berkepribadian ( jiwa kosong ). Untuk itulah, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi kondisi pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi. Adapun yang menjadi fokus pembahasan Landasan Sosiologi Pendidikan adalah pada pengertian landasan sosiologi, latar belakang histories perkembangannya, landasan sosiologi pendidikan, ruang lingkup dan fungsi
  • 2. kajian sosiologi pendidikan, dan kajian masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional Demokratisasi pendidikan merupakan salah satu isu yang sampai kini masih menjadi persoalan baik pada tataran konseptual maupun implementasinya. Persoalan demokratisasi ini menjadi semakin kompleks seiring dengan bergulirnya isu-isu yang terkait dengan demokratisasi itu sendiri. Sehari-hari dapat diikuti dan diamati beberapa isu penting, seperti: kondisi transisional ke arah masyarakat yang demokratis, tuntutan pemerintahan yang demokratis, pembangunan ekonomi yang berorientasi kerakyatan, kebijakan yang berpihak dan yang berorientasi pada kepentingan rakyat, kebijakan demokratisasi pendidikan, dan demokratisasi di bidang politik. Isu dan gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa di masyarakat Indonesia telah terjadi suatu proses demokratisasi dalam seluruh aspek kehidupan. Demokratisasi pendidikan yang tengah bergulir di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari persoalan pendidikan yang sedang kita hadapi. Pertama memang telah dilaksanakan program wajib belajar sembilan tahun. Namun belum menunjukkan capaian yang memuaskan, ini menunjukan rendahnya tingkat pendidikan, dan tentunya hal ini akan berimplikasi pada penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Krisis multidimensi yang dialami, upaya pemulihan ekonomi yang nampaknya masih berjalan lamban, dan biaya pendidikan yang semakin meningkat baik SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi tampaknya akan lebih memperlemah kemampuan orang tua dan masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya. Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah, dapat menjadi indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan pendidikan anak-anaknya. Ini menunjukkan bahwa ada persoalan mendasar, yaitu sebagian besar dari penduduk Indonesia belum menikmati pendidikan yang sesungguhnya adalah hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara. Permasalahan kedua adalah pengembangan sistem pendidikan dengan pendekatan hirarkhis struktural yang imperatif sifatnya. Pendekatan atas bawah seperti ini mempunyai implikasi yang sangat penting, terutama dapat menghambat proses demokratisasi itu sendiri. Kemandirian, kebebasan, dan kreativitas dihambat oleh mekanisme birokrasi yang dibangun secara seragam. 2
  • 3. Ketiga, pergeseran paradigma pembangunan termasuk pembangunan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi ternyata memberikan beberapa implikasi penting. Sekalipun pergeseran itu memperkuat proses demokratisasi, tetapi teramati beberapa kecenderungan dan gejala berikut ini, yaitu: (1) munculnya gejala “pertarungan” antara semangat independensi versus interdependensi. Dalam pertarungan itu, daerah memiliki semangat kedaerahan yang sangat tinggi sehingga cenderung ingin memiliki semuanya, mengabaikan rasa ketergantungan satu terhadap yang lain. Di pihak lain kondisi obyektif terutama sosial ekonomi daerah pada daerah-daerah tertentu belum cukup kuat untuk menjadi kekuatan yang menopang implementasi otonomi terutama dalam mewujudkan demokrasi pendidikan. (2) kecenderungan terjadinya disparitas antar daerah terutama terkait dengan hak setiap warganegara untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Kesenjangan antar daerah baik karena faktor ekonomi maupun geografis dapat menimbulkan ketidakpastian standar mutu yang dapat dicapai. Kasus terakhir adalah masalah konversi nilai Ujian Akhir Nasional, menunjukkan adanya persoalan uncertainty about standards of achievement. Keempat masalah ketersediaan sumber daya manusia khususnya tenaga kependidikan. Masalah tenaga kependidikan terutama terkait dengan profesionalisme dalam arti kemampuan dan kesiapan dalam melaksanakan fungsi-fungsi pendidikan, dan masalah ketersediaan tenaga kependidikan untuk