SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari Non-Kependidikan
Latar Belakang
Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan yang selanjutnya disebut Program
PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan
lulusan SI Kependidikan dan SI/D-IV Non Kependidikan agar menguasai
kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan
(Permendiknas No. 8 Tahun 2009 tentang PPG). Hal yang melatarbelakangi
diselenggarakannya PPG adalah:
 Terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek
kehidupan.
 Perubahan tersebut berdampak terhadap tuntutan akan kualitas
pendidikan secara umum, dan kualitas pendidikan guru secara khusus
untuk menghasilkan guru yang profesional.
 Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani. Serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
 Tuntutan peraturan perundangan bahwa guru harus berkualifikasi S-ll,
D-IV dan memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui program
pendidikan profesi guru.
Penjelasan pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan
tinggi setelah pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Senada dengan pengertian
tersebut, Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa Pendidikan profesi merupakan Pendidikan
Tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang
memerlukan persyaratan keahlian khusus.
Guru merupakan sebuah profesi. Berdasarkan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau
program diploma empat. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
Program Pendidikan Profesi Guru yang selanjutnya disebut Program PPG
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 butir 5 Peraturan Menteri Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru
adalah program pendidikan yang diselenggarakan setelah program sarjana atau
sarjana terapan untuk mendapatkan sertifikat pendidik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah.
Terdapat dua jenis Program PPG berdasarkan kelompok sasaran yaitu:
1. PPG Pra Jabatan
PPG yang diperuntukkan bagi calon guru yang telah memenuhi persyaratan
kualifikasi akademik S-1/D-IV dan akan melamar menjadi guru. Ada 2 jenis
PPG Pra Jabatan :
a) PPG Pra Jabatan Subsidi yaitu penyelenggaraan PPG yang pembiayaan
pendidikannya dibantu oleh pemerintah.
b) PPG Swadana adalah penyelenggaraan PPG yang pembiayaan
pendidikannya ditanggung sepenuhnya oleh peserta PPG.
2. PPG Dalam Jabatan
PPG yang diperuntukkan bagi guru dalam jabatan. Guru dalam Jabatan
adalah guru pegawai negeri sipil dan guru bukan pegawai negeri sipil yang
sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat penyelenggara
pendidikan yang sudah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
Tujuan PPG
Tujuan umum PPG adalah untuk menghasilkan guru yang memiliki kemampuan
mewujudkan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa" dan memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2009 Pasal 2 bahwa tujuan program
PPG adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil
penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik; mampu
melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
Program PPG bertujuan untuk menghasilkan guru profesional yang memiliki 4
kompetensi yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yaitu :
No Kompetensi
1 Pedagogik
a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual.
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
bidang pengembangan yang diampu.
d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pengembangan yang mendidik.
f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki.
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik.
h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar.
i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran.
j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
2 Kepribadian
a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat.
c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya
diri.
e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3 Sosial
a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua, dan masyarakat.
c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial
budaya.
d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri
dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain.
4 Professional
a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu.
b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu.
c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif.
d) Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Tabel.1 Kompetensi Guru
Terkait dengan tujuan tersebut yang menjadi kualifikasi akademik calon peserta
didik program PPG sebagaimana Permendikbud Nomor 8 Tahun 2009 Pasal 6
sebagai berikut:
 S1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan
ditempuh.
 S1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang
akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi.
 S1/D IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi
yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi mata kuliah akademik
kependidikan.
 S1/D IV Non Kependidikan serumpun dengan program pendidikan profesi
yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi.
 S1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan menempuh
matrikulasi.
Prinsip - prinsip
Seleksi calon mahasiswa adalah tahapan yang sangat penting dari seluruh rangkaian
proses mencetak guru profesional. Oleh karena itu harus ada suatu pola dan sistem
yang tepat. Keteapatan sistem ini ditunjukkan dengan kemampuan memilih calon-
calon yang diprediksi setelah melalui Program Studi PPG dapat menjadi guru
profesional. Hal ini dinyatakan dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru pasal
5 ayat (1) Penerimaan mahasiswa baru Program Sarjana Pendidikan dan Program
PPG dilakukan melalui sistem penerimaan mahasiswa baru. Program PPG dapat
diselenggarakan dalam bentuk PPG Prajabatan dan PPG Dalam Jabatan. Untuk
menjamin sistem seleksi yang mampu memilih mahasiswa calon guru profesional
yang berkualitas, sistem seleksi didasarkan pada prinsip-prinsip:
a) Objektif, sistem seleksi didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan.
b) Berkeadilan, sistem seleksi tidak membedakan kemampuan, latar belakang
agama, suku, ras, gender, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
geografis.
c) Akuntabel, sistem seleksi menggunakan mekanisme, prosedur, dan kriteria
yang dapat dipertanggungjawabkan.
d) Valid dan reliabel, mengukur kompetensi profesional, pedagogik, sosial,
dan kepribadian.
e) Transparan, sistem seleksi didasarkan pada prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses semua pihak.
f) Kredibel, proses dan hasil penetapan peserta dapat dipercaya.
PPG dari Non-Kependidikan
Mengacu pada PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, tiap-tiap jenjang
pendidikan mulai dari SD sampai SMA masih dengan standar bervariasi antara 15
– 20 siswa untuk satu orang guru. Aturan ini relevan bila mengutip Data Pokok
Pendidikan, terdapat 3.168.293 guru yang kini mengajar di 434.483 sekolah.
Sedangkan jumlah siswa mencapai 52.539.935 orang. Jika angka tersebut dirata-
rata, saat ini satu guru dapat mengajar 16 – 17 orang siswa di Indonesia.
Berdasarkan data Kemendikbud, tahun 2020 terdapat 72.976 guru pensiun. Jumlah
tersebut menyumbang kekurangan guru mencapai 1.020.921 orang. Angka ini
kemudian naik pada 2021 dengan kekurangan guru diprediksi mencapai 1.090.678
orang dan jumlah pensiun 69.757 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa apabila kekurangan guru terjadi terus – menerus setiap
tahun maka akan mengakibatkan ketimpangan jumlah tenaga pengajar sehingga
bisa menjadikan sekolah menetapkan kebijakan dimana guru mengajar banyak
kelas. Artinya ini juga akan berpengaruh terhadap kualitas peserta didik sebab guru
yang mengajar tidak sepenuhnya dapat memegang kelas-kelas tersebut, juga bisa
