SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 19
KELARUTAN DAN AKTIVITAS BIOLOGIS
NURUL ANISHA HAKIM
(1315101128)
 Sifat Kelarutan umumnya berhubungan dengan
kelarutan senyawa dalam media yang berbeda dan
bervariasi.
 Sifat hidrofilik atau lipofobobik berhubungan dengan
kelarutan dalam air, sifat hidrofobik berhubungan
dengan kelarutan dalam lemak.
 Gugus yang dapat kelarutan dalam air disebut gugus
hidrofilik (lipofobik atau polar)
 Gugus yang dapat kelarutan dalam lemak disebut
gugus lipofilik (hidrofobik atau nonpolar).
 Adanya ikatan tidak jenuh, seperti pada dan akan
sifat hidrofilik senyawa
 Sifat kelarutan umumnya berhubungan dengan
aktivitas biologis dari senyawa seri homolog
 Sifat kelarutan berhubungan dengan absorpsi obat
 Overton (1901)
Kelarutan senyawa organik dalam lemak
berhubungan dengan mudah tidaknya penembusan
membran sel.
Senyawa non polar:
-mudah larut lemak,
-punya nilai koefisien yang besar,
-mudah menembus membran sel secara difusi
A. AKTIVITAS BIOLOGIS SENYAWA SERI HOMOLOG
 Suatu seny seri homolog sukar t’disosiasi
 Pada beberapa seri homolog, Intensitas aktivitas biologis
tergantung pada jumlah atom C
 Makin panjang rantai samping atom C:
- makin bertambah bagian molekul yang bersifat non
polar
- Terjadi perubahan fisik:
 Kenaikan titik didih
 Berkurang kelarutan dalam air
 Meningkat koefisien partisi lemak/air, tegangan
permukaan dan kekentalan
• Diikuti dgn aktivitas biologis sampai tercapai aktivitas maks.
• Jika panjang rantai atom C trus dikan, terjadi aktivitas sec
drastis
• Krn mkin b+jml atom C, mkin b- kelarutan senyawa dalam air,
berarti kelarutan dalam CES juga b-
• Kelarutan senyawa dalam CES berhubungan dengan proses
transpor O ke sisi kerja (site of action) or reseptor
• Oleh karena itu kelarutan & koef partisi lemak/air merupakan
Sifat Fisika penting dari senyawa seri homolog utk dpt
menghasilkan aktivitas biologis
 Cth seny seri homolog :
1. n-Alkohol, alkilresorsinol, alkilfenol & alkilkresol (antibakteri)
2. Ester asam p-aminobenzoat (anestesi lokal)
3. Alkil 4,4’-stilbenediol (hormon estrogen)
Gbr 5. Hub klrtn & aktivitas antibakteri n-alkohol primer thd kuman
Bacillus typhosus (A) & Staphylococcus aureus (B)
3,2 4,0 4,8 5,6 6,4
3,0
3,8
4,6
5,4
6,2
Log Kelarutan (x10 grl/l)
-6
Log kadar toksik
Butanol
Amilalkohol
Heksanol
Heptanol
Oktanol
( x 10 grl/l)-6
C
B
A
 Dari grafik tlhat adanya “garis kejenuhan” (C).
 Senyawa di bawah garis kejenuhan menunjukkan
bahwa pada kadar tersebut larutan jenuhnya dapat
disebabkan oleh efek antibakteri
 Di atas garis kejenuhan senyawa tersebut tdk
mempunyai kelarutan yang cukup untuk memberi efek
antibakteri
 Ttk potong antara grs aktifitas seny seri homolog & grs
kejenuhan tgtg pd daya tahan bakteri
 Bakteri yg lebih kebal (resisten) membutuhkan kadar
lebih tinggi untuk membunuhnya, sehingga titik potong
terjadi lebih awal
Contoh seri homolog:
1. Seri homolog n-alkohol
- Seri homolog n-alifatik alkohol primer, pada jumlah atom C1
sampai C7 menunukkan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus
typhosus yg makin meningkat & mencapai maks pd jumlah
atom C=8
- Pd jumlah atom C  8 aktivitas  secara drastis
- Terhadap Staphylococcus aureus aktivitasnya mcapai maks pd
jml atom C=5
- Rantai alkohol yg bcabang: alkohol sekuder & tersier, memp klrt
dlm air lbh bsr, nilai koef part lemak/air lbh rdh dbdg alkohol
primer shg aktivitas antibakteri lbh kecil
 Cth:Aktivitas n-heksanol 2x lebih besar dari heksanol sekunder & 5x
