1. BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sangat cepat
mengakibatkan suatu perubahan di segala bidang kehidupan. Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan
dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan secara optimal guna mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta meningkatkan daya saing lulusan guna menghadapi
ketatnya persaingan dan tantangan dunia kerja. Oleh karena itu, inovasi di
bidang pendidikan sangat diperlukan agar kualitas pendidikan terus
meningkat sehingga memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Usaha mencapai keberhasilan pembangunan dalam bidang
pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab dari pemerintah
semata, melainkan juga seluruh masyarakat termasuk di dalamnya adalah
guru. Guru dituntut menjadi seorang pendidik yang aktif, kreatif, inovatif
dan profesional. Hal itu dapat ditunjukkan melalui metode pembelajaran
yang digunakan guru dalam mengajar di kelas
Dalam pelaksanaan metode pembelajaran di kelas, selama proses
pembelajaran siswa seharusnya aktif dan ikut terlibat secara langsung, agar
siswa memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran. Namun
1
2. penerapan yang terjadi di lapangan sangat berbeda dengan apa yang
diharapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan KTSP yang sudah diterapkan,
belum sesuai dengan tujuan yang dikembangkan. Berdasarkan survei
peneliti di lapangan, khususnya di SMA Negeri 2 Pacitan, metode
pembelajaran ekspositori masih tampak mendominasi kegiatan belajar.
Dalam proses belajar mengajar, komunikasi hanya berpusat pada guru, dan
siswa hanya sesekali dapat bertanya. Guru kurang dapat mengetahui
sampai dimana siswa telah memahami materi, dan hanya sedikit pengajar
yang dapat menjadi pembicara baik sehingga pada siswa dapat terbentuk
konsep lain yang tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh guru. Efek dari
metode ekspositori adalah siswa menjadi pasif, cenderung mengahafal dan
menimbulkan rasa jenuh pada siswa sehingga tidak termotivasi lagi untuk
belajar. Efek tersebut sangat menghambat keaktifan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas.
Keaktifan siswa dapat ditingkatkan melalui tanya jawab antara
guru dengan murid. Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan guru harus
dijawab murid atau mungkin murid berbalik bertanya jika ada sesuatu
yang tidak jelas. Aktivitas siswa menjadi semakin besar dengan kegiatan
tanya jawab seperti ini.
Kegiatan tanya jawab dapat dimasukkan kedalam suatu metode
baru yang tujuanya adalah untuk mengembangkan metode ekspositori
yang selama ini dilakukan. Metode pembelajaran yang dikembangkan
harus disesuaikan dengan pengajaran yang telah diberikan oleh guru dan
2
3. bisa meningkatkan keaktifan siswa. Siswa dengan keaktifan tinggi,
sedang, maupun rendah juga menjadi faktor terhadap hasil belajar siswa.
Keaktifan siwa yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan rendahnya
hasil belajar. Hasil belajar yang rendah dapat ditingkatkan secara
maksimal pada setiap mata pelajaran, tidak terkecuali pada mata pelajaran
Matematika.
Solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti
mencoba menerapakan metode pembelajaran tanya jawab. Metode Tanya
jawab adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru
bertanya dan murid menjawab bahan materi yang diperolehnya. Adapun
tujuan metode tanya jawab yakni untuk mengetahui seberapa jauh
kefahaman siswa terhadap materi, memberi kesempatan siswa bertanya
apa yang belum difahami, memotivasi siswa dan melatih anak berfikir
berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran yang orisinil.
Pada kesempatan ini, peneliti mencoba menerapkan metode tanya
jawab untuk mengajar mata pelajaran Matematika kepada siswa kelas X
SMA Negeri 2 Pacitan. Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa guru
matematika, diperoleh informasi bahwa materi pada pokok bahasan
Bentuk Pangkat dan Bentuk Akar merupakan materi yang masih sulit
dipahami oleh siswa, serta banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan bentuk pangkat dan bentuk akar, selain itu batas
KKM ( Ketuntasan Kelulusan Minimal ) yang harus dicapai oleh setiap
siswa sekarang lebih tinggi dari tahun yang kemarin. Oleh karena itu perlu
3
4. diteliti tentang keefektivan Metode Pembelajaran Tanya Jawab pada
Pokok Bahasan Bentuk Pangkat dan Bentuk Akar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Ditinjau dari Keaktifan Siswa pada Siswa Kelas X SMA
Negeri II Pacitan Tahun Ajaran 2012/2013.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang permasalahan di atas dan
menyadari pentingnya pelajaran matematika telah banyak usaha yang
dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran matematika, maka diperoloeh
beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut
1.
Penerapan metode pembelajaran ekspositori yang masih mendominasi
kegiatan belajar mengajar.
2.
Guru kurang dapat mengetahui sampai dimana siswa telah memahami
materi.
3.
Hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara baik sehingga
pada siswa dapat terbentuk konsep lain yang tidak sesuai dengan yang
dimaksud oleh guru.
4.
Siswa cenderung pasif dan merasa jenuh sehingga tidak termotivasi lagi
untuk belajar.
5.
Keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika yang
kurang maksimal.
6.
Pokok bahasan Bentuk Pangkat dan Akar
masih sulit dipahami oleh siswa.
4
merupakan materi yang
5. 7.
C.
Nilai hasil belajar Matematika yang dicapai siswa belum maksimal.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka dilakukan pembatasan
masalah agar penelitian dapat terarah dan mendalam, yaitu difokuskan pada
hal-hal sebagai berikut.
1.
Metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada metode
pembelajaran Tanya Jawab. Metode Tanya Jawab merupakan suatu
cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaanpertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut.
Pertanyaaan yang diajukan bervariasi serta disajikan dengan cara yang
menarik.
2.
Standart kompetensi yang diberikan yaitu materi pada pokok bahasan
Bentuk pangkat dan Bentuk Akar. Pemilihan materi disesuaikan dengan
materi SMA semester ganjil saat berlangsungnya penelitian.
3.
Hasil belajar matematika dibatasi pada hasil tes setelah pembelajaran
melalui proses belajar mengajar di kelas eksperimen x.5 dan kelas
kontrol x.6 pada subpokok bahasan Bentuk Pangkat Dan Bentuk Akar.
4.
Keaktifan siswa yang dimaksud didapat dari pengisian angket keaktifan
belajar siswa yang diberikan kepada masing – masing siswa pada awal
penelitian dan kegiatan siswa selama penelitian berlangsung.
5.
Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 2
Pacitan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
5
6. D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan diatas, maka penulis memaparkan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah hasil belajar Matematika dengan menggunakan metode tanya
jawab lebih baik daripada menggunakan metode ekspositori?
2.
Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan
siswa tinggi lebih baik daripada siswa yang keaktifan sedang dan
rendah, serta hasil belajar siswa dengan keaktifan sedang lebih baik
daripada siswa dengan keaktifan rendah?
3.
Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan keaktifan
siswa terhadap hasil belajar matematika siswa?
E.
Tujuan Penelitian
Dengan adanya rumusan masalah yang sudah disebutkan diatas,
maka diharapkan adanya tujuan penelitian disetiap rumusan masalah,
adapun tujuanya yaitu:
1.
Untuk
mengetahui
apakah
hasil
belajar
Matematika
dengan
menggunakan metode tanya jawab lebih baik daripada menggunakan
metode ekspositori.
2.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang
mempunyai keaktifan siswa tinggi lebih baik daripada siswa yang
6
7. keaktifan sedang dan rendah, serta hasil belajar siswa dengan keaktifan
sedang lebih baik daripada siswa dengan keaktifan rendah.
3.
Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode mengajar
dengan keaktifan siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
F.
Manfaat penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan pada tingkat teoritis kepada pembaca dan guru dalam
meningkatkan
hasil
belajar
siswa.
Penelitian
ini
juga
dapat
meningkatkan kemampuan profesionalisme guru untuk mengarahkan
dan membimbing siswa dalam belajar matematika
2.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui metode
pembelajaran tanya jawab. Hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan manfaat untuk guru, siswa dan sekolah. Bagi siswa,
penelitian ini berguna untuk membantu meningkatkan hasil belajar.
Bagi guru, penelitian ini merupakan masukan dalam memperluas
pengetahuan dan wawasan mengenai cara pembelajaran yang baik dan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Bagi
sekolah hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka
perbaikan pembelajaran matematika.
7
8. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
Dalam penelitian teori merupakan dasar dalam memahami masalah
yang diteliti. Karena tidak semua teori dapat digunakan, maka perlu
diperlukan pengkajian teori-teori kepustakaan yang relevan dengan masalah
yang diteliti. Maka dengan cara seperti itu, penelitiannya akan memiliki dasar
teori yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.
Hasil Belajar Matematika
a.
Belajar
Dalam
proses
pembelajaran,
unsur
proses
belajar
memegang peranan yang penting. Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, berdasarkan
pada proses belajar yang dialami siswa di sekolah maupun di
lingkungan rumah.
Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat
dengan apa yang disebut belajar. Seseorang yang telah belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan,
ketrampilan, maupun dalam sikap. Perubahan tingkah laku dalam
aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari
bodoh menjadi pintar. Perubahan tingkah laku dalam aspek
ketrampilan yaitu tidak bisa menjadi bisa, dari tidak trampil menjadi
8
9. trampil. Sedangkan perubahan tingkah laku dalam sikap yaitu dari
ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan.
1) Pengertian Tentang Belajar
Berikut
ini
beberapa
pengertian
belajar
menurut
beberapa ahli:
a) Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 1) mengemukakan bahwa
belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraanjenis dan jenjang
pendidikan.
b) Menurut Gagne dan Berlineer (dalam Chatarina Tri Aini dkk,
2004: 2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme
mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
c) Slameto (2003: 2) menjelskan bahwa belajar ialah suatu
proses untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
2) Unsur-unsur Belajar
Gagne (dalam Catharina Tri Anni dkk, 2004: 3)
menyebutkan unsur-unsur dalam belajar adalah sebagai berikut:
a) Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pemelajar, warga
belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ
penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan;
otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil
9
10. penginderaannya ke dalam memori yang kompeks; dan syarat
atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang
menunjukkan apa yang telah dipelajari.
b) Rangasangan
(stimulus).
Peristiwa
yang
merangsang
penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus. Dalam
kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di
lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman,
gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di
lingkungan seseorang. Agar pebelajar mampu belajar
optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang
diminati.
c) Memori. Memori pembelajar berisi pelbagai kemampuan
yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dihasilkan dari aktifitas belajar sebelumnya.
d) Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori
disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus,
maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian
memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon
dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang
disebut
perubahan
perilaku
atau
perubahan
kinerja
(performance).
Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut. Aktivitas belajar akan terjadi pada diri
10
11. pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus
dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu
sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan
perilaku
pada
diri
pembelajar
itu
menunjukkan
bahwa
pembelajar telah melakukan aktivitas belajar.