terdapat perbedaan kualitas antara suatu kelas dalam angkatan yang sama. Itupun
akan dapat membuat guru merasa terbebani sebab mesti benar-benar menguasai
pengetahuan, wawasan dan keterampilan untuk semua angkatan, sehingga
menjadikan fokus yang terpecah dan berakibat adanya tidak tercapainya masing-
masing tujuan pembelajaran bahkan pendidikan. Belum lagi jika kebijakan
mengenai guru yang mengajar untuk mata pelajaran yang berbeda, jelas ini akan
membuat sistem pendidikan dalam lingkungan sekolah tidak tertata dan berjalan
dengan sulit.
Kekurangan guru bukanlah persoalan yang kecil sebab ini dapat mengakibatkan
kacaunya sistem pendidikan secara nasional sehingga esensi dan eksistensi daripada
tujuan pendidikan itu sendiri akan tercoreng. Maka perlu adanya solusi yang benar
– benar sesuai dan memadai mengatasi persoalan tersebut.
Seorang guru cenderung disebut memadai kapasitas pengetahuan, wawasan dan
keterampilan apabila ia menempuh pendidikan berkenaan dengan keguruan.
Padahal kenyataannya tidak selalu, dan yang berhak menjadi seorang guru bukanlah
hanya mereka yang lulusan sarjana kependidikan atau keguruan. Jika profesi guru
hanya boleh dimiliki oleh mereka yang lulusan sarjana kependidikan, ini hanya kan
menambah jumlah angka kekurangan guru di Indonesia. Lagipun yang merupakan
lulusan sarjana kependidikan tidak selalu akan mau menjadi seorang guru. Oleh
karena itu perihal profesi guru sudah semestinya dapat dimiliki oleh siapapun,
sehingga pantas jika program PPG boleh diikuti dari lulusan sarjana non-
kependidikan (non-dik).
Pemerintah dengan terbukanya memberikan kesempatan yang sama kepada lulusan
sarjana non-kependidikan untuk menjadi guru yang profesional, dengan mengikuti
saringan masuk program PPG selayaknya sarjana kependidikan dan harus
memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun
2017 Pasal 4.
Hal itu juga disampaikan oleh Dirjen Pendidikan Islam Kamarudin Amin, Minggu
(24/09) di Denpasar bahwa “Sarjana non kependidikan dapat menjadi guru, namun
harus mengikuti Pendidkan Profesi Guru (PPG) selama satu tahun.” , juga didukung
oleh pernyataan dari kata Supriadi Rustad, Direktur Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Minggu (28/10) di Jakarta bahwa “Untuk sarjana non-kependidikan,
sebelum ikut PPG, nanti ada matrikulasi selama satu semester untuk memperkuat
teori-teori pendidikan yang tidak didapat sebelumnya.”
Persoalan mengenai program PPG yang dapat diikuti oleh sarjana lulusan non-
kependidikan disebut krusial sebab berkenaan dengan hak asasi manusia (HAM).
Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang juga
sebagai dasar pengujian dalam permohonan pengujian UU Guru dan Dosen
menentukan "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.“ Hakim
MK yaitu Muhammad Alim mengatakan bahwa setiap orang boleh diangkat
menjadi guru asal memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Menurutnya, posisi
antara lulusan LPTK dan non-LPTK telah ekuivalen terkait dengan syarat-syarat
tersebut, sehingga tidak terdapat perlakuan yang berbeda yang bertentangan dengan
konstitusi.
Profesi guru dinyatakan terbuka bagi S-1/D-IV kependidikan dan non kependidikan
sepanjang memenuhi syarat. Lulusan lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK) tidak serta merta bisa jadi guru jika tidak memenuhi syarat. Posisi lulusan
LPTK dan non-LPTK setara dengan syarat yang ditetapkan. Dengan demikian,
ketentuan menjadi guru bisa dari sarjana kependidikan dan non kependidikan tidak
menimbulkan perlakuan berbeda.
Adapun beban belajar yang harus dipenuhi peserta PPG adalah sebagai berikut :
Jenjang
Lulusan
Kependidikan Non Kependidikan
TK/RA/PAUD 18 – 20 SKS 36 – 40 SKS
SD/MI/SDLB 18 – 20 SKS 36 – 40 SKS
SMP 36 – 40 SKS 36 – 40 SKS
SMA 36 – 40 SKS 36 – 40 SKS
Tabel.2 Beban Belajar Progam PPG
Ada juga beberapa materi kuliah yang wajib diikuti, antara lain :
1. Matrikulasi, dilaksanakan hanya bagi PPG Prajabatan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang
tidak sesuai dengan program PPG yang akan diikuti, harus
mengikuti program matrikulasi.
b) Matrikulasi adalah sejumlah matakuliah yang wajib diikuti oleh
peserta program PPG yang sudah dinyatakan lulus seleksi untuk
memenuhi kompetensi akademik bidang studi dan/atau kompetensi
akademik kependidikan sebelum mengikuti program PPG.
c) Matrikulasi diperuntukkan bagi calon peserta Program PPG Pra
Jabatan yang belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan
berdasarkan hasil asesmen (berdasarkan standar kompetensi lulusan
melalui tes penguasaan SKL)
d) Kurikulum matrikulasi adalah kwikulum S1 kependidikan (dapat
berupa matrikulasi mata kuliah akademik kependidikan, maupun
akademik bidang studi).
2. Pengayaan Bidang Studi, yaitu kegiatan pemantapan penguasaan materi
bidang studi yang dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan PPG;
3. Pedagogik Khusus Bidang Studi (Subject Spesific Pedagogy), yaitu kegiatan
yang memberikan pengalaman kepada calon guru untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran yang komprehensif, mencakup rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, evaluasi, dan lembar
kerja siswa (LKS).
Kelebihan dan Kekurangan
Mendapatkan tunjangan sertifikasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
1) Meningkatkan 60% peluang untuk terangkat menjadi PNS/ASN.
Besaran tunjangan guru ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
2009 tentang Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, Tunjangan Profesi Guru dan
Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor. Di dalam Pasal 1 Ayat 4
diterangkan bahwa tunjangan profesi merupakan tunjangan yang diberikan
kepada guru dan dosen yang sudah memiliki sertifikat pendidik sebagai
penghargaan sudah mengikuti sergur dan atas profesionalitasnya.
Untuk tunjangan profesi guru non PNS yang sudah memiliki Surat Keputusan
Penyetaraan adalah setara gaji pokok PNS atau sebesar Rp. 1.500.000 per
bulannya. Tunjangan profesi hanya akan cair apabila ] telah menerima Surat
Keterangan Tunjangan Profesi (SKTP) yang diberikan setiap satu semester.
Namun, ada hal yang perlu Anda perhatikan, bahwa penerbitan SKTP ini sangat
dipengaruhi oleh Dapodik. Jika bermasalah di sistem Dapodik, maka SKTP
akan sulit untuk terbit, sehingga tunjangan profesi guru (TGP) akan sulit cair
juga. Sistem pencairan TGP ini menggunakan sistem triwulan yang artinya akan
mendapatkan TGP setiap tiga bulan sekali. Besarnya TGP merupakan
akumulasi TGP setiap bulan yaitu dengan perhitungan Rp. 1.500.000 dikali 3
bulan yaitu sebesar Rp. 4.500.000.
Adapun tunjangan profesi guru yang berstatus PNS ditetapkan satu kali gaji
pokok sesuai dengan golongannya, dan kebijakan ini diatur dalam Pasal 4 No.
41 Tahun 2009. Selanjutnya pada Pasal 7 juga disebutkan tunjangan profesi
guru diberikan terhitung mulai Januari tahun berikutnya setelah yang
bersangkutan mendapatkan nomor registrasi guru. Peraturan Pemerintah No. 15
Tahun 2019 terdapat perhitungan untuk tunjangan guru berstatus PNS. Di
bawah ini rincian gaji guru PNS untuk golongan I hingga IV dan hitungan gaji
ini disesuaikan dengan masa jabatan masing – masing PNS.
Golongan Tunjangan
Golongan I A Rp. 1.560.000 – Rp. 2.330.000
B Rp. 1.700.000 – Rp. 2.470.000
C Rp 1.770.000 – Rp 2.570.000
D Rp 1.850.000 – Rp. 2.680.000
Golongan II A Rp. 2.020.000 – Rp. 3.370.000
B Rp. 2.200.000 – Rp. 3.510.000
C Rp. 2.300.000 – Rp. 3.660.000
D Rp. 2.390.000 – Rp. 3.820.000
Golongan III A Rp. 2.570.000 – Rp. 4.230.000
B Rp. 2.680.000 – Rp. 4.410.000
C Rp. 2.800.000 – Rp. 4.600.000
D Rp. 2.920.000 – Rp. 4.790.000
Golongan IV A Rp. 3.040.000 – Rp 5.000.000
B Rp. 3.170.000 – Rp. 5.210.000
C Rp. 3.300.000 – Rp. 5.430.000
D Rp 3,44 Rp 5,66
E Rp 3,59Rp 5,9
Tabel.3 Daftar TPG
2) Menyamakan hak atas tiap pribadi manusia dalam hal menentukan profesi.