jabatan dan fungsi-fungsi pendidikan yang harus dilaksanakan baik guru maupun fungsi manajemen pendidikan lainnya seperti ahli perpustakaan, ahli analisis pendidikan, ahli ekonomi pendidikan, ahli politik pendidikan, pengembang kurikulum, konselor, psikolog, laboran, teknisi, dan lain sebagainya. Ini menjadi suatu persoalan yang sangat serius dalam mewujudkan demokratisasi pendidikan. Nampak bahwa dalam kondisi seperti itu sangat sulit bagi anak-anak di daerah-daerah tersebut untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan yang bermutu. Padahal salah satu aspek penting dari demokratisasi pendidikan ialah kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Kelima masalah lemahnya dukungan finansial. Sekalipun secara konstitusional telah ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk pendidikan, tetapi hal ini masih sangat sulit untuk dapat diwujudkan baik 3
  • 4. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setiap daerah otonom memiliki kemampuan keuangan daerah yang tidak sama. Keenam masalah kondisi obyektif sosio-demografis dan geografis wilayah dan kepulauan Indonesia. Kondisi demografis baik struktur penduduk dengan jumlah penduduk usia muda yang sangat besar, jumlah penduduk, mobilitas, dan persepsi budaya tentang pendidikan menjadi tantangan dalam proses demokratisasi pendidikan. 4 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan menjadi: 1. Pengertian sosiologi Pendidikan. 2. Latar belakang histories perkembangan sosiologi pendidikan. 3. Landasan sosiologi pendidikan. 4. Ruang lingkup dan fungsi kajian sosiologi pendidikan, dan kajian tentang masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologi. 5. Apa dan bagaimana peranan ekonomi dalam pendidikan? 6. Apa saja fungsi produksi ekonomi dalam pendidikan? 7. Bagaimana Peran dan fungsi ekonomi pendidikan? 8. Bagaimana efesiensi dan efektivitas dana pendidikan? C. Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah: 1. Untuk mengkaji pengertian landasan sosiologi 2. Untuk mengkaji latar belakang histories sosiologi pendidikan 3. Untuk mengkaji landasan sosiologi pendidikan 4. Untuk mengkaji ruang lingkup dan fungsi kajian sosiologi pendidikan 5. Untuk mengkaji masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologi Sistem Pendidikan Nasional.
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sosiologis Pendidikan Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798 – 1857). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok – kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri – ciri : 1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan. 2. Teoritis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda. 3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik. 4. Nonetis, karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk. Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi
  • 6. masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis 6 merupakan masyarakat. Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Bahwa manusia merupakan makhluk sosial karena beberapa faktor berikut: a) Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya, b) Sifat adaptability dan intelegensi. Dengan demikian, manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan. Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu: 1. Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari: a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan. c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat. 2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi: a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
  • 7. 3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari: a. Peranan social guru b. Sifat kepribadian guru c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak 4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok social lain didalam komunitasnya, yang meliputi: a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum tidak terpelajar c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah. Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kajian sosiologi tentang pedidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting karena keluarga merupakan lembaga social yang pertamabagi setiap manusia. 