SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 47
Perlukah
  Saya
 Kerja
 Perlu Nggak Ya?
Prakata

Perlukah seseorang bekerja? Perlukah anda bekerja? Perlukah saya bekerja?
Jawaban yang diberikan kepada kita biasanya adalah ‘iya’. Tetapi ini bisa
menjadi jawaban yang masuk akal atau tidak masuk akal, tergantung pada
situasi orang tersebut. Karena itu kita harus tahu terlebih dahulu situasi
orang tersebut. Misal, apakah seseorang yang sedang tidur perlu bekerja?
Apakah seseorang yang baru pulang kerja musti bekerja lagi? Apakah
seseorang dibenarkan bekerja malas-malasan? Apakah baik seseorang terlalu
banyak bekerja tanpa istirahat? Kita harus melihat definisi bekerja dulu.
 Jika bekerja diartikan ‘melakukan sesuatu’, maka ini terlalu umum,
sehingga setiap orang pasti bekerja. Bahkan orang yang mengupil pun
melakukan sesuatu.
 Jika bekerja diartikan ‘melakukan sesuatu yang bermanfaat’, ini juga
masih rancu, apakah misalnya, pembunuh bayaran, pelacur, dan bandar
narkoba termasuk pekerja, atau tidak? Karena apa yang mereka lakukan toh
bermanfaat untuk mereka sendiri (mendapat uang, dan mungkin si
pembunuh bayaran memang hobi membunuh jadi ia sekalian saja kerja
sebagai pembunuh bayaran, dan mungkin si pelacur memang seksmania jadi
sekalian saja dapat uang) dan klien mereka, tapi sungguh tidak bermanfaat
bagi orang-orang lain yang mendapat getah pekerjaan mereka (orang yang
dibunuh pembunuh bayaran, istri yang dapat penyakit kelamin dari
suaminya yang berhubungan seks dengan pelacur yang tidak sadar terinfeksi
penyakit kelamin dari klien sebelumnya, dan keluarga orang yang ngobat).
Jika mereka tidak bekerja, lalu mereka itu lagi ngapain? Bukan nganggur
kan?
Jika bekerja diartikan ‘melakukan sesuatu yang menghasilkan uang’, ini
juga tidak sepenuhnya tepat. Apa berarti jutaan budak-budak sepanjang
sejarah manusia yang tidak dibayar yang membuat piramid, yang membuat
Taj Mahal, yang membuat Tembok Besar Cina, sampai yang membuat
puluhan istana kerajaan Eropa dan juga White House di Washington D.C.
dan juga orang-orang Indonesia yang membuat rel kereta api untuk Belanda
sampai banyak yang mati semuanya bukan pekerja dan tidak bekerja? Belum
ditambah dengan ratusan juta ibu rumah tangga yang memasak, mencuci,
membersihkan rumah, membantu PR anaknya, semua tanpa dapat uang, atau
kakek nenek yang menjaga cucunya kala si orangtua pergi ke kantor atau
kemana saja. Bagaimana dengan jutaan orang yang menjadi relawan menjadi
guru di pedalaman, membuat rumah orang yang terkena gempa bumi, atau
saya sendiri yang banyak menulis dan mempublikasikan di internet tanpa
mendapat bayaran apapun padahal sudah keluar banyak uang (listrik), waktu
(yang bisa dihabiskan untuk hal lain), dan tenaga (capek kan ngetik dan
duduk lama itu bikin pegal).
   Jika bekerja diartikan ‘pergi ke kantor’, ini juga menghina ratusan juta
orang yang kerjanya dari rumah, toko, supir taxi, bus, masinis kereta, pilot,
pramugari, bintang film, musisi, pemain bola, supir F1, pemain tenis,
astronot yang diluar angkasa sampai ke tukang mie ayam, bubur ayam,
tukang sayur, tukang cuci, pembantu, kuli, dan satpam perumahan.
Sedangkan orang yang pergi ke kantor juga kadang malah tidak ada kerjaan
di kantor kan? Banyak saya lihat kantor-kantor itu orang di dalamnya kok
malah pada santai-santai, ngerokok, ngopi, ngobrol tidak penting padahal
lagi jam kerja! Lha nanti pas jam istirahat pada ngapain ya?
Sedangkan kalau bekerja diartikan sebaliknya ‘tidak pergi ke kantor’ yah
ratusan juta orang yang bekerja di dalam kantor baik si tukang lap sampai
Dirut pada komplain dong.
   Jadi nggak gampang kan sebenarnya mengartikan bekerja itu? Bisa jadi
seseorang itu terlihat bekerja padahal nggak kerja, dan bisa jadi orang yang
dianggap nggak kerja justru bekerja jauh lebih banyak.
   Jadi gimana nih sebenarnya, perlukah saya bekerja? Ini tergantung dari
beberapa faktor latar belakang yang perlu diketahui terlebih dahulu sebelum
kita bisa membuat penilaian yang tepat (proper assessment) tentang perlu
tidaknya anda bekerja.


   1. Apakah anda punya financial support?

   2. Bagaimana status keuangan anda?
   3. Berapa umur anda?
   4. Apakah anda ingin atau harus bekerja?
   5. Apakah anda seorang perempuan atau laki-laki?
   6. Anda tinggal di negara mana dan kota mana?
   7. Apakah hubungan anda dengan orangtua anda baik-baik?
   8. Seberapa besar dan banyak kebutuhan dasar anda?
   9. Seberapa besar dan banyak barang-barang yang anda mau beli?
   10.Seberapa lama anda ingin hidup?


   Nah, karena prakata ini sudah kepanjangan, kita jeda dulu, nanti kita
sambung di beberapa halaman berikutnya ya…
Karya ini dibuat hari Jumat, 19 Maret 2010, dari jam 07.37 pagi sampai jam
12.02 siang oleh Aidil Rizali. Segera karya ini saya jadikan public domain
 yang berarti Anda bisa mengaksesnya tanpa memperdulikan hak-hak saya
 sebagai penulis dan berarti karya ini sama sekali tidak dilindungi undang-
                         undang negara manapun.


                        Saya mendukung Copyleft.




            dan Knowledge Should Be Free Movement seperti
                 yang diadvokasikan oleh Komisi Eropa.
Tulisan sederhana ini saya dedikasikan kepada ratusan juta umat manusia
  yang dianggap tidak bekerja padahal mereka bekerja lebih banyak dan
lebih baik daripada kebanyakan mereka yang menyandang status ‘pekerja’.
                         You know who you are…


 Kepada ratusan juta umat manusia yang bekerja tetapi kecewa terhadap
           fasiltas kerja, situasi kerja, atasan, bawahan, rekan.
                      Semoga keadaan lebih baik…


 Kepada pembaharu zaman yang diam-diam sedang ikut revolusi budaya
 untuk membuat dunia yang lebih sadar lingkungan, tidak konsumerisme,
                          dan tidak berlebihan…
Daftar Isi

Definisi kerja
Jenis kerja
Tempat kerja
Waktu kerja
Kerja dengan apa
Hasil kerja
Upah kerja
Teman kerja
Musuh kerja
Keluarga kerja
Apakah anda punya financial support?
Bagaimana status keuangan anda?
Berapa umur anda?
Apakah anda ingin atau harus bekerja?
Apakah anda seorang perempuan atau laki-laki?
Anda tinggal di negara mana dan kota mana?
Apakah hubungan anda dengan orangtua anda baik-baik?
Seberapa besar dan banyak kebutuhan dasar anda?
Seberapa besar dan banyak barang-barang yang anda mau beli?
Seberapa lama anda ingin hidup?
Definisi kerja

Seperti sudah dibahas di depan, tidak ada yang bisa memberikan definisi
kerja yang disetujui semua orang. Tetapi saya mengartikan bekerja sebagai
‘segala sesuatu tindakan yang langsung mempunyai dampak yang baik bagi
diri sendiri dan lingkungan secara mental, emosional dan fisikal, baik itu
tindakan dibayar dengan uang atau dibayar dengan perasaan telah berbuat
sesuatu yang berharga atau apapun juga (seks, makanan, apalah, asal bukan
malah dibunuh tapi banyak juga yang kerja rodi mati dibunuh atau
kecapekan).’
  Meskipun begitu ini bukanlah definisi satu-satunya cara saya
mendefinisikan kata ‘kerja’ di tulisan ini.
Jenis kerja

Kerja bisa berarti apa saja. Ada jenis kerja yang sungguh kejam bagi mata
dan hidung manusia: menjadi tukang sampah. Tukang sampah ini
sebenarnya profesi yang sangat penting dan terhormat. Penting karena tanpa
mereka sampah dirumah kita akan terus menumpuk dan akhirnya sampah
jadi sarang penyakit. Terhormat karena mereka berani terjun ke dunia najis
ini, merekalah pahlawan kebersihan tanpa tanda jasa.
   Ada jenis kerja yang sungguh kejam bagi intelek manusia yaitu menjadi
kasir atau penjaga toko. Setiap kali saya pergi ke mall-mall, apalagi mall
level dua seperti ITC, aduh kasihan sekali melihat penjaganya ada dua tiga
orang dengan tatapan kosong karena tidak ada pembeli. Mereka juga sudah
malas ngobrol dengan temannya karena buang-buang bacot saja, sudah
kehabisan bahan obrolan, sudah capek hati karena sudah berapa jam buka
yang datang baru lima atau enam orang, itu pun nggak ada yang beli.
Kebanyakan dari mereka ya diam saja seperti itu atau baca yang mudah
dibaca, jadinya stimulasi untuk pengembangan otak sangat terbatas. Begitu
juga dengan supir bajaj yang berjejer menunggu penumpang, ya mereka
diam saja di bajajnya, sambil ngerokok.
  Ada jenis kerja yang justru kebalikannya: penuh intelek. Tetapi ini pun
bisa sekedar asumsi tetapi di kenyataan bisa iya bisa tidak, yaitu menjadi
profesor, menjadi dosen, menjadi peneliti. Karena kadang hanya titel tetapi
mereka karena disibukkan mengajar justru tidak sempat atau tidak mampu
membaca buku-buku terbaru dibidang mereka. Walhasil yang mereka
ajarkan hanyalah apa yang mereka dapat dari studi mereka puluhan atau
belasan tahun lalu. Jadi peneliti bukan berarti pintar juga dalam artian
menemukans sesuatu yang baru secara efektif dan efisien, bisa saja peneliti
itu ya teliti saja.
  Ada jenis kerja yang membuat barang, mengirim barang (jasa antar),
mendistribusikan barang (toko), memperbaiki barang (reparasi), mengambil
sampah, merecycle sampah, dst. Kerja adalah apapun yang anda dengar,
lihat, sentuh dan rasakan. Karena semua itu pasti ada yang buat dari mulai
hal remeh seperti bungkus permen sampai gedung bertingkat, dari kapur
sampai mobil Rolls-Royce.
Tempat kerja


 Tempat kerja bisa sekecil kamar mandi (bagi penulis seperti saya yang
dibutuhkan hanya sedikit ruang untuk mengetik dan duduk, J.K.Rowling
yang membuat Harry Potter tempat kerjanya adalah duduk di kafe
favoritnya) atau bisa seluas jarak antarnegara (untuk pilot tempat kerjanya
kan dari satu airport ke airport lain) atau diluar bumi (astronot). Pokoknya
semua tempat yang anda lihat kemungkinan disitu ada seseorang yang
sedang bekerja entah di pabrik, di WC (di mal-mal kan ada seorang petugas
WC yang standby membersihkan sisa kencing yang jatuh dilantai), di
kuburan, sampai di Istana Negara, di Istana Buckingham, dst.
  Bagi tukang pijat tempat kerjanya ya di tempat tidur kliennya, ya kan?
Bagi tukang benerin toilet tempat kerjanya di toilet. Bagi tukang cukur
rambut presiden tempat kerjanya ya di kepala presiden. Bagi nelayan
kerjanya di laut. Bagi tukang copet kerjanya di pasar. Bagi tukang catut dan
koruptor kerjanya di… (lihat tulisan saya Daftar Lengkap Koruptor
Indonesia) Begitulah keanekaragaman tempat kerja.
Waktu kerja

 Tidak ada sedetik pun berlalu tanpa ribuan orang sedang bekerja di
seantero dunia. Yang kadang lepas dari kesadaran kita adalah saat disini jam
8 pagi, di zona waktu yang lain sekarang ini juga adalah jam 1 siang atau
jam 4 sore atau jam 8 malam. Jadi detik ini juga ada orang yang sedang
berangkat kerja, ada yang sudah kerja, ada yang pulang kerja, dan ada yang
sedang tidur malam. Orang bisa kerja waktu siang, malam, pagi atau sore.
Bagi pegawai hotel dan dokter UGD ada yang kebagian shift malam ada
yang shift siang.
 Waktu kerja sebenarnya tidak selalu jam 9 sampai jam 4 sore. Bagi guru,
ia mulai bekerja sejak jam 7 pagi. Bagi penulis, ia bekerja bisa 20 jam sehari
atau malah hanya 2 jam sehari. Bagi aktor, olahragawan, musisi, artis,
penari, semuanya punya jam kerja ireguler.
 Pada tahun 1930 seorang profesor ekonomi bernama John Maynard
Keynes pernah bilang kalau jam kerja manusia kelak bisa hanya 3 jam sehari
untuk 5 hari kerja. Ini karena ia beranggapan manusia akan terus
mengakumulasi barang sehingga kelak barang akan murah dan si manusia
juga sudah tercukupi kebutuhannya. Tetapi rupanya ramalan Keynes tidak
terbukti karena manusia bukan hanya mau barang berharga murah tetapi
mau barang mahal agar merasa dirinya ‘superior’ atau ‘mahal’ atau
‘penting’. Jadilah air minum tidak cukup Aqua tapi Evian import dari
Perancis, jadilah HP tiap berapa bulan ganti mode terbaru, jadilah menonton
film tidak cukup nonton TV tetapi musti di bioskop 3 dimensi. Sedang
biasanya tabungan tidak bertambah banyak, justru hutanglah yang
bertambah banyak dengan adanya kartu kredit yang membuat orang mudah
mengikuti keinginan hawa nafsunya.
Kerja dengan apa

 Semua yang ada di diri manusia dan di alam bisa digunakan untuk alat
kerja. Musisi butuh telinga, pelukis butuh mata, penjahit butuh tangan, aktor
butuh mulut, pemain sepakbola butuh kaki, dsb.
 Kerja bisa dengan pulpen, atau komputer, atau mobil, atau obat atau
gunting, apa saja deh. Tapi umumnya butuh listrik. Distribusi kerja tidak
merata ke seluruh badan. Bagi penulis, mata adalah kebutuhan tetapi ia tidak
perlu banyak bicara. Bagi penyiar radio, mulutlah yang terpenting. Itu
sebabnya lama-kelamaan ada orang yang bisa menulis cepat, karena ia
memang kerjanya sebagai tukang ketik. Ada yang bisa tahan napas lama-
lama dalam air, ini karena mereka bekerja mengambil kerang di bawah laut.
Ada yang bisa tahan menyupir mobil formula, ini karena mereka pengemudi
formula. Lama-kelamaan kerja kita menjadi sangat dekat dengan identitas
kita. Hingga kadang seluruh hidup kita terserap ke pekerjaan kita itu. Kalau
kerja dengan hati biasanya pekerjaan itu bagus. Tetapi itu juga tidak cukup
untuk membuat suatu mahakarya, kalau ini kerja dengan apa tiada yang tahu
pasti. Tidak ada yang tahu kenapa dari ribuan band, The Beatles menjadi
band paling populer dan berpengaruh, apa yang membuat keempat orang ini
begitu tinggi di tanah legenda musik? Tentu bukan karena mereka laki-laki,
bukan karena mereka dari Liverpool, bukan karena mereka orang kelas
menengah, bukan karena mereka semua tidak pernah kuliah. Jadi ini faktor
X. Jangan terlalu berambisi menjadi yang terhebat, tapi berambisilah untuk
menjadi cukup hebat. Kerjalah dengan profesional.
Hasil kerja