Berkenaan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan semua warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum. Pasal ini yang menjadi dasar
daripada equality before the law yang mana ditemukan di hampir semua
konstitusi negara. Inilah norma yang melindungi hak asasi warga Negara,
kesamaan di hadapan hukum berarti setiap warga negara harus diperlakukan
adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah. Maka setiap aparat penegak
hukum terikat secara konstitusional dengan nilai keadilan yang harus
diwujudkan dalam praktik. Menyambung pula dengan Pasal 28D ayat (1) UUD
1945 “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum” yang
mana mengartikan bahwa setiap orang boleh diangkat menjadi guru jika
memang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
3) PPG tidak menjamin sepenuhnya meningkatkan mutu profesionalisme.
Program PPG dilaksanakan selama 1 tahun untuk 2 semester. Waktu
pelaksanaan tersebut jelas terlihat singkat sehingga memunculkan pertanyaan
apakah PPG benar-benar menjamin sepenuhnya meningkatkan mutu
profesionalisme atau tidak. Terlebih untuk sarjana lulusan non kependikan
apakah sudah benar-benar menguasai mengenai kependidikan atau belum. Ada
baiknya untuk menumbuhkan mutu profesinalisme ditanamkan nilai-nilainya
semenjak lulusan sekolah menengah, meskipun peserta didik akan atau tidaknya
menjadi seorang guru. Serta kegiatan-kegiatan yang ada pada program PPG
dapat ditingkatkan agar benar-benar menjamin mutu profesionalisme.
4) Double degree / gelar ganda untuk sarjana lulusan non-kependidikan.
Gelar ganda hanya untuk sarjana lulusan non-kependidikan. Mengapa? Ketika
seseorang sudah rampung/lulus mengikuti program PPG maka akan mendapat
gelar tambahan. Jika sarjana lulusan kependidikan akan bertemabah gelar Gr
misalkan Annisa Nabila S.Pd., Gr sedangkan sarjana lulusan non-kependidikan
akan bertambah gelar S.Pd., Gr. misalkan Ikfi Khofifah, S.H., S.Pd., Gr. Seolah
sarjana lulusan non-kependidikan terlihat menyelesaikan studi di dua
universitas. Hal ini bisa saja menjadi kecemburuan sosial, meskipun begitu
dikembalikan bagaimana tiap pribadi menanggapi.
5) Terhalang dengan biaya yang mahal untuk PPG non subsidi.
PPG non subsidi atau PPG Swadana adalah penyelenggaraan PPG yang
pembiayaan pendidikannya ditanggung sepenuhnya oleh mahasiswa. Menurut
beberapa sumber, biaya yang harus dikeluarkan untuk program PPG adalah
sebesar Rp. 9.500.000 per semester. Sementara, Kementerian Riset Teknologi
dan Pendidikan Tinggi sempat menetapkan biaya kuliah program studi PPG
sebesar Rp. 10.000.000 per semester yang sudah berlaku sejak Januari 2020.
Solusi
1) Kebijakan harus melihat di kawasan mana guru bersertifikasi menumpuk, dari
situ guru diredistribusi, disalurkan ke sekolah yang masih kekurangan tenaga
pengajar.
Guru bersertifikasi cenderung menginginkan mengajar di sekolah yang
terbilang unggul minimal adalah sekolah negeri ataupun swasta tetapi yang
bergengsi. Pihak sekolah pun akan menerima guru bersertifikasi tersebut sebab
dirasa memiliki kualitas professionalisme yang baik. Artinya ada kemungkinan
besar bahwa dalam proses penerimaan guru tidak benar-benar meninjau sekolah
lainnya terutama di sekitar, apakah minim guru bersertifikasi atau bahkan
kekurangan. Hal ini dapat mengakibatkan ketimpangan daripada guru-guru
yang ada di tiap sekolah di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
adanya kebijakan dari pihak pemerintah khususnya berkenaan dengan
pendidikan yaitu Kemendikbud. Dimana redistribusi guru bersertifikasi dapat
menjadi solusi yang baik. Dari situ kemudian guru-guru tersebut disalurkan ke
sekolah yang memang membutuhkan tenaga pengajar dengan tetap meninjau
kiranya dapat benar-benar dilaksanakan dengan optimal.
2) Memperhatikan pembukaan unit sekolah baru dan ruang kelas baru, serta
pensiun setiap tahun yang tidak diimbangi dengan rekrutmen CPNS.
Memperhitungkan terkait pembukaan unit sekolah baru baik negeri maupun
swasta bisa dengan meninjau lokasi/daerah dimana sekolah tersebut akan
dibangun. Apakah daerah tersebut memang membutuhkan unit sekolah baru
sebab jumlah penduduknya yang benar-benar padat. Termasuk ketika suatu
sekolah hendak mendirikan kelas baru baik untuk menambah kapasitas jumlah
siswa ataupun untuk kepentingan strategi agar sekolah banyak diminati siswa
sehingga lebih unggul dibanding sekolah lain. Serta melakukan kalkulasi dari
persentasi (statistika) antara pensiun setiap tahun dengan rekrutmen CPNS.
Sebab untuk mendirikan unit sekolah atau kelas baru pastilah dibutuhkan tenaga
pengajar yang lebih banyak, sedangkan jika rekrutmen CPNS semakin kecil
maka akan sangat berpengaruh. Kiranya ketika membuka unit sekolah maupun
kelas baru dapat sesuai dengan kebutuhan serta diimbangi dengan jumlah
tenaga pengajar yang memadai.
3) Sinergitas yang kuat antara Kemendikbud dan pemerintah daerah untuk
menyinkronkan data kebutuhan dan formasi yang dibuka ketika rekrutmen
CPNS dilakukan.
Formasi CPNS yang ditetapkan tentulah telah dipertimbangkan dengan matang
tetapi meski begitu tetap harus melakukan peningkatan formasi setiap tahunnya
dengan menganalisis kebutuhan guru. Termasuk pula memperkirakan
persentase berapa banyak yang dapat lolos seleksi CPNS sampai dengan akhir.
Dapat pula dengan menghitung jumlah guru yang masih aktif, guru
bersertifikasi, pensiunan guru di setiap sekolah, sehingga tahu strategi yang
digunakan dapat mengoptimalkan seluruh tenaga pengajar di tiap penjuru
sekolah yang ada di Indonesia.
4) Keputusan atas prioritas perekrutan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK).
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan. Secara umum PPPK memiliki persamaan
dengan tenaga honorer yakni sama-sama pegawai yang dipekerjakan di instansi
pemerintah daerah maupun pusat. Keduanya sama-sama berstatus non-PNS.
Namun, secara penjelasan dan pemberian gaji keduanya berbeda. PPPK
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan. Berdasarkan, UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), pegawai PPPK juga termasuk sebagai
ASN non-PNS sehingga bisa menduduki jabatan administratif dan jabatan
fungsional di instansi pemerintah.
PPPK ini memiliki fokus yang berbeda dengan PNS sebagaimana disampaikan
oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana bahwa
“PPPK bukanlah tenaga kontrak biasa. Mereka adalah tenaga profesional yang
direkrut negara dan memiliki fokus tugas yang berbeda dengan PNS (Pegawai
Negeri Sipil).” Kemudian dilanjut “PNS difokuskan untuk pembuatan
kebijakan melalui posisi manajerial, sedangkan PPPK difokuskan pada
peningkatan kualitas layanan publik dan profesionalisme serta kinerja instansi
pemerintah. Jadi PPPK ini bukan pegawai kontrak biasa," jelas Bima dalam
konferensi pers virtual, Selasa (5/1/2021).
Dijelaskan olehnya bahwa di negara maju, sistem manajemen ASN juga
membagi ASN menjadi PNS dan PPPK. PPPK dikhususkan merekrut tenaga
profesional untuk formasi tertentu. “Misalnya, kita butuh Guru Besar. Dengan
skema PPPK, bisa langsung rekrut dengan kualifikasi yang dibutuhkan, jadi
tidak harus melalui dosen pertama, dosen muda, rektor,” tuturnya. Merujuk
pada Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2020, terdapat 147 jabatan fungsional
yang dapat diisi oleh PPPK. Di antara 147 jabatan fungsional ini didalamnya
terdapat jabatan fungsional guru.
Dikarenakan terjadinya kekosongan guru di banyak daerah, PPPK ini digadang-
gadang menjadi salah satu solusi. Pada tahun ini, kebutuhan mendesak
pengangkatan PPPK dalam jabatan guru, rekrutmen 1 juta tenaga pendidik
PPPK ini juga dilakukan untuk mengakomodir permintaan menaikkan status
guru honorer menjadi pegawai pemerintah.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...
Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...
Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...Alviony Charisa
 
