SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 30
Downloaden Sie, um offline zu lesen
LAPORAN
  OBSERVASI GEOLOGI KARANGSAMBUNG
                        KEBUMEN




                          Disusun oleh :

                 Pradana Adi Wibowo 4211410001

                            Fisika S1



     Guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Geologi Fisika




                      JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

           UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
DAFTAR ISI

Judul      .............................................................................................................. i
Kata pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar isi .............................................................................................................. iii

    BAB I
    PENDAHULUAN                          ........................................................................         1
       1.1 LATAR BELAKANG                                                                              ..........         1
       1.2 RUMUSAN MASALAH                                                                             ..........         2
       1.3 TUJUAN ...............................................................................................         2
       1.4 MANFAAT ...........................................................................................            2

    BAB II
    ISI                    ........................................................................ 3
        2.1 GEOLOGI KARANGSAMBUNG....................................................... 3
                 2.1.1      MORFOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG ................. 6
                 2.1.2      STRATIGRAFI DAERAH KARANG SAMBUNG ............... 10
                 2.1.3      LITOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG ...................... 15

BAB III
PENUTUP                           ........................................................................ 25
      3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 25


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 26
LAMPIRAN




                                                                                                                                iii
KATA PENGANTAR

        Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan Pegantar Geologi Fisika.
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pengantar Geologi
Fisika bagi mahasiswa KBK Fisika Bumi Universita Negeri Semarang.
        Bagi Kami, selain ilmu fisika, juga ada ilmu lain yang harus dipelajari yaitu ilmu
Geologi. Ilmu geologi sangat berguna bagi Kami mengingat masih lemahnya ilmu tentang
Geologi. Ilmu Geologi ini banyak bermanfaat pada penginterpretasian data lapangan hasil
metode Geofisika.
        Dalam penyusunan laporan ini penyusun mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga semuanya dapat berjalan lancar. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih, kepada :
    1. Bapak Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut.
    2. Kakak-kakak asisten Geologi yang telah banyak membantu selama berjalannya kuliah
        lapangan sampai penulisan laporan.
    3. Rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam kuliah lapangan ini.
        Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa
Jurusan Fisika.



Semarang, Januari 2013



                                                                                Penyusun




                                                                                      ii
Geologi Karangsambung |1



                                        BAB I
                                PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

         Pada tahun 1999 IKIP Semarang ditingkatkan statusnya menjadi Universitas
  Negeri Semarang (UNNES), disertai dengan berubahnya nama             Jurusan Pendidikan
  Fisika menjadi Jurusan Fisika dengan nama fakultasnya berubah dari Fakultas Pendidikan
  dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu
  Pengetahuan Alam (FMIPA). Selanjutnya Jurusan Fisika mendapat perluasan mandat
  selain menyelenggarakan program kependidikan juga menyelenggarakan program
  nonkependidikan, sehingga Jurusan Fisika mengelola dua program studi yaitu Program
  studi Pendidikan Fisika dan Program Studi Fisika.
         Di dalam Program Studi Fisika terdapat kelompok bidang keilmuan (KBK) yaitu
  KBK Material, KBK Elektronika dan Instrumentasi, KBK Medik dan KBK Fisika Bumi.
  Masing-masing KBK mempunyai bidang sendiri-sendiri. KBK Fisika Bumi mempelajari
  tentang pengaplikasian hukum-hukum fisika dalam ilmu kebumian. Jadi, selain ilmu
  Fisika, dalam KBK Fisika Bumi juga perlu pengetahuan ilmu kebumian / Geologi.
         Bagi mahasiswa KBK Fisika Bumi, sebelum mengambil data di suatu wilayah,
  perlu adanya pengetahuan tentang geologi daerah tersebut seperti stratigrafi, litologi dan
  morfologi. Hasil dari data geologi dapat membantu dalam menginterpretasikan data yang
  diperoleh dari metode geofisika. Oleh sebab itulah ilmu geologi diperlukan bagi
  mahasiswa    yang   mengambil     KBK     Fisika    Bumi   agar   lebih   percaya   dalam
  menginterpretasikan data geofisika.
         Untuk menunjang pengetahuan tentang ilmu Geologi, maka diadakanlah Kuliah
  Lapangan. Dengan adanya Kuliah Lapangan di daerah Karangsambung, dapat
  meningkatkan ilmu geologi bagi mahasiswa. Jadi selain ilmu fisika, ilmu yang perlu
  dipelajari bagi mahasiswa KBK Fisika Bumi adalah ilmu geologi.
         Ilmu geologi kurang berbobot bagi mahasiswa apabila hanya diisi dengan materi
  di dalam kelas perkuliahan. Kuliah lapangan ini dilakukan di daearah Karangsambung
  yang terkenal dengan berbagai jenis batuannya. Daerah Karangsambung merupakan
  daerah yang unik keadaan geologinya, mulai dari morfologinya, stratigafinya dan
  litologinya sehingga sering dijadikan sebagai objek pembelajaran geologi.
Geologi Karangsambung |2


