SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 61
Downloaden Sie, um offline zu lesen
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perencanaan pembangunan daerah mengalami
perubahan mendasar seiring dengan tuntutan pada bidang
politik, penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan
pengelolaan keuangan negara. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah mengatur sistem
Pemilihan Kepala Daerah yang dilaksanakan secara langsung.
Paparan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah terpilih akan
menjadi bahan utama penyusunan agenda kerja Pemerintah
Daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala
Daerah terpilih harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan menetapkannya paling lambat
3 (tiga) bulan setelah pelantikan dengan Peraturan Kepala
Daerah.
Penyusunan RPJMD dimaksudkan untuk memberi arah
dan pedoman bagi pelaksanaan pembangunan suatu provinsi.
Penyusunan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat sendiri untuk
periode Tahun 2006 – 2011. RPJMD ini merupakan penjabaran
dari Visi, Misi dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM-Nasional) yang memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan
agenda pembangunan daerah.
Dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Barat ini juga memuat
program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
program lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (lintas SKPD), dan
program kewilayahan. Setiap program dan kegiatan disertai
dengan kerangka regulasi dan kerangka pendanaannya yang
bersifat indikatif.
Provinsi Sulawesi Barat merupakan provinsi yang baru,
karenanya kepemimpinan Kepala Daerah saat ini merupakan
Kepala Daerah pertama di Provinsi Sulawesi Barat. Upaya untuk
mencapai tujuan dari pembentukan provinsi yang masih baru ini,
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
2
maka sangat diharapkan semua komponen melaksanakan
pembangunan secara sungguh-sungguh demi kesejahteraan
masyarakat. Kerja keras dan kerjasama mutlak dibangun dan
dibudayakan, untuk menghilangkan predikat daerah tertinggal
yang diberikan kepada Provinsi Sulawesi Barat, dan mempercepat
pemenuhan hak dasar masyarakat.
B. Maksud dan Tujuan
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat ini ditetapkan dengan
maksud menjadi arah bagi pelaksanaan pembangunan di Provinsi
Sulawesi Barat lima tahun kedepan. Tujuannya agar dapat
menjadi pedoman bagi SKPD dalam merumuskan program dan
kegiatannya dalam upaya mewujudkan visi melalui pelaksanaan
misi dan penjabaran agenda pembangunan yang telah
ditentukan.
Periode pelaksanaan pembangunan lima tahun kedepan
merupakan periode yang bernuansa strategis karena akan
meletakkan dasar-dasar bagi terwujudkan Visi Provinsi Sulawesi
Barat, sehingga pembangunan yang dilaksanakan perlu diberikan
arah. Demikian pula oleh SKPD dalam merumuskan program dan
kegiatan yang akan dilaksanakannya lima tahun kedepan perlu
diberikan pedoman. Penetapan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat
ini ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat ini ditetapkan untuk
mempercepat terwujudnya Visi Pembangunan Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2006–2011, yaitu melalui pelaksanaan misi dan
penjabaran agenda dan program prioritas pembangunan yang
telah ditetapkan, juga sebagai media informasi dan evaluasi bagi
masyarakat mengenai pelaksanaan pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dalam
kurun waktu lima tahun kedepan sejak Tahun 2006 hingga 2011.
C. Landasan Hukum
Dalam penetapan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun
2006–2011, peraturan perundang-undangan yang dijadikan
landasan hukum, adalah sebagai berikut :
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
3
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355).
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389).
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4400).
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501).
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI
tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4022).
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Sulawesi Barat (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4022).
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara RI tahun 2004 nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437).
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 126, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4438).
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah
Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara RI Nomor
3952).
11. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
4
(Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 202, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4022).
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2004 - 2009 (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor
11).
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
D. Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011,
merupakan dokumen perencanaan pembangunan yang bersifat
strategis, disamping karena muatannya yang menjadi arah dan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah lima tahun
kedepan, juga karena dokumen RPJMD memiliki relevansi yang
terintegrasi dengan dokumen perencanaan pembangunan
lainnya.
Dalam penyusunan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat
beberapa dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman adalah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Dokumen perencanaan pembangunan tersebut digunakan
sebagai pedoman agar tercipta kesesuaian dan kesatuan antar
dokumen perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional
maupun di tingkat daerah. sehingga terjadi kesinambungan dan
integrasi pelaksanaan pembangunan.
Selanjutnya RPJMD Provinsi Sulawesi Barat yang
ditetapkan untuk Tahun 2006 – 2011, digunakan sebagai
pedoman bagi seluruh SKPD Provinsi Sulawesi Barat untuk
membuat Rencana Strategis (Renstra) yang berisi program dan
kegiatan SKPD yang akan dilaksanakannya untuk jangka waktu
2006 – 2011. Program dan kegiatan SKPD yang termuat dalam
Renstra SKPD merupakan penjabaran arah kebijakan dan
prioritas program pembangunan yang telah ditentukan dalam
RPJMD. Setiap tahunnya masing-masing SKPD, membuat
Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD) sebagai pelaksanaan tahunan
Renstra SKPD.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
5
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat yang ditetapkan juga
menjadi acuan bagi Pemerintah Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi
Barat dalam menetapkan RPJMD Kabupaten. Sedangkan RPJMD
Kabupaten menjadi pedoman bagi SKPD Kabupaten masing-
masing dalam membuat Rencana Strategis SKPD dan selanjutnya
dijabarkan dalam Rencana Kerja SKPD Kabupaten. Sehingga
pelaksanaan pembangunan antar Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat terjadi kesesuaian dan
saling berintegrasi, guna mencapai Visi Pemerintah Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2006 – 2011.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika yang dipakai dalam penyusunan RPJMD
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011 ini mengacu pada
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tanggal
11 Agustus 2005 Perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJPD
dan RPJMD, sehingga sistematika RPJMD Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2006 - 2011 adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, merupakan uraian beberapa hal yang
menjadi latar belakang penyusunan dan penetapan RPJMD
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011, mengenai maksud
dan tujuan penyusunan, dasar hukum yang dijadikan landasan
penyusunan, hubungan antara RPJMD Provinsi Sulawesi Barat
dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya, dan
sistematika penyusunan.
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, berisi deskripsi
disertai analisis mengenai berbagai kondisi Provinsi Sulawesi
Barat, antara lain mengenai Kondisi Geografis, Perekonomian
Daerah, Sosial Budaya Daerah, Prasarana dan Sarana Daerah,
dan Keadaan Pemerintahan Umum.
BAB III VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH,
yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Kepala Daerah
Provinsi Sulawesi Barat periode Tahun 2006 – 2011, sedangkan
strategi pembangunan daerah menjelaskan beberapa strategi
yang akan ditempuh guna pencapaian visi dan melaksanakan
misi.
BAB IV ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH, menguraikan
analisa mengenai Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah, Arah
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
6
Pengelolaan Belanja Daerah, dan Arah Kebijakan Umum
Anggaran untuk lima tahun kedepan.
BAB V ARAH KEBIJAKAN UMUM, menjelaskan kebijakan yang
berkaitan dengan program Kepala Daerah, sebagai arah bagi
SKPD dalam merumuskan program dan kegiatannya untuk lima
tahun kedepan.
BAB VI AGENDA DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH,
merupakan beberapa prioritas yang diformulasi dalam bentuk
Agenda dan Program Pembangunan Daerah, sebagai upaya untuk
mewujudkan visi, melaksanakan misi dengan menggunakan
strategi yang telah ditetapkan.
BAB VII PENUTUP, memuat beberapa program transisi dan
kaidah pelaksanaan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006
- 2011.
LAMPIRAN – LAMPIRAN berisi Data Pendukung, Matriks
Program Lima Tahunan SKPD dan Matriks Program Tahunan
SKPD.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
7
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
A. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Sulawesi Barat berada pada posisi “Segitiga-Emas“ antara
Provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi
Tengah. Terlebih dengan wilayahnya yang berhadapan langsung
dengan Selat Makassar, jalur lalu lintas pelayaran nasional dan
internasional. Posisi ini dianggap sangat menguntungkan, karena
memberikan nilai tambah untuk pengembangan sosial ekonomi
wilayah ke depan.
Secara geografis, kondisi
wilayah Sulawesi Barat berada
pada koordinat antara
118°43’15’’ - 119°54’3’’ Bujur
Timur, serta 0°12’ hingga 03°38’
Lintang Selatan, sehingga letak
Provinsi Sulawesi Barat sangat
strategis.
Secara administratif,
batas wilayah Provinsi Sulawesi
Barat adalah: sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah; bebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten
Tana Toraja dan Kabupaten
Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan; sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan
dan Teluk Mandar; sebelah barat berbatasan dengan Selat
Makassar.
Luas Wilayah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 16.937,16
Km2, dengan luas wilayah laut sebesar 7.668,84 Km2, dan
panjang garis pantai barat memanjang dari utara ke selatan
sepanjang 639,07 km. Memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA)
yang beraneka ragam, baik di darat maupun di laut, antara lain
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan/kelautan,
pertambangan dan pariwisata.
Gambar 1. Peta Sulawesi Barat
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
8
Secara administratif, Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari 5
(lima Kabupaten yaitu: Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten
Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara dan
Kabupaten Mamasa. Ibu Kota Provinsi terletak di Kabupaten
Mamuju. Jumlah sungai yang
mengaliri wilayah Sulawesi
Barat tercatat sekitar
delapan aliran sungai,
dengan jumlah aliran yang
terbesar di Kabupaten
Polewali Mandar, yakni 5
aliran sungai. Sungai yang
terpanjang tercatat ada dua
yakni Sungai Saddang yang
mengalir meliputi Kabupaten
Tator, Enrekang, Pinrang
dan Polewali Mandar serta
Sungai Karama di
Kabupaten Mamuju. Panjang
kedua sungai tersebut
masing-masing + 150 Km2.
Di Provinsi Sulawesi Barat terdapat dua buah gunung
yang mempunyai ketinggian diatas 2.500 M, dengan gunung
tertinggi adalah Ganda Dewata dengan ketinggian 3.074 M dpl.
Gunung ini berdiri tegak di Kabupaten Mamuju. Uraian di atas
dapat dilihat pada Tabel 1 Lampiran I.
B. Iklim
Provinsi Sulawesi Barat mempunyai kelembaban udara
relatif tinggi, dimana pada tahun 2005 rata-rata berkisar antara
74 Persen sampai 85 Persen. Untuk kecepatan angin hampir
seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat umumnya merata
tiap bulannya yaitu berkisar 3-7 Km/Jam.
C. Keadaan Topografi
Topografi Provinsi Sulawesi Barat adalah bervariasi dari
datar, berbukit sampai bergunung. Daerah topografi datar dapat
Gambar 2. Kabupaten di Prov.Sulbar
KEPULAUAN
BALA-BALAKANG
KAB.
MAMUJU
UTARA
POLEWALI
MAJENE
SELAT MAKASSAR
SELAT MAKASSAR
KAB. DONGGALA
SULTENG
KAB.
LUWU UTARA
SULSEL
KAB. TANA
TORAJA
SULSEL
KAB.
PINRANG
SULSEL
KAB.
ENREKANG
SULSEL
PROVINSIPROVINSI
SULAWESI BARATSULAWESI BARAT
KAB.
MAMUJU
KAB.
MAMASA
MAMASA
KAB.
MAJENE
MAMUJU
PASANG KAYU
KAB.
POLEWALI
MANDAR
KEPULAUAN
BALA-BALAKANG
KAB.
MAMUJU
UTARA
POLEWALI
MAJENE
SELAT MAKASSAR
SELAT MAKASSAR
KAB. DONGGALA
SULTENG
KAB.
LUWU UTARA
SULSEL
KAB. TANA
TORAJA
SULSEL
KAB.
PINRANG
SULSEL
KAB.
ENREKANG
SULSEL
PROVINSIPROVINSI
SULAWESI BARATSULAWESI BARAT
KAB.
MAMUJU
KAB.
MAMASA
MAMASA
KAB.
MAJENE
MAMUJU
PASANG KAYU
KAB.
POLEWALI
MANDAR
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
9
dijumpai di sebagian besar Kabupaten Polewali Mandar dan
Mamuju Utara sedangkan Mamuju, Majene dan Mamasa adalah
berbukit sampai bergunung.
Daya dukung fisik dan lingkungan Provinsi Sulawesi Barat
dimaksudkan adalah kemampuan fisik, karakteristik lahan,
kesesuaian lahan, dan lingkungan untuk pertanian dalam
mendukung pengembangan komoditas pertanian. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk mendukung hal-hal di atas adalah
kondisi tata guna tanah, lokasi geografis, sumberdaya air, kondisi
topografi, status dan nilai tanah, dan lain-lainnya.
Kondisi Topografi Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari
laut dalam, dataran rendah, dataran tinggi dan pengunungan
dengan tingkat kesuburan yang tinggi, sehingga memungkinkan
berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik.
D. Pengunaan Lahan
Lahan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas areal
persawahan, perkebunan, peternakan, perikanan, hutan lindung,
hutan produksi, padang rumput, pemukiman, industri, jasa,
pertambangan, jalan dan lain-lain. Meskipun data tentang
ketersediaan lahan di setiap kabupaten telah ada, akan tetapi jika
ditelusuri luas lahan dan bahkan status lahan tersebut,
seringkali data kabupaten yang diinginkan tidak tersedia dan
tidak valid untuk dijadikan data pendukung bagi para investor
sehingga seringkali menghambat kegiatan investasi di setiap
kabupaten.
Dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala BPN No. 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan
Penggunaan Tanah Pedesaan dan Penggunaan Tanah Perkotaan,
klasifikasi penggunaan lahan di Provinsi Sulawesi Barat tetap
didominasi hutan dengan luas areal mencapai 1.124.496,46 Ha
atau mencapai 66,38 persen dari luas wilayah. Kemudian diikuti
oleh lahan hutan belukar, hutan sejenis, perkebunan besar,
kebun campuran, perkebunan rakyat, alang-alang hingga sawah.
Sedangkan areal pemukiman hanya 0,90 persen dari luas
wilayah. Hal ini menggambarkan bahwa Provinsi Sulawesi Barat
masih sangat potensial untuk dikembangkan, terutama bagi
sektor kehutanan, perkebunan/ pertanian. Data di atas dapat
dilihat pada Tabel 1 di Lampiran I.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
10
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat sesuai dengan
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 44 Tahun
2004, tentang Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan dan Peta
Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) adalah 1.693.718 Ha.
Luas wilayah tersebut terdiri dari Kawasan Non Budidaya
(Lindung) seluas 669.358 Ha atau sebesar 39,52 persen dan
Kawasan Budidaya seluas 1.024.360 Ha atau sebesar 60,48
persen.
E. Perekonomian Daerah
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai
PDRB (atas dasar harga konstan) yang berhasil diciptakan pada
tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya.
Penggunaan angka atas dasar harga konstan ini dimaksudkan
untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga
perubahan yang diukur merupakan perubahan riil ekonomi.
Dalam penghitungan PDRB 2005, pertumbuhan ekonomi baik
nasional maupun regional dihitung dengan menggunakan harga
konstan Tahun 2000 sebagai tahun dasar.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat selama
periode Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2005 dapat dilihat
pada Tabel 2.1
Tabel 2.3 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi
N0. Tahun
PDRB
(Rp Milyar)
Perkembangan
(%)
PDRB
Atas Dasar Harga
Konstan (Rp Milyar)
Pertumbuhan
(%)
1.
2.
3.
2003
2004
2005
3.428,62
3.869,65
4.422,95
8,27
12,86
14,30
2.783,19
2.946,31
3.120,77
3,21
5,86
5,92
Sumber : BPS, PDRB Prov. Sulawesi Barat Tahun 2005
Dalam kurun waktu Tahun 2003 sampai dengan 2005
tidak terdapat pergeseran yang berarti pada struktur ekonomi
provinsi ini. Pada Tabel 2.4. menunjukkan peranan sektor
pertanian terhadap perekonomian Sulawesi Barat masih cukup
besar yakni rata-rata 57,32 persen. Tingginya peranan ini
ditopang oleh subsektor perkebunan dengan kontribusi rata-rata
28,04 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk Sulawesi Barat masih mengandalkan sektor pertanian
tanaman perkebunan.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
11
Selain pertanian, sektor lain yang mempunyai kontribusi
cukup besar adalah sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, dan sektor industri pengolahan yang masing-
masing menyumbang 12,83 persen, 12,74 persen, dan 7,35
persen (keadaan Tahun 2005) terhadap pembentukan total PDRB
Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air
bersih pada tahun yang sama mempunyai kontribusi yang paling
kecil, hanya sekitar 0,36 persen.
Tabel 2.2 Struktur Ekonomi Provinsi Sulawesi Barat, Tahun
2003 - 2005 (dalam persen)
No. Lapangan Usaha 2003 2004 2005
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian
Pertambangan/Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Bangunan
Perdagangan
Angkutan dan Komunikasi
Lembaga keuangan
Jasa-jasa
58,08
0,60
7,18
0,37
2,81
11,68
2,51
4,01
12,77
57,98
0,62
7,21
0,37
2,82
11,50
2,48
4,47
12,55
55,91
0,62
7,35
0,36
3,03
12,74
4,63
4,63
12,83
Tingginya persentase kontribusi lapangan usaha sektor
pertanian berkorelasi dengan besarnya jumlah penduduk yang
bekerja di sektor tersebut. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
3. Lampiran I terdapat 76,00 persen penduduk usia kerja di
Provinsi Sulawesi Barat yang bekerja di sektor pertanian, yakni
Mamuju (79,43 %), Majene (53,46 %), Polewali Mandar (68,33 %),
Mamasa (90,40 %) dan Mamuju Utara (85,08 %). Di antara lima
daerah dalam lingkup Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Majene
dan Mamasa adalah daerah yang dalam struktur
perekonomiannya terdapat sektor ekonomi yang cukup signifikan
tidak bertumpu pada pertanian secara langsung (9,33 %), tetapi
sektor yang menyerap lapangan kerja terbesar seperti
perdagangan (30,34 %), angkutan dan komunikasi (17,18 %) dan
jasa (22,77 %) juga merupakan rangkaian dari proses distribusi
dan perdagangan hasil-hasil komoditas sektor pertanian.
Sedangkan penduduk usia kerja pada sektor lapangan usaha
diluar sektor di atas seperti pertambangan, industri pengolahan,
listrik, gas dan air, bangunan serta keuangan dan persewaan,
porsinya masih di bawah 10 persen.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
12
Jika dilihat per sektor ekonomi untuk PDRB Tahun 2005,
maka pada umumnya pertumbuhan riilnya lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat, kecuali untuk sektor
pertanian (3,10 %) dan sektor pertambangan dan penggalian
(2,02). Namun demikian, sektor yang tumbuh tinggi adalah sektor
yang memiliki kontribusi relatif kecil terhadap PDRB. Berikut ini
adalah uraian tentang masing-masing subsektor dalam
perekonomian Sulawesi Barat.
1. Pertanian Tanaman Pangan
Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan,
tanaman pangan lainnya adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar
dan kacang-kacangan.
Produksi padi pada Tahun 2005 adalah 253.886 Ton yang
dipanen dari areal seluas 59.766 Ha atau rata-rata 4,25 Ton
Per Ha. Sebagian besar produksi padi dihasilkan oleh jenis
padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 6,28 persen dari
seluruh produksi padi atau sebesar 244.442 Ton,
sedangkan sisanya dihasilkan padi ladang.
Produksi jagung Provinsi
Sulawesi Barat pada Tahun
2005 sebesar 17.343 Ton
dengan luas panen 5.219 Ha
atau menghasilkan rata-rata
3,32 Ton/Ha. Tabel 4
Lampiran I menunjukkan
banyaknya irigasi teknis, semi
teknis dan sederhana yang
mendukung produktivitas
pertanian tersebut,
sedangkanpada Tabel 5
Lampiran I dapat dilihat data
mengenai komoditas utama
tanaman pangan.
2. Perkebunan
Komoditas perkebunan yang menjadi unggulan dilihat
dari jumlah produksi dan prospek pengembangannya adalah
kakao, jambu mente, kelapa dalam, kelapa sawit, kelapa
Gambar 3. Areal Persawahan di Prov. Sulbar
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
13
hibrida dan kopi arabika. Komoditas ini merupakan prioritas
untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
Indonesia merupakan
negara produsen kakao
kedua di dunia yang
mengekspor produksi
kakaonya hingga 70 persen.
Di samping itu, kelapa sawit
juga merupakan produk
unggulan mengingat semakin
berkurangnya persediaan
minyak fosil. Selain perluasan
areal tanaman kakao dan
kelapa sawit, peningkatan
mutu juga menjadi prioritas
utama dalam pengembangan komoditas perkebunan. Saat ini
di wilayah Provinsi Sulawesi Barat lokasi pertanaman
perkebunan kakao terdapat di semua kabupaten sedangkan
untuk kelapa sawit hanya terdapat di dua kabupaten. Tabel 6
Lampiran I menggambarkan luas panen, produksi dan
produktivitas tanaman perkebunan yang ada.
3. Peternakan
Perkembangan subsektor peternakan di Provinsi
Sulawesi Barat cukup meyakinkan. Sebagaimana diketahui,
Kabupaten Majene dan Polewali Mandar dari dulu dikenal
sebagai daerah peternakan, meskipun dalam dekade terakhir
mengalami sedikit kemunduran.
Jenis ternak yang
berkembang di Sulawesi
Barat adalah sapi, kerbau,
kambing, ayam buras, ayam
ras, dan itik. Kondisi
berbagai jenis ternak
tersebut dapat dilihat pada
Tabel 7 Lampiran I.
Gambar 4. Perkebunan Kakao di Prov. Sulbar
Gambar 5. Potensi Ternak Sapi di Prov. Sulbar
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
14
4. Kehutanan
Areal hutan di Provinsi Sulawesi Barat tercatat sekitar
1,2 juta Ha. Bagian terbesar adalah Hutan Lindung seluas
700.200 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 341.904 Ha.
Jika dilihat dari daerah administratifnya, maka Kabupaten
Mamuju mempunyai jumlah hutan terluas yakni 700.553 Ha,
sedangkan yang terkecil pada Kabupaten Majene yaitu hanya
seluas 58.889 Ha. Luas kawasan hutan berdasarkan
kabupaten dapat dilihat pada Tabel 8 Lampiran I.
5. Perikanan
Kabupaten yang signifikan memiliki potensi
perikanan/kelautan adalah Mamuju, Majene, Polewali
Mandar dan Mamuju Utara. Garis pantai terpanjang di
Mamuju (275 Km), Mamuju Utara (150 Km), dan terpendek di
Polewali Mandar (89 Km), sedangkan Mamasa tidak mamiliki
garis pantai karena berada di daerah pengunungan. Tabel 9
Lampiran I menunjukkan luas wilayah dan panjang pantai
tiap kabupaten.
Adapun Produksi sektor
perikanan di Provinsi Sulawesi
Barat masih didominasi oleh
perikanan tangkap yaitu
sebanyak 41.944,9 Ton
sedangkan produksi tambak
sebesar 8.589,2 Ton kemudian
disusul dengan produksi
budidaya laut sebanyak
2.786,1 Ton. Data tersebut
dapat dilihat pada Tabel 10
Lampiran I.
6. Pertambangan
Potensi sumberdaya alam dari pertambangan di
wilayah Provinsi Sulawesi Barat cukup banyak. Sepanjang
pantai memiliki 7 (tujuh) blok Minyak dan Gas Bumi, yang 4
(empat) diantaranya sudah diselesaikan tender eksplorasinya.
Untuk jenis bahan galian logam terdapat emas, bijih besi,
mangan, nikel dan beberapa bahan galian logam lainnya.
Bahan galian non logam akan dapat ditemukan granit, batu
Gambar 6. Potensi Perikanan di Prov. Sulbar
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
15
gamping, kaolin, pasir kuarsa dan sebagainya. Keseluruhan
data ini dapat dilihat di Tabel 11 Lampiran I.
7. Industri Kecil dan Menengah
Keadaan industri kecil dan menengah dapat
ditunjukkan pada data yang telah tersedia. Pengembangan
industri kecil seperti industri makanan, kerajinan rumah
tangga, pembuatan furnitur, konfeksi, fotocopy, pandai besi,
bengkel dan industri kecil lainnya dijumpai di seluruh
kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Jenis industri kecil
yang cukup banyak menyerap tenaga kerja di seluruh
kabupaten adalah usaha gula aren dan pembuatan meubel.
Untuk usaha menengah, yang cukup banyak menyerap
tenaga kerja adalah pembuatan batu bata dan usaha
pemintalan sutra di Kabupaten Mamasa. Usaha-usaha
tersebut dikerjakan secara formal (ada izin dari pemerintah)
dan tidak formal. Tabel 12 Lampiran I memperlihatkan Sentra
industri kecil di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006.
8. Sektor Perdagangan dan Jasa
Salah satu jenis sektor jasa yang sedang dan akan
dikembangkan di Provinsi Sulawesi Barat adalah pariwisata.
Kebutuhan masyarakat akan rekreasi semakin berwujud
dengan tumbuhnya objek-objek wisata. Berbagai macam