7 B. Latar belakang histories perkembangan sosiologi pendidikan Ketika diangkat menjadi Presiden American Sosiological Association pada tahun 1883, Lester Frank Ward, yang berpandangan demokratis, menyampaikan pidato pengukuhan dengan menekankan bahwa sumber utama perbedaan kelas sosial dalam masyarakat Amerika adalah perbedaan dalam memiliki kesempatan, khususnya kesempatan dalam memperoleh pendidikan. Orang berpendidikan lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk maju dan memiliki kehidupan yang lebih bermutu. Pendidikan dipandang sebagai faktor pembeda antara kelas-kelas sosial yang cukup merisaukan. Untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan tersebut ia mendesak pemerintahnya agar menyelenggarakan wajib belajar. Usulan itu dikabulkan, dan wajib belajar di USA berlangsung 11 tahun, sampai tamat Senior High School (Rochman Natawidjaja, et. al., 2007: 78). Buah pikiran Ward dijadikan landasan untuk lahirnya Educational Sociology sebagai cabang ilmu yang baru dalam
  • 8. sosiologi pada awal abad ke-20. Ia sering dijuluki sebagai “Bapak Sosiologi Pendidikan”(Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 79). Fokus kajian Educational Sociology adalah penggunaan pendidikan pendidikan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan social dan sekaligus memberikan rekomendasi untuk mendukung perkembangan pendidikan itu sendiri. Kelahiran cabang ilmu baru ini mendapat sambutan luas dikalangan universitas di USA. Hal itu terbukti dari adanya 14 universitas yang menyelenggarakan perkuliahan Educational Sociology, pada tahun 1914. Selanjutnya, pada tahun 1923 dibentuk organisasi professional bernama National Society for the Study of Educational Sociology dan menerbitkan Journal of educational Sociology. Pada tahun 1948, organisasi progesional yang mandiri itu bergabung ke dalam seksi pendidikan dari American Sociological Society. Pada tahun 1928 Robert Angel mengeritik Educational Sociology dan memperkenalkan nama baru yaitu Sociology of Education dengan focus perhatian pada penelitian dan publikasi hasilnya, sehingga Sociology of Education bisa menjadi sumber data dan informasi ilmiah, serta studi akademis yang bertujuan mengembangkan teori dan ilmu sendiri. Dengan dukungan dana penelitian yang memadai, berhembuslah angin segar dan menarik para sosiolog untuk melakukan penelitian dalam bidang pendidikan. Maka diubahlah nama Educational Sociology menjadi Sociology of Education dan Journal of Educational Sociology menjadi Journal of the Sociology of Education (1963). Serta seksi Educational Sociology dalam American Sociological Society pun berubah menjadi seksi Sociology of Education yang berlaku sampai sekarang. Penelitian dan publikasi hasilnya menandai kehidupan Sociology of Education sejak pasca Perang Dunia II. Sosiologi lahir dalam abad ke- 19 di Eropa karena pergeseran pandangan tentang masyarakat sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun 1839 (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 96). Di Prancis, pelopor sosiologi pendidikan yang terkemuka adalah Durkheim (1858-1917), merupakan Guru Besar Sosiologi dan Pendidikan pada Universitas Sorbonne. Di Jerman, Max Weber (1864-1920) menyoroti keadaan dan penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat dengan latar belakang sosial budaya serta tingkat kemajuan berbeda. Sedang di Inggris, perhatian sosiologi pada 8
  • 9. pendidikan pada awalnya kurang berkembang karena pelopor sosiologi-nya, yaitu Herbert Spencer (1820-1903) justru merupakan Darwinisme Sosial. Namun belakangan, di Inggris muncul aliran sosiologi yang memfokuskan perhatiannya akan analisis pendidikan pada level mikro, yaitu mengenai interaksi social yang terjadi dalam ruang belajar. Berstein, misalnya, berusaha dengan jalan menyajikan lukisan tentang kenyataan dan permasalahan yang terdapat dalam sistem persekolahan dengan tujuan agar para pengambil keputusan menentukan langkah-langkah perbaikan yang tepat. Pendekatan Berstein ini oleh Karabel dijuluki sebagai atheoretical, pragmatic, descriptive, and policy focused (Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 80). Di Indonesia, perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Para pendukung politis etis di Negeri Belanda saat itu melihat adanya keterpurukan kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak agar pemerintah jajahan melakukan politik balas budi untuk memerangi ketidakadilan melalui edukasi, irigasi, dan emigrasi. Meskipun pada mulanya program pendidkan itu amat elitis, lama kelamaan meluas dan meningkat ke arah yang makin populis sampai penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini. Pelopor pendidikan pada saat itu antara lain: Van Deventer, R.A.Kartini, dan R.Dewi Sartika. 