1.2 RUMUSAN MASALAH
   Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut
   1. Bagaimana keadaan geologi daerah Karangsambung dilihat dari segi stratigrafi,
      litologi dan morfologi.
   2. Batuan apa saja yang ada di daerah Karangsambung.


1.3 TUJUAN
   Tujuan dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut
   1. Untuk mengetahui keadaan geologi daerah Karangsambung dilihat dari segi
       morfologi, stratigrafi dan litologi.
   2. Untuk mengidentifikasi batuan didaerah Karangsambung.


1.4 MANFAAT
   Manfaat yang diperoleh dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut
   1. Dapat mempelajari dan menambah ilmu geologi bagi mahasiswa KBK Fisika
       Bumi.
   2. Dapat mengenali dan mengidentifikasi jenis-jenis batuan.
Geologi Karangsambung |3



                                      BAB II
                                         ISI


2.1 GEOLOGI KARANGSAMBUNG
           Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa
   Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah
   Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan
   berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah
   Gombong. Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 109o 37’ 30”
   – 109o 45’ 00” BT dan 7o 30’ 00” - 7o 37’ 30” LS.




                Gambar 1. Peta dan b
                                   batas wilayah cagar alam Karangsambung


           Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan
   terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jeja
                                                jejak-jejak tumbukan dua lempeng
   bumi yang terjadi 117 juta tahun – 60 juta tahun. Ia juga merupakan pertemuan lempeng
   Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia
   yang sangat tua yaitu pada zaman Pra Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi
                                    Pra-Tersier.
Geologi Karangsambung |4


pada sekitar zaman Paleogene (Eocene; 57,8 - 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena
itu di sini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang dipresentasikan oleh
singkapan-singkapan (outcrop) batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik
dari komponen lempeng samudera. Karangsambung adalah tempat singkapan terbesar
batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang disebut dengan Luk Ulo Melange Complex,
suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0
hingga 65.5 ± 0.3 juta tahunyang lalu). Luk Ulo Melange Complex merupakan lapisan
Pra-Tersier tertua yang umurnya diperkirakan sudah 117 juta tahun.
        Daerah Karangsambung mempunyai ciri khas geologi yang sangat menarik.
Kondisi geologi yang komplek pada karangsambung terbaentuk karena pada daerah
Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu daerah pertemuan antara lempeng
(subduksi) yang terangkat.
        Berdasarkan teori tektonik lempeng, diketahui bahwa di Indonesia bagian
tengah terjadi beberapa kali proses subduksi pada zaman yang berbeda-beda. Daerah
Karangsambung merupakan daerah yang dilalui jalur subduksi ini dan merekam paling
banyak petunjuk yang berhubungagan dengan proses ini berupa singkapan batuan
berusia tua, batuan dari dasar samudera dan campuran berbagai jenis batuan dan
endapan (melange) yang merupakan ciri khas utama proses subduksi. Oleh karena itu
disini terdapat banyak jenis batuan dari sumber yang berbeda-beda dengan distribusi
yang tidak beraturan sehingga sulit untuk dipetakan.




