SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 45
Downloaden Sie, um offline zu lesen
abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                    1
Sesi                                                                                                           Metode
        Pokok Bahasan                  Hasil Pembelajaran                   Penilaian Hasil Pembelajaran
Ke-                                                                                                           Penilaian

                                                                      Mahasiswa mampu menjelaskan
        Karakteristik      Mahasiswa mengetahui dan memahami
01                                                                    karakteristik dari patah lelah yang
       kelelahan logam     kegagalan patah lelah pada komponen logam.
                                                                      terjadi pada komponen logam.
       Aspek metalurgi     Mahasiswa mengetahui dan memahami aspek Mahasiswa mampu menjelaskan aspek
02     pada kelelahan      metalurgi yang mempengaruhi perilaku    metalurgi yang mempengaruhi
           logam           kelelahan pada logam.                   perilaku kelelahan logam.
                                                                     Mahasiswa mampu menjelaskan batas
                           Mahasiswa mengetahui dan memahami batas
03     batas lelah logam                                             kelelahan logam serta cara
                           kelelahan logam serta cara menentukannya.
                                                                     menentukannya.
                                                                        Mahasiswa mampu menghitung
                           Mahasiswa mengetahui dan memahami
                                                                        tegangan yang bekerja pada komponen
                           hubungan antara tegangan (S) yang bekerja
04       Konsep S-N                                                     logam serta mampu memprediksi
                           pada komponen logam dengan umur (N)
                                                                        umur komponen tersebut berdasarkan    ჱ Tugas
                           komponen tersebut.
                                                                        Konsep S-N.
                                                                                                               ჱ UTS
                                                                        Mahasiswa mampu menghitung             ჱ UAS
                           Mahasiswa mengetahui dan memahami
                                                                        tegangan dan regangan yang bekerja
                           hubungan antara regangan () yang bekerja
05       Konsep -N                                                     pada komponen logam serta mampu
                           pada komponen logam dengan umur (N)
                                                                        memprediksi umur komponen tersebut
                           komponen tersebut.
                                                                        berdasarkan konsep -N.

                                                                        Mahasiswa mampu menjelaskan dan
       Pengaruh takikan    Mahasiswa mengetahui dan memahami
                                                                        menghitung pengaruh takikan ataupun
06       pada perilaku     pengaruh takikan ataupun geometri
                                                                        geometri komponen terhadap umur
        kelelahan logam    komponen terhadap kegagalan lelah.
                                                                        lelahnya.

                                                                        Mahasiswa mampu menjelaskan dan
       Penjalaran retak    Mahasiswa mengetahui dan memahami            konsep penjalaran retak lelah serta
07
             lelah         konsep penjalaran retak lelah.               mampu memprediksi umur lelah
                                                                        berdasarkan konsep tersebut.                      2
                            abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Metoda ε-N didasarkan pada observasi terhadap
banyak komponen yang merupakan respon material
pada lokasi-lokasi kritis (takikan). Metoda ε-N ini
memprediksi umur lelah tahap I (pembentukkan awal
retak) saja, hal ini berbeda dengan metoda S-N yang
memprediksi umur lelah tahap I dan II (penjalaran
retak).    Pada      kondisi   pembebanan    rendah
(HCF/LCS/ECS) akan menghasilkan Load Controlled
Test (S-N) dan Strain Controlled Test (ε-N) yang
equivalen. Metoda ε-N ini merupakan suatu metoda
yang sangat berguna untuk mengevaluasi umur lelah
dari komponen yang memiliki takikan.



                abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                    3
4.1 Perilaku Material
4.1.1 Perilaku Tegangan-Regangan Monotonik

Suatu pengujian tarik monotonik pada spesimen uji,
pada umumnya adalah untuk menentukan perilaku
tegangan-regangan teknis dari suatu material
(Gambar 4.1).

                                   Gambar 4.1 (a)
                                   Spesimen uji tarik
                                   sebelum dan pada
                                   saat terdeformasi.
                                   (b) perbandingan
                                   tegangan-regangan
                                   teknis dan
                                   sebenarnya.
     (a)


                      (b)                           4
Keterangan Gambar 4.1 diatas adalah:
P=beban
lo=panjang awal
do=diameter awal
Ao=luas penampang awal
l=panjang sebenarnya
d=diameter sebenarnya
A=luas penampang sebenarnya

Persamaan tegangan-regangan:
Tegangan teknis, S = P/Ao                             (4.1)
Regangan teknis, e = ∆l/lo = (l-lo)/lo                (4.2)
Tegangan sebenarnya, σ = P/A                          (4.3)
Regangan sebenarnya, ε = ∫l dl/l = ln l/lo            (4.4)
                                     lo


                  abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                              5
Hubungan tegangan-regangan teknis dan sebenarnya:
∆l= l-lo
l=lo - ∆l
maka, ε=ln [(lo+∆l)/lo] = ln (1+∆l/lo) = ln (1+e)
                                                  (4.5)

Hubungan tersebut berlaku sampai titik maksimum
(necking) dimana pada daerah tersebut deformasi
yang terjadi secara homogen sehingga berlaku pula
hubungan volume konstan. Maka hubungan tegangan
teknis dan sebenarnya pada daerah ini adalah:
Ao lo = Al
Ao /A = l/lo
ε = ln l/lo = ln Ao/A = ln (1+e)
S = F/Ao
σ = F/Ao = S Ao /A = S (1+e)                  (4.6)
                                                      6
                  abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Regangan total yang terjadi pada saat deformasi
adalah jumlah dari regangan elastis dan regangan
plastis.
εt = εe + εp                                  (4.7)

secara skematis, regangan total ini ditunjukkan pada
Gambar 4.1 dibawah ini.