lebih besar dari heksanol tersier
- Adanya ikatan rangkap kelarutan dalam air &  aktivitas
antibakteri
- Alkohol dengan BM besar : setilalkohol, praktis tdk larut dalam air
sehingga tidak berkhasiat sebagai antibakteri
Gbr 6. Aktivitas antibakteri seri homolog 4-n-
alkilresorsinol thd Bacillus typhosus
2. Seri homolog 4-n-
alkilresorsinol
- Aktivitas antibakteri
thd Bacillus
typhosus reach max
pada jumlah atom
C=6
- Thd Staphylococcus
aureus reached
pada C=9
Koefisien fenol
Atom karbon pada rantai samping
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Seri homolog ester asam vanilat
- Tabel 5. Hub str seri homolog ester asam vanilat &
aktivitas antibakterinya thd Staphylococcus aureus
Ester asam
vanilat
Koefisien Fenol terhadap
Staphylococcus aureus
Metil 1,7
Etil 7,3
n-Propil 33,4
Isopropil 11,2
4. Seri homolog ester asam p-hidroksibenzoat
Tabel 6. Hub prbhn str seri homolog ester asam p-
hidroksibenzoat (PHB) dgn nilai koefisien partisi &
aktivitas antibakteri thd Staphylococcus aureus
Ester PHB Koefisien partisi Koefisien fenol thd
Staphylococcus aureus
Metil 1,2 2,6
Etil 3,4 7,1
n-Propil 13 15
Isopropil 7,3 13
Alil 7,6 12
Butil 17 37
Benzil 119 83
B. Hub Koef Part dgn Efek Anestesi Sistemik
- Koef partisi pertama kali dihubungkan dengan aktivitas
biologis Oleh penekan SSP, yaitu efek hipnotik & anestesi,
oleh Overton & Meyer (1899)
- Mrk mberi 3 postulat yg berhub dgn efek anestesi suatu
senyawa, dikenal sebagai teori lemak, sbb:
1. Senyawa kimia yg tidak reaktif & mudah larut dlm lemak:
eter, hidrokarbon & hidrokarbon terhalogenasi, dpt mberi
efek narkosis pd jaringan hidup sesuai dgn kemampuannya
tdistribusi ke dlm jaringan sel
2. Efek tlht jelas terutama pd sel-sel yg banyak mengandung
lemak
3. Efisiensi anestesi or hipnotik tergantung pd koef part
lemak/air atau distribusi senyawa dlm fase lemak & fase air
jaringan
 Dr postulat di atas disimpulkan bhw ada hub antara
aktiv anestesi dgn koef part lemak/air
 Teori ini hanya mengemukakan afinitas suatu senyawa
terhadap sisi kerja saja & tidak menunjukkan
bagaimana mekanisme kerja biologisnya & juga tidak
dapat menjelaskan mengapa suatu senyawa yangg
mempunyai koef part lemak/air tinggi tdk selalu dpt
menimbulkan efek anestesi
 Teori anestesi di atas kemudian dilengkapi dgn teori
anestesi sistemik lain, yg tdk berdasarkan kelarutan
senyawa dlm lemak tetapi berdasarkan Sifat Fisika yg
lain yaitu ukuran mol & pembentukan mikrokristal hidrat
 Senyawa berstruktur tidak spesifik
Adalah senyawa dengan struktur kimia bervariasi, tidak
berinterkasi dengan reseptor spesifik, dan aktivitas biologinya
tidak secara langsung dipengaruhi oleh struktur kimia tetapi
lebih dipengaruhi oleh sifat2 kimia fisika, seperti derajat ionasi,
kelarutan, aktivitas termodinamik, tegangan permukaan dan
redoks potensial.
Senyawa berstruktur tidak spesifik menunjukkan aktivitas fisik
dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Efek biologis berhubungan langsung dengan aktivitas
termodinamik, dan memerlukan dosis yang relatif besar.
b. Walaupun perbedaan struktur kimia besar, asal aktivitas
termodinamik hampir sama akan memberikan efek yang
sama
c. Ada kesetimbangan kadar obat dalam biofasa dan fasa
eksternal.
d. Bila terjadi kesetimbangan, aktivitas termodinamik masing-
masing fasa harus sama
Berdasarkan model kerja aktivitas biologisnya, secara
umum obat dibagi menjadi dua golongan
e. Pengukuran aktivitas termodinamik pada fasa
eksternal juga mencerminkan aktivitas
termodinamik biofasa.