9 C. Landasan Sosiologi Pendidikan Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyrakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma social yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut
  • 10. keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat. Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. Sedangkan paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi. Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya. 10 D. Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan) dan para mahasisiwa serta professional sosiologi. Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan adanya empat pokok bahasan berikut: 1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem social lain 2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar, 3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
  • 11. 4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik (Rochman Natawidjaja, et. Al. 11 2007: 81). Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal. Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan komunitas sekitar, interaksi social antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik (Rochman Natawidjaja, et. Al., 2007: 82). Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, Sosiologi Pendidikan dituntut melakukan tiga fungsi pokok, yaitu : 1. Fsungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep, proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena – fenomena yang dihadapi secara akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi. 2. Fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
  • 12. 3. Fungsi utilisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri. Jadi, secara umum Sosiologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain. E. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan 12 Nasional Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada pola hubungan antara pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat. Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
  • 13. Masyarakat selalu mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun dalam arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak misalnya masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit misalnya marga atau suku. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama, antara lain: 1. Ada interaksi antara warga-warganya 2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma, hukum, 13 dan aturan-aturan khas 3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat para warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan adat- istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotisme, nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 100). Masyarakat Indonesia mempnyai perjalanan sejarah yang panjang. Dari dulu hingga kini, ciri yang menonjol dari masyarakat Indonesia adalah sebagai masyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau di nusantara. Melalui perjalanan panjang, masyarakat yang bhineka tersebut akhirnya mencapai satu kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan satu masyarakat Indonesia sebagaiu masyarakat yang bhinneka tunggal ika. Sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik, yakni : 1. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan. 2. Secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah.