 Hasil kerja bisa berupa barang, tetapi banyak yang tidak terlihat seperti
kerja padahal itu kerja keras. Jika anda ke toko buku lalu melihat susunan
buku rapi, nah itu ribuan buku nggak berbaris dengan sendirinya, banyak
tangan pegawai toko buku yang merapikannya. Lalu lantainya bersih kan?
Karena ada yang ngepel tiap harinya. Terang kan? Karena ada yang pasang
lampunya. Dingin kan? Karena ada yang pasang AC. Lalu ada juga hasil
kerja yang sebenarnya lucu karena mereka tidak menghasilkan apapun
kecuali perasaan saja. Pernah lihat satpam di toko buku? Mereka tidak
bekerja sama sekali kan? Cuma diam, nggak merapikan buku, nggak ngepel,
jadinya selama nggak ada yang melakukan kriminal ya dia sebenarnya
nggak dibutuhkan. Tapi karena perasaan was-was yang punya toko akhirnya
dia dipasang disitu. Menurut saya sendiri sih mereka sebenarnya justru
nggak bekerja, cuma berdiri saja, tapi berdirinya itu dibayar. Capek lahir
batin lho cuma berdiri ditempat itu memperhatikan orang lewat berjam-jam.
  Adalah hasil kerja orangtua anda bahwa anda bisa hidup sampai sekarang,
atau hasil kerja orangtua dari orangtua anda atau hasil kerja orang yang
perduli kepada anda atau jelas hasil kerja anda sendiri…
   Hasil kerja ada yang baik ada yang buruk. Hasil kerja chef warteg dan
chef restoran bintang lima jelas jauh berbeda. Inilah yang membedakan
harganya. Montir yang kerja di pabrik Rolls-Royce beda dengan yang kerja
di bengkel mobil lokal anda. Hasil kerja ‘Made in Japan’ masih superior
dibanding hasil kerja ‘Made in China’. Jadi kalau mau sukses, hasil kerjanya
harus lebih bagus dibanding kompetitor.
Upah kerja
   Upah kerja yang sekarang lazim diterima adalah uang. Walaupun uang
sudah ada sejak jaman Mesir kuno, sebenarnya selama ribuan tahun upah
kerja yang paling lazim adalah kerja itu sendiri. Nenek moyang kita yang
memburu binatang bukan memburu binatang untuk dapat selembar kertas
dengan gambar orang yang sudah lama mati dan beberapa lingkaran dan
tanda tangan jelek, tetapi untuk makan hasil kerjanya itu. Lalu mereka mulai
bercocok tanam dan bisa makan dari hasil cocok tanam mereka sendiri.
Kemudian mulai barter. Bahkan ketika uang sudah ada, banyak masyarakat
yang memilih barter baik barter sesama barang atau barter barang dengan
tenaga. Misal seseorang membantu bercocok tanam lalu orang itu diberi
makan. Namun ada juga orang-orang yang bekerja karena itu memberi
mereka kepuasan batin atau mereka rasa hasil kerja itu untuk kepentingan
orang banyak, walaupun mereka tidak mendapat uang atau pengakuan atau
apapun. Bertahun-tahun lalu ada seseorang yang berada di tanah tandus
kering. Setiap orang malas tinggal disitu. Tetapi orang ini melihat dengan
sudut pandang yang beda. Dia justru melihat kesempatan untuk membuat
tanah tandus ini menjadi tanah sejuk yang indah dan penuh kehidupan. Ia
mulai menghabiskan waktu berpikir bagaimana caranya agar tanah ini bisa
bagus. Setelah dapat ide bagus ia segera melakukannya. Ia buat jalur agar air
bisa sampai tanah ini. Ia bawa beberapa biji tanaman. Hal ini ia lakukan
beberapa puluh tahun, sampai ketika ia meninggal, tanah tandus kering itu
sudah berisi penuh tanaman, hewan-hewan dan tentunya komunitas manusia.
Itu mungkin jenis kerja yang sangat mulia, mendapat kepuasan karena tahu
ia bermanfaat bagi lingkungan, walaupun tidak ada yang tahu dan
memberinya pengakuan atau sekedar dukungan.
Teman kerja

  Teman kerja yang terpenting adalah semangat, passion. Hampir bisa
dipastikan tanpa semangat, segala pekerjaan jadi seperti beban berat. Entah
bagaimana buruh pabrik mendapatkan semangat ini, apakah ia memikirkan
anaknya yang kecil yang butuh makan hari ini sehingga ia semangat bekerja
atau apa. Tapi tidak bisa dibayangkan apa jadinya jika Rowling tidak
semangat menulis Harry Potter, Schumacher malas mengemudi Formula 1
atau Johnny Depp tidak serius bermain peran , atau arsitek membuat desain
nggak karuan atau pembuat kurikulum asal-asalan buat kurikulum, jadinya
kacau semua dan nggak bermutu.
 Teman kerja yang lain adalah dukungan, support, pastilah kita senang bila
kita didukung, minimal oleh keluarga dan maksimal oleh banyak orang, dan
didukung fasilitas yang memadai. Obama misalnya dielu-elukan banyak
orang, wah dia jadi semangat. Coba misalnya pas di inagurasi nggak banyak
orang yang datang, dia bisa kurang semangat. Dan Obama ada pada saat
yang tepat di negeri yang tepat yang sudah bisa melihat tanpa batas ras, bila
ia di Indonesia belum tentu ia bisa jadi presiden RI. Coba di final Piala
Dunia yang menonton cuman empat atau lima orang, bisa nggak optimal
mainnya.
  Tapi beralih ke dunia nyata, teman kerja ada yang baik ada yang buruk.
Teman kerja yang malas-malasan, mengajak untuk korupsi atau bahkan
korupsi terang-terangan jelas adalah ‘musuh’ kerja. Tapi teman seperti ini
bukan hanya dikantor, kalau teman sesama pembantu atau sesama bintang
film malas-malasan itu juga salah.
Musuh kerja
 Musuh kerja yang paling jelas adalah kebosanan. Bisa dipastikan kalau
anda bosan, sesuatu yang tadinya menarik pun bisa membuat anda muak dan
muntah. Maka beristirahatlah. Dan pastikan anda memang cocok dengan
pekerjaan itu (sekali lagi saya kasihan kepada orang-orang yang terpaksa
kerja dan kerjaan itu tidak cocok sebenarnya untuk siapapun seperti bekerja
di gunung pembuangan sampah akhir atau dipabrik-pabrik tanpa ventilasi
udara yang baik).
  Di dunia nyata musuh kerja adalah orang-orang yang iri atau takut
pekerjaannya diambil oleh anda, wah, orang-orang seperti ini bahaya.
Waspadalah. Dan kalau anda orang seperti ini, insaflah.
Keluarga kerja
   Karena manusia makhluk sosial mereka biasanya masuk ke suatu
komunitas. Hampir setiap jenis pekerjaan ada klub atau asosiasi, misal
asosiasi penulis, ikatan dokter, persatuan atlet, himpunan psikologi dan
semacamnya. Bisa jadi orang tertarik kepada suatu pekerjaan karena prestis
dan masuk ke suatu klub pekerjaan itu membuat dia puas. Tapi hati-hati,
tidak jarang karena terlalu sibuk mengurusi organisasi kantor justru keluarga
beneran jadi tidak terurus dan jarang bertemu. Jadilah kerja jadi keluarga
dan keluarga jadi kerja. Kadang malah akhirnya terjadi cerai dan menikah
lagi dengan orang sekantor.
   Bagi Ralph Nader, seorang aktivis lingkungan dari Partai Hijau Amerika,
ia katakan ia harus memilih punya karir atau keluarga, dan ia memilih
berkarir. Hingga umur 73 tahun ia tidak punya istri tidak punya anak dan
mungkin masih perjaka. Tetapi itu tidak masalah karena Ralph tidak
sendirian, di Eropa dan Jepang sudah jamak orang lebih memilih
membangun karir daripada membangun keluarga. Perempuan Eropa dan
Jepang emoh menjadi ibu yang sibuk mengurus bayi, lebih baik mengurus
karir. Disisi lain banyak juga orang –biasanya perempuan- yang memilih
punya keluarga dan melepaskan karir. Kalau orang seperti ini sudah sampai
tingkat S1 atau S2 apalagi S3 maka ia buang-buang waktu, tenaga, dan uang
saja, apalagi apabila ia memakai uang beasiswa negara. Seorang ibu tidak
dilihat baik atau tidaknya dari tinggi rendah level pendidikan formalnya,
karena dipendidikan formal tidak diajarkan mengurus bayi. Jadi tidak ada
relevansi bahwa seorang ibu yang profesor anaknya bakal atau bakat jadi
profesor juga karena kita lihat ternyata ibunya si profesor tidak pernah
kuliah. Betapa banyak profesor dan rektor di dunia lahir dari ibu yang tidak
tamat SD dan berasal dari kampung. Lebih baik apabila niat jadi ibu rumah
tangga segera berhenti saja kuliah dan mulai belajar memasak, belajar
kedokteran tingkat dasar, belajar cara membesarkan anak dan menyusun
anggaran belanja rumah tangga, sampai tingkat dasar memperbaiki rumah.
Kalau empat tahun belajar itu semua tidak perlu lagi makan diluar rumah
karena semua resep buat pizza, yakiniku, donut udah bisa semua dan
reparasi rumah bisa dikerjakan berdua suami. Kenapa tidak? Amat lebih baik
belajar hal praktis yang aplikatif daripada belajar banyak teori orang yang
cuma relevan di dunia abstrak yang setelah beberapa tahun menjadi ibu
rumah tangga sudah terlupakan semuanya.
  Fenomena anak muda sekarang mereka enggan bekerja karena melihat
biaya bekerja jauh lebih besar dari keuntungan bekerja. Jika seorang bekerja
maka dia harus bangun jam 5 pagi, jalan kaki keluar atau naik kendaraan
(udah keluar tenaga, uang dan waktu), lalu sampai kantor bekerja sampai
jam 4, begitu terus selama sebulan dan dapat gaji misal 2 juta. Nah bila
dikalkulasikan biaya transportasi dan makan saja, sudah mencapai 1,1 juta
sendiri. Belum biaya tak terlihat seperti biaya politik kantor, biaya macet ke
dan dari kantor (bila naik taksi sangat ngefek ke argo dan bila naik bis biaya
‘kegerahan’ di bis dihitung), biaya karena melihat pasangan dan anak jadi
jauh berkurang, biaya waktu dan tenaga untuk mengembangkan diri
berkurang, biaya harus menyiapkan diri di rumah untuk persiapan kerja lagi
besok. Nah uang 0,9 juta sisanya setimpal tidak dengan biaya tak terlihat
itu? Sepertinya tergantung, kalau anda punya bantuan finansial yang
permanen dan bisa diandalkan sebaiknya tidak usah kerja seperti itu karena
gaya bekerja seperti itu bisa memperpendek umur anda dan mempercepat
proses penuaan anda. 900 ribu sebulan berarti anda dapat sekitar 225 ribu
per minggu atau 45 ribu per hari, anda kerja 8 jam sehari plus 2 jam bolak
balik kantor berarti 10 jam ya, berarti anda dibayar 4,5 ribu per jam. Nah
tukang parkir bisa dapat 2 ribu per 15 menit. Go figure. Mungkin anda pikir
keadaan akan berubah setelah beberapa tahun. Tetapi entahlah, baru-baru ini
saya ke sekolah dasar dan guru-guru yang mengajar saya dulu masih
mengajar disana pelajaran yang sama dan sepertinya gajinya tidak jauh beda,
mereka semua masih kere-kere juga. Jadi jangan berharap terlalu banyak.
Akhirnya sampai pada yang ditunggu-tunggu, jawaban dari ‘perlukah saya
kerja?’ merupakan jawaban besar yang musti dipilah menjadi beberapa
pertanyaan:


Apakah anda punya financial support?

 Di jaman Romawi kuno, anak-anak dan keturunan orang kaya tidak
bekerja. Bekerja dalam artian bekerja untuk orang lain dianggap sesuatu
yang hina dan bukan untuk bangsawan, tetapi untuk bangsatwan alias budak.
Mereka dikelilingi pelayan yang bertugas memandikan mereka, memakaikan
mereka baju, bahkan kalau malas berjalan ada budak-budak hitam berbadan
tegap yang akan membawa kursi anda kemana saja anda mau di rumah
mewah anda. Bahkan mereka beneran punya budak seks, jadi bila anda dan
pasangan bosan bercinta, masing-masing boleh bercinta dengan budak
seksnya terang-terangan, karena dianggap budak itu bukan manusia
setingkat mereka tapi dianggap seperti binatang peliharaan.Nah karena
mereka jadi tidak punya kerjaan apapun –makan saja bisa disuapin-maka
biasanya mereka jadi sekolah melulu. Sekolah untuk anak orang kaya di
jaman Romawi kuno jangan dibayangkan seperti sekolah di Jakarta. Jauh
lebih eksklusif dibanding sekolah anak orang kaya disini. Sekolah dirumah
masing-masing. Bergantian diajar oleh guru (dan guru ini bukan sekedar
pekerjaan tetapi mereka memang punya reputasi bagus) untuk melukis,
berpuisi, berdiskusi, berdebat, sejarah, belajar memanah, pedang, olahraga,
bermain kuda,dsb. Jadi nggak ada kurikulum pemerintah, tapi memang skill
yang penting.
  Ketika agama Kristen masuk ke Romawi dan kemudian selama beratus-
ratus tahun masuk ke dalam pikiran orang Eropa, timbulah suatu gaya pikir
baru. Bahwa bekerja itu mulia dan orang dilahirkan untuk bekerja demi
kemuliaan Tuhan. Bahkan ketika pengaruh agama mulai berkurang dan
sekularisme datang, pengaruh ide ‘kerja ini mulia’ sudah begitu melekat di
pikiran orang sehingga sampai sekarang orang superkaya macam Bill Gates,
Warren Buffett, dan Carlos Slim pun masih merasa perlu datang ke kantor
dan jadi bos, walalupun kekakayaan masing-masing mereka sudah mencapai
diluar nalar 99.99% penduduk dunia, yaitu 500 triliun rupiah. Bila biaya
hidup mereka sebegitu mahal sehingga setahun butuh 1 triliun, butuh waktu
500 tahun untuk duit mereka itu habis, jadi lebih dari tujuh turunan sudah
terjamin.
 Hal ini berbeda dari yang dilakukan pada jaman Yunani kuno, orang-orang
kaya yang biasanya jadi penguasa memang anak-anaknya kerja juga di
pemerintahan tetapi tidak terikat jam kerja dan kata ‘kerja’ disini beda
dengan kata ‘kerja’ dalam kalimat ‘Jutaan rakyat Indonesia pergi kerja setiap
hari’. Kerja bagi para penguasa ini sangat nyaman. Dan satu hal lagi yang
perlu dicamkan adalah jangan sampai kerja membuat kita tidak punya waktu
untuk berpikir. Filsuf-filsuf terbesar seperti Epicurus, Socrates, Plato,
Aristoteles, semuanya juga bekerja, tetapi mereka juga bisa menjadi guru-
guru dan pemikir-pemikir. Socrates bahkan terkenal apabila sewaktu jalan ia
mendapat pikiran bagus maka ia langsung berhenti di tempat, bisa lama,
sampai pikiran bagus itu selesai formulanya. Kelak Mark Twain, penulis
Amerika, berkata ‘Work is a necessary evil to be avoided if possible’.
(Bekerja itu adalah kejahatan yang diperlukan, tapi kalau bisa hindari) tentu
ia tidak melihat menulis sebagai sesuatu yang jahat, tetapi pekerjaan yang
anda ambil karena terpaksa untuk cari makan.
  Kalau anda kaya, jangan anak anda disuruh sekolah umum. Sekolah
sekarang sudah bingung mau memberi pelajaran apa, makanya para murid
pun juga jadi bingung, coba lihat anak-anak jaman sekarang, mukanya pada
kebingungan, terlalu banyak pelajaran tetapi terlalu sedikit yang bermakna.
Lebih baik fokuskan dia ke apa yang dia mau sejak dini. Jika anak anda
ingin jadi pengemudi Formula 1. Ya lebih baik sejak kecil dilatih menyetir.
Jika anak anda ingin jadi pegolf terbaik atau petenis terbaik atau pemain
basket terbaik, lakukan apa yang dilakukan orangtua Tiger Woods, Serena
dan Venus Williams, dan Michael Jordan, mereka sangat intens berlatih
sejak umur 5 tahun. Karena kebanyakan kurikulum sekolah sebenarnya tidak
diperlukan. Anda pasti tahu itu kan? Anda sudah selesai kuliah dan ketika
anda mengingat 16 tahun perjalanan anda belajar, ternyata yang anda ingat
sangat sedikit dan dari yang anda ingat malah hampir tidak ada yang
penting. Walaupun sudah diajarkan berpuluh-puluh kali, mayoritas rumus
matematika, fisika dan kimia yang diajarkan di SMP dan SMA sudah saya
lupakan sama sekali, dan kalaupun ingat untuk apa? Apa aplikasi rumus-
rumus in untuk hidup saya? Saya sudah lama lupa nama ‘pahlawan-
pahlawan’ atau kapan atau dimana mereka perang. Saya sudah lama nama
kabinet ini atau itu atau apa isi dekrit ini atau itu, atau isi UUD’45 atau butir-
butir Pancasila tetapi selama ini tidak ada satupun aparat pemerintah yang
menahan saya karena saya lupa, bahkan saya yakin Presiden pun tidak hapal
butir-butir Pancasila atau tanggal lahir Imam Bonjol atau berapa kandungan
batubara di daerah tertentu, toh beliau tetap jadi Presiden kan? Saya bahkan
tidak yakin rektor sebuah universitas atau kepala sekolah ingat butir-butir
Pancasila ini. Siapa yang perduli sih?
 Jadi kalau anda punya financial support, ya jelas anda tidak perlu kerja
banting tulang. Anda tidak harus kerja bangun pagi pulang malam. Anda
bisa kerja kalau anda mau. Anda boleh-boleh saja kerja seperti Bernie
Ecclestone kerja jadi bos Formula 1 karena memang dia senang menjadi
penguasa arena balap dan jalan-jalan keliling sirkuit di seluruh dunia, atau
Oprah Winfrey yang karena dia memang suka bicara ya dia terus buat acara
TV. Tetapi anda tidak perlu kerja.
  Tapi harap sadari bahwa financial support yang berarti dukungan
finansial tidak punya batasan minimal atau maksimal uang. Saya teringat
ucapan seorang kaya disuatu film dokumenter tentang orang kaya, dia
bilang, ‘Uang 50 miliar bagi saya tidak cukup.’ Bayangkan, uang 50 miliar
tidak cukup untuknya. Padahal lebih dari enam milyar manusia tidak akan
pernah melihat uang 50 miliar apalagi memilikinya. Jadi artinya cukup atau
tidak cukup itu bukan dari besarnya jumlah uang kita, tetapi dari besarnya
nafsu kita.
  Jika orangtua anda mempunyai gaji 50 juta sebulan dan anda bercita-cita
beli apartemen di Trump Tower seharga 5 milyar, ya anda perlu kerja.
  Jika orangtua anda mempunyai gaji 5 juta sebulan dan anda merasa cukup
untuk makan tempe dan nasi setiap hari, tanpa perlu keluar untuk ke mal,
makan-makan, nonton film, maka anda tidak perlu kerja. Anda bisa bilang
anda bisa barter tenaga dengan fasilitas rumah plus makanan. Di majalah
Time edisi Maret 2010 awal, ada tulisan ‘The Dropout Economy’, dimana
disitu ditulis jumlah orang muda yang hidup bersama orangtuanya
meningkat, banyak yang memilih menjadi funemployed (sebutan bagi orang
yang sengaja tidak kerja karena ingin mengeksplorasi hidupnya dan tidak
mau jadi budak perusahaan berbasis ekonomi kapitalis konsumerisme. Ingat
lho kasus buruh pabrik Nike. Biaya buat sepatu Nike cuma 10 ribu rupiah,
dijual diluar negeri bisa sampai 2 juta, nah si buruh sepatu cuma dapat upah
10 rupiah tiap sepatu, mereka produksi 3000 sepatu per hari, nah yang
1.999.990 lainnya ya untuk bos-bos mereka, semakin tinggi semakin banyak
duit, walaupun kerjanya semakin nyaman), mereka semakin lama semakin
tidak nyaman dengan gaya hidup kerja 9-to-5 dan merasa hidup di budaya
yang terlalu berlebihan memuja barang dan uang serta tidak perduli
lingkungan. Orang-orang muda juga jadi malas sekolah dan kuliah karena
merasa mereka diberikan pelajaran yang sudah tidak relevan lagi dengan
tuntutan jaman dan jenis pekerjaan. Tanda-tanda kemalasan ini dapat dilihat
dari data bahwa di Amerika Serikat jumlah orang yang kuliah menurun
sampai sepertiga. Orang melihat pendidikan tinggi itu hanya penanda status
saja (status marker and nothing else). Duapuluh sampai tigapuluh tahun lagi,
hampir 80% jenis pekerjaan yang sekarang dilakukan manusia sudah bisa
dilakukan secara total oleh robot atau mesin. Sisanya hanya bisa dilakukan
oleh spesialis-spesialis. Kelak di negara-negara maju, akan ada robot
pembantu rumah tangga dan mobil yang dapat menyupir sendiri. Sehingga
PRT, TKI dan supir jadi nggak laku. Guru-guru les bahasa sebenarnya juga
tidak efektif. Satu orang guru mengajar sepuluh orang dengan kemampuan
berbeda selama 45 menit atau sejam berarti masing-masing hanya dapat
perhatian 6 menit dan musti bayar ratusan ribu per bulan. Padahal di internet
ada banyak layanan les bahasa yang gratis, lengkap, dan anda bisa interaksi
dengan banyak orang (BBC/languages dan busuu contohnya).
Bagaimana status keuangan anda?