           Gambar 4.2 Regangan elastis dan plastis.    7
                  abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Hubungan tegangan-regangan pada daerah elastis,
dinyatakan oleh persamaan Hooke:
εe = σ/E                                  (4.8)

dimana, E=Modulus elastisitas.


Sedangkan hubungan tegangan-regangan plastis,
mengikuti persamaan tegangan alir sebagai berikut:
σ = K ε pn
εp = (σ/K)1/n                                (4.9)

dimana, K=keofisien kekuatan
       n=exponen pengerasan regangan:
         Su/Sy = (n/offset)n exp (-n)

                 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   8
Dari hubungan tegangan-regangan pada titik patah
(fracture):
σf = Ff/Af
εf = ln Ao/Af = ln 1/(1-q)
σf = K εfn
maka, K = σf/εfn                            (4.10)

sehingga:
 εp = [σ/ (σf/εfn )]1/n= [(σ εfn)/ σf]1/n = εf (σ/σf)1/n
                                                       (4.11)

dari Persamaan 4.7 dan 4.8 maka:
εt = σ/E + (σ/K)1/n                                    (4.12)



                   abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI        9
4.1.2      Perilaku Tegangan-Regangan Siklik

Kurva tegangan-regangan monotonik telah lama
dipergunakan dalam menentukan parameter desain
untuk membatasi tegangan-tegangan yang terjadi
pada struktur teknik dan komponen yang mengalami
pembebanan statis. Demikian halnya dengan kurva
tegangan-regangan siklik, adalah dipergunakan untuk
memperkirakan ketahanan struktur dan komponen
yang mengalami pembebanan siklik atau dinamis
(beban berubah-ubah atau berulang-ulang).

Gambar 4.3 menunjukkan kurva histerisis loop
sebagai respon material terhadap pembebanan siklik.

                abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                      10
Gambar 4.3 Diagram histerisis (hysteresis loop).

                                                   11
            abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Tegangan-regangan amplitudo:
εa = ∆ε/2                                             (4.13)
σa = ∆σ/2                                             (4.14)

Regangan total:
∆ε = ∆εe + ∆εp                                        (4.15)

Regangan amplitudo total:
∆ε/2 = ∆εe/2 + ∆εp/2                                  (4.16)
Dengan substitusi dari hukum Hooke, maka:
∆ε/2 = ∆σ /2 + ∆εp/2                                  (4.17)




                                                               12
                  abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
4.1.2 Perilaku Transient: Regangan Siklik Hardening
      dan Regangan Siklik Softening
Respon tegangan regangan dari logam, seringkali
      berubah secara drastis pada pembebanan siklik.
      Perubahan ini tergantung pada kondisi
      logamnya (hardening dan tempering atau
      annealing) yang meliputi:
•     Cyclically harden
•     Cyclically soften
•     Stabil
•     Campuran antara soften dan harden
Pada Gambar 4.4 ditunjukkan respon tegangan dari
      suatu material yang mengalami pembebanan
      regangan (b) dan respon regangan-regangan
      untuk dua siklus (c). Pada gambar tersebut
      terlihat peningkatan tegangan pada setiap
      siklus regangan, sebaliknya penurunan
      tegangan dari siklik sotening diperlihatkan pada13
      Gambar 4.5.
Gambar 4.4 Siklik hardening: (a)               Gambar 4.4 Siklik softening: (a)
Amplitudo regangan konstan. (b)                Amplitudo regangan konstan. (b)
  Respon tegangan. (c) Respon                   Respon tegangan. (c) Respon
   tegangan-regangan siklik.                     tegangan-regangan siklik.



                       abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI                          14
Respon tegangan-regangan siklik untuk terjadinya
siklik hardening atau softening adalah tergantung
pada kestabilan substruktur dislokasinya, secara
umum:
Pada material lunak, awalnya kerapatan dislokasinya
rendah, dengan adanya cyclic plastic straining maka
kerapatan dislokasinya akan meningkat sehingga
menjadi bertambah keras atau kuat (siklik hardening).
Pada material keras, adanya cyclic plastic straining
akan menyebabkan terjadinya pengturan dislokasi
sehingga menurunkan ketahanan terhadap deformasi
(siklik softening).

                 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   15
Manson memprediksi fenomena siklik hardening atau softening
dari suatu material berdasarkan sifat-sifat monotoniknya
(Gambar 4.6), yaitu:
•σuts / σys > 1,4 maka material akan mengalami siklik hardening.
•σuts / σys < 1,2 maka material akan mengalami siklik softening.

Perilaku siklik ini dapat pula diprediksi bedasarkan nilai
eksponen pengerasan regangan monotonik, yaitu:
•n > 0,2 maka material akan mengalami siklik hardening.
•n < 0,1 maka material akan mengalami siklik softening.
Pada umumnya perilaku siklik hardening atau softening terjadi
hanya pada awal kelelahan (±20÷40% umur lelah) dan
selanjutnya adalah stabil (±50% umur lelah).

                    abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI          16
Gambar 4.6 Kurva tegangan-regangan siklik dan monotonik.



