9. Kapan Boleh Tayamum
“... dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
(QS 5:6)
10. Boleh Tayamum, bila...
1.Tidak ada air yaitu tidak ditemukan atau sumber
air begitu jauh.
2.Jika memiliki luka atau penyakit dan
khawatirmenggunakan air.
3.Jika air sangat dingin dan sulit dipanaskan.
4.Jika air diperlukan untuk minum dan khawatir
kehausan. (Taisirul Fiqh, 140)
1& 4 (Ad Daroril Mudhiyyah 103)
11. Dengan Debu atau Tanah ?
”Dianugerahkan untukku tanah sebagai masjid
(tempat shalat) dan untuk bersuci.”
(HR. Bukhari no. 438).
12. Tayammum
Dari Abdurrahman bin Abza ia berkata, Telah
datang seorang lelaki kepada Umar bin Khoththob
seraya berkata, "Saya junub sedangkan saya tidak
mendapati air." Ammar (bin Yasir) berkata kepada
Umar bin Khaththab, Ingatkah engkau ketika kita
dahulu pernah dalam suatu safar, engkau tidak
sholat sedangkan aku mengguling-guling badanku
dengan tanah lalu aku sholat? Setelah itu,
kuceritakan kepada Nabi kemudian beliau bersabda,
"Cukuplah bagimu seperti ini." Nabi menepukkan
kedua telapak tangannya ke tanah lalu meniupnya
dan mengusapkan ke wajah dan kedua tangannya.
13. Wajah & Telapak Tangan
Anggota tayammum hanya wajah dan telapak tangan.
Inilah pendapat yang benar. Adapun hadits-hadits
yang menjelaskan bahwa tayammum sampai ke siku
atau ketiak seluruhnya tidak ada yang shohih
sebagaimana dijelaskan dengan bagus oleh Al-Hafidz
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (1/590-891). Lanjut
beliau, Di antara hal yang memperkuat riwayat
Bukhari Muslim yang hanya mencukupkan wajah dan
telapak tangan saja adalah fatwa Ammar bin Yasir.
Sepeninggal Nabi bahwa anggota tayammum adalah
wajah dan telapak tangan. Tidak diragukan lagi, rowi
hadits lebih mengerti tentang makna hadits daripada
orang selainnya, terlebih seorang sahabat mujtahid
(seperti Ammar bin Yasir).
At-Talkhis Habir (1/237-239) karya Ibnu Hajar
22. Kapan Mandi Wajib ?
1. Keluar Mani
Ummu Sulaim: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Allah tidak malu terhadap kebenaran (maka aku pun
tidak malu untuk bertanya): Apakah wanita wajib
mandi bila bermimpi? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,“Ya, apabila ia melihat air mani
setelah ia bangun.”
(Muttafaqun Alaih)
23. 2. Jima
“Apabila seseorang duduk di antara empat anggota
badan (istrinya), lalu bersungguh-sungguh
memperlakukannya (yaitu jima’), maka ia wajib
mandi, sekalipun tidak mengeluarkan (air mani).”
(Shahih: Mukhtashar Muslim no: 152 dan Muslim I:
271 no: 384).
24. 3. Masuk Islam
“Dari Qais bin Ashim Radhiyallahu Anhu bahwa ia
masuk Islam, lalu diperintah oleh Nabi Shallallahu
Alaihi Wa Sallam agar mandi dengan
menggunakan air yang dicampur dengan daun
bidara.”
(Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 128, Nasa’I I: 109,
Tirmidzi, II:58 no: 602 dan ‘Aunul Marbud II: 19 no:
351).
25. 4. Haidh
“Jika telah tiba masa haidhmu maka tinggalkan
shalat, dan bila selesai masa haidmu maka
mandilah kemudian shalatlah.”
(HR. Bukhari)
26. 5. Mandi Jumat
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian mendatangi shalat jumat maka
hendaknya dia mandi.”
(HR. Al-Bukhari no. 877 dan Muslim no. 844)
Dari Abu Said Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudri radhiallahu anhuma
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Mandi pada hari jumat adalah wajib bagi orang yang sudah bermimpi
(baligh).”
(HR. Al-Bukhari no. 879 dan Muslim no. 846)
27. 6. Sebelum Sholat Ied
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa ia mandi
pada hari raya Idul Fitri, sebelum berangkat ke
tempat shalat.
(HR Malik bin Nafi dalam kitab al-Muwaththa Bab
Thoharoh 384).