  • 14. 14 F. Peran Ekonomi Dalam Pendidikan Kalau dulu ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan rakyat Indonesia maka kini disamping alasan seperti itu juga jangan sampai kita kalah bersaing dalam era globalisasi ekonomi, Akan tetapi karena kebanyakan kebijaksanaan dan peraturan di buat maka banyak sekali timbul ketidak harmonisan antar para pengusaha dalam menjalankan roda ekonomi yang menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, maka di era globalisasi sekarang ini keterpurukan ekonomi di Indonesia akan diterapkan kebijaksanaan dan peraturan yang baru dan memperbaiki perekonomian bangsa sehingga rakyat yang menderita dapat dengan segera menikmati hasil perekonomian kita yang mapan di masa yang akan datang baik perekonomian yang bersifat makro dan mikro. a. Dimensi Makro Analisis kegiatan pendidikan dilakukan oleh berbagai ilmuwan antara lain ilmuwan ekonomi. Dimyati (1988:65-66) dalam Satmoko (1999:106) menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan ekonomi yang diharapkan menjadi tenaga kerja. Terdapat dua pandangan yang satu sisi menyatakan kegiatan pendidikan merupakan pemborosan dana masyarakat, dipihak lain menyatakan kegiatan pendidikan merupakan pengelolaan sumber daya manusia yang berpotensi produktif untuk masyarakat. Analisis ilmu ekonomi menunjukkan bahwa objek ilmu ekonomi adalah tindak ekonomis. Tindak ekonomis adalah memilih secara bijaksana sehubungan dengan keadaan alam, modal, tenaga kerja, organisasi dan waktu yang terbatas dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang terbatas. Analisis unsur-unsur tentang tindak ekonomi bermanfaat untuk memahami hubungan antara sistem ekonomis dan sistem pendidikan. Perbedaannya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
  • 15. 15 Perbandingan Antara Tindak Ekonomis Dan Tindak Pendidikan KOMPONEN TINDAK EKONOMIS TINDAK PENDIDIKAN a. Tujuan Tindakan Memperoleh keuntungan material atau saling menguntungkan Menumbuhkan kebangkitan individu sebagai pribadi yg self help. b. Pelaku Tindakan Orang dewasa yang menanggung biaya hidup (sesuai aturan dalam masyarakat) Orang dewasa dan anak atau orang dewasa dan orang yg belum dewasa yg berfungsi sebagai pendi dik atau anak didik. c. Dasar Tindakan Kaidah ekonomi non susila (non etis) Kesusilaan sesuai martabat manusia d. Orientasi Untung rugi ekonomis dan efisiensi Terbentuknya keutuhan martabat manusia sebagai pribadi e. Waktu Kegiatan Terbatas, dalam rangka perhitungan keuntungan ekonomis Sepanjang hayat dengan perhitungan usia produktif f. Nilai-Nilai Nilai ekonomis dalam sistem ekonomi yg berlaku, umumnya dihitung dengan uang Nilai paedagogis dalam kaitan nilai sosial budaya g. Hasil Tindakan Barang berupa jasa,atau uang Berupa orang terpelajar, tenaga terampil yg diharapkan menjadi tenaga kerja h. Harga Satuan Jumlah penghasilan dibagi jumlah penduduk setiap tahun Jumlah biaya pendidikan dibagi lulusan setiap tahun. Perkembangan perekonomian makro berpengaruh sekali dalam bidang pendidikan, seperti sekarang ini banyak sekali orang kaya yang mau menjadi bapak angkat bagi anak-anak yang tidak mampu untuk menempuh pendidikan kejenjang yang lebih baik. Perkembangan lain yang sangat mengembirakan
  • 16. adalah terlaksananya sistem ganda dalam dunia pendidikan, hal ini berlangsung baik di lembaga pendidikan yaitu kerjasama sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar. Kemajuan pembangunan perekonomian secara makro dapat juga berdampak timbulnya sekolah-sekolah unggul yang memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap karena di biayai dan dipunyai oleh kebanyakan orang –orang kaya Walaupun kebijakan dan program sekolah ini tidak sama dengan yang lain, diharapkan agar tidak terdapat pilih-kasih dalam menerima para siswa artinya calon siswa dari manapun asalnya hendaklah dapat diberikan kesempatan dalam menempuh pendidikan di sekolah unggulan tersebutdan yang paling penting juga adalah dapat menghasilkan lulusan yang bermutu serta tidak menyimpang dengan tujuan nasional negara kita. Jadi inti tujuan pendidikan adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan ahsil kerja sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidupa dalam keaadaan apapun. Sesudah membicarakan peran ekonomi secara makro ada baiknya 16 dibicarakan peran ekonomi secara makro. b. Dimensi Mikro Menurut Satmoko (1999: 109) Peran ekonomi secara mikro dapat dibuktikan bahwa orang memandang kehidupan seseorang dapat meningkat atau menurun karena terkait erat dengan perekonomian. Jarang orang mengaitkan naik turunnya tarf kehidupan sesorang itu dengan tingkat kedamiaan hati, kebahagiaan keluarga, kejujuran dan kesucian hidup seseorang. Pada umumnya tingkat perekonomian keluarga mempengaruhi perencanaan pendidikan yang dibuat orang tua tentang arah pendidikan anaknya. Secara sadar atau tidak orang tua dalam menerncanakan pendidikan bagi anak-anaknya menggunakan pendekatan nilai imbalan. Pendekatan ini digunakan untuk mencari keseimbangan antara keuntungan dan kerugian. Prinsip untung rigi dipakai oleh mereka yang rasional dalam memutuskan bagaimana sebaiknya membelanjakan uangnya agar keinginanannya tercapai. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa ekonomi itu memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang, walaupun orang tersebut menyadari bahwa kehidupan gemerlap tidak menjamin kebahagiaan, yang penting bagi
  • 17. mereka bagaimana dapat meraih tingkat perekonomian yang lebih tinggi lagi. Banyak sekali keluarga miskin yang dalam perekonomian mereka hanya dapat untuk makan saja, dan tidak dapat membiayai sekolah bagi anak-anaknya, kata miskin diatas diukur dari tingkat perekonomian bukan tingkat rohani dan kualitas mental. 17 G. Fungsi Produksi Dalam Pendidikan Fungsi produksi dalam pendidikan, adalah hubungan antara output dan input, di mana ada tiga bagian yaitu: 1. Fungsi Produksi Administator; yang dipandang input adalah segala sesuatu yang menjadi wahana dan proses dalam pendidikan, input pendidikan meliputi: a. Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas dapat diuangkan, artinya bahwa perhitungan luas dan kualitas bangunan. b. Perlengkapan belajar di sekolah seperti media, alat peraga juga dihitung harganya. c. Buku-buku pelajaran, dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan sebagainya. d. Barang-barang yang habis dipakai seperti zat kimia dilaboratorium dan sebagainya. e. Waktu guru bekerja, dan perangkat pegawai administrasi dalam memproses peserta didik harus dibeli dan dibayar. Kelima jenis input di atas sesudah dinilai dalam bentuk uang kemudian dijumlahkan. Sementara itu yang dipandang sebagai output adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik seperti menghitung SKS dan lamanya peserta didik dalam belajar. 2. Fungsi Produksi Dalam Psikologi; adalah sama dengan input fungsi produksi administrator akan tetapi outputnya berbeda. Hasil output yang ada pada fungsi ini adalah hasil belajar siswa yang mencakup; peningkatan kepribadian, pengarahan dan pembentukan sikap, penguatan kemauan, penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi, penajaman pikiran, dan peningkatan estetika (keindahan) serta keterampilan.
  • 18. Suatu lembaga pendidikan dipandang berhasil dari segi fungsi produksi psikologi, kalau harga inputnya sama atau lebih kecil daripada harga outputnya. Indikator harga hanya dapat dicari dalam bentuk manfaatnya lulusan dimasyarakat serta kecocokannya dengan norma dan kondisi masyarakat. 3. Fungsi Produksi Ekonomi; sebagai inputnya adalah semus biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi admnistrator, semua uang yang dikeluarkan untuk keperluan pendidikan yaitu uang saku, membeli buku dan sebagainya selama masa belajar dan uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Sementara yang mrenjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat dan bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah. Dan apabila ia belum pernah bekerja yang menjadi outputnya adalah gaji yang diterima setelah tamat dan bekerja. Dalam menghitung harga-harga produksi ekonomi ada berbagai kesulitan yang menghadang yaitu: a) Jika peserta didik tamat, belum tentu ia segera bekerja, b) Selama menunggu untuk mendapatkan pekerjaannya maka ia memutuskan untuk bekerja seadanya dengan penhasilan yang tidak tetap. c) Kalaupun lulusan membuat usaha sendiri dengan modal seadanya, 18 penghasilan tiap bulan tidak mungkin tertatur. d) Kalaupun lulusan bisa bekerja dengan penghasilan tetap tiap bulan sangat mungkin dia mencari tambahan penhasilan diluar untuk meningkatkan nafkahnya. e) Bila bekerja disektor swasta, pengasilannya sulit dihitung sebab upah atau gaji perusahaan bervariasi. f) Kalaupun lulusan ini bisa bekerja dengan penghasilan tiap bulan maka dia mencari tambahan diluar untuk meningkatkan nafkahnya.