objek wisata yang dapat dipromosikan adalah wisata alam,
wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata agro serta wisata
maritim/bahari.
Beberapa kabupaten telah
memiliki beberapa jenis objek
wisata tersebut, hanya saja
kualitas objeknya dan
pelayanannya masih perlu
ditingkatkan. Sebutlah
misalnya,Pulau Karampuang,
Pasir Putih Bakengkeng,
Pantai Datuk Panggalle,
Pulau Gusung Toraja, Pantai
Palippis dan
Lambuang, Sandeq, Permandian Air Panas Limboro,
Pemandian Air Panas Kole, Air Terjun Sanbabo, Anjoro Pitu,
Air Terjun Liawan, Gunung mambulling dan Puncak Mussa
Gambar 7. Potensi Pariwisata di Prov. Sulbar
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
16
Ballapeu. Tabel 13 Lampiran I memperlihatkan objek-objek
wisata andalan menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Barat.
Selain pengembangan jasa, kegiatan perdagangan juga
sangat perlu dikembangkan, meskipun sebagian dari kegiatan
ini sudah merupakan bagian dari pengembangan sektor
pertanian (perdagangan hasil-hasil pertanian) dan
pengembangan sektor industri kecil dan menengah
(perdagangan hasil-hasil industri kecil termasuk kerajinan).
Kegiatan perdagangan tersebut, selain untuk tujuan lokal
juga untuk perdagangan antar pulau untuk pasar Pulau
Jawa, Kalimantan dan daerah-daerah Kawasan Timur
Indonesia lainnya.
Kegiatan perdagangan yang berkembang lebih banyak
didominasi perdagangan hasil-hasil pertanian, seperti: beras,
jagung, jeruk manis, kakao, kopi, cengkeh, ikan, udang,
rumput laut dan berbagai komoditas lainnya, termasuk hasil
industri kecil dan menengah. Kegiatan ini lebih banyak
digerakkan dari pasar di Kabupaten Polman dan Mamuju
Dalam upaya memperlancar kegiatan terutama
perdagangan antar pulau, maka sedang dan akan
dikembangkan pelabuhan rakyat, seperti: pelabuhan di
Mamuju, Majene dan Polewali Mandar. Demikian pula
pelayanan jasa transportasi darat juga banyak berperan
dalam perdagangan tersebut.
F. Keadaan Peraturan Daerah
Provinsi Sulawesi Barat yang resmi terbentuk berdasarkan
UU Nomor 26 Tahun 2004, sampai saat ini baru menghasilkan 10
buah Peraturan Daerah yaitu:
1. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat No. 1 Tahun 2006
Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2006.
2. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 26 Tahun
2006 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan
dan Pimpinan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sulawesi Barat.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
17
3. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 3 Tahun
2006 tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Kendaraan Bermotor.
4. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 4 Tahun
2006 tentang Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
5. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 5 Tahun
2006 Tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan.
6. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 6 Tahun
2006 tentang Retribusi Pelayanan Jasa Ketatausahaan.
7. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 7 Tahun
2006 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga.
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 8 Tahun
2006 Tentang Lambang Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
9. Peraturan Daerah Provinsi sulawesi Barat Nomor 9 tahun
2006 tentang penggunaan lambang Daerah Provinsi Sulawesi
Barat.
10. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 10 Tahun
2006 Tentang Lagu Mars dan Hymne Provinsi Sulawesi Barat.
11. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 11 Tahun
2006 tentang Hari Jadi Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
12. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 12 Tahun
2006 Tentang Penetapan Perubahan APBD Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2006.
13. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.
14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 14 Tahun
2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2006 Tentang Kedudukan Protokuler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Barat
Dari ke sepuluh buah peraturan daerah (perda) yang telah
diterbitkan sebagaimana tersebut di atas terlihat bahwa perda
yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Barat hanya mencakup
tentang Penerimaan Daerah dan Lambang Daerah, belum ada
perda yang secara khusus dibuat untuk merangsang percepatan
pembangunan misalnya yang berhubungan dengan kemudahan
berinvestasi, peningkatan partisipasi masyarakat, swasta dan
lain-lain.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
18
G. Sosial Budaya
Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari
pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah
pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Dari tahun ke tahun
partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin
meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program
pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk lebih
meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam
bangku pendidikan.
Peningkatan partisipasi memperoleh bangku pendidikan
tentunya harus diikuti dengan berbagai peningkatan penyediaan
sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai. Hasil
capaian di bidang pendidikan Provinsi Sulawesi Barat dapat
dilihat pada Tabel 14 Lampiran I.
Di bidang kesehatan, Provinsi Sulawesi Barat masih
sangat membutuhkan tambahan prasarana kesehatan dan
tenaga medis/paramedis. Jumlah sarana pelayanan kesehatan di
Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada Tabel 15 Lampiran I.
Operasionalisasi pelayanan kesehatan dari sarana pelayanan
kesehatan yang ada tersebut, didukung oleh tenaga medis dan
paramedis sebagaimana tergambar dalam Tabel 16 Lampiran I.
Untuk Program Keluarga Berencana (KB), terjadi
penurunan jumah akseptor baru yaitu 11.976 orang pada Tahun
2004 menjadi 10.873 orang pada Tahun 2005, demikian pula
jumlah akseptor aktif juga mengalami penurunan yaitu 92.053
orang pada Tahun 2004 menjadi 80.780 orang pada Tahun 2005.
Untuk lebih jelasnya data akseptor di Provinsi Sulawesi Barat
dapat dilihat pada Tabel 17 Lampiran I.
Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat
dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama.
Tempat peribadatan umat Islam yang berupa masjid, langgar dan
musholah pada Tahun 2005 masing-masing berjumlah 3.154,70
dan 278 unit. Tempat peribadatan untuk umat Kristiani, Hindu
dan Budha masing-masing memiliki 85 gereja Khatolik, 304
gereja Protestan, 18 Pura dan 2 Wihara.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
19
Perkembangan sosial budaya masyarakat di Provinsi
Sulawesi Barat dapat diamati melalui aspek kependudukan
seperti tingkat pertumbuhan penduduk, ukuran keluarga,
budaya atau aktivitas sosial penduduk termasuk tradisi
masyarakat yang mengusahakan komoditas unggulan pada
khususnya maupun sektor unggulan pada umumnya.
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Barat adalah
1.022.257 Jiwa yang terbagi atas 510.928 jiwa laki-laki dan
511.330 jiwa perempuan, dengan perbandingan antara laki-laki
dan perempuan masing-masing sebesar 53,5 persen dan 46,5
persen. Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene
memiliki jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari pada
perempuan dengan perbandingan sekitar 48 persen berbanding
52 persen, sedangkan di Kabupaten Mamuju, Mamasa dan
Mamuju Utara jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan
kabupaten dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 18
Lampiran I.
Pada umumnya masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat
mengusahakan komoditas pertanian. Olehnya itu, masyarakat
memiliki tradisi-tradisi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
usahatani mereka. Tradisi masyarakat di provinsi ini yang paling
terkenal adalah “Tudang Sipulung/Malembo”. Pada acara ini
semua hal yang menjadi konstrain dalam penyelenggaraan
usahatani petani akan menjadi bahan diskusi, seperti: waktu
tanam, luas wilayah yang akan ditanami, kebutuhan saprodi
termasuk benih, pupuk, obat-obatan, ataupun alat-alat
pertanian, dan sebagainya. Demikian pula tradisi-tradisi pada
penyelenggaraan usahatani tambak ataupun penangkapan ikan
di laut, semuanya memiliki tradisi yang unik-unik termasuk pada
usahatani ternak.
H. Prasarana dan Sarana
Kondisi prasarana dan sarana di Provinsi Sulawesi Barat
utamanya di bidang perhubungan yang meliputi transportasi
(darat, laut dan udara) baik kualitas maupun kuantitas masih
sangat membutuhkan perhatian untuk mendukung kelancaran
arus penumpang orang dan barang serta kebutuhan sehari-
hari/hasil bumi yang keluar dan masuk Provinsi Sulawesi Barat
dalam rangka percepatan pembangunan dan ekonomi kerakyatan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
20
Percepatan pembangunan prasarana dan sarana di bidang
transportasi (darat, laut dan udara) yaitu :
1. Darat : jalan dan jembatan
pada jalan negara trans
Sulawesi lewat pantai barat
mulai dari batas Kabupaten
Pinrang Provinsi Sulawesi
Selatan ke batas Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah ; Jalan Trans Poros
Barat - Timur yang bermuara
ke dan dari Pelabuhan
Samudera Belang-Belang dan bandara udara Tampa Padang
Kalukku Mamuju ke batas Kabupaten Luwu Utara Provinsi
Sulawesi Selatan terus ke Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara; jalan poros Polewali ke Kabupaten Mamasa ke
batas Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan,
kemudian dari Kecamatan Kalumpang ke batas Kabupaten
Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, serta Poros Jalan
Malabo – Mambi – Aralle – Lakahan – Buttuada - Kalukku ;
dan Poros Jalan Strategi dan jalan yang membuka
isolasi/kantong-kantong potensi ekonomi antara lain jalan
alternatif lewat pantai Tapalang - Singkep – Mamuju;
Wonomulyo – Matangnga – Kepe – Mambi dan Balanipa –
Limboro – Allu – Tutallu – Kalenarang ; Salu Tambung –
Kabiraan – Babasondong – Paku – Seppong – Jekang – Baba
Lombi - Mambi ; dan Malunda - Ulu Manda – Mambi ;
Tapalang – Bela – Mambi ; Manalisse Tadui – Aralle ; Toabo –
Kalonding – Tommo – Tobadak - Tabolang dan Belang-belang
– Kalonding – Bonehau.
2. Laut : Wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari 4
(empat) kabupaten yang berhadapan langsung dengan Selat
Makassar, berdasarkan hasil kajian ALKI II merupakan salah
satu jalur pelayaran Nasional dan Internasional, dapat
memberikan nilai tambah bagi pembangunan sosial ekonomi
ke depan, di mana Mamuju sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi
Barat dapat menjadi pusat Kawasan Andalan Pembangunan
Ekonomi Regional Terpadu (KAPERT) Selat Makassar yang
meliputi 6 (enam) Provinsi (Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan
Gorontalo) karena secara topografis didukung oleh Pelabuhan
Samudra Belang-Belang sebagai Pelabuhan Kontainer/
Gambar 8. Kondisi Jalan di Prov. Sulbar
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
21
Pelabuhan Internasional; Pelabuhan Silopo Polewali Mandar,
Pelabuhan Palipi Majene, Pelabuhan Pasangkayu Mamuju
Utara dan beberapa pelabuhan lokal lainnya .
3. Udara : Bandara Udara Tampa Padang Mamuju yang berjarak
27 kilo meter dari Kota Mamuju yang saat ini didarati pesawat
jenis C-212 dengan Rute Makassar – Mamuju – Balik Papan
P.P. dengan intensitas penerbangan lima kali seminggu, dan
saat ini juga sedang diusahakan untuk percepatan
pembangunan peningkatan dan perpanjangan landasan pacu
yang dapat didarati jenis pesawat yang lebih besar seperti
jenis Fokker.
Pada pembangunan jalan dan jembatan diperlukan
adanya koordinasi dan pembagian kewenangan penanganan
terhadap jalan dan jembatan, yang meliputi jalan nasional, jalan
provinsi dan jalan kabupaten. Keadaan saat ini panjang jalan
nasional adalah 538,70 Km, dengan jumlah jembatan nasional
443 buah. Sedangkan untuk panjang jalan provinsi 602,95 Km,
dengan jumlah jembatan provinsi sebanyak 173 buah.
Upaya percepatan Pembangunan Prasarana dan Sarana
lainnya antara lain Pembangkit Listrik/PLN, Irigasi, PDAM/PAM,
Telekomunikasi, TVRI, Pos dan Giro, Perbankan, Perhotelan/
Restoran, serta Pegadaian dan Koperasi yang sangat membantu
perekonomian masyarakat terutama masyarakat di pedesaan.
I. Pemerintahan Umum
Secara administratif, Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas
lima kabupaten dan satu kota yang secara keseluruhan terdiri
atas 55 kecamatan dan 448 kelurahan/desa (Tabel 19 Lampiran
I). Kabupaten Mamuju dan Polewali Mandar memiliki jumlah
kecamatan terbesar (Kabupaten Polewali Mandar: 17 kecamatan),
sedangkan Kabupaten Mamuju Utara adalah terkecil
(4 kecamatan). Jumlah kelurahan/desa terbesar adalah
Kabupaten Mamasa (125 kelurahan/desa), sedangkan Kabupaten
Mamuju Utara adalah terkecil (33 kelurahan).
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat
(Perda Sulbar) Nomor 2 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Perda
Sulbar Nomor 3 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Barat, dan Perda
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
22
Sulbar Nomor 4 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sulawesi Barat, serta
Perda Sulbar Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Barat,
disebutkan bahwa Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari 3
asisten dan 8 biro, sedangkan Dinas Daerah berjumlah 14 dinas,
9 badan, 3 kantor, 3 Lembaga Teknis Administrasi dan
Operasional dan 1 Sekretariat DPRD. Adapun rinciannya sebagai
berikut:
1. Sekretariat Daerah
a. Asisten Bidang Tata Praja
b. Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan
c. Asisten Bidang Administrasi
d. Biro Tata Pemerintahan
e. Biro Hukum
f. Biro Humas dan Protokol
g. Biro Ekonomi dan Pembangunan
h. Biro Umum dan Perlengkapan
i. Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesra
j. Biro Ortala dan Kepegawaian Sekretariat
k. Biro Keuangan
2. Dinas-Dinas
a. Dinas Pekerjaan Umum
b. Dinas Kesehatan
c. Dinas Pendidikan Nasional
d. Dinas Olahraga dan Pemuda
e. Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi
f. Dinas Pertanian dan Peternakan
g. Dinas Kelautan dan Perikanan
h. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
i. Dinas Perhubungan
j. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
l. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
m. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
n. Dinas Pendapatan Daerah
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
23
3. Badan
a. Inspektorat Provinsi
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
c. Badan Kesejahteraan Daerah
d. Badan Diklat dan Pengembangan SDM Aparatur
e. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
f. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas
g. Badan Informasi, Komunikasi dan PDE
h. Badan Kepegawaian Daerah
i. Badan Promosi Penanaman Modal Daerah
j. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah
k. Satuan Polisi Pamong Praja dan PPNS
4. Kantor
a. Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil
b. Kantor Ketahanan Pangan Daerah
c. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
d. Kantor Perwakilan/Penghubung Pemerintah Sulawesi
Barat di Jakarta
e. Rumah Sakit Umum Regional Provinsi
5. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
6. Sekretaris Korpri Provinsi Sulawesi Barat
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Lingkup Pemerintah Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2005 adalah sebanyak 845 orang dengan
mayoritasberjenis kelamin perempuan sebanyak 478 jiwa dan
laki-laki sebanyak 367 jiwa, dilihat dari golongannya 538 Jiwa
merupakan golongan III sedangkan dari segi pendidikan yang
terbanyak adalah yang berpendidikan Strata I, untuk lebih
jelasnya banyaknya pegawai menurut jenis kelamin, golongan
dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 20 Lampiran I.
Sedangkan pada bidang Ketentraman dan Keamanan masih
dibutuhkan perhatian yang cukup karena masih banyaknya
tindakan-tindakan yang melanggar hukum, hal ini dapat dilihat
pada Tabel 21 Lampiran I.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
24
BAB III
MISI, VISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
A. Misi
Melihat gambaran pada Bab II, menunjukkan bahwa
Provinsi Sulawesi Barat termasuk dalam kategori tertinggal
meskipun mempunyai potensi yang sangat besar. Banyak sarana
dan prasarana pembangunan sangat tidak memadai. Untuk hal
tersebut dibutuhkan tekad dan usaha yang keras dari semua
pihak untuk pembangunan Provinsi Sulawesi Barat. Melihat
kondisi yang demikian Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Barat mempunyai misi yang disebut dengan MISI - 2011 yang
berupa:
“Meningkatkan Derajat Kehidupan Yang Layak
Bagi Masyarakat Sulawesi Barat, Serta
Meningkatkan Kesetaraan Dengan Provinsi
Lainnya”.
Pernyataan misi tersebut mengandung arti bahwa pada 2011
masyarakat terpenuhi hak-hak dasarnya, setidaknya dalam hal
pangan, kesehatan, pendidikan dan rasa aman. Untuk itu,
pemerintah daerah akan mendorong tumbuhnya perekonomian
seluas-luasnya sehingga masyarakat bisa
melaksanakan/mendapatkan pekerjaan yang baik yang pada
gilirannya mereka mampu memenuhi kebutuhannya jasmaninya.
Pemerintah daerah juga akan mendorong kegiatan-kegiatan yang
pada gilirannya akan mampu memenuhi kebutuhan rohani
masyarakat. Enam hal pokok yang akan dilakukan pemerintah
daerah untuk mewujudkan Misi 2011 tersebut, yaitu:
1. Meletakkan dasar-dasar tumbuhnya perekonomian yang
sehat berbasis potensi daerah.
2. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
akan pangan, kesehatan dan pendidikan.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan hukum dan
norma kehidupan bermasyarakat.
4. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan
hidup antar umat beragama.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
25
5. Meningkatkan stabilitas ketentraman dan ketertiban,
kerukunan, kesatuan dan persatuan warga masyarakat.
6. Mengembangkan seni budaya dan olahraga sebagai penopang
pembangunan yang berkebudayaan.
Dengan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan derajat
kehidupan yang layak tersebut, maka secara langsung akan
meningkatkan kesetaraan dengan provinsi lainnya. Hal ini juga
mengindikasikan perlunya melakukan pembandingan kinerja
dengan provinsi lainnya.
B. Visi
Dengan misi yang diemban tersebut, pemerintah daerah
mempunyai pandangan kedepan mengenai kehidupan
masyarakat Sulawesi Barat yang dirumuskan dalam VISI – 2011,
yaitu:
“Terwujudnya kehidupan masyarakat SULBAR
yang produktif dan terpenuhi hak-hak dasarnya
secara merata”.
Kehidupan yang produktif menunjukkan bahwa seluruh
energi yang dimiliki oleh masyarakat dipergunakan untuk hal-hal
yang produktif sehingga kekurangan-kekurangan yang terjadi di
lingkungan masyarakat Provinsi Sulawesi Barat dapat segera
dipenuhi. Dengan berlaku produktif, maka masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dalam bidang pangan, sandang,
papan, kesehatan dan pendidikan. Pemerintah Daerah selaku
pemangku kehidupan sosial masyarakat harus menciptakan
situasi yang kondusif agar hak-hak dasar lainnya juga dapat
dipenuhi oleh masyarakat seperti halnya: mendapatkan pekerjaan
yang layak, perlindungan hukum, rasa aman, keadilan,
ketenangan dalam memeluk dan menjalankan agama maupun
kepercayaannya serta kemudahan dalam berpartisipasi dalam
politik dan perubahan juga berinovasi.
C. Strategi
Mengingat bahwa ketertinggalan tersebut sudah
sedemikian jauh, maka diperlukan upaya-upaya percepatan
dengan melibatkan seluruh unsur pembangunan, dan memilih
sektor-sektor yang berdampak luas kepada kehidupan
masyarakat. Dalam hal pembangunan ekonomi, percepatan
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
26
tersebut perlu melibatkan swasta sebagai pemercepat (katalisator)
tumbuhnya ekonomi masyarakat umum. Dalam hal seperti ini,
pemerintah daerah selaku regulator, stimulator dan supervisor
pembangunan akan memberikan regulasi, fasilitasi dan
pengawasan kepada hubungan kerjasama antara swasta dan
masyarakat umum. Strategi ini disebut dengan “Strategi Tiga
Pilar” yang melibatkan Pemerintah Daerah, Swasta dan
Masyarakat. Secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut:
PEMERINTAH DAERAH
Regulator, Stimulator, Supervisor
SWASTA
Katalisator
RAKYAT
Subyek & Obyek Pembangunan
Kerja Sama
Regulasi, Pemberdayaan & Pengendalian
Gambar 3.1. Strategi Tiga Pilar
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
27
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Kebijakan keuangan daerah sangat ditentukan oleh berapa
besar kemampuan keuangan daerah dibandingkan dengan kebutuhan
daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pemerintah.
Untuk itu, dalam memproyeksi kemampuan keuangan daerah
menggunakan empat asumsi dasar yaitu: Pertumbuhan Ekonomi,
Inflasi, Tax Ratio dan Dana Perimbangan.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat pada Tahun
2003 sebesar 3,21 persen masih dibawah pertumbuhan Nasional yaitu
4,88 persen, namun pada Tahun 2004 dan 2005 Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Sulawesi Barat sudah melampaui Pertumbuhan
Ekonomi Nasional, hal ini terlihat dari data bahwa pada Tahun 2004
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat sebesar 5,86 persen
lebih tinggi dibanding 5,13 persen di level nasional demikian juga pada
Tahun 2005 di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 5,92 persen juga lebih
tinggi dibanding 5,60 persen pada level nasional. Adapun proyeksi
pertumbuhan ekonomi nasional pada Tahun 2007 = 6,7 persen, 2008 =
7,2 persen, 2009 = 7,6 persen dan 2010 sebanyak 7,6 persen.
Diharapkan pada tahun mendatang pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sulawesi Barat dapat melebihi pertumbuhan ekonomi pada level
nasional.
Tax ratio yang merupakan angka perbandingan antara jumlah
PAD dengan PDRB, menunjukkan bahwa pada tahun 2006 PDRB
sekitar Rp.3,308,016,200,000,- sedangkan PAD pada tahun yang sama
sebesar Rp. 31,033,800,000,- sehingga pada Tahun 2006 Tax ratio di
Provinsi Sulawesi Barat baru mencapai 0,94 persen. Inflasi di Provinsi
Sulawesi Barat masih cukup besar yaitu 6,61 persen pada Tahun 2004
dan 7,91 persen pada Tahun 2005.
Asumsi yang digunakan dalam memproyeksi kemampuan
keuangan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 sampai dengan
Tahun 2008 adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1, pada
halaman berikut ini.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
28
Tabel 4.1. Asumsi Dasar Perhitungan Keuangan Daerah Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011
T a h u n
No. Asumsi Dasar
2007 2008 2009 2010 2011
1. Pertumbuhan
Ekonomi 6,80 7.50 7.70 7.70 7.80
2. Inflasi 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00
3. Tax ratio 1.10 1.75 2.50 3.50 5.00
4. Dana Perimbangan 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00
Berdasarkan asumsi tersebut pada Tabel 4.1 di atas, maka
besarnya pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah di Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 dapat diproyeksikan sebagaimana
pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan daerah
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011
T a h u n
No. U r a I a n
2007 2008 2009 2010 2011
I. PENDAPATAN
1. Pendapatan Asli Daerah 39,03 66,46 102,26 154,19 235,45
2. Dana Perimbangan 302,05 332,26 365,48 402,03 442,23
3. Lain-lain Pendapatan yg
sah - - - - -
J u m l a h 341,08 398,72 467,74 556,22 679,68
II. BELANJA
1. Belanja Tidak langsung 85,37 93,90 103,30 113,63 124,99
2. Belanja Langsung 278,10 304,82 364,44 442,59 554,69
J u m l a h 363,47 398,72 467,743 556,22 679,68
III. PEMBIAYAAN DAERAH
1. Penerimaan Pembiayaan 22,18 - - -
2. Pengeluaran Pembiayaan 0 0 0 0
J u m l a h 22,18 - - -
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
29
A. Pengelolaan Pendapatan Daerah
Kebijakan Umum Keuangan Daerah diarahkan pada
optimalisasi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah
melalui peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-
sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada
dengan memperhatikan aspek keadilan, kepentingan umum dan
kemampuan masyarakat, serta efisiensi dan efektifitas
pengelolaan keuangan daerah.
Secara umum kebijakan umum pengelolaan pendapatan
daerah ditujukan pada peningkatan upaya optimalisasi
penerimaan daerah melalui pendekatan pelayanan dan
peningkatan kerjasama dengan semua pihak. Pada Tahun 2006
pendapatan daerah yang diperoleh sebesar Rp. 314,8 milyar lebih
dan diharapkan meningkat sebesar 10 persen pada setiap
tahunnya.
1. Pendapatan Asli Daerah
Khusus untuk pajak dan retribusi yang memegang
peranan penting dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), perlu
diupayakan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan
daerah secara optimal berdasarkan kewenangan dan potensi
yang dimiliki dengan tetap mengutamakan peningkatan
pelayanan dan memperhatikan kemampuan masyarakat.
Dalam hal ini, pajak dan retribusi yang diperoleh diharapkan
tidak menimbulkan biaya ekonomi tinggi terkait dengan
proses produksi sehingga barang dan jasa yang dihasilkan
dapat lebih kompetitif.
Keseluruhan investasi yang direncanakan akan
menghasilkan kegiatan produksi barang dan jasa yang pada
gilirannya menciptakan kesempatan kerja dan peningkatan
pendapatan wilayah. Oleh karena itu pemerintah dalam
upaya mendorong perkembangan investasi akan melakukan
perbaikan pelayanan publik antara lain melalui pemberian
kepastian hukum dan kepastian berusaha, penyederhanaan
prosedur perizinan investasi, peningkatan perlindungan
berinvestasi, dan penciptaan sistem insentif sehingga