3) Ciri-ciri Belajar
Hamalik (dalam Drs. Asep Jihad dan Dr. Abdul Haris,
2008: 3) memberikan ciri-ciri belajar, yaitu:
a) Proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan
melampaui.
b) Melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran
yang berpusat pada suatu tujuan tertentu.
c) Bermakna bagi kehidupan tertentu.
d) Bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong
motivasi secara keseimbangan.
e) Dipengaruhi pembawaan dan lingkungan.
f) Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual.
g) Berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman
dan hasil-hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan
anda sebagai peserta didik.
h) Proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status
dan kemajuannya.
i) Kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
11
12. j) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain
tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.
k) Di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa
tekanan dan paksaan.
l) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan
keterampilan.
m) Dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat
dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
n) Lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
kecepatan berbeda-beda.
o) Bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah jadi tidak
sederhana dan statis.
4) Ranah Belajar
Benyamin S. Bloom (dalam Catharina Tri Anni dkk,
2004: 6)
mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan
ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Namun Bloom hanya merinci kategori jenis
perilaku pada ranah kognitif, sedangkan kategori jenis perilaku
ranah afektif dan ranah psikomotorik dirinci oleh para
pengikutnya.
12
13. a) Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa
pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah
kognitif mencakup kategori berikut :
(1) Pengetahuan (knwledge)
(2) Pemahaman (comprehension)
(3) Penerapan (application)
(4) Analisis (analysis)
(5) Sintesis (synthesis)
(6) Penilaian (evaluation)
b) Ranah Afektif (affective domain)
Taksonomi
dikembangkan
oleh
tujuan
pembelajaran
Krathwohl
dan
afektif
kawan-kawan,
merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Kategori
tujuan pembelajaran afektif adalahsebagai berikut :
(1) Penerimaan (receiving)
(2) Penanggapan (responding)
(3) Penilaian (valuing)
(4) Pengorganisasian (organization)
(5) Pembentukan Pola Hidup (organization by a value
complex)
13
14. c) Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain)
Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik
menurut Elizabeth Simpsons (Gay, 1986) adalah sebagai
berikut:
(1) Persepsi (perception)
(2) Kesiapan (tes)
(3) Gerakan Terbimbing (guided response)
(4) Gerakan Terbiasa (mechanism)
(5) Gerakan Kompeks (complex overt response)
(6) Penyesuaian (adaptation)
(7) Kreativitas (originality)
b. Matematika
Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara
para ahli matematika tentang apa yang disebut matematika itu untuk
mendiskripsikan definisi dari matematika, para matematikawan
belum pernah mencapai satu titik puncak kesepakatan yang paten.
Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi berbeda yang
dikemukakan para ahli mungkin disebabkan oleh sudut pandang,
kemampuan, pemahaman, pengalamannya masing-masing.
Menurut Sujono Matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain
itu Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang
14
15. logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan (dalam Abdul
Halim Fathani,2009:19).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723)
disebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilanganbilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Bourne
juga
memahami
Matematika
sebagai
konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how,
yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam
mengonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya
(dalam
Abdul
Halim
Fathani,
2009:19).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu yang berkenaan alat hitung yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun fungsi dan tujuan pembelajaran
matematika adalah sebagai berikut:
1) Fungsi matematika berdasarkan kurikulum adalah sebagai
wahana untuk:
a) Mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi
dengan
menggunakan bilangan dan simbol.
b) Mengembangkan ketajaman dalam penalaran yang dapat
untuk menyeleasaikan permasalahan dalam kehidupan seharihari
15
16. 2) Tujuan siswa mempelajari matematika yaitu agar memiliki
kemampuan dalam:
a) Menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan).
b) Melakukan manipulasi secara matematika.
c) Mengorganisasi data.
d) Memanfaatkan simbol, tabel, diagram, dan grafik.
e) Mengenal dan menemukan pola.
f) Menarik sebuah kesimpulan.
g) Membuat kalimat atau model matemtika.
h) Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang.
i) Memeahami pengukuran dan satuan-satuannya.
j) Menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika.
(Asep Jihad, 2008: 153)
c.
Hasil Belajar
Berdasarkan pengertian belajar tersebut di atas, hasil belajar
merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam
penguasaan pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman
dan latihan yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.
Abdurrahman (1999) mengatakan bawa “ hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar” (dalam Jihad dan Haris, 2008: 14). Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilakau yang relatif menetap.
16
17. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya
guru menetapakan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
intruksional .
Menurut Hemalik “hasil-hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta
apersepsi dan abilitas”. Sedangkan Juhah (2004) mengatakan “hasil
belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai
akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan” (dalam Jihad dan Haris,
2008:15).
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan yang
dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh
siswa dari serangkaian tes yang dilaksanakan setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran.
d. Hasil Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723)
disebutkan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilanganbilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Purwoto(2003:12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika
adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang
17
18. struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan
postulat dan akhirnya ke dalil”. Sedangkan R. Soejadi (2000: 11)
mengemukakan bahwa ada beberapa definisi dari matematika, yaitu
sebagai berikut:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisir secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif
dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang
logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan,
kalkulasi, penalaran, logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan
bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang
struktur yang terorganisir.
Berdasarkan pengertian hasil belajar dan matematika yang
telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses
18
19. belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri
seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang
dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.
2.
Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan
dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode
mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikilogi dan
pendidikan (Djamarah & Zain, 2006: 46).
Dalam kegiatan belajar mengajar guru, tidak harus terpaku
dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan
metode yang bervariasi agar jalannya pembelajaran tidak membosankan,
tetapi menarik perhatian anak didik. Oleh karena itu, disinilah
kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.
Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak
selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaannya. Surakhmad (dalam Djamarah dkk. 2006:
46) menggunakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan
metode mengajar sebagai berikut:
a. Tujuan dan berbagai-bagai jenisnya;
19
20. b. Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya;
c. Situasi yang berbagai-bagai keadaannya;
d. Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya;
e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah suatu cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa yang diajar.
a.
Metode Ekspositori
1) Pengertian Metode Ekspositori
Wina Sanjaya (2008:179) menyatakan bahwa: “Metode
ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach)”.
Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat
dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Selanjutnya
mengatakan
Dimyati
metode
dan
ekspositori
Mudjiono
adalah
(1999:172)
memindahkan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.
Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program
pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi
fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan
20
21. informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi.
Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang
benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3)
menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.
Dari
uraian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori yaitu
metode mengajar dengan cara menyampaikan ide atau gagasan
dengan lisan atau tulisan. Cara memberikan suatu informasi
kepada peserta didik sebelumnya telah diolah tuntas oleh guru.
Dalam proses belajar mengajar komunikasi hanya berpusat pada
guru. Siswa hanya sesekali dapat bertanya.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Metode Ekspositori
Pada Pelaksanaannya metode ekspositori memiliki
prosedur-prosedur pelaksanaan, secara garis besar digambarkan
oleh Wina Sanjaya (2008) sebagai berikut :
a) Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan
siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekspositori,
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung
pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam
melakukan persiapan yaitu :
(1) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
21
22. (2) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk
belajar.
(3) Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa
(4) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang
terbuka.
b) Penyajian (Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian
materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah
bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap
dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini
diantaranya : Penggunaan bahasa, intonasi suara, Menjaga
kontak mata dengan siswa, serta menggunakan kemampuan
guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap hidup dan
menyenangkan.
c)
Korelasi (Correlation)
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk
memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna
untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas
kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d)
Menyimpulkan (Generalization)
22
23. Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti
(core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Sebab
melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat mengambil inti
sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula
memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran
suatu paparan. Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan
penjelasan guru. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan cara
mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok
persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan
dengan materi yang diajarkan, dan membuat maping atau
pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.
e) Mengaplikasikan (Aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan
siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah
ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
pembelajaran ekspositori. Sebab melalui langkah ini guru
akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan
dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya,
dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan
memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk
dikerjakan oleh siswa.
23
24. 3) Prinsip-prinsip Metode Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya (2008:181) dalam penggunaan
metode ekspositori terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang
harus diperhatikan oleh setiap guru antara lain :
a) Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan
ciri utama dalam metode ini, namun tidak berarti proses
penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan
itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan metode ini.
b) Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses
komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan
dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau
sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang telah
diorganisir dan disusun dengan tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai
sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.
c) Prinsip Kesiapan
Dalam teori
belajar
koneksionisme, “kesiapan”
merupakan salah satu hubelajar.Inti dari hukum ini adalah
guru harus terlebih dahulu memosisikan siswa dalam keadaan
24
25. siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima
pelajaran. Jangan memulai pelajaran, manakala siswa belum
siap untuk menerimanya.
d) Prinsip Berkelanjutan
Proses
pembelajaran
ekspositori
harus
dapat
mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran
lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada
saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
4) Kekurangan dan Kelebihan Metode Ekspositori
Menurut
Purwoto
(2003:
67)
dinyatakan
Metode
ekspositori memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan :
a) Dapat menampung kelas besar.
b) Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
c) Guru dapat menentukan hal-hal yang dianggap penting.
d) Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara
individual maupun klasikal.
Selain
mempunyai
beberapa
kelebihan,
metode
ekspositori juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu antara lain:
a) Metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik
seperti aktivitas mental siswa, sehingga siswa yang terlalu
banyak mengikuti pembelajaran (kegiatan belajar mengajar)
25
26. dengan metode ekspositori cenderung tidak aktif dan tidak
kreatif.
b) Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi
(bahan pelajaran).
c) Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat
hilang, karena seringkali siswa kurang terlibat daam
pembelajaran.
d) Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat
berakibat siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang
diberikan.
b. Metode Tanya Jawab
1) Pengertian Metode Tanya Jawab
Adapun pengertian metode tanya jawab yang dikemukakan
oleh para ahli yaitu :
a) Menurut Roestiyah N.K , metode tanya jawab adalah suatu
teknik untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit
pemikirannya
untuk
bertanya,
selama
mendengarkan
pelajaran, atau guru mengajukan pertanyaan siswa yang
menjawab.
b) Menurut Team Didaktik Metodik, metode tanya jawab
adalah suatu cara dimana guru pada umumnya berusaha
menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta tertentu
26
27. yang sudah diajarkan, atau apakah proses pemikiran yang
dipakai oleh siswa.
c) Menurut Soetomo (1993:150), metode tanya jawab adalah
suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi
pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau
sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab
pertanyaan murid itu.
d) Menurut Syaiful Bahri Djammarah (2000:107), metode
tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru
kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa,
metode tanya jawab adalah suatu metode dalam pendidikan dan
pengajaran dimana guru bertanya dan murid menjawab bahan
materi yang diperolehnya. Dengan menggunakan metode ini
siswa menjadi lebih aktif dari pada belajar mengajar dengan
metode
ekspositori.