                 Gambar 2. Kompleks subduksi purba yang melewati Indonesia
Geologi Karangsambung |5


        Pada gambar di atas terlihat bahwa jalur subduksi pada zaman Late Cretaceus
melintasi Karangsambung dan singkapan batuan dari zaman Pre-Tersier terdapat di
beberapa tempat seperti di Ciletuh, Karangsambung dan Bayah. Perkembangan tektonik
didaerah ini diduga akibat tumbukan lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Benua
Asia sejak Late Cretaceus (Kapur Akhir ; 85 juta tahun ) atau Early Tertier (Tersier
Awal ; 65,5 juta tahun), disusul kemudian oleh pelipatan dan pensesaran dasar samudera
sehingga mengakibatkan terbentuknya suatu palung (Asikin, 1974). Bentukan palung
inilah yang sering disebut dengan Prisma Akresi.
        Lempeng Hindia-Australia yang datang dari selatan ini kemungkinan
merupakan bagian dari benua purba Gondwana sehingga membawa batuan yang berusia
tua. Proses Subduksi ini berlangsung cukup lama sehingga tidak hanya melange yang
yang merupakan endapan khas zona subduksi yang terdapat di Karangsambung, tetapi
juga batuan-batuan dasr samudera dan batuan di sekitar Mid Ocean Ridge terseret
sampai mendekati kontak kedua lempeng, bahkan kompleks oviolith telah terangkat
kepermukaan dan menjadi bagian dari kerumitan distribusi batuan di daerah ini.
        Perkembangan struktur di daerah ini dipengaruhi oleh beberapa periode
tektonik. Periode tektonik paling tua adalah deformasi dan proses penempatan batuan
Pra-Tersier pada Kapur Akhir-Paleosen (85-57,8 juta tahun). Periode berikutnya yang
mempengaruhi Formasi Karangsambung dan Totogan. Hal tersebut diperkirakan
berlangsung antara Oligo-Miosen (36,6-5,3 juta tahun) sampai Miosen Awal (23,7 juta
tahun). Perode tektonik pada Plio-Pleistosen (1,6-0,01 juta tahun) dianggap sebagai
periode terkait yang mempengaruhi pembentukan struktur didaerah ini. Oleh karena hal
tersebut, maka di Karangsambung ditemukan berbagai batuan yang sangat beragam
jenisnya dan singkapan yang kompleks, berupa batuan sedimen, batuan beku, batuan
alterasi, serta batuan metamorf yang berstruktur rumit. Pada daerah ini juga terdapat
batuan yang sangat jarang ditemui didaerah lain, seperti batuan dari kompleks ofiolit
(rijang, lavabantal, basalt, gabro, batuan ultra basa seperti dunite, amphibolit) yang
merupakan kompleks batuan dari laut dalam, khususnya pada batuan ultra basa yang
merupakan batuan yang berapa pada mantel bagian atas yang posisinya sangat jauh dari
permukaan bumi.
        Pada daerah Karangsambung terdapat 2 jenis melange yaitu melange tektonik
dan melange sedimen. Melange tektonik adalah melange yang dihasilkan secara
langsung dari proses pembentukan prisma akresi. Sedangkan melange sedimen
merupakan komponen melange yang berbentuk blok-blok yang tercampur didalam
Geologi Karangsambung |6