f. Senyawa dengan derajat kejenuhan yang sama,
mempunyai aktivitas termodinamik yang sama,
sehinggan derajat efek biologis sama juga. Oleh
karena itu larutan jenuhdari senyawa dengan
struktur yang berbeda dapat memberikan efek
biolois sama.
Contoh senyawa berstruktur tidak spesifik:
1. Obat anestesi sistemik yang berupa gas atau uap
seperti, etilklorida,asetilen, nitrogen oksida, eter
dan kloroform.
2. Insektisida yang mudah menguap dan bakterisida
tertentu, seperti timol, fenol, kresol, n-alkohol dan
resorsinol.
2. Senyawa berstruktur Spesifik
 Merupakan senyawa yang memberikan efeknya
dengan mengikat reseptor atau reseptor yang spesifik
 Mekanisme kerja melalui salah satu cara:
- Bekerja pada enzim, yaitu dengan cara pengaktifan,
penghambatan, atau pengaktifan kembali enzim-
enzim tubuh
- Antagonis, yaitu antagonis kimia, fungsional,
farmakologis, atauu antagonis metabolik
- Menekan fungsi gen, yaitu dengan menghambat
biosintesis asam nukleat atu sintesis protein
- Bekerja pad membran, yaitu dengan mengubah
membran sel dan mempengaruhi sistem transpor
membran.
Karakteristik senyawa berstrukur:
 Efektif pada kadar rendah
 Melibatkan kesetimbangan kadar obat dalam biofasa
dan fasa eksternal
 Melibatkan ikatan-ikatan kimia yang lebih kuat
dibanding ikatan pada senyawa yang berstruktur tidak
spesifik.
 Pada keadaan kesetimbangan aktivitas biologinya
maksimal
 Sifat fisik dan kimia sama-sama berperan dalam
menentukan efek biologis
 Secara umum mempunyai strukur dasar karakterisktik
yang bertanggung jawab terhadap efek biologis
senyawa analog
 Sedikit perubahan struktur dapat mempengaruhi
secara drastis aktivita biologis obat.
 Contoh senyawa spesifik antara lain: obat
analgesik (morfin), antihistamin (defenhidramin)
B. MODIFIKASI MOLEKUL SENYAWA PENUNTUN
Modifikasi molekul adalah eksplorasi dan eksploitasi
senyawa penuntun yang mempunyai aktivitas
biologis tertentu dan menarik untuk digunakan
sebagai bahan awal pengembangan obat baru.
Tujuan utama modifikasi molekul:
1. Tujuan pengembangan substitusi untuk
mendapatkan senyawa yang lebih poten,
spesifik, aman, dan efek samping minimal.
2. Tujuan perubahan spektrum aktivitas senyawa
penuntun
 Contoh:
a. Mengubah senyawa agonis menjadi senyawa antagonis
spesifik
b. Memisahkan komponen utama dari spektrum aktivitas kedalam
molekul yang berbeda sehingga didapatkan senyawa dengan
spektrum yang baru
c. Kombinasi dari aktivita obat yang berbeda
d. Memperkeci efek samping
e. Selektif terhadap spesies atau organ tertentu
3. Tujuan dari suatu modulasi farmakokinetik yang mengatur
ketersediaan biologis dan fisiologis senyawa bioaktif dengan
melakukan modifikasi molekul.
a. Modulasi (mengatur) hubungan dosis-efek, yaitu mengatur
hubungan natar dosis obat dengan kadar dalam jaringan
target sehingga terjadi perubahan potensi obat.
b. Modulasi hubungan waktu-kadar, yaitu dnegan membuat
sediaan depo atau sediaan lepas lambat bila diinginkan
efek obat yang lebih lama, atau dibuat sediaan intravena
bila diinginkan efek obat yang capat.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganKimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganAnna Lisstya
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Aireruna18
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratpure chems
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonAndriana Andriana
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirupsisabihi
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-iNurwidayanti1212
 
