Program Pembelajaran Individu (IEP) untuk Anak Autism "Son Rise Program" memberikan terapi perkembangan yang berfokus pada minat, kekuatan, dan tingkat perkembangan anak untuk meningkatkan keterampilan sosial, emosional, dan intelektual anak. Program ini dilakukan di rumah dan dikembangkan untuk anak-anak dengan gangguan spektrum autisme dan gangguan perkembangan lainnya. Tujuannya adalah membantu anak mandiri ketika
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
implementasi program Son rise kepada anak autism berat
1. Program Pembelajaran Individu (IEP) untuk Anak Autism
“Son Rise Program”
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa itu Son Rise program, dalam buku
yang saya baca yaitu sejenis terapi perkembangan .Caranya dengan mempelajari minat
anak, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, dan kemudian ditingkatkan
kemampuan sosialnya, emosionalnya dan intelektualnya. Program ini berbasis rumah
untuk anak-anak dengan gangguan spektrum autisme dan gangguan perkembangan
lainnya, yang dikembangkan oleh Barry Neil Kaufman dan Samahria Lyte Kaufman.Jadi
biarkan anak melakukan apa yang akan dilakukannya, kita pun harus mengikuti apa
yang anak lakukan. Jadi kita masuk dulu kedunia anak, barulah kita tarik anak itu
kedalam dunia kita. Mengajarkan anak dengan interaktif dan tidak adanya punishment
(hukuman) untuk anak apabila ia melakukan kesalahan, semua dilakukan untuk
meningkatkan interkasi sosial pada anak tersebut. Jadi disini saya akan mencoba dan
mengaplikasikan kepada Mukti, yaitu bagian dari kegiatan program Son Rise.
Nama Anak : Zyan Risyad Mukti
Kelas : 2 SD ( SLB Mini bahkti )
Usia : 10 tahun
Program IEP : Son Rise
Tanggal pembuatan : 24 April 2013
Review program : 5 Juni 2013
Penanggung jawab Program : Orang tua, Guru , Mahasiswa
Media dalam Program : Wafer, Sosis, dan Kotak Susu ( Sesuai rekomendasi persetujuan Orang
tua dan guru).
2. Kemampuan Anak Saat Ini:
1. Mukti mampu mengikuti kegiatan dan tidak memberontak ketika akan diajak berinteraksi
sosial dengan kegiatan Makan.
2. Mukti mampu berkonsentrasi terhadap aktivitas (makan) yang dilakukannya
Tujuan
Program
Mukti mampu
berinteraksi
sosial dengan
menunjukan
sikap
kemandirian
ketika Makan.
Kegiatan awal
Proses
Waktu
Tempat
Guru membiarkan
Mukti melakukan apa
saja, dan Guru
mengikuti apa yang
Mukti lakukan
2 x seminggu Ruang Kelas
@ 30 menit khusus
Guru mulai
mengeluarkan
makanan dan guru
mendekati Mukti.
Evaluasi
Program
Diharapkan
Mukti mampu
makan dan
Minum
dengan
Mandiri.
Mukti dan guru duduk
dalam satu meja dan
saling bertatapan.
Guru menyuapi
makanan ke dalam
Mukti, setelah itu guru
membantunya agar ia
bisa memegang
makanannya sendiri
Proses
2 x seminggu Ruang Kelas
@ 30 menit khusus
Guru mencoba kembali
perlahan membantu
Mukti untuk
memegang kembali
makanannya. Setelah
mukti memegang
makanannya barulah
kita melepasnya dan
biarkan ia makan
dengan tangannya
sendiri
Guru memasukan
sedotan ke mulut
Mukti dan biarkan ia
sambil minum, disaat
ia minum dan
menyedot susunya
barulah kita selipkan
2 x seminggu Ruang Kelas
@ 30 menit khusus
Kegiatan akhir
Mukti dan guru
berada disebelah
Mukti.
Guru mulai
mengeluarkan kotak
susu dengan
sedotannya.
Waktu
Tempat
2 x seminggu Ruang Kelas
@ 30 menit khusus
3. kotak susu di
genggaman tangannya.
Itu membuat dia
mandiri ketika minum
susu.
DESKRIPSI IEP terhadap Mukti
Ketika itu saya melakukannya disaat Mukti sedang beristirahat, karena itu saya membawakan
makanan untuknya. Awalnya saya membawakan gambar-gambar makanan yang saya bawa,
karena saya juga ingin mencoba program PECS, tapi benar dugaan saya bahwa ia tidak tertarik
sama sekali dengan gambar-gambar makanan tersebut. Didalam video pendek , saya
mengaplikasikan bagian dari program son rise yaitu mengajak Mukti berinteraksi sambil makan.
Mukti terlihat sangat lapar, ini terlihat ketika saya menyuapi makanan kedalam mulutnya. Dari
hasil wawancara keluarga Mukti, Mukti tidak pernah ada pantangan memakan apapun. Jadi
saya membawa wafer, sosis, snack dan susu. Makanan itu semua karena persetujuan
rekomendasi dari orang tua dan guru. Mukti memang terlihat sangat sulit jika diajak
berinteraksi, oleh karena itu kita memang harus mempunyai jiwa yang sangat sabar dalam
melakukan hal ini. Awalnya ia memegang wafer yang ia pegang dengan meremasnya sampai
hancur, ketika itu saya tarik wafernya dan saya tempelkan perlahan-lahan didalam
genggamannya lalu saya tahan pula genggamannya dan perlahan ia pun bisa memakan wafer
dengan tangannya sendiri meskipun memakai sedikit bantuan.
Begitu juga dengan minum susu, lebih mudah memakai sedotan. Awalnya saya sangat
perlahan memasukan sedotan ke mulut Mukti karena saya harus berhati-hati takutnya ia bisa
menelannya. Ternyata reaksi Mukti ketika ada sedotan dimulutnya, ia langsung menyedotnya
4. secara perlahan. Akan tetapi kotak susu itu pun masih saya pegang karena bila dipegang Mukti,
kotak susu pun akan rusak diremasnya. Selanjutnya saya akan mencoba supaya Mukti bisa
memegang kotak susu secara perlahan sambil menyedotnya. Pertama saya harus memegang
tangan Mukti yang genggamannya keras,setelah itu saya masukan lagi sedotannya ke mulut
Mukti, nah sambil menyedot susunya ternyata Mukti tidak sadar, kotak susu yang saya
masukan kedalam tangannya bisa ia pegang dengan sempurna. Saya sangat senang sekali
melakukan hal sederhana terhadapnya, akan tetapi itu membuat saya sadar bahwa anak autis
harus ditangani secara berkala dan teratur, serta butuh kesabaran bagi kita untuk
menanganinya.