                                                                            17
                                        abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
4.2 Hubungan Tegangan-Regangan siklik
Seperti halnya dalam kondisi monotonik, maka
hubungan tegangan-regangan pada kondisi siklik dapt
dinyatakan sebagai berikut:
σ = K’ εpn’                                     (4.18)
dimana, σ =tegangan amplitudo
  K’=konstanta tegangan siklik
  εp=regangan plastis siklik
  n’=koefisien pengerasan regangan siklik, ditentukan
dari plot log-log tegangan-regangan siklik, secara
umum untuk logam besarnya adalah: 0,1÷0,25 rata-
rata: 0,15
sehingga:
εp = (σ/K’)1/n                                  (4.19)
maka sesuai dengan Persamaan (4.7) dan (4.12):
ε = σ/E + (σ/K’)1/n’                            (4.20)

                   abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                         18
Gambar 4.7 Plot log-log
                                 tegangan-regangan
                                 siklik.




dan regangan amplitudonya sesuai dengan
Persamaan (4.16) yaitu:
∆ε/2 = ∆σ/2E + (∆σ/2K’)1/n’           (4.21)

Atau total regangannya adalah:
∆ε = ∆σ/E + 2(∆σ/2K’)1/n’                 (4.22)
                                                       19
Contoh Soal 4.1:
Material dengan sifat-sifat mekanik sebagai berikut:
E=30. 103 ksi
n’=0,202
K’=174,6 ksi
Material tersebut dikenai regangan berulang (fully
reversed) dengan range regangan, ∆ε=0,04.
Tentukan respon tegangan-regangan dari material
tersebut.

Jawab:
Gambar dibawah ini menunjukkan sejarah
regangannya, pada pembebanan awal (titik. 1):

ε1 = σ1/E + (σ1/K’)1/n’
0,02= σ1/30.103 + (σ1/174,6)1/0,202
σ1=77,1 ksi       abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI    20
Regangan amplitudo:
∆ε = ∆σ/E + 2(∆σ/2K’)1/n’
0,04= ∆σ/30.103 + 2(∆σ/(2. 174,6))1/0,202
∆σ=154,2 ksi
Tegangan pada titik. 2:
ε2 = ε1 - ∆ε = 0,02 – 0,04 = -0,02
σ2 = σ1 - ∆σ = 77,1 – 154,2 = -77,1 ksi
                 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   21
4.3 Kurva ε-N (Regangan-Siklus)

Tahun 1910, Basquin meneliti bahwa data S-N
            (regangan elastik) dapat di plot secara
            linier dalam skala log-log:

∆σ/2 = σ’f (2Nf)b                                       (4.23)

dimana, ∆σ/2 =amplitudo tegangan
        σ’f =konstanta kekuatan (tegangan) lelah
       2Nf =jumlah siklus kegagalan (1
             putaran=1/2 siklus)
         b =eksponen kekuatan (tegangan) lelah
             atau eksponen Basquin=-0,05÷-0,12 ;
             rata-rata=-0,085

                    abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                             22
Pada tahun 1950-an, Coffin dan Manson (sendiri-
sendiri) menemukan data εp-N juga linier dalam
koordinat log-log:

∆εp/2 = ε’f (2Nf)c                                       (4.24)

dimana, ∆εp/2 =amplitudo regangan plastis
            ε’f =konstanta keuletan (regangan) lelah
(untuk logam ulet≈1 dan untuk logam keras≈0,5)
             c =eksponen keuletan (regangan) lelah=
-0,5 (Coffin, untuk logam keras) ÷      -0,7(Manson,
untuk logam ulet), rata-rata= -0,6 (Manson)



                     abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                              23
Sehingga amplitudo regangannya sesuai                 dengan
Persamaan (4.16) dan (4.17) adalah:

∆ε/2 = σ’f/E (2Nf)b + ε’f (2Nf)c                      (4.25)


Persamaan (4.25) diatas jika di plot dalam sebuah
diagram    menghasilkan    kurva     seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.8 (a) berikut ini.




                  abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                           24
(a)         (b)




Gambar 4.8 Kurva ε-N.




abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   25
Umur transisi (Gambar 4.8 (b)) yang merupakan
umur regangan elastis sama dengan umur regangan
plastis dapat ditentukan sebagai berikut:

∆εe/2 = ∆εp/2
σ’f/E (2Nf)b = ε’f (2Nf)c             dimana 2Nf=2Nt

2Nt = (ε’f E / σ’f )1/b-c                               (4.26)

Berdasarkan Gambar 4.8 (b), dapat ditunjukkan
bahwa jika kekuatan atau kekerasan material
meningkat maka umur transisi akan menurun. Hal ini
diperlihatkan pula pada Gambar 4.9 berikut ini.


                    abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI        26
Gambar 4.9 Kurva ε-N untuk baja karbon medium kondisi quenching
                        dan normalizing


                 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI                27
Pada baja karbon medium yang dinormalising
(relatif ulet): 2Nt=90.000 siklus dan jika
dalam kondisi dikeraskan (queching) akan
memiliki 2Nt=15 siklus. Dengan demikian
untuk regangan tertentu pada kondisi
quenching akan memberikan umur lelah yang
lebih    lama    pada  daerah    pembebanan
regangan elastis atau siklus lelah tinggi.
Sebaliknya pada kondisi normalising akan
memberikan umur lelah yang lebih lama pada
pembebanan regangan plastis atau siklus
lelah rendah (lihat Gambar 3.1).

             abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   28
Contoh Soal 4.2:

Berikut ini diberikan data sifat mekanik monotonik
dan siklik dari suatu spesimen baja yang dipoles,
yaitu:
Data monotonik.
       Sy = 158 ksi
       Su = 168 ksi
       E = 28,4 X 103 ksi
       σf = 228 ksi
       q = 52 %
       εf = 0,734



                 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   29
Data siklik:




               abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   30
Tentukanlah konstanta tegangan-regangan
dan regangan-siklus (K’, n’, σ’f , b, ε’f , c)
untuk baja tersebut.