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzimEnzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzimadeputra93
 
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisPengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisdimaswp
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairMina Audina
 

Was ist angesagt? (20)

Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganKimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
 
Tetes hidung
Tetes hidungTetes hidung
Tetes hidung
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzimEnzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
Enzim ,klasifikasi dan fungsi enzim
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Interaksi obat & reseptor
Interaksi obat & reseptorInteraksi obat & reseptor
Interaksi obat & reseptor
 
Saponin
SaponinSaponin
Saponin
 
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisPengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
 
Mikromeritik
Mikromeritik Mikromeritik
Mikromeritik
 
PP flavonoid
PP flavonoidPP flavonoid
PP flavonoid
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 

Andere mochten auch

Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...Rhiza Amalia
 
Isi alkaloid
Isi alkaloidIsi alkaloid
Isi alkaloidmocktar
 
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoiddharma281276
 
Was sind eigentlich semantische Technologien
Was sind eigentlich semantische TechnologienWas sind eigentlich semantische Technologien
Was sind eigentlich semantische TechnologienValentin Zacharias
 
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...Rhiza Amalia
 
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananFarmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananEster Muki
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATSurya Amal
 
Farmakologi (obat dan penggolongannya)
Farmakologi (obat dan penggolongannya)Farmakologi (obat dan penggolongannya)
Farmakologi (obat dan penggolongannya)Jonathan London
 

Andere mochten auch (10)

Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-kimia-dan-aktivitas-biologi obat-kimia me...
 
Isi alkaloid
Isi alkaloidIsi alkaloid
Isi alkaloid
 
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoidMakalah alkaloid-dan-terpenoid
Makalah alkaloid-dan-terpenoid
 
Was sind eigentlich semantische Technologien
Was sind eigentlich semantische TechnologienWas sind eigentlich semantische Technologien
Was sind eigentlich semantische Technologien
 
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
Hubungan struktur-aspek stereokimia-dan-aktivitas-biologi-vitamin c-kimia med...
 
Vitamin c
Vitamin cVitamin c
Vitamin c
 
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananFarmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
Farmakologi (obat dan penggolongannya)
Farmakologi (obat dan penggolongannya)Farmakologi (obat dan penggolongannya)
Farmakologi (obat dan penggolongannya)
 

Ähnlich wie kelarutan dan aktivitas biologis

PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptxPPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptxDINDASTIFANYSAKINAH
 
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim katase
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim kataseLAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim katase
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim kataseanggundiantriana
 
Stereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptx
Stereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptxStereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptx
Stereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptxRiyanUge
 
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayantiTugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayantiTri Asmayanti
 
4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptx
4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptx4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptx
4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptxKelinciNgunut1
 
Bio Kimia Enzim
Bio Kimia EnzimBio Kimia Enzim
Bio Kimia EnzimDedi Kun
 
Praktikum bio protein
Praktikum bio proteinPraktikum bio protein
Praktikum bio proteinganidonk
 
ppt biokim enzim-2.pptx
ppt biokim enzim-2.pptxppt biokim enzim-2.pptx
ppt biokim enzim-2.pptxOneone38
 
6_PENGEMBANGAN OBAT.pptx
6_PENGEMBANGAN OBAT.pptx6_PENGEMBANGAN OBAT.pptx
6_PENGEMBANGAN OBAT.pptxKelinciNgunut1
 
Laporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhanLaporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhanYeni Kurnia
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Bayu Mario
 
HKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptxHKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptxMPandjieM
 
MEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.pptMEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.pptmarwatiiechuby
 

Ähnlich wie kelarutan dan aktivitas biologis (20)

PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptxPPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
PPT KIMED_20005_DINDA STIFANY SAKINAH.pptx
 