Sebab,
pertanyaan–pertanyaan
yang
diajukan guru harus dijawab siswa. Atau mungkin siswa balik
bertanya jika ada sesuatu yang tidak jelas baginya.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Metode Tanya Jawab
Langkah-langkah pengajaran dengan metode tanya jawab
adalah :
27
28. a) Guru mengawali menanyakan sesuatu yang berkaitan
dengan materi yang dibahas.
b) Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan itu.
c) Bila jawaban yang diberikan oleh siswa kurang tepat atau
salah, guru memberikan pertanyaan baru yang sifatnya
menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang
diberikannya kurang tepat. Bila tetap tidak bisa menjawab
dengan benar maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada
siswa yang lain.
d) Bila siswa masih kesulitan mencari jawaban, maka guru
membantu mencari jawaban dengan menunjukkan alat
peraga yang relevan.
e) Bantuan kepada proses berpikir dapat pula berupa contohcontoh kongkrit
yang terdapat di masyarakat atau
lingkungan.
f)
Bila dengan bantuan tersebut siswa belum juga menjawab
dengan tepat, guru memberi kesempatan kepada para siswa
untuk bertanya jawab antar siswa.
g) Tanya jawab tersebut seringkali dilanjutkan dengan tanya
jawab segi tiga, yaitu guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa.
h) Bila segala model tanya jawab tersebut menemui jalan
buntu, dalam arti tidak ada satupun siswa yang menjawab
28
29. pertanyaan dengan tepat, maka gurulah yang turun tangan
menjawab pertanyaan itu yang biasanya dilengkapi dengan
penjelasan yang cukup mendalam agar siswa benar-benar
memahaminya.
3) Prinsip dan Teknik Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab merupakan salah satu metode
mengajar yang mempunyai peranan meningkatkan kadar berfikir
siswa.
Menurut Donald C. Orlich (1990: 195) semua pertanyaan
diklasifikasikan kepada tiga kategori yaitu:
a)
convergent terfokus pada tujuan yang terbatas atau lebih
terarah kepada jaewaban tertentu
b) divergent terarah pada respon siswa yang bervariasi
terhadap pertanyaan guru tiap siswa dapat merespon
berbeda dari yang lain
c) evaluative merupakan pertanyaan divergent yang ditambah
evaluasi berdasarkan kriteria yaitu ketika siswa menjawab
pertanyaan dengan argumentasi atau alasan berdasarkan
kriteria.
Prinsip- prinsip dalam metode tanya jawab antara lain :
a) prinsip keserasian
b) prinsip integrasi
c) prinsip kebebasan
29
30. d) prinsip individual
Prinsip-prinsip ini adalah dasar atau landasan yang
dipergunakan dalam metode tanya jawab.
Dalam setiap metode yang ada dalam pembelajaran pasti
diperlukan tehnik agar pembelajaran bisa berjalan secara baik,
berikut ini berbagai tehnik yang digunakan guru dalam
mengajukan pertanyaan:
a) The Mixe Strategy yakni mengkombinasikan berbagai tipe
dan jenis pertanyaan.
b) The Speaks Strategy yakni menggunakan pertanyaan yang
saling bertalian satu sama lain.
c) The Pleteaus Strategy yakni mengajukan pertanyaan yang
sama jenisnya terhadap sejumlah siswa sebelum beralih
kepada jenis pertanyaan yang lain.
d) The Inductive Strategy yakni dengan berbagai pertanyaan
siswa didorong untuk menarik generalisasi dari hal-hal
khusus ke hal-hal yang umum atau berbagai fakta menuju
hukum-hukum.
e) The Deductive Strategy yakni Generalisasi yang dijadikan
sebagai titik tolak, siswa diharapkan dapat menyatakan
pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang
ditanyakan.
30
31. 4) Kekuranagan dan Kelebihan Metode Tanya Jawab
Sebagai salah satu metode interaksi edukatif, metode tanya
jawab mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
metode lainnya. Di samping terdapat kelemahan-kelemahannya.
Menurut Imansyah Ali Pandie kelebihan metode tanya jawab
terletak pada:
a) Suasana kelas lebih hidup karena murid-murid berpikir
aktif.
b) Sangat
positif
untuk
melatih
anak
untuk
berani
mengemukakan pendapat secara lisan dan teratur.
c) Murid yang biasanya malas memperhatikan menjadi lebih
hati-hati dan sungguh-sungguh mengikuti pelajaran.
d) Walaupun pelajaran berjalan agak lambat tetapi guru dapat
melakukan kontrol terhadap pemahaman murid.
Sedangkan kelemahan terdapat apabila:
a) Terjadi perbedaan pendapat/jawaban maka akan terjadi
perdebatan sengit sehingga mamakan waktu banyak untuk
menyelesaikan, terkadang murid mengalahkan pendapat
guru.
b) Kemungkinan timbul penyimpangan dari pokok persoalan.
c) Memakan waktu yang lama untuk merangkum bahan
pelajaran.
31
32. 3.
Keaktifan Belajar Siswa
a.
Pengertian Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting
untuk
keberhasilan
proses pembelajaran.
Berikut
ini
dapat
dikemukakan beberapa pengertian keaktifan belajar siswa :
1) Sardiman (2001:98) mengatakan “ aktivitas belajar adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan
berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan”.
2) Rohani (2004:6-7) menyatakan:
Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas,
baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa
giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain,
atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat
atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis
(kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyakbanyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif
jiwanya, begitu sebaliknya.
3) Hermawan (2007:83) berpendapat “keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkontruksi
pengetahuan
mereka
sendiri.
Mereka
aktif
membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka
hadapi dalam kegiatan pembelajaran.
4) Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas, 2005:31) belajar aktif
adalah “suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional
32
33. guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan anatara aspek
kognitif, afektif dan psikomotor”.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa keaktifan belajar siswa adalah keadaan siswa dalam proses
pembelajaran yang ditandai dengan adanya keterlibatan siwa secara
fisik, mental, intelektual dan emosional baik melalui kegiatan
mengalami , menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap
dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses
belajar mengajar.
b. Indikator Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator yang
muncul dalam proses pembelajaran. Indikator tersebut pada dasarnya
adalh ciri-ciri yang tampak dan dapat diamati serta diukur oleh
siapapun yang tugasnya berkenaan dengan pedidikan dan pengajaran
yakni guru dan tenaga kependidikan lainya. Indikator tersebut berupa
tingkah laku siswa yang muncul pada umumnya yaitu: 1) adanya
keaktifan belajar siswa secara individual untuk penerapan konsep
dan prinsip, 2) adanya keaktifan belajar siswa dalam bentuk
kelompok untuk memecahkan masalah, 3) adanya pertisipasi setiap
siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara,
4) adanya keberanian siswa dalam mengajukan pendapat, 5) adanya
keaktifan siswa dalam menganalisis, mensintesis, penilaian, dan
kesimpulan, 6) adanya hubungan sosial antar siswa dalam
33
34. melaksanakan kegiatan belajar mengajar, 7) setiap siswa dapat
mengamati dan memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa
lainnya, 8) adanya kesempatan bagi setiap siswa untuk menggunakan
berbagai sumber belajar yang tersedia, dan 9) adanya upaya siswa
untuk bertanya dan meminta pendapat dari guru.
Indikator keaktifan siswa berdasakan aktivitasanya dalam proses
pembelajaran menurut Paul D. Deirich (dalam Hamalik ,2007)
adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas visual
(visual activities) antara lain: membaca,
mengamati, demonstrasi dan mengamati eksperimen.
2) Aktivitas lisan (oral activities) anatara lain : mengemukakan
fakta/prinsip,
menghubungkan
mengajukan
pertanyaan,
suatu
menjawab
kejadian,
pertanyaan
diskusi,
dan
mengemukakan pendapat.
3) Aktivitas audio (listening activities) antara lain: menyimak
penyajian
materi/informasi
dan
mendengarkan
percakapan/diskusi kelompok .
4) Aktivitas menulis (writting activities) antara lain: mengerjakan
soal tes/problem solving. Mencatat hasil percobaan/pengukuran
dan mencatat hasil diskusi.
5) Aktivitas menggambar antara lain: membuat grafik atau sketsa.
6) Aktivitas motorik (motor activities) antara lain: memilih alat,
merangkai alat, dan melakukan pengukuran.
34
35. 7) Aktivitas mental antara lain: merenungkan, memecahkan
masalah, menganalisis, dan membuat keputusan.
8) Aktivitas emosional antara lain: keberanian dan ketenangan
siswa dalam merespon pertanyaan atau mengajukan pertanyaan
serta mengemukakan pendapat.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan dengan melibatkan faktor-faktor di atas
sebagai obyek penelitian antara lain:
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Aina Mulyana (2007) yang berjudul
“Efekitivitas Upaya penerapan Metode Tanya Jawab dengan Variasi
Media Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran PKN“
Hasil dari penelitian ini adalah:(1) Selama berlangsung PTK, upaya
penerapan metode Tanya Jawab dangan variasi media pembelajaran
telah dikelola dengan baik. (2) Kegiatan pembelajaran dengan metode
Tanya Jawab dengan variasi media yang dikelola dengan baik ternyata
cukup efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa, (3) Media
pembelajaran membuat karangan dan menggambar yang divariasikan
dengan
Metode
Tanya
Jawab
ternyata
cukup
efektif
untuk
menyampaikan materi Pancasila sebagai Dasar Negara dan sebagai
Ideologi Negara, dan (4) Hipotesis tindakan yang menyatakan “apabila
upaya penerapan metode Tanya Jawab
35
dangan variasi media
36. pembelajaran dapat berjalan efekltif, maka hasil belajar siswa akan
meningkat” dapat diterima.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada metodenya yaitu metode
tanya jawab dan pada variabel terikat (hasil belajar), sedangkan
perbedaannya pada tinjauanya (variasi media pembelajaran), subyek
penelitian, mata pelajaran (PKN), pokok bahasannya, dan metode
penelitian (PTK).
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Nidaul Choiriyah (2011) yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Apersepsi Tanya Jawab Terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi Pokok Aritmatika Sosial Pada Peserta Didik Kelas
VII MTs NU Nurul Huda Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Hasil dari penelitian ini adalah : Dari proses penghitungan analisis
korelasi didapat nilai korelasi sebesar 0,587. Melalui uji t diperoleh t
hitung = 4,531> t tabel(0,05)(39) =2,023 dan t hitung = 4,531 > t
tabel(0,01)(39) = 2,708 . Karena t hitung lebih besar dari t tabel berarti
korelasi antara variabel X dengan Y adalah signifikan. Hal tersebut juga
ditunjukkan dari analisis regresi diperoleh nilai Freg = 20,548. Melalui
uji F diketahui bahwa Freg = 20,548 > Ft (0.05) = 4,09 dan Freg =
20,548 > Ft (0.01) = 7,33. Dengan demikian Freg > Ft (0.05 dan 0.01).
Hal ini berarti pemberian Apersepsi Tanya Jawab berpengaruh terhadap
hasil belajar Matematika materi pokok Aritmatika Sosial pada peserta
didik kelas VII MTs NU Nurul Huda Semarang tahun pelajaran
2010/2011.