Provinsi Sulawesi Barat senantiasa menjadi wilayah yang
kompetitif untuk berinvestasi.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
30
Pendapatan asli daerah pada Tahun 2006 diperoleh
sebesar Rp. 31,033 milyar lebih melalui pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah. Melalui intensifikasi
dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan sesuai
kewenangan dan potensi yang ada diasumsikan pendapatan
asli daerah pada Tahun 2007 lebih dari 20 persen dan pada
tahun selanjutnya bisa mencapai sekitar 50 persen setiap
tahunnya. Peningkatan peran Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sulawesi Barat dalam mengoptimalkan sumber-
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), perlu didukung oleh
unit kerja lainnya sehingga penerimaan PAD dapat maksimal.
2. Pendapatan Dana Perimbangan
Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan antar daerah. Dana perimbangan
yang terdiri dari Dana Bagi Hasil dari penerimaan pajak dan
SDA, Bagi Hasil bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus, merupakan sumber pendanaan yang cukup
berarti bagi daerah dalam pelaksanaan pembangunan. Dana
perimbangan ini diharapkan dapat meningkat dari tahun
sebelumnya, mengingat komponen dari Dana Bagi Hasil,
seperti pajak PBB, bea perolehan atas hak atas tanah
semakin besar seiring dengan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.
Pada Tahun 2006 dana perimbangan diperoleh sebesar
Rp. 276,85 milyar lebih, yang diharapkan meningkat melebihi
10 persen pada Tahun 2007 hingga lima tahun ke depan.
Hal ini diharapkan dengan meningkatnya pelayanan yang
diberikan pada masyarakat, maka masyarakat semakin
menyadari pentingnya membayar pajak lebih awal untuk
peningkatan kepentingan pelayanan publik.
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah
Dalam struktur pembiayaan APBD, pada dasarnya
merupakan alokasi anggaran yang disediakan untuk
menampung penerimaan pembiayaan daerah, dan
pengeluaran pembiayaan daerah yang dimaksudkan untuk
menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus
anggaran. Guna meningkatkan penerimaan, maka Pemerintah
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
31
Daerah Provinsi Sulawesi Barat akan melakukan berbagai
terobosan regulasi dalam hal optimalisasi pengelolaan
sumberdaya alam, peningkatan investasi masyarakat pada
perbankan, asuransi, serta penerimaan pajak dan bukan
pajak.
Adapun lain-lain pendapatan daerah yang sah pada
Tahun 2006 diperoleh sebesar Rp. 7 milyar lebih yang
diharapkan bisa meningkat pada Tahun 2007 dan lima tahun
kedepan melalui upaya terobosan regulasi seperti dimaksud
di atas.
B. Pengelolaan Belanja Daerah
Penyusunan APBD berpedoman pada Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 dan ditindak lanjuti dengan Permendagri No. 26 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD. Berkenaan dengan
itu, kebijakan belanja saat ini terbagi atas Belanja Tidak
Langsung dan Belanja Langsung untuk menunjang pelaksanaan
tugas operasional SKPD secara rutin dan membiayai kebutuhan
pelayanan dasar kepada masyarakat. Alokasi ini diarahkan untuk
dapat memberikan dukungan yang optimal terhadap kelancaran
jalannya pemerintahan dan pelayanan administrasi oleh setiap
SKPD/unit kerja daerah, baik menyangkut pelayanan yang
langsung terhadap aparatur daerah, maupun pelayanan kepada
publik yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Pada
tahun 2006 Belanja Daerah sebesar Rp. 337,073 milyar lebih,
yang akan meningkat pada Tahun 2007 menjadi Rp. 363.470
milyar. Diharapkan selama lima tahun kedepan dapat
mengalami kenaikan sekitar 20 persen setiap tahunnya.
1. Belanja Tidak Langsung
Kebijakan Belanja Tidak langsung berorientasi kepada
upaya pemenuhan Kebutuhan Rutin SKPD sesuai
kemampuan keuangan daerah. Berkaitan dengan rencana
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai
Negeri Sipil melalui peningkatan gaji pada Tahun 2007 dan
lima tahun kedepan, maka penyediaan dana untuk
pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, sesuai dengan
petunjuk dan kebijakan pemerintah pusat, dalam APBD
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
32
Pokok tahun ini disediakan untuk memperhitungkan
kenaikan gaji pegawai dan pembayaran gaji ke 13.
Selain tersebut di atas, alokasi Belanja Tidak
Langsung ini juga untuk optimalisasi alokasi Dana Bagi Hasil
kepada pemerintah kabupaten Se-Sulawesi Barat atas
penerimaan Pemerintah Provinsi, termasuk di dalamnya
Sumbangan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Desa
dari penerimaan PBB yang sudah mulai disalurkan kepada
pemerintah Desa. Bantuan Keuangan kepada organisasi
tertentu, pelaksanaan berbagai kegiatan sosial dalam
menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetap
menjadi perhatian dan disesuaikan dengan kemampuan
keuangan daerah.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang dianggap
mendesak sesuai ketentuan yang berlaku, maka masih tetap
disediakan pos anggaran untuk Belanja Tidak Terduga yang
terutama ditujukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana
alam, bencana sosial dan penanganan kegiatan pemerintahan
lainnya yang dianggap mendesak dalam tahun anggaran
berkenaan.
Belanja aparatur pada Tahun 2006 sebesar Rp.
191,523 milyar lebih, selanjutnya dengan adanya beberapa
kebijakan pemerintah terutama mengenai pola penyusunan
anggaran yang mengacu pada Permendagri Nomor 13 Tahun
2006, yang nomenklaturnya akan menjadi Belanja Tidak
Langsung dan terdapat beberapa peniadaan pos anggaran
sebelumnya, maka pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan
Belanja Tidak Langsung menjadi kecil
2. Kebijakan Umum Belanja Langsung
Khusus mengenai Belanja Langsung, secara
keseluruhan mencerminkan program dan kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Dengan tetap memperhatikan Pokok-Pokok Kebijakan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2007 diharapkan alokasi belanja ini akan
mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan.
Belanja Langsung ini terdiri dari Belanja Pegawai,
Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal, yang secara
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
33
umum diharapkan dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan
ekonomi dasar masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Belanja Langsung ini diarahkan kepada urusan pemerintah
daerah (urusan wajib dan urusan pilihan) yang diharapkan
dapat memberikan konstribusi yang besar pada peningkatan
perekonomian masyarakat, sehingga pilihan pendanaan
untuk Belanja Langsung akan dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
Pada Tahun 2006 Belanja Pelayanan Publik yang
dialokasikan sebesar Rp.84.595 milyar lebih. Selanjutnya
dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah terutama
mengenai pola penyusunan anggaran yang mengacu pada
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, nomenklatur Belanja
Pelayanan Publik ini akan menjadi Belanja Langsung dan
terdapat beberapa peniadaan pos anggaran sebelumnya,
maka pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan proporsi
Belanja Langsung akan menjadi lebih besar. Belanja
Langsung ini diharapkan akan mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
C. Kebijakan Umum Anggaran
Pengaruh tingkat inflasi saat ini mencapai 16,85 persen,
namun karena pengaruh kondisi perekonomian nasional secara
umum yang semakin membaik, maka diperkirakan
kecenderungan kedepan tingkat inflasi akan menurun hingga
diperkirakan Tahun 2007 tingkat inflasi akan menjadi lebih
rendah. Perkiraan tersebut didasarkan pada kondisi
perekonomian daerah yang masih tetap bertumpu pada sektor
pertanian utamanya kualitas perkebunan yang mendominasi
potensi ekonomi, yang mempunyai ketahanan terhadap pengaruh
inflasi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk terus menggairaihkan
sektor pertanian agar dapat menjadi penopang pekeonomian
daerah yang utama di Sulawesi Barat.
Pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan diperkirakan
curah hujan akan kembali normal dan produksi pertanian akan
meningkat secara signifikan, demikian pula dengan aksesibilitas
petani terhadap pasar, akan kembali normal dan berjalan efektif.
Penurunan nilai inflasi pada Tahun 2007 dan lima tahun
kedepan selain didukung oleh relatif stabilnya nilai nominal
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
34
rupiah pada saat ini, juga didukung oleh situasi keamanan yang
semakin membaik selama ini sehingga diperkirakan pada Tahun
2007 dan lima tahun kedepan iklim investasi akan kembali
normal dan semakin meningkat secara signifikan meskipun
dampaknya secara efektif baru akan dirasakan pada Tahun
2008.
Dengan keadaan yang demikian maka perkembangan
perekonomian Provinsi Sulawesi Barat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk, maka akan berdampak pada
peningkatan PDRB per kapita yang berarti daya beli masyarakat
akan meningkat dan sekaligus diperkirakan akan mendorong
peningkatan penerimaan pemerintah termasuk pemerintah
daerah. Kondisi ini tentu akan meningkatkan pula pendapatan
asli daerah.
Secara empirik menunjukan bahwa peningkatan
perekonomian akan senantiasa mendorong peningkatan
penerimaan pemerintah yang sekaligus berarti sebagai sumber
investasi pemerintah, baik pusat maupun daerah seperti
tercermin dalam APBN dan APBD yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Bila investasi pemerintah tersebut dialokasikan
secara tepat maka akan menjadi faktor utama penyebab
berkembangnya investasi swasta dan masyarakat yang pada
gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita.
Investasi pemerintah, swasta dan masyarakat yang
diuraikan sebelumnya, secara keseluruhan berdampak positif
pada perkembangan ekonomi wilayah. Kegiatan ekonomi yang
dilakukan masyarakat yang berasal dari investasi pemerintah,
swasta dan masyarakat secara langsung menciptakan lapangan
kerja baru dan mengurangi tingkat pengangguran.
Kondisi perekonomian masyarakat Provinsi Sulawesi
Barat di Tahun 2007 diperkirakan akan semakin meningkat, hal
ini ditandai dan diperngaruhi oleh beberapa hal yaitu: (1)
Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam bidang pertanian,
perkebunan, kehutanan dan perikanan seiring dengan pesatnya
kegiatan sosialisasi dan penyuluhan oleh aparat pelaksana
teknis; (2) Terbukanya akses masyarakat terhadap daerah sekitar
dan pusat-pusat ekonomi sekitarnya seiring dengan
meningkatnya perbaikan sarana dan prasarana transportasi; (3)
Masuknya beberapa investasi dalam berbagai sektor terutama di
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
35
bidang perkebunan, pertanian dan kehutanan serta sumber daya
alam lainnya; (4) Kondisi sosial masyarakat yang semakin solid
dan harmonis seiring dengan perbaikan kondisi keamanan dan
ketertiban wilayah akan menciptakan ketenangan berusaha dan
konsentrasi masyarakat pada usaha-usaha ekonomi produktif; (5)
Pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah daerah termasuk
berbagai upaya pemberdayaan akan turut menciptakan peluang-
peluang ekonomi dan bisnis bagi masyarakat; (6) Pembangunan
infrastruktur perkantoran pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat
dan pembangunan beberapa kantor instansi vertikal tingkat
Provinsi Sulawesi Barat di Kota Mamuju, yang akan menciptakan
peningkatan kebutuhan jumlah tenaga kerja pada beberapa
proyek pembangunan tersebut; (7) Pesatnya pembangunan pusat-
pusat perbelanjaan dan sentra ekonomi produktif di masing-
masing kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat; (8)
Masuknya berbagai program pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan; (9) Promosi dan sosialisasi yang gencar dilakukan
oleh Pemerintah Daerah dalam memperkenalkan keberadaan dan
peluang investasi di Provinsi Sulawesi Barat melalui berbagai
event lokal, nasional dan regional serta internasional; (10)
Terbukanya peluang ekspor terhadap beberapa komoditas
unggulan daerah; (11) Membaiknya kondisi perekonomian
masyarakat tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kemampuan ekonomi daerah dalam menurunkan
tingkat pengangguran dan kemiskinan masyarakat.
Berdasarkan Kondisi Umum dan permasalahan utama
Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka pencapaian Visi dan Misi
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, maka Kebijakan Umum
Keuangan Daerah diarahkan pada :
1. Pemberdayaan Masyarakat untuk Penanggulangan
Kemiskinan
Perhatian kepada perbaikan kualitas hidup rumah tangga
miskin melalui peningkatan akses untuk memenuhi hak
dasar antara lain melalui program peningkatan akses
terhadap pangan, pendidikan dan kesehatan, perbaikan gizi,
program padat karya dan perbaikan lingkungan pemukiman.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
36
2. Peningkatan Aksesibilitas Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan merupakan sektor yang memberi
andil terbesar pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Untuk itu, peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap pendidikan dan kesehatan dilakukan melalui
pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana
dan prasarana pendidikan dan kesehatan.
3. Revitalisasi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan/Kelautan
Peningkatan produksi dan mutu serta pengelolaan pasca
panen komoditas unggulan yaitu Kakao, Kalapa Dalam, Kopi
dan Rumput Laut dalam rangka meningkatkan pendapatan
masyarakat.
4. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan Infrastruktur diprioritaskan pada
pembangunan ruas jalan, utamanya yang menghubungkan
sentra-sentra produksi ke daerah pemasaran serta antar
ibukota kabupaten dan provinsi, demikian juga bandar udara
dan pelabuhan laut dalam rangka mendukung kegiatan
ekspor/impor. Disamping itu perhatian yang sama juga akan
diberikan kepada peningkatan prasarana dan sarana
pendidikan dan kesehatan.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
37
BAB V
ARAH KEBIJAKAN UMUM
Dalam rangka mewujudkan Misi, Visi dan berdasarkan Strategi
Pembangunan serta Arah Kebijakan Keuangan Daerah, maka
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menyusun Kebijakan Umum
Pembangunan 2007 – 2011 sebagai berikut:
1. Mempercepat pembangunan pada sektor-sektor yang berdampak
langsung dan luas kepada masyarakat dengan melibatkan pihak-
pihak lain yang bertindak sebagai investor.
2. Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana penunjang
pembangunan.
3. Mempercepat penguatan kapabilitas pemerintah daerah.
4. Mengelola pembangunan dengan berwawasan kepada lingkungan
yang berkelanjutan.
Secara sektoral arah Kebijakan Umum Pembangunan Daerah
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011, adalah sebagai berikut:
1. Penataan organisasi Pemerintahan Daerah diarahkan untuk
mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar minimal dalam
memenuhi hak dasar warga, dengan mengupayakan struktur
organisasi yang ramping tetapi dapat menjalankan fungsi dengan
optimal, dalam suatu lingkungan kerja yang memperhatikan
konsistensi penerapan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik.
2. Penguatan SDM pemerintahan diarahkan untuk mencapai
jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai bagi berjalannya
fungsi pemerintahan sesuai dengan prinsip pemerintahan yang
baik, nilai-nilai lokal, potensi dan permasalahan daerah, dan
memperhatikan kesesuaian kompetensi dengan fungsi yang akan
dijalankan.
3. Pembangunan Pekerjaan Umum diarahkan pada penyediaan,
peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pemerintahan, lingkungan perumahan dan permukiman,
sumberdaya air dan transportasi darat untuk percepatan dalam
rangka pengembangan komoditas unggulan dan pembangunan
wilayah yang berkelanjutan dengan mendorong partisipasi
masyarakat dan kerjasama dengan swasta.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
38
4. Pembangunan Perhubungan diarahkan pada penyediaan,
peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
perhubungan darat, laut dan udara serta pos dan
telekomunikasi, untuk menciptakan interkoneksitas antar
kabupaten dan akses keluar provinsi, guna menjamin kelancaran
mobilitas manusia, barang dan jasa dalam rangka pengembangan
komoditas unggulan yang berkelanjutan dengan memperhatikan
pemberian akses yang luas kepada partisipasi masyarakat dan
swasta.
5. Pembangunan Lingkungan Hidup diarahkan pada peningkatan
pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, peningkatan upaya
pencegahan dan penanganan dampak, serta pengawasan dan
pengendalian lingkungan, untuk pengembangan menjamin
kelestarian fungsi lingkungan dengan mendorong partisipasi
masyarakat dan swasta.
6. Pembangunan Pertanian diarahkan pada peningkatan produksi
pertanian dan optimalisasi penggunaan lahan khususnya disela-
sela tanaman perkebunan, pengembangan sistem agribisnis
komoditas tanaman pangan dan peternakan, mendukung
ketahanan pangan melalui diversifikasi produk pertanian serta
pengendalian penyakit ternak dengan memperhatikan perbaikan
kesejahteraan petani dan peternak miskin.
7. Pembangunan Perikanan dan Kelautan diarahkan pada
peningkatan kapasitas sarana penangkapan ikan, perbaikan
sistem pemasaran hasil tangkap, pengembangan budidaya
perikanan darat, pemanfaatan sumberdaya pantai dan kelautan,
peningkatan kemampuan usaha dan pemberdayaan nelayan,
serta pengembangan jejaring usaha.
8. Pengembangan Koperasi dan UKM diarahkan pada
peningkatan kordinasi dan pelaksanaan pembinaan organisasi
dan kelembagaan untuk perbaikan kinerja koperasi dan UKM
dalam hal sumberdaya manusia, manajemen usaha, permodalan,
pengembangan jejaring dalam rangka mendorong pengembangan
agribisnis komoditas unggulan serta penanggulangan
kemiskinan dan perbaikan ekonomi lokal.
9. Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan diarahkan pada
pemanfaatan hasil hutan secara legal, perlindungan kawasan
hutan, reboisasi dan rehabilitasi hutan, pengembangan hutan
rakyat dan hutan kemasyarakatan, rehabilitasi dan peremajaan
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
39
tanaman perkebunan khususnya komoditas unggulan,
pengembangan agribisnis perkebunan komoditas unggulan, dan
pengolahan hasil perkebunan komoditas unggulan berskala
industri.
10. Pembangunan Pertambangan dan Sumberdaya Mineral
diarahkan pada pengembangan dalam pemanfaatan potensi
pertambangan unggulan secara ramah lingkungan dengan
mendorong keterlibatan swasta dan masyarakat lokal.
11. Urusan Penanaman Modal diarahkan pada berlakunya regulasi
dan pelayanan yang mendorong peningkatan investasi, promosi
potensi daerah khususnya produk komoditas unggulan, jaringan
informasi bisnis, dan kerjasama daerah dalam pengembangan
investasi.
12. Pembangunan Kesehatan diarahkan pada perbaikan kinerja
pembangunan manusia secara terpadu dan menjangkau seluruh
lapisan masyarakat; peningkatan jumlah, kualitas dan
kemerataan fasilitas/prasarana kesehatan antar daerah/golongan
masyarakat; peningkatan partisipasi masyarakat secara
individual maupun kolektif dalam mewujudkan hidup sehat dan
bersih; pengembangan asuransi kesehatan masyarakat;
revitalisasi pelembagaan keluarga berencana dan pos pelayanan
terpadu (posyandu); serta peningkatan upaya penanganan dan
pencegahan penyakit yang bersumber dari binatang dan penyakit
menular (berbahaya) lainnya.
13. Pembangunan Pendidikan diarahkan pada perbaikan indeks
pembangunan manusia melalui peningkatan jumlah dan kualitas
sarana pendidikan, perbaikan kualitas pembelajaran, perbaikan
manajemen pendidikan, pengembangan asuransi pendidikan
masyarakat dan pengembangan pendidikan luar sekolah serta
pengembangan pendidikan kejuruan berbasis komoditas
unggulan daerah dengan mendorong partisipasi masyarakat dan
kerjasama swasta.
14. Pembangunan Ketenagakerjaan dan Transmigrasi diarahkan
pada peningkatan kerja sama pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat dalam kordinasi dan pelaksanaan pembinaan dan
peningkatan kualitas tenaga kerja; peningkatan peluang
kesempatan kerja melalui pengembangan usaha-usaha
perkebunan dan perikanan; dan peningkatan perlindungan,
pengawasan dan pemberlakuan sistem jaminan sosial bagi tenaga
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
40
kerja; pembukaan area transmigrasi yang memperhatikan
kelestarian lingkungan dan harmoni sosial; serta percepatan
perubahan status unit transmigrasi menjadi unit pemerintahan
desa.
15. Pembangunan Kesejahteraan Sosial diarahkan pada
peningkatan kordinasi dan upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat;
penanganan masyarakat terasing/komunitas adat terpencil
melalui pemenuhan hak dasar terhadap kehidupan yang layak;
penanganan bencana alam dan perlindungan sosial.
16. Pembangunan Politik dan Kesatuan Bangsa diarahkan pada
penciptaan iklim komunikasi politik dan ketersaluran aspirasi
politik rakyat; peningkatan fasilitasi organisasi politik, organisasi
sosial/keagamaan dan LSM; penanaman rasa saling percaya
antar golongan/multi etnis; peningkatan harmoni/integrasi
masyarakat; dan revitalisasi nilai-nilai kebangsaan.
17. Pembangunan Kepariwisataan, Seni dan Budaya diarahkan
pada pembangunan infrastruktur pendukung kepariwisataan
dengan tetap memperhatikan budaya lokal; revitalisasi kesenian
tradisional; dan pemeliharaan nilai-nilai lokal asli.
18. Pembinaan Pemuda dan Olah Raga diarahkan pada
pengembangan sarana dan prasarana olahraga, pembinaan
organisasi keolahragaan dan peningkatan prestasi atlit serta
pembinaan organisasi kepemudaan.
19. Upaya Pemberdayaan Perempuan diarahkan pada terbukanya
kesempatan bagi perempuan untuk berperan aktif dalam
berbagai bidang pembangunan termasuk dalam pengembangan
komoditas unggulan dan terwujudnya kesetaraan gender.
20. Pembangunan Perindustrian dan Perdagangan diarahkan pada
terbangunnya industri kecil dan menengah yang berbasis
pertanian, terpenuhinya kebutuhan bisnis dan kepastian hukum
dalam berusaha, dan terciptanya iklim perdagangan dan jejaring
pasar serta sistem informasi pasar.
21. Pembangunan Masyarakat Desa diarahkan pada upaya
pemberdayaan masyarakat khususnya petani dan nelayan dan
pembentukan/penguatan kelembagaan masyarakat khususnya
petani dan nelayan melalui proses pembelajaran partisipatif
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
41
dalam kegiatan perencanaan, implementasi, penikmatan hasil,
monitoring dan evaluasi pembangunan, serta pemanfaatan
teknologi tepat guna.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
42
BAB VI
SASARAN POKOK, AGENDA
DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
A. Sasaran Pokok.
Sasaran Pokok yang menjadi prioritas pembangunan sampai
dengan Tahun 2011 adalah:
1. Memberdayakan perekonomian masyarakat dengan pola kerja
sama inti-plasma yang meliputi:
- 70 persen dari seluruh populasi perkebunan rakyat, khususnya
untuk komoditi: Kakao, Kopi dan Kelapa.
- 50 persen dari seluruh populasi nelayan rakyat.
2. Memberdayakan masyarakat petani padi untuk selalu
memperoduksi padi diatas kebutuhan lokal Provinsi Sulawesi
Barat.
3. Membangun infrastruktur perhubungan yang terdiri dari:
- Pengaspalan penuh ruas jalan Kalukku - Lakahang – Mambi –
Malabo – Mamasa – Tabang.
- Pengaspalan penuh ruas jalan Lakahan – Bonehau –
Kalumpang – Tumongan.
- Pengaspalan penuh ruas jalan – Wonomulyo – Tumongan –
Keppe.
- Pembangunan Bandara Tampa Padang sehingga mampu
didarati dengan pesawat jet dengan kapasitas tidak kurang dari
150 penumpang.
- Pembangunan Pelabuhan Laut Belang-Belang beserta fasilitas
penunjangnya untuk mendukung industri yang ber’basiskan
hasil-hasil perkebunan.
4. Memfasilitasi terbangunnya industri tenaga listrik baru setidaknya
dengan total kapasitas 100 MW, guna memenuhi kebutuhan
masyarakat umum serta industri.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
43
5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
melalui pola JPKM (Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat)
setidaknya mencakup 60 persen penduduk.
6. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan
umum dan terapan menengah melalui pola JPPM (Jaminan
Pelayanan Pendidikan Masyarakat) setidaknya mencakup 40 perse
penduduk.
Penyampaian Sasaran Pokok diatas bukan berarti mengabaikan
sasaran bidang-bidang lainnya. Hal ini dikemukakan semata-mata oleh
karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah
daerah, sehingga mengharuskan melakukan prioritas.
B. Agenda dan Program Pembangunan.
Dengan mendasarkan kepada sasaran pokok serta sasaran
tambahan lainnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat periode 2006-
2011 telah menyusun 9 (sembilan) Agenda Pembangunan secara garis
besarnya dapat dilihat pada Gambar 9. Kesembilan agenda tersebut,
setiapnya memiliki beberapa program pembangunan. Agenda dan
program tersebut adalah :
Gambar 9. Kerangka Pikir Percepatan Pembangunan di Provinsi
Sulawesi Barat
Pembangunan
Pendidikan
Pembangunan
Kesehatan
Pembangunan
Infrastruktur
REVITALISASI
PERTANIAN
Percepatan Pemb.
Ekonomi Daerah
Pembangunan
Kesejateraan Sosial
& Kesatuan
Bangsa
Penguatan SDM &
Kelembagaan
Pemerintah
Pemberdayaan
Masyarakat
PENDUKUNG
Penanggulangan
Kemiskinan Untuk
Pemenuhan Hak Dasar
TUJUANPRASYARAT PENGGERAK
UTAMA
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
44
AGENDA PERTAMA PERCEPATAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terpengaruh
oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat
pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa,
lokasi geografis, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi
hanya dipahami sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga
kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara
bermartabat.
Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi yang tergolong
miskin, ditandai dengan kondisi pada lima kabupaten yang tercakup di
dalamnya, yang semuanya merupakan kabupaten dengan kategori
miskin. Berdasarkan data statistik 2006, jumlah rumah tangga miskin
di Sulawesi Barat mencapai 111.902 unit. Kalau dibandingkan dengan
total rumah tangga yakni 251.004 unit, maka 44,58 persen rumah
tangga di Sulawesi Barat berkategori miskin. Rumah tangga tersebut
tersebar pada kawasan pantai, pegunungan dan kota pada lima
kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Sebaran rumah tangga miskin
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.1. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Provinsi Sulawesi Barat
Tahun 2005
No. Kabupaten
Hampir
Miskin
Miskin
Sangat
Miskin
Jumlah RT
Miskin
Jumlah
RT
Persentase
RT Miskin
1
2
3
4
5
Majene
Polman
Mamasa
Mamuju
Mamuju
Utara
4,347
9.047
1.583
5.676
915
10,042
15.103
13.529
16.750
5.223
4.009
9.827
8.578
6.205
978
18.488
33.977
23.690
28.631
7.116
28.828
88.320
29.184
86.112
18.560
64,13
38,47
81,17
33,25
38,34
Jumlah 21.568 60.647 29.687 111.902 251.004 44,58
Sumber: BPS Sulawesi Barat, Hasil Susenas 2005
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
45
Dari Tabel 6.1 diatas menunjukkan bahwa persentase rumah
tangga miskin terbanyak terdapat di Kabupaten Mamasa yaitu 81,17
persen dari jumlah rumah tangga yang ada, kemudian disusul oleh
Kabupaten Majene sebesar 64,13 persen kemudian Kabupaten Polewali
Mandar dan Mamuju Utara masing-masing sebanyak hampir 40 persen
sedangkan paling sedikit adalah di Kabupaten Mamuju yaitu sebesar
33,25 persen. Ini menandakan bahwa masalah kemiskinan merupakan
masalah utama dan sekaligus sebagai salah satu proritas utama dalam
pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat
Sasaran: Berkurangnya jumlah orang miskin setengah dari jumlah
saat ini dan terjadinya perbaikan aksesibilitas rumah tangga miskin
dalam memenuhi hak-hak dasarnya secara berkelanjutan.
Kebijakan: Perbaikan martabat orang dan rumah tangga miskin
melalui peningkatan akses untuk memenuhi hak dasar atas pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan dan sanitasi, air bersih,
tanah, dan partisipasi dalam pembangunan.
Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun
keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di
Lampiran II.
Program 1 : Peningkatan akses rumah tangga miskin terhadap
Pangan Pokok
Program 2 : Peningkatan akses rumah tangga miskin terhadap
Pengobatan dan Perawatan Kesehatan
Program 3 : Perbaikan gizi rumah tangga miskin
Program 4 : Peningkatan akses orang miskin atas layanan
pendidikan usia dini, wajib belajar sembilan tahun
dan pendidikan menengah
Program 5 : Perbaikan lingkungan pemukiman, ketersediaan air
bersih dan lingkungan hidup rumah tangga miskin
AGENDA DUA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat menjadi keniscayaan, karena
strategi untuk mewujudkan good governance practice, menempatkan
masyarakat sebagai pilar yang diharapkan berkapasitas dan
berkontribusi relatif sama dengan pemerintah dan swasta. Sementara
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
46
itu, pemerintah desa/kelurahan, merupakan unit kepemerintahan
yang sangat dekat dengan eksistensi masyarakat dan dituntut
fungsional dalam pemberdayaan masyarakat. Karena itu, keterkaitan
antara peningkatan kapasitas pemerintahan desa/kelurahan dengan
pemberdayaan masyarakat, sangat signifikan dalam agenda ini.
Salah satu masalah sekaligus potensi yang dihadapi oleh
Sulawesi Barat dalam hal keberdayaan masyarakat adalah tingginya
keragaman komunitas berdasarkan asal-usulnya. Di Provinsi Sulawesi
Barat terdapat komunitas Mandar, Bugis, Makassar, Jawa, Bali,
Lombok dan sebagainya dengan ikatan komunal dan pengorganisasian
diri yang relatif berpola in-group, sehingga modal sosial yang lahir lebih
bersifat terikat (bounding social capital), dan menuntut semakin
kuatnya modal sosial yang menjembatani (bridging social capital).
Sementara itu, pemerintahan desa (terdapat 474 desa dan
selain itu masih ada yang belum berbadan hukum) di Provinsi
Sulawesi Barat memiliki kespesifikan terkait dengan asul-usulnya yang
kebanyakan berbasis unit transmigrasi, sehingga menuntut
kelembagaan dan aparat pemerintahan desa yang memiliki kapasitas
sesuai konteks tersebut. Dalam kondisi demikian, terbatasnya akses
masyarakat dalam aspirasi untuk pengambilan keputusan
pembangunan/kebijakan, lemahnya daya organisir diri dan
kelembagaan lokal dalam pemecahan masalah/kebutuhan, menjadi
fenomena.
Sasaran: Meningkatnya kapabilitas dan asset masyarakat dalam
mengatasi masalah/kebutuhan, lahirnya kekuatan masyarakat dalam
mempengaruhi pengambilan kebijakan dan manajemen pembangunan,
dan terakselerasinya peran pemerintahan desa/kelurahan dalam
memberdayakan masyarakat.
Kebijakan: Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan membuka
ruang dan memberi apresiasi bagi keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan kebijakan dan pengelolaan pembangunan, memfasilitasi
dan mengoptimalkan pelaksanaan pendekatan partisipatoris dalam
pembangunan, mendorong sinergitas pemerintah dengan LSM dalam
pemberdayaan masyarakat.
Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun
keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di
Lampiran II.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
47
Program 1 : Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Program 2 : Pengembangan Kelembagaan Ekonomi
Program 3 : Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan
Desa/Kelurahan Dalam Pemberdayaan Masyarakat
AGENDA KETIGA
PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN
Masalah dalam bidang pendidikan di Sulawesi Barat terutama
berkaitan dengan kualitas proses belajar-mengajar yang belum
optimal. Kondisi ini disebabkan oleh ketersediaan pendidik baik jumlah
maupun mutunya masih sangat terbatas, fasilitas belajar-mengajar
belum memadai, dan tingkat kesejahteraan tenaga pengajar/guru
masih relatif rendah.
Gambaran tingkat pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun
2006 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.2. Kondisi Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni
dan Angka Partisipasi Sekolah pada Berbagai Jenjang
Pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat, 2006
No. Jenjang Pendidikan
Angka
Partisipasi
Kasar
Angka
Partisipasi
Murni
Angka Partisipasi
Sekolah
1. SD/MI/Paket A 114,02% 100,20% 99,83%
2. SMP/MTS/Paket B 113,94% 85,43% 95,23%
3. SMA/MA/SMK 147,18% 99,33% 79,08%
Sumber: BPS Sulawesi Barat, 2006
Berdasarkan hasil Susenas BPS (2006), jumlah penduduk buta
aksara di Provinsi Sulawesi Barat masih cukup tinggi (91.394 jiwa),
dimana dalam populasi penduduk buta huruf tersebut, perempuan
mencapai porsi 57,44%. Penduduk buta huruf tersebut terdistribusi
pada tiap kabupaten sebagaimana dalam tabel berikut.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
48
Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Buta Huruf di Provinsi Sulawesi Barat
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Tiap Kabupaten
No. Kabupaten
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
1. Mamuju 11.673 16.591 28.264
2. Mamuju Utara 6.519 7.870 14.389
3. Polman 13.443 18.139 31.582
4. Majene 2.511 4.265 6.776
5. Mamasa 4.743 5.640 10.383
Jumlah 38.889 52.505 91.394
Sumber: BPS Sulawesi Barat, 2006
Sasaran: Meningkatnya kinerja pembangunan manusia dalam
bidang pendidikan dengan penekanan pada: (1) meningkatnya secara
nyata presentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib
belajar sembilan tahun; (2) meningkatnya secara nyata partisipasi
penduduk yang mengikuti pendidikan menengah terutama pada
pendidikan kejuruan; (3) meningkatnya proporsi anak yang terlayani
pada pendidikan anak usia dini; (4) menurunnya angka buta aksara
penduduk usia 15 tahun ke atas; (5) meningkatnya kualitas proses
pendidikan dan relevansinya dengan kebutuhan pembangunan daerah.
Kebijakan: Peningkatan pelayanan pendidikan diarahkan pada
perbaikan kinerja pembangunan manusia dalam aspek pendidikan
melalui peningkatan jumlah dan kualitas sarana pendidikan,
perbaikan kualitas pembelajaran, perbaikan manajemen pendidikan,
dan pengembangan pendidikan luar sekolah.
Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun
keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di
Lampiran II.
Program 1 : Pendidikan Formal
Program 2 : Pendidikan Non Formal
Program 3 : Perbaikan Manajemen Layanan Pendidikan
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
49
AGENDA EMPAT
PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN
Sebagai provinsi baru, berbagai masalah kesehatan masih
memerlukan pembenahan di Provinsi Sulawesi Barat. Angka Kematian
Bayi (AKB) pada Tahun 2006 sebesar 22/1000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Ibu melahirkan sebesar 220/100.000. Sementara itu,
rata-rata kasus gizi buruk dan gizi kurang menunjukkan angka 32
persen berarti sistem deteksi dini kewaspadaan pangan belum optimal
bekerja. Angka kesakitan malaria klinis sebesar 1.689 kasus, dan
angka kesembuhan penderita TB Paru dan BTA mencapai 46 persen,
sebuah angka yang masih dibawah standar Departemen Kesehatan.
Dilihat dari ketersediaan sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan, saat ini terdapat tujuh buah rumah sakit (lima milik
pemerintah dan dua milik swasta), 64 puskesmas dan 208 puskesmas
pembantu. Sarana dan fasilitas ini belum memungkinkan pelayanan
yang optimal, selain jumlah dan kelengkapannya terbatas, juga masih
banyak konsentrasi penduduk yang terisolasi dan sulit menjangkau
satuan pelayanan kesehatan yang ada. Masalah ini lebih berat lagi
karena dokter ahli masih sangat terbatas dan kabupaten hasil
pemekaran seperti Mamasa dan Mamuju Utara sangat terbatas jumlah
dokternya. Kondisi sekarang, target dan kebutuhan tenaga medis
dapat dilihat pada Tabel 6.4 berikut.
Tabel 6.4 Situasi ketenagaan dan kebutuhan Tenaga Medis
2005 – 2009
NO. Uraian
Dokter
spesialis
Dokter
umum/
Dokter
Gigi/
Apoteker SKM Bidan Perawat
Sanitasi
(DIII)
1. existing 13 81 27 15 64 185 655 36
2. Target 60 480 110 100 400 1000 1170 400
3. Kebutuhan 47 399 83 85 336 815 515 364
Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Barat
Sasaran: Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan sehingga: (1) Angka Kematian Bayi berkurang hingga
20/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu melahirkan berkurang
hingga 150/100.000 kelahiran; Persentase Rata-rata kasus gizi buruk
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
50
dan gizi kurang akan berkurang menjadi 15 persen; (2) Angka
Kesakitan Malaria Klinis berkurang hingga 800 kasus, angka
kesembuhan penderita TB Paru BTA+ bertambah hingga 85 persen; (3)
terjadi peningkatan persentase rumah sehat dan tempat-tempat
umum sehat masing-masing menjadi 80 persen, peningkatan
persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat sebesar
65 persen, persentase Posyandu Purnama dan Mandiri sebesar 40
persen; (4) terjadi peningkatan penduduk yang memanfaatkan
puskesmas, penduduk yang memanfaatkan rumah sakit, sarana
laboratorium kesehatan, rumah sakit yang menyelenggarakan empat
pelayanan spesialis kesehatan dasar dan persediaan obat generik
berlogo.
Kebijakan: Peningkatan pelayanan kesehatan diarahkan pada
meningkatnya kinerja pembangunan manusia pada aspek kesehatan
melalui peningkatan kemitraan lintas sektor, program dan kabupaten;
perbaikan tatakelola bidang kesehatan, peningkatan kemampuan
peranan kabupaten, pemberdayaan SDM kesehatan, masyarakat dan
swasta yang bermuara pada akselerasi pelaksanaan upaya kesehatan.
Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun
keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di
Lampiran II.
Program 1 : Penyediaan dan Sarana dan Prasarana Bidang
Kesehatan
Program 2 : Pengadaan dan Peningkatan SDM Kesehatan
Program 3 : Pengembangan upaya Kesehatan Masyarakat
Program 4 : Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Menular
Program 5 : Peningkatan Cakupan Peserta Keluarga Berencana
dan Penurunan Angka Kelahiran pada Rumah Tangga
Miskin
AGENDA LIMA
PERCEPATAN REVITALISASI PERTANIAN/KEHUTANAN/
PERKEBUNAN / PERIKANAN
Provinsi Sulawesi Barat memiliki potensi pertanian yang cukup
besar, yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, kehutanan, kelautan dan perikanan. Hal ini dapat dilihat
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
51
dari struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 dimana
pertanian memberi kontribusi sebesar 55,91 persen.
Pada sektor tanaman pangan, potensi padi sawah sebesar
54.859 Ha, dengan produktivitas rata-rata 4,4 Ton/Ha, padi ladang
4.907 Ha dan jagung 5.219 Ha dengan produktivitas 3,32 Ton/Ha.
Selain itu berkembang komoditas hortikultura dan buah-buahan.
Perkebunan rakyat terutama kakao, berkembang pada semua
kabupaten, dimana Pasangkayu (Mamuju Utara) merupakan lokasi
pertama pengembangan kakao di Sulawesi Selatan dan Barat.
Perkebunan kelapa sawit terutama digerakkan oleh swasta, seperti di
Mamuju dan Mamuju Utara. Sementara peternakan rakyat potensil di
Kabupaten Majene, Polman dan Mamuju Utara khususnya kambing
dan sapi.
Di sektor perikanan dan kelautan, panjang garis pantai
mencapai 639,07 Km dengan jumlah pulau-pulau kecil 31 buah.
Perikanan tangkap dominan di Majene, Mamuju dan Polman dengan
alat tangkap payang, purse-seine, pukat pantai, jaring insang, bagang
dan pancing terutama menghasilkan ikan tuna, cakalang, tongkol,
layang, kerapu, sunu dan lobster. Selain itu berkembang usaha
tambak, budidaya rumput laut, budidaya teripang, keramba jaring
apung dan pengolahan hasil perikanan serta jasa kelautan.
Masalah yang secara umum dihadapi adalah: perkebunan
rakyat khususnya kakao sebagian besar kurang produktif lagi karena
kurangnya pemupukan, serangan hama penyakit dan usia tanaman
sudah tua, sengketa lahan pada perkebunan swasta yang disebabkan
klaim kepemilikan lahan oleh masyarakat dan perusahaan, rendahnya
persentase sawah yang memiliki irigasi/pengairan yang baik sehingga
sebagian petani masih mengandalkan hujan untuk pengairan, sarana
dan prasarana pendukung yang digunakan nelayan untuk
penangkapan ikan masih tergolong tradisional, masih adanya
petani/peladang berpindah, pembakaran hutan dan illegal logging
serta tidak jelasnya batas-batas hutan produksi, hutan lindung dan
hutan rakyat, pemeliharaan ternak masih bersifat tradisional/tidak
dikandangkan dan terbatasnya lahan perumputan, belum optimalnya
penggunaan sarana produksi dalam budidaya padi sawah dan jagung.
Penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat sangat
tergantung pada pengembangan potensi daerah sebagai motor
penggeraknya, sehubungan dengan itu program Revitalisasi Pertanian,
Kehutanan, Perikanan dan Kelautan khususnya pengembangan kakao
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
52
merupakan jalan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan tersebut.
Asumsi luas lahan dan produktivitas komoditi unggulan serta
proyeksi kinerja pengembangan produk unggulan dalam
penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat
pada Tabel 22 dan 23 Lampiran II.
Dengan memperhatikan Tabel 23 Lampiran I tersebut maka
diharapkan pada Tahun 2011 sekitar 200.000 KK petani dapat
ditingkatkan pendapatannya atau dilepaskan dari jerat kemiskinan
melalui tiga komoditas unggulan bidang perkebunan dan satu
komoditas bidang perikanan.
Sebagai prasyarat untuk kesuksesan program revitalisasi
pertanian adalah tersedianya sarana dan prasarana pemerintahan dan
infrastruktur perhubungan serta kondisi pelayanan pendidikan dan
kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
sebagai pelaku pembangunan. Selain itu diperlukan faktor penunjang
berupa percepatan pembangunan ekonomi daerah, untuk
kesejahteraan sosial dan kesatuan bangsa serta penguatan SDM
Aparat dan pemberdayaan masyarakat.
Sasaran: Meningkatnya produksi pertanian tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan serta terjaminnya
ketahanan pangan.
Kebijakan: Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan,
perkebunan, perikanan dan peternakan yang menunjang
pembangunan ekonomi masyarakat, ketersediaan pangan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta terjaganya fungsi ekologis
dan ekonomis hutan.
Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun
keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di
Lampiran II.
Program 1 : Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan
Program 2 : Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan
Program 3 : Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan
Khususnya Komoditas Unggulan
Program 4 : Pengembangan Agribisnis Tanaman Perkebunan
Komoditas Unggulan
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
53
Program 5 : Peningkatan Produksi Perikanan
Program 6 : Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Program 7 : Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Program 8 : Peningkatan Ketahanan Pangan
Program 9 : Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Program 10 : Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
AGENDA ENAM
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Perekonomian daerah Provinsi Sulawesi Barat ditandai oleh
kontribusi tiga sektor yang besar yakni pertanian, perdagangan dan
jasa yang mencapai 80 persen terhadap PDRB. Berdasarkan harga
konstan, pada Tahun 2005 PDRB Provinsi Sulawesi Barat mencapai
sekitar Rp 3,12 triliun.
Pada sektor perindustrian dan perdagangan, Provinsi Sulawesi
Barat dicirikan oleh potensi bahan baku yang umumnya berasal dari
sektor perkebunan dan kehutanan serta hasil kelautan. Potensi ini
memerlukan pengembangan industri hilir untuk produksi barang jadi
atau setengah jadi guna memenuhi kebutuhan industri hulu di luar
daerah Provinsi Sulawesi Barat. Secara umum permasalahan dalam
perindustrian dan perdagangan adalah terbatasnya sarana dan
prasarana, tingginya biaya produksi, terbatasnya suplai tenaga kerja
terampil dan lemahnya keterkaitan hulu-hilir.
Pada sektor koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah,
permasalahan umum yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas,
terbatasnya akses UMKM kepada sumberdaya produktif, rendahnya
kapasitas kelembagaan dan organisasi koperasi, kurang kondusifnya
iklim usaha serta kurang baiknya citra koperasi dalam masyarakat.
Saat ini terdapat 576 unit koperasi Provinsi Sulawesi Barat, sementara
usaha kecil dan menengah tercatat 764 unit.
Pembangunan ekonomi daerah sangat terkait dengan
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Isu lingkungan yang
signifikan di Sulawesi Barat adalah kerusakan hutan karena
pembalakan liar dan perambahan untuk konversi menjadi kebun,
tingginya sedimentasi pada daerah aliran sungai, pembukaan tambang
golongan C yang tidak memenuhi kaidah lingkungan hidup, sampah
padat perkotaan yang tidak terkelola dengan baik dan kerusakan
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
54
terumbu karang akibat penggunaan bom dan bius. Masalah-masalah
ini sangat berpotensi menghambat percepatan pembangunan ekonomi.
Sasaran: Meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat yang ditandai
dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto minimal sama
dengan pertumbuhan ekonomi nasional serta masuknya investasi di
Provinsi Sulawesi Barat dengan tetap memperhatikan kelestarian
fungsi lingkungan.
Kebijakan: Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi,
perlindungan konsumen dan ketenagakerjaan, pengembangan energi
dan sumberdaya mineral, promosi investasi serta pengendalian
pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup.
Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun
keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di
Lampiran II.
Program 1 : Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi
Program 2 : Perlindungan Konsumen dan Ketenagakerjaan
Program 3 : Pengembangan Energi dan Sumberdaya Mineral
Program 4 : Promosi Investasi
Program 5 : Pengendalian pencemaran dan Pengrusakan
Lingkungan Hidup
AGENDA TUJUH
PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DAN PRASARANA WILAYAH
Masalah utama yang dihadapi Provinsi Sulawesi Barat dalam
pembangunan berbagai aspek adalah ketertinggalannya dalam hal
infrastruktur dan prasarana wilayah. Dua dari lima kabupaten yang
ada masih relatif sulit dijangkau dari ibu kota provinsi yakni Mamasa
dan Mamuju Utara. Sementara itu, masih banyak wilayah terpencil
yang sulit dijangkau kendaraan roda empat, bahkan roda dua, karena
jalan dan jembatan yang belum memadai. Hubungan antar desa, desa
dengan ibu kota kecamatan, hingga ke ibu kota kabupaten, belum
menjamin mobilitas manusia dan barang yang memadai, serta belum
semua desa dapat dilayani kebutuhan air bersih dan prasarana
pengairan. Inilah yang menyebabkan desa-desa di Provinsi Sulawesi
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
55
Barat berkategori tertinggal. Dalam hubungan keluar daerah, bandar
udara yang ada juga belum memungkinkan lalu lintas pesawat
berbadan besar; sementara pelabuhan laut memerlukan pembenahan
serius untuk bisa menopang arus manusia dan barang lewat laut.
Kondisi jalan dan jembatan di Provinsi Sulawesi Barat masih
sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 24, 25 dan 26
Lampiran I. Satu-satunya bandara yang ada dan telah operasional di
Provinsi Sulawesi Barat adalah Bandara Tampa Padang dengan
frekuensi penerbangan sebanyak empat kali seminggu yang dilayanani
oleh pesawat DAS Type CN 212 yang berkapasitas 20 orang
penumpang. Informasi dan Fasilitas Bandara Tampa Padang
sebagaimana pada Tabel 27 dan 28 Lampiran I.
Jumlah pelabuhan laut di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak
delapan belas buah yang tersebar pada empat kabupaten dengan
kondisi sarana yang masih sangat minim, untuk itu perlu perhatian
utamanya pada prasarana pendukung agar pelabuhan laut dapat
beroperasi lebih optimal. Tabel 29 Lampiran I memperlihatkan jumlah
dan penyebaran pelabuhan laut berdasarkan statusnya. Adapun
fasilitas di Pelabuhan Belang-Belang dapat dilihat di Tabel 30
Lampiran I.
Sasaran: Terpenuhinya infrastruktur bandar udara yang dapat
digunakan untuk penerbangan pesawat ukuran besar, meningkatnya
kapasitas pelabuhan laut sehingga memenuhi standar untuk kegiatan
ekspor/impor, semua jalan nasional sepanjang 538,70 Km telah
teraspal, jalan nasional poros batas Pinrang-Mamuju sepanjang
210,5 Km diperlebar dari 4,5 M menjadi 6 M termasuk pelebaran
jembatan, semua jalan provinsi sepanjang 602,95 Km telah teraspal,
terlayaninya kebutuhan air bersih serta tersedianya prasarana
pengairan, perumahan dan permukiman.
Kebijakan: Penyediaan, peningkatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana perhubungan darat, laut dan udara untuk menciptakan
interkoneksitas antar kabupaten dan akses keluar provinsi, guna
menjamin kelancaran mobilitas manusia, barang dan jasa, penyediaan
air bersih dan pengairan serta prasarana lingkungan perumahan dan
permukiman yang berkelanjutan dengan memperhatikan pemberian
akses yang luas kepada partisipasi masyarakat dan swasta.
Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun
keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di
Lampiran II.
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011
56
Program 1 : Pembangunan jalan dan jembatan.
Program 2 : Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan
Perumahan dan Permukiman
Program 3 : Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,
Rawa, dan Air Baku.
Program 4: Konservasi Sungai, Waduk dan Sumber Air lainnya
serta Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai.
Program 5 : Pengembangan Prasarana dan Sarana Transportasi
Darat, Laut dan Udara
KEPULAUAN
BALA-BALAKANG
KAB.
MAMUJU
UTARA
POLEWALI
MAJENE
SELAT MAKASSAR
SELAT MAKASSAR
KAB. DONGGALA
SULTENG
KAB. TANA
TORAJA
SULSEL
KAB.
PINRANG
SULSEL
KAB.
ENREKANG
SULSEL
PROVINSIPROVINSI
SULAWESI BARATSULAWESI BARAT
KAB.
MAMUJU
KAB.
MAMASA
MAMASA
KAB.
MAJENE
MAMUJU
PASANG KAYU
KAB.
POLEWALI
MAMASA
AIRPORT
SEAPORT
PUSAT
PERGERAKAN
Jalan Tembus Mamuju-Kaluku-
Bonehau-Tabulahan-Arale-Mamasa,
Untuk Urat Nadi Jalan Pariwisata
Jalan Tembus
Mamasa-Toraja
Jalan Tembus Lakahang – Bonehau
– Kalumpang - Tumongan
Jalan Nasional
Jalan Tembus Wonomulyo –
Matanga - Keppe
Jalan Nasional
KEPULAUAN
BALA-BALAKANG
KAB.
MAMUJU
UTARA
POLEWALI
MAJENE
SELAT MAKASSAR
SELAT MAKASSAR
KAB. DONGGALA
SULTENG
KAB. TANA
TORAJA
SULSEL
KAB.
PINRANG
SULSEL
KAB.
ENREKANG
SULSEL
PROVINSIPROVINSI
SULAWESI BARATSULAWESI BARAT
KAB.
MAMUJU
KAB.
MAMASA
MAMASA
KAB.
MAJENE
MAMUJU
PASANG KAYU
KAB.
POLEWALI
MAMASA
KEPULAUAN
BALA-BALAKANG
KAB.
MAMUJU
UTARA
POLEWALI
MAJENE
SELAT MAKASSAR
SELAT MAKASSAR
KAB. DONGGALA
SULTENG
KAB. TANA
TORAJA
SULSEL
KAB.
PINRANG
SULSEL
KAB.
ENREKANG
SULSEL
PROVINSIPROVINSI
SULAWESI BARATSULAWESI BARAT
KAB.
MAMUJU
KAB.
MAMASA
MAMASA
KAB.
MAJENE
MAMUJU
PASANG KAYU
KAB.
POLEWALI
MAMASA
AIRPORT
SEAPORT
PUSAT
PERGERAKAN
Jalan Tembus Mamuju-Kaluku-
Bonehau-Tabulahan-Arale-Mamasa,
Untuk Urat Nadi Jalan Pariwisata
Jalan Tembus
Mamasa-Toraja
Jalan Tembus Lakahang – Bonehau
– Kalumpang - Tumongan
Jalan Nasional
Jalan Tembus Wonomulyo –
Matanga - Keppe
Jalan Nasional
Gambar 6. Rencana Infrastruktur Utama Perhubungan
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010
RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010
Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010
Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010Rusman R. Manik
 