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim katase
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim kataseLAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim katase
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI-kerja enzim katase
 
Stereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptx
Stereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptxStereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptx
Stereokimia dan Sifat Elektronik Obat.pptx
 
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayantiTugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
 
enzim
enzim enzim
enzim
 
4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptx
4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptx4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptx
4_Hubungan Struktur, Sifat Fisika Kimia, dan Aktivitas Biologis Obat.pptx
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Bio Kimia Enzim
Bio Kimia EnzimBio Kimia Enzim
Bio Kimia Enzim
 
Enzim (Enzyme)
Enzim (Enzyme)Enzim (Enzyme)
Enzim (Enzyme)
 
Praktikum bio protein
Praktikum bio proteinPraktikum bio protein
Praktikum bio protein
 
ppt biokim enzim-2.pptx
ppt biokim enzim-2.pptxppt biokim enzim-2.pptx
ppt biokim enzim-2.pptx
 
6_PENGEMBANGAN OBAT.pptx
6_PENGEMBANGAN OBAT.pptx6_PENGEMBANGAN OBAT.pptx
6_PENGEMBANGAN OBAT.pptx
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Metabolisme
MetabolismeMetabolisme
Metabolisme
 
Laporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhanLaporan praktikum fisiolog tumbuhan
Laporan praktikum fisiolog tumbuhan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
 
HKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptxHKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptx
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
 
MEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.pptMEKANISME KERJA OBAT.ppt
MEKANISME KERJA OBAT.ppt
 

Mehr von nisha althaf

Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat nisha althaf
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obatnisha althaf
 
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah SakitPelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakitnisha althaf
 
Tugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical careTugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical carenisha althaf
 
Tugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasisTugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasisnisha althaf
 
Laporan pkpa resep
Laporan pkpa resepLaporan pkpa resep
Laporan pkpa resepnisha althaf
 
PSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obatPSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obatnisha althaf
 
Compounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual TopicCompounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual Topicnisha althaf
 
Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal nisha althaf
 
Tugas farmakognosi
Tugas farmakognosiTugas farmakognosi
Tugas farmakognosinisha althaf
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam baharinisha althaf
 
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)nisha althaf
 
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepatuji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepatnisha althaf
 
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implanStabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implannisha althaf
 
Diuretic pharmacology
Diuretic pharmacologyDiuretic pharmacology
Diuretic pharmacologynisha althaf
 
farmakologi Diuretik
farmakologi Diuretikfarmakologi Diuretik
farmakologi Diuretiknisha althaf
 

Mehr von nisha althaf (20)

Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
 
Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi ObatPemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat
 
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah SakitPelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
 
Tugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical careTugas pharmaceutical care
Tugas pharmaceutical care
 
Tugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasisTugas etika dan disiplin farmasis
Tugas etika dan disiplin farmasis
 
Laporan pkpa resep
Laporan pkpa resepLaporan pkpa resep
Laporan pkpa resep
 
PSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obatPSPA: swamedikasi obat
PSPA: swamedikasi obat
 
Compounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual TopicCompounding: Sublingual Topic
Compounding: Sublingual Topic
 
Elektroforesis
Elektroforesis Elektroforesis
Elektroforesis
 
Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal Tugas nutrasetikal
Tugas nutrasetikal
 
Tugas farmakognosi
Tugas farmakognosiTugas farmakognosi
Tugas farmakognosi
 
Tugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahariTugas kimia bahan alam bahari
Tugas kimia bahan alam bahari
 
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
 
Abstract copy
Abstract   copyAbstract   copy
Abstract copy
 
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepatuji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
uji stabilitas Aspirin dengan cara Analisis dipercepat
 
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implanStabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
Stabilitas dan kompatibilitas campuran obat dalam Sistem infus implan
 
Diuretic pharmacology
Diuretic pharmacologyDiuretic pharmacology
Diuretic pharmacology
 
farmakologi Diuretik
farmakologi Diuretikfarmakologi Diuretik
farmakologi Diuretik
 
Hormon
Hormon Hormon
Hormon
 
DNA
DNADNA
DNA
 

Kürzlich hochgeladen

#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfssuser1cc42a
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 

Kürzlich hochgeladen (20)

