2. 3 Sikap Manusia
ketika Datang kebenaran
Allah berfirman,
ُلوُقَي ْنَم ْمُهْنِمَف ٌةَورُس ْتَل ِزْنُأ اَم اَذِإ َواًناَميِإ ِهِذَه ُهْتَداَز ْمُكُّيَأواُنَمَآ َِينذَّال اَّمَأَف
َونُرِشْبَتْسَي ْمُه َو اًناَميِإ ْمُهْتَداَزَف()ِبوُلُق يِف َِينذَّال اَّمَأ َوُهْتَداَزَف ٌض َرَم ْمِهْم
َونُرِفاَك ْمُه َو واُتاَم َو ْمِهِسْج ِر ىَلِإ اًسْج ِر–التوبة:124-125
apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka
(orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di
antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang
beriman, maka surat ini menambah imannya, dan
mereka merasa gembira ( ) adapun orang-orang yang di
dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu
bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya
(yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir
3. Larangan Menyambung Rambut
Dari Asma’ binti Abu bakr radhiyallahu ‘anhuma, beliau
menceritakan,
ىَّلَص ِ َّاَّلل ِلوُسَر ىَلِإ ْتَءاَج ًةَأَرْام َّنَأْتَلاَقَف َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا:ُتْحَكْنَأ يِِّنِإ
َر َقَّرَمَتَف ،ى َوْكَش اَهَباَصَأ َّمُث ،يِتَنْباُّث ِحَتْسَي اَهُج ْوَز َو ،اَهُسْأُل ِصَأَفَأ ،اَهِب يِن
ا؟َهَسْأَر”َع ُهللا ىَّلَص ِ َّاَّلل ُلوُسَر َّبَسَفَمَّلَس َو ِهْيَل:َو َةَل ِاص َالوَةَل ِص ْوَتْسُمال
“Ada seorang wanita yang mendatangi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan,
‘Saya telah menikahkan putriku, kemudian dia sakit,
sampai rambutnya banyak yang rontok. Sementara
suaminya memintaku untuk menanganinya. Bolehkah
saya sambung rambutnya?’ kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela keras orang yang
menyambung rambut dan orang yang disambungkan
rambutnya. (HR. Bukhari 5935).
4. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
ancaman yang sangat keras untuk tindakan
menyambung rambut semacam ini,
َل ِص ْوَتْسُمال َو َةَل ِاص َالو ُ َّاَّلل َنَعَلَة
“Allah melaknat orang yang menyambung
rambut dan orang yang disambung
rambutnya…” (HR. Bukhari 5933).
5. Meskipun Darurat
Ibnu Abdil Bar menjelaskan hadis dari Asma’,
ُّل ِحَي ََلَف ٍةَورُرَضِل اَذَه َانَك اَذِإَفَض ِْريَغ ْنِم ِهِب َْفيَكَف ،؟ٍةَورُر
“Jika menyambung rambut untuk kondisi darurat
hukumnya tidak halal, bagaimana lagi untuk
kasus tidak darurat?” (Al-Istidzkar, 8/431)
6. Batasan Menyambung Rambut
Sambungan rambut yang terlaknat adalah
sambungan rambut yang bentuknya rambut, baik
rambut manusia atau sintetis. Karena mengandung
kesan penipuan.
Namun jika sambungan rambut berupa benda
selain rambut, pendapat yang lebih kuat,
dibolehkan, dan tidak disebut menyambung
rambut. Seperti kain, atau plastik
7. Ibnu Qudamah mengatakan,
ِب ِرْعَّشال ُلْص َو َوُه اَمَّنإ َمَّرَحُمْال َّنَأَّتال ْنِم ِهيِف اَمِل ، ِرْعَّشالِيسِلْد
َن يِف ِفَلَتْخُمْال ِرْعَّشال ِلاَمْعِتْسا َوَي ََل َكِلَذ ُْريَغ َو ،ِهِتَساَجِمَدَعِل ،ُمُرْح
َحَلْصَمْال ِلوُصُح َو ،اَهيِف يِناَعَمْال ِهِذَهِل ِةَأ ْرَمْال ِينِسْحَت ْنِم ِةْنِم اَه ِج ْوَز
ٍةَّرَضَم ِْريَغ
“Yang diharamkan ialah menyambung rambut
dengan rambut, karena terdapat tadlis (penipuan)
dan menggunakan sesuatu yang masih
diperdebatkan kenajisannya. Adapun selain itu,
maka tidak diharamkan, karena tidak mengandung
makna ini (tadlis dan najis), juga adanya maslahah
untuk mempercantik diri kepada suami dengan
tidak mendatangkan madharat (bahaya).” (Al-
Mughni, 1/70)