Pemerintahan B.J. Habibie
Pemerintahan B.J. HabibiePemerintahan B.J. Habibie
Pemerintahan B.J. HabibieBalqies Camilla
 
Presentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsi
Presentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsiPresentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsi
Presentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsieriklutfirizal
 
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...Alorka 114114
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdfakhwatelegan
 
Alat Optik Kacamata.pdf
Alat Optik Kacamata.pdfAlat Optik Kacamata.pdf
Alat Optik Kacamata.pdfrafikachan
 
Modul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK
Modul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIKModul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK
Modul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIKAryadi Gunawan
 
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2eli priyatna laidan
 
BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.
BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.
BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.primagraphology consulting
 
Ruang Kolaborasi Topik 7.pptx
Ruang Kolaborasi Topik 7.pptxRuang Kolaborasi Topik 7.pptx
Ruang Kolaborasi Topik 7.pptxAnggiGinanjar9
 
Rpp kelas 8 bahasa indonesia
Rpp kelas 8 bahasa indonesiaRpp kelas 8 bahasa indonesia
Rpp kelas 8 bahasa indonesiaAlorka 114114
 
Menceritakan tokoh idola
Menceritakan tokoh idolaMenceritakan tokoh idola
Menceritakan tokoh idolaPapa Salsa
 

Was ist angesagt? (17)

Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...
Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...
Politik Luar Negeri, Bebas Aktif Indonesia dan Lembaga Internasional (ASEAN, ...
 
Pemerintahan B.J. Habibie
Pemerintahan B.J. HabibiePemerintahan B.J. Habibie
Pemerintahan B.J. Habibie
 
Presentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsi
Presentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsiPresentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsi
Presentasi ice breaking - tebak gambar dan persepsi
 
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT  BELAJAR MATEMATIKA PE...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PE...
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi fix.pdf
 
Makalah generasi muda
Makalah generasi mudaMakalah generasi muda
Makalah generasi muda
 
Alat Optik Kacamata.pdf
Alat Optik Kacamata.pdfAlat Optik Kacamata.pdf
Alat Optik Kacamata.pdf
 
Modul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK
Modul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIKModul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK
Modul Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
 
HANDOUT BAHAN AJAR AKSI 1 DAN 2.pdf
HANDOUT BAHAN AJAR AKSI 1 DAN 2.pdfHANDOUT BAHAN AJAR AKSI 1 DAN 2.pdf
HANDOUT BAHAN AJAR AKSI 1 DAN 2.pdf
 
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
 
BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.
BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.
BAHASA INDONESIA UNTUK SD & MI KELAS 5 -- SRI RAHAYU & YANTI SRI R.
 