#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 

kelarutan dan aktivitas biologis

  • 1. KELARUTAN DAN AKTIVITAS BIOLOGIS NURUL ANISHA HAKIM (1315101128)
  • 2.  Sifat Kelarutan umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa dalam media yang berbeda dan bervariasi.  Sifat hidrofilik atau lipofobobik berhubungan dengan kelarutan dalam air, sifat hidrofobik berhubungan dengan kelarutan dalam lemak.  Gugus yang dapat kelarutan dalam air disebut gugus hidrofilik (lipofobik atau polar)  Gugus yang dapat kelarutan dalam lemak disebut gugus lipofilik (hidrofobik atau nonpolar).  Adanya ikatan tidak jenuh, seperti pada dan akan sifat hidrofilik senyawa
  • 3.  Sifat kelarutan umumnya berhubungan dengan aktivitas biologis dari senyawa seri homolog  Sifat kelarutan berhubungan dengan absorpsi obat  Overton (1901) Kelarutan senyawa organik dalam lemak berhubungan dengan mudah tidaknya penembusan membran sel. Senyawa non polar: -mudah larut lemak, -punya nilai koefisien yang besar, -mudah menembus membran sel secara difusi
  • 4. A. AKTIVITAS BIOLOGIS SENYAWA SERI HOMOLOG  Suatu seny seri homolog sukar t’disosiasi  Pada beberapa seri homolog, Intensitas aktivitas biologis tergantung pada jumlah atom C  Makin panjang rantai samping atom C: - makin bertambah bagian molekul yang bersifat non polar - Terjadi perubahan fisik:  Kenaikan titik didih  Berkurang kelarutan dalam air  Meningkat koefisien partisi lemak/air, tegangan permukaan dan kekentalan
  • 5. • Diikuti dgn aktivitas biologis sampai tercapai aktivitas maks. • Jika panjang rantai atom C trus dikan, terjadi aktivitas sec drastis • Krn mkin b+jml atom C, mkin b- kelarutan senyawa dalam air, berarti kelarutan dalam CES juga b- • Kelarutan senyawa dalam CES berhubungan dengan proses transpor O ke sisi kerja (site of action) or reseptor • Oleh karena itu kelarutan & koef partisi lemak/air merupakan Sifat Fisika penting dari senyawa seri homolog utk dpt menghasilkan aktivitas biologis  Cth seny seri homolog : 1. n-Alkohol, alkilresorsinol, alkilfenol & alkilkresol (antibakteri) 2. Ester asam p-aminobenzoat (anestesi lokal) 3. Alkil 4,4’-stilbenediol (hormon estrogen)
  • 6. Gbr 5. Hub klrtn & aktivitas antibakteri n-alkohol primer thd kuman Bacillus typhosus (A) & Staphylococcus aureus (B) 3,2 4,0 4,8 5,6 6,4 3,0 3,8 4,6 5,4 6,2 Log Kelarutan (x10 grl/l) -6 Log kadar toksik Butanol Amilalkohol Heksanol Heptanol Oktanol ( x 10 grl/l)-6 C B A
  • 7.  Dari grafik tlhat adanya “garis kejenuhan” (C).  Senyawa di bawah garis kejenuhan menunjukkan bahwa pada kadar tersebut larutan jenuhnya dapat disebabkan oleh efek antibakteri  Di atas garis kejenuhan senyawa tersebut tdk mempunyai kelarutan yang cukup untuk memberi efek antibakteri  Ttk potong antara grs aktifitas seny seri homolog & grs kejenuhan tgtg pd daya tahan bakteri  Bakteri yg lebih kebal (resisten) membutuhkan kadar lebih tinggi untuk membunuhnya, sehingga titik potong terjadi lebih awal
  • 8. Contoh seri homolog: 1. Seri homolog n-alkohol - Seri homolog n-alifatik alkohol primer, pada jumlah atom C1 sampai C7 menunukkan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus typhosus yg makin meningkat & mencapai maks pd jumlah atom C=8 - Pd jumlah atom C  8 aktivitas  secara drastis - Terhadap Staphylococcus aureus aktivitasnya mcapai maks pd jml atom C=5 - Rantai alkohol yg bcabang: alkohol sekuder & tersier, memp klrt dlm air lbh bsr, nilai koef part lemak/air lbh rdh dbdg alkohol primer shg aktivitas antibakteri lbh kecil  Cth:Aktivitas n-heksanol 2x lebih besar dari heksanol sekunder & 5x lebih besar dari heksanol tersier - Adanya ikatan rangkap kelarutan dalam air &  aktivitas antibakteri - Alkohol dengan BM besar : setilalkohol, praktis tdk larut dalam air sehingga tidak berkhasiat sebagai antibakteri