Jawab:
Menentukan σ’f dan b dengan menggunakan
hubungan antara tegangan amplitudo dengan
siklus kegagalan (dari data siklik):
∆σ/2 = σ’f (2Nf)b
Menentukan ε’f dan c dengan menggunakan
hubungan antara amplitudo regangan plastis
dengan siklus kegagalan (dari data siklik):
∆εp /2 = ε’f (2Nf)c
               abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   31
Kurva regangan-siklus berdasarkan data siklik:




maka sifat-sifat sikliknya adalah:
      σ’f = 222 ksi      (berdasarkan pendekatan = 228 ksi)
      b = -0,076 (berdasarkan pendekatan = -0,085)
     ε’f = 0,811       (berdasarkan pendekatan = 0,734)
      c = -0,732       (berdasarkan pendekatan = -0,6)        32
Menentukan K’ dan n’ dengan menggunakan
hubungan antara tegangan amplitudo dengan
amplitudo regangan plastis:
σ = K’ (εp)n’

maka menghasilkan sifat-sifat siklik:
K’ = 216 ksi
n’ = 0,094

atau dapat ditentukan pula melalui
persamaan:
     K’ = σ’f / (ε’f)n’ = 227 ksi dan
     n’ = b/c = 0,104
               abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   33
Contoh Soal 4.3:

Suatu batang komponen baja dengan
kekuatan tarik, Su = 114 Ksi memiliki lebar 1
inch dan tebal ¼ inch dan pada kedua sisinya
terdapat takikan ½ lingkaran dengan radius
1/10 inch.
Tentukan umur lelah komponen tersebut jika
dikenai beban berulang (R=-1) dengan
amplitudo beban 10 Kips.




              abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   34
Jawab.

Penampang sisa, Anet = ¼ . 0,8 = 0,2 in2
Maka:
Snet = P/Anet = 10 Kips / 0,2 in2 = 50 Ksi

Berdasarkan persamaan ε-N:
∆ε/2 = σ’f (2Nf)b + ε’f (2Nf)c
b=-0,085 (diambil nilai rata-ratanya)
c =-0,6 (diambil nilai rata-ratanya)
σ’f ≈ σf ≈ Su+50 (ksi) = 114+50=164 ksi
ε’f ≈ εf =ln 1/(1-q)=1(diambil untuk logam ulet)




                      abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   35
∆ε = ∆σ/E + 2(∆σ/2K’)1/n’
∆σ=σmax- σmin=50-(-50)=100 ksi
n’ ≈ n atau n’=b/c=-0,085/-0,6=0.142
K’= σ’f/ε’fn’=154 ksi

maka:
∆ε = 100/30.103 + 2(100/(2. 154))1/0,142 = 0,0042
sehingga:
 ∆ε/2 = σ’f/E (2Nf)b + ε’f (2Nf)c
0,0021= (164/30.103) (2Nf)-0,085 + 1 (2Nf)-0,6

maka:
2Nf = 70.000 siklus (dihitung dengan teknik iterasi)
Umur tersebut merupakan umur fatik tahap satu
yaitu pada tahap pembentukan awal retak.

                abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   36
abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                    37
4.1 Suatu logam memiliki sifat mekanik
monotonik sebagai berikut:
E=193 Gpa
Su=650 Mpa
Sy=325 Mpa
Pada kondisi pembebanan siklik, apakah
material akan bertambah keras atau
bertambah lunak?
Hitung regangan yang dicapai pada ½ siklus
pertama untuk tegangan amplitudo 200 Mpa.
Tentukan regangan total (stabil) dan
amplitudo regangan untuk tegangan
amplitudo 200 Mpa.
             abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   38
4.2   Berikut    ini  disampaikan   kurva     beban-
pertambahan panjang dari material kuningan dengan
nilai modulus elastisitas, E = 100 Gpa dan data
lainnya sebagai berikut:
Panjang awal, lo = 167 mm
Diameter awal, do = 3,17 mm
Diameter akhir (pada daerah necking), df = 2,55 mm
Tentukanlah:
•kekuatan luluh (0,2 % offset), Sy.
•Kekuatan tarik, Su.
•Prosentase reduksi penampang, % RA.
•Regangan patah sebenarnya, εf.
•Kekuatan patah sebenarnya, σf.
•Konstanta tegangan, K.
•Eksponen pengerasan regangan,n.
•Tegangan sebenarnya pada beban maksimum.
•Regangan sebenarnya pada beban maksimum.            39
abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   40
4.3 Berikut ini disampaikan data sifat mekanik
  monotonik beberapa logam-logam teknik.




                                                 41
Manakah diantara logam-logam tersebut yang akan
mengalami siklik hardening, softening atau stabil?

Tunjukkan pula dari logam-logam tersebut yang
menjadi pilihan terbaik untuk menentukan:
•Beban tarik maksimum (batang halus).
•Perpanjangan seragam maksimum sebelum necking
pada saat pembebanan tarik.
•Energi maksimum yang diperlukan dari batang halus
untuk terjadinya regangan sebesar 0,001.
•Energi maksimum yang diperlukan untuk terjadinya
patah.
•Regangan elastis minimum pada saat terjadinya
necking.
•Regangan totalmaksimum pada saat necking.

                                                     42
4.4 Berikut ini disampaikan data parameter
tegangan-regangan siklik dan regangan-siklus dari
suatu baja.
      σ’f = 133 ksi
       b = -0,095
      ε’f = 0,26
      c = -0,47
       n’ = 0,202
       K’ = 174,6 ksi
       E = 30.103 ksi

Tentukanlah umur fatik dari baja tersebut dengan
kondisi regangan seperti ditunjukkan pada Gambar
dibawah ini. Kondisi regangan A: amplitudo konstan.
B dan C: memiliki overload awal sebagai tegangan
sisa.
                                                      43
Pergunakanlah persamaan regangan-siklus dari
Morrow yang memperhitungkan tegangan rata-rata,
σo yaitu sebagai berikut:

∆ε/2 = ((σ’f – σo) / E) (2Nf)b + ε’f (2Nf)c

Dalam perhitungan umur fatik ini pergunakanlah juga
persamaan Manson-Halford:

∆ε/2 = ((σ’f – σo) / E) (2Nf)b + ε’f ((σ’f – σo) / σ’f)c/b
(2Nf)c

Bandingkan pula hasilnya jika             mempergunakan
persamaan Smith-Watson-Topper:

σmax (∆ε/2) = ((σ’f)2 / E) (2Nf)2b + σ’f ε’f (2Nf)b+c
                                                             44
abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI   45

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanrestuputraku5
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikkaatteell
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahRumah Belajar
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingAnalisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingNurul Lailyah
 
J3009 Unit 1
J3009   Unit 1J3009   Unit 1
J3009 Unit 1mechestud
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiRumah Belajar
 

Was ist angesagt? (8)

Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahan
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Tugas pengujian material
Tugas pengujian materialTugas pengujian material
Tugas pengujian material
 
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingAnalisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
 
J3009 Unit 1
J3009   Unit 1J3009   Unit 1
J3009 Unit 1
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 

Mehr von Abrianto Akuan

Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Abrianto Akuan
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Abrianto Akuan
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)Abrianto Akuan
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Abrianto Akuan
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Abrianto Akuan
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Abrianto Akuan
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Abrianto Akuan
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Abrianto Akuan
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Abrianto Akuan
 

Mehr von Abrianto Akuan (20)

Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)
 
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
 
Index minerals (AA)
Index minerals (AA)Index minerals (AA)
Index minerals (AA)
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)
 
Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
 

Kürzlich hochgeladen

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 

4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)