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16hafid abdul
 
Permen dagri no.54 tahun 2010
Permen dagri  no.54 tahun 2010Permen dagri  no.54 tahun 2010
Permen dagri no.54 tahun 2010Deki Zulkarnain
 
Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010Ssdotnet
 
Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013ryzky_aka_babon
 
Penyusunan renstra pd
Penyusunan renstra pdPenyusunan renstra pd
Penyusunan renstra pdSrie Maryati
 
LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007
LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007
LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007Wiwiek S Ningsih
 
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...Dadang Solihin
 
1.11 pmdn nomor 54 tahun 2010
1.11 pmdn nomor 54 tahun 20101.11 pmdn nomor 54 tahun 2010
1.11 pmdn nomor 54 tahun 2010bappedameme
 
Penyusunan rka pelayanan publik pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik  pkp okiPenyusunan rka pelayanan publik  pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik pkp okihoyin rizmu
 
2. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 20212. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 2021pandirambo900
 
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009Ade Suerani
 
SPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPDSPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPDPSEKP - UGM
 
Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027
Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027
Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027Yohanes Rahmad
 
Pengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMD
Pengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMDPengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMD
Pengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMDM Handoko
 
A. buku saku rpjp final
A. buku saku rpjp finalA. buku saku rpjp final
A. buku saku rpjp finalPEMPROP JABAR
 
RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021
RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021
RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021S. Pandu Hartadita
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Joy Irman
 

Was ist angesagt? (19)

Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010
Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010
Sekelumit RPJMD menurut Permendagri 54 Tahun 2010
 
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
Draft pedoman penyusunan rka skpd ta. 2017 11 okt 16
 
Permen dagri no.54 tahun 2010
Permen dagri  no.54 tahun 2010Permen dagri  no.54 tahun 2010
Permen dagri no.54 tahun 2010
 
Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010Permen 54 tahun 2010
Permen 54 tahun 2010
 
Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013
 
Penyusunan renstra pd
Penyusunan renstra pdPenyusunan renstra pd
Penyusunan renstra pd
 
Renja
RenjaRenja
Renja
 
LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007
LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007
LKPJ Berdasarkan PP No 3 Tahun 2007
 
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
 
1.11 pmdn nomor 54 tahun 2010
1.11 pmdn nomor 54 tahun 20101.11 pmdn nomor 54 tahun 2010
1.11 pmdn nomor 54 tahun 2010
 
Penyusunan rka pelayanan publik pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik  pkp okiPenyusunan rka pelayanan publik  pkp oki
Penyusunan rka pelayanan publik pkp oki
 
2. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 20212. renstra bpkad 2017 2021
2. renstra bpkad 2017 2021
 
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
 
SPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPDSPM dalam Akuntablititas SKPD
SPM dalam Akuntablititas SKPD
 
Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027
Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027
Perda no-11-th-2008-ttg-rpjpd-2007-2027
 
Pengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMD
Pengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMDPengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMD
Pengantar sinkronisasi antar dokumen dan pengantar RPJMD
 
A. buku saku rpjp final
A. buku saku rpjp finalA. buku saku rpjp final
A. buku saku rpjp final
 
RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021
RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021
RANCANGAN AWAL RPJMD PROVINSI JAMBI 2016-2021
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
 

Ähnlich wie RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010

RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018
RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018
RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018Gedhe Foundation
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025Muh Saleh
 
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016Muh Saleh
 
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025 RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025 Probolinggo Property
 
356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labuselIrwin Sopyanudin
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...helmut simamora
 
Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018
Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018
Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018rikisyahputra4
 
2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdf
2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdf2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdf
2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdfdianaekowati1
 
Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018
Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018
Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018Armin Kobain
 
Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013Mus Mulyadi
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019Muh Saleh
 

Ähnlich wie RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010 (20)

RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018
RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018
RPJMD Kabupaten Banyumas 2013 2018
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
 
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
RPJM Provinsi Sulawesi Barat 2012 - 2016
 
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025 RPJPD  KOTA PROBOLINGGO  TAHUN 2005-2025
RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
 
356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel356061309 kak-profil-daerah-labusel
356061309 kak-profil-daerah-labusel
 
RENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdfRENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdf
 
RENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdfRENJA K-J 2024.pdf
RENJA K-J 2024.pdf
 
Renstra 2012 2017
Renstra 2012 2017Renstra 2012 2017
Renstra 2012 2017
 
Renstra 2012 2017
Renstra 2012 2017Renstra 2012 2017
Renstra 2012 2017
 
Isi renstra 2016 2021 hasil perbaikan
Isi renstra 2016 2021 hasil perbaikanIsi renstra 2016 2021 hasil perbaikan
Isi renstra 2016 2021 hasil perbaikan
 
Renstra 2016 2021
Renstra 2016 2021Renstra 2016 2021
Renstra 2016 2021
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG...
 
Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018
Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018
Rencana kinerja dinas kominfo kabupaten pakpak bharat tahun 2018
 
2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdf
2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdf2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdf
2. RENJA K-J 2024 T.A 2023.pdf
 
Rpjpd 228 2005 pemalang
Rpjpd 228 2005 pemalangRpjpd 228 2005 pemalang
Rpjpd 228 2005 pemalang
 
RPJMDes
RPJMDesRPJMDes
RPJMDes
 
Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018
Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018
Rencana Kerja (RENJA) RSUD dr. ABDUL AZIZ Tahun 2018
 
Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013Renstra psda 2008 2013
Renstra psda 2008 2013
 
Bab 1 perda rpjmd final
Bab 1 perda rpjmd finalBab 1 perda rpjmd final
Bab 1 perda rpjmd final
 
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
Rencana Kerja Perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2019
 

Kürzlich hochgeladen

PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024ssuser8905b3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 

Kürzlich hochgeladen (15)

PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
NILAI TUKAR NELAYAN BANGGAI KEPULAUAN TAHUN 2024
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 

RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006-2010

  • 1. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perencanaan pembangunan daerah mengalami perubahan mendasar seiring dengan tuntutan pada bidang politik, penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan pengelolaan keuangan negara. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah mengatur sistem Pemilihan Kepala Daerah yang dilaksanakan secara langsung. Paparan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah terpilih akan menjadi bahan utama penyusunan agenda kerja Pemerintah Daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Daerah terpilih harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan menetapkannya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pelantikan dengan Peraturan Kepala Daerah. Penyusunan RPJMD dimaksudkan untuk memberi arah dan pedoman bagi pelaksanaan pembangunan suatu provinsi. Penyusunan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat sendiri untuk periode Tahun 2006 – 2011. RPJMD ini merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional) yang memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan agenda pembangunan daerah. Dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Barat ini juga memuat program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), program lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (lintas SKPD), dan program kewilayahan. Setiap program dan kegiatan disertai dengan kerangka regulasi dan kerangka pendanaannya yang bersifat indikatif. Provinsi Sulawesi Barat merupakan provinsi yang baru, karenanya kepemimpinan Kepala Daerah saat ini merupakan Kepala Daerah pertama di Provinsi Sulawesi Barat. Upaya untuk mencapai tujuan dari pembentukan provinsi yang masih baru ini,
  • 2. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 2 maka sangat diharapkan semua komponen melaksanakan pembangunan secara sungguh-sungguh demi kesejahteraan masyarakat. Kerja keras dan kerjasama mutlak dibangun dan dibudayakan, untuk menghilangkan predikat daerah tertinggal yang diberikan kepada Provinsi Sulawesi Barat, dan mempercepat pemenuhan hak dasar masyarakat. B. Maksud dan Tujuan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat ini ditetapkan dengan maksud menjadi arah bagi pelaksanaan pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat lima tahun kedepan. Tujuannya agar dapat menjadi pedoman bagi SKPD dalam merumuskan program dan kegiatannya dalam upaya mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi dan penjabaran agenda pembangunan yang telah ditentukan. Periode pelaksanaan pembangunan lima tahun kedepan merupakan periode yang bernuansa strategis karena akan meletakkan dasar-dasar bagi terwujudkan Visi Provinsi Sulawesi Barat, sehingga pembangunan yang dilaksanakan perlu diberikan arah. Demikian pula oleh SKPD dalam merumuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakannya lima tahun kedepan perlu diberikan pedoman. Penetapan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat ini ditetapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat ini ditetapkan untuk mempercepat terwujudnya Visi Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006–2011, yaitu melalui pelaksanaan misi dan penjabaran agenda dan program prioritas pembangunan yang telah ditetapkan, juga sebagai media informasi dan evaluasi bagi masyarakat mengenai pelaksanaan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dalam kurun waktu lima tahun kedepan sejak Tahun 2006 hingga 2011. C. Landasan Hukum Dalam penetapan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006–2011, peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan hukum, adalah sebagai berikut :
  • 3. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 3 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286). 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355). 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389). 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400). 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501). 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4022). 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Sulawesi Barat (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4022). 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI tahun 2004 nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437). 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438). 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara RI Nomor 3952). 11. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
  • 4. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 4 (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4022). 12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 11). 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. D. Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011, merupakan dokumen perencanaan pembangunan yang bersifat strategis, disamping karena muatannya yang menjadi arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah lima tahun kedepan, juga karena dokumen RPJMD memiliki relevansi yang terintegrasi dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya. Dalam penyusunan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat beberapa dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dokumen perencanaan pembangunan tersebut digunakan sebagai pedoman agar tercipta kesesuaian dan kesatuan antar dokumen perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. sehingga terjadi kesinambungan dan integrasi pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya RPJMD Provinsi Sulawesi Barat yang ditetapkan untuk Tahun 2006 – 2011, digunakan sebagai pedoman bagi seluruh SKPD Provinsi Sulawesi Barat untuk membuat Rencana Strategis (Renstra) yang berisi program dan kegiatan SKPD yang akan dilaksanakannya untuk jangka waktu 2006 – 2011. Program dan kegiatan SKPD yang termuat dalam Renstra SKPD merupakan penjabaran arah kebijakan dan prioritas program pembangunan yang telah ditentukan dalam RPJMD. Setiap tahunnya masing-masing SKPD, membuat Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD) sebagai pelaksanaan tahunan Renstra SKPD.
  • 5. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 5 RPJMD Provinsi Sulawesi Barat yang ditetapkan juga menjadi acuan bagi Pemerintah Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat dalam menetapkan RPJMD Kabupaten. Sedangkan RPJMD Kabupaten menjadi pedoman bagi SKPD Kabupaten masing- masing dalam membuat Rencana Strategis SKPD dan selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja SKPD Kabupaten. Sehingga pelaksanaan pembangunan antar Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Se-Provinsi Sulawesi Barat terjadi kesesuaian dan saling berintegrasi, guna mencapai Visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 – 2011. E. Sistematika Penulisan Sistematika yang dipakai dalam penyusunan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011 ini mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tanggal 11 Agustus 2005 Perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJPD dan RPJMD, sehingga sistematika RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011 adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN, merupakan uraian beberapa hal yang menjadi latar belakang penyusunan dan penetapan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011, mengenai maksud dan tujuan penyusunan, dasar hukum yang dijadikan landasan penyusunan, hubungan antara RPJMD Provinsi Sulawesi Barat dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya, dan sistematika penyusunan. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH, berisi deskripsi disertai analisis mengenai berbagai kondisi Provinsi Sulawesi Barat, antara lain mengenai Kondisi Geografis, Perekonomian Daerah, Sosial Budaya Daerah, Prasarana dan Sarana Daerah, dan Keadaan Pemerintahan Umum. BAB III VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH, yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Barat periode Tahun 2006 – 2011, sedangkan strategi pembangunan daerah menjelaskan beberapa strategi yang akan ditempuh guna pencapaian visi dan melaksanakan misi. BAB IV ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH, menguraikan analisa mengenai Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah, Arah
  • 6. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 6 Pengelolaan Belanja Daerah, dan Arah Kebijakan Umum Anggaran untuk lima tahun kedepan. BAB V ARAH KEBIJAKAN UMUM, menjelaskan kebijakan yang berkaitan dengan program Kepala Daerah, sebagai arah bagi SKPD dalam merumuskan program dan kegiatannya untuk lima tahun kedepan. BAB VI AGENDA DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH, merupakan beberapa prioritas yang diformulasi dalam bentuk Agenda dan Program Pembangunan Daerah, sebagai upaya untuk mewujudkan visi, melaksanakan misi dengan menggunakan strategi yang telah ditetapkan. BAB VII PENUTUP, memuat beberapa program transisi dan kaidah pelaksanaan RPJMD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011. LAMPIRAN – LAMPIRAN berisi Data Pendukung, Matriks Program Lima Tahunan SKPD dan Matriks Program Tahunan SKPD.
  • 7. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 7 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Letak Geografis dan Batas Wilayah Sulawesi Barat berada pada posisi “Segitiga-Emas“ antara Provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Terlebih dengan wilayahnya yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar, jalur lalu lintas pelayaran nasional dan internasional. Posisi ini dianggap sangat menguntungkan, karena memberikan nilai tambah untuk pengembangan sosial ekonomi wilayah ke depan. Secara geografis, kondisi wilayah Sulawesi Barat berada pada koordinat antara 118°43’15’’ - 119°54’3’’ Bujur Timur, serta 0°12’ hingga 03°38’ Lintang Selatan, sehingga letak Provinsi Sulawesi Barat sangat strategis. Secara administratif, batas wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah; bebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan dan Teluk Mandar; sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Luas Wilayah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 16.937,16 Km2, dengan luas wilayah laut sebesar 7.668,84 Km2, dan panjang garis pantai barat memanjang dari utara ke selatan sepanjang 639,07 km. Memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang beraneka ragam, baik di darat maupun di laut, antara lain pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan/kelautan, pertambangan dan pariwisata. Gambar 1. Peta Sulawesi Barat
  • 8. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 8 Secara administratif, Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari 5 (lima Kabupaten yaitu: Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara dan Kabupaten Mamasa. Ibu Kota Provinsi terletak di Kabupaten Mamuju. Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Barat tercatat sekitar delapan aliran sungai, dengan jumlah aliran yang terbesar di Kabupaten Polewali Mandar, yakni 5 aliran sungai. Sungai yang terpanjang tercatat ada dua yakni Sungai Saddang yang mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang, Pinrang dan Polewali Mandar serta Sungai Karama di Kabupaten Mamuju. Panjang kedua sungai tersebut masing-masing + 150 Km2. Di Provinsi Sulawesi Barat terdapat dua buah gunung yang mempunyai ketinggian diatas 2.500 M, dengan gunung tertinggi adalah Ganda Dewata dengan ketinggian 3.074 M dpl. Gunung ini berdiri tegak di Kabupaten Mamuju. Uraian di atas dapat dilihat pada Tabel 1 Lampiran I. B. Iklim Provinsi Sulawesi Barat mempunyai kelembaban udara relatif tinggi, dimana pada tahun 2005 rata-rata berkisar antara 74 Persen sampai 85 Persen. Untuk kecepatan angin hampir seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat umumnya merata tiap bulannya yaitu berkisar 3-7 Km/Jam. C. Keadaan Topografi Topografi Provinsi Sulawesi Barat adalah bervariasi dari datar, berbukit sampai bergunung. Daerah topografi datar dapat Gambar 2. Kabupaten di Prov.Sulbar KEPULAUAN BALA-BALAKANG KAB. MAMUJU UTARA POLEWALI MAJENE SELAT MAKASSAR SELAT MAKASSAR KAB. DONGGALA SULTENG KAB. LUWU UTARA SULSEL KAB. TANA TORAJA SULSEL KAB. PINRANG SULSEL KAB. ENREKANG SULSEL PROVINSIPROVINSI SULAWESI BARATSULAWESI BARAT KAB. MAMUJU KAB. MAMASA MAMASA KAB. MAJENE MAMUJU PASANG KAYU KAB. POLEWALI MANDAR KEPULAUAN BALA-BALAKANG KAB. MAMUJU UTARA POLEWALI MAJENE SELAT MAKASSAR SELAT MAKASSAR KAB. DONGGALA SULTENG KAB. LUWU UTARA SULSEL KAB. TANA TORAJA SULSEL KAB. PINRANG SULSEL KAB. ENREKANG SULSEL PROVINSIPROVINSI SULAWESI BARATSULAWESI BARAT KAB. MAMUJU KAB. MAMASA MAMASA KAB. MAJENE MAMUJU PASANG KAYU KAB. POLEWALI MANDAR
  • 9. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 9 dijumpai di sebagian besar Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju Utara sedangkan Mamuju, Majene dan Mamasa adalah berbukit sampai bergunung. Daya dukung fisik dan lingkungan Provinsi Sulawesi Barat dimaksudkan adalah kemampuan fisik, karakteristik lahan, kesesuaian lahan, dan lingkungan untuk pertanian dalam mendukung pengembangan komoditas pertanian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendukung hal-hal di atas adalah kondisi tata guna tanah, lokasi geografis, sumberdaya air, kondisi topografi, status dan nilai tanah, dan lain-lainnya. Kondisi Topografi Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari laut dalam, dataran rendah, dataran tinggi dan pengunungan dengan tingkat kesuburan yang tinggi, sehingga memungkinkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik. D. Pengunaan Lahan Lahan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas areal persawahan, perkebunan, peternakan, perikanan, hutan lindung, hutan produksi, padang rumput, pemukiman, industri, jasa, pertambangan, jalan dan lain-lain. Meskipun data tentang ketersediaan lahan di setiap kabupaten telah ada, akan tetapi jika ditelusuri luas lahan dan bahkan status lahan tersebut, seringkali data kabupaten yang diinginkan tidak tersedia dan tidak valid untuk dijadikan data pendukung bagi para investor sehingga seringkali menghambat kegiatan investasi di setiap kabupaten. Dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan Tanah Pedesaan dan Penggunaan Tanah Perkotaan, klasifikasi penggunaan lahan di Provinsi Sulawesi Barat tetap didominasi hutan dengan luas areal mencapai 1.124.496,46 Ha atau mencapai 66,38 persen dari luas wilayah. Kemudian diikuti oleh lahan hutan belukar, hutan sejenis, perkebunan besar, kebun campuran, perkebunan rakyat, alang-alang hingga sawah. Sedangkan areal pemukiman hanya 0,90 persen dari luas wilayah. Hal ini menggambarkan bahwa Provinsi Sulawesi Barat masih sangat potensial untuk dikembangkan, terutama bagi sektor kehutanan, perkebunan/ pertanian. Data di atas dapat dilihat pada Tabel 1 di Lampiran I.
  • 10. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 10 Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 44 Tahun 2004, tentang Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan dan Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) adalah 1.693.718 Ha. Luas wilayah tersebut terdiri dari Kawasan Non Budidaya (Lindung) seluas 669.358 Ha atau sebesar 39,52 persen dan Kawasan Budidaya seluas 1.024.360 Ha atau sebesar 60,48 persen. E. Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas dasar harga konstan) yang berhasil diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga konstan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan perubahan riil ekonomi. Dalam penghitungan PDRB 2005, pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional dihitung dengan menggunakan harga konstan Tahun 2000 sebagai tahun dasar. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat selama periode Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.3 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi N0. Tahun PDRB (Rp Milyar) Perkembangan (%) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Rp Milyar) Pertumbuhan (%) 1. 2. 3. 2003 2004 2005 3.428,62 3.869,65 4.422,95 8,27 12,86 14,30 2.783,19 2.946,31 3.120,77 3,21 5,86 5,92 Sumber : BPS, PDRB Prov. Sulawesi Barat Tahun 2005 Dalam kurun waktu Tahun 2003 sampai dengan 2005 tidak terdapat pergeseran yang berarti pada struktur ekonomi provinsi ini. Pada Tabel 2.4. menunjukkan peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Sulawesi Barat masih cukup besar yakni rata-rata 57,32 persen. Tingginya peranan ini ditopang oleh subsektor perkebunan dengan kontribusi rata-rata 28,04 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Sulawesi Barat masih mengandalkan sektor pertanian tanaman perkebunan.
  • 11. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 11 Selain pertanian, sektor lain yang mempunyai kontribusi cukup besar adalah sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri pengolahan yang masing- masing menyumbang 12,83 persen, 12,74 persen, dan 7,35 persen (keadaan Tahun 2005) terhadap pembentukan total PDRB Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih pada tahun yang sama mempunyai kontribusi yang paling kecil, hanya sekitar 0,36 persen. Tabel 2.2 Struktur Ekonomi Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2003 - 2005 (dalam persen) No. Lapangan Usaha 2003 2004 2005 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pertambangan/Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Lembaga keuangan Jasa-jasa 58,08 0,60 7,18 0,37 2,81 11,68 2,51 4,01 12,77 57,98 0,62 7,21 0,37 2,82 11,50 2,48 4,47 12,55 55,91 0,62 7,35 0,36 3,03 12,74 4,63 4,63 12,83 Tingginya persentase kontribusi lapangan usaha sektor pertanian berkorelasi dengan besarnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3. Lampiran I terdapat 76,00 persen penduduk usia kerja di Provinsi Sulawesi Barat yang bekerja di sektor pertanian, yakni Mamuju (79,43 %), Majene (53,46 %), Polewali Mandar (68,33 %), Mamasa (90,40 %) dan Mamuju Utara (85,08 %). Di antara lima daerah dalam lingkup Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Majene dan Mamasa adalah daerah yang dalam struktur perekonomiannya terdapat sektor ekonomi yang cukup signifikan tidak bertumpu pada pertanian secara langsung (9,33 %), tetapi sektor yang menyerap lapangan kerja terbesar seperti perdagangan (30,34 %), angkutan dan komunikasi (17,18 %) dan jasa (22,77 %) juga merupakan rangkaian dari proses distribusi dan perdagangan hasil-hasil komoditas sektor pertanian. Sedangkan penduduk usia kerja pada sektor lapangan usaha diluar sektor di atas seperti pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan serta keuangan dan persewaan, porsinya masih di bawah 10 persen.
  • 12. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 12 Jika dilihat per sektor ekonomi untuk PDRB Tahun 2005, maka pada umumnya pertumbuhan riilnya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat, kecuali untuk sektor pertanian (3,10 %) dan sektor pertambangan dan penggalian (2,02). Namun demikian, sektor yang tumbuh tinggi adalah sektor yang memiliki kontribusi relatif kecil terhadap PDRB. Berikut ini adalah uraian tentang masing-masing subsektor dalam perekonomian Sulawesi Barat. 1. Pertanian Tanaman Pangan Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang-kacangan. Produksi padi pada Tahun 2005 adalah 253.886 Ton yang dipanen dari areal seluas 59.766 Ha atau rata-rata 4,25 Ton Per Ha. Sebagian besar produksi padi dihasilkan oleh jenis padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 6,28 persen dari seluruh produksi padi atau sebesar 244.442 Ton, sedangkan sisanya dihasilkan padi ladang. Produksi jagung Provinsi Sulawesi Barat pada Tahun 2005 sebesar 17.343 Ton dengan luas panen 5.219 Ha atau menghasilkan rata-rata 3,32 Ton/Ha. Tabel 4 Lampiran I menunjukkan banyaknya irigasi teknis, semi teknis dan sederhana yang mendukung produktivitas pertanian tersebut, sedangkanpada Tabel 5 Lampiran I dapat dilihat data mengenai komoditas utama tanaman pangan. 2. Perkebunan Komoditas perkebunan yang menjadi unggulan dilihat dari jumlah produksi dan prospek pengembangannya adalah kakao, jambu mente, kelapa dalam, kelapa sawit, kelapa Gambar 3. Areal Persawahan di Prov. Sulbar
  • 13. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 13 hibrida dan kopi arabika. Komoditas ini merupakan prioritas untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Indonesia merupakan negara produsen kakao kedua di dunia yang mengekspor produksi kakaonya hingga 70 persen. Di samping itu, kelapa sawit juga merupakan produk unggulan mengingat semakin berkurangnya persediaan minyak fosil. Selain perluasan areal tanaman kakao dan kelapa sawit, peningkatan mutu juga menjadi prioritas utama dalam pengembangan komoditas perkebunan. Saat ini di wilayah Provinsi Sulawesi Barat lokasi pertanaman perkebunan kakao terdapat di semua kabupaten sedangkan untuk kelapa sawit hanya terdapat di dua kabupaten. Tabel 6 Lampiran I menggambarkan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman perkebunan yang ada. 3. Peternakan Perkembangan subsektor peternakan di Provinsi Sulawesi Barat cukup meyakinkan. Sebagaimana diketahui, Kabupaten Majene dan Polewali Mandar dari dulu dikenal sebagai daerah peternakan, meskipun dalam dekade terakhir mengalami sedikit kemunduran. Jenis ternak yang berkembang di Sulawesi Barat adalah sapi, kerbau, kambing, ayam buras, ayam ras, dan itik. Kondisi berbagai jenis ternak tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 Lampiran I. Gambar 4. Perkebunan Kakao di Prov. Sulbar Gambar 5. Potensi Ternak Sapi di Prov. Sulbar
  • 14. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 14 4. Kehutanan Areal hutan di Provinsi Sulawesi Barat tercatat sekitar 1,2 juta Ha. Bagian terbesar adalah Hutan Lindung seluas 700.200 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 341.904 Ha. Jika dilihat dari daerah administratifnya, maka Kabupaten Mamuju mempunyai jumlah hutan terluas yakni 700.553 Ha, sedangkan yang terkecil pada Kabupaten Majene yaitu hanya seluas 58.889 Ha. Luas kawasan hutan berdasarkan kabupaten dapat dilihat pada Tabel 8 Lampiran I. 5. Perikanan Kabupaten yang signifikan memiliki potensi perikanan/kelautan adalah Mamuju, Majene, Polewali Mandar dan Mamuju Utara. Garis pantai terpanjang di Mamuju (275 Km), Mamuju Utara (150 Km), dan terpendek di Polewali Mandar (89 Km), sedangkan Mamasa tidak mamiliki garis pantai karena berada di daerah pengunungan. Tabel 9 Lampiran I menunjukkan luas wilayah dan panjang pantai tiap kabupaten. Adapun Produksi sektor perikanan di Provinsi Sulawesi Barat masih didominasi oleh perikanan tangkap yaitu sebanyak 41.944,9 Ton sedangkan produksi tambak sebesar 8.589,2 Ton kemudian disusul dengan produksi budidaya laut sebanyak 2.786,1 Ton. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 Lampiran I. 6. Pertambangan Potensi sumberdaya alam dari pertambangan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat cukup banyak. Sepanjang pantai memiliki 7 (tujuh) blok Minyak dan Gas Bumi, yang 4 (empat) diantaranya sudah diselesaikan tender eksplorasinya. Untuk jenis bahan galian logam terdapat emas, bijih besi, mangan, nikel dan beberapa bahan galian logam lainnya. Bahan galian non logam akan dapat ditemukan granit, batu Gambar 6. Potensi Perikanan di Prov. Sulbar
  • 15. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 15 gamping, kaolin, pasir kuarsa dan sebagainya. Keseluruhan data ini dapat dilihat di Tabel 11 Lampiran I. 7. Industri Kecil dan Menengah Keadaan industri kecil dan menengah dapat ditunjukkan pada data yang telah tersedia. Pengembangan industri kecil seperti industri makanan, kerajinan rumah tangga, pembuatan furnitur, konfeksi, fotocopy, pandai besi, bengkel dan industri kecil lainnya dijumpai di seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Jenis industri kecil yang cukup banyak menyerap tenaga kerja di seluruh kabupaten adalah usaha gula aren dan pembuatan meubel. Untuk usaha menengah, yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah pembuatan batu bata dan usaha pemintalan sutra di Kabupaten Mamasa. Usaha-usaha tersebut dikerjakan secara formal (ada izin dari pemerintah) dan tidak formal. Tabel 12 Lampiran I memperlihatkan Sentra industri kecil di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006. 8. Sektor Perdagangan dan Jasa Salah satu jenis sektor jasa yang sedang dan akan dikembangkan di Provinsi Sulawesi Barat adalah pariwisata. Kebutuhan masyarakat akan rekreasi semakin berwujud dengan tumbuhnya objek-objek wisata. Berbagai macam objek wisata yang dapat dipromosikan adalah wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata agro serta wisata maritim/bahari. Beberapa kabupaten telah memiliki beberapa jenis objek wisata tersebut, hanya saja kualitas objeknya dan pelayanannya masih perlu ditingkatkan. Sebutlah misalnya,Pulau Karampuang, Pasir Putih Bakengkeng, Pantai Datuk Panggalle, Pulau Gusung Toraja, Pantai Palippis dan Lambuang, Sandeq, Permandian Air Panas Limboro, Pemandian Air Panas Kole, Air Terjun Sanbabo, Anjoro Pitu, Air Terjun Liawan, Gunung mambulling dan Puncak Mussa Gambar 7. Potensi Pariwisata di Prov. Sulbar
  • 16. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 16 Ballapeu. Tabel 13 Lampiran I memperlihatkan objek-objek wisata andalan menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Selain pengembangan jasa, kegiatan perdagangan juga sangat perlu dikembangkan, meskipun sebagian dari kegiatan ini sudah merupakan bagian dari pengembangan sektor pertanian (perdagangan hasil-hasil pertanian) dan pengembangan sektor industri kecil dan menengah (perdagangan hasil-hasil industri kecil termasuk kerajinan). Kegiatan perdagangan tersebut, selain untuk tujuan lokal juga untuk perdagangan antar pulau untuk pasar Pulau Jawa, Kalimantan dan daerah-daerah Kawasan Timur Indonesia lainnya. Kegiatan perdagangan yang berkembang lebih banyak didominasi perdagangan hasil-hasil pertanian, seperti: beras, jagung, jeruk manis, kakao, kopi, cengkeh, ikan, udang, rumput laut dan berbagai komoditas lainnya, termasuk hasil industri kecil dan menengah. Kegiatan ini lebih banyak digerakkan dari pasar di Kabupaten Polman dan Mamuju Dalam upaya memperlancar kegiatan terutama perdagangan antar pulau, maka sedang dan akan dikembangkan pelabuhan rakyat, seperti: pelabuhan di Mamuju, Majene dan Polewali Mandar. Demikian pula pelayanan jasa transportasi darat juga banyak berperan dalam perdagangan tersebut. F. Keadaan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat yang resmi terbentuk berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004, sampai saat ini baru menghasilkan 10 buah Peraturan Daerah yaitu: 1. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat No. 1 Tahun 2006 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2006. 2. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 26 Tahun 2006 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Pimpinan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
  • 17. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 17 3. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Kendaraan Bermotor. 4. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 4 Tahun 2006 tentang Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 5. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 6. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 6 Tahun 2006 tentang Retribusi Pelayanan Jasa Ketatausahaan. 7. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 7 Tahun 2006 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga. 8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Lambang Daerah Provinsi Sulawesi Barat. 9. Peraturan Daerah Provinsi sulawesi Barat Nomor 9 tahun 2006 tentang penggunaan lambang Daerah Provinsi Sulawesi Barat. 10. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Lagu Mars dan Hymne Provinsi Sulawesi Barat. 11. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 11 Tahun 2006 tentang Hari Jadi Daerah Provinsi Sulawesi Barat. 12. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Penetapan Perubahan APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2006. 13. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. 14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Kedudukan Protokuler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Barat Dari ke sepuluh buah peraturan daerah (perda) yang telah diterbitkan sebagaimana tersebut di atas terlihat bahwa perda yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Barat hanya mencakup tentang Penerimaan Daerah dan Lambang Daerah, belum ada perda yang secara khusus dibuat untuk merangsang percepatan pembangunan misalnya yang berhubungan dengan kemudahan berinvestasi, peningkatan partisipasi masyarakat, swasta dan lain-lain.
  • 18. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 18 G. Sosial Budaya Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk lebih meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Peningkatan partisipasi memperoleh bangku pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai peningkatan penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai. Hasil capaian di bidang pendidikan Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada Tabel 14 Lampiran I. Di bidang kesehatan, Provinsi Sulawesi Barat masih sangat membutuhkan tambahan prasarana kesehatan dan tenaga medis/paramedis. Jumlah sarana pelayanan kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada Tabel 15 Lampiran I. Operasionalisasi pelayanan kesehatan dari sarana pelayanan kesehatan yang ada tersebut, didukung oleh tenaga medis dan paramedis sebagaimana tergambar dalam Tabel 16 Lampiran I. Untuk Program Keluarga Berencana (KB), terjadi penurunan jumah akseptor baru yaitu 11.976 orang pada Tahun 2004 menjadi 10.873 orang pada Tahun 2005, demikian pula jumlah akseptor aktif juga mengalami penurunan yaitu 92.053 orang pada Tahun 2004 menjadi 80.780 orang pada Tahun 2005. Untuk lebih jelasnya data akseptor di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada Tabel 17 Lampiran I. Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan umat Islam yang berupa masjid, langgar dan musholah pada Tahun 2005 masing-masing berjumlah 3.154,70 dan 278 unit. Tempat peribadatan untuk umat Kristiani, Hindu dan Budha masing-masing memiliki 85 gereja Khatolik, 304 gereja Protestan, 18 Pura dan 2 Wihara.
  • 19. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 19 Perkembangan sosial budaya masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat dapat diamati melalui aspek kependudukan seperti tingkat pertumbuhan penduduk, ukuran keluarga, budaya atau aktivitas sosial penduduk termasuk tradisi masyarakat yang mengusahakan komoditas unggulan pada khususnya maupun sektor unggulan pada umumnya. Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Barat adalah 1.022.257 Jiwa yang terbagi atas 510.928 jiwa laki-laki dan 511.330 jiwa perempuan, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 53,5 persen dan 46,5 persen. Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene memiliki jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari pada perempuan dengan perbandingan sekitar 48 persen berbanding 52 persen, sedangkan di Kabupaten Mamuju, Mamasa dan Mamuju Utara jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan kabupaten dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 18 Lampiran I. Pada umumnya masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat mengusahakan komoditas pertanian. Olehnya itu, masyarakat memiliki tradisi-tradisi yang berkaitan dengan penyelenggaraan usahatani mereka. Tradisi masyarakat di provinsi ini yang paling terkenal adalah “Tudang Sipulung/Malembo”. Pada acara ini semua hal yang menjadi konstrain dalam penyelenggaraan usahatani petani akan menjadi bahan diskusi, seperti: waktu tanam, luas wilayah yang akan ditanami, kebutuhan saprodi termasuk benih, pupuk, obat-obatan, ataupun alat-alat pertanian, dan sebagainya. Demikian pula tradisi-tradisi pada penyelenggaraan usahatani tambak ataupun penangkapan ikan di laut, semuanya memiliki tradisi yang unik-unik termasuk pada usahatani ternak. H. Prasarana dan Sarana Kondisi prasarana dan sarana di Provinsi Sulawesi Barat utamanya di bidang perhubungan yang meliputi transportasi (darat, laut dan udara) baik kualitas maupun kuantitas masih sangat membutuhkan perhatian untuk mendukung kelancaran arus penumpang orang dan barang serta kebutuhan sehari- hari/hasil bumi yang keluar dan masuk Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka percepatan pembangunan dan ekonomi kerakyatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
