Dokumen tersebut membahas tentang manusia dan alam semesta. Ia menjelaskan bahwa sebelum penciptaan manusia, alam semesta telah diciptakan Allah dengan tatanan yang teratur sesuai sunnatullah. Dokumen tersebut juga menjelaskan tiga sifat utama sunnatullah yaitu pasti, tetap, dan objektif.
3. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam semesta telah diciptakannya dengan tatanan kerja
yang teratur, rapi dan serasi yang diyakini sebagai Sunnatullah. Penciptaan Nabi Adam dituliskan Allah SWT dalam
Al Quran surat Al Baqarah 30-39. Dijelaskan, para malaikat sempat bertanya tujuan penciptaan manusia yang bisa
membuat kerusakan di bumi, tetapi Allah menjawab hal itu dengan bijaksana.Allah swt berfirman:
ْ
ِذا َو
َْلاَق
َُّْكب َر
ْ
ِةَكِٕى
ٰۤ
لَملِل
ِْ
ْ
يِان
ْ
لِعاَج
ىِف
ِْ
ضرَاْل
ْ
ةَفيِلَخ
ْۗ
ا ْٓوُلاَق
ْ
ُلَعجَتَا
اَهيِف
ْ
نَم
ْ
ُّي
ْ
ُدِسف
اَهيِف
ُْكِفسَي َو
ْ
َءٰۤاَمِالد
ُْنَحن َو
ْ
ُحِبَسُن
َِْكدمَحِب
ُِْسدَقُن َو
ْ
َل
َْك
ْۗ
َْلاَق
ْْٓيِِنا
ْ
ُمَلعَا
اَم
َْ
ْل
َْنوُمَلعَت
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi."
Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
Sunnatullah yakni kebiasaan atau cara Allah dalam mengatur alam dunia. Dan ada tiga sifat utama Sunnatullah yang
disinggung dalam Alquran,ketiga sifat itu adalah :
4. 1. Pasti (Ketetapan, Ketentuan, atau Kepastian)
Diutaraan dalam Alquan yang berbunyi :
Q.S Al-Furqon (25) : 2 yang berbunyi:
َقَلَخ َو ِكْلُمْٱل ىِف ٌيك ِ
َرش ۥ
ُهَّل نُكَي ْمَل َو ًادَل َو ْذ ِخَّتَي ْمَل َو ِ
ض ْرَ ْ
ٱْل َو ِت ََٰو ََٰمَّسٱل ُكْلُم ۥ
ُهَل ِىذَّٱل
ََُُّّ
اًِيردْقَت ۥ
ُهََّردَقَف ٍءْىَش
yang Artinya :
“ Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya “.
Q.S At-Thalaq (65) : 3 yang berbunyi
ْ
َأُْغِلَبَْ َّ
ْٱَّللَّنِإْْْٓۥُهُبسَحْ َوُهَفِْ َّ
ىْٱَّللَلَعْلَّك َوَتَيْنَم َْوُْبِسَتحَيْ َ
ْْلُثيَحْنُِْمهقُزرَي َو
ْْ ِِ ِرم
اردَقٍْءَىشِْلُكِلُْ َّ
ْٱَّللَلَعَجْدَق
yang Artinya :
“ Sesunggunya Allah telah mengadakan ketentuan (kepastian) Bagi tiap sesuatu “.
Sifat Sunnatullah yang pasti, tentu akan menjamin dan memberi kemudahan kepada manusia dalam membuat
rencana.
5. 2. Tetap (tidak berubah-ubah)
Diutaraan dalam Alquan yang berbunyi :
Q.S Al-Isrol (17) : 77
َْانِتَّنُسِلُْد ِجَتْ َ
ْل ََاْونِلُسُْرنِْمَكَلبَقَْانلَسرَأْدَقْنَمَْةَّنُس
ْ
يلِوحَت
yang Artinya :
“ (Yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami utus sebelum engkau,480 dan
tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami.”
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin
Humaid (Imam Masjidil Haram) :
Itu adalah ketetapan Allah terkait pembinasaan umat manusia yang mengusir rasul dari tengah mereka.
Dan engkau (wahai rasul) tidak akan menemukan adanya perubahan pada ketetapan Kami. Tidak ada
pengingkaran terhadap janji Kami.