28. 7. Meninggal Dunia
Ummu Athiyah “Mandikan dia sebanyak tiga kali
(siraman), lima kali, tujuh kali atau lebih jika kalian
menganggap itu perlu.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Bila Muslimah, hanya Suami dan wanita yang boleh,
Ayah dan Pamannya tidak
29. Bebersih - Wudhu - Guyuran
Hadis riwayat Maimunah ra., ia berkata: Aku pernah
menyodorkan air kepada Rasulullah saw. untuk
mandi jinabat. Beliau membasuh kedua telapak
tangan, dua atau tiga kali, kemudian memasukkan
tangan ke dalam wadah dan menuangkan air pada
kemaluan beliau dan membasuhnya dengan tangan
kiri. Setelah itu menekan tangan kiri ke tanah dan
menggosoknya keras-keras, lalu berwudu seperti
wudhu salat, kemudian menuangkan air ke kepala
tiga kali cidukan telapak tangan. Selanjutnya beliau
membasuh seluruh tubuh lalu bergeser dari tempat
semula dan membasuh kedua kaki kemudian aku
mengambil sapu tangan untuk beliau, tetapi beliau
mengembalikan
30. Tangan - Qubul - Wudhu - Guyur Badan - Basuh Kaki
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Adalah Rasulullah saw.
jika mandi jinabat, beliau memulai dengan membasuh
kedua tangan, lalu menuangkan air dengan tangan kanan ke
tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan. Setelah itu
berwudu seperti wudu untuk salat lalu mengguyurkan air
dan dengan jari-jemari, beliau menyelai pangkal rambut
sampai nampak merata ke seluruh tubuh. Kemudian beliau
menciduk dengan kedua tangan dan dibasuhkan ke kepala,
tiga cidukan, kemudian mengguyur seluruh tubuh dan
(terakhir) membasuh kedua kaki beliau
(Shahih Muslim: 474).
31. Minimal Wudhu
Hadis riwayat Aisyah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. Apabila akan tidur
dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu
seperti wudhu untuk shalat sebelum tidur
(Sahih Muslim: 460).
32. Mandi Sunah
"Lalu kami keluar bersama beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu tatkala
sampai di Dzul Hulaifah, Asma binti ‘Umais melahirkan Muhammad bin Abi
Bakr, lalu ia (Asma) mengutus (seseorang untuk bertemu) kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam (dan berkata): ‘Apa yang aku kerjakan? Maka
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Mandilah dan beristighfarlah
[2] kemudian ihram."
[Riwayat Muslim (2941) 8/404, Abu Daud no.1905, 1909 dan Ibnu Majah no.
3074]
Hinweis der Redaktion
\n
\n
\n
\n
\n
\n
\n
8 Hadits Shahih Bukhari (Aisyah kehilangan kalung, Rasulullah SAW tidur di paha Abu bakr, Unta berdiri kalung a’isyah ditemukan\n
\n
\n
HR. Bukhari no. 338 dan Muslim no. 368. \nDalam riwayat lain disebutkan dengan lafadz, Tayammum itu satu tepukan, untuk wajah dan kedua telapak tangan. \nHR. Abu Dawud (327), Ahmad (4/263), Tirmidzi (144), Darimi (751), Ibnu \nHuzaimah dalam shahih-nya (266, 267) dan Ibnu Jarud dalam AlMuntaqo (126). Dan dishahihkan oleh Imam Darimi dalam sunannya dan Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil no. 161. \n\n
Dari Jabir, ia berkata, “Kami pernah keluar pada saat safar, lalu seseorang di antara kami ada yang terkena batu dan kepalanya terluka. Kemudian ia mimpi basah dan bertanya pada temannya, “Apakah aku mendapati keringanan untuk bertayamum?” Mereka menjawab, “Kami tidak mendapati padamu adanya keringanan padahal engkau mampu menggunakan air.” Orang tersebut kemudian mandi (junub), lalu meninggal dunia. Ketika tiba dan menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami menceritakan kejadian orang yang mati tadi. Beliau lantas bersabda, “Mereka telah membunuhnya. Semoga Allah membinasakan mereka. Hendaklah mereka bertanya jika tidak punya ilmu karena obat dari kebodohan adalah bertanya. Cukup baginya bertayamum dan mengusap lukanya.” (HR. Abu Daud no. 336, Ibnu Majah no. 572 dan Ahmad 1: 330. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan selain perkataan ‘cukup baginya bertayamum’)\n
\n
\n
\n
\n
\n
\n
\n
\n
Makna jima’ di sini adalah masuknya bagian ujung kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan wanita. Dan makna “masuk” adalah masuk dan tidak kelihatan lagi. Apabila seorang laki-laki memasukkan ujung kemaluannya ke dalam kemaluan wanita hingga tidak terlihat lagi maka laki-laki dan wanita itu wajib mandi, baik keluar air mani maupun tidak.\n