36
37. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada metode pembelajaran yang
digunakan yaitu tanya jawab, variabel terikatnya (hasil belajar) dan mata
pelajaran (Matematika), sedangkan perbedaannya pada metode penelitian
(metode survei dan teknik analisis regresi satu predictor), dan subyek
penelitian.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Vivit (2009) yang berjudul“Peningkatan
Kemampuan Siswa Melalui Metode Tanya Jawab pada Materi
Pengurangan di Kelas III SDN 4 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten
Cirebon”
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Pembelajaran matematika
sebelum menggunakan metode Tanya jawab dilaksanakan masih bersifat
monoton, dalam arti tidak ada variasi dalam penyampaian materi
pelajaran yang berakibat menurunnya minat dan perhatian siswa pada
pembelajaran tersebut. Menurunnya minat tersebut mengakibatkan
menurunnya aktifitas belajar siswa yang berpengaruh pada hasil belajar
yang diperoleh siswa (2) Proses pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode Tanya jawab mendapat kesan yang baik dari
siswa, hal ini terlihat dari adanya siswa yang termotivasi, aktif
berdiskusi, dan senang mengikuti proses pembelajaran. Saat kegiatan
pembelajaran
siswa
antusias
untuk
mengikuti
pembelajaran.
Menggunakan metode Tanya jawab juga telah mengarahkan aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar yang lebih baik. Terlihat dari respon dalam
observasi dan wawancara baik wawancara guru ataupun siswa menjawab
37
38. senang pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Tanya
jawab dan siswa tidak lagi merasa takut atau tegang dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar siswapun meningkat dengan 70% siswa
diyatakan lulus. (3) Pembelajaran matematika setelah menggunakan
metode Tanya jawab, dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman
siswa dalam operasi pengurangan.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada metode pembelajaran yang
digunakan yaitu tanya jawab dan mata pelajaran ( Matematika),
sedangkan perbedaannya pada variabel terikat (kemampuan siswa),
subyek penelitian, dan metode penelitian (PTK).
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Anny Farihatun Nisa’ (2009) yang
berjudul“Penggunaan
Metode
Drill
dan
Tanya
Jawab
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Perkalian pada siswa Kelas III
MI Al-Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang”.
Hasil dari penelitian ini adalah : penerapan metode drill dan tanya jawab
pada pembelajaran Matematika perkalian dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, dan penggabungan metode drill dan tanya jawab tersebut
menghasilkan kreatifitas, yaitu dengan adanya tepuk perkalian, yang
menjadikan proses pembelajaran dan hafalan siswa lebih menyenangkan.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada metode pembelajaran yang
digunakan yaitu tanya jawab, mata pelajaran (Matematika) dan variabel
terikat (hasil belajar), sedangkan perbedaannya pada subyek penelitian,
dan metode penelitian (PTK).
38
39. C. Kerangka Pikir
Bertolak dari tinjauan teori di atas dapat dibuat suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut ;
Hasil belajar matematika adalah hasil belajar yang di capai siswa
dalam proses belajar matematika sehingga terdapat proses perubahan dalam
pemikiran serta tingkah laku. Hasil belajar matematika di pengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya adalah metode pembelajaran dan keaktifan
siswa.
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya usaha
untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Indikator keberhasilan siswa
dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Banyak siswa yang
menganggap matematika itu sulit. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi mungkin
disebabkan karena banyak siswa kurang aktif mengikuti proses belajar
padahal pada kompetensi dasar menggunakan aturan pangkat, akar dan
logaritma memerlukan banyak diskusi, latihan dan tanya jawab untuk
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Penggunaan metode ekspositori menyebabkan siswa kurang paham, oleh
karena itu diperlukan metode yang mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Metode mengajar merupakan faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil belajar siswa yang optimal. Metode mengajar sangat
bervariasi. Guru dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang
sesuai dengan materi pelajaran agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Oleh
karena itu untuk mengajarkan materi pada kompetensi dasar menggunakan
39
40. aturan pangkat, akar dan logaritma kepada siswa diperlukan suatu metode
yang dapat meningkatkan kemampuan individual siswa. Sehingga apabila ada
kesulitan dalam memecahkan soal, siswa dapat bertanya kepada teman lain
atau guru melalui Metode Tanya Jawab. Metode Tanya Jawab merupakan
suatu metode mengajar yang dapat meningkatkan penguasaan akademis
siswa. Tujuan Metode Tanya Jawab ini adalah untuk mengetahui sampai
sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa. Untuk
merangsang siswa berfikir. Memberi kesempatan pada siswa untuk
mengajukan masalah yang belum dipahami.
Sehingga metode Tanya Jawab dapat memperoleh hasil belajar
matematika pada kompetensi dasar menggunakan aturan pangkat, akar dan
logaritma yang lebih baik daripada penggunaan metode Ekspositori.
Hasil belajar siswa belum tentu sama. Perbedaan ini salah satunya
dipengaruhi oleh keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa adalah
keadaan siswa dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya
keterlibatan siwa secara fisik, mental, intelektual dan emosional baik melalui
kegiatan mengalami , menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap
dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar
mengajar.
Keaktifan belajar siswa di kelompokkan menjadi tiga tipe yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki ketiga tipe keaktifan,
keaktifan tinggi merupakan siswa yang selalu aktif dalam kegiatan belajar
mengajar dan biasanya siswa yang pandai. Akan tetapi, kebanyakan siswa
40
41. bertipe keaktifan sedang. Sesuai dengan cirinya siswa yang keaktifannya
sedang sering aktif dalam proses belajar mengajar dan biasanya hasil
belajarnya cukup baik. Sedangkan siswa dengan keaktifan rendah biasanya
hasil belajarnya lebih rendah dari siswa bertipe keaktifan tinggi dan sedang.
Hal ini dikarenakan siswa tipe keaktifan rendah jarang atau hampir tidak
pernah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Kedua faktor di atas yakni metode Tanya Jawab dan keaktifan siswa
dapat mempengaruhi hasil belajar matematika. Siswa yang bertipe keaktifan
tinggi dan sedang dengan ciri-ciri selalu aktif didalam kelas dan selalu aktif
mengikuti kegiatan belajar mengajar akan lebih mudah memahami materi
pada kompetensi dasar Bentuk pangkat dan Akar yang disampaikan dengan
metode Tanya Jawab sehingga dapat menimbulkan hasil belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa yang bertipe keaktifan rendah. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa yang bertipe keaktifan rendah, jarang atau
bahkan tidak pernah aktif dalam kelas dan dalam setiap kegiatan belajar
mengajar. Jadi metode pembelajaran tidak akan mempengaruhi hasil belajar
matematika untuk siswa yang bertipe keaktifan rendah.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode Tanya Jawab dan keaktifan belajar siswa
berperan dalam menentukan hasil belajar matematika siswa pada kompetensi
dasar menggunakan bentuk pangkat, akar dan logaritma.
Dari pemikiran-pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka
berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
41
42. Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Metode Pembelajaran
Keaktifan siswa
Hasil Belajar
1.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Ari Kunto, 2002:62).
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, dalam penelitian ini peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1.
Hasil belajar Matematika dengan menggunakan Metode Tanya Jawab
lebih baik daripada menggunakan Metode Ekspositori.
2.
Hasil belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan siswa tinggi
lebih baik daripada siswa yang keaktifan sedang dan rendah, serta hasil
belajar siswa dengan keaktifan sedang lebih baik daripada siswa dengan
keaktifan rendah.
3.
Terdapat interaksi antara metode mengajar dengan keaktifan siswa
terhadap hasil belajar matematika siswa
42
43. BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu (quasi
experimental research). Budiyono (2003:82-83) menyatakan bahwa tujuan
penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuk mengontrol dan/ atau memanipulasikan semua variable yang relevan.
Dalam penelitian ini dilakukan manipulasi variabel bebas yaitu pelaksanaan
metode pembelajaran Tanya Jawab dan variabel kontrolnya metode
Ekspositori. Variabel bebas lain yang mempengaruhi variable terikat adalah
keaktifan belajar siswa.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial
2x3. Faktor pertama adalah metode pembelajaran Tanya Jawab dan metode
Ekspositori. Faktor kedua adalah keaktifan siswa tinggi, keaktifan siswa
sedang, dan keaktifan siswa rendah. Dari rancangan penelitian dapat di
desain data penelitian seperti pada table 3.1. berikut:
43
44. Tabel 3.1. Desain Data Penelitian
Faktor B
Keaktifan
Keaktifan
Keaktifan
tinggi (b1)
sedang (b2)
rendah (b3)
Tanya Jawab (a1)
a1 b1
a1 b2
a1 b3
Ekspositori (a2)
a2 b1
a2 b2
a2 b3
Faktor A
B.
Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1.
Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Pacitan Kabupaten
Pacitan Propinsi Jawa Timur dengan subyek penelitian siswa kelas X
semester 1 tahun pelajaran 2012/ 2013.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan
bulan Agustus 2012. Secara lebih rinci, pembagian waktu penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini:
Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
Kegiatan Penelitian
Waktu Pelaksanaan
1
Penyusunan Proposal
Maret
2
Penyusunan Instrumen
Maret
3
Pengajuan Ijin
4
Uji Coba Instrumen
Juni
5
Eksperimen
Juli
6
Pengumpulan Data
Juli
April - Mei
44
45. 7
C.
Analisis Data
Agustus
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut
Sugiyono
(2008:80),
populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Pacitan tahun ajaran
2012/2013.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2008:81), sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X 5 dan siswa kelas X 6 SMA Negeri
2 Pacitan.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik
Stratified
Cluster
Random
Sampling.
Langkah-langkah
pengambilan sampel ini dengan cara memilih secara acak dua kelas
dengan di undi dari kelas X SMA N 2 Pacitan. Undian tersebut
dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali pemilihan.
Nomor undian yang terpilih pertama ditetapkan sebagai kelas
eksperimen dengan metode pembelajaran Tanya Jawab dan nomor
45
46. undian yang terpilih kedua ditetapkan sebagai kelas kontrol dengan
metode pembelajaran Ekspositori. Ternyata yang terpilih sebagai kelas
eksperimen dengan metode pembelajaran Tanya Jawab adalah kelas X
5 dan sebagai kelas kontrol dengan metode pembelajaran Ekspositori
adalah kelas X 6.
D.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga buah variabel penelitian, yang
terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
a.
Variabel Bebas
1) Metode Pembelajaran
a)
Definisi operasional dari Metode pembelajaran adalah suatu
cara yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan
materi dengan menggunakan bentuk tertentu, seperti
ceramah, diskusi, penugasan, dan cara-cara lainnya. Dalam
penelitian ini terdapat dua metode pembelajaran yaitu
metode pembelajaran Tanya Jawab pada kelas eksperimen
dan metode Ekspositori pada kelas kontrol.
b) Skala pengukuran: skala nominal
c) Kategori: ada 2 kategori yaitu melalui metode pembelajaran
Tanya Jawab dan metode Ekspositori
d) Simbol: Ai dengan i = 1, 2.