Dengan sifat Sunnatullah yang tidak berubah-ubah itu seseorang ilmuan dapat memperkirakan gejala alam
yang akan terjadi dan memanfaatkan gejala alam itu. Ketentuan tidak tinggalnya mereka melainkan
sebentar saja setelah engkau keluar darinya karena akan di azab, merupakan ketetapan Allah yang pasti bagi
para Rasul sebelum engkau, yaitu bahwa setiap Rasul yang dikeluarkan oleh kaumnya dari negeri mereka,
Allah menurunkan padanya azab. Dan engkau -wahai Rasul- tidak akan dapati perubahan atas ketetapan
Kami, bahkan engkau akan mendapatinya pasti terjadi.
6. 3. Objektif
Diutaraan dalam Alquan yang berbunyi :
Q.S Al-Anbiya (21) : 105, yang berbunyi :
َونُحِل ََّٰصٱل َِىداَبِع اَهُث ِ
رَي َ
ض ْرَ ْ
ٱْل َّنَأ ِ
رُِْٱلذ ِدْعَب ۢ
نِم ِ
ورُبَّٱلز ىِف َانْبَتَُ ْدَقَل َو
Artinya :
“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini
dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.
Q.S Ar-Rad (13) : 11, yang berbunyi :
ُْرَِيغُيْ َ
ْْلَ َّ
ْٱَّللَّنِإِْْۗ َّ
ْٱَّلل ِ
رمَأْنُِۥْمهَنوُظَفحَيْ ِهِفَلخْنِم َْوِهيَدَيِْنيَبْ ۢ
نِْمتَبِقَعُمُْۥهَل
ْ
ِبْاَمْ
ْ
ُسٍْموَقِبُْ َّ
ْٱَّللَداَرَأْْٓاَذِإ َْۗوْمِهِسُفنَأِبْاَمْ۟واُرَِيغُيْىَّتَحٍْموَق
ْمُهَلْاَم َْوُْۥهَلَّْدَرَمْ َ
َلَفْاء ْٓو
ٍْلا َنْوِْم ِهِنُودْنِم
Artinya :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Saleh, artinya baik atau benar. Orang yang baik atau benar adalah “ Orang yang bekerja menurut Sunnatullah “Orang
yang baik dan benar adalah “orang yang bekerja menurut sunnatullah”. Jadi sunnatullah-lah yang menjadi ukuran
kebaikan dan kebenaran itu. Orang yang berkarya sesuai atau menurut sunnatullah adalah orang yang “saleh“ atau
orang yang baik dan benar..
7. HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Alquran tidak menggolongkan manusia kepada kelompok binatang selama manusia menggunakan akalnya
dan karunia lainnya. Namu bila manusia tidak menggunakan akalnya dan berbagai urgensi pemberian Allah yang
sangat tinggi nilainya yakni pemikiran, kalbu, jiwa, raga, serta panca indra secara baik dan benar, ia akan menurunkan
derajatnya sendiri menjadi seperti hewan yang dinyatakan Allah di dalam Alquran :
Q.S Al-Araf (7) : 179, yang berbunyi :
ْ
دَقَل َو
َانأ َرَذ
ْ
َمَّنَهَجِل
ايرِثَك
َْنِم
ِْن ِجٱل
ِْ
نسِٱْل َو
ْ
ْ
ْ
مُهَل
ْ
وبُلُق
َّْ
ْل
َْونُهَقفَي
اَهِب
ْ
مُهَل َو
ْ
نُيعَأ
َّْ
ْل
ِْ
صبُي
َْونُر
اَهِب
ْ
مُهَل َو
ْ
انَذاَء
َّْ
ْل
َْونُعَمسَي
ْ
ْٓاَهِب
ْ
ْ
َْكِئ
َْٓل ۟
وُأ
ِْمَعنَٱْلَك
ْ
لَب
ْ
مُه
ْ
َضَأ
ُّْل
ْ
َْكِئ
َْٓل ۟
وُأ
ْ
ُمُه
َْونُلِفَغٱل
artinya :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-
ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat
manusia berdasarkan pandangan agama islam :
1. Sebagai Hamba Allah 5. Sebagai al- Insan
2. Sebagai al- Nas 6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
3. Sebagai khalifah Allah
4. Sebagai Bani Adam
8. • 1. Sebagai Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia
wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan
(baca puasa ramadhan dan fadhilahnya), zakat (baca syarat penerima zakat dan penerima zakat), haji (syarat wajib
haji) dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam
ayat berikut ini.