  • 2. Sesi Metode Pokok Bahasan Hasil Pembelajaran Penilaian Hasil Pembelajaran Ke- Penilaian Mahasiswa mampu menjelaskan Karakteristik Mahasiswa mengetahui dan memahami 01 karakteristik dari patah lelah yang kelelahan logam kegagalan patah lelah pada komponen logam. terjadi pada komponen logam. Aspek metalurgi Mahasiswa mengetahui dan memahami aspek Mahasiswa mampu menjelaskan aspek 02 pada kelelahan metalurgi yang mempengaruhi perilaku metalurgi yang mempengaruhi logam kelelahan pada logam. perilaku kelelahan logam. Mahasiswa mampu menjelaskan batas Mahasiswa mengetahui dan memahami batas 03 batas lelah logam kelelahan logam serta cara kelelahan logam serta cara menentukannya. menentukannya. Mahasiswa mampu menghitung Mahasiswa mengetahui dan memahami tegangan yang bekerja pada komponen hubungan antara tegangan (S) yang bekerja 04 Konsep S-N logam serta mampu memprediksi pada komponen logam dengan umur (N) umur komponen tersebut berdasarkan ჱ Tugas komponen tersebut. Konsep S-N. ჱ UTS Mahasiswa mampu menghitung ჱ UAS Mahasiswa mengetahui dan memahami tegangan dan regangan yang bekerja hubungan antara regangan () yang bekerja 05 Konsep -N pada komponen logam serta mampu pada komponen logam dengan umur (N) memprediksi umur komponen tersebut komponen tersebut. berdasarkan konsep -N. Mahasiswa mampu menjelaskan dan Pengaruh takikan Mahasiswa mengetahui dan memahami menghitung pengaruh takikan ataupun 06 pada perilaku pengaruh takikan ataupun geometri geometri komponen terhadap umur kelelahan logam komponen terhadap kegagalan lelah. lelahnya. Mahasiswa mampu menjelaskan dan Penjalaran retak Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep penjalaran retak lelah serta 07 lelah konsep penjalaran retak lelah. mampu memprediksi umur lelah berdasarkan konsep tersebut. 2 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 3. Metoda ε-N didasarkan pada observasi terhadap banyak komponen yang merupakan respon material pada lokasi-lokasi kritis (takikan). Metoda ε-N ini memprediksi umur lelah tahap I (pembentukkan awal retak) saja, hal ini berbeda dengan metoda S-N yang memprediksi umur lelah tahap I dan II (penjalaran retak). Pada kondisi pembebanan rendah (HCF/LCS/ECS) akan menghasilkan Load Controlled Test (S-N) dan Strain Controlled Test (ε-N) yang equivalen. Metoda ε-N ini merupakan suatu metoda yang sangat berguna untuk mengevaluasi umur lelah dari komponen yang memiliki takikan. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 3
  • 4. 4.1 Perilaku Material 4.1.1 Perilaku Tegangan-Regangan Monotonik Suatu pengujian tarik monotonik pada spesimen uji, pada umumnya adalah untuk menentukan perilaku tegangan-regangan teknis dari suatu material (Gambar 4.1). Gambar 4.1 (a) Spesimen uji tarik sebelum dan pada saat terdeformasi. (b) perbandingan tegangan-regangan teknis dan sebenarnya. (a) (b) 4
  • 5. Keterangan Gambar 4.1 diatas adalah: P=beban lo=panjang awal do=diameter awal Ao=luas penampang awal l=panjang sebenarnya d=diameter sebenarnya A=luas penampang sebenarnya Persamaan tegangan-regangan: Tegangan teknis, S = P/Ao (4.1) Regangan teknis, e = ∆l/lo = (l-lo)/lo (4.2) Tegangan sebenarnya, σ = P/A (4.3) Regangan sebenarnya, ε = ∫l dl/l = ln l/lo (4.4) lo abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 5
  • 6. Hubungan tegangan-regangan teknis dan sebenarnya: ∆l= l-lo l=lo - ∆l maka, ε=ln [(lo+∆l)/lo] = ln (1+∆l/lo) = ln (1+e) (4.5) Hubungan tersebut berlaku sampai titik maksimum (necking) dimana pada daerah tersebut deformasi yang terjadi secara homogen sehingga berlaku pula hubungan volume konstan. Maka hubungan tegangan teknis dan sebenarnya pada daerah ini adalah: Ao lo = Al Ao /A = l/lo ε = ln l/lo = ln Ao/A = ln (1+e) S = F/Ao σ = F/Ao = S Ao /A = S (1+e) (4.6) 6 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 7. Regangan total yang terjadi pada saat deformasi adalah jumlah dari regangan elastis dan regangan plastis. εt = εe + εp (4.7) secara skematis, regangan total ini ditunjukkan pada Gambar 4.1 dibawah ini. Gambar 4.2 Regangan elastis dan plastis. 7 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 8. Hubungan tegangan-regangan pada daerah elastis, dinyatakan oleh persamaan Hooke: εe = σ/E (4.8) dimana, E=Modulus elastisitas. Sedangkan hubungan tegangan-regangan plastis, mengikuti persamaan tegangan alir sebagai berikut: σ = K ε pn εp = (σ/K)1/n (4.9) dimana, K=keofisien kekuatan n=exponen pengerasan regangan: Su/Sy = (n/offset)n exp (-n) abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 8
  • 9. Dari hubungan tegangan-regangan pada titik patah (fracture): σf = Ff/Af εf = ln Ao/Af = ln 1/(1-q) σf = K εfn maka, K = σf/εfn (4.10) sehingga: εp = [σ/ (σf/εfn )]1/n= [(σ εfn)/ σf]1/n = εf (σ/σf)1/n (4.11) dari Persamaan 4.7 dan 4.8 maka: εt = σ/E + (σ/K)1/n (4.12) abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 9
  • 10. 4.1.2 Perilaku Tegangan-Regangan Siklik Kurva tegangan-regangan monotonik telah lama dipergunakan dalam menentukan parameter desain untuk membatasi tegangan-tegangan yang terjadi pada struktur teknik dan komponen yang mengalami pembebanan statis. Demikian halnya dengan kurva tegangan-regangan siklik, adalah dipergunakan untuk memperkirakan ketahanan struktur dan komponen yang mengalami pembebanan siklik atau dinamis (beban berubah-ubah atau berulang-ulang). Gambar 4.3 menunjukkan kurva histerisis loop sebagai respon material terhadap pembebanan siklik. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 10