  • 9. Gbr 6. Aktivitas antibakteri seri homolog 4-n- alkilresorsinol thd Bacillus typhosus 2. Seri homolog 4-n- alkilresorsinol - Aktivitas antibakteri thd Bacillus typhosus reach max pada jumlah atom C=6 - Thd Staphylococcus aureus reached pada C=9 Koefisien fenol Atom karbon pada rantai samping 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
  • 10. 3. Seri homolog ester asam vanilat - Tabel 5. Hub str seri homolog ester asam vanilat & aktivitas antibakterinya thd Staphylococcus aureus Ester asam vanilat Koefisien Fenol terhadap Staphylococcus aureus Metil 1,7 Etil 7,3 n-Propil 33,4 Isopropil 11,2
  • 11. 4. Seri homolog ester asam p-hidroksibenzoat Tabel 6. Hub prbhn str seri homolog ester asam p- hidroksibenzoat (PHB) dgn nilai koefisien partisi & aktivitas antibakteri thd Staphylococcus aureus Ester PHB Koefisien partisi Koefisien fenol thd Staphylococcus aureus Metil 1,2 2,6 Etil 3,4 7,1 n-Propil 13 15 Isopropil 7,3 13 Alil 7,6 12 Butil 17 37 Benzil 119 83
  • 12. B. Hub Koef Part dgn Efek Anestesi Sistemik - Koef partisi pertama kali dihubungkan dengan aktivitas biologis Oleh penekan SSP, yaitu efek hipnotik & anestesi, oleh Overton & Meyer (1899) - Mrk mberi 3 postulat yg berhub dgn efek anestesi suatu senyawa, dikenal sebagai teori lemak, sbb: 1. Senyawa kimia yg tidak reaktif & mudah larut dlm lemak: eter, hidrokarbon & hidrokarbon terhalogenasi, dpt mberi efek narkosis pd jaringan hidup sesuai dgn kemampuannya tdistribusi ke dlm jaringan sel 2. Efek tlht jelas terutama pd sel-sel yg banyak mengandung lemak 3. Efisiensi anestesi or hipnotik tergantung pd koef part lemak/air atau distribusi senyawa dlm fase lemak & fase air jaringan
  • 13.  Dr postulat di atas disimpulkan bhw ada hub antara aktiv anestesi dgn koef part lemak/air  Teori ini hanya mengemukakan afinitas suatu senyawa terhadap sisi kerja saja & tidak menunjukkan bagaimana mekanisme kerja biologisnya & juga tidak dapat menjelaskan mengapa suatu senyawa yangg mempunyai koef part lemak/air tinggi tdk selalu dpt menimbulkan efek anestesi  Teori anestesi di atas kemudian dilengkapi dgn teori anestesi sistemik lain, yg tdk berdasarkan kelarutan senyawa dlm lemak tetapi berdasarkan Sifat Fisika yg lain yaitu ukuran mol & pembentukan mikrokristal hidrat
  • 14.  Senyawa berstruktur tidak spesifik Adalah senyawa dengan struktur kimia bervariasi, tidak berinterkasi dengan reseptor spesifik, dan aktivitas biologinya tidak secara langsung dipengaruhi oleh struktur kimia tetapi lebih dipengaruhi oleh sifat2 kimia fisika, seperti derajat ionasi, kelarutan, aktivitas termodinamik, tegangan permukaan dan redoks potensial. Senyawa berstruktur tidak spesifik menunjukkan aktivitas fisik dengan karakteristik sebagai berikut: a. Efek biologis berhubungan langsung dengan aktivitas termodinamik, dan memerlukan dosis yang relatif besar. b. Walaupun perbedaan struktur kimia besar, asal aktivitas termodinamik hampir sama akan memberikan efek yang sama c. Ada kesetimbangan kadar obat dalam biofasa dan fasa eksternal. d. Bila terjadi kesetimbangan, aktivitas termodinamik masing- masing fasa harus sama Berdasarkan model kerja aktivitas biologisnya, secara umum obat dibagi menjadi dua golongan