Ruang Kolaborasi Topik 7.pptx
Ruang Kolaborasi Topik 7.pptxRuang Kolaborasi Topik 7.pptx
Ruang Kolaborasi Topik 7.pptx
 
Rpp sosiologi xii bab 1
Rpp sosiologi xii bab 1Rpp sosiologi xii bab 1
Rpp sosiologi xii bab 1
 
Rpp kelas 8 bahasa indonesia
Rpp kelas 8 bahasa indonesiaRpp kelas 8 bahasa indonesia
Rpp kelas 8 bahasa indonesia
 
Menceritakan tokoh idola
Menceritakan tokoh idolaMenceritakan tokoh idola
Menceritakan tokoh idola
 
LK 1 - MODUL 4 PEDAGOGIK.docx
LK 1 - MODUL 4 PEDAGOGIK.docxLK 1 - MODUL 4 PEDAGOGIK.docx
LK 1 - MODUL 4 PEDAGOGIK.docx
 

Ähnlich wie PPG NON KEPENDIDIKAN

PROGRAM PKB Fixx.docx
PROGRAM PKB Fixx.docxPROGRAM PKB Fixx.docx
PROGRAM PKB Fixx.docxanon861507785
 
BUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdf
BUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdfBUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdf
BUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdffikrialfiana1
 
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)Harun Ar
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Pipit Wijaya
 
PPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptx
PPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptxPPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptx
PPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptxElviraApriani1
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)Mulyati Rahman
 
Draf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdf
Draf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdfDraf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdf
Draf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdfAnas Plank Thohir
 
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruanKriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruanAnis Ilahi
 
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)Sofyan Saputra
 
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budayaSofyan Saputra
 
Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...
Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...
Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...Multimedia Phicos
 
Permendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_dikti
Permendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_diktiPermendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_dikti
Permendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_diktiFaradilillahSaves
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 

Ähnlich wie PPG NON KEPENDIDIKAN (20)

PROGRAM PKB Fixx.docx
PROGRAM PKB Fixx.docxPROGRAM PKB Fixx.docx
PROGRAM PKB Fixx.docx
 
BUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdf
BUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdfBUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdf
BUKU-KURIKULUM-PG-PAUD_UNIVERSITAS-SULAWESI-TENGGARA.pdf
 
Pkb one sm
Pkb one smPkb one sm
Pkb one sm
 
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
5. pp no.74 tahun 2008 tentang guru (ppt)
 
ppg pai 2019
ppg pai 2019ppg pai 2019
ppg pai 2019
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
 
PPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptx
PPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptxPPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptx
PPT PERSPEKTIF Kel. 4 Modul 7 & 8 - Copy.pptx
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
 
Bab 1 bagian 1
Bab 1 bagian 1Bab 1 bagian 1
Bab 1 bagian 1
 
Draf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdf
Draf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdfDraf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdf
Draf_Kurikulum_KKNI_PGPAUD_STKIP_BIM.pdf
 
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruanKriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
 
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya (1)
 
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
16 model-pembelajaran-saintifik-mp-seni-budaya
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...
Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...
Desain Layout - Panduan Profil Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Penyel...
 
Permendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_dikti
Permendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_diktiPermendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_dikti
Permendikbud nomor 3_tahun_2020_sn_dikti
 
RPS-PKn-Diplomat2 ke-2.docx
RPS-PKn-Diplomat2 ke-2.docxRPS-PKn-Diplomat2 ke-2.docx
RPS-PKn-Diplomat2 ke-2.docx
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
 
Prog kerja
Prog kerjaProg kerja
Prog kerja
 
6. Penilaian
6. Penilaian6. Penilaian
6. Penilaian
 

Mehr von Ikfi Khofifah

Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)
Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)
Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)Ikfi Khofifah
 
PROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMK
PROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMKPROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMK
PROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMKIkfi Khofifah
 
Makalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMK
Makalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMKMakalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMK
Makalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMKIkfi Khofifah
 
Storyboard Iklan Komersial
Storyboard Iklan KomersialStoryboard Iklan Komersial
Storyboard Iklan KomersialIkfi Khofifah
 
Bangun Ruang Limas PPT
Bangun Ruang Limas PPTBangun Ruang Limas PPT
Bangun Ruang Limas PPTIkfi Khofifah
 
Bangun Ruang Prisma PPT
Bangun Ruang Prisma PPTBangun Ruang Prisma PPT
Bangun Ruang Prisma PPTIkfi Khofifah
 

Mehr von Ikfi Khofifah (6)

Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)
Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)
Taksonomi Bloom Revisi 2019 (Penjelasan dan Contoh)
 
PROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMK
PROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMKPROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMK
PROPOSAL PRODUK AKHIR PKL | MULTIMEDIA SMK
 
Makalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMK
Makalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMKMakalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMK
Makalah Tata Cahaya | Komposisi Foto Digital | Multimedia | SMK
 
Storyboard Iklan Komersial
Storyboard Iklan KomersialStoryboard Iklan Komersial
Storyboard Iklan Komersial
 
Bangun Ruang Limas PPT
Bangun Ruang Limas PPTBangun Ruang Limas PPT
Bangun Ruang Limas PPT
 
Bangun Ruang Prisma PPT
Bangun Ruang Prisma PPTBangun Ruang Prisma PPT
Bangun Ruang Prisma PPT
 