 suatu matrik sedimen. Hal ini disebabkan oleh terjadinya suatu sedimentasi yang
 bersamaan dengan berlangsungnya proses subduksi ada cekungan palung yang
 dihasilkan dari proses subduksi tersebut. Satuan batuan di kompleks melange Luk Ulo,
 umur satuan batuan ini adalah Kapur Atas (85 juta tahun) hingga Paleosen namun yang
 menarik adalah formasi batuan setelah itu. Diatasnya secara tidak selaras diendapkan
 Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua formasi ini merupakan sebuah
 olistrotom dan mereka berumur Eosen Atas (36,6 juta tahun) dan Oligo Miosen (23,7-
 5,3 juta tahun). Lalu diatasnya diendapkan formasi Waturanda yang berumur Miosen
 Awal (23,7 juta tahun) yang tersiri dari Breksi vulkanik dan batupasir. Pada Miosen
 Tengah diendapkan Formasi Penosogan yang disusun oleh batu gampingan dan napal
 tufaan. Diatasnya diendapkan formasi Halang yang berumur Pliosen (5,3-1,6 juta tahun)
 dan disusun oleh perselingan batupasir dan napal (Asikin, 1974).
          Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas jika dibandingkan
 dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari Geomorfologi yang berbentuk lonjong-lonjong
 dan berbukit dengan batuan yang berbeda-beda. Statigrafi daerah ini sangat khas dan
 membentuk formasi yang beragam dan struktur geologi pada daerah ini terisi dari
 lipatan, sesar dan kekar.


2.1.1   MORFOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG
                 Geomorfologi adalah studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi
        dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.
                 Morfologi di daearah Karangsambung adalah perbukitan struktural dan
        daerah ini juga disebut sebagai kompleks melange. Tinggian yang berada di
        daerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras,
        Gunung    Brujul,    bukit   Jatibungkus.   Penyajian   melange   di   lapangan
        Karangsambung adalah dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan
        meter hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentuk
        sebuah rangkaian pegunungan.
Geologi Karangsambung |7




          Gambar 3. Peta bentukan morfologi Karangsambung


        Selain itu juga terdapat morfologi aluvial di daerah Karangsambung.
Salah satu mrfologi alufial yang berada di daerah Karangsambung adalah sungai
Luk Ulo. Sungai ini termasuk sungai pendahulu, yaitu jenis sungai yang
memotong struktur geologi utama dan termasuk ke dalam umur dewasa. Tingkat
kedewasaan sungai ini terlihat dari bentuknya yang berkelok-kelok dan adanya
keterdapatan meander padasisi kelokannya serta terbentuknya deposit pada teras
sungai. Selain sungai utama, Karangsambung juga memiliki sungai lainnya seperti
Kali Muncar, Kali Cacaban, Kali Mandala, Kali Brengkok dan Kali Jebug.
        Perbedaan kekerasan dan ketahana batuan pada daerah Karangsambung
menghasilkan bentuk topografi dengan timbunan halus sampai kasar. Sebagian
lembahnya sempit dan dalam berbentuk V dengan lereng yang terjal. Akibat
perbedaan kekerasan batuan ada bukit yang seakan-akan mencuat terhadap
sekitarnya, misalnya dekat bukit Jatibungkus, Bujil, dan Pesanggrahan.
        Pada daerah ini terdapat deretan pegunungan bukit Gunung Bulukuning,
Dwilang, dan Prahu yang melengkung seperti busur terbuka ke arah barat. Ini
Geologi Karangsambung |8


menunjukkan bahwa sebenarnya mengikuti bentuk antiklin Karangsambung yang
sumbunya menunjam ketimur.
        Daerah Karangsambung umumnya bermorflogi oval atau elips atau
mampat di ujung-ujungnya. Terdiri dari bukit-bukit dan pegunungan melingkar,
dierosi oleh aliran Kali Luk Ulo yang telah membentuk pola meander serta
lembah-lembah anak sungai Kali Luk Ulo. Morfologi perbukitan pada umumnya
dibangun oleh batuan berumur Pra-Tersier, sedangkan morfologi punggungan di
daerah ini disusun oleh endapan Tersier ( 65,5 juta tahun) yang cukup tebal.
        Satuan morfologi daerah Karangsambung dapat dibedakan menjadi
empat bagian yaitu :
1. Satuan Daratan
           Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk
  Ulo yang luasnya relatif datar dan merupakan daerah dataran banjir dengan
  material berukuran lempung – krakal yang berasal dari sedimentasi peluapan
  banjir. Sungai Luk Ulo sebagai sungai utama. Anak sungai Luk Ulo antara lain
  Sungai Wealaran, Cacaban, Lokidang, Gebang, dan Medana. Kenampakan
  Sungai Luk Ulo yang berkelok – kelok (meander) dijumpai kenampakan
  gosong pasir yang terbentuk dari endapan luapan banjir. Pada pandang
  pengamtan lainnya, terlihat lembah melebar dengan bekas-bekas meander yang
  telah ditinggalkan. Satuan daratan ini, umurnya ditafsirkan stadium dewasa.