46
47. 2) Keaktifan Belajar Siswa
a) Definisi operasional
Keaktifan belajar siswa adalah keadaan siswa dalam proses
pembelajaran yang ditandai dengan adanya keterlibatan
siwa secara fisik, mental, intelektual dan emosional baik
melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat maupun
pembentukan sikap dalam menciptakan situasi yang cocok
untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
b) Skala pengukuran:
Skala interval yang diubah ke skala ordinal yang terdiri dari
tiga kategori, yaitu kelompok tinggi dengan X ≥ X + s,
kelompok sedang dengan X - s < X < X + s, sedangkan
kelompok rendah dengan X ≤ X - s.
Dengan :
X : skor angket keaktifan belajar siswa
X : rataan dari skor angket
s
: standar deviasi gabungan dari skor angket
c) Simbol: Bj dengan j = 1, 2, 3.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
1) Definisi operasional:
47
48. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat
dari aktivitas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2) Skala pengukuran: interval.
3) Indikator: Nilai tes hasil belajar matematika pada materi
bentuk pangkat dan akar di akhir pembelajaran.
4) Simbol: ABij dengan i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3.
2.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode dokumentasi, metode angket dan metode tes.
a.
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data
dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada
(Budiyono, 2003:54). dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk mengetahui daftar nama, nomor absen siswa dan
mengumpulkan data tentang nilai pre tes pada siswa kelas X SMA
Negeri 2 Pacitan yang selanjutnya digunakan untuk uji normalitas,
uji homogenitas dan uji keseimbangan.
b. Metode Angket
Metode Angket adalah cara pengumpulan data melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian,
responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara
tertulis Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk
48
49. mengumpulkan data mengenai keaktifan belajar siswa. Angket ini
terdidri dari 30 butir soal dengan 4 alternatif jawaban. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang dibuat oleh
peneliti sendiri. Jawaban-jawaban angket menunjukkan keaktifan
belajar siswa. Prosedur pemberian skor berdasarkan keaktifan belajar
siswa, yaitu:
1) Untuk instrumen positif
a) Jawaban a, skor 4 menunjukkan keaktifan belajar siswa
sangat sesuai pada tipe keaktifan tertentu
b) Jawaban b, skor 3 menunjukkan keaktifan belajar siswa
sesuai pada tipe keaktifan tertentu.
c) Jawaban c, skor 2 menunjukkan keaktifan belajar siswa
kurang sesuai pada tipe keaktifan tertentu.
d) Jawaban d, skor 1 menunjukkan keaktifan belajar siswa
tidak sesuai pada tipe keaktifan tertentu.
2) Untuk instrumen negatif
a) Jawaban a, skor 1 menunjukkan keaktifan belajar siswa
tidak sesuai pada tipe keaktifan tertentu.
b) Jawaban b, skor 2 menunjukkan keaktifan belajar siswa
kurang sesuai pada tipe keaktifan tertentu.
c) Jawaban c, skor 3 menunjukkan keaktifan belajar siswa
sesuai pada tipe keaktifan tertentu.
49
50. d) Jawaban d, skor 4 menunjukkan keaktifan belajar siswa
sangat sesuai pada tipe keaktifan tertentu.
Setelah selesai penyusunan item soal, angket diuji cobakan
pada siswa/siswi SMA Negeri 2 Pacitan untuk mengetahui apakah
angket yang dibuat memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik,
yaitu validitas isi, konsistensi internal, dan reliabilitas.
c.
Metode Tes
Metode
tes
adalah
cara
pengumpulan
data
yang
menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhansuruhan kepada subyek penelitian (Budiyono, 2003:54). Dalam
penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai hasil belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes
pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban, setiap jawaban benar
mendapat skor 1 sedangkan setiap jawaban salah mendapat skor 0.
3.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan
angket. Insrumen tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar matematika siswa dan instrumen angket digunakan untuk
memperoleh data keaktifan belajar siswa.
4.
Uji Coba Instrumen
Menurut Budiyono (2003:55), setelah instrumen penelitian
selesai disusun, peneliti wajib menguji-cobakannya terlebih dahulu
sebelum dikenakan kepada sampel penelitian. Tujuan uji coba adalah
50
51. untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar valid
dan benar-benar reliabel atau tidak. Kecuali itu, uji coba dipakai juga
untuk melihat hal-hal lain, misalnya untuk melihat derajad kesukaran
dan indek daya pembeda (pada tes hasil belajar bentuk pilihan ganda).
Setelah uji coba selesai kemudian dilakukan analisis terhadap instrumen
dan butir instrumen baik tes maupun angket sebagai berikut:
a.
Tes
Uji coba tes hasil belajar ini menggunakan instrumen tes
sebanyak 25 soal bentuk pilihan ganda dengan durasi waktu
pengujian 90 menit. Setelah dilakukan analisis hasil uji coba tes
hasil belajar diambil 20 soal untuk diberikan kepada sampel
penelitian.
1) Analisis Instrumen Tes
a) Validitas Isi
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, “Untuk
menilai apakah instrumen mempunyai validitas isi yang
tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui experts
judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”.
Dalam hal ini para penilai (yang sering disebut subjectmatter experts), menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh
pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisikisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur.
Langkah berikutnya, para penilai menilai apakah masing-
51
52. masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan
dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. Cara ini
sering disebut relevance ratings (penilaian berdasarkan
relevansi).
Dalam penelitian ini bisa dikatakan mempunyai
validitas isi, jika validator setuju dengan semua kriteriakriteria dalam validasi.
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu
alat ukur. Menurut Budiyono (2003:65), suatu instrumen
disebut
reliabel
apabila
hasil
pengukuran
dengan
instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran
tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi
mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang
berlainan.
Uji
reliabilitas
dalam
penelitian
ini
menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR.20) sebagai
berikut:
r11
n
n 1
st2
pi qi
2
t
s
(Budiyono, 2003:69)
Keterangan :
r11 =indeks reliabilitas instrumen
52
53. n
=banyaknya butir instrumen
pi
=proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar
pada butir ke-i
=1- pi, i = 1,2,…,n
qi
st 2
= variansi total
Dalam
penelitian
ini
instrument
dikatakan
reliable jika indeks reliabilitas yang diperoleh telah
melebihi 0,70 (r11 ≥ 0,70).
2) Analisis Butir Instrumen Tes
a) Derajad Kesukaran
Butir soal yang baik jika mempunyai tingkat
kesukaran memadai, yaitu tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiaptiap butir soal digunakan rumus:
P
B
Js
dengan :
P : indeks kesukaran
B : banyak peserta tes yang menjawab Benar
Js : jumlah seluruh peserta tes
(Suharsimi Arikunto, 2009:208)
Dalam penelitian ini butir soal dianggap baik jika nilai
indeks P adalah 0,30 ≤ P ≤ 0,70.
53
54. b) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan butir soal
untuk
membedakan
antara
siswa
yang
pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
(berkemampuan rendah). Untuk mengetahui daya beda
suatu butir soal digunakan rumus korelasi momen produk
Karl Pearson yaitu :
dengan:
rxy : indeks daya beda untuk butir soal ke-i.
XY
: Jumlah perkalian X dan Y
X
: Skor untuk butir ke-i
Y
: Skor total (dari subyek)
N
: Cacah subyek
(Budiyono, 2003: 65)
Dalam penelitian ini butir tes yang digunakan
adalah soal yang mempunyai daya beda rxy ≥ 0,3.
b. Angket
1) Uji Validitas Isi
Untuk menilai apakah suatu instrumen angket
mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan
54
55. adalah melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan
oleh para pakar).
(Budiyono, 2003:59).
Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan valid
jika kisi-kisi yang dibuat telah menunjukkan bahwa klasifikasi
kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur,
selanjutnya masing-masing butir tes yang telah disusun cocok
atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.
2) Konsistensi Internal
Butir-butir dalam sebuah instrumen haruslah mengukur
hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama
pula. Konsistensi Internal masing-masing butir dilihat dari
korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya.
Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i dalam
penelitian ini menggunakan rumus korelasi momen produk
dari Karl Pearson:
Keterangan:
rxy = indeks konsitensi internal untuk butir ke-i
N
cacah subjek
X
skor untuk butir ke-i
Y
skor total (dari subyek)
55
56. (Budiyono, 2003:65)
Dalam penelitian ini instrumen angket mempunyai
konsistensi internal yang baik jika rxy ≥ 0,3. Jika indeks
konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir
tersebut harus dibuang/tidak dipakai.
3) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas butir untuk angket dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut:
dengan:
r11 = indek reliabilitas instrumen.
n = banyaknya butir instrumen.
si2 = variansi butir ke-i, i = 1,2,...,n.
st2 = variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba.
Budiyono, 2003:70)
Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan
reliabel jika memenuhi kriteria r11 > 0,7.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini teknik
statistik dengan uji analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tak sama.
Sebelum dilakukan analisis variansi, dilakukan uji persyaratan analisis
variansi, yaitu uji homogenitas variansi dan uji normalitas populasi. Untuk
56
57. lebih jelasnya, dalam uraian berikut akan ditampilkan uji statistik yang
relevan dengan penelitian.
1.
Uji Keseimbangan Rataan
Untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian mempunyai
kemampuan awal yang sama atau dalam keadaan seimbang sebelum
eksperimen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan rataan
dengan menggunakan data nilai UN SMP pada siswa kelas X SMA N 2
Pacitan tahun ajaran 2011/2012 mata pelajaran matematika yang
diperoleh
dengan
metode
dokumentasi.
Sebelum
dilakukan
uji
keseimbangan rerata maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas sebagai uji prasyarat. Prosedur uji keseimbangan rataan
adalah sebagai berikut.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mangetahui apakah sampel
penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dengan
prosedur seperti uji normalitas pada uji prasyarat analisis variansi.
b.
Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji
homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan prosedur seperti
uji homogenitas pada uji prasyarat analisis variansi.
57
58. Jika terpenuhi normalitas data dan homogenitas (variansi sama)
selanjutnya dilakukan uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal sama).
Ho : µ1 ≠ µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal sama
berbeda)
2) Taraf signifikan: α = 0,05
3) Statistik Uji :
X1
t
sp
s2
p
1
n1
X2
1
n2
2
n1 1 s12 n2 1 s 2
n1 n2 2
dengan:
t ~ t (n1+n2-2)
X 1 = rataan dari kelompok eksperimen
X 2 = rataan dari kelompok kontrol
s12 = variansi kelompok eksperimen
2
s 2 = variansi kelompok kontrol
n1 = banyaknya siswa kelompok eksperimen
n 2 = banyaknya siswa kelompok control
µ1 = rataan populasi kelompok eksperimen
µ 2 = rataan populasi kelompok control
Sp = variasi gabungan
58
59. 4) Daerah kritik
DK ={ t l t < - t
atau t > t
2
;v
}
2
;v
dengan v = n1+n2-2
5) Keputusan uji
H 0 ditolak jika t obs
H 0 tidak ditolak jika
DK
t obs
DK
(Budiyono, 2009:151)
Kesimpulan
1) Kedua populasi memiliki kemampuan awal sama jika Ho
diterima.
2) Kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho
ditolak.
2.
Uji Persyarat Analisis Variansi
Uji persyarat analisis variansi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji normalitas populasi dan uji homogenitas variansi.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mangetahui apakah sampel
penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dengan
prosedur sebagai berikut :
1) Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
59
60. H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
2) Statistik Uji
Statistik ujinya adalah :
F(zi) – S(zi)
L = Maks
dengan Z
N(0,1)
F(zi) = P(Z ≤ zi) ; Z ~ N(0,1)
S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi
Zi
s
Xi
X
s
= standar deviasi sampel
X = mean sampel
Xi = skor item
3) Taraf Signifikansi α = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK = { L │ L > Lα; n }
5) Keputusan Uji
Ho ditolak jika L terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
Ho diterima
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
jika Ho ditolak
(Budiyono, 2009:170-17)
60
61. b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi
penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji
homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi
kuadrat dengan prosedur sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : σ12 = σ22 = …= σk2 (variansi populasi homogen)
k = 2 untuk metode pembelajaran
k = 3 untuk kategori keaktifan beljar siswa
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Statistik uji yang digunakan
2
(f log RKG-
=
fj log sj2)
dengan :
χ2 ~ χ2 (k-1)
SS j
X
RKG =
c
1
2
j
Xj
2
nj 1 S2
j
nj
;
1
3k 1
1
fj
1
fj
dengan :
k : banyaknya populasi
k = 2 untuk metode pembelajaran
61
62. k = 3 untuk kategori keaktifan belajar siswa
f : derajat kebebasan RKG = N – K
N : cacah semua pengukuran
: derajat kebebasan untuk sj : nj – 1
j
: 1,2,…,k
nj
: cacah pengukuran pada sampel ke-j
3) Taraf signifikansi α = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK =
2
2
2
(k-1)
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika
2
DK atau diterima jika
2
DK
6) Kesimpulan
Variansi-variansi populasi homogen jika Ho diterima.
Variansi-variansi populasi tidak homogen jika Ho ditolak
(Budiyono, 2009: 175-177)
3.
Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi
dengan dua jalan dengan sel tak sama. Analisis variansi dua jalan
bertujuan untuk menguji perbedaan efek (pengaruh) 2 variabel bebas,
yaitu strategi pembelajaran (faktor A) dan keaktifan belajar siswa (faktor
B) serta interaksi antara strategi pembelajaran dengan keaktifan belajar
62
63. siswa (faktor AB) terhadap variabel terikatnya, dengan model data
sebagai berikut.
a. Model Data
Xijk =
+
i
+
j
+(
)ij +
ijk
dengan :
Xijk = data amatan ke-k pada baris ke-i kolom ke-j.
= rerata dari seluruh data amatan
j
= efek faktor B ke kategori j
i
= efek faktor A ke kategori i
(
)ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.
ijk
i
= deviasi pengamatan terhadap rataan populasinya ( ij)
= 1, 2, dengan :1 = metode pembelajaran Tanya Jawab
2 = metode Ekspositori
j
= 1, 2, 3,dengan: 1 = keaktifan siswa tinggi
2 = keaktifan siswa sedang
3 = keaktifan siswa rendah
k
= 1, 2, …, nij ; nij = cacah data amatan pada sel ij
(Budiyono, 2009: 207-208)
b. Prosedur
1) Hipotesis
H0A :
i
= 0, untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antar
baris terhadap variabel terikat)
63
64. H1A : paling sedikit ada satu
i
yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar baris terhadap variabel terikat)
H0B :
j
= 0, untuk setiap j = 1, 2, 3, (tidak ada perbedaan efek
antar kolom terhadap variabel terikat)
H1B : untuk paling sedikit ada satu
j
yang tidak nol (ada
perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)
H0AB : (
)ij = 0 untuk semua uji (tidak ada interaksi antara baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : untuk paling sedikit ada satu (
)ij yang tidak nol. Ada
interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat)
2) Taraf signifikansi = 5%
3) Komputasi
a) Ada lima komponen yang berturut-turut dikembangkan
dengan (1), (2), (3), (4), (5) yang dirumuskan sebagai berikut :
(1)
G2
pq
S Sij
(2)
(3)
i
Ai2
(5)
q
2
A B ij
ij
B2
j
(4)
p
Selanjutnya didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut :
j
ij
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
n h = rataan harmonik frekuensi seluruh sel
64
65. pq
1
ij nij
=
nij = banyaknya seluruh data amatan
N =
i, j
S Sij
X
X ijk
2
ijk
2
nijk
k
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
p = banyaknya baris
q = banyaknya kolom
ABij = rataan pada sel ij
Ai =
AB ij = jumlah rataan pada baris ke-i
j
AB ij = jumlah rataan pada kolom ke-j
Bj =
i
G =
AB ij = jumlah rataan pada semua sel.
ij
b) Jumlah Kuadrat
JKA
=
n h {(3) – (1)}
JKB
=
n h {(4) – (1)}
JKAB
=
n h {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG
=
(2)
JKT
=
JKA+ JKB + JKAB + JKG
dengan :
JKA
: jumlah kuadrat baris
65
66. JKB
: jumlah kuadrat kolom
JKAB
: jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG
: jumlah kuadrat galat
JKT
: jumlah kuadrat total
c) Derajat kebebasan
dkA
=
p–1
dkB
=
q–1
dkAB
=
(p – 1) (q – 1)
dkG
=
N – pq
dkT
=
N–1
d) Rerata kuadrat
Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masingmasing diperoleh rataan kuadrat berikut ini :
RKA =
JKA
dkA
RKAB =
RKB =
RKG =
JKAB
dkAB
JKB
dkB
JKG
dkG
4) Statistik Uji
RKA
RKG
RKB
Untuk H0B adalah Fb =
RKG
RKAB
Untuk H0AB adalah Fab =
RKG
Untuk H0A adalah Fa =
(Budiyono, 2009 : 231)
5) Daerah Kritik
a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F|F > F
66
; p – 1 , N – pq}
67. b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F|F > F
; q – 1 , N – pq}
c) Daerah kritik untuk Fab adalah
DK = {F|F > F
; (p – 1) (q – 1) , N – pq}
6) Keputusan Uji
H0 ditolak apabila F hitung terletak di daerah kritik
(Budiyono, 2009 : 229 – 231)
7) Rangkuman Analisis
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Dua Jalan
Sumber
JK
Dk
RK
Fobs
F
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
F*
< atau >
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
< atau >
JKAB
(p-1) (q-1)
RKAB
Fab
F*
< atau >
Galat (G)
JKG
N-pq
RKG
-
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
-
Interaksi (AB)
P
Keterangan :
F* = nilai F yang diperoleh dari tabel , P = probabilitas data
amatan
(Budiyono, 2009: 239)
4.
Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda (Uji lanjut pasca Anava) adalah tindak
lanjut dari anava jika hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol
ditolak. Uji komparasi ganda pasca anava yang digunakan dalam
67
68. penelitian ini adalah uji Scheffe’. Tujuan dari uji Scheffe’ ini adalah
untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata antar baris,
perbedaan rerata antar kolom, perbedaan rerata antar sel pada kolom
yang sama, dan perbedaan rerata antar sel pada baris yang sama.
Langkah-langkah yang ditempuh pada metode Scheffe’ ialah:
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi
tersebut.
c. Menentukan taraf signifikansi α = 0,05
d. Mencari nilai statistik uji F dengan menggunakan rumus yang
bersesuaian dengan komparasi tersebut.
e. Menentukan
daerah
kritik
yang
bersesuaian
dengan
komparasi tersebut
f. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi
ganda.
g. Menentukan kesimpulan
1) Komparasi Rataan Antar Baris
Komparasi rataan antar baris tidak perlu dilakukan, sebab hanya ada
2 kategori faktor baris (metode
pembelajaran Tanya Jawab dan
Ekspositori), kalau pun dilakukan komparasi ganda antar baris akan
diperoleh keputusan uji yang sama dengan pengujian hipotesis di
depan.
68
69. 2) Komparasi Rataan Antar Kolom
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
Fi
(X
X j )2
i
j
1
ni
RKG
1
nj
Keterangan :
F.i-.j
= nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
X
i
= rataan pada kolom ke-i
X
j
= rataan padar kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
n.i
= ukuran sampel kolom ke-i
n.j
= ukuran sampel kolom ke-j
Sedangkan daerah kritik untuk uji ini adalah :
DK = { F|F > (q-1) F
; q-1, N-pq}
3) Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris Yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
adalah:
Fij
( X ij
ik
RKG
X ik ) 2
1
nij
1
nik
Sedangkan daerah kritik untuk uji ini adalah:
Dk = { F|F > (pq-1) F
; pq-1 , N-pq}
69
70. (Budiyono, 2009: 215-217)
4) Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom Yang Sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah :
Fij
( X ij
kj
RKG
X kj ) 2
1
nij
1
nkj
dengan :
Fij-kj =nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan
pada sel kj
X ij
=rataan pada sel ke-ij
X
=rataan pada sel ke-jk
jk
RKG =rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
nij
=ukuran sel ke-ij
nkj
=ukuran sel ke-kj
DK = {F|F > (pq-1) F
; pq -1 , N-pq}
70
71. BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket Keaktifan Siswa
1.
Uji validitas isi
Untuk mengetahui apakah instrumen angket yang digunakan valid
maka peneliti mengkonsultasikan kepada ahli sebagai validator
(expert judgement). Validator dipilih dengan pertimbangan yang
bersangkutan mempunyai jabatan dan profesi dengan keahlian di bidang
konseling. Setelah dilakukan pemeriksaan kembali terhadap ketepatan
kisi-kisi angket dan tata bahasanya maka diperoleh hasil bahwa butir
angket adalah valid. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 6.
2.
Uji reliabilitas
Uji coba angket diberikan kepada 54 responden, sejumlah 30 butir
soal. Hasil pengolahan data menunjukkan koefisien reliabilitasnya adalah
0,7859 > 0,70 (lihat lampiran 8). Dengan demikian angket reliabel dan
layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
3.
Uji konsistensi internal
Hasil uji coba instrumen angket menunjukkan bahwa dari 30 butir
angket, terdapat 4 butir soal yang harus dibuang karena tidak memenuhi
indeks konsistensi internal minimal 0,3 yaitu butir nomor 2, 5, 6, dan 29
(lihat lampiran 8). Berdasarkan hasil tersebut maka terdapat 26 butir soal
yang dapat digunakan sebagai butir angket keaktifan siswa. Tetapi
71
72. dengan mempertimbangkan kemudahan dalam penskoran maka peneliti
menggunakan 25 butir soal.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar
1.
Uji validitas isi
Untuk mengetahui apakah instrumen tes hasil belajar matematika
yang digunakan valid
maka peneliti mengkonsultasikan kepada ahli
sebagai validator (expert judgement). Validator
dipilih dengan
pertimbangan yang bersangkutan mempunyai jabatan dan profesi dengan
keahlian pada mata pelajaran matematika. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa butir soal/ tes hasil belajar matematika adalah valid
sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Untuk data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
2.