  • 20. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 20 Percepatan pembangunan prasarana dan sarana di bidang transportasi (darat, laut dan udara) yaitu : 1. Darat : jalan dan jembatan pada jalan negara trans Sulawesi lewat pantai barat mulai dari batas Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan ke batas Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah ; Jalan Trans Poros Barat - Timur yang bermuara ke dan dari Pelabuhan Samudera Belang-Belang dan bandara udara Tampa Padang Kalukku Mamuju ke batas Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan terus ke Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara; jalan poros Polewali ke Kabupaten Mamasa ke batas Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, kemudian dari Kecamatan Kalumpang ke batas Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, serta Poros Jalan Malabo – Mambi – Aralle – Lakahan – Buttuada - Kalukku ; dan Poros Jalan Strategi dan jalan yang membuka isolasi/kantong-kantong potensi ekonomi antara lain jalan alternatif lewat pantai Tapalang - Singkep – Mamuju; Wonomulyo – Matangnga – Kepe – Mambi dan Balanipa – Limboro – Allu – Tutallu – Kalenarang ; Salu Tambung – Kabiraan – Babasondong – Paku – Seppong – Jekang – Baba Lombi - Mambi ; dan Malunda - Ulu Manda – Mambi ; Tapalang – Bela – Mambi ; Manalisse Tadui – Aralle ; Toabo – Kalonding – Tommo – Tobadak - Tabolang dan Belang-belang – Kalonding – Bonehau. 2. Laut : Wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar, berdasarkan hasil kajian ALKI II merupakan salah satu jalur pelayaran Nasional dan Internasional, dapat memberikan nilai tambah bagi pembangunan sosial ekonomi ke depan, di mana Mamuju sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Barat dapat menjadi pusat Kawasan Andalan Pembangunan Ekonomi Regional Terpadu (KAPERT) Selat Makassar yang meliputi 6 (enam) Provinsi (Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo) karena secara topografis didukung oleh Pelabuhan Samudra Belang-Belang sebagai Pelabuhan Kontainer/ Gambar 8. Kondisi Jalan di Prov. Sulbar
  • 21. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 21 Pelabuhan Internasional; Pelabuhan Silopo Polewali Mandar, Pelabuhan Palipi Majene, Pelabuhan Pasangkayu Mamuju Utara dan beberapa pelabuhan lokal lainnya . 3. Udara : Bandara Udara Tampa Padang Mamuju yang berjarak 27 kilo meter dari Kota Mamuju yang saat ini didarati pesawat jenis C-212 dengan Rute Makassar – Mamuju – Balik Papan P.P. dengan intensitas penerbangan lima kali seminggu, dan saat ini juga sedang diusahakan untuk percepatan pembangunan peningkatan dan perpanjangan landasan pacu yang dapat didarati jenis pesawat yang lebih besar seperti jenis Fokker. Pada pembangunan jalan dan jembatan diperlukan adanya koordinasi dan pembagian kewenangan penanganan terhadap jalan dan jembatan, yang meliputi jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Keadaan saat ini panjang jalan nasional adalah 538,70 Km, dengan jumlah jembatan nasional 443 buah. Sedangkan untuk panjang jalan provinsi 602,95 Km, dengan jumlah jembatan provinsi sebanyak 173 buah. Upaya percepatan Pembangunan Prasarana dan Sarana lainnya antara lain Pembangkit Listrik/PLN, Irigasi, PDAM/PAM, Telekomunikasi, TVRI, Pos dan Giro, Perbankan, Perhotelan/ Restoran, serta Pegadaian dan Koperasi yang sangat membantu perekonomian masyarakat terutama masyarakat di pedesaan. I. Pemerintahan Umum Secara administratif, Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas lima kabupaten dan satu kota yang secara keseluruhan terdiri atas 55 kecamatan dan 448 kelurahan/desa (Tabel 19 Lampiran I). Kabupaten Mamuju dan Polewali Mandar memiliki jumlah kecamatan terbesar (Kabupaten Polewali Mandar: 17 kecamatan), sedangkan Kabupaten Mamuju Utara adalah terkecil (4 kecamatan). Jumlah kelurahan/desa terbesar adalah Kabupaten Mamasa (125 kelurahan/desa), sedangkan Kabupaten Mamuju Utara adalah terkecil (33 kelurahan). Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Perda Sulbar) Nomor 2 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Perda Sulbar Nomor 3 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Barat, dan Perda
  • 22. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 22 Sulbar Nomor 4 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sulawesi Barat, serta Perda Sulbar Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Barat, disebutkan bahwa Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari 3 asisten dan 8 biro, sedangkan Dinas Daerah berjumlah 14 dinas, 9 badan, 3 kantor, 3 Lembaga Teknis Administrasi dan Operasional dan 1 Sekretariat DPRD. Adapun rinciannya sebagai berikut: 1. Sekretariat Daerah a. Asisten Bidang Tata Praja b. Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan c. Asisten Bidang Administrasi d. Biro Tata Pemerintahan e. Biro Hukum f. Biro Humas dan Protokol g. Biro Ekonomi dan Pembangunan h. Biro Umum dan Perlengkapan i. Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesra j. Biro Ortala dan Kepegawaian Sekretariat k. Biro Keuangan 2. Dinas-Dinas a. Dinas Pekerjaan Umum b. Dinas Kesehatan c. Dinas Pendidikan Nasional d. Dinas Olahraga dan Pemuda e. Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi f. Dinas Pertanian dan Peternakan g. Dinas Kelautan dan Perikanan h. Dinas Kehutanan dan Perkebunan i. Dinas Perhubungan j. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan l. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral m. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan n. Dinas Pendapatan Daerah
  • 23. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 23 3. Badan a. Inspektorat Provinsi b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah c. Badan Kesejahteraan Daerah d. Badan Diklat dan Pengembangan SDM Aparatur e. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa f. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas g. Badan Informasi, Komunikasi dan PDE h. Badan Kepegawaian Daerah i. Badan Promosi Penanaman Modal Daerah j. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah k. Satuan Polisi Pamong Praja dan PPNS 4. Kantor a. Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil b. Kantor Ketahanan Pangan Daerah c. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah d. Kantor Perwakilan/Penghubung Pemerintah Sulawesi Barat di Jakarta e. Rumah Sakit Umum Regional Provinsi 5. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi 6. Sekretaris Korpri Provinsi Sulawesi Barat Jumlah Pegawai Negeri Sipil Lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 adalah sebanyak 845 orang dengan mayoritasberjenis kelamin perempuan sebanyak 478 jiwa dan laki-laki sebanyak 367 jiwa, dilihat dari golongannya 538 Jiwa merupakan golongan III sedangkan dari segi pendidikan yang terbanyak adalah yang berpendidikan Strata I, untuk lebih jelasnya banyaknya pegawai menurut jenis kelamin, golongan dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 20 Lampiran I. Sedangkan pada bidang Ketentraman dan Keamanan masih dibutuhkan perhatian yang cukup karena masih banyaknya tindakan-tindakan yang melanggar hukum, hal ini dapat dilihat pada Tabel 21 Lampiran I.
  • 24. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 24 BAB III MISI, VISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH A. Misi Melihat gambaran pada Bab II, menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Barat termasuk dalam kategori tertinggal meskipun mempunyai potensi yang sangat besar. Banyak sarana dan prasarana pembangunan sangat tidak memadai. Untuk hal tersebut dibutuhkan tekad dan usaha yang keras dari semua pihak untuk pembangunan Provinsi Sulawesi Barat. Melihat kondisi yang demikian Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat mempunyai misi yang disebut dengan MISI - 2011 yang berupa: “Meningkatkan Derajat Kehidupan Yang Layak Bagi Masyarakat Sulawesi Barat, Serta Meningkatkan Kesetaraan Dengan Provinsi Lainnya”. Pernyataan misi tersebut mengandung arti bahwa pada 2011 masyarakat terpenuhi hak-hak dasarnya, setidaknya dalam hal pangan, kesehatan, pendidikan dan rasa aman. Untuk itu, pemerintah daerah akan mendorong tumbuhnya perekonomian seluas-luasnya sehingga masyarakat bisa melaksanakan/mendapatkan pekerjaan yang baik yang pada gilirannya mereka mampu memenuhi kebutuhannya jasmaninya. Pemerintah daerah juga akan mendorong kegiatan-kegiatan yang pada gilirannya akan mampu memenuhi kebutuhan rohani masyarakat. Enam hal pokok yang akan dilakukan pemerintah daerah untuk mewujudkan Misi 2011 tersebut, yaitu: 1. Meletakkan dasar-dasar tumbuhnya perekonomian yang sehat berbasis potensi daerah. 2. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan pangan, kesehatan dan pendidikan. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan hukum dan norma kehidupan bermasyarakat. 4. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup antar umat beragama.
  • 25. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 25 5. Meningkatkan stabilitas ketentraman dan ketertiban, kerukunan, kesatuan dan persatuan warga masyarakat. 6. Mengembangkan seni budaya dan olahraga sebagai penopang pembangunan yang berkebudayaan. Dengan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan yang layak tersebut, maka secara langsung akan meningkatkan kesetaraan dengan provinsi lainnya. Hal ini juga mengindikasikan perlunya melakukan pembandingan kinerja dengan provinsi lainnya. B. Visi Dengan misi yang diemban tersebut, pemerintah daerah mempunyai pandangan kedepan mengenai kehidupan masyarakat Sulawesi Barat yang dirumuskan dalam VISI – 2011, yaitu: “Terwujudnya kehidupan masyarakat SULBAR yang produktif dan terpenuhi hak-hak dasarnya secara merata”. Kehidupan yang produktif menunjukkan bahwa seluruh energi yang dimiliki oleh masyarakat dipergunakan untuk hal-hal yang produktif sehingga kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan masyarakat Provinsi Sulawesi Barat dapat segera dipenuhi. Dengan berlaku produktif, maka masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dalam bidang pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Pemerintah Daerah selaku pemangku kehidupan sosial masyarakat harus menciptakan situasi yang kondusif agar hak-hak dasar lainnya juga dapat dipenuhi oleh masyarakat seperti halnya: mendapatkan pekerjaan yang layak, perlindungan hukum, rasa aman, keadilan, ketenangan dalam memeluk dan menjalankan agama maupun kepercayaannya serta kemudahan dalam berpartisipasi dalam politik dan perubahan juga berinovasi. C. Strategi Mengingat bahwa ketertinggalan tersebut sudah sedemikian jauh, maka diperlukan upaya-upaya percepatan dengan melibatkan seluruh unsur pembangunan, dan memilih sektor-sektor yang berdampak luas kepada kehidupan masyarakat. Dalam hal pembangunan ekonomi, percepatan
  • 26. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 26 tersebut perlu melibatkan swasta sebagai pemercepat (katalisator) tumbuhnya ekonomi masyarakat umum. Dalam hal seperti ini, pemerintah daerah selaku regulator, stimulator dan supervisor pembangunan akan memberikan regulasi, fasilitasi dan pengawasan kepada hubungan kerjasama antara swasta dan masyarakat umum. Strategi ini disebut dengan “Strategi Tiga Pilar” yang melibatkan Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat. Secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut: PEMERINTAH DAERAH Regulator, Stimulator, Supervisor SWASTA Katalisator RAKYAT Subyek & Obyek Pembangunan Kerja Sama Regulasi, Pemberdayaan & Pengendalian Gambar 3.1. Strategi Tiga Pilar
  • 27. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 27 BAB IV ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan keuangan daerah sangat ditentukan oleh berapa besar kemampuan keuangan daerah dibandingkan dengan kebutuhan daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pemerintah. Untuk itu, dalam memproyeksi kemampuan keuangan daerah menggunakan empat asumsi dasar yaitu: Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Tax Ratio dan Dana Perimbangan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat pada Tahun 2003 sebesar 3,21 persen masih dibawah pertumbuhan Nasional yaitu 4,88 persen, namun pada Tahun 2004 dan 2005 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Barat sudah melampaui Pertumbuhan Ekonomi Nasional, hal ini terlihat dari data bahwa pada Tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat sebesar 5,86 persen lebih tinggi dibanding 5,13 persen di level nasional demikian juga pada Tahun 2005 di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 5,92 persen juga lebih tinggi dibanding 5,60 persen pada level nasional. Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada Tahun 2007 = 6,7 persen, 2008 = 7,2 persen, 2009 = 7,6 persen dan 2010 sebanyak 7,6 persen. Diharapkan pada tahun mendatang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat dapat melebihi pertumbuhan ekonomi pada level nasional. Tax ratio yang merupakan angka perbandingan antara jumlah PAD dengan PDRB, menunjukkan bahwa pada tahun 2006 PDRB sekitar Rp.3,308,016,200,000,- sedangkan PAD pada tahun yang sama sebesar Rp. 31,033,800,000,- sehingga pada Tahun 2006 Tax ratio di Provinsi Sulawesi Barat baru mencapai 0,94 persen. Inflasi di Provinsi Sulawesi Barat masih cukup besar yaitu 6,61 persen pada Tahun 2004 dan 7,91 persen pada Tahun 2005. Asumsi yang digunakan dalam memproyeksi kemampuan keuangan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2008 adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1, pada halaman berikut ini.
  • 28. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 28 Tabel 4.1. Asumsi Dasar Perhitungan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 T a h u n No. Asumsi Dasar 2007 2008 2009 2010 2011 1. Pertumbuhan Ekonomi 6,80 7.50 7.70 7.70 7.80 2. Inflasi 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 3. Tax ratio 1.10 1.75 2.50 3.50 5.00 4. Dana Perimbangan 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 Berdasarkan asumsi tersebut pada Tabel 4.1 di atas, maka besarnya pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 dapat diproyeksikan sebagaimana pada Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Proyeksi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 T a h u n No. U r a I a n 2007 2008 2009 2010 2011 I. PENDAPATAN 1. Pendapatan Asli Daerah 39,03 66,46 102,26 154,19 235,45 2. Dana Perimbangan 302,05 332,26 365,48 402,03 442,23 3. Lain-lain Pendapatan yg sah - - - - - J u m l a h 341,08 398,72 467,74 556,22 679,68 II. BELANJA 1. Belanja Tidak langsung 85,37 93,90 103,30 113,63 124,99 2. Belanja Langsung 278,10 304,82 364,44 442,59 554,69 J u m l a h 363,47 398,72 467,743 556,22 679,68 III. PEMBIAYAAN DAERAH 1. Penerimaan Pembiayaan 22,18 - - - 2. Pengeluaran Pembiayaan 0 0 0 0 J u m l a h 22,18 - - -
  • 29. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 29 A. Pengelolaan Pendapatan Daerah Kebijakan Umum Keuangan Daerah diarahkan pada optimalisasi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah melalui peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber- sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada dengan memperhatikan aspek keadilan, kepentingan umum dan kemampuan masyarakat, serta efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah. Secara umum kebijakan umum pengelolaan pendapatan daerah ditujukan pada peningkatan upaya optimalisasi penerimaan daerah melalui pendekatan pelayanan dan peningkatan kerjasama dengan semua pihak. Pada Tahun 2006 pendapatan daerah yang diperoleh sebesar Rp. 314,8 milyar lebih dan diharapkan meningkat sebesar 10 persen pada setiap tahunnya. 1. Pendapatan Asli Daerah Khusus untuk pajak dan retribusi yang memegang peranan penting dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), perlu diupayakan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan daerah secara optimal berdasarkan kewenangan dan potensi yang dimiliki dengan tetap mengutamakan peningkatan pelayanan dan memperhatikan kemampuan masyarakat. Dalam hal ini, pajak dan retribusi yang diperoleh diharapkan tidak menimbulkan biaya ekonomi tinggi terkait dengan proses produksi sehingga barang dan jasa yang dihasilkan dapat lebih kompetitif. Keseluruhan investasi yang direncanakan akan menghasilkan kegiatan produksi barang dan jasa yang pada gilirannya menciptakan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan wilayah. Oleh karena itu pemerintah dalam upaya mendorong perkembangan investasi akan melakukan perbaikan pelayanan publik antara lain melalui pemberian kepastian hukum dan kepastian berusaha, penyederhanaan prosedur perizinan investasi, peningkatan perlindungan berinvestasi, dan penciptaan sistem insentif sehingga Provinsi Sulawesi Barat senantiasa menjadi wilayah yang kompetitif untuk berinvestasi.
  • 30. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 30 Pendapatan asli daerah pada Tahun 2006 diperoleh sebesar Rp. 31,033 milyar lebih melalui pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah. Melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada diasumsikan pendapatan asli daerah pada Tahun 2007 lebih dari 20 persen dan pada tahun selanjutnya bisa mencapai sekitar 50 persen setiap tahunnya. Peningkatan peran Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat dalam mengoptimalkan sumber- sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), perlu didukung oleh unit kerja lainnya sehingga penerimaan PAD dapat maksimal. 2. Pendapatan Dana Perimbangan Dana perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antar daerah. Dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil dari penerimaan pajak dan SDA, Bagi Hasil bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, merupakan sumber pendanaan yang cukup berarti bagi daerah dalam pelaksanaan pembangunan. Dana perimbangan ini diharapkan dapat meningkat dari tahun sebelumnya, mengingat komponen dari Dana Bagi Hasil, seperti pajak PBB, bea perolehan atas hak atas tanah semakin besar seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Pada Tahun 2006 dana perimbangan diperoleh sebesar Rp. 276,85 milyar lebih, yang diharapkan meningkat melebihi 10 persen pada Tahun 2007 hingga lima tahun ke depan. Hal ini diharapkan dengan meningkatnya pelayanan yang diberikan pada masyarakat, maka masyarakat semakin menyadari pentingnya membayar pajak lebih awal untuk peningkatan kepentingan pelayanan publik. 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah Dalam struktur pembiayaan APBD, pada dasarnya merupakan alokasi anggaran yang disediakan untuk menampung penerimaan pembiayaan daerah, dan pengeluaran pembiayaan daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus anggaran. Guna meningkatkan penerimaan, maka Pemerintah
  • 31. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 31 Daerah Provinsi Sulawesi Barat akan melakukan berbagai terobosan regulasi dalam hal optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam, peningkatan investasi masyarakat pada perbankan, asuransi, serta penerimaan pajak dan bukan pajak. Adapun lain-lain pendapatan daerah yang sah pada Tahun 2006 diperoleh sebesar Rp. 7 milyar lebih yang diharapkan bisa meningkat pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan melalui upaya terobosan regulasi seperti dimaksud di atas. B. Pengelolaan Belanja Daerah Penyusunan APBD berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan ditindak lanjuti dengan Permendagri No. 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD. Berkenaan dengan itu, kebijakan belanja saat ini terbagi atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung untuk menunjang pelaksanaan tugas operasional SKPD secara rutin dan membiayai kebutuhan pelayanan dasar kepada masyarakat. Alokasi ini diarahkan untuk dapat memberikan dukungan yang optimal terhadap kelancaran jalannya pemerintahan dan pelayanan administrasi oleh setiap SKPD/unit kerja daerah, baik menyangkut pelayanan yang langsung terhadap aparatur daerah, maupun pelayanan kepada publik yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Pada tahun 2006 Belanja Daerah sebesar Rp. 337,073 milyar lebih, yang akan meningkat pada Tahun 2007 menjadi Rp. 363.470 milyar. Diharapkan selama lima tahun kedepan dapat mengalami kenaikan sekitar 20 persen setiap tahunnya. 1. Belanja Tidak Langsung Kebijakan Belanja Tidak langsung berorientasi kepada upaya pemenuhan Kebutuhan Rutin SKPD sesuai kemampuan keuangan daerah. Berkaitan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil melalui peningkatan gaji pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan, maka penyediaan dana untuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai, sesuai dengan petunjuk dan kebijakan pemerintah pusat, dalam APBD
  • 32. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 32 Pokok tahun ini disediakan untuk memperhitungkan kenaikan gaji pegawai dan pembayaran gaji ke 13. Selain tersebut di atas, alokasi Belanja Tidak Langsung ini juga untuk optimalisasi alokasi Dana Bagi Hasil kepada pemerintah kabupaten Se-Sulawesi Barat atas penerimaan Pemerintah Provinsi, termasuk di dalamnya Sumbangan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Desa dari penerimaan PBB yang sudah mulai disalurkan kepada pemerintah Desa. Bantuan Keuangan kepada organisasi tertentu, pelaksanaan berbagai kegiatan sosial dalam menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetap menjadi perhatian dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Untuk mengantisipasi hal-hal yang dianggap mendesak sesuai ketentuan yang berlaku, maka masih tetap disediakan pos anggaran untuk Belanja Tidak Terduga yang terutama ditujukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam, bencana sosial dan penanganan kegiatan pemerintahan lainnya yang dianggap mendesak dalam tahun anggaran berkenaan. Belanja aparatur pada Tahun 2006 sebesar Rp. 191,523 milyar lebih, selanjutnya dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah terutama mengenai pola penyusunan anggaran yang mengacu pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, yang nomenklaturnya akan menjadi Belanja Tidak Langsung dan terdapat beberapa peniadaan pos anggaran sebelumnya, maka pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan Belanja Tidak Langsung menjadi kecil 2. Kebijakan Umum Belanja Langsung Khusus mengenai Belanja Langsung, secara keseluruhan mencerminkan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Dengan tetap memperhatikan Pokok-Pokok Kebijakan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 diharapkan alokasi belanja ini akan mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan. Belanja Langsung ini terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal, yang secara
  • 33. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 33 umum diharapkan dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan ekonomi dasar masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Belanja Langsung ini diarahkan kepada urusan pemerintah daerah (urusan wajib dan urusan pilihan) yang diharapkan dapat memberikan konstribusi yang besar pada peningkatan perekonomian masyarakat, sehingga pilihan pendanaan untuk Belanja Langsung akan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Pada Tahun 2006 Belanja Pelayanan Publik yang dialokasikan sebesar Rp.84.595 milyar lebih. Selanjutnya dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah terutama mengenai pola penyusunan anggaran yang mengacu pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, nomenklatur Belanja Pelayanan Publik ini akan menjadi Belanja Langsung dan terdapat beberapa peniadaan pos anggaran sebelumnya, maka pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan proporsi Belanja Langsung akan menjadi lebih besar. Belanja Langsung ini diharapkan akan mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. C. Kebijakan Umum Anggaran Pengaruh tingkat inflasi saat ini mencapai 16,85 persen, namun karena pengaruh kondisi perekonomian nasional secara umum yang semakin membaik, maka diperkirakan kecenderungan kedepan tingkat inflasi akan menurun hingga diperkirakan Tahun 2007 tingkat inflasi akan menjadi lebih rendah. Perkiraan tersebut didasarkan pada kondisi perekonomian daerah yang masih tetap bertumpu pada sektor pertanian utamanya kualitas perkebunan yang mendominasi potensi ekonomi, yang mempunyai ketahanan terhadap pengaruh inflasi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk terus menggairaihkan sektor pertanian agar dapat menjadi penopang pekeonomian daerah yang utama di Sulawesi Barat. Pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan diperkirakan curah hujan akan kembali normal dan produksi pertanian akan meningkat secara signifikan, demikian pula dengan aksesibilitas petani terhadap pasar, akan kembali normal dan berjalan efektif. Penurunan nilai inflasi pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan selain didukung oleh relatif stabilnya nilai nominal
  • 34. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 34 rupiah pada saat ini, juga didukung oleh situasi keamanan yang semakin membaik selama ini sehingga diperkirakan pada Tahun 2007 dan lima tahun kedepan iklim investasi akan kembali normal dan semakin meningkat secara signifikan meskipun dampaknya secara efektif baru akan dirasakan pada Tahun 2008. Dengan keadaan yang demikian maka perkembangan perekonomian Provinsi Sulawesi Barat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka akan berdampak pada peningkatan PDRB per kapita yang berarti daya beli masyarakat akan meningkat dan sekaligus diperkirakan akan mendorong peningkatan penerimaan pemerintah termasuk pemerintah daerah. Kondisi ini tentu akan meningkatkan pula pendapatan asli daerah. Secara empirik menunjukan bahwa peningkatan perekonomian akan senantiasa mendorong peningkatan penerimaan pemerintah yang sekaligus berarti sebagai sumber investasi pemerintah, baik pusat maupun daerah seperti tercermin dalam APBN dan APBD yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bila investasi pemerintah tersebut dialokasikan secara tepat maka akan menjadi faktor utama penyebab berkembangnya investasi swasta dan masyarakat yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Investasi pemerintah, swasta dan masyarakat yang diuraikan sebelumnya, secara keseluruhan berdampak positif pada perkembangan ekonomi wilayah. Kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat yang berasal dari investasi pemerintah, swasta dan masyarakat secara langsung menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi tingkat pengangguran. Kondisi perekonomian masyarakat Provinsi Sulawesi Barat di Tahun 2007 diperkirakan akan semakin meningkat, hal ini ditandai dan diperngaruhi oleh beberapa hal yaitu: (1) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam bidang pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan seiring dengan pesatnya kegiatan sosialisasi dan penyuluhan oleh aparat pelaksana teknis; (2) Terbukanya akses masyarakat terhadap daerah sekitar dan pusat-pusat ekonomi sekitarnya seiring dengan meningkatnya perbaikan sarana dan prasarana transportasi; (3) Masuknya beberapa investasi dalam berbagai sektor terutama di
  • 35. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 35 bidang perkebunan, pertanian dan kehutanan serta sumber daya alam lainnya; (4) Kondisi sosial masyarakat yang semakin solid dan harmonis seiring dengan perbaikan kondisi keamanan dan ketertiban wilayah akan menciptakan ketenangan berusaha dan konsentrasi masyarakat pada usaha-usaha ekonomi produktif; (5) Pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah daerah termasuk berbagai upaya pemberdayaan akan turut menciptakan peluang- peluang ekonomi dan bisnis bagi masyarakat; (6) Pembangunan infrastruktur perkantoran pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat dan pembangunan beberapa kantor instansi vertikal tingkat Provinsi Sulawesi Barat di Kota Mamuju, yang akan menciptakan peningkatan kebutuhan jumlah tenaga kerja pada beberapa proyek pembangunan tersebut; (7) Pesatnya pembangunan pusat- pusat perbelanjaan dan sentra ekonomi produktif di masing- masing kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat; (8) Masuknya berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan; (9) Promosi dan sosialisasi yang gencar dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam memperkenalkan keberadaan dan peluang investasi di Provinsi Sulawesi Barat melalui berbagai event lokal, nasional dan regional serta internasional; (10) Terbukanya peluang ekspor terhadap beberapa komoditas unggulan daerah; (11) Membaiknya kondisi perekonomian masyarakat tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemampuan ekonomi daerah dalam menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan masyarakat. Berdasarkan Kondisi Umum dan permasalahan utama Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka pencapaian Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, maka Kebijakan Umum Keuangan Daerah diarahkan pada : 1. Pemberdayaan Masyarakat untuk Penanggulangan Kemiskinan Perhatian kepada perbaikan kualitas hidup rumah tangga miskin melalui peningkatan akses untuk memenuhi hak dasar antara lain melalui program peningkatan akses terhadap pangan, pendidikan dan kesehatan, perbaikan gizi, program padat karya dan perbaikan lingkungan pemukiman.
  • 36. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 36 2. Peningkatan Aksesibilitas Pendidikan dan Kesehatan Pendidikan dan kesehatan merupakan sektor yang memberi andil terbesar pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan dilakukan melalui pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan. 3. Revitalisasi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan/Kelautan Peningkatan produksi dan mutu serta pengelolaan pasca panen komoditas unggulan yaitu Kakao, Kalapa Dalam, Kopi dan Rumput Laut dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat. 4. Pembangunan Infrastruktur Pembangunan Infrastruktur diprioritaskan pada pembangunan ruas jalan, utamanya yang menghubungkan sentra-sentra produksi ke daerah pemasaran serta antar ibukota kabupaten dan provinsi, demikian juga bandar udara dan pelabuhan laut dalam rangka mendukung kegiatan ekspor/impor. Disamping itu perhatian yang sama juga akan diberikan kepada peningkatan prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan.
  • 37. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 37 BAB V ARAH KEBIJAKAN UMUM Dalam rangka mewujudkan Misi, Visi dan berdasarkan Strategi Pembangunan serta Arah Kebijakan Keuangan Daerah, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menyusun Kebijakan Umum Pembangunan 2007 – 2011 sebagai berikut: 1. Mempercepat pembangunan pada sektor-sektor yang berdampak langsung dan luas kepada masyarakat dengan melibatkan pihak- pihak lain yang bertindak sebagai investor. 2. Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana penunjang pembangunan. 3. Mempercepat penguatan kapabilitas pemerintah daerah. 4. Mengelola pembangunan dengan berwawasan kepada lingkungan yang berkelanjutan. Secara sektoral arah Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 - 2011, adalah sebagai berikut: 1. Penataan organisasi Pemerintahan Daerah diarahkan untuk mewujudkan pelayanan yang memenuhi standar minimal dalam memenuhi hak dasar warga, dengan mengupayakan struktur organisasi yang ramping tetapi dapat menjalankan fungsi dengan optimal, dalam suatu lingkungan kerja yang memperhatikan konsistensi penerapan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik. 2. Penguatan SDM pemerintahan diarahkan untuk mencapai jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai bagi berjalannya fungsi pemerintahan sesuai dengan prinsip pemerintahan yang baik, nilai-nilai lokal, potensi dan permasalahan daerah, dan memperhatikan kesesuaian kompetensi dengan fungsi yang akan dijalankan. 3. Pembangunan Pekerjaan Umum diarahkan pada penyediaan, peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pemerintahan, lingkungan perumahan dan permukiman, sumberdaya air dan transportasi darat untuk percepatan dalam rangka pengembangan komoditas unggulan dan pembangunan wilayah yang berkelanjutan dengan mendorong partisipasi masyarakat dan kerjasama dengan swasta.
  • 38. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 38 4. Pembangunan Perhubungan diarahkan pada penyediaan, peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara serta pos dan telekomunikasi, untuk menciptakan interkoneksitas antar kabupaten dan akses keluar provinsi, guna menjamin kelancaran mobilitas manusia, barang dan jasa dalam rangka pengembangan komoditas unggulan yang berkelanjutan dengan memperhatikan pemberian akses yang luas kepada partisipasi masyarakat dan swasta. 5. Pembangunan Lingkungan Hidup diarahkan pada peningkatan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, peningkatan upaya pencegahan dan penanganan dampak, serta pengawasan dan pengendalian lingkungan, untuk pengembangan menjamin kelestarian fungsi lingkungan dengan mendorong partisipasi masyarakat dan swasta. 6. Pembangunan Pertanian diarahkan pada peningkatan produksi pertanian dan optimalisasi penggunaan lahan khususnya disela- sela tanaman perkebunan, pengembangan sistem agribisnis komoditas tanaman pangan dan peternakan, mendukung ketahanan pangan melalui diversifikasi produk pertanian serta pengendalian penyakit ternak dengan memperhatikan perbaikan kesejahteraan petani dan peternak miskin. 7. Pembangunan Perikanan dan Kelautan diarahkan pada peningkatan kapasitas sarana penangkapan ikan, perbaikan sistem pemasaran hasil tangkap, pengembangan budidaya perikanan darat, pemanfaatan sumberdaya pantai dan kelautan, peningkatan kemampuan usaha dan pemberdayaan nelayan, serta pengembangan jejaring usaha. 8. Pengembangan Koperasi dan UKM diarahkan pada peningkatan kordinasi dan pelaksanaan pembinaan organisasi dan kelembagaan untuk perbaikan kinerja koperasi dan UKM dalam hal sumberdaya manusia, manajemen usaha, permodalan, pengembangan jejaring dalam rangka mendorong pengembangan agribisnis komoditas unggulan serta penanggulangan kemiskinan dan perbaikan ekonomi lokal. 9. Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan diarahkan pada pemanfaatan hasil hutan secara legal, perlindungan kawasan hutan, reboisasi dan rehabilitasi hutan, pengembangan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan, rehabilitasi dan peremajaan