  • 15. e. Pengukuran aktivitas termodinamik pada fasa eksternal juga mencerminkan aktivitas termodinamik biofasa. f. Senyawa dengan derajat kejenuhan yang sama, mempunyai aktivitas termodinamik yang sama, sehinggan derajat efek biologis sama juga. Oleh karena itu larutan jenuhdari senyawa dengan struktur yang berbeda dapat memberikan efek biolois sama. Contoh senyawa berstruktur tidak spesifik: 1. Obat anestesi sistemik yang berupa gas atau uap seperti, etilklorida,asetilen, nitrogen oksida, eter dan kloroform. 2. Insektisida yang mudah menguap dan bakterisida tertentu, seperti timol, fenol, kresol, n-alkohol dan resorsinol.
  • 16. 2. Senyawa berstruktur Spesifik  Merupakan senyawa yang memberikan efeknya dengan mengikat reseptor atau reseptor yang spesifik  Mekanisme kerja melalui salah satu cara: - Bekerja pada enzim, yaitu dengan cara pengaktifan, penghambatan, atau pengaktifan kembali enzim- enzim tubuh - Antagonis, yaitu antagonis kimia, fungsional, farmakologis, atauu antagonis metabolik - Menekan fungsi gen, yaitu dengan menghambat biosintesis asam nukleat atu sintesis protein - Bekerja pad membran, yaitu dengan mengubah membran sel dan mempengaruhi sistem transpor membran.
  • 17. Karakteristik senyawa berstrukur:  Efektif pada kadar rendah  Melibatkan kesetimbangan kadar obat dalam biofasa dan fasa eksternal  Melibatkan ikatan-ikatan kimia yang lebih kuat dibanding ikatan pada senyawa yang berstruktur tidak spesifik.  Pada keadaan kesetimbangan aktivitas biologinya maksimal  Sifat fisik dan kimia sama-sama berperan dalam menentukan efek biologis  Secara umum mempunyai strukur dasar karakterisktik yang bertanggung jawab terhadap efek biologis senyawa analog  Sedikit perubahan struktur dapat mempengaruhi secara drastis aktivita biologis obat.
  • 18.  Contoh senyawa spesifik antara lain: obat analgesik (morfin), antihistamin (defenhidramin) B. MODIFIKASI MOLEKUL SENYAWA PENUNTUN Modifikasi molekul adalah eksplorasi dan eksploitasi senyawa penuntun yang mempunyai aktivitas biologis tertentu dan menarik untuk digunakan sebagai bahan awal pengembangan obat baru. Tujuan utama modifikasi molekul: 1. Tujuan pengembangan substitusi untuk mendapatkan senyawa yang lebih poten, spesifik, aman, dan efek samping minimal. 2. Tujuan perubahan spektrum aktivitas senyawa penuntun
  • 19.  Contoh: a. Mengubah senyawa agonis menjadi senyawa antagonis spesifik b. Memisahkan komponen utama dari spektrum aktivitas kedalam molekul yang berbeda sehingga didapatkan senyawa dengan spektrum yang baru c. Kombinasi dari aktivita obat yang berbeda d. Memperkeci efek samping e. Selektif terhadap spesies atau organ tertentu 3. Tujuan dari suatu modulasi farmakokinetik yang mengatur ketersediaan biologis dan fisiologis senyawa bioaktif dengan melakukan modifikasi molekul. a. Modulasi (mengatur) hubungan dosis-efek, yaitu mengatur hubungan natar dosis obat dengan kadar dalam jaringan target sehingga terjadi perubahan potensi obat. b. Modulasi hubungan waktu-kadar, yaitu dnegan membuat sediaan depo atau sediaan lepas lambat bila diinginkan efek obat yang lebih lama, atau dibuat sediaan intravena bila diinginkan efek obat yang capat.