Uji reliabilitas
Uji coba tes hasil belajar matematika
diberikan kepada 54
responden, sejumlah 25 butir soal. Hasilnya menunjukkan koefisien
reliabilitasnya adalah 0,839 > 0,70 (lihat lampiran 9). Dengan demikian
butir soal/tes dianggap reliabel dan layak digunakan sebagai instrumen
tes penelitian.
3.
Tingkat kesukaran
Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar menunjukkan bahwa dari
25 butir soal, terdapat 5 butir yang harus dibuang karena tidak memenuhi
indeks kesukaran 0,30 ≤ P ≤ 0,7, yaitu butir nomor 1,3,5, 14,dan15
72
73. kategori mudah (lihat lampiran 10). Berdasarkan hasil tersebut maka
terdapat 20 butir soal yang dapat digunakan sebagai butir soal yang baik
untuk uji prestasi/ hasil belajar.
4.
Daya beda
Hasil uji coba instrumen tes matematika menunjukkan perhitungan
daya beda yang hasilnya tidak berbeda dengan hasil perhitungan tingkat
kesukaran soal/tes. Terdapat 5 butir soal yang tidak memenuhi syarat,
yaitu rxy≤ 0,3, yaitu butir nomor 1, 3, 5, 14, dan 15. Dengan demikian
terdapat 20 butir soal untuk uji hasil belajar matematika.
C. Kemampuan Awal
Data
yang
digunakan
sebagai
kemampuan
awal
untuk
uji
keseimbangan adalah nilai Ujian Nasional SMP mata pelajaran Matematika,
pada kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2011/2012 dengan uji-t.
Prasyarat uji-t adalah dipenuhinya normalitas dan homogenitas data.
1.
Uji normalitas data kemampuan awal
Hasil uji normalitas dari kemampuan awal dengan menggunakan
uji Lilliefors diperoleh harga statistik uji untuk tingkat signifikan 5%
pada masing-masing sampel dapat dilihat pada tabel 4.1.
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa harga statistik uji untuk masingmasing sampel kurang dari harga daerah kritik, sehingga H0 diterima. Ini
berarti masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
73
74. Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Awal
Kelompok
L max
L Tabel
H0
Kesimpulan
Eksperimen
0,173 Diterima Berdistribusi normal
Kontrol
2.
0,120
0,122
0,173 Diterima Berdistribusi normal
Uji homogenitas data kemampuan awal
Hasil uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui variansi dari
kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Hasil perhitungan
menggunakan pendekatan Bartlett menunjukkan harga statistik
dengan DK={
2
│
2
>
2
0,05; k – 1= 3,841},
sehingga
2
obs
2
obs =
0,
DK atau H0
diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari populasi dengan
variansi sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
3.
Uji keseimbangan data kemampuan awal
Hasil deskripsi statistiknya disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2. Deskripsi Statistik Kemampuan Awal
Ukuran Pemusatan
Ukuran Dispersi
Kelompok
Simpangan
Rerata
Median
Modus
Baku
Maks
Min
Eksperimen
72,148
72
61
9,355
89
58
Kontrol
71,259
71
75
9,379
88
58
74
75. Hasil uji keseimbangan menunjukkan bahwa H0 diterima karena
tobs = 0,3487
DK , dengan DK = { t| t < - 1,960 atau t > 1, 960 } (lihat
Lampiran 15). Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan
awal yang sama atau seimbang.
D. Deskripsi Data
1.
Skor Keaktifan Siswa
Data tentang keaktifan siswa diperoleh dari hasil angket yang
diberikan kepada responden/siswa anggota kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Data tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam
tiga kategori. Dari hasil perhitungan kedua kelompok diperoleh X =
67,4259 dan s = 11,9939. Penentuan untuk kategori tinggi: X ≥ X + s,
kategori sedang: X - s < X < X + s ,dan kategori rendah: X ≤ X - s.
Sehingga untuk skor yang lebih dari atau sama dengan 79,3438
dikategorikan tinggi, untuk skor yang lebih dari 55,508 atau kurang dari
79,3438 dikategorikan sedang, dan untuk skor yang kurang dari atau
sama dengan 55,508 dikategorikan rendah.
Berdasarkan data yang telah terkumpul terdapat kelompok
keaktifan tinggi (8 siswa), kelompok keaktifan sedang (36 siswa), dan
kelompok keaktifan rendah (10 siswa). Selanjutnya deskrispi statistik
data tersebut dapat dilihat pada lampiran 18.
75
76. 2.
Skor tes hasil belajar matematika
Data hasil belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai tes pada materi fungsi yang diberikan kepada 2 kelompok
siswa setelah diberi perlakuan dengan metode pembelajaran yang
berbeda. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan metode
pembelajaran Tanya Jawab dan kelompok kontrol dengan metode
pembelajaran Ekspositori. Deskripsi data nilai hasil belajar berdasarkan
kelompok eksperimen dan kelompok aktivitas seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Deskripsi Statistik Hasil Tes Belajar Matematika
Ukuran Pemusatan
Kelompok
Ukuran Dispersi
Simpangan
Baku
Maks Min
Rerata
Median
Modus
75
75
80
12,089
100
55
Kontrol
73,077
75
75
13,320
95
45
Keaktifan tinggi
88,875
89
84
6,446
100
80
Keaktifan sedang
71,417
70
7,583
90
59
Keaktifan rendah
55,7
52
6,001
65
346
Eksperimen
71
55
(lihat Lampiran 18)
E. Analisis Variansi
1.
Uji Prasyarat
a.
Uji normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
dari populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Statistik uji yang
digunakan adalah Metode Lilliefors dengan tingkat signifikansi
=
5%. Uji normalitas dilakukan terhadap 5 kelompok, yaitu kelompok
76
77. eksperimen, kelompok kontrol, kelompok keaktifan tinggi, sedang,
dan rendah. Rangkuman hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 4.3
sebagai berikut :
Tabel 4.4.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Tes Matematika
Kelompok
L max
L Tabel
H0
Kesimpulan
Eksperimen
0,117
0,173 Diterima
Berdistribusi normal
Kontrol
0,098
0,173 Diterima
Berdistribusi normal
Keaktifan Tinggi
0,181
0,285 Diterima
Berdistribusi normal
Keaktifan Sedang
0,096
0,886 Diterima
Berdistribusi normal
Keaktifan Rendah
0,246
0,258 Diterima
Berdistribusi normal
(lihat Lampiran 20)
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa semua
kelompok berasal dari populasi berdistribusi normal.
b.
Uji homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji
homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi
Kuadrat. Uji homogenitas dilakukan terhadap kelompok metode
pembelajaran (eksperimen dan kontrol), serta kelompok keaktifan
siswa (tinggi, sedang, rendah) dengan rangkuman data pada tabel
4.5. sebagai berikut :
77
78. Tabel 4.5
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
² obs
Kelompok
Eksperimen dan
DK
H0
Kesimpulan
0,2397
3,841 Diterima
Variansi homogen
0,923
kontrol
5,991 Diterima
Variansi homogen
keaktifan :
tinggi,sedang, rendah
(lihat Lampiran 21)
Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa
kelompok metode pembelajaran (eksperimen dan kontrol), serta
kelompok keaktifan siswa (kategori tinggi, sedang, dan rendah)
mempunyai variansi populasi yang sama.
2.
Uji hipotesis penelitian
Uji hipotesis dilakukan menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan fomulasi anava 2x3 setelah diketahui bahwa sampel random data
berasal dari populasi berdistribusi normal dan mempunyai variansi
populasi yang sama. Rangkuman hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel
4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi
Sumber
Metode
Pembelajaran
(A)
Keaktifan Siswa
(B)
JK
dk
RK
Fobs
F
P
643,6
1
643,6
17,25
4,08
> 0.05
6532,25
2
3266,125
87,6
3,23
0.05
Interaksi (AB)
10,3182
2
5,16
0,14
3,23
> 0.05
Galat
1789,95
48
37,3
Total
8976,12
53
(lihat Lampiran 22)
78
79. Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Terdapat
perbedaan
pengaruh
pembelajaran Tanya Jawab dengan
antara
penerapan
Ekspositori terhadap hasil
belajar matematika, terlihat dari efek faktor A: Fobs
17,25
b.
metode
F
atau
4,08 sehingga H0A ditolak.
Terdapat perbedaan pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar
Matematika Hal tersebut berdasarkan efek faktor B : Fobs > F atau
87,6 > 3,23 sehingga H0B ditolak.
c.
Tidak ada interaksi antara penerapan metode pembelajaran dengan
keaktifan
siswa
terhadap
hasil
belajar
matematika,
yaitu
berdasarkan kombinasi efek faktor A dan B terhadap variabel
terikat atau 0,14 < 3,15 sehingga H0AB diterima.
F.
Uji Lanjut Pasca Anava
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan anava tersebut maka dapat
diuraikan langkah-langkah uji lanjut pasca anava sebagai berikut :
1.
Uji komparasi ganda antar baris
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama
(Lampiran 22) diperoleh keputusan bahwa H0A ditolak. Dan karena
tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan keaktifan siswa
(lampiran 22) maka perbandingan antara Metode Tanya Jawab dengan
metode Ekspositori untuk setiap tipe keaktifan mengikuti perbandingan
marginalnya. Dapat dilihat pada data berikut ini:
79
80. Tabel 4.8
Strategi
Keaktifan Siswa
Rataan
Pembelajaran
Tinggi Sedang Rendah
Marginal
Tanya Jawab
Ekspositori
Rataan Marginal
93,75
75,00
60,00
84,00
67,83
51,40
88,88
71,42
76,25
67,74
55,7
(lihat lampiran 23)
Dengan memperhatikan rerata masing-masing sel dan rerata
marginalnya dapat disimpulkan bahwa metode Tanya Jawab lebih baik
dibandingkan metode Ekspositori baik secara umum maupun untuk
setiap kategori keaktifan siswa.
2.
Uji komparasi ganda antar kolom
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama
(Lampiran 21) diperoleh keputusan bahwa H0B ditolak, maka perlu
dilakukan uji lanjut pasca anava. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil
komparasi ganda antar kolom seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9
Rangkuman Hasil Komparasi Ganda antar Kolom
H0
Fobs
2.F0,05;2,58
Keputusan uji
.1
=
.2
53,4
6,46
H0 ditolak
.2
=
.3
51,8
6,46
H0 ditolak
.1
=
.3
131,1
6,46
H0 ditolak
(lihat Lampiran 23)
80
81. Dari Tabel 4.8 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a.
H0 ditolak, karena F.1-.2 < 2 FTabel = 53,4>6,46. Hal ini berarti siswa
dengan keaktifan tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik
dari siswa yang bertipe keaktifan sedang.
b.