  • 11. Gambar 4.3 Diagram histerisis (hysteresis loop). 11 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 12. Tegangan-regangan amplitudo: εa = ∆ε/2 (4.13) σa = ∆σ/2 (4.14) Regangan total: ∆ε = ∆εe + ∆εp (4.15) Regangan amplitudo total: ∆ε/2 = ∆εe/2 + ∆εp/2 (4.16) Dengan substitusi dari hukum Hooke, maka: ∆ε/2 = ∆σ /2 + ∆εp/2 (4.17) 12 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 13. 4.1.2 Perilaku Transient: Regangan Siklik Hardening dan Regangan Siklik Softening Respon tegangan regangan dari logam, seringkali berubah secara drastis pada pembebanan siklik. Perubahan ini tergantung pada kondisi logamnya (hardening dan tempering atau annealing) yang meliputi: • Cyclically harden • Cyclically soften • Stabil • Campuran antara soften dan harden Pada Gambar 4.4 ditunjukkan respon tegangan dari suatu material yang mengalami pembebanan regangan (b) dan respon regangan-regangan untuk dua siklus (c). Pada gambar tersebut terlihat peningkatan tegangan pada setiap siklus regangan, sebaliknya penurunan tegangan dari siklik sotening diperlihatkan pada13 Gambar 4.5.
  • 14. Gambar 4.4 Siklik hardening: (a) Gambar 4.4 Siklik softening: (a) Amplitudo regangan konstan. (b) Amplitudo regangan konstan. (b) Respon tegangan. (c) Respon Respon tegangan. (c) Respon tegangan-regangan siklik. tegangan-regangan siklik. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 14
  • 15. Respon tegangan-regangan siklik untuk terjadinya siklik hardening atau softening adalah tergantung pada kestabilan substruktur dislokasinya, secara umum: Pada material lunak, awalnya kerapatan dislokasinya rendah, dengan adanya cyclic plastic straining maka kerapatan dislokasinya akan meningkat sehingga menjadi bertambah keras atau kuat (siklik hardening). Pada material keras, adanya cyclic plastic straining akan menyebabkan terjadinya pengturan dislokasi sehingga menurunkan ketahanan terhadap deformasi (siklik softening). abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 15
  • 16. Manson memprediksi fenomena siklik hardening atau softening dari suatu material berdasarkan sifat-sifat monotoniknya (Gambar 4.6), yaitu: •σuts / σys > 1,4 maka material akan mengalami siklik hardening. •σuts / σys < 1,2 maka material akan mengalami siklik softening. Perilaku siklik ini dapat pula diprediksi bedasarkan nilai eksponen pengerasan regangan monotonik, yaitu: •n > 0,2 maka material akan mengalami siklik hardening. •n < 0,1 maka material akan mengalami siklik softening. Pada umumnya perilaku siklik hardening atau softening terjadi hanya pada awal kelelahan (±20÷40% umur lelah) dan selanjutnya adalah stabil (±50% umur lelah). abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 16
  • 17. Gambar 4.6 Kurva tegangan-regangan siklik dan monotonik. 17 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 18. 4.2 Hubungan Tegangan-Regangan siklik Seperti halnya dalam kondisi monotonik, maka hubungan tegangan-regangan pada kondisi siklik dapt dinyatakan sebagai berikut: σ = K’ εpn’ (4.18) dimana, σ =tegangan amplitudo K’=konstanta tegangan siklik εp=regangan plastis siklik n’=koefisien pengerasan regangan siklik, ditentukan dari plot log-log tegangan-regangan siklik, secara umum untuk logam besarnya adalah: 0,1÷0,25 rata- rata: 0,15 sehingga: εp = (σ/K’)1/n (4.19) maka sesuai dengan Persamaan (4.7) dan (4.12): ε = σ/E + (σ/K’)1/n’ (4.20) abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 18
  • 19. Gambar 4.7 Plot log-log tegangan-regangan siklik. dan regangan amplitudonya sesuai dengan Persamaan (4.16) yaitu: ∆ε/2 = ∆σ/2E + (∆σ/2K’)1/n’ (4.21) Atau total regangannya adalah: ∆ε = ∆σ/E + 2(∆σ/2K’)1/n’ (4.22) 19
  • 20. Contoh Soal 4.1: Material dengan sifat-sifat mekanik sebagai berikut: E=30. 103 ksi n’=0,202 K’=174,6 ksi Material tersebut dikenai regangan berulang (fully reversed) dengan range regangan, ∆ε=0,04. Tentukan respon tegangan-regangan dari material tersebut. Jawab: Gambar dibawah ini menunjukkan sejarah regangannya, pada pembebanan awal (titik. 1): ε1 = σ1/E + (σ1/K’)1/n’ 0,02= σ1/30.103 + (σ1/174,6)1/0,202 σ1=77,1 ksi abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 20
  • 21. Regangan amplitudo: ∆ε = ∆σ/E + 2(∆σ/2K’)1/n’ 0,04= ∆σ/30.103 + 2(∆σ/(2. 174,6))1/0,202 ∆σ=154,2 ksi Tegangan pada titik. 2: ε2 = ε1 - ∆ε = 0,02 – 0,04 = -0,02 σ2 = σ1 - ∆σ = 77,1 – 154,2 = -77,1 ksi abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 21
  • 22. 4.3 Kurva ε-N (Regangan-Siklus) Tahun 1910, Basquin meneliti bahwa data S-N (regangan elastik) dapat di plot secara linier dalam skala log-log: ∆σ/2 = σ’f (2Nf)b (4.23) dimana, ∆σ/2 =amplitudo tegangan σ’f =konstanta kekuatan (tegangan) lelah 2Nf =jumlah siklus kegagalan (1 putaran=1/2 siklus) b =eksponen kekuatan (tegangan) lelah atau eksponen Basquin=-0,05÷-0,12 ; rata-rata=-0,085 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 22
  • 23. Pada tahun 1950-an, Coffin dan Manson (sendiri- sendiri) menemukan data εp-N juga linier dalam koordinat log-log: ∆εp/2 = ε’f (2Nf)c (4.24) dimana, ∆εp/2 =amplitudo regangan plastis ε’f =konstanta keuletan (regangan) lelah (untuk logam ulet≈1 dan untuk logam keras≈0,5) c =eksponen keuletan (regangan) lelah= -0,5 (Coffin, untuk logam keras) ÷ -0,7(Manson, untuk logam ulet), rata-rata= -0,6 (Manson) abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 23
  • 24. Sehingga amplitudo regangannya sesuai dengan Persamaan (4.16) dan (4.17) adalah: ∆ε/2 = σ’f/E (2Nf)b + ε’f (2Nf)c (4.25) Persamaan (4.25) diatas jika di plot dalam sebuah diagram menghasilkan kurva seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.8 (a) berikut ini. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 24
  • 25. (a) (b) Gambar 4.8 Kurva ε-N. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 25
  • 26. Umur transisi (Gambar 4.8 (b)) yang merupakan umur regangan elastis sama dengan umur regangan plastis dapat ditentukan sebagai berikut: ∆εe/2 = ∆εp/2 σ’f/E (2Nf)b = ε’f (2Nf)c dimana 2Nf=2Nt 2Nt = (ε’f E / σ’f )1/b-c (4.26) Berdasarkan Gambar 4.8 (b), dapat ditunjukkan bahwa jika kekuatan atau kekerasan material meningkat maka umur transisi akan menurun. Hal ini diperlihatkan pula pada Gambar 4.9 berikut ini. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 26