  Jika cashflow anda positif, artinya dukungan finansial positif dan anda
tidak punya hutang dalam bentuk apapun, anda tidak perlu kerja. Apalagi
jika situasinya begini: Anda adalah satu dari tiga anak. Orangtua anda
bekerja. Lalu anda dan kedua saudara anda semua menikah, mereka
kemudian pindah rumah ke mertua masing-masing. Rumah orangtua anda
yang tadinya punya empat kamar tempat tidur, kini kosong tiga. Nah
daripada anda juga ikut pindah rumah, lebih baik anda menempati salah satu
kamar itu dan kelak satu kamar untuk anak anda, atau kalau ada dua anak ya
masih ada satu kamar kosong. Kalkulasikan kebutuhan anda dan keluarga
anda selama satu tahun, pecah menjadi satu bulan, lalu pecah menjadi
mingguan. Kalau keluarga anda tidak banyak maunya, anda bisa hidup
dengan makan nasi dan telor saja, menonton TV dirumah, dan menggunakan
fasilitas internet. Dengan hidup green, anda bisa menghemat pengeluaran
listrik rumah. Jadi sebenarnya anda justru menghemat pengeluaran orangtua
anda dan diri anda sendiri. Menurut situs-situs how to be green, tinggal di
satu rumah yang kecil atau tinggal rame-rame lebih baik untuk lingkungan
karena membutuhkan daya listrik yang lebih kecil dan lebih berdayaguna.
Rumah Al Gore yang begitu luas membuat dia tidak green, dia harus bayar
biaya listrik Rp.300 juta per bulan, itu bisa buat biaya listrik 300 bulan bagi
suatu rumah kecil yang sadar listrik (rumah kecil maksudnya rumah standar
yang garasinya muat satu atau dua mobil, ada tiga atau empat kamar mandi,
ada tiga atau empat AC). Sedangkan misal anda adalah orangtua dan anak
anda yang tadinya tinggal sama anda sekarang punya rumah sendiri, jadilah
dobel biaya listrik untuk lemari es, gas dapur, penerangan waktu malam,
belum lagi pasang TV kabel dan internet sendiri (padahal biasanya jarang
digunakan). Belum apabila ingin bicara atau bertemu jadi buang-buang pulsa
telepon dan bensin, padahal tadinya gratis. Mengenai privasi sih santai saja,
asalkan masih ada pintu untuk menutup anda ketika buang air besar, tidak
ada yang akan melanggar privasi anda. Memangnya selama ini orangtua
anda terlalu ikut campur apa? Atau memangnya selama in anak anda terlalu
ingin tahu apa? Kan tidak. Alasan pindah rumah karena ingin mandiri itulah
yang diiklankan oleh pembuat real estate agar anda bersedia mengeluarkan
uang dan pisah dari orangtua untuk menyenangkan hati pengusaha real
estate yang menjual rumah puluhan kali harga beli awal. Itu tindakan bodoh,
setidaknya oleh aktivis hijau yang sudah sewajarnya menjadi panutan kita.
Jadi bila dulu orang berlomba-lomba mempunyai rumah sendiri dan besar-
besar, anda sebenarnya musuh lingkungan bila sekarang anda berbuat seperti
itu. Hal ini bukan sekedar ide saja, jutaan orang yang sadar lingkungan
sudah mulai tinggal lagi bareng orangtua mereka dan sadar listrik. Dengan
begini juga uang yang tadinya untuk cicilan rumah bisa ditabung untuk dana
darurat (dana darurat seharusnya cukup untuk hidup 3 bulan tanpa ada uang
masuk) dan untuk kebutuhan dasar masa depan. Mereka juga mulai anti-
mobil pribadi, dan memilih tranportasi umum atau keluar apabila perlu. Dan
biasanya pergi ke pasar lokal (untuk mendukung perekonomian lokal dan
juga hasil lokal lebih green karena carbon offset yang dihasilkan lebih kecil
dibanding produk impor) atau toko kecil (tidak pergi ke perusahaan besar
yang menguasai pangsa pasar). Dan belinya sekali banyak karena jatuhnya
lebih murah dan jadi tidak perlu sering-sering pergi (yang mengakibatkan
buang-buang uang, waktu, dan tenaga). Beli sambal misalnya, belilah
langsung yang 5 kg, harganya sekitar 55.000 lebih murah daripada beli yang
750gr seharga 18.000. Beli pampers langsung beli beberapa box besar
daripada satu box kecil. Beli beras untuk keperluan tiga bulan.




                  Berapa umur anda?
Percaya atau tidak, bila umur anda kurang dari 1 hari, anda malah dilarang
kerja, kerja anda adalah tidur, menangis, minum ASI, dan buang air, dan
siklus itu berulang terus sampai sekitar 2 tahun (dengan perkembangan fisik
dan motorik tentunya). Umumnya orang kelas menengah sampai ke atas
tidak perlu kerja sampai usia 12 tahun. Walaupun pernah dulu adik saya
yang kelas 4 SD bantu-bantu saya jualan barang ‘bekas’ yang kami pakai
seperti kaset atau VCD selama beberapa menit. Sayangnya kalau anda orang
miskin, anda sudah mulai kerja sejak anda berumur beberapa bulan. Sering
kan kita lihat ibu-ibu bawa anak bayi meminta uang di lampu merah? Ya itu
kerjaan juga lho, butuh tekad dan usaha yang saya yakin kebanyakan dari
kita kelas menengah nggak bakal bisa atau mau melakukan.
 Kalau di negara Barat anak umur SMP atau SMA sudah bisa part-time job
sih atau kerjaan bantuin tetangga seperti memotong rumput tetangga atau
menjadi babysitter pada hari sabtu, dan bayarannya selama beberapa jam
bisa sama dengan bayaran pembantu disini selama satu bulan.
 Kalau anda bagian dari kaum kelas bawah, kerjaan sudah menanti, anda
biasanya tidak sekolah, bahkan SD pun tidak tamat. Data menyebutkan ada
110 juta anak yang nggak sekolah di dunia ini pada tahun 2009, jadi bila
anda tidak sekolah, jangan khawatir, ada banyak sekali teman tidak sekolah
anda. Nah siap-siaplah bekerja menjadi pengemis, banci, bandar narkoba,
pelacur, germo, tukang sampah, gembel, atau kalau anda beruntungan sedikit
anda bisa jadi tukang parkir atau buat lapangan sewa parkir nah ini bisa
banyak uang, atau jadi pembantu atau supir atau jualan mie atau bubur
ayam, kalau sukses anda bisa buka cabang. Dulu pembuat restoran
‘Sederhana’ termasuk golongan bawah, dia jualan makanan padang pakai
gerobak, tetapi karena makanannya enak dan dia semangat, jadi deh ada
puluhan restoran ‘Sederhana’ yang sekarang sudah tidak sederhana lagi.




             Apakah anda ingin atau
harus bekerja?

 Percaya atau tidak, bagi sebagian orang bekerja itu bukan kewajiban,
bukan keharusan, bukan keperluan, tapi keinginan. Orang seperti ini malah
gerah kalau disuruh liburan ke tempat eksotik menikmati matahari dan
pantai bersama pasangan dan anak. Mereka inginnya kerja, kerja, dan kerja
terus. Di Jepang pada tahun 1980-an banyak sekali orang meninggal di
tempat kerja! Bagi orang Jepang mereka merasa bangga kalau datang paling
pagi dan pulang paling malam, jadinya ya makin lama orang makin lama
tinggal di kantor. Bisa jadi 18 jam di kantor.
 Menurut saya sih, orang yang hidupnya wajar-wajar saja, maksudnya tidak
sederhana tapi tidak berlebihan juga dapat hidup dengan biaya 100-200 juta
per tahun. Sederhana itu kalau mobil cuman satu dan mereknya kijang tahun
1990an. Itu sederhana. Kalau berlebihan misalnya koleksi mobil Rolls
Royce sampai ratusan. Tetapi kalau pas sesuai kebutuhan ya mobil dua atau
tiga dengan merek Toyota atau Nissan atau Honda yang cukup baru.
Sederhana apabila liburan hanya ke Ancol, tidak pernah keluar kota
(sebenarnya kaum Greeners menganjurkan hal ini, liburan dalam kota saja,
karena carbon offsetnya jauh lebih kecil, tidak buang-buang bensin ke luar
kota apalagi ke luar negeri), berlebihan apabila sering ke luar negeri cuma
buat lihat-lihat arsitektur jaman dulu padahal nggak ngerti-ngerti amat dan
nggak perlu-perlu amat. Pas misal ya ke Bali setahun sekali masih bisa
dimengerti.
  Sayangnya banyak orang yang walaupun sudah sering shalat atau ke
gereja atau relijius tetapi ternyata hawa nafsunya untuk beli barang dan
berpergian dan makan-makan malah ibarat rem blong, akhirnya
konsumerisme terus dan terus dan terus. Kalau begini, uang sebanyak
apapun tidak akan cukup.
  Bila anda mau hidup tidak berlebihan, anda tidak perlu dua-duanya kerja,
satu orang sudah cukup. Bila kedua orangtua anda kerja dan mereka punya
cukup tabungan, anda tidak perlu kerja. Jika anda dan pasangan bekerja dan
cukup kaya (punya uang 10 miliar di tabungan misalnya), anak cucu cicit
anda (dengan kalkulasi anak cucu cicit anda jumlahnya dua-dua) bisa
mendapat financial freedom bebas finansial tidak perlu kerja lagi.




    Apakah anda seorang perempuan
atau laki-laki?

  Kalau anda seorang perempuan yang mempunyai kodrat keibuan yang
amat kuat, anda tidak perlu kerja diluar rumah seumur hidup. Perempuan
masa kini sudah makin banyak yang hilang kodrat keibuannya, takut hamil
karena nanti perutnya nggak bagus lagi atau kelaminnya ‘melar’, malas
besarin anak karena nanti kurang tidur, uang untuk make-up dan parfum jadi
buat susu dan pampers anak, nah perempuan seperti ini justru kasihan kalau
punya anak, sama-sama menderita, maka bagi mereka silahkan menjadi
wanita karir, atau kalau punya anak cukup satu seperti Hillary Clinton.
Tetapi jika anda penyayang anak, silahkan menjadi ibu. Sekarang ini di
Amerika pun semakin banyak ibu yang memilih menjadi ibu tanpa embel-
embel karir dan semacamnya. Mereka merasa kehidupan pekerjaan
mengurangi kualitas interaksi mereka dengan anak-anak mereka. Padahal
menjadi ibu adalah naluri alamiah mereka, bukannya jadi sekretaris di kantor
atau mengurusi anak orang lain di sekolah atau universitas. Biarkan suami
anda yang bekerja.
  Nah kalau anda laki-laki, anda harus lebih aktif, ini memang adil tidak
adil, tetapi bila kita lihat awal sejarah. Laki-lakilah yang berburu dan
kemudian berbagi makanan dengan perempuan. Ini mungkin juga
menjelaskan kenapa kelamin laki-laki dari hampir semua spesies bentuknya
lurus seperti tombak. Karena senjata pertama manusia juga tombak. Entah
kelamin manusia berevolusi mengikuti tombak atau manusia melihat
kelaminnya lalu jadi berpikir membuat tombak. Sedang kelamin perempuan
jadi mirip biji buah-buah menandakan mereka itu bertugas untuk produsi
manusia baru, mirip seperti biji buah yang dari situ muncul tanaman baru..
Tapi lagi-lagi yang penting bukan kerja saja lho. Seperti sudah disebutkan
diatas, kerja itu ada yang enak ada yang nggak, ada yang baik ada yang
buruk, dan kerja itu tidak melulu harus kerja punya bos atau karyawan, hasil
kerja juga tidak perlu produk atau jasa. Yang jelas umat manusia ini selalu
berkembang dalam pemikiran dan ide-ide, ingat umur listrik baru berapa
ratus tahun, umur handphone dan internet bahkan belum sampai dua dekade.
Jadi definisi dan cara bekerja pun akan selalu berubah mengikuti
perkembangan jaman. Namun begitu jika anda memilih menjadi stay-at-
home dad seperti beberapa juta orang di dunia, silahkan saja. Tidak perlu
perdulikan kata orang, memangnya mereka beri anda makan apa? Ini kan
hidup anda, dan kalau itu sudah dipikirkan betul, ya jalani saja.