  • 39. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 39 tanaman perkebunan khususnya komoditas unggulan, pengembangan agribisnis perkebunan komoditas unggulan, dan pengolahan hasil perkebunan komoditas unggulan berskala industri. 10. Pembangunan Pertambangan dan Sumberdaya Mineral diarahkan pada pengembangan dalam pemanfaatan potensi pertambangan unggulan secara ramah lingkungan dengan mendorong keterlibatan swasta dan masyarakat lokal. 11. Urusan Penanaman Modal diarahkan pada berlakunya regulasi dan pelayanan yang mendorong peningkatan investasi, promosi potensi daerah khususnya produk komoditas unggulan, jaringan informasi bisnis, dan kerjasama daerah dalam pengembangan investasi. 12. Pembangunan Kesehatan diarahkan pada perbaikan kinerja pembangunan manusia secara terpadu dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat; peningkatan jumlah, kualitas dan kemerataan fasilitas/prasarana kesehatan antar daerah/golongan masyarakat; peningkatan partisipasi masyarakat secara individual maupun kolektif dalam mewujudkan hidup sehat dan bersih; pengembangan asuransi kesehatan masyarakat; revitalisasi pelembagaan keluarga berencana dan pos pelayanan terpadu (posyandu); serta peningkatan upaya penanganan dan pencegahan penyakit yang bersumber dari binatang dan penyakit menular (berbahaya) lainnya. 13. Pembangunan Pendidikan diarahkan pada perbaikan indeks pembangunan manusia melalui peningkatan jumlah dan kualitas sarana pendidikan, perbaikan kualitas pembelajaran, perbaikan manajemen pendidikan, pengembangan asuransi pendidikan masyarakat dan pengembangan pendidikan luar sekolah serta pengembangan pendidikan kejuruan berbasis komoditas unggulan daerah dengan mendorong partisipasi masyarakat dan kerjasama swasta. 14. Pembangunan Ketenagakerjaan dan Transmigrasi diarahkan pada peningkatan kerja sama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam kordinasi dan pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja; peningkatan peluang kesempatan kerja melalui pengembangan usaha-usaha perkebunan dan perikanan; dan peningkatan perlindungan, pengawasan dan pemberlakuan sistem jaminan sosial bagi tenaga
  • 40. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 40 kerja; pembukaan area transmigrasi yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan harmoni sosial; serta percepatan perubahan status unit transmigrasi menjadi unit pemerintahan desa. 15. Pembangunan Kesejahteraan Sosial diarahkan pada peningkatan kordinasi dan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat; penanganan masyarakat terasing/komunitas adat terpencil melalui pemenuhan hak dasar terhadap kehidupan yang layak; penanganan bencana alam dan perlindungan sosial. 16. Pembangunan Politik dan Kesatuan Bangsa diarahkan pada penciptaan iklim komunikasi politik dan ketersaluran aspirasi politik rakyat; peningkatan fasilitasi organisasi politik, organisasi sosial/keagamaan dan LSM; penanaman rasa saling percaya antar golongan/multi etnis; peningkatan harmoni/integrasi masyarakat; dan revitalisasi nilai-nilai kebangsaan. 17. Pembangunan Kepariwisataan, Seni dan Budaya diarahkan pada pembangunan infrastruktur pendukung kepariwisataan dengan tetap memperhatikan budaya lokal; revitalisasi kesenian tradisional; dan pemeliharaan nilai-nilai lokal asli. 18. Pembinaan Pemuda dan Olah Raga diarahkan pada pengembangan sarana dan prasarana olahraga, pembinaan organisasi keolahragaan dan peningkatan prestasi atlit serta pembinaan organisasi kepemudaan. 19. Upaya Pemberdayaan Perempuan diarahkan pada terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk berperan aktif dalam berbagai bidang pembangunan termasuk dalam pengembangan komoditas unggulan dan terwujudnya kesetaraan gender. 20. Pembangunan Perindustrian dan Perdagangan diarahkan pada terbangunnya industri kecil dan menengah yang berbasis pertanian, terpenuhinya kebutuhan bisnis dan kepastian hukum dalam berusaha, dan terciptanya iklim perdagangan dan jejaring pasar serta sistem informasi pasar. 21. Pembangunan Masyarakat Desa diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat khususnya petani dan nelayan dan pembentukan/penguatan kelembagaan masyarakat khususnya petani dan nelayan melalui proses pembelajaran partisipatif
  • 41. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 41 dalam kegiatan perencanaan, implementasi, penikmatan hasil, monitoring dan evaluasi pembangunan, serta pemanfaatan teknologi tepat guna.
  • 42. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 42 BAB VI SASARAN POKOK, AGENDA DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH A. Sasaran Pokok. Sasaran Pokok yang menjadi prioritas pembangunan sampai dengan Tahun 2011 adalah: 1. Memberdayakan perekonomian masyarakat dengan pola kerja sama inti-plasma yang meliputi: - 70 persen dari seluruh populasi perkebunan rakyat, khususnya untuk komoditi: Kakao, Kopi dan Kelapa. - 50 persen dari seluruh populasi nelayan rakyat. 2. Memberdayakan masyarakat petani padi untuk selalu memperoduksi padi diatas kebutuhan lokal Provinsi Sulawesi Barat. 3. Membangun infrastruktur perhubungan yang terdiri dari: - Pengaspalan penuh ruas jalan Kalukku - Lakahang – Mambi – Malabo – Mamasa – Tabang. - Pengaspalan penuh ruas jalan Lakahan – Bonehau – Kalumpang – Tumongan. - Pengaspalan penuh ruas jalan – Wonomulyo – Tumongan – Keppe. - Pembangunan Bandara Tampa Padang sehingga mampu didarati dengan pesawat jet dengan kapasitas tidak kurang dari 150 penumpang. - Pembangunan Pelabuhan Laut Belang-Belang beserta fasilitas penunjangnya untuk mendukung industri yang ber’basiskan hasil-hasil perkebunan. 4. Memfasilitasi terbangunnya industri tenaga listrik baru setidaknya dengan total kapasitas 100 MW, guna memenuhi kebutuhan masyarakat umum serta industri.
  • 43. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 43 5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan melalui pola JPKM (Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat) setidaknya mencakup 60 persen penduduk. 6. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan umum dan terapan menengah melalui pola JPPM (Jaminan Pelayanan Pendidikan Masyarakat) setidaknya mencakup 40 perse penduduk. Penyampaian Sasaran Pokok diatas bukan berarti mengabaikan sasaran bidang-bidang lainnya. Hal ini dikemukakan semata-mata oleh karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah daerah, sehingga mengharuskan melakukan prioritas. B. Agenda dan Program Pembangunan. Dengan mendasarkan kepada sasaran pokok serta sasaran tambahan lainnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat periode 2006- 2011 telah menyusun 9 (sembilan) Agenda Pembangunan secara garis besarnya dapat dilihat pada Gambar 9. Kesembilan agenda tersebut, setiapnya memiliki beberapa program pembangunan. Agenda dan program tersebut adalah : Gambar 9. Kerangka Pikir Percepatan Pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat Pembangunan Pendidikan Pembangunan Kesehatan Pembangunan Infrastruktur REVITALISASI PERTANIAN Percepatan Pemb. Ekonomi Daerah Pembangunan Kesejateraan Sosial & Kesatuan Bangsa Penguatan SDM & Kelembagaan Pemerintah Pemberdayaan Masyarakat PENDUKUNG Penanggulangan Kemiskinan Untuk Pemenuhan Hak Dasar TUJUANPRASYARAT PENGGERAK UTAMA
  • 44. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 44 AGENDA PERTAMA PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terpengaruh oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi hanya dipahami sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi yang tergolong miskin, ditandai dengan kondisi pada lima kabupaten yang tercakup di dalamnya, yang semuanya merupakan kabupaten dengan kategori miskin. Berdasarkan data statistik 2006, jumlah rumah tangga miskin di Sulawesi Barat mencapai 111.902 unit. Kalau dibandingkan dengan total rumah tangga yakni 251.004 unit, maka 44,58 persen rumah tangga di Sulawesi Barat berkategori miskin. Rumah tangga tersebut tersebar pada kawasan pantai, pegunungan dan kota pada lima kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Sebaran rumah tangga miskin tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut. Tabel 6.1. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 No. Kabupaten Hampir Miskin Miskin Sangat Miskin Jumlah RT Miskin Jumlah RT Persentase RT Miskin 1 2 3 4 5 Majene Polman Mamasa Mamuju Mamuju Utara 4,347 9.047 1.583 5.676 915 10,042 15.103 13.529 16.750 5.223 4.009 9.827 8.578 6.205 978 18.488 33.977 23.690 28.631 7.116 28.828 88.320 29.184 86.112 18.560 64,13 38,47 81,17 33,25 38,34 Jumlah 21.568 60.647 29.687 111.902 251.004 44,58 Sumber: BPS Sulawesi Barat, Hasil Susenas 2005
  • 45. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 45 Dari Tabel 6.1 diatas menunjukkan bahwa persentase rumah tangga miskin terbanyak terdapat di Kabupaten Mamasa yaitu 81,17 persen dari jumlah rumah tangga yang ada, kemudian disusul oleh Kabupaten Majene sebesar 64,13 persen kemudian Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju Utara masing-masing sebanyak hampir 40 persen sedangkan paling sedikit adalah di Kabupaten Mamuju yaitu sebesar 33,25 persen. Ini menandakan bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah utama dan sekaligus sebagai salah satu proritas utama dalam pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat Sasaran: Berkurangnya jumlah orang miskin setengah dari jumlah saat ini dan terjadinya perbaikan aksesibilitas rumah tangga miskin dalam memenuhi hak-hak dasarnya secara berkelanjutan. Kebijakan: Perbaikan martabat orang dan rumah tangga miskin melalui peningkatan akses untuk memenuhi hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan dan sanitasi, air bersih, tanah, dan partisipasi dalam pembangunan. Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di Lampiran II. Program 1 : Peningkatan akses rumah tangga miskin terhadap Pangan Pokok Program 2 : Peningkatan akses rumah tangga miskin terhadap Pengobatan dan Perawatan Kesehatan Program 3 : Perbaikan gizi rumah tangga miskin Program 4 : Peningkatan akses orang miskin atas layanan pendidikan usia dini, wajib belajar sembilan tahun dan pendidikan menengah Program 5 : Perbaikan lingkungan pemukiman, ketersediaan air bersih dan lingkungan hidup rumah tangga miskin AGENDA DUA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pemberdayaan masyarakat menjadi keniscayaan, karena strategi untuk mewujudkan good governance practice, menempatkan masyarakat sebagai pilar yang diharapkan berkapasitas dan berkontribusi relatif sama dengan pemerintah dan swasta. Sementara
  • 46. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 46 itu, pemerintah desa/kelurahan, merupakan unit kepemerintahan yang sangat dekat dengan eksistensi masyarakat dan dituntut fungsional dalam pemberdayaan masyarakat. Karena itu, keterkaitan antara peningkatan kapasitas pemerintahan desa/kelurahan dengan pemberdayaan masyarakat, sangat signifikan dalam agenda ini. Salah satu masalah sekaligus potensi yang dihadapi oleh Sulawesi Barat dalam hal keberdayaan masyarakat adalah tingginya keragaman komunitas berdasarkan asal-usulnya. Di Provinsi Sulawesi Barat terdapat komunitas Mandar, Bugis, Makassar, Jawa, Bali, Lombok dan sebagainya dengan ikatan komunal dan pengorganisasian diri yang relatif berpola in-group, sehingga modal sosial yang lahir lebih bersifat terikat (bounding social capital), dan menuntut semakin kuatnya modal sosial yang menjembatani (bridging social capital). Sementara itu, pemerintahan desa (terdapat 474 desa dan selain itu masih ada yang belum berbadan hukum) di Provinsi Sulawesi Barat memiliki kespesifikan terkait dengan asul-usulnya yang kebanyakan berbasis unit transmigrasi, sehingga menuntut kelembagaan dan aparat pemerintahan desa yang memiliki kapasitas sesuai konteks tersebut. Dalam kondisi demikian, terbatasnya akses masyarakat dalam aspirasi untuk pengambilan keputusan pembangunan/kebijakan, lemahnya daya organisir diri dan kelembagaan lokal dalam pemecahan masalah/kebutuhan, menjadi fenomena. Sasaran: Meningkatnya kapabilitas dan asset masyarakat dalam mengatasi masalah/kebutuhan, lahirnya kekuatan masyarakat dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan dan manajemen pembangunan, dan terakselerasinya peran pemerintahan desa/kelurahan dalam memberdayakan masyarakat. Kebijakan: Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan membuka ruang dan memberi apresiasi bagi keterlibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan pengelolaan pembangunan, memfasilitasi dan mengoptimalkan pelaksanaan pendekatan partisipatoris dalam pembangunan, mendorong sinergitas pemerintah dengan LSM dalam pemberdayaan masyarakat. Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di Lampiran II.
  • 47. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 47 Program 1 : Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Program 2 : Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Program 3 : Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa/Kelurahan Dalam Pemberdayaan Masyarakat AGENDA KETIGA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN Masalah dalam bidang pendidikan di Sulawesi Barat terutama berkaitan dengan kualitas proses belajar-mengajar yang belum optimal. Kondisi ini disebabkan oleh ketersediaan pendidik baik jumlah maupun mutunya masih sangat terbatas, fasilitas belajar-mengajar belum memadai, dan tingkat kesejahteraan tenaga pengajar/guru masih relatif rendah. Gambaran tingkat pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.2. Kondisi Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Sekolah pada Berbagai Jenjang Pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat, 2006 No. Jenjang Pendidikan Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Sekolah 1. SD/MI/Paket A 114,02% 100,20% 99,83% 2. SMP/MTS/Paket B 113,94% 85,43% 95,23% 3. SMA/MA/SMK 147,18% 99,33% 79,08% Sumber: BPS Sulawesi Barat, 2006 Berdasarkan hasil Susenas BPS (2006), jumlah penduduk buta aksara di Provinsi Sulawesi Barat masih cukup tinggi (91.394 jiwa), dimana dalam populasi penduduk buta huruf tersebut, perempuan mencapai porsi 57,44%. Penduduk buta huruf tersebut terdistribusi pada tiap kabupaten sebagaimana dalam tabel berikut.
  • 48. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 48 Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Buta Huruf di Provinsi Sulawesi Barat Berdasarkan Jenis Kelamin pada Tiap Kabupaten No. Kabupaten Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) 1. Mamuju 11.673 16.591 28.264 2. Mamuju Utara 6.519 7.870 14.389 3. Polman 13.443 18.139 31.582 4. Majene 2.511 4.265 6.776 5. Mamasa 4.743 5.640 10.383 Jumlah 38.889 52.505 91.394 Sumber: BPS Sulawesi Barat, 2006 Sasaran: Meningkatnya kinerja pembangunan manusia dalam bidang pendidikan dengan penekanan pada: (1) meningkatnya secara nyata presentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar sembilan tahun; (2) meningkatnya secara nyata partisipasi penduduk yang mengikuti pendidikan menengah terutama pada pendidikan kejuruan; (3) meningkatnya proporsi anak yang terlayani pada pendidikan anak usia dini; (4) menurunnya angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas; (5) meningkatnya kualitas proses pendidikan dan relevansinya dengan kebutuhan pembangunan daerah. Kebijakan: Peningkatan pelayanan pendidikan diarahkan pada perbaikan kinerja pembangunan manusia dalam aspek pendidikan melalui peningkatan jumlah dan kualitas sarana pendidikan, perbaikan kualitas pembelajaran, perbaikan manajemen pendidikan, dan pengembangan pendidikan luar sekolah. Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di Lampiran II. Program 1 : Pendidikan Formal Program 2 : Pendidikan Non Formal Program 3 : Perbaikan Manajemen Layanan Pendidikan
  • 49. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 49 AGENDA EMPAT PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN Sebagai provinsi baru, berbagai masalah kesehatan masih memerlukan pembenahan di Provinsi Sulawesi Barat. Angka Kematian Bayi (AKB) pada Tahun 2006 sebesar 22/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu melahirkan sebesar 220/100.000. Sementara itu, rata-rata kasus gizi buruk dan gizi kurang menunjukkan angka 32 persen berarti sistem deteksi dini kewaspadaan pangan belum optimal bekerja. Angka kesakitan malaria klinis sebesar 1.689 kasus, dan angka kesembuhan penderita TB Paru dan BTA mencapai 46 persen, sebuah angka yang masih dibawah standar Departemen Kesehatan. Dilihat dari ketersediaan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, saat ini terdapat tujuh buah rumah sakit (lima milik pemerintah dan dua milik swasta), 64 puskesmas dan 208 puskesmas pembantu. Sarana dan fasilitas ini belum memungkinkan pelayanan yang optimal, selain jumlah dan kelengkapannya terbatas, juga masih banyak konsentrasi penduduk yang terisolasi dan sulit menjangkau satuan pelayanan kesehatan yang ada. Masalah ini lebih berat lagi karena dokter ahli masih sangat terbatas dan kabupaten hasil pemekaran seperti Mamasa dan Mamuju Utara sangat terbatas jumlah dokternya. Kondisi sekarang, target dan kebutuhan tenaga medis dapat dilihat pada Tabel 6.4 berikut. Tabel 6.4 Situasi ketenagaan dan kebutuhan Tenaga Medis 2005 – 2009 NO. Uraian Dokter spesialis Dokter umum/ Dokter Gigi/ Apoteker SKM Bidan Perawat Sanitasi (DIII) 1. existing 13 81 27 15 64 185 655 36 2. Target 60 480 110 100 400 1000 1170 400 3. Kebutuhan 47 399 83 85 336 815 515 364 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Barat Sasaran: Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sehingga: (1) Angka Kematian Bayi berkurang hingga 20/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu melahirkan berkurang hingga 150/100.000 kelahiran; Persentase Rata-rata kasus gizi buruk
  • 50. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 50 dan gizi kurang akan berkurang menjadi 15 persen; (2) Angka Kesakitan Malaria Klinis berkurang hingga 800 kasus, angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+ bertambah hingga 85 persen; (3) terjadi peningkatan persentase rumah sehat dan tempat-tempat umum sehat masing-masing menjadi 80 persen, peningkatan persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat sebesar 65 persen, persentase Posyandu Purnama dan Mandiri sebesar 40 persen; (4) terjadi peningkatan penduduk yang memanfaatkan puskesmas, penduduk yang memanfaatkan rumah sakit, sarana laboratorium kesehatan, rumah sakit yang menyelenggarakan empat pelayanan spesialis kesehatan dasar dan persediaan obat generik berlogo. Kebijakan: Peningkatan pelayanan kesehatan diarahkan pada meningkatnya kinerja pembangunan manusia pada aspek kesehatan melalui peningkatan kemitraan lintas sektor, program dan kabupaten; perbaikan tatakelola bidang kesehatan, peningkatan kemampuan peranan kabupaten, pemberdayaan SDM kesehatan, masyarakat dan swasta yang bermuara pada akselerasi pelaksanaan upaya kesehatan. Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di Lampiran II. Program 1 : Penyediaan dan Sarana dan Prasarana Bidang Kesehatan Program 2 : Pengadaan dan Peningkatan SDM Kesehatan Program 3 : Pengembangan upaya Kesehatan Masyarakat Program 4 : Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Menular Program 5 : Peningkatan Cakupan Peserta Keluarga Berencana dan Penurunan Angka Kelahiran pada Rumah Tangga Miskin AGENDA LIMA PERCEPATAN REVITALISASI PERTANIAN/KEHUTANAN/ PERKEBUNAN / PERIKANAN Provinsi Sulawesi Barat memiliki potensi pertanian yang cukup besar, yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, kelautan dan perikanan. Hal ini dapat dilihat
  • 51. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 51 dari struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 dimana pertanian memberi kontribusi sebesar 55,91 persen. Pada sektor tanaman pangan, potensi padi sawah sebesar 54.859 Ha, dengan produktivitas rata-rata 4,4 Ton/Ha, padi ladang 4.907 Ha dan jagung 5.219 Ha dengan produktivitas 3,32 Ton/Ha. Selain itu berkembang komoditas hortikultura dan buah-buahan. Perkebunan rakyat terutama kakao, berkembang pada semua kabupaten, dimana Pasangkayu (Mamuju Utara) merupakan lokasi pertama pengembangan kakao di Sulawesi Selatan dan Barat. Perkebunan kelapa sawit terutama digerakkan oleh swasta, seperti di Mamuju dan Mamuju Utara. Sementara peternakan rakyat potensil di Kabupaten Majene, Polman dan Mamuju Utara khususnya kambing dan sapi. Di sektor perikanan dan kelautan, panjang garis pantai mencapai 639,07 Km dengan jumlah pulau-pulau kecil 31 buah. Perikanan tangkap dominan di Majene, Mamuju dan Polman dengan alat tangkap payang, purse-seine, pukat pantai, jaring insang, bagang dan pancing terutama menghasilkan ikan tuna, cakalang, tongkol, layang, kerapu, sunu dan lobster. Selain itu berkembang usaha tambak, budidaya rumput laut, budidaya teripang, keramba jaring apung dan pengolahan hasil perikanan serta jasa kelautan. Masalah yang secara umum dihadapi adalah: perkebunan rakyat khususnya kakao sebagian besar kurang produktif lagi karena kurangnya pemupukan, serangan hama penyakit dan usia tanaman sudah tua, sengketa lahan pada perkebunan swasta yang disebabkan klaim kepemilikan lahan oleh masyarakat dan perusahaan, rendahnya persentase sawah yang memiliki irigasi/pengairan yang baik sehingga sebagian petani masih mengandalkan hujan untuk pengairan, sarana dan prasarana pendukung yang digunakan nelayan untuk penangkapan ikan masih tergolong tradisional, masih adanya petani/peladang berpindah, pembakaran hutan dan illegal logging serta tidak jelasnya batas-batas hutan produksi, hutan lindung dan hutan rakyat, pemeliharaan ternak masih bersifat tradisional/tidak dikandangkan dan terbatasnya lahan perumputan, belum optimalnya penggunaan sarana produksi dalam budidaya padi sawah dan jagung. Penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat sangat tergantung pada pengembangan potensi daerah sebagai motor penggeraknya, sehubungan dengan itu program Revitalisasi Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan khususnya pengembangan kakao
  • 52. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 52 merupakan jalan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan tersebut. Asumsi luas lahan dan produktivitas komoditi unggulan serta proyeksi kinerja pengembangan produk unggulan dalam penanggulangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23 Lampiran II. Dengan memperhatikan Tabel 23 Lampiran I tersebut maka diharapkan pada Tahun 2011 sekitar 200.000 KK petani dapat ditingkatkan pendapatannya atau dilepaskan dari jerat kemiskinan melalui tiga komoditas unggulan bidang perkebunan dan satu komoditas bidang perikanan. Sebagai prasyarat untuk kesuksesan program revitalisasi pertanian adalah tersedianya sarana dan prasarana pemerintahan dan infrastruktur perhubungan serta kondisi pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai pelaku pembangunan. Selain itu diperlukan faktor penunjang berupa percepatan pembangunan ekonomi daerah, untuk kesejahteraan sosial dan kesatuan bangsa serta penguatan SDM Aparat dan pemberdayaan masyarakat. Sasaran: Meningkatnya produksi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan serta terjaminnya ketahanan pangan. Kebijakan: Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan yang menunjang pembangunan ekonomi masyarakat, ketersediaan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta terjaganya fungsi ekologis dan ekonomis hutan. Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di Lampiran II. Program 1 : Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan Program 2 : Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan Program 3 : Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan Khususnya Komoditas Unggulan Program 4 : Pengembangan Agribisnis Tanaman Perkebunan Komoditas Unggulan
  • 53. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 53 Program 5 : Peningkatan Produksi Perikanan Program 6 : Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Program 7 : Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Program 8 : Peningkatan Ketahanan Pangan Program 9 : Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Program 10 : Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan AGENDA ENAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH Perekonomian daerah Provinsi Sulawesi Barat ditandai oleh kontribusi tiga sektor yang besar yakni pertanian, perdagangan dan jasa yang mencapai 80 persen terhadap PDRB. Berdasarkan harga konstan, pada Tahun 2005 PDRB Provinsi Sulawesi Barat mencapai sekitar Rp 3,12 triliun. Pada sektor perindustrian dan perdagangan, Provinsi Sulawesi Barat dicirikan oleh potensi bahan baku yang umumnya berasal dari sektor perkebunan dan kehutanan serta hasil kelautan. Potensi ini memerlukan pengembangan industri hilir untuk produksi barang jadi atau setengah jadi guna memenuhi kebutuhan industri hulu di luar daerah Provinsi Sulawesi Barat. Secara umum permasalahan dalam perindustrian dan perdagangan adalah terbatasnya sarana dan prasarana, tingginya biaya produksi, terbatasnya suplai tenaga kerja terampil dan lemahnya keterkaitan hulu-hilir. Pada sektor koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah, permasalahan umum yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas, terbatasnya akses UMKM kepada sumberdaya produktif, rendahnya kapasitas kelembagaan dan organisasi koperasi, kurang kondusifnya iklim usaha serta kurang baiknya citra koperasi dalam masyarakat. Saat ini terdapat 576 unit koperasi Provinsi Sulawesi Barat, sementara usaha kecil dan menengah tercatat 764 unit. Pembangunan ekonomi daerah sangat terkait dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Isu lingkungan yang signifikan di Sulawesi Barat adalah kerusakan hutan karena pembalakan liar dan perambahan untuk konversi menjadi kebun, tingginya sedimentasi pada daerah aliran sungai, pembukaan tambang golongan C yang tidak memenuhi kaidah lingkungan hidup, sampah padat perkotaan yang tidak terkelola dengan baik dan kerusakan
  • 54. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 54 terumbu karang akibat penggunaan bom dan bius. Masalah-masalah ini sangat berpotensi menghambat percepatan pembangunan ekonomi. Sasaran: Meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat yang ditandai dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto minimal sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional serta masuknya investasi di Provinsi Sulawesi Barat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan. Kebijakan: Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, perlindungan konsumen dan ketenagakerjaan, pengembangan energi dan sumberdaya mineral, promosi investasi serta pengendalian pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup. Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di Lampiran II. Program 1 : Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi Program 2 : Perlindungan Konsumen dan Ketenagakerjaan Program 3 : Pengembangan Energi dan Sumberdaya Mineral Program 4 : Promosi Investasi Program 5 : Pengendalian pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan Hidup AGENDA TUJUH PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PRASARANA WILAYAH Masalah utama yang dihadapi Provinsi Sulawesi Barat dalam pembangunan berbagai aspek adalah ketertinggalannya dalam hal infrastruktur dan prasarana wilayah. Dua dari lima kabupaten yang ada masih relatif sulit dijangkau dari ibu kota provinsi yakni Mamasa dan Mamuju Utara. Sementara itu, masih banyak wilayah terpencil yang sulit dijangkau kendaraan roda empat, bahkan roda dua, karena jalan dan jembatan yang belum memadai. Hubungan antar desa, desa dengan ibu kota kecamatan, hingga ke ibu kota kabupaten, belum menjamin mobilitas manusia dan barang yang memadai, serta belum semua desa dapat dilayani kebutuhan air bersih dan prasarana pengairan. Inilah yang menyebabkan desa-desa di Provinsi Sulawesi
  • 55. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 55 Barat berkategori tertinggal. Dalam hubungan keluar daerah, bandar udara yang ada juga belum memungkinkan lalu lintas pesawat berbadan besar; sementara pelabuhan laut memerlukan pembenahan serius untuk bisa menopang arus manusia dan barang lewat laut. Kondisi jalan dan jembatan di Provinsi Sulawesi Barat masih sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 24, 25 dan 26 Lampiran I. Satu-satunya bandara yang ada dan telah operasional di Provinsi Sulawesi Barat adalah Bandara Tampa Padang dengan frekuensi penerbangan sebanyak empat kali seminggu yang dilayanani oleh pesawat DAS Type CN 212 yang berkapasitas 20 orang penumpang. Informasi dan Fasilitas Bandara Tampa Padang sebagaimana pada Tabel 27 dan 28 Lampiran I. Jumlah pelabuhan laut di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak delapan belas buah yang tersebar pada empat kabupaten dengan kondisi sarana yang masih sangat minim, untuk itu perlu perhatian utamanya pada prasarana pendukung agar pelabuhan laut dapat beroperasi lebih optimal. Tabel 29 Lampiran I memperlihatkan jumlah dan penyebaran pelabuhan laut berdasarkan statusnya. Adapun fasilitas di Pelabuhan Belang-Belang dapat dilihat di Tabel 30 Lampiran I. Sasaran: Terpenuhinya infrastruktur bandar udara yang dapat digunakan untuk penerbangan pesawat ukuran besar, meningkatnya kapasitas pelabuhan laut sehingga memenuhi standar untuk kegiatan ekspor/impor, semua jalan nasional sepanjang 538,70 Km telah teraspal, jalan nasional poros batas Pinrang-Mamuju sepanjang 210,5 Km diperlebar dari 4,5 M menjadi 6 M termasuk pelebaran jembatan, semua jalan provinsi sepanjang 602,95 Km telah teraspal, terlayaninya kebutuhan air bersih serta tersedianya prasarana pengairan, perumahan dan permukiman. Kebijakan: Penyediaan, peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perhubungan darat, laut dan udara untuk menciptakan interkoneksitas antar kabupaten dan akses keluar provinsi, guna menjamin kelancaran mobilitas manusia, barang dan jasa, penyediaan air bersih dan pengairan serta prasarana lingkungan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan dengan memperhatikan pemberian akses yang luas kepada partisipasi masyarakat dan swasta. Berikut adalah Program Pelaksanaan untuk Agenda ini, adapun keterangan terinci dari setiap Program Pelaksanaan dapat dilihat di Lampiran II.
  • 56. RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2006 - 2011 56 Program 1 : Pembangunan jalan dan jembatan. Program 2 : Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman Program 3 : Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Air Baku. Program 4: Konservasi Sungai, Waduk dan Sumber Air lainnya serta Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai. Program 5 : Pengembangan Prasarana dan Sarana Transportasi Darat, Laut dan Udara KEPULAUAN BALA-BALAKANG KAB. MAMUJU UTARA POLEWALI MAJENE SELAT MAKASSAR SELAT MAKASSAR KAB. DONGGALA SULTENG KAB. TANA TORAJA SULSEL KAB. PINRANG SULSEL KAB. ENREKANG SULSEL PROVINSIPROVINSI SULAWESI BARATSULAWESI BARAT KAB. MAMUJU KAB. MAMASA MAMASA KAB. MAJENE MAMUJU PASANG KAYU KAB. POLEWALI MAMASA AIRPORT SEAPORT PUSAT PERGERAKAN Jalan Tembus Mamuju-Kaluku- Bonehau-Tabulahan-Arale-Mamasa, Untuk Urat Nadi Jalan Pariwisata Jalan Tembus Mamasa-Toraja Jalan Tembus Lakahang – Bonehau – Kalumpang - Tumongan Jalan Nasional Jalan Tembus Wonomulyo – Matanga - Keppe Jalan Nasional KEPULAUAN BALA-BALAKANG KAB. MAMUJU UTARA POLEWALI MAJENE SELAT MAKASSAR SELAT MAKASSAR KAB. DONGGALA SULTENG KAB. TANA TORAJA SULSEL KAB. PINRANG SULSEL KAB. ENREKANG SULSEL PROVINSIPROVINSI SULAWESI BARATSULAWESI BARAT KAB. MAMUJU KAB. MAMASA MAMASA KAB. MAJENE MAMUJU PASANG KAYU KAB. POLEWALI MAMASA KEPULAUAN BALA-BALAKANG KAB. MAMUJU UTARA POLEWALI MAJENE SELAT MAKASSAR SELAT MAKASSAR KAB. DONGGALA SULTENG KAB. TANA TORAJA SULSEL KAB. PINRANG SULSEL KAB. ENREKANG SULSEL PROVINSIPROVINSI SULAWESI BARATSULAWESI BARAT KAB. MAMUJU KAB. MAMASA MAMASA KAB. MAJENE MAMUJU PASANG KAYU KAB. POLEWALI MAMASA AIRPORT SEAPORT PUSAT PERGERAKAN Jalan Tembus Mamuju-Kaluku- Bonehau-Tabulahan-Arale-Mamasa, Untuk Urat Nadi Jalan Pariwisata Jalan Tembus Mamasa-Toraja Jalan Tembus Lakahang – Bonehau – Kalumpang - Tumongan Jalan Nasional Jalan Tembus Wonomulyo – Matanga - Keppe Jalan Nasional Gambar 6. Rencana Infrastruktur Utama Perhubungan