  • 19. Dengan demikian fungsi produksi ekonomi akan bisa diaplikasikan dengan baik jika ada jaminan bahwa peserta didik segera bekerja setelah lulus sebagai Pegawai dengan gaji yang cukup sehingga tidak mencari tambahan pekerjaan diluar. Fungsi produksi ekonomi bertalian erat dengan marketing didunia pendidikan. Dalam hal ini Keuntungan marketing adalah a). Meningkatnya misi pendidikan secara sukses dan terselenggara dengan baik, sebab diisi dengan program yang baik, b). Kepuasan masyarakat ditingkatkan, c). Meningkatkan daya tarik terhadap petugas, peserta didik, dana donatur, d). Meningkatkan keefesiensi dan kegiatan pemasaran. Akan tetapi dalam marketing juga terdapat kelemahan adalah a). Ada kecederungan lembaga pendidikan selalu dijadikan usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan, b). idealisme pendidikan cenderung diabaikan. Menurut Mutrofin (1996) dalam Pidarta (2007:254), menyatakan bahwa negara-negara maju hubungannya antara pendidikan dengan pembangunan ekonomi sangatlah jelas, dimana sistem pendidikan diorientasikan kepada kebutuhan ekonomi yang didasari pada teknologi tinggi, fleksibelitas dan mobilitas angkatan kerja. Dalam masa pembangunan dinegara kita sekarang ini pengembangan ekonomi mendapat tempat strategis, dengan munculnya Link and Match, kebijaksanaan ini meminta dunia pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang sesuai dengan pasaran kerja, mencakup mutu, dan jumlah serta jenisnya. 19 H. Peran Dan Fungsi Ekonomi Pendidikan Peranan ekonomi dalam pendidikan cukup menentukan tetapi bukan sebagai pemegang peranan penting sebab ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian dan ketrrampilan pengelola guru-gurunya. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan tinggi. Artinya apabila pengelola dan guru-guru/dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli dalam bidangnya dan memiliki ketrampilan yang cukup
  • 20. dalam melaksanakan tugasnya, memberi kemungkinan lembaga pendidikan akan sukses melaksanakan misinya walaupun dengan ekonomi yang tidak memadai. Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal yang dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakn lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. 20 Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada hal-hal: a. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat sendiri seperti prasarana dan sarana, media, alat peraga dan sebagainya. b). Membiayai semua perlengkapan gedung, seperti air, listrik telpon. c). Membayar jasa dari segala kegiatan pendidikan, d). Mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti; belajar hidup hemat, e). Memenuhi kebutuhan dasar para personalia pendidikan, f). Meningkatkan motivasi kerja, dan g). meningkatkan gairah kerja para personalia pendidikan. Dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada kewajiaban lembaga pendidikan untuk memperbanyak Sumber-sumber dana pendidikan yang mungkin bisa diperoleh di antaranya: a). Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian dan sebagainya; b). Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia usaha. Kerja samanya dalam bidang penelitian, pengabdian pada masyarakat; c). Memebentuk pajak pendidikan. Program ini bisa dirancang bersama antara lembaga pemerintah setempat dan masyarakat, dengan cara ini bukan saja orang tua siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua masyarakat; f). Usaha-usaha lainya. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dibagi atas : a). Dana rutin adalah dana yang dipakai untuk membiayai kegiatan rutin seperti gaji pendidikan pengabdian masyarakat, penelitian dan sebagainya; b). Dana
  • 21. pembangunan, adalah dana yang dipakai untuk membiayai pembangunan fisik diberbagai bidang, seperti; membangun prasarana dan sarana, alat belajar, media, dan kurikulum baru; c). Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan; d). Dana usaha lembaga sendiri yang penggunaanya untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan. Di dalam mengelola dan merencanakan sumber dana, maka ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan yaitu: a). Perencanaan sacara tradisional, yaitu merencanakan masing-masing pendidikan maka masing masing pendidikan tersebut ditentukan biayanya; b). SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran): Pengaturan jenis-jenis kegiatan dalam pendidikan diatur dalam system, alokasi dana disusun berdasarkan realita, dan semua kegiatan ditujukan pada pencapaian target pendidikan; c). ZBB (Zero Base Budgeting), hanya diatur untuk satu tahun anggaran Dengan demikian dana pendidikan perlu dikelola secara profesional dengan SP4 dan dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti pembelian yang sah. 21