  • 27. Gambar 4.9 Kurva ε-N untuk baja karbon medium kondisi quenching dan normalizing abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 27
  • 28. Pada baja karbon medium yang dinormalising (relatif ulet): 2Nt=90.000 siklus dan jika dalam kondisi dikeraskan (queching) akan memiliki 2Nt=15 siklus. Dengan demikian untuk regangan tertentu pada kondisi quenching akan memberikan umur lelah yang lebih lama pada daerah pembebanan regangan elastis atau siklus lelah tinggi. Sebaliknya pada kondisi normalising akan memberikan umur lelah yang lebih lama pada pembebanan regangan plastis atau siklus lelah rendah (lihat Gambar 3.1). abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 28
  • 29. Contoh Soal 4.2: Berikut ini diberikan data sifat mekanik monotonik dan siklik dari suatu spesimen baja yang dipoles, yaitu: Data monotonik. Sy = 158 ksi Su = 168 ksi E = 28,4 X 103 ksi σf = 228 ksi q = 52 % εf = 0,734 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 29
  • 30. Data siklik: abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 30
  • 31. Tentukanlah konstanta tegangan-regangan dan regangan-siklus (K’, n’, σ’f , b, ε’f , c) untuk baja tersebut. Jawab: Menentukan σ’f dan b dengan menggunakan hubungan antara tegangan amplitudo dengan siklus kegagalan (dari data siklik): ∆σ/2 = σ’f (2Nf)b Menentukan ε’f dan c dengan menggunakan hubungan antara amplitudo regangan plastis dengan siklus kegagalan (dari data siklik): ∆εp /2 = ε’f (2Nf)c abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 31
  • 32. Kurva regangan-siklus berdasarkan data siklik: maka sifat-sifat sikliknya adalah: σ’f = 222 ksi (berdasarkan pendekatan = 228 ksi) b = -0,076 (berdasarkan pendekatan = -0,085) ε’f = 0,811 (berdasarkan pendekatan = 0,734) c = -0,732 (berdasarkan pendekatan = -0,6) 32
  • 33. Menentukan K’ dan n’ dengan menggunakan hubungan antara tegangan amplitudo dengan amplitudo regangan plastis: σ = K’ (εp)n’ maka menghasilkan sifat-sifat siklik: K’ = 216 ksi n’ = 0,094 atau dapat ditentukan pula melalui persamaan: K’ = σ’f / (ε’f)n’ = 227 ksi dan n’ = b/c = 0,104 abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 33
  • 34. Contoh Soal 4.3: Suatu batang komponen baja dengan kekuatan tarik, Su = 114 Ksi memiliki lebar 1 inch dan tebal ¼ inch dan pada kedua sisinya terdapat takikan ½ lingkaran dengan radius 1/10 inch. Tentukan umur lelah komponen tersebut jika dikenai beban berulang (R=-1) dengan amplitudo beban 10 Kips. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 34
  • 35. Jawab. Penampang sisa, Anet = ¼ . 0,8 = 0,2 in2 Maka: Snet = P/Anet = 10 Kips / 0,2 in2 = 50 Ksi Berdasarkan persamaan ε-N: ∆ε/2 = σ’f (2Nf)b + ε’f (2Nf)c b=-0,085 (diambil nilai rata-ratanya) c =-0,6 (diambil nilai rata-ratanya) σ’f ≈ σf ≈ Su+50 (ksi) = 114+50=164 ksi ε’f ≈ εf =ln 1/(1-q)=1(diambil untuk logam ulet) abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 35
  • 36. ∆ε = ∆σ/E + 2(∆σ/2K’)1/n’ ∆σ=σmax- σmin=50-(-50)=100 ksi n’ ≈ n atau n’=b/c=-0,085/-0,6=0.142 K’= σ’f/ε’fn’=154 ksi maka: ∆ε = 100/30.103 + 2(100/(2. 154))1/0,142 = 0,0042 sehingga: ∆ε/2 = σ’f/E (2Nf)b + ε’f (2Nf)c 0,0021= (164/30.103) (2Nf)-0,085 + 1 (2Nf)-0,6 maka: 2Nf = 70.000 siklus (dihitung dengan teknik iterasi) Umur tersebut merupakan umur fatik tahap satu yaitu pada tahap pembentukan awal retak. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 36
  • 38. 4.1 Suatu logam memiliki sifat mekanik monotonik sebagai berikut: E=193 Gpa Su=650 Mpa Sy=325 Mpa Pada kondisi pembebanan siklik, apakah material akan bertambah keras atau bertambah lunak? Hitung regangan yang dicapai pada ½ siklus pertama untuk tegangan amplitudo 200 Mpa. Tentukan regangan total (stabil) dan amplitudo regangan untuk tegangan amplitudo 200 Mpa. abrianto_akuan@T.Metalurgi-UNJANI 38
  • 39. 4.2 Berikut ini disampaikan kurva beban- pertambahan panjang dari material kuningan dengan nilai modulus elastisitas, E = 100 Gpa dan data lainnya sebagai berikut: Panjang awal, lo = 167 mm Diameter awal, do = 3,17 mm Diameter akhir (pada daerah necking), df = 2,55 mm Tentukanlah: •kekuatan luluh (0,2 % offset), Sy. •Kekuatan tarik, Su. •Prosentase reduksi penampang, % RA. •Regangan patah sebenarnya, εf. •Kekuatan patah sebenarnya, σf. •Konstanta tegangan, K. •Eksponen pengerasan regangan,n. •Tegangan sebenarnya pada beban maksimum. •Regangan sebenarnya pada beban maksimum. 39
  • 41. 4.3 Berikut ini disampaikan data sifat mekanik monotonik beberapa logam-logam teknik. 41
  • 42. Manakah diantara logam-logam tersebut yang akan mengalami siklik hardening, softening atau stabil? Tunjukkan pula dari logam-logam tersebut yang menjadi pilihan terbaik untuk menentukan: •Beban tarik maksimum (batang halus). •Perpanjangan seragam maksimum sebelum necking pada saat pembebanan tarik. •Energi maksimum yang diperlukan dari batang halus untuk terjadinya regangan sebesar 0,001. •Energi maksimum yang diperlukan untuk terjadinya patah. •Regangan elastis minimum pada saat terjadinya necking. •Regangan totalmaksimum pada saat necking. 42
  • 43. 4.4 Berikut ini disampaikan data parameter tegangan-regangan siklik dan regangan-siklus dari suatu baja. σ’f = 133 ksi b = -0,095 ε’f = 0,26 c = -0,47 n’ = 0,202 K’ = 174,6 ksi E = 30.103 ksi Tentukanlah umur fatik dari baja tersebut dengan kondisi regangan seperti ditunjukkan pada Gambar dibawah ini. Kondisi regangan A: amplitudo konstan. B dan C: memiliki overload awal sebagai tegangan sisa. 43
  • 44. Pergunakanlah persamaan regangan-siklus dari Morrow yang memperhitungkan tegangan rata-rata, σo yaitu sebagai berikut: ∆ε/2 = ((σ’f – σo) / E) (2Nf)b + ε’f (2Nf)c Dalam perhitungan umur fatik ini pergunakanlah juga persamaan Manson-Halford: ∆ε/2 = ((σ’f – σo) / E) (2Nf)b + ε’f ((σ’f – σo) / σ’f)c/b (2Nf)c Bandingkan pula hasilnya jika mempergunakan persamaan Smith-Watson-Topper: σmax (∆ε/2) = ((σ’f)2 / E) (2Nf)2b + σ’f ε’f (2Nf)b+c 44