H0 ditolak, karena F.2-.3 > 2 FTabel = 51,8 > 6,46. Hal ini berarti
bahwa siswa dengan keaktifan sedang mempunyai hasil belajar
lebih baik daripada siswa yang bertipe keaktifan rendah.
c.
H0 ditolak, karena F.1-.3 > 2 FTabel = 131,1 > 6,46. Hal ini berarti
siswa dengan keaktifan tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih
baik daripada siswa yang bertipe keaktifan rendah.
3.
Uji komparasi ganda antar sel
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama
(Lampiran 22) diperoleh keputusan bahwa H0AB diterima, hal ini dapat
diartikan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran
dan keaktifan siswa terhadap hasil belajar matematika pada materi
Bentuk pangkat dan akar sehingga tidak perlu dilakukan dilakukan uji
komparasi ganda antar sel pada baris yang sama atau kolom yang sama.
G.
Pembahasan
1.
Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama adalah “Hasil belajar matematika siswa
dengan menggunakan metode pembelajaran Tanya Jawab lebih baik
daripada hasil belajar siswa dengan metode Ekspositori”.
81
82. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama, untuk efek A (metode pembelajaran) diperoleh Fobs > F atau
17,25 > 4,08 sehingga H0A ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa
kedua metode pembelajaran memberikan pengaruh/ efek yang berbeda
terhadap hasil belajar matematika materi Bentuk pangkat dan akar.
Dari rataan marginal menunjukkan bahwa rataan hasil belajar pada
metode pembelajaran Tanya Jawab lebih baik daripada rataan hasil
belajar menggunakan metode Ekspositori atau 76,25 > 67,74.
Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian ini. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan metode
pembelajaran Tanya Jawab lebih baik daripada hasil belajar siswa
dengan metode pembelajaran Ekspositori pada materi Bentuk pangkat
dan akar.
2.
Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua adalah “hasil belajar matematika siswa yang
mempunyai keaktifan siswa tinggi lebih baik daripada siswa yang
keaktifan sedang dan rendah, serta hasil belajar siswa dengan
keaktifan sedang lebih baik daripada siswa dengan keaktifan rendah”.
Berdasarakan hasil analisis variansi untuk efek B (keaktifan
siswa) diperoleh Fobs > F atau 87,6 > 3,23 sehingga H0B ditolak. Hal
ini dapat diartikan bahwa ketiga kategori keaktifan siswa memberikan
pengaruh/ efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika.
82
83. Dari hasil komparasi ganda antar kolom dapat dilihat bahwa
untuk
.1
vs
.2
diperoleh 53,4 > 6,46, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa dengan keaktifan tinggi lebih baik
daripada hasil belajar siswa dengan keaktifan sedang, serta dari rataan
marginal antara keaktifan tinggi dan sedang menunjukkan 88,88 >
71,42. Untuk
.2
vs
.3
diperoleh 51,8 > 6,46, serta dari rataan
marginal antara keaktifan sedang dan rendah menunjukkan 71,42 >
55,7, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa
dengan keaktifan sedang lebih baik daripada hasil belajar siswa
dengan keaktifan rendah. Untuk
.1
vs
.3
diperoleh 131,1> 6,46,
serta dari rataan marginal antara keaktifan tinggi dan rendah
menunjukkan 88,88 > 55,7, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar matematika siswa dengan keaktifan tinggi lebih baik daripada
hasil belajar siswa dengan keaktifan rendah.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa yang mempunyai keaktifan belajar
tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai keaktifan belajar
sedang dan rendah, serta hasil belajar siswa dengan keaktifan sedang
lebih baik daripada siswa dengan keaktifan rendah.
3.
Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga adalah “Terdapat interaksi antara metode
mengajar dengan keaktifan siswa terhadap hasil belajar matematika
siswa”.
83
84. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama, untuk efek AB (interaksi) diperoleh Fobs > F atau 0,14 < 3,23
sehingga H0A diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terdapat
interaksi metode pembelajaran dan keaktifan siswa terhadap hasil
belajar Matematika.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis penelitian.
Karena berdasar hasil penelitian pada metode Tanya Jawab, untuk
setiap siswa dengan keaktifan tingi, sedang maupun rendah selalu
mempunyai hasil belajar yang tinggi daripada penggunaan metode
Ekspositori. Hal itu dikarenakan metode Tanya Jawab mampu
meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.
H.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
1.
Data hasil belajar matematika yang dipakai untuk membandingkan
antara penerapan metode pembelajaran Tanya Jawab dan Ekspositori
terbatas pada materi bentuk pangkat dan akar. Untuk penyempurnaan
lebih lanjut dapat diujicobakan pada materi lain.
2.
Pada uji keseimbangan, data yang diambil hanya dari nilai pre test pada
mata pelajaran matematika dengan pertimbangan soal yang diberikan
seragam. Untuk penyempurnaan dapat dibuat instrumen tersendiri
sebelum eksperimen dengan materi yang berbeda.
84
85. 3.
Tes hasil belajar hanya dilakukan pada akhir pembelajaran secara
tertulis. Untuk penyempurnaan sebaiknya penilaian dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung.
4.
Peneliti tidak memastikan kejujuran siswa dalam mengisi angket dan
mengerjakan soal tes hasil belajar.
85
86. BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya analisis hasil penelitian
serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya maka ditentukan kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1.
Hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran Tanya Jawab lebih
baik daripada hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran
Ekspositori.
2.
Hasil belajar matematika siswa dengan keaktifan tinggi tinggi lebih
baik daripada siswa dengan keaktifan sedang dan rendah, serta hasil
belajar siswa dengan keaktifan sedang lebih baik daripada siswa
dengan keaktifan rendah.
3.
Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan keaktifan
siswa terhadap hasil belajar Matematika.
B.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian maka ditentukan implikasi secara
teoritis dan praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika,
sebagai berikut :
1.
Implikasi Teoritis
a.
Dengan diterimanya hipotesis bahwa hasil belajar dengan
metode pembelajaran Tanya Jawab lebih baik daripada metode
86
87. Ekspositori, maka dapat digunakan sebagai acuan guru untuk
memberikan alternatif metode pembelajaran Tanya Jawab pada
materi Bentuk Pangkat dan Akar khususnya dan materi lain pada
umumnya.
b.
Keaktifan siswa terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika. Berdasarkan hal ini guru perlu memberikan
dorongan kepada siswa agar memiliki keaktifan yang baik
sehingga peserta didik dapat meningkatkan hasil belajarnya.
c.
Untuk kesempurnaan hasil penelitian, perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan mengambil populasi yang lebih luas dengan
materi yang berbeda.
2.
Implikasi Praktis
a.
Terkait
dengan
metode
pembelajaran,
guru
sebaiknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
membangun
pengetahuannya
secara
aktif,
efektif,
dan
menyenangkan, melalui komunikasi matematik dengan metode
pembelajaran Tanya Jawab pada materi lainnya.
b.
Agar proses pembelajaran berlangsung efektif, guru perlu
mengembangkan dan membiasakan metode pembelajaran yang
bervariatif, inovatif, dan dengan perencanaan yang baik
disesuaikan dengan materi ajar.
87
88. C.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan,
maka untuk meningkatkan hasil belajar matematika disarankan hal-hal
sebagai berikut :
1.
Kepada pengajar :
a.
Guru sebaiknya menerapkan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi matematis, melalui
proses pembelajaran yang aktif, interaktif, dan menyenangkan.
Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator.
b.
Guru sebaiknya melakukan persiapan yang baik untuk
menerapkan metode pembelajaran yang tentunya disesuaikan
dengan pertimbangan materi, waktu, kondisi siswa, dan situasi
sekolah agar tujuan pembelajaran tercapai.
c.
Metode Tanya Jawab merupakan salah satu alternatif metode
pembelajaran
yang
dapat
digunakan
oleh
guru
untuk
meningkatkan hasil belajar matematika, oleh karena itu
disarankan
kepada
guru
untuk
mau
mencoba
metode
pembelajaran tersebut pada materi mata pelajaran matematika..
2.
Kepada pihak sekolah :
a.
Agar proses pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode Tanya Jawab dapat berjalan dengan baik dan
menghasilkan hasil belajar yang maksimal, sebaiknya pihak
sekolah menyediakan fasilitas, alat, media, dan sarana belajar
88
89. yang mendukung suasana kelas yang kondusif, dan tidak
mengganggu kelas lain.
b.
Sebaiknya kepala sekolah senantiasa mendorong kepada guru
untuk menerapkan metode pembelajaran yang interaktif, kreatif,
misalkan metode Tanya Jawab untuk meningkatakan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran lain selain matematika.
c.
Sebaiknya kepala sekolah aktif melakukan monitoring terhadap
efektifitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru,
serta mengefektifkan komunikasi
antar guru mata pelajaran
melalui kegiatan intern sekolah dan kegiatan MGMP untuk
proaktif menerima, mencoba, dan mengevaluasi hasil informasi
perkembangan teknologi pembelajaran.
89
90. DAFTAR PUSTAKA
Anny Farihatun Nisa’ (2009).Penggunaan Metode Drill dan Tanya Jawab untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Perkalian pada siswa Kelas III
MI Al-Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang. Skripsi Program Strata 1 UIN
Maulana
Malik
Ibrahim
Malang.
Diunuh
dari
http://lib.uin-
malang.ac.id/thesis/fullchapter/07140049-anny-farihatun-nisa.ps
pada
tanggal 9 juli 2012.
Arikunto,suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press
Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press
Chatarina Tri Anni, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: UPT MKK Universitas
Negeri Semarang.
Choiriyah,Nidaul (2011). Pengaruh Pemberian Apersepsi Tanya Jawab Terhadap
Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Aritmatika Sosial Pada Peserta
Didik Kelas VII MTs NU Nurul Huda Semarang Tahun Pelajaran
2010/2011. Skripsi Program Strata 1 Jurusan Tadris Matematika IAIN
Walisongo.diunduhdari
http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=j
tptiain-gdl-nidaulchoi-5402&q=Hasil pada tanggal 9 juli 2012.
Dep Dik Nas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
90
91. Fathani,Halim,Abdul.(2009). Matematika Hakikat&Logika Edisi Pertama.
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Jihad,Asep & Haris Abdul, 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo
Masbied (2011). “Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab. diunduh dari
http://www.masbied.com/2011/09/20/kelebihan-kekurangan-metodetanya-jawab/ pada tanggal 8 Juli 2012..
Mulyana,Aina (2007). Efektivitas Upaya Penerapan Metode Tanya Jawab dengan
Variasi Media Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
dalam
Mata
Pelajaran
PKN.
Diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/26992585/Proposal-Skripsi-Metode-TanyaJawab-Untuk-Meningkatkan-Motivasi-Belajar-Siswa-Pada-MP-QuranHad-Its pada tanggal 9 juli 2012.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bandung:
Rineka Cipta.
STKIP Pacitan,2010.Pedoman Penyusunan Skripsi STKIP PGRI Pacitan.
Pacitan:LPPM STKIP PGRI Pacitan.
Sudjana,Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo..
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelititan. Bandung: Alfabeta.
Suprijono,Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
91