Allah swt berfirman :
ْٱ۟واُتؤُي ََْوةوَلَّصْٱل۟واُميِقُي َْوَءْٓاَفَنُحَِْينُْٱلدهَلَْين ِ
صِلخُمَْ َّ
ْٱَّللُ۟وادُبعَيِلْ َّ
ْلِإْ۟ا ْٓوُرِمُْأْٓاَم َو
ْ
َكَّلز
ْ
ِةَمِيَقْٱلُِيندَْكِلَذ َْوَْةو
Artinya :Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.
2. Sebagai al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung mengacu pada hakikat
manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam
ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya.Sebagaimana
yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut :
ْاَهُّيَآْي
ْ
ُف َارَعَتِلَْلِٕىٰۤاَبَق َّاْوبوُعُشْمُكنلَعَج َىْوثنُا َّْو ٍ
رَكَذْنِْممُكنقَلَخْاَّنِاْ ُاسَّنال
ْ
مُكَمَركَاَِّْناْْاو
ْميِلَعَْ ه
ْاَّللَِّناْۗمُكىقتَاِْ ه
ْاَّللَدنِع
ْ
ريِبَخ
Artinya:
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
9. 3. Sebagai khalifah Allah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.
Allah swt berfirman :
ْ
ِقَحٱلِبْ ِ
اسَّنْٱلَنيَبْمُكٱحَفْ ِ
ضرَىْٱْلِفْةَفيِلَخَْكَنلَعَجْاَّنِإُْدۥ ُاوَدَي
َْكَّل ِ
ضُيَفى َوَهْٱلِعِبَّتَتْ َ
ْل َو
ِْْ َّ
ْٱَّللِليِبَسْنَع
Artinya :
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah…”
Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung
jawabannya kelak di hari akhir.
4. Sebagai Bani Adam
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk
menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat.
10. 5. Sebagai al- Insan
Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al
insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta
kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya
6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan
makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk
hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan
tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan
mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta
perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
11. EKSITENSI MARTABAT MANUSIA
Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai Khalifahnya di muka Bumi, serta sebagai
makhluk yang semi samawai dan semi duniawi, yang didalam dirinya ada fitrah mengakui Tuhan, bebas terpercaya,
rasa tanggung jawab kepada dirinya maupun alam semesta.
Khalifa berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan, berarti manusia mendapatkan mandat dari Tuhan
untuk mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. Kekuasaan manusia sebagai khalifa Allah dibatasi oleh aturan-aturan
dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Tuhan baik yang tertulis
dalam kitab Alquran maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (Al-Kaun). Seorang wakil yang melanggar
batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukannya dan peranannya. Oleh karena itu iya
diminta pertanggung jawabannya dalam penggunaan wewenangannya di hadapan yang diwakilkannya, sebagai
firman Allah dalam Alquran :
Q.S Fathir (35) : 39, yang berbunyi :
ُُ َين ِ
رِفََٰكْٱل ُدي ِ
زَي َ
َل َو ۖ ۥ
ُهُرْفُُ ِهْيَلَعَف َرَفَُ نَمَف ۚ ِ
ض ْرَ ْ
ٱْل ىِف َفِئ
َََٰٰٓلَخ ْمُكَلَعَج ِىذَّٱل َوُه
ِع ْمُهُرْف
َخ َّ
َلِإ ْمُهُرْفُُ َين ِرِفََٰكْٱل ُدي ِ
زَي َ
َل َو ۖ اًتْقَم َّ
َلِإ ْمِهِب َر َدن
اًارَس
Artinya :
“Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya
menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan
pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka.
12. PENGERTIAN AGAMA DALAM BERBAGAI BENTUKNYA
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula istilah al-din dari bahasa
Arab dan religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari kata Sanskrit, a: tidak dan gam: pergi, jadi
tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Pendapat lain mengungkapkan
bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti
tuntunan. Singkatnya, agama adalah ajaran-ajaran yang menjadi tuntutan hidup bagi penganutnya. Al-
Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan, dan
agama. Religi berasal dari bahasa latin relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca.
Pendapat lain mengungkapkan kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat.
13. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
Pengertian manusia, definisi manusia itu sendiri bisa pahami secara bahasa bahwa manusia berasal
dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk
yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu.
Pengertian agama, agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatana kehidupan.
Hubungan manusia dengan agama, Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamia (fitrah),
Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan :
1. Sebagai sumber moral.
2. Sebagai petunjuk kebenaran.
3. Sebagai sumber informasi tentang masalah metafisika.
4. Sebagai bimbingan rohani bagimanusia, baik di kala suka maupun duka.