Kürzlich hochgeladen

MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 

PPG NON KEPENDIDIKAN

  • 1. Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari Non-Kependidikan Latar Belakang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan yang selanjutnya disebut Program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan SI Kependidikan dan SI/D-IV Non Kependidikan agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan (Permendiknas No. 8 Tahun 2009 tentang PPG). Hal yang melatarbelakangi diselenggarakannya PPG adalah:  Terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek kehidupan.  Perubahan tersebut berdampak terhadap tuntutan akan kualitas pendidikan secara umum, dan kualitas pendidikan guru secara khusus untuk menghasilkan guru yang profesional.  Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani. Serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.  Tuntutan peraturan perundangan bahwa guru harus berkualifikasi S-ll, D-IV dan memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui program pendidikan profesi guru. Penjelasan pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Senada dengan pengertian tersebut, Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus.
  • 2. Guru merupakan sebuah profesi. Berdasarkan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Program Pendidikan Profesi Guru yang selanjutnya disebut Program PPG sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 butir 5 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru adalah program pendidikan yang diselenggarakan setelah program sarjana atau sarjana terapan untuk mendapatkan sertifikat pendidik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah. Terdapat dua jenis Program PPG berdasarkan kelompok sasaran yaitu: 1. PPG Pra Jabatan PPG yang diperuntukkan bagi calon guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik S-1/D-IV dan akan melamar menjadi guru. Ada 2 jenis PPG Pra Jabatan : a) PPG Pra Jabatan Subsidi yaitu penyelenggaraan PPG yang pembiayaan pendidikannya dibantu oleh pemerintah. b) PPG Swadana adalah penyelenggaraan PPG yang pembiayaan pendidikannya ditanggung sepenuhnya oleh peserta PPG. 2. PPG Dalam Jabatan PPG yang diperuntukkan bagi guru dalam jabatan. Guru dalam Jabatan adalah guru pegawai negeri sipil dan guru bukan pegawai negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat penyelenggara pendidikan yang sudah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
  • 3. Tujuan PPG Tujuan umum PPG adalah untuk menghasilkan guru yang memiliki kemampuan mewujudkan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa" dan memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2009 Pasal 2 bahwa tujuan program PPG adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik; mampu melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. Program PPG bertujuan untuk menghasilkan guru profesional yang memiliki 4 kompetensi yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yaitu : No Kompetensi 1 Pedagogik a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
  • 4. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 2 Kepribadian a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3 Sosial a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
  • 5. d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 4 Professional a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Tabel.1 Kompetensi Guru Terkait dengan tujuan tersebut yang menjadi kualifikasi akademik calon peserta didik program PPG sebagaimana Permendikbud Nomor 8 Tahun 2009 Pasal 6 sebagai berikut:  S1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh.  S1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi.  S1/D IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi mata kuliah akademik kependidikan.  S1/D IV Non Kependidikan serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi.  S1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan menempuh matrikulasi.
  • 6. Prinsip - prinsip Seleksi calon mahasiswa adalah tahapan yang sangat penting dari seluruh rangkaian proses mencetak guru profesional. Oleh karena itu harus ada suatu pola dan sistem yang tepat. Keteapatan sistem ini ditunjukkan dengan kemampuan memilih calon- calon yang diprediksi setelah melalui Program Studi PPG dapat menjadi guru profesional. Hal ini dinyatakan dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru pasal 5 ayat (1) Penerimaan mahasiswa baru Program Sarjana Pendidikan dan Program PPG dilakukan melalui sistem penerimaan mahasiswa baru. Program PPG dapat diselenggarakan dalam bentuk PPG Prajabatan dan PPG Dalam Jabatan. Untuk menjamin sistem seleksi yang mampu memilih mahasiswa calon guru profesional yang berkualitas, sistem seleksi didasarkan pada prinsip-prinsip: a) Objektif, sistem seleksi didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan. b) Berkeadilan, sistem seleksi tidak membedakan kemampuan, latar belakang agama, suku, ras, gender, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan geografis. c) Akuntabel, sistem seleksi menggunakan mekanisme, prosedur, dan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. d) Valid dan reliabel, mengukur kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian. e) Transparan, sistem seleksi didasarkan pada prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses semua pihak. f) Kredibel, proses dan hasil penetapan peserta dapat dipercaya. PPG dari Non-Kependidikan Mengacu pada PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, tiap-tiap jenjang pendidikan mulai dari SD sampai SMA masih dengan standar bervariasi antara 15 – 20 siswa untuk satu orang guru. Aturan ini relevan bila mengutip Data Pokok Pendidikan, terdapat 3.168.293 guru yang kini mengajar di 434.483 sekolah.
  • 7. Sedangkan jumlah siswa mencapai 52.539.935 orang. Jika angka tersebut dirata- rata, saat ini satu guru dapat mengajar 16 – 17 orang siswa di Indonesia. Berdasarkan data Kemendikbud, tahun 2020 terdapat 72.976 guru pensiun. Jumlah tersebut menyumbang kekurangan guru mencapai 1.020.921 orang. Angka ini kemudian naik pada 2021 dengan kekurangan guru diprediksi mencapai 1.090.678 orang dan jumlah pensiun 69.757 orang. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kekurangan guru terjadi terus – menerus setiap tahun maka akan mengakibatkan ketimpangan jumlah tenaga pengajar sehingga bisa menjadikan sekolah menetapkan kebijakan dimana guru mengajar banyak kelas. Artinya ini juga akan berpengaruh terhadap kualitas peserta didik sebab guru yang mengajar tidak sepenuhnya dapat memegang kelas-kelas tersebut, juga bisa terdapat perbedaan kualitas antara suatu kelas dalam angkatan yang sama. Itupun akan dapat membuat guru merasa terbebani sebab mesti benar-benar menguasai pengetahuan, wawasan dan keterampilan untuk semua angkatan, sehingga menjadikan fokus yang terpecah dan berakibat adanya tidak tercapainya masing- masing tujuan pembelajaran bahkan pendidikan. Belum lagi jika kebijakan mengenai guru yang mengajar untuk mata pelajaran yang berbeda, jelas ini akan membuat sistem pendidikan dalam lingkungan sekolah tidak tertata dan berjalan dengan sulit. Kekurangan guru bukanlah persoalan yang kecil sebab ini dapat mengakibatkan kacaunya sistem pendidikan secara nasional sehingga esensi dan eksistensi daripada tujuan pendidikan itu sendiri akan tercoreng. Maka perlu adanya solusi yang benar – benar sesuai dan memadai mengatasi persoalan tersebut. Seorang guru cenderung disebut memadai kapasitas pengetahuan, wawasan dan keterampilan apabila ia menempuh pendidikan berkenaan dengan keguruan. Padahal kenyataannya tidak selalu, dan yang berhak menjadi seorang guru bukanlah hanya mereka yang lulusan sarjana kependidikan atau keguruan. Jika profesi guru hanya boleh dimiliki oleh mereka yang lulusan sarjana kependidikan, ini hanya kan menambah jumlah angka kekurangan guru di Indonesia. Lagipun yang merupakan