  • 22. 22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisa ilmiah tentang proses social di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang: 1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain 2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar 3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan 4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat. Sosiologi pendidikan dituntut untuk melakukan tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi eksplanasi, (2) fungsi prediksi, (3) fungsi utilisasi. Secara umum, sosiologi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya tersebut melalui pengkajian fenomena-fenomena sosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan ke-Bhineka tunggal ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
  • 23. Dalam dunia pendidikan faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama, melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan sebab dengan ekonomi yang memadai dapat memenuhi semua fasilitas dan aktivitas dunia pendidikan. Faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah dedikasi, keahlian, keterampilan pengelola dan guru serta dosen dalam setiap lembaga pendidikan. Fungsi ekonomi pendidikan menunjang kelancaran proses pendidikan dan sebagai bahan pengajaran ekonomi untuk membentuk manusia ekonomi yaitu manusia yang dalam kehidupan sehari-harinya memilki kemampuan dan kebiasaan, seperti: memiliki etos kerja, tidak bekerja setengah- setengah, produktif, dan bisa hidup efesien/hemat. Tiap lembaga pendidikan diupayakan mampu menghidupi diri sendiri, dengan cara mencari sumber- sumber dana tambahan sebanyak mungkin guna memajukan dunia pendidikan dan dalam Penggunaan dana pendidikan haruslah secara professional dan efesien serta efektiv selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang produktif, maka sistem pendidikan, struktur kurikulum, serta jenis pendidikan diatur kembali selanjutnya biaya pendidikan ditingkatkan. 23 B. Saran-Saran Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka. Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini
  • 24. 24 DAFTAR PUSTAKA Ardhana, Wayan. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. FIP IKIP. Malang. Bachri, Syamsul. 2002. Sosiologi Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Balitbang Depdiknas: http://ww.depdiknas.go.id Biro Pusat Statistik: http://www. bps.go.id Pengetahuan. Makalah. Program Pascasarjana UNM. Makassar Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia). Jakarta: PT. Rineka Cipta Natawidjaya, R., Sukmadinata, N.S., Ibrahim. Djohar, A,. 2007. Ilmu Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis. Universitas Pendidikan Indonesia. Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, 1994. Pengantar Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Landasan Kependidikan (Pengantar ke arah Ilmu Pendidikan Pancasila). Semarang: CV. IKIP Semarang Press. Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Rhineka Cipta Jakarta. Wijayantiloma, Nani. Landasan Sosiologis dan Kultur. http://naniwijayantiloma.blogspot.Com 2009/9. http://lela68.wordpress.com/2009/05/24/bab-7-landasan-ekonomi/accesed 03/10/2009 http://dwijakarya.blogspot.com/2009/01/01/landasan-ekonomi-dalam-pendidikan. html/accesed 03/10/2009. http://syamsulberau.wordpress.com/landasan-pendidikan/accesed 03/10/2009.
  • 25. 25 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas kelompok dari mata kuliah Landasan Pendidikan dan Pengajaran dengan judul “Landasan – Landasan dalam Pendidikan (Landasan Sosiologi dan Ekonomi)”. Dalam bentuk masih sangat sederhana. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Patta Bundu, M.Ed. selaku dosen mata kuliah Landasan Pendidikan dan Pengajaran yang telah mentransfer ilmunya kepada kami serta pihak-pihak tertentu yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya kontuktif sangat kami butuhkan dari pihak demi kesempurnaan makalah ini dimasa-masa akan datang. Oktober 2014 Penulis
  • 26. 26 DAFTAR ISI Halaman KATAPENGANTAR BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1 A. Latar Belakang………………………......................................... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………… 4 C. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 4 BAB II Pembahasan………………………………..………………..…. 5 A. Pengertian Sosiologis Pendidikan …………..…………………… 5 B. Latar belakang histories perkembangan sosiologi pendidikan ….. 7 C. Landasan Sosiologi Pendidikan ………………………………….. 9 D. Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidi…………… 10 E. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional............................................................... 12 F. Peran Ekonomi Dalam Pendidikan……………………………….. 14 G. Fungsi Produksi Dalam Pendidikan …………………………….… 17 H. Peran Dan Fungsi Ekonomi Pendidikan ………………………….. 19 BAB III Penutup………………………………………………………… 22 A. Kesimpulan……………………………………………………….. 22 B. Saran……………………………………………………………… 23 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 24
  • 27. 27 Tugas Kelompok Prof. Dr.Patta Bundu, M.Ed Landasan - Landasan dalam Pendidikan (Landasan Sosiologis dan Ekonomi) Salma Sambara, S.Pd Ismail, S. Andi Muhammad Ishak, S.Pd Zaenal Akbar, S.Pd Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar 2014