2. Satuan Perbukitan Lipatan
  Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
      a) Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung
          Paras .
      b) Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah
          yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk
          amphiteatre.
Geologi Karangsambung |9




             Gambar 4. Amphiteater (pembalikan topografi)

c) Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan
   seperti Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah
   dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail,
   bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung
   Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antiklinin pada
   lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit
   Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung
   paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan
   Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit
   seperti   Bukit   Pesanggrahan,    Bukit   Bujil,   dan   Bukit   Jati
   Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah
   dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre.
   Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang
   tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya
   yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 10




                                     Gambar 5. Antiklin

    3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan)
               Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan
      DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung
      Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung
      wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan
      perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini
      juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil
      proses tektonik.


    4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan
               Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari
      Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas
      dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur
      yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini
      berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga
      September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April
      dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang,
      karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau
      dijadikan hutan produksi (jati dan pinus).


2.1.2 STRATIGRAFI DAERAH KARANG SAMBUNG
            Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan
    batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang
    bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 11


         Secara garis besar daerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur
dari tua ke muda, yaitu :
         1. Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Melange berumua Pra-tersier.
         2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
         3. Formasi Totogan dengan batuan utamnya lepung bersisik / scaly clay.
         4. Formasi Waturanda yang terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan
            breksi.
         5. Formasi Penosogan yang terdiri atas perselingan lempung dan pasir
            karbonat.




    Gambar 6. Kolom statigrafi wilayah Karangsambung (Asikin, 1974)
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 12




Gambar 7. Peta Geologi wilayah Karangsambung (Asikin et al., 1992)
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 13


1. KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO
            Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat
  kompleks, berumur Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung
  hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit
  klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies
  sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara
  tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan
  batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi
  menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu
  satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah utara.
            Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan
  ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang
  ada adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang,
  batugamping merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi
  yang tinggi seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako.


2. FORMASI KARANGSAMBUNG
            Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari
  batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping
  numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi.
  Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang
  bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur
  tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi
  dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala
  merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini
  adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun)
  dilihat dari adanya foraminifera plankton.


3. FORMASI TOTOGAN
            Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan
  Formasi Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan
  warna coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih).
  Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur,
  batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 14


 Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina
 praedehiscens dan Globigeriona binaensis.


4. FORMASI WATURANDA
           Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung
 berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene
 (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke
 dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna
 abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku
 dan obsidian.


5. FORMASI PENOSOGAN
           Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan
 litologi berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas
 menjadi perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari
 Formasi Penosogan yang terletak selaras di atasnya.
           Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang
 batupasir, batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf.
 Bagian bawah umumnya dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung,
 kearah atas kadar karbonatnya semakin tinggi.         Bagian atas terdiri atas
 perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas didomonasi
 oleh batulempung tufan dan tuf.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 15




      Gambar 8. Cross-section penampang stratigrafi formasi Karangsambung


2.1.3 LITOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG
             Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yg berkenaan dengan sifat
    fisik, kimia, dan strukturnya.
             Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan
    berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan
    membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk
    berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa terbentuk karena berbagai
    proses alamiah, seperti proses penghancuran atau disintegrasi batuan, pelapukan
    kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan / evaporasi. Letusan
    gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan metamorf
    terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian
    mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun
    peningkatan temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma.
             Litologi di daerah Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 16


                      Tabel 1. Litologi daerah Karangsambung
No        Lokasi                Umur                            Litologi
 1   Kompleks           Kapur Akhir (85-140          Batuan Metamorf (Schist
     Melange            