  • 8. lulusan sarjana kependidikan tidak selalu akan mau menjadi seorang guru. Oleh karena itu perihal profesi guru sudah semestinya dapat dimiliki oleh siapapun, sehingga pantas jika program PPG boleh diikuti dari lulusan sarjana non- kependidikan (non-dik). Pemerintah dengan terbukanya memberikan kesempatan yang sama kepada lulusan sarjana non-kependidikan untuk menjadi guru yang profesional, dengan mengikuti saringan masuk program PPG selayaknya sarjana kependidikan dan harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2017 Pasal 4. Hal itu juga disampaikan oleh Dirjen Pendidikan Islam Kamarudin Amin, Minggu (24/09) di Denpasar bahwa “Sarjana non kependidikan dapat menjadi guru, namun harus mengikuti Pendidkan Profesi Guru (PPG) selama satu tahun.” , juga didukung oleh pernyataan dari kata Supriadi Rustad, Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Minggu (28/10) di Jakarta bahwa “Untuk sarjana non-kependidikan, sebelum ikut PPG, nanti ada matrikulasi selama satu semester untuk memperkuat teori-teori pendidikan yang tidak didapat sebelumnya.” Persoalan mengenai program PPG yang dapat diikuti oleh sarjana lulusan non- kependidikan disebut krusial sebab berkenaan dengan hak asasi manusia (HAM). Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang juga sebagai dasar pengujian dalam permohonan pengujian UU Guru dan Dosen menentukan "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.“ Hakim MK yaitu Muhammad Alim mengatakan bahwa setiap orang boleh diangkat menjadi guru asal memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Menurutnya, posisi antara lulusan LPTK dan non-LPTK telah ekuivalen terkait dengan syarat-syarat tersebut, sehingga tidak terdapat perlakuan yang berbeda yang bertentangan dengan konstitusi.
  • 9. Profesi guru dinyatakan terbuka bagi S-1/D-IV kependidikan dan non kependidikan sepanjang memenuhi syarat. Lulusan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) tidak serta merta bisa jadi guru jika tidak memenuhi syarat. Posisi lulusan LPTK dan non-LPTK setara dengan syarat yang ditetapkan. Dengan demikian, ketentuan menjadi guru bisa dari sarjana kependidikan dan non kependidikan tidak menimbulkan perlakuan berbeda. Adapun beban belajar yang harus dipenuhi peserta PPG adalah sebagai berikut : Jenjang Lulusan Kependidikan Non Kependidikan TK/RA/PAUD 18 – 20 SKS 36 – 40 SKS SD/MI/SDLB 18 – 20 SKS 36 – 40 SKS SMP 36 – 40 SKS 36 – 40 SKS SMA 36 – 40 SKS 36 – 40 SKS Tabel.2 Beban Belajar Progam PPG Ada juga beberapa materi kuliah yang wajib diikuti, antara lain : 1. Matrikulasi, dilaksanakan hanya bagi PPG Prajabatan dengan ketentuan sebagai berikut: a) Lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang tidak sesuai dengan program PPG yang akan diikuti, harus mengikuti program matrikulasi. b) Matrikulasi adalah sejumlah matakuliah yang wajib diikuti oleh peserta program PPG yang sudah dinyatakan lulus seleksi untuk memenuhi kompetensi akademik bidang studi dan/atau kompetensi akademik kependidikan sebelum mengikuti program PPG. c) Matrikulasi diperuntukkan bagi calon peserta Program PPG Pra Jabatan yang belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen (berdasarkan standar kompetensi lulusan melalui tes penguasaan SKL) d) Kurikulum matrikulasi adalah kwikulum S1 kependidikan (dapat berupa matrikulasi mata kuliah akademik kependidikan, maupun akademik bidang studi).
  • 10. 2. Pengayaan Bidang Studi, yaitu kegiatan pemantapan penguasaan materi bidang studi yang dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan PPG; 3. Pedagogik Khusus Bidang Studi (Subject Spesific Pedagogy), yaitu kegiatan yang memberikan pengalaman kepada calon guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang komprehensif, mencakup rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, evaluasi, dan lembar kerja siswa (LKS). Kelebihan dan Kekurangan Mendapatkan tunjangan sertifikasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. 1) Meningkatkan 60% peluang untuk terangkat menjadi PNS/ASN. Besaran tunjangan guru ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor. Di dalam Pasal 1 Ayat 4 diterangkan bahwa tunjangan profesi merupakan tunjangan yang diberikan kepada guru dan dosen yang sudah memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan sudah mengikuti sergur dan atas profesionalitasnya. Untuk tunjangan profesi guru non PNS yang sudah memiliki Surat Keputusan Penyetaraan adalah setara gaji pokok PNS atau sebesar Rp. 1.500.000 per bulannya. Tunjangan profesi hanya akan cair apabila ] telah menerima Surat Keterangan Tunjangan Profesi (SKTP) yang diberikan setiap satu semester. Namun, ada hal yang perlu Anda perhatikan, bahwa penerbitan SKTP ini sangat dipengaruhi oleh Dapodik. Jika bermasalah di sistem Dapodik, maka SKTP akan sulit untuk terbit, sehingga tunjangan profesi guru (TGP) akan sulit cair juga. Sistem pencairan TGP ini menggunakan sistem triwulan yang artinya akan mendapatkan TGP setiap tiga bulan sekali. Besarnya TGP merupakan akumulasi TGP setiap bulan yaitu dengan perhitungan Rp. 1.500.000 dikali 3 bulan yaitu sebesar Rp. 4.500.000. Adapun tunjangan profesi guru yang berstatus PNS ditetapkan satu kali gaji pokok sesuai dengan golongannya, dan kebijakan ini diatur dalam Pasal 4 No.
  • 11. 41 Tahun 2009. Selanjutnya pada Pasal 7 juga disebutkan tunjangan profesi guru diberikan terhitung mulai Januari tahun berikutnya setelah yang bersangkutan mendapatkan nomor registrasi guru. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2019 terdapat perhitungan untuk tunjangan guru berstatus PNS. Di bawah ini rincian gaji guru PNS untuk golongan I hingga IV dan hitungan gaji ini disesuaikan dengan masa jabatan masing – masing PNS. Golongan Tunjangan Golongan I A Rp. 1.560.000 – Rp. 2.330.000 B Rp. 1.700.000 – Rp. 2.470.000 C Rp 1.770.000 – Rp 2.570.000 D Rp 1.850.000 – Rp. 2.680.000 Golongan II A Rp. 2.020.000 – Rp. 3.370.000 B Rp. 2.200.000 – Rp. 3.510.000 C Rp. 2.300.000 – Rp. 3.660.000 D Rp. 2.390.000 – Rp. 3.820.000 Golongan III A Rp. 2.570.000 – Rp. 4.230.000 B Rp. 2.680.000 – Rp. 4.410.000 C Rp. 2.800.000 – Rp. 4.600.000 D Rp. 2.920.000 – Rp. 4.790.000 Golongan IV A Rp. 3.040.000 – Rp 5.000.000 B Rp. 3.170.000 – Rp. 5.210.000 C Rp. 3.300.000 – Rp. 5.430.000 D Rp 3,44 Rp 5,66 E Rp 3,59Rp 5,9 Tabel.3 Daftar TPG 2) Menyamakan hak atas tiap pribadi manusia dalam hal menentukan profesi. Berkenaan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum. Pasal ini yang menjadi dasar
  • 12. daripada equality before the law yang mana ditemukan di hampir semua konstitusi negara. Inilah norma yang melindungi hak asasi warga Negara, kesamaan di hadapan hukum berarti setiap warga negara harus diperlakukan adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah. Maka setiap aparat penegak hukum terikat secara konstitusional dengan nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam praktik. Menyambung pula dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum” yang mana mengartikan bahwa setiap orang boleh diangkat menjadi guru jika memang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. 3) PPG tidak menjamin sepenuhnya meningkatkan mutu profesionalisme. Program PPG dilaksanakan selama 1 tahun untuk 2 semester. Waktu pelaksanaan tersebut jelas terlihat singkat sehingga memunculkan pertanyaan apakah PPG benar-benar menjamin sepenuhnya meningkatkan mutu profesionalisme atau tidak. Terlebih untuk sarjana lulusan non kependikan apakah sudah benar-benar menguasai mengenai kependidikan atau belum. Ada baiknya untuk menumbuhkan mutu profesinalisme ditanamkan nilai-nilainya semenjak lulusan sekolah menengah, meskipun peserta didik akan atau tidaknya menjadi seorang guru. Serta kegiatan-kegiatan yang ada pada program PPG dapat ditingkatkan agar benar-benar menjamin mutu profesionalisme. 4) Double degree / gelar ganda untuk sarjana lulusan non-kependidikan. Gelar ganda hanya untuk sarjana lulusan non-kependidikan. Mengapa? Ketika seseorang sudah rampung/lulus mengikuti program PPG maka akan mendapat gelar tambahan. Jika sarjana lulusan kependidikan akan bertemabah gelar Gr misalkan Annisa Nabila S.Pd., Gr sedangkan sarjana lulusan non-kependidikan akan bertambah gelar S.Pd., Gr. misalkan Ikfi Khofifah, S.H., S.Pd., Gr. Seolah sarjana lulusan non-kependidikan terlihat menyelesaikan studi di dua universitas. Hal ini bisa saja menjadi kecemburuan sosial, meskipun begitu dikembalikan bagaimana tiap pribadi menanggapi.
  • 13. 5) Terhalang dengan biaya yang mahal untuk PPG non subsidi. PPG non subsidi atau PPG Swadana adalah penyelenggaraan PPG yang pembiayaan pendidikannya ditanggung sepenuhnya oleh mahasiswa. Menurut beberapa sumber, biaya yang harus dikeluarkan untuk program PPG adalah sebesar Rp. 9.500.000 per semester. Sementara, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sempat menetapkan biaya kuliah program studi PPG sebesar Rp. 10.000.000 per semester yang sudah berlaku sejak Januari 2020. Solusi 1) Kebijakan harus melihat di kawasan mana guru bersertifikasi menumpuk, dari situ guru diredistribusi, disalurkan ke sekolah yang masih kekurangan tenaga pengajar. Guru bersertifikasi cenderung menginginkan mengajar di sekolah yang terbilang unggul minimal adalah sekolah negeri ataupun swasta tetapi yang bergengsi. Pihak sekolah pun akan menerima guru bersertifikasi tersebut sebab dirasa memiliki kualitas professionalisme yang baik. Artinya ada kemungkinan besar bahwa dalam proses penerimaan guru tidak benar-benar meninjau sekolah lainnya terutama di sekitar, apakah minim guru bersertifikasi atau bahkan kekurangan. Hal ini dapat mengakibatkan ketimpangan daripada guru-guru yang ada di tiap sekolah di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya kebijakan dari pihak pemerintah khususnya berkenaan dengan pendidikan yaitu Kemendikbud. Dimana redistribusi guru bersertifikasi dapat menjadi solusi yang baik. Dari situ kemudian guru-guru tersebut disalurkan ke sekolah yang memang membutuhkan tenaga pengajar dengan tetap meninjau kiranya dapat benar-benar dilaksanakan dengan optimal. 2) Memperhatikan pembukaan unit sekolah baru dan ruang kelas baru, serta pensiun setiap tahun yang tidak diimbangi dengan rekrutmen CPNS.
  • 14. Memperhitungkan terkait pembukaan unit sekolah baru baik negeri maupun swasta bisa dengan meninjau lokasi/daerah dimana sekolah tersebut akan dibangun. Apakah daerah tersebut memang membutuhkan unit sekolah baru sebab jumlah penduduknya yang benar-benar padat. Termasuk ketika suatu sekolah hendak mendirikan kelas baru baik untuk menambah kapasitas jumlah siswa ataupun untuk kepentingan strategi agar sekolah banyak diminati siswa sehingga lebih unggul dibanding sekolah lain. Serta melakukan kalkulasi dari persentasi (statistika) antara pensiun setiap tahun dengan rekrutmen CPNS. Sebab untuk mendirikan unit sekolah atau kelas baru pastilah dibutuhkan tenaga pengajar yang lebih banyak, sedangkan jika rekrutmen CPNS semakin kecil maka akan sangat berpengaruh. Kiranya ketika membuka unit sekolah maupun kelas baru dapat sesuai dengan kebutuhan serta diimbangi dengan jumlah tenaga pengajar yang memadai. 3) Sinergitas yang kuat antara Kemendikbud dan pemerintah daerah untuk menyinkronkan data kebutuhan dan formasi yang dibuka ketika rekrutmen CPNS dilakukan. Formasi CPNS yang ditetapkan tentulah telah dipertimbangkan dengan matang tetapi meski begitu tetap harus melakukan peningkatan formasi setiap tahunnya dengan menganalisis kebutuhan guru. Termasuk pula memperkirakan persentase berapa banyak yang dapat lolos seleksi CPNS sampai dengan akhir. Dapat pula dengan menghitung jumlah guru yang masih aktif, guru bersertifikasi, pensiunan guru di setiap sekolah, sehingga tahu strategi yang digunakan dapat mengoptimalkan seluruh tenaga pengajar di tiap penjuru sekolah yang ada di Indonesia. 4) Keputusan atas prioritas perekrutan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
  • 15. melaksanakan tugas pemerintahan. Secara umum PPPK memiliki persamaan dengan tenaga honorer yakni sama-sama pegawai yang dipekerjakan di instansi pemerintah daerah maupun pusat. Keduanya sama-sama berstatus non-PNS. Namun, secara penjelasan dan pemberian gaji keduanya berbeda. PPPK diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Berdasarkan, UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), pegawai PPPK juga termasuk sebagai ASN non-PNS sehingga bisa menduduki jabatan administratif dan jabatan fungsional di instansi pemerintah. PPPK ini memiliki fokus yang berbeda dengan PNS sebagaimana disampaikan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana bahwa “PPPK bukanlah tenaga kontrak biasa. Mereka adalah tenaga profesional yang direkrut negara dan memiliki fokus tugas yang berbeda dengan PNS (Pegawai Negeri Sipil).” Kemudian dilanjut “PNS difokuskan untuk pembuatan kebijakan melalui posisi manajerial, sedangkan PPPK difokuskan pada peningkatan kualitas layanan publik dan profesionalisme serta kinerja instansi pemerintah. Jadi PPPK ini bukan pegawai kontrak biasa," jelas Bima dalam konferensi pers virtual, Selasa (5/1/2021). Dijelaskan olehnya bahwa di negara maju, sistem manajemen ASN juga membagi ASN menjadi PNS dan PPPK. PPPK dikhususkan merekrut tenaga profesional untuk formasi tertentu. “Misalnya, kita butuh Guru Besar. Dengan skema PPPK, bisa langsung rekrut dengan kualifikasi yang dibutuhkan, jadi tidak harus melalui dosen pertama, dosen muda, rektor,” tuturnya. Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2020, terdapat 147 jabatan fungsional yang dapat diisi oleh PPPK. Di antara 147 jabatan fungsional ini didalamnya terdapat jabatan fungsional guru. Dikarenakan terjadinya kekosongan guru di banyak daerah, PPPK ini digadang- gadang menjadi salah satu solusi. Pada tahun ini, kebutuhan mendesak pengangkatan PPPK dalam jabatan guru, rekrutmen 1 juta tenaga pendidik PPPK ini juga dilakukan untuk mengakomodir permintaan menaikkan status guru honorer menjadi pegawai pemerintah.