         Anda tinggal di negara mana
dan kota mana?
   Bila anda tinggal di Zimbabwe, hampir 90% penduduknya nggak bekerja.
Jadi 1 dari setiap 10 orang yang anda temui sudah pasti tidak bekerja.
Bayangkan. Dan mereka ternyata hidup juga. Hidup sederhana sepertinya,
tapi kalau dipikir-pikir, jika hidup kita mewah lalu makan-makan
kebanyakan akhirnya obesitas atau kena penyakit karena makanan misal
kolesterol tinggi, radang usus, sakit jantung, dsb. Jadi ada untungnya hidup
sederhana, walau terpaksa. Ambil baiknya saja. Hidup mewah jadi bingung
sendiri mau liburan kemana, mau pakai mobil yang mana, mau tidur di
rumah yang mana, uangnya mau dipakai apa lagi, mau pakai baju atau
sepatu yang mana, karena banyak inginnya akhirnya pusing dan punya
penyakit tidak puas, kerjaannya mengeluh karena semua tidak pernah seperti
yang diharapkan. Bila tetangga punya mobil lebih baru sedikit langsung iri
dan segera beli lagi, walau nggak perlu. Atau beli lukisan mahal (ada orang
beli lukisan seharga 50 miliar), jadi sinting akhirnya.
 Bila anda tinggal di Amerika lalu pindah ke Bali, biaya hidup anda jadi
sangat murah. Banyak turis Bali yang dinegara asalnya bekerja sebagai
pelayan restoran tapi sanggup liburan tiga bulan penuh dari hasil sebulan
kerja. Nah bayangkan bila anda orang Eropa atau Amerika atau Australia
ngumpulin uang lalu tinggalah di negara Asia, asal anda hidup tidak
berlebihan (setiap hari surfing-surfing saja, nggak beli yacht) ya anda bisa
hidup tanpa perlu kerja lagi.
Apakah hubungan anda dengan
        orangtua anda baik-baik?
  Saya tanya ini karena kalau hubungan baik-baik dan orangtua anda
mampu, pastinya mereka tidak mempermasalahkan anda tinggal bareng
mereka. Kelak jika anda punya anak, dan anda berhubungan baik dengan
anak anda, anak anda juga boleh kan tinggal terus bareng anda? Atau kalau
anak anda banyak uang, gantian deh anda tinggal bareng dia. Jadinya anda
tidak pernah kerja sama orang karena sampai umur 40 tahun anda tinggal
bareng orangtua yang kerja dan dari 40 tahun sampai 80 tahun anda tinggal
bareng anak yang kerja. Tapi ini bisa menyakiti harga diri kalau tidak hati-
hati. Namun contohnya banyak, ada saja orang yang sejak lahir sampai umur
80 tahun tidak pernah kerja, baik karena cacat, koma, malas, gila atau
hikikomori (fenomena 2 juta anak muda Jepang yang suatu hari menutup
kamar tidurnya dan tidak pernah keluar-keluar kamar lagi sampai 20 tahun,
30 tahun., fenomena ini mulai menyerempet ke negara lain, sekarang sudah
sampai Korea, Taiwan dan Cina). Kalau anda tidak punya orangtua,
pertanyaannya bisa dimodifikasi: apakah hubungan anda dengan kakek
nenek anda baik-baik? dengan mertua baik? dengan saudara baik? dst.
Karena ada saja lho saudara kandung yang seumur hidup membiayai
saudaranya hidup karena mereka sangat dekat.
Seberapa besar dan banyak
             kebutuhan dasar anda?

  Artinya apakah anda punya cita-cita besar atau biasa atau kecil. Apakah
anda ingin punya pesawat jet pribadi sebesar Boeing 747 dan secepat
Concord yang sanggup membawa semua keluarga dan teman Anda keliling
dunia, plus punya kapal pesiar sendiri, kapal ruang angkasa, kapal selam,
mobil-mobil termewah, motor termewah, dan bahkan kereta sendiri? Nah
kalau begini nama anda harus Bill Gates dan anda punya uang 500 triliun.
Atau anda kerja satu juta tahun. Tetapi kalau anda ternyata tidak perlu punya
transportasi sama sekali, nah ini bisa tanpa kerja.
 Apakah anda perlu jadi orang yang cerdas atau biasa saja. Apakah anda
perlu bisa banyak bahasa, keliling universitas-universitas mahal dan top
dunia dan mendapat banyak gelar, dan gelar honorer, dan pengakuan serta
banyak Prize dan Awards, dan masuk sejarah yang ketika 2000 tahun lagi
orang buka buku sejarah nama anda disebut-sebut terus? Atau anda pikir
tidak perlu pengakuan dan banyak ilmu. Cukup ilmu untuk hidup sehat dan
waras, tidur gampang, buang air gampang, makan gampang. Nah ini bagus.
 Apakah anda perlu jadi orang cakep dan dikelilingi orang-orang terkenal,
bintang, selebritis dunia dan diundang ke acara-acara eksklusif? Atau anda
cukup hidup seadanya dengan keluarga dan teman yang sewajarnya.
   Apa setiap hari anda perlu makan daging dan masakan enak? Atau telor
saja atau tempe atau lima ikan teri sudah cukup?
   Hati-hati karena apa yang enak dilidah belum tentu sehat untuk perut,
banyak orang suka makan pedas akhirnya radang usus. Keseringan minun
susu dan buah justru bisa membuat batu ginjal. Dan apa yang mahal belum
tentu lebih sehat dari yang murah. Harga duren jauh lebih mahal dari harga
pepaya atau tomat, tetapi pepaya dan tomat jauh lebih sehat dan banyak
manfaatnya dari duren. Dan apa yang populer belum tentu kita sukai, jadi
jangan jadi korban sesuatu yang populer. Misal film Harry Potter. Banyak
orang yang nonton karena ajakan iklan saja, padahal banyak yang pas
nonton malah bosan atau tidak ngerti. Nah begitulah kejadiannya pada
banyak hal yang kita konsumsi baik bacaan, film, musik, pakaian, rumah,
mobil, bisa saja kita ikut-ikutan apa yang dianggap bagus oleh media massa
padahal menurut kita justru nggak suka. Intinya jika anda suka musik
dangdut, belilah musik dangdut jangan karena gengsi jadinya beli musik
rock yang sebenarnya tidak anda suka. Atau kalau anda suka rock jangan
beli dangdut supaya dianggap kerakyatan padahal telinga anda sakit
dengarnya.
Seberapa besar dan banyak
  barang-barang yang anda mau beli?
Ini sudah dijawab tetapi sengaja saya tulis spesifik ‘barang’, karena memang
biasanya biaya itu larinya ke barang-barang ‘kemauan’ bukan barang-barang
‘kebutuhan’. Misalnya, anda memang perlu makan, jelas. Tapi kalau anda
lebih memiih menelepon KFC atau McDonald’s atau Hoka-Hoka Bento atau
Es Teler 77 atau Sederhana atau Bread Talk atau Pizza Hut atau Domino
Pizza untuk pesan antar daripada masak telor dadar dan nasi sendiri, itu
‘kemauan’ bukan ‘kebutuhan’. Nah biaya masak telor dadar dan nasi sendiri,
bila dikalkulasi sekitar Rp.2000 rupiah (termasuk biaya gas dan minyak
untuk telor dan air untuk nasi), sedangkan nasi pesan antar sudah 5000
sendiri.
   Anda perlu handphone, tetapi membeli BlackBerry atau iPhone
sedangkan anda tidak mengerti dan tidak pula menggunakan fitur-fiturnya
adalah ‘kemauan’ karena anda cukup tolol untuk dipersuasi membeli sesuatu
oleh iklan atau persuasi kapitalis hiper-konsumerisme.
  Anda perlu musik, anda sebenarnya bisa nonton MTV, Channel V atau
dengar di radio. Tetapi bila anda mengoleksi 10,000 lagu di iPod, atau beli
5,000 DVD asli atau menghabiskan jutaan rupiah nonton konser musik di
Jakarta, Singapura, dan Hong Kong, sedangkan anda bukan orang kaya
(punya uang diatas 10 miliar di tabungan), maka anda sedang menggali
makam untuk diri anda dan keluarga anda sendiri. Padahal Henry David
Thoreau, seorang filsuf Amerika sudah bilang lebih dari 200 tahun yang
lalu: A man is rich in proportion to the number of things which he can afford
to let alone. (Orang yang kaya itu bukan kaya uang tetapi orang yang nggak
perlu beli banyak barang. Orang yang punya duit 5 juta masih miskin
apabila ia mau beli handphone Vertu seharga 30 juta, tetapi orang yang
punya uang 500 ribu sudah kaya karena ia nggak perlu beli handphone
apapun)
 Dan sebenarnya kecanduan beli barang atau bahkan beli pengetahuan
(terlalu banyak baca buku, nonton film, dengar musik, ke museum) bisa
buruk untuk kesehatan kita secara umum. Maka Thoreau pun mengajak kita
hidup sewajarnya: Simplicity! Simplicity! Simplicity! Let your affairs be as
two or three, and not a hundred or a thousand. (Dikitin urusanmu, jangan
kebanyakan! Dua atau tiga buku kan cukup nggak perlu seratus atau seribu
buku/musik/film. Karena kalau dipikir-pikir plot film, melodi lagu, dan jalan
cerita kan hampir-hampir mirip cuma yang main, yang nyanyi dan yang
nulis beda aja.)
Seberapa lama anda ingin hidup?
Ini penting juga karena, kalau anda mau hidup panjang, anda perlu kerja.
Tentunya ini kalau anda tidak kaya (atau anda merasa masih ingin lebih
kayaan lagi), dan hidup anda ternyata jauh lebih lama dari hidup orangtua
dan anak anda (Misalnya orangtua anda meninggal usia 70an, anak anda
meninggal usia 60an, sedangkan anda masih hidup sampai 120 tahun). Kalau
anda kaya, anda bisa hidup sampai kapan saja. Bahkan para scientist sedang
memikirkan membuat jantung buatan dan organ-organ buatan lain yang bisa
membuat kita hidup lebih lama kalau bukan terlalu lama (ribuan tahun).
  Pendiri Kodak, George Eastman, yang kaya dan terkenal, dia bunuh diri
pada umur 60 tahun. Dia menulis surat bunuh diri yang isinya: ‘Saya sudah
hidup penuh, jadi buat apa lagi hidup?’. Dan ada benarnya. Dia sudah kaya,
terkenal, bermanfaat bagi masyarakat banyak, sering beramal, jadi dia sudah
merasa pol hidup sebagai manusia, jadi bosan. Mungkin dia ingin jadi jin,
lalu malaikat, lalu setan, lalu binatang lalu tumbuhan, entahlah, mungkin dia
percaya reinkarnasi. Yang jelas dia bunuh diri bukan karena stres tetapi
karena pertimbangan rasional. Sama misalnya dengan banyak orang yang
tetap memelihara pertemanan padahal hubungan teman itu sudah tidak pas
lagi, ya sebaiknya dilepaskan saja. Kalau kita sudah tidak perlu sesuatu,
lepaskan saja. Bagi George Eastman, ia sudah tidak perlu bangun lagi.
  Kalau anda merasa hidup anda sudah penuh pada usia 40 tahun atau 50
tahun, ya silahkan apa anda mau mengikuti George atau hidup terus.
Nyatanya banyak orang yang hidup lama tanpa pernah kerja dan tanpa
pernah berpikir serius tentang masa depan.
Atau anda adalah orang miskin yang merasa hidup terlalu berat, atau
bencong yang merasa benci terhadap nasib, atau siapapun yang merasa
hidupnya berat dan betapa mobilitas sosial itu lambat (90% orang tetap
berada dalam kategori status sosial yang sama dengan orangtua mereka, jika
orangtua anda miskin besar kemungkinan anda juga miskin, jika orangtua
anda kelas menengah anda juga kelas menengah, jika orangtua anda kaya ya
anda kaya. Mungkin beda-beda sedikit saja.), bisa saja anda seperti ribuan
petani India yang karena dililit hutang akibat WTO membuka pasar bebas
sehingga harga produk mereka jadi begitu rendah akhirnya bunuh diri
massal, atau petani di Kalimantan yang ketika krisis moneter bunuh
sekeluarga daripada mereka disiksa penagih hutang. Hidup memang begitu.
Penutup

Nyatalah bahwa perlu tidaknya seseorang itu kerja dipengaruhi berbagai
faktor. Sejarah menunjukkan sistem kerja kantor baru ada sekitar 90 tahun
yang lalu diawal tahun 1910an. Ketika sistem produksi masal mulai dikenal
luas dan industri melebar kemana-mana. Tadinya orang bekerja enam hari,
sekarang bagi sebagian orang ada yang sudah bekerja lima hari saja.
Walaupun di Jepang sehabis perang tahun 1945, semua orang kerja setiap
hari dengan niat ‘Membangun Jepang’. Sedangkan di Zimbabwe tingkat
pengangguran (tidak semua orang yang tidak kerja pengangguran.
Pengangguran adalah orang yang mau kerja tapi nggak dapat kerja)
mencapai 90%.
  Saat ini ada 3 miliar orang yang hidup miskin di dunia, walaupun lebih
dari setengah jumlah itu bekerja. Dari anak kecil yang menjadi pengemis
sampai kakek-kakek dan nenek-nekek pemungut sampah. Disisi lain ada saja
generasi ketujuh orang superkaya yang tidak pernah terpaksa kerja (sudah
lebih dari tujuh generasi hidup enak), seperti kisah sebuah keluarga Italia
yang buyut mereka sudah berkuasa di Florence sejak tahun 1400 dan punya
tanah perkebunan luas dan ribuan kuda. Itu mungkin kehidupan yang
didambakan banyak orang. Menunggang kuda yang bagus, dipegunungan
udara segar di Italia, punya rumah megah, dan mengetahui sudah tradisi
keluarga anda selama 600 tahun untuk tidak perlu kerja, tapi kerja untuk
bersenang-senang saja. Karena memang kerja itu menyehatkan. Sama seperti
otot akan sakit atau lemah bila tidak pernah digunakan, kita juga bisa sakit
bila malas-malasan atau hidup tanpa tujuan. Kerja memberikan kita tujuan.
Maka itu seorang ibu yang serius membesarkan anaknya sedang bekerja.
Seorang pembaharu dan pendobrak budaya sedang bekerja. Ingat lho, 90
tahun yang lalu perempuan dan kulit hitam tidak boleh ikut voting di
Amerika. Jadi bekerja belum tentu demi uang. Dan orang yang dapat uang
belum tentu bekerja. Dan orang yang bekerja dan dapat uang belum tentu
benar, seperti para koruptor atau orang yang menerima miliaran uang suap
atau ‘hibah’. Apakah kita ingin hidup kotor seperti itu? Atau hidup
sewajarnya, bermanfaat, dan nyaman seperti Thoreau dan Epicurus. Lebih
dari 2000 tahun yang lalu Epicurus bilang kekayaan yang sesungguhnya
adalah kesehatan, persahabatan dan pengembangan diri (True wealth is
about good health, good relationships, and continued self-improvement),
kunci kebahagiaan adalah tidak berlebihan (Practice moderation), jangan
terlalu banyak pilihan (We’re actually happier with limited options), jangan
kecanduan barang dan mengikuti hawa nafsu karena itu menghancurkan
hidup (addiction and impulsiveness ruin lives), jangan bandingkan diri
dengan orang lain (Don’t compare yourself with others) dan hidup dimasa
sekarang, fokus kepada kehidupan kita sendiri (Don’t let the past eat away
your happiness, focus on the now, focus on your own life, on your own
goals.)
  Apakah mungkin dunia ada tanpa kerja? Tanpa kata ‘kerja’ mungkin saja
tetapi tanpa definisi kata ‘kerja’ tidak mungkin. Bagaimana bila semua orang
tidak kerja? Ini pertanyaan yang sama absurdnya dengan bertanya
bagaimana bila semua orang kerja? Jelas tidak mungkin, karena bayi tidak
mungkin kerja kan? Jadi pertanyaan ‘What if’ yang seperti ini tidak perlu
ditanyakan apalagi dijawab. Jawablah khusus untuk diri anda sendiri, karena
situasi anda tidak mungkin sama dengan kondisi orang lain.
Perlukah Saya Kerja

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Perlukah Saya Kerja

CREATIVE by Budiman Hakim
CREATIVE by Budiman HakimCREATIVE by Budiman Hakim
CREATIVE by Budiman Hakim
Akademi Berbagi
 
Be your-super-self
Be your-super-selfBe your-super-self
Be your-super-self
zhakim farsi
 
Kebutuhan dan Kelangkaan
Kebutuhan dan KelangkaanKebutuhan dan Kelangkaan
Kebutuhan dan Kelangkaan
Abdul Hamid
 
Bab 1 kelangkaan
Bab 1 kelangkaanBab 1 kelangkaan
Bab 1 kelangkaan
masaliimron
 
Daftar Lengkap Koruptor Indonesia
Daftar Lengkap Koruptor IndonesiaDaftar Lengkap Koruptor Indonesia
Daftar Lengkap Koruptor Indonesia
AidilRizali
 
dari_masa_ke_masa1.pdf
dari_masa_ke_masa1.pdfdari_masa_ke_masa1.pdf
dari_masa_ke_masa1.pdf
AdilaArdissa
 
keinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausahakeinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausaha
Teguh Nugraha
 

Ähnlich wie Perlukah Saya Kerja (19)

Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014
 
Bukan Monopoli di Atas Kertas
Bukan Monopoli di Atas KertasBukan Monopoli di Atas Kertas
Bukan Monopoli di Atas Kertas
 
Buku Digital People Development Evolution - Rahasia Evolusi Trainer dalam Mer...
Buku Digital People Development Evolution - Rahasia Evolusi Trainer dalam Mer...Buku Digital People Development Evolution - Rahasia Evolusi Trainer dalam Mer...
Buku Digital People Development Evolution - Rahasia Evolusi Trainer dalam Mer...
 
Berfikir kreatif dan inovasi
Berfikir kreatif dan inovasiBerfikir kreatif dan inovasi
Berfikir kreatif dan inovasi
 
TO BE LEARNER
TO BE LEARNERTO BE LEARNER
TO BE LEARNER
 
Majalah kekuatan-sugesti-februari- 2020
Majalah kekuatan-sugesti-februari- 2020Majalah kekuatan-sugesti-februari- 2020
Majalah kekuatan-sugesti-februari- 2020
 
24 Prinsip Miliarder by TDW
24 Prinsip Miliarder by TDW24 Prinsip Miliarder by TDW
24 Prinsip Miliarder by TDW
 
Being ordinary
Being ordinaryBeing ordinary
Being ordinary
 
CREATIVE by Budiman Hakim
CREATIVE by Budiman HakimCREATIVE by Budiman Hakim
CREATIVE by Budiman Hakim
 
Be your-super-self
Be your-super-selfBe your-super-self
Be your-super-self
 
Kebutuhan dan Kelangkaan
Kebutuhan dan KelangkaanKebutuhan dan Kelangkaan
Kebutuhan dan Kelangkaan
 
Bab 1 kelangkaan
Bab 1 kelangkaanBab 1 kelangkaan
Bab 1 kelangkaan
 
Daftar Lengkap Koruptor Indonesia
Daftar Lengkap Koruptor IndonesiaDaftar Lengkap Koruptor Indonesia
Daftar Lengkap Koruptor Indonesia
 
dari_masa_ke_masa1.pdf
dari_masa_ke_masa1.pdfdari_masa_ke_masa1.pdf
dari_masa_ke_masa1.pdf
 
Reason for success
Reason for successReason for success
Reason for success
 
keinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausahakeinginan untuk merdeka dan wirausaha
keinginan untuk merdeka dan wirausaha
 
Disebalik sedekah
Disebalik sedekahDisebalik sedekah
Disebalik sedekah
 
Dunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembungDunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembung
 
Lentera perdamaian abadi rev 08
Lentera perdamaian abadi rev 08Lentera perdamaian abadi rev 08
Lentera perdamaian abadi rev 08
 

Perlukah Saya Kerja

  • 1. Perlukah Saya Kerja Perlu Nggak Ya?
  • 2. Prakata Perlukah seseorang bekerja? Perlukah anda bekerja? Perlukah saya bekerja? Jawaban yang diberikan kepada kita biasanya adalah ‘iya’. Tetapi ini bisa menjadi jawaban yang masuk akal atau tidak masuk akal, tergantung pada situasi orang tersebut. Karena itu kita harus tahu terlebih dahulu situasi orang tersebut. Misal, apakah seseorang yang sedang tidur perlu bekerja? Apakah seseorang yang baru pulang kerja musti bekerja lagi? Apakah seseorang dibenarkan bekerja malas-malasan? Apakah baik seseorang terlalu banyak bekerja tanpa istirahat? Kita harus melihat definisi bekerja dulu. Jika bekerja diartikan ‘melakukan sesuatu’, maka ini terlalu umum, sehingga setiap orang pasti bekerja. Bahkan orang yang mengupil pun melakukan sesuatu. Jika bekerja diartikan ‘melakukan sesuatu yang bermanfaat’, ini juga masih rancu, apakah misalnya, pembunuh bayaran, pelacur, dan bandar narkoba termasuk pekerja, atau tidak? Karena apa yang mereka lakukan toh bermanfaat untuk mereka sendiri (mendapat uang, dan mungkin si pembunuh bayaran memang hobi membunuh jadi ia sekalian saja kerja sebagai pembunuh bayaran, dan mungkin si pelacur memang seksmania jadi sekalian saja dapat uang) dan klien mereka, tapi sungguh tidak bermanfaat bagi orang-orang lain yang mendapat getah pekerjaan mereka (orang yang dibunuh pembunuh bayaran, istri yang dapat penyakit kelamin dari suaminya yang berhubungan seks dengan pelacur yang tidak sadar terinfeksi penyakit kelamin dari klien sebelumnya, dan keluarga orang yang ngobat). Jika mereka tidak bekerja, lalu mereka itu lagi ngapain? Bukan nganggur kan?
  • 3. Jika bekerja diartikan ‘melakukan sesuatu yang menghasilkan uang’, ini juga tidak sepenuhnya tepat. Apa berarti jutaan budak-budak sepanjang sejarah manusia yang tidak dibayar yang membuat piramid, yang membuat Taj Mahal, yang membuat Tembok Besar Cina, sampai yang membuat puluhan istana kerajaan Eropa dan juga White House di Washington D.C. dan juga orang-orang Indonesia yang membuat rel kereta api untuk Belanda sampai banyak yang mati semuanya bukan pekerja dan tidak bekerja? Belum ditambah dengan ratusan juta ibu rumah tangga yang memasak, mencuci, membersihkan rumah, membantu PR anaknya, semua tanpa dapat uang, atau kakek nenek yang menjaga cucunya kala si orangtua pergi ke kantor atau kemana saja. Bagaimana dengan jutaan orang yang menjadi relawan menjadi guru di pedalaman, membuat rumah orang yang terkena gempa bumi, atau saya sendiri yang banyak menulis dan mempublikasikan di internet tanpa mendapat bayaran apapun padahal sudah keluar banyak uang (listrik), waktu (yang bisa dihabiskan untuk hal lain), dan tenaga (capek kan ngetik dan duduk lama itu bikin pegal). Jika bekerja diartikan ‘pergi ke kantor’, ini juga menghina ratusan juta orang yang kerjanya dari rumah, toko, supir taxi, bus, masinis kereta, pilot, pramugari, bintang film, musisi, pemain bola, supir F1, pemain tenis, astronot yang diluar angkasa sampai ke tukang mie ayam, bubur ayam, tukang sayur, tukang cuci, pembantu, kuli, dan satpam perumahan. Sedangkan orang yang pergi ke kantor juga kadang malah tidak ada kerjaan di kantor kan? Banyak saya lihat kantor-kantor itu orang di dalamnya kok malah pada santai-santai, ngerokok, ngopi, ngobrol tidak penting padahal lagi jam kerja! Lha nanti pas jam istirahat pada ngapain ya?
  • 4. Sedangkan kalau bekerja diartikan sebaliknya ‘tidak pergi ke kantor’ yah ratusan juta orang yang bekerja di dalam kantor baik si tukang lap sampai Dirut pada komplain dong. Jadi nggak gampang kan sebenarnya mengartikan bekerja itu? Bisa jadi seseorang itu terlihat bekerja padahal nggak kerja, dan bisa jadi orang yang dianggap nggak kerja justru bekerja jauh lebih banyak. Jadi gimana nih sebenarnya, perlukah saya bekerja? Ini tergantung dari beberapa faktor latar belakang yang perlu diketahui terlebih dahulu sebelum kita bisa membuat penilaian yang tepat (proper assessment) tentang perlu tidaknya anda bekerja. 1. Apakah anda punya financial support? 2. Bagaimana status keuangan anda? 3. Berapa umur anda? 4. Apakah anda ingin atau harus bekerja? 5. Apakah anda seorang perempuan atau laki-laki? 6. Anda tinggal di negara mana dan kota mana? 7. Apakah hubungan anda dengan orangtua anda baik-baik? 8. Seberapa besar dan banyak kebutuhan dasar anda? 9. Seberapa besar dan banyak barang-barang yang anda mau beli? 10.Seberapa lama anda ingin hidup? Nah, karena prakata ini sudah kepanjangan, kita jeda dulu, nanti kita sambung di beberapa halaman berikutnya ya…
  • 5. Karya ini dibuat hari Jumat, 19 Maret 2010, dari jam 07.37 pagi sampai jam 12.02 siang oleh Aidil Rizali. Segera karya ini saya jadikan public domain yang berarti Anda bisa mengaksesnya tanpa memperdulikan hak-hak saya sebagai penulis dan berarti karya ini sama sekali tidak dilindungi undang- undang negara manapun. Saya mendukung Copyleft. dan Knowledge Should Be Free Movement seperti yang diadvokasikan oleh Komisi Eropa.
  • 6. Tulisan sederhana ini saya dedikasikan kepada ratusan juta umat manusia yang dianggap tidak bekerja padahal mereka bekerja lebih banyak dan lebih baik daripada kebanyakan mereka yang menyandang status ‘pekerja’. You know who you are… Kepada ratusan juta umat manusia yang bekerja tetapi kecewa terhadap fasiltas kerja, situasi kerja, atasan, bawahan, rekan. Semoga keadaan lebih baik… Kepada pembaharu zaman yang diam-diam sedang ikut revolusi budaya untuk membuat dunia yang lebih sadar lingkungan, tidak konsumerisme, dan tidak berlebihan…
  • 7. Daftar Isi Definisi kerja Jenis kerja Tempat kerja Waktu kerja Kerja dengan apa Hasil kerja Upah kerja Teman kerja Musuh kerja Keluarga kerja Apakah anda punya financial support? Bagaimana status keuangan anda? Berapa umur anda? Apakah anda ingin atau harus bekerja? Apakah anda seorang perempuan atau laki-laki? Anda tinggal di negara mana dan kota mana? Apakah hubungan anda dengan orangtua anda baik-baik? Seberapa besar dan banyak kebutuhan dasar anda? Seberapa besar dan banyak barang-barang yang anda mau beli? Seberapa lama anda ingin hidup?
  • 8. Definisi kerja Seperti sudah dibahas di depan, tidak ada yang bisa memberikan definisi kerja yang disetujui semua orang. Tetapi saya mengartikan bekerja sebagai ‘segala sesuatu tindakan yang langsung mempunyai dampak yang baik bagi diri sendiri dan lingkungan secara mental, emosional dan fisikal, baik itu tindakan dibayar dengan uang atau dibayar dengan perasaan telah berbuat sesuatu yang berharga atau apapun juga (seks, makanan, apalah, asal bukan malah dibunuh tapi banyak juga yang kerja rodi mati dibunuh atau kecapekan).’ Meskipun begitu ini bukanlah definisi satu-satunya cara saya mendefinisikan kata ‘kerja’ di tulisan ini.
  • 9. Jenis kerja Kerja bisa berarti apa saja. Ada jenis kerja yang sungguh kejam bagi mata dan hidung manusia: menjadi tukang sampah. Tukang sampah ini sebenarnya profesi yang sangat penting dan terhormat. Penting karena tanpa mereka sampah dirumah kita akan terus menumpuk dan akhirnya sampah jadi sarang penyakit. Terhormat karena mereka berani terjun ke dunia najis ini, merekalah pahlawan kebersihan tanpa tanda jasa. Ada jenis kerja yang sungguh kejam bagi intelek manusia yaitu menjadi kasir atau penjaga toko. Setiap kali saya pergi ke mall-mall, apalagi mall level dua seperti ITC, aduh kasihan sekali melihat penjaganya ada dua tiga orang dengan tatapan kosong karena tidak ada pembeli. Mereka juga sudah malas ngobrol dengan temannya karena buang-buang bacot saja, sudah kehabisan bahan obrolan, sudah capek hati karena sudah berapa jam buka yang datang baru lima atau enam orang, itu pun nggak ada yang beli. Kebanyakan dari mereka ya diam saja seperti itu atau baca yang mudah dibaca, jadinya stimulasi untuk pengembangan otak sangat terbatas. Begitu juga dengan supir bajaj yang berjejer menunggu penumpang, ya mereka diam saja di bajajnya, sambil ngerokok. Ada jenis kerja yang justru kebalikannya: penuh intelek. Tetapi ini pun bisa sekedar asumsi tetapi di kenyataan bisa iya bisa tidak, yaitu menjadi profesor, menjadi dosen, menjadi peneliti. Karena kadang hanya titel tetapi mereka karena disibukkan mengajar justru tidak sempat atau tidak mampu membaca buku-buku terbaru dibidang mereka. Walhasil yang mereka ajarkan hanyalah apa yang mereka dapat dari studi mereka puluhan atau belasan tahun lalu. Jadi peneliti bukan berarti pintar juga dalam artian
  • 10. menemukans sesuatu yang baru secara efektif dan efisien, bisa saja peneliti itu ya teliti saja. Ada jenis kerja yang membuat barang, mengirim barang (jasa antar), mendistribusikan barang (toko), memperbaiki barang (reparasi), mengambil sampah, merecycle sampah, dst. Kerja adalah apapun yang anda dengar, lihat, sentuh dan rasakan. Karena semua itu pasti ada yang buat dari mulai hal remeh seperti bungkus permen sampai gedung bertingkat, dari kapur sampai mobil Rolls-Royce.
  • 11. Tempat kerja Tempat kerja bisa sekecil kamar mandi (bagi penulis seperti saya yang dibutuhkan hanya sedikit ruang untuk mengetik dan duduk, J.K.Rowling yang membuat Harry Potter tempat kerjanya adalah duduk di kafe favoritnya) atau bisa seluas jarak antarnegara (untuk pilot tempat kerjanya kan dari satu airport ke airport lain) atau diluar bumi (astronot). Pokoknya semua tempat yang anda lihat kemungkinan disitu ada seseorang yang sedang bekerja entah di pabrik, di WC (di mal-mal kan ada seorang petugas WC yang standby membersihkan sisa kencing yang jatuh dilantai), di kuburan, sampai di Istana Negara, di Istana Buckingham, dst. Bagi tukang pijat tempat kerjanya ya di tempat tidur kliennya, ya kan? Bagi tukang benerin toilet tempat kerjanya di toilet. Bagi tukang cukur rambut presiden tempat kerjanya ya di kepala presiden. Bagi nelayan kerjanya di laut. Bagi tukang copet kerjanya di pasar. Bagi tukang catut dan koruptor kerjanya di… (lihat tulisan saya Daftar Lengkap Koruptor Indonesia) Begitulah keanekaragaman tempat kerja.
  • 12. Waktu kerja Tidak ada sedetik pun berlalu tanpa ribuan orang sedang bekerja di seantero dunia. Yang kadang lepas dari kesadaran kita adalah saat disini jam 8 pagi, di zona waktu yang lain sekarang ini juga adalah jam 1 siang atau jam 4 sore atau jam 8 malam. Jadi detik ini juga ada orang yang sedang berangkat kerja, ada yang sudah kerja, ada yang pulang kerja, dan ada yang sedang tidur malam. Orang bisa kerja waktu siang, malam, pagi atau sore. Bagi pegawai hotel dan dokter UGD ada yang kebagian shift malam ada yang shift siang. Waktu kerja sebenarnya tidak selalu jam 9 sampai jam 4 sore. Bagi guru, ia mulai bekerja sejak jam 7 pagi. Bagi penulis, ia bekerja bisa 20 jam sehari atau malah hanya 2 jam sehari. Bagi aktor, olahragawan, musisi, artis, penari, semuanya punya jam kerja ireguler. Pada tahun 1930 seorang profesor ekonomi bernama John Maynard Keynes pernah bilang kalau jam kerja manusia kelak bisa hanya 3 jam sehari untuk 5 hari kerja. Ini karena ia beranggapan manusia akan terus mengakumulasi barang sehingga kelak barang akan murah dan si manusia juga sudah tercukupi kebutuhannya. Tetapi rupanya ramalan Keynes tidak terbukti karena manusia bukan hanya mau barang berharga murah tetapi mau barang mahal agar merasa dirinya ‘superior’ atau ‘mahal’ atau ‘penting’. Jadilah air minum tidak cukup Aqua tapi Evian import dari Perancis, jadilah HP tiap berapa bulan ganti mode terbaru, jadilah menonton film tidak cukup nonton TV tetapi musti di bioskop 3 dimensi. Sedang biasanya tabungan tidak bertambah banyak, justru hutanglah yang
  • 13. bertambah banyak dengan adanya kartu kredit yang membuat orang mudah mengikuti keinginan hawa nafsunya.
  • 14. Kerja dengan apa Semua yang ada di diri manusia dan di alam bisa digunakan untuk alat kerja. Musisi butuh telinga, pelukis butuh mata, penjahit butuh tangan, aktor butuh mulut, pemain sepakbola butuh kaki, dsb. Kerja bisa dengan pulpen, atau komputer, atau mobil, atau obat atau gunting, apa saja deh. Tapi umumnya butuh listrik. Distribusi kerja tidak merata ke seluruh badan. Bagi penulis, mata adalah kebutuhan tetapi ia tidak perlu banyak bicara. Bagi penyiar radio, mulutlah yang terpenting. Itu sebabnya lama-kelamaan ada orang yang bisa menulis cepat, karena ia memang kerjanya sebagai tukang ketik. Ada yang bisa tahan napas lama- lama dalam air, ini karena mereka bekerja mengambil kerang di bawah laut. Ada yang bisa tahan menyupir mobil formula, ini karena mereka pengemudi formula. Lama-kelamaan kerja kita menjadi sangat dekat dengan identitas kita. Hingga kadang seluruh hidup kita terserap ke pekerjaan kita itu. Kalau kerja dengan hati biasanya pekerjaan itu bagus. Tetapi itu juga tidak cukup untuk membuat suatu mahakarya, kalau ini kerja dengan apa tiada yang tahu pasti. Tidak ada yang tahu kenapa dari ribuan band, The Beatles menjadi band paling populer dan berpengaruh, apa yang membuat keempat orang ini begitu tinggi di tanah legenda musik? Tentu bukan karena mereka laki-laki, bukan karena mereka dari Liverpool, bukan karena mereka orang kelas menengah, bukan karena mereka semua tidak pernah kuliah. Jadi ini faktor X. Jangan terlalu berambisi menjadi yang terhebat, tapi berambisilah untuk menjadi cukup hebat. Kerjalah dengan profesional.
  • 15. Hasil kerja Hasil kerja bisa berupa barang, tetapi banyak yang tidak terlihat seperti kerja padahal itu kerja keras. Jika anda ke toko buku lalu melihat susunan buku rapi, nah itu ribuan buku nggak berbaris dengan sendirinya, banyak tangan pegawai toko buku yang merapikannya. Lalu lantainya bersih kan? Karena ada yang ngepel tiap harinya. Terang kan? Karena ada yang pasang lampunya. Dingin kan? Karena ada yang pasang AC. Lalu ada juga hasil kerja yang sebenarnya lucu karena mereka tidak menghasilkan apapun kecuali perasaan saja. Pernah lihat satpam di toko buku? Mereka tidak bekerja sama sekali kan? Cuma diam, nggak merapikan buku, nggak ngepel, jadinya selama nggak ada yang melakukan kriminal ya dia sebenarnya nggak dibutuhkan. Tapi karena perasaan was-was yang punya toko akhirnya dia dipasang disitu. Menurut saya sendiri sih mereka sebenarnya justru nggak bekerja, cuma berdiri saja, tapi berdirinya itu dibayar. Capek lahir batin lho cuma berdiri ditempat itu memperhatikan orang lewat berjam-jam. Adalah hasil kerja orangtua anda bahwa anda bisa hidup sampai sekarang, atau hasil kerja orangtua dari orangtua anda atau hasil kerja orang yang perduli kepada anda atau jelas hasil kerja anda sendiri… Hasil kerja ada yang baik ada yang buruk. Hasil kerja chef warteg dan chef restoran bintang lima jelas jauh berbeda. Inilah yang membedakan harganya. Montir yang kerja di pabrik Rolls-Royce beda dengan yang kerja di bengkel mobil lokal anda. Hasil kerja ‘Made in Japan’ masih superior dibanding hasil kerja ‘Made in China’. Jadi kalau mau sukses, hasil kerjanya harus lebih bagus dibanding kompetitor.
  • 16. Upah kerja Upah kerja yang sekarang lazim diterima adalah uang. Walaupun uang sudah ada sejak jaman Mesir kuno, sebenarnya selama ribuan tahun upah kerja yang paling lazim adalah kerja itu sendiri. Nenek moyang kita yang memburu binatang bukan memburu binatang untuk dapat selembar kertas dengan gambar orang yang sudah lama mati dan beberapa lingkaran dan tanda tangan jelek, tetapi untuk makan hasil kerjanya itu. Lalu mereka mulai bercocok tanam dan bisa makan dari hasil cocok tanam mereka sendiri. Kemudian mulai barter. Bahkan ketika uang sudah ada, banyak masyarakat yang memilih barter baik barter sesama barang atau barter barang dengan tenaga. Misal seseorang membantu bercocok tanam lalu orang itu diberi makan. Namun ada juga orang-orang yang bekerja karena itu memberi mereka kepuasan batin atau mereka rasa hasil kerja itu untuk kepentingan orang banyak, walaupun mereka tidak mendapat uang atau pengakuan atau apapun. Bertahun-tahun lalu ada seseorang yang berada di tanah tandus kering. Setiap orang malas tinggal disitu. Tetapi orang ini melihat dengan sudut pandang yang beda. Dia justru melihat kesempatan untuk membuat tanah tandus ini menjadi tanah sejuk yang indah dan penuh kehidupan. Ia mulai menghabiskan waktu berpikir bagaimana caranya agar tanah ini bisa bagus. Setelah dapat ide bagus ia segera melakukannya. Ia buat jalur agar air bisa sampai tanah ini. Ia bawa beberapa biji tanaman. Hal ini ia lakukan beberapa puluh tahun, sampai ketika ia meninggal, tanah tandus kering itu sudah berisi penuh tanaman, hewan-hewan dan tentunya komunitas manusia. Itu mungkin jenis kerja yang sangat mulia, mendapat kepuasan karena tahu
  • 17. ia bermanfaat bagi lingkungan, walaupun tidak ada yang tahu dan memberinya pengakuan atau sekedar dukungan.
  • 18. Teman kerja Teman kerja yang terpenting adalah semangat, passion. Hampir bisa dipastikan tanpa semangat, segala pekerjaan jadi seperti beban berat. Entah bagaimana buruh pabrik mendapatkan semangat ini, apakah ia memikirkan anaknya yang kecil yang butuh makan hari ini sehingga ia semangat bekerja atau apa. Tapi tidak bisa dibayangkan apa jadinya jika Rowling tidak semangat menulis Harry Potter, Schumacher malas mengemudi Formula 1 atau Johnny Depp tidak serius bermain peran , atau arsitek membuat desain nggak karuan atau pembuat kurikulum asal-asalan buat kurikulum, jadinya kacau semua dan nggak bermutu. Teman kerja yang lain adalah dukungan, support, pastilah kita senang bila kita didukung, minimal oleh keluarga dan maksimal oleh banyak orang, dan didukung fasilitas yang memadai. Obama misalnya dielu-elukan banyak orang, wah dia jadi semangat. Coba misalnya pas di inagurasi nggak banyak orang yang datang, dia bisa kurang semangat. Dan Obama ada pada saat yang tepat di negeri yang tepat yang sudah bisa melihat tanpa batas ras, bila ia di Indonesia belum tentu ia bisa jadi presiden RI. Coba di final Piala Dunia yang menonton cuman empat atau lima orang, bisa nggak optimal mainnya. Tapi beralih ke dunia nyata, teman kerja ada yang baik ada yang buruk. Teman kerja yang malas-malasan, mengajak untuk korupsi atau bahkan korupsi terang-terangan jelas adalah ‘musuh’ kerja. Tapi teman seperti ini bukan hanya dikantor, kalau teman sesama pembantu atau sesama bintang film malas-malasan itu juga salah.
  • 19. Musuh kerja Musuh kerja yang paling jelas adalah kebosanan. Bisa dipastikan kalau anda bosan, sesuatu yang tadinya menarik pun bisa membuat anda muak dan muntah. Maka beristirahatlah. Dan pastikan anda memang cocok dengan pekerjaan itu (sekali lagi saya kasihan kepada orang-orang yang terpaksa kerja dan kerjaan itu tidak cocok sebenarnya untuk siapapun seperti bekerja di gunung pembuangan sampah akhir atau dipabrik-pabrik tanpa ventilasi udara yang baik). Di dunia nyata musuh kerja adalah orang-orang yang iri atau takut pekerjaannya diambil oleh anda, wah, orang-orang seperti ini bahaya. Waspadalah. Dan kalau anda orang seperti ini, insaflah.
  • 20. Keluarga kerja Karena manusia makhluk sosial mereka biasanya masuk ke suatu komunitas. Hampir setiap jenis pekerjaan ada klub atau asosiasi, misal asosiasi penulis, ikatan dokter, persatuan atlet, himpunan psikologi dan semacamnya. Bisa jadi orang tertarik kepada suatu pekerjaan karena prestis dan masuk ke suatu klub pekerjaan itu membuat dia puas. Tapi hati-hati, tidak jarang karena terlalu sibuk mengurusi organisasi kantor justru keluarga beneran jadi tidak terurus dan jarang bertemu. Jadilah kerja jadi keluarga dan keluarga jadi kerja. Kadang malah akhirnya terjadi cerai dan menikah lagi dengan orang sekantor. Bagi Ralph Nader, seorang aktivis lingkungan dari Partai Hijau Amerika, ia katakan ia harus memilih punya karir atau keluarga, dan ia memilih berkarir. Hingga umur 73 tahun ia tidak punya istri tidak punya anak dan mungkin masih perjaka. Tetapi itu tidak masalah karena Ralph tidak sendirian, di Eropa dan Jepang sudah jamak orang lebih memilih membangun karir daripada membangun keluarga. Perempuan Eropa dan Jepang emoh menjadi ibu yang sibuk mengurus bayi, lebih baik mengurus karir. Disisi lain banyak juga orang –biasanya perempuan- yang memilih punya keluarga dan melepaskan karir. Kalau orang seperti ini sudah sampai tingkat S1 atau S2 apalagi S3 maka ia buang-buang waktu, tenaga, dan uang saja, apalagi apabila ia memakai uang beasiswa negara. Seorang ibu tidak dilihat baik atau tidaknya dari tinggi rendah level pendidikan formalnya, karena dipendidikan formal tidak diajarkan mengurus bayi. Jadi tidak ada relevansi bahwa seorang ibu yang profesor anaknya bakal atau bakat jadi profesor juga karena kita lihat ternyata ibunya si profesor tidak pernah
  • 21. kuliah. Betapa banyak profesor dan rektor di dunia lahir dari ibu yang tidak tamat SD dan berasal dari kampung. Lebih baik apabila niat jadi ibu rumah tangga segera berhenti saja kuliah dan mulai belajar memasak, belajar kedokteran tingkat dasar, belajar cara membesarkan anak dan menyusun anggaran belanja rumah tangga, sampai tingkat dasar memperbaiki rumah. Kalau empat tahun belajar itu semua tidak perlu lagi makan diluar rumah karena semua resep buat pizza, yakiniku, donut udah bisa semua dan reparasi rumah bisa dikerjakan berdua suami. Kenapa tidak? Amat lebih baik belajar hal praktis yang aplikatif daripada belajar banyak teori orang yang cuma relevan di dunia abstrak yang setelah beberapa tahun menjadi ibu rumah tangga sudah terlupakan semuanya. Fenomena anak muda sekarang mereka enggan bekerja karena melihat biaya bekerja jauh lebih besar dari keuntungan bekerja. Jika seorang bekerja maka dia harus bangun jam 5 pagi, jalan kaki keluar atau naik kendaraan (udah keluar tenaga, uang dan waktu), lalu sampai kantor bekerja sampai jam 4, begitu terus selama sebulan dan dapat gaji misal 2 juta. Nah bila dikalkulasikan biaya transportasi dan makan saja, sudah mencapai 1,1 juta sendiri. Belum biaya tak terlihat seperti biaya politik kantor, biaya macet ke dan dari kantor (bila naik taksi sangat ngefek ke argo dan bila naik bis biaya ‘kegerahan’ di bis dihitung), biaya karena melihat pasangan dan anak jadi jauh berkurang, biaya waktu dan tenaga untuk mengembangkan diri berkurang, biaya harus menyiapkan diri di rumah untuk persiapan kerja lagi besok. Nah uang 0,9 juta sisanya setimpal tidak dengan biaya tak terlihat itu? Sepertinya tergantung, kalau anda punya bantuan finansial yang permanen dan bisa diandalkan sebaiknya tidak usah kerja seperti itu karena gaya bekerja seperti itu bisa memperpendek umur anda dan mempercepat proses penuaan anda. 900 ribu sebulan berarti anda dapat sekitar 225 ribu
  • 22. per minggu atau 45 ribu per hari, anda kerja 8 jam sehari plus 2 jam bolak balik kantor berarti 10 jam ya, berarti anda dibayar 4,5 ribu per jam. Nah tukang parkir bisa dapat 2 ribu per 15 menit. Go figure. Mungkin anda pikir keadaan akan berubah setelah beberapa tahun. Tetapi entahlah, baru-baru ini saya ke sekolah dasar dan guru-guru yang mengajar saya dulu masih mengajar disana pelajaran yang sama dan sepertinya gajinya tidak jauh beda, mereka semua masih kere-kere juga. Jadi jangan berharap terlalu banyak.
  • 23. Akhirnya sampai pada yang ditunggu-tunggu, jawaban dari ‘perlukah saya kerja?’ merupakan jawaban besar yang musti dipilah menjadi beberapa pertanyaan: Apakah anda punya financial support? Di jaman Romawi kuno, anak-anak dan keturunan orang kaya tidak bekerja. Bekerja dalam artian bekerja untuk orang lain dianggap sesuatu yang hina dan bukan untuk bangsawan, tetapi untuk bangsatwan alias budak. Mereka dikelilingi pelayan yang bertugas memandikan mereka, memakaikan mereka baju, bahkan kalau malas berjalan ada budak-budak hitam berbadan tegap yang akan membawa kursi anda kemana saja anda mau di rumah mewah anda. Bahkan mereka beneran punya budak seks, jadi bila anda dan pasangan bosan bercinta, masing-masing boleh bercinta dengan budak seksnya terang-terangan, karena dianggap budak itu bukan manusia setingkat mereka tapi dianggap seperti binatang peliharaan.Nah karena mereka jadi tidak punya kerjaan apapun –makan saja bisa disuapin-maka biasanya mereka jadi sekolah melulu. Sekolah untuk anak orang kaya di jaman Romawi kuno jangan dibayangkan seperti sekolah di Jakarta. Jauh lebih eksklusif dibanding sekolah anak orang kaya disini. Sekolah dirumah masing-masing. Bergantian diajar oleh guru (dan guru ini bukan sekedar pekerjaan tetapi mereka memang punya reputasi bagus) untuk melukis, berpuisi, berdiskusi, berdebat, sejarah, belajar memanah, pedang, olahraga, bermain kuda,dsb. Jadi nggak ada kurikulum pemerintah, tapi memang skill yang penting. Ketika agama Kristen masuk ke Romawi dan kemudian selama beratus- ratus tahun masuk ke dalam pikiran orang Eropa, timbulah suatu gaya pikir
  • 24. baru. Bahwa bekerja itu mulia dan orang dilahirkan untuk bekerja demi kemuliaan Tuhan. Bahkan ketika pengaruh agama mulai berkurang dan sekularisme datang, pengaruh ide ‘kerja ini mulia’ sudah begitu melekat di pikiran orang sehingga sampai sekarang orang superkaya macam Bill Gates, Warren Buffett, dan Carlos Slim pun masih merasa perlu datang ke kantor dan jadi bos, walalupun kekakayaan masing-masing mereka sudah mencapai diluar nalar 99.99% penduduk dunia, yaitu 500 triliun rupiah. Bila biaya hidup mereka sebegitu mahal sehingga setahun butuh 1 triliun, butuh waktu 500 tahun untuk duit mereka itu habis, jadi lebih dari tujuh turunan sudah terjamin. Hal ini berbeda dari yang dilakukan pada jaman Yunani kuno, orang-orang kaya yang biasanya jadi penguasa memang anak-anaknya kerja juga di pemerintahan tetapi tidak terikat jam kerja dan kata ‘kerja’ disini beda dengan kata ‘kerja’ dalam kalimat ‘Jutaan rakyat Indonesia pergi kerja setiap hari’. Kerja bagi para penguasa ini sangat nyaman. Dan satu hal lagi yang perlu dicamkan adalah jangan sampai kerja membuat kita tidak punya waktu untuk berpikir. Filsuf-filsuf terbesar seperti Epicurus, Socrates, Plato, Aristoteles, semuanya juga bekerja, tetapi mereka juga bisa menjadi guru- guru dan pemikir-pemikir. Socrates bahkan terkenal apabila sewaktu jalan ia mendapat pikiran bagus maka ia langsung berhenti di tempat, bisa lama, sampai pikiran bagus itu selesai formulanya. Kelak Mark Twain, penulis Amerika, berkata ‘Work is a necessary evil to be avoided if possible’. (Bekerja itu adalah kejahatan yang diperlukan, tapi kalau bisa hindari) tentu ia tidak melihat menulis sebagai sesuatu yang jahat, tetapi pekerjaan yang anda ambil karena terpaksa untuk cari makan. Kalau anda kaya, jangan anak anda disuruh sekolah umum. Sekolah sekarang sudah bingung mau memberi pelajaran apa, makanya para murid
  • 25. pun juga jadi bingung, coba lihat anak-anak jaman sekarang, mukanya pada kebingungan, terlalu banyak pelajaran tetapi terlalu sedikit yang bermakna. Lebih baik fokuskan dia ke apa yang dia mau sejak dini. Jika anak anda ingin jadi pengemudi Formula 1. Ya lebih baik sejak kecil dilatih menyetir. Jika anak anda ingin jadi pegolf terbaik atau petenis terbaik atau pemain basket terbaik, lakukan apa yang dilakukan orangtua Tiger Woods, Serena dan Venus Williams, dan Michael Jordan, mereka sangat intens berlatih sejak umur 5 tahun. Karena kebanyakan kurikulum sekolah sebenarnya tidak diperlukan. Anda pasti tahu itu kan? Anda sudah selesai kuliah dan ketika anda mengingat 16 tahun perjalanan anda belajar, ternyata yang anda ingat sangat sedikit dan dari yang anda ingat malah hampir tidak ada yang penting. Walaupun sudah diajarkan berpuluh-puluh kali, mayoritas rumus matematika, fisika dan kimia yang diajarkan di SMP dan SMA sudah saya lupakan sama sekali, dan kalaupun ingat untuk apa? Apa aplikasi rumus- rumus in untuk hidup saya? Saya sudah lama lupa nama ‘pahlawan- pahlawan’ atau kapan atau dimana mereka perang. Saya sudah lama nama kabinet ini atau itu atau apa isi dekrit ini atau itu, atau isi UUD’45 atau butir- butir Pancasila tetapi selama ini tidak ada satupun aparat pemerintah yang menahan saya karena saya lupa, bahkan saya yakin Presiden pun tidak hapal butir-butir Pancasila atau tanggal lahir Imam Bonjol atau berapa kandungan batubara di daerah tertentu, toh beliau tetap jadi Presiden kan? Saya bahkan tidak yakin rektor sebuah universitas atau kepala sekolah ingat butir-butir Pancasila ini. Siapa yang perduli sih? Jadi kalau anda punya financial support, ya jelas anda tidak perlu kerja banting tulang. Anda tidak harus kerja bangun pagi pulang malam. Anda bisa kerja kalau anda mau. Anda boleh-boleh saja kerja seperti Bernie Ecclestone kerja jadi bos Formula 1 karena memang dia senang menjadi
  • 26. penguasa arena balap dan jalan-jalan keliling sirkuit di seluruh dunia, atau Oprah Winfrey yang karena dia memang suka bicara ya dia terus buat acara TV. Tetapi anda tidak perlu kerja. Tapi harap sadari bahwa financial support yang berarti dukungan finansial tidak punya batasan minimal atau maksimal uang. Saya teringat ucapan seorang kaya disuatu film dokumenter tentang orang kaya, dia bilang, ‘Uang 50 miliar bagi saya tidak cukup.’ Bayangkan, uang 50 miliar tidak cukup untuknya. Padahal lebih dari enam milyar manusia tidak akan pernah melihat uang 50 miliar apalagi memilikinya. Jadi artinya cukup atau tidak cukup itu bukan dari besarnya jumlah uang kita, tetapi dari besarnya nafsu kita. Jika orangtua anda mempunyai gaji 50 juta sebulan dan anda bercita-cita beli apartemen di Trump Tower seharga 5 milyar, ya anda perlu kerja. Jika orangtua anda mempunyai gaji 5 juta sebulan dan anda merasa cukup untuk makan tempe dan nasi setiap hari, tanpa perlu keluar untuk ke mal, makan-makan, nonton film, maka anda tidak perlu kerja. Anda bisa bilang anda bisa barter tenaga dengan fasilitas rumah plus makanan. Di majalah Time edisi Maret 2010 awal, ada tulisan ‘The Dropout Economy’, dimana disitu ditulis jumlah orang muda yang hidup bersama orangtuanya meningkat, banyak yang memilih menjadi funemployed (sebutan bagi orang yang sengaja tidak kerja karena ingin mengeksplorasi hidupnya dan tidak mau jadi budak perusahaan berbasis ekonomi kapitalis konsumerisme. Ingat lho kasus buruh pabrik Nike. Biaya buat sepatu Nike cuma 10 ribu rupiah, dijual diluar negeri bisa sampai 2 juta, nah si buruh sepatu cuma dapat upah 10 rupiah tiap sepatu, mereka produksi 3000 sepatu per hari, nah yang 1.999.990 lainnya ya untuk bos-bos mereka, semakin tinggi semakin banyak duit, walaupun kerjanya semakin nyaman), mereka semakin lama semakin
  • 27. tidak nyaman dengan gaya hidup kerja 9-to-5 dan merasa hidup di budaya yang terlalu berlebihan memuja barang dan uang serta tidak perduli lingkungan. Orang-orang muda juga jadi malas sekolah dan kuliah karena merasa mereka diberikan pelajaran yang sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan jaman dan jenis pekerjaan. Tanda-tanda kemalasan ini dapat dilihat dari data bahwa di Amerika Serikat jumlah orang yang kuliah menurun sampai sepertiga. Orang melihat pendidikan tinggi itu hanya penanda status saja (status marker and nothing else). Duapuluh sampai tigapuluh tahun lagi, hampir 80% jenis pekerjaan yang sekarang dilakukan manusia sudah bisa dilakukan secara total oleh robot atau mesin. Sisanya hanya bisa dilakukan oleh spesialis-spesialis. Kelak di negara-negara maju, akan ada robot pembantu rumah tangga dan mobil yang dapat menyupir sendiri. Sehingga PRT, TKI dan supir jadi nggak laku. Guru-guru les bahasa sebenarnya juga tidak efektif. Satu orang guru mengajar sepuluh orang dengan kemampuan berbeda selama 45 menit atau sejam berarti masing-masing hanya dapat perhatian 6 menit dan musti bayar ratusan ribu per bulan. Padahal di internet ada banyak layanan les bahasa yang gratis, lengkap, dan anda bisa interaksi dengan banyak orang (BBC/languages dan busuu contohnya).
  • 28. Bagaimana status keuangan anda? Jika cashflow anda positif, artinya dukungan finansial positif dan anda tidak punya hutang dalam bentuk apapun, anda tidak perlu kerja. Apalagi jika situasinya begini: Anda adalah satu dari tiga anak. Orangtua anda bekerja. Lalu anda dan kedua saudara anda semua menikah, mereka kemudian pindah rumah ke mertua masing-masing. Rumah orangtua anda yang tadinya punya empat kamar tempat tidur, kini kosong tiga. Nah daripada anda juga ikut pindah rumah, lebih baik anda menempati salah satu kamar itu dan kelak satu kamar untuk anak anda, atau kalau ada dua anak ya masih ada satu kamar kosong. Kalkulasikan kebutuhan anda dan keluarga anda selama satu tahun, pecah menjadi satu bulan, lalu pecah menjadi mingguan. Kalau keluarga anda tidak banyak maunya, anda bisa hidup dengan makan nasi dan telor saja, menonton TV dirumah, dan menggunakan fasilitas internet. Dengan hidup green, anda bisa menghemat pengeluaran listrik rumah. Jadi sebenarnya anda justru menghemat pengeluaran orangtua anda dan diri anda sendiri. Menurut situs-situs how to be green, tinggal di satu rumah yang kecil atau tinggal rame-rame lebih baik untuk lingkungan karena membutuhkan daya listrik yang lebih kecil dan lebih berdayaguna. Rumah Al Gore yang begitu luas membuat dia tidak green, dia harus bayar biaya listrik Rp.300 juta per bulan, itu bisa buat biaya listrik 300 bulan bagi suatu rumah kecil yang sadar listrik (rumah kecil maksudnya rumah standar yang garasinya muat satu atau dua mobil, ada tiga atau empat kamar mandi, ada tiga atau empat AC). Sedangkan misal anda adalah orangtua dan anak anda yang tadinya tinggal sama anda sekarang punya rumah sendiri, jadilah dobel biaya listrik untuk lemari es, gas dapur, penerangan waktu malam,
  • 29. belum lagi pasang TV kabel dan internet sendiri (padahal biasanya jarang digunakan). Belum apabila ingin bicara atau bertemu jadi buang-buang pulsa telepon dan bensin, padahal tadinya gratis. Mengenai privasi sih santai saja, asalkan masih ada pintu untuk menutup anda ketika buang air besar, tidak ada yang akan melanggar privasi anda. Memangnya selama ini orangtua anda terlalu ikut campur apa? Atau memangnya selama in anak anda terlalu ingin tahu apa? Kan tidak. Alasan pindah rumah karena ingin mandiri itulah yang diiklankan oleh pembuat real estate agar anda bersedia mengeluarkan uang dan pisah dari orangtua untuk menyenangkan hati pengusaha real estate yang menjual rumah puluhan kali harga beli awal. Itu tindakan bodoh, setidaknya oleh aktivis hijau yang sudah sewajarnya menjadi panutan kita. Jadi bila dulu orang berlomba-lomba mempunyai rumah sendiri dan besar- besar, anda sebenarnya musuh lingkungan bila sekarang anda berbuat seperti itu. Hal ini bukan sekedar ide saja, jutaan orang yang sadar lingkungan sudah mulai tinggal lagi bareng orangtua mereka dan sadar listrik. Dengan begini juga uang yang tadinya untuk cicilan rumah bisa ditabung untuk dana darurat (dana darurat seharusnya cukup untuk hidup 3 bulan tanpa ada uang masuk) dan untuk kebutuhan dasar masa depan. Mereka juga mulai anti- mobil pribadi, dan memilih tranportasi umum atau keluar apabila perlu. Dan biasanya pergi ke pasar lokal (untuk mendukung perekonomian lokal dan juga hasil lokal lebih green karena carbon offset yang dihasilkan lebih kecil dibanding produk impor) atau toko kecil (tidak pergi ke perusahaan besar yang menguasai pangsa pasar). Dan belinya sekali banyak karena jatuhnya lebih murah dan jadi tidak perlu sering-sering pergi (yang mengakibatkan buang-buang uang, waktu, dan tenaga). Beli sambal misalnya, belilah langsung yang 5 kg, harganya sekitar 55.000 lebih murah daripada beli yang 750gr seharga 18.000. Beli pampers langsung beli beberapa box besar
  • 30. daripada satu box kecil. Beli beras untuk keperluan tiga bulan. Berapa umur anda?
  • 31. Percaya atau tidak, bila umur anda kurang dari 1 hari, anda malah dilarang kerja, kerja anda adalah tidur, menangis, minum ASI, dan buang air, dan siklus itu berulang terus sampai sekitar 2 tahun (dengan perkembangan fisik dan motorik tentunya). Umumnya orang kelas menengah sampai ke atas tidak perlu kerja sampai usia 12 tahun. Walaupun pernah dulu adik saya yang kelas 4 SD bantu-bantu saya jualan barang ‘bekas’ yang kami pakai seperti kaset atau VCD selama beberapa menit. Sayangnya kalau anda orang miskin, anda sudah mulai kerja sejak anda berumur beberapa bulan. Sering kan kita lihat ibu-ibu bawa anak bayi meminta uang di lampu merah? Ya itu kerjaan juga lho, butuh tekad dan usaha yang saya yakin kebanyakan dari kita kelas menengah nggak bakal bisa atau mau melakukan. Kalau di negara Barat anak umur SMP atau SMA sudah bisa part-time job sih atau kerjaan bantuin tetangga seperti memotong rumput tetangga atau menjadi babysitter pada hari sabtu, dan bayarannya selama beberapa jam bisa sama dengan bayaran pembantu disini selama satu bulan. Kalau anda bagian dari kaum kelas bawah, kerjaan sudah menanti, anda biasanya tidak sekolah, bahkan SD pun tidak tamat. Data menyebutkan ada 110 juta anak yang nggak sekolah di dunia ini pada tahun 2009, jadi bila anda tidak sekolah, jangan khawatir, ada banyak sekali teman tidak sekolah anda. Nah siap-siaplah bekerja menjadi pengemis, banci, bandar narkoba, pelacur, germo, tukang sampah, gembel, atau kalau anda beruntungan sedikit anda bisa jadi tukang parkir atau buat lapangan sewa parkir nah ini bisa banyak uang, atau jadi pembantu atau supir atau jualan mie atau bubur ayam, kalau sukses anda bisa buka cabang. Dulu pembuat restoran ‘Sederhana’ termasuk golongan bawah, dia jualan makanan padang pakai
  • 32. gerobak, tetapi karena makanannya enak dan dia semangat, jadi deh ada puluhan restoran ‘Sederhana’ yang sekarang sudah tidak sederhana lagi. Apakah anda ingin atau
  • 33. harus bekerja? Percaya atau tidak, bagi sebagian orang bekerja itu bukan kewajiban, bukan keharusan, bukan keperluan, tapi keinginan. Orang seperti ini malah gerah kalau disuruh liburan ke tempat eksotik menikmati matahari dan pantai bersama pasangan dan anak. Mereka inginnya kerja, kerja, dan kerja terus. Di Jepang pada tahun 1980-an banyak sekali orang meninggal di tempat kerja! Bagi orang Jepang mereka merasa bangga kalau datang paling pagi dan pulang paling malam, jadinya ya makin lama orang makin lama tinggal di kantor. Bisa jadi 18 jam di kantor. Menurut saya sih, orang yang hidupnya wajar-wajar saja, maksudnya tidak sederhana tapi tidak berlebihan juga dapat hidup dengan biaya 100-200 juta per tahun. Sederhana itu kalau mobil cuman satu dan mereknya kijang tahun 1990an. Itu sederhana. Kalau berlebihan misalnya koleksi mobil Rolls Royce sampai ratusan. Tetapi kalau pas sesuai kebutuhan ya mobil dua atau tiga dengan merek Toyota atau Nissan atau Honda yang cukup baru. Sederhana apabila liburan hanya ke Ancol, tidak pernah keluar kota (sebenarnya kaum Greeners menganjurkan hal ini, liburan dalam kota saja, karena carbon offsetnya jauh lebih kecil, tidak buang-buang bensin ke luar kota apalagi ke luar negeri), berlebihan apabila sering ke luar negeri cuma buat lihat-lihat arsitektur jaman dulu padahal nggak ngerti-ngerti amat dan nggak perlu-perlu amat. Pas misal ya ke Bali setahun sekali masih bisa dimengerti. Sayangnya banyak orang yang walaupun sudah sering shalat atau ke gereja atau relijius tetapi ternyata hawa nafsunya untuk beli barang dan berpergian dan makan-makan malah ibarat rem blong, akhirnya
  • 34. konsumerisme terus dan terus dan terus. Kalau begini, uang sebanyak apapun tidak akan cukup. Bila anda mau hidup tidak berlebihan, anda tidak perlu dua-duanya kerja, satu orang sudah cukup. Bila kedua orangtua anda kerja dan mereka punya cukup tabungan, anda tidak perlu kerja. Jika anda dan pasangan bekerja dan cukup kaya (punya uang 10 miliar di tabungan misalnya), anak cucu cicit anda (dengan kalkulasi anak cucu cicit anda jumlahnya dua-dua) bisa mendapat financial freedom bebas finansial tidak perlu kerja lagi. Apakah anda seorang perempuan
  • 35. atau laki-laki? Kalau anda seorang perempuan yang mempunyai kodrat keibuan yang amat kuat, anda tidak perlu kerja diluar rumah seumur hidup. Perempuan masa kini sudah makin banyak yang hilang kodrat keibuannya, takut hamil karena nanti perutnya nggak bagus lagi atau kelaminnya ‘melar’, malas besarin anak karena nanti kurang tidur, uang untuk make-up dan parfum jadi buat susu dan pampers anak, nah perempuan seperti ini justru kasihan kalau punya anak, sama-sama menderita, maka bagi mereka silahkan menjadi wanita karir, atau kalau punya anak cukup satu seperti Hillary Clinton. Tetapi jika anda penyayang anak, silahkan menjadi ibu. Sekarang ini di Amerika pun semakin banyak ibu yang memilih menjadi ibu tanpa embel- embel karir dan semacamnya. Mereka merasa kehidupan pekerjaan mengurangi kualitas interaksi mereka dengan anak-anak mereka. Padahal menjadi ibu adalah naluri alamiah mereka, bukannya jadi sekretaris di kantor atau mengurusi anak orang lain di sekolah atau universitas. Biarkan suami anda yang bekerja. Nah kalau anda laki-laki, anda harus lebih aktif, ini memang adil tidak adil, tetapi bila kita lihat awal sejarah. Laki-lakilah yang berburu dan kemudian berbagi makanan dengan perempuan. Ini mungkin juga menjelaskan kenapa kelamin laki-laki dari hampir semua spesies bentuknya lurus seperti tombak. Karena senjata pertama manusia juga tombak. Entah kelamin manusia berevolusi mengikuti tombak atau manusia melihat kelaminnya lalu jadi berpikir membuat tombak. Sedang kelamin perempuan jadi mirip biji buah-buah menandakan mereka itu bertugas untuk produsi manusia baru, mirip seperti biji buah yang dari situ muncul tanaman baru..
  • 36. Tapi lagi-lagi yang penting bukan kerja saja lho. Seperti sudah disebutkan diatas, kerja itu ada yang enak ada yang nggak, ada yang baik ada yang buruk, dan kerja itu tidak melulu harus kerja punya bos atau karyawan, hasil kerja juga tidak perlu produk atau jasa. Yang jelas umat manusia ini selalu berkembang dalam pemikiran dan ide-ide, ingat umur listrik baru berapa ratus tahun, umur handphone dan internet bahkan belum sampai dua dekade. Jadi definisi dan cara bekerja pun akan selalu berubah mengikuti perkembangan jaman. Namun begitu jika anda memilih menjadi stay-at- home dad seperti beberapa juta orang di dunia, silahkan saja. Tidak perlu perdulikan kata orang, memangnya mereka beri anda makan apa? Ini kan hidup anda, dan kalau itu sudah dipikirkan betul, ya jalani saja. Anda tinggal di negara mana
  • 37. dan kota mana? Bila anda tinggal di Zimbabwe, hampir 90% penduduknya nggak bekerja. Jadi 1 dari setiap 10 orang yang anda temui sudah pasti tidak bekerja. Bayangkan. Dan mereka ternyata hidup juga. Hidup sederhana sepertinya, tapi kalau dipikir-pikir, jika hidup kita mewah lalu makan-makan kebanyakan akhirnya obesitas atau kena penyakit karena makanan misal kolesterol tinggi, radang usus, sakit jantung, dsb. Jadi ada untungnya hidup sederhana, walau terpaksa. Ambil baiknya saja. Hidup mewah jadi bingung sendiri mau liburan kemana, mau pakai mobil yang mana, mau tidur di rumah yang mana, uangnya mau dipakai apa lagi, mau pakai baju atau sepatu yang mana, karena banyak inginnya akhirnya pusing dan punya penyakit tidak puas, kerjaannya mengeluh karena semua tidak pernah seperti yang diharapkan. Bila tetangga punya mobil lebih baru sedikit langsung iri dan segera beli lagi, walau nggak perlu. Atau beli lukisan mahal (ada orang beli lukisan seharga 50 miliar), jadi sinting akhirnya. Bila anda tinggal di Amerika lalu pindah ke Bali, biaya hidup anda jadi sangat murah. Banyak turis Bali yang dinegara asalnya bekerja sebagai pelayan restoran tapi sanggup liburan tiga bulan penuh dari hasil sebulan kerja. Nah bayangkan bila anda orang Eropa atau Amerika atau Australia ngumpulin uang lalu tinggalah di negara Asia, asal anda hidup tidak berlebihan (setiap hari surfing-surfing saja, nggak beli yacht) ya anda bisa hidup tanpa perlu kerja lagi.
  • 38. Apakah hubungan anda dengan orangtua anda baik-baik? Saya tanya ini karena kalau hubungan baik-baik dan orangtua anda mampu, pastinya mereka tidak mempermasalahkan anda tinggal bareng mereka. Kelak jika anda punya anak, dan anda berhubungan baik dengan anak anda, anak anda juga boleh kan tinggal terus bareng anda? Atau kalau anak anda banyak uang, gantian deh anda tinggal bareng dia. Jadinya anda tidak pernah kerja sama orang karena sampai umur 40 tahun anda tinggal bareng orangtua yang kerja dan dari 40 tahun sampai 80 tahun anda tinggal bareng anak yang kerja. Tapi ini bisa menyakiti harga diri kalau tidak hati- hati. Namun contohnya banyak, ada saja orang yang sejak lahir sampai umur 80 tahun tidak pernah kerja, baik karena cacat, koma, malas, gila atau hikikomori (fenomena 2 juta anak muda Jepang yang suatu hari menutup kamar tidurnya dan tidak pernah keluar-keluar kamar lagi sampai 20 tahun, 30 tahun., fenomena ini mulai menyerempet ke negara lain, sekarang sudah sampai Korea, Taiwan dan Cina). Kalau anda tidak punya orangtua, pertanyaannya bisa dimodifikasi: apakah hubungan anda dengan kakek nenek anda baik-baik? dengan mertua baik? dengan saudara baik? dst. Karena ada saja lho saudara kandung yang seumur hidup membiayai saudaranya hidup karena mereka sangat dekat.
  • 39. Seberapa besar dan banyak kebutuhan dasar anda? Artinya apakah anda punya cita-cita besar atau biasa atau kecil. Apakah anda ingin punya pesawat jet pribadi sebesar Boeing 747 dan secepat Concord yang sanggup membawa semua keluarga dan teman Anda keliling dunia, plus punya kapal pesiar sendiri, kapal ruang angkasa, kapal selam, mobil-mobil termewah, motor termewah, dan bahkan kereta sendiri? Nah kalau begini nama anda harus Bill Gates dan anda punya uang 500 triliun. Atau anda kerja satu juta tahun. Tetapi kalau anda ternyata tidak perlu punya transportasi sama sekali, nah ini bisa tanpa kerja. Apakah anda perlu jadi orang yang cerdas atau biasa saja. Apakah anda perlu bisa banyak bahasa, keliling universitas-universitas mahal dan top dunia dan mendapat banyak gelar, dan gelar honorer, dan pengakuan serta banyak Prize dan Awards, dan masuk sejarah yang ketika 2000 tahun lagi orang buka buku sejarah nama anda disebut-sebut terus? Atau anda pikir tidak perlu pengakuan dan banyak ilmu. Cukup ilmu untuk hidup sehat dan waras, tidur gampang, buang air gampang, makan gampang. Nah ini bagus. Apakah anda perlu jadi orang cakep dan dikelilingi orang-orang terkenal, bintang, selebritis dunia dan diundang ke acara-acara eksklusif? Atau anda cukup hidup seadanya dengan keluarga dan teman yang sewajarnya. Apa setiap hari anda perlu makan daging dan masakan enak? Atau telor saja atau tempe atau lima ikan teri sudah cukup? Hati-hati karena apa yang enak dilidah belum tentu sehat untuk perut, banyak orang suka makan pedas akhirnya radang usus. Keseringan minun
  • 40. susu dan buah justru bisa membuat batu ginjal. Dan apa yang mahal belum tentu lebih sehat dari yang murah. Harga duren jauh lebih mahal dari harga pepaya atau tomat, tetapi pepaya dan tomat jauh lebih sehat dan banyak manfaatnya dari duren. Dan apa yang populer belum tentu kita sukai, jadi jangan jadi korban sesuatu yang populer. Misal film Harry Potter. Banyak orang yang nonton karena ajakan iklan saja, padahal banyak yang pas nonton malah bosan atau tidak ngerti. Nah begitulah kejadiannya pada banyak hal yang kita konsumsi baik bacaan, film, musik, pakaian, rumah, mobil, bisa saja kita ikut-ikutan apa yang dianggap bagus oleh media massa padahal menurut kita justru nggak suka. Intinya jika anda suka musik dangdut, belilah musik dangdut jangan karena gengsi jadinya beli musik rock yang sebenarnya tidak anda suka. Atau kalau anda suka rock jangan beli dangdut supaya dianggap kerakyatan padahal telinga anda sakit dengarnya.
  • 41. Seberapa besar dan banyak barang-barang yang anda mau beli? Ini sudah dijawab tetapi sengaja saya tulis spesifik ‘barang’, karena memang biasanya biaya itu larinya ke barang-barang ‘kemauan’ bukan barang-barang ‘kebutuhan’. Misalnya, anda memang perlu makan, jelas. Tapi kalau anda lebih memiih menelepon KFC atau McDonald’s atau Hoka-Hoka Bento atau Es Teler 77 atau Sederhana atau Bread Talk atau Pizza Hut atau Domino Pizza untuk pesan antar daripada masak telor dadar dan nasi sendiri, itu ‘kemauan’ bukan ‘kebutuhan’. Nah biaya masak telor dadar dan nasi sendiri, bila dikalkulasi sekitar Rp.2000 rupiah (termasuk biaya gas dan minyak untuk telor dan air untuk nasi), sedangkan nasi pesan antar sudah 5000 sendiri. Anda perlu handphone, tetapi membeli BlackBerry atau iPhone sedangkan anda tidak mengerti dan tidak pula menggunakan fitur-fiturnya adalah ‘kemauan’ karena anda cukup tolol untuk dipersuasi membeli sesuatu oleh iklan atau persuasi kapitalis hiper-konsumerisme. Anda perlu musik, anda sebenarnya bisa nonton MTV, Channel V atau dengar di radio. Tetapi bila anda mengoleksi 10,000 lagu di iPod, atau beli 5,000 DVD asli atau menghabiskan jutaan rupiah nonton konser musik di Jakarta, Singapura, dan Hong Kong, sedangkan anda bukan orang kaya (punya uang diatas 10 miliar di tabungan), maka anda sedang menggali makam untuk diri anda dan keluarga anda sendiri. Padahal Henry David Thoreau, seorang filsuf Amerika sudah bilang lebih dari 200 tahun yang lalu: A man is rich in proportion to the number of things which he can afford to let alone. (Orang yang kaya itu bukan kaya uang tetapi orang yang nggak
  • 42. perlu beli banyak barang. Orang yang punya duit 5 juta masih miskin apabila ia mau beli handphone Vertu seharga 30 juta, tetapi orang yang punya uang 500 ribu sudah kaya karena ia nggak perlu beli handphone apapun) Dan sebenarnya kecanduan beli barang atau bahkan beli pengetahuan (terlalu banyak baca buku, nonton film, dengar musik, ke museum) bisa buruk untuk kesehatan kita secara umum. Maka Thoreau pun mengajak kita hidup sewajarnya: Simplicity! Simplicity! Simplicity! Let your affairs be as two or three, and not a hundred or a thousand. (Dikitin urusanmu, jangan kebanyakan! Dua atau tiga buku kan cukup nggak perlu seratus atau seribu buku/musik/film. Karena kalau dipikir-pikir plot film, melodi lagu, dan jalan cerita kan hampir-hampir mirip cuma yang main, yang nyanyi dan yang nulis beda aja.)
  • 43. Seberapa lama anda ingin hidup? Ini penting juga karena, kalau anda mau hidup panjang, anda perlu kerja. Tentunya ini kalau anda tidak kaya (atau anda merasa masih ingin lebih kayaan lagi), dan hidup anda ternyata jauh lebih lama dari hidup orangtua dan anak anda (Misalnya orangtua anda meninggal usia 70an, anak anda meninggal usia 60an, sedangkan anda masih hidup sampai 120 tahun). Kalau anda kaya, anda bisa hidup sampai kapan saja. Bahkan para scientist sedang memikirkan membuat jantung buatan dan organ-organ buatan lain yang bisa membuat kita hidup lebih lama kalau bukan terlalu lama (ribuan tahun). Pendiri Kodak, George Eastman, yang kaya dan terkenal, dia bunuh diri pada umur 60 tahun. Dia menulis surat bunuh diri yang isinya: ‘Saya sudah hidup penuh, jadi buat apa lagi hidup?’. Dan ada benarnya. Dia sudah kaya, terkenal, bermanfaat bagi masyarakat banyak, sering beramal, jadi dia sudah merasa pol hidup sebagai manusia, jadi bosan. Mungkin dia ingin jadi jin, lalu malaikat, lalu setan, lalu binatang lalu tumbuhan, entahlah, mungkin dia percaya reinkarnasi. Yang jelas dia bunuh diri bukan karena stres tetapi karena pertimbangan rasional. Sama misalnya dengan banyak orang yang tetap memelihara pertemanan padahal hubungan teman itu sudah tidak pas lagi, ya sebaiknya dilepaskan saja. Kalau kita sudah tidak perlu sesuatu, lepaskan saja. Bagi George Eastman, ia sudah tidak perlu bangun lagi. Kalau anda merasa hidup anda sudah penuh pada usia 40 tahun atau 50 tahun, ya silahkan apa anda mau mengikuti George atau hidup terus. Nyatanya banyak orang yang hidup lama tanpa pernah kerja dan tanpa pernah berpikir serius tentang masa depan.
  • 44. Atau anda adalah orang miskin yang merasa hidup terlalu berat, atau bencong yang merasa benci terhadap nasib, atau siapapun yang merasa hidupnya berat dan betapa mobilitas sosial itu lambat (90% orang tetap berada dalam kategori status sosial yang sama dengan orangtua mereka, jika orangtua anda miskin besar kemungkinan anda juga miskin, jika orangtua anda kelas menengah anda juga kelas menengah, jika orangtua anda kaya ya anda kaya. Mungkin beda-beda sedikit saja.), bisa saja anda seperti ribuan petani India yang karena dililit hutang akibat WTO membuka pasar bebas sehingga harga produk mereka jadi begitu rendah akhirnya bunuh diri massal, atau petani di Kalimantan yang ketika krisis moneter bunuh sekeluarga daripada mereka disiksa penagih hutang. Hidup memang begitu.
  • 45. Penutup Nyatalah bahwa perlu tidaknya seseorang itu kerja dipengaruhi berbagai faktor. Sejarah menunjukkan sistem kerja kantor baru ada sekitar 90 tahun yang lalu diawal tahun 1910an. Ketika sistem produksi masal mulai dikenal luas dan industri melebar kemana-mana. Tadinya orang bekerja enam hari, sekarang bagi sebagian orang ada yang sudah bekerja lima hari saja. Walaupun di Jepang sehabis perang tahun 1945, semua orang kerja setiap hari dengan niat ‘Membangun Jepang’. Sedangkan di Zimbabwe tingkat pengangguran (tidak semua orang yang tidak kerja pengangguran. Pengangguran adalah orang yang mau kerja tapi nggak dapat kerja) mencapai 90%. Saat ini ada 3 miliar orang yang hidup miskin di dunia, walaupun lebih dari setengah jumlah itu bekerja. Dari anak kecil yang menjadi pengemis sampai kakek-kakek dan nenek-nekek pemungut sampah. Disisi lain ada saja generasi ketujuh orang superkaya yang tidak pernah terpaksa kerja (sudah lebih dari tujuh generasi hidup enak), seperti kisah sebuah keluarga Italia yang buyut mereka sudah berkuasa di Florence sejak tahun 1400 dan punya tanah perkebunan luas dan ribuan kuda. Itu mungkin kehidupan yang didambakan banyak orang. Menunggang kuda yang bagus, dipegunungan udara segar di Italia, punya rumah megah, dan mengetahui sudah tradisi keluarga anda selama 600 tahun untuk tidak perlu kerja, tapi kerja untuk bersenang-senang saja. Karena memang kerja itu menyehatkan. Sama seperti otot akan sakit atau lemah bila tidak pernah digunakan, kita juga bisa sakit bila malas-malasan atau hidup tanpa tujuan. Kerja memberikan kita tujuan. Maka itu seorang ibu yang serius membesarkan anaknya sedang bekerja.
  • 46. Seorang pembaharu dan pendobrak budaya sedang bekerja. Ingat lho, 90 tahun yang lalu perempuan dan kulit hitam tidak boleh ikut voting di Amerika. Jadi bekerja belum tentu demi uang. Dan orang yang dapat uang belum tentu bekerja. Dan orang yang bekerja dan dapat uang belum tentu benar, seperti para koruptor atau orang yang menerima miliaran uang suap atau ‘hibah’. Apakah kita ingin hidup kotor seperti itu? Atau hidup sewajarnya, bermanfaat, dan nyaman seperti Thoreau dan Epicurus. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Epicurus bilang kekayaan yang sesungguhnya adalah kesehatan, persahabatan dan pengembangan diri (True wealth is about good health, good relationships, and continued self-improvement), kunci kebahagiaan adalah tidak berlebihan (Practice moderation), jangan terlalu banyak pilihan (We’re actually happier with limited options), jangan kecanduan barang dan mengikuti hawa nafsu karena itu menghancurkan hidup (addiction and impulsiveness ruin lives), jangan bandingkan diri dengan orang lain (Don’t compare yourself with others) dan hidup dimasa sekarang, fokus kepada kehidupan kita sendiri (Don’t let the past eat away your happiness, focus on the now, focus on your own life, on your own goals.) Apakah mungkin dunia ada tanpa kerja? Tanpa kata ‘kerja’ mungkin saja tetapi tanpa definisi kata ‘kerja’ tidak mungkin. Bagaimana bila semua orang tidak kerja? Ini pertanyaan yang sama absurdnya dengan bertanya bagaimana bila semua orang kerja? Jelas tidak mungkin, karena bayi tidak mungkin kerja kan? Jadi pertanyaan ‘What if’ yang seperti ini tidak perlu ditanyakan apalagi dijawab. Jawablah khusus untuk diri anda sendiri, karena situasi anda tidak mungkin sama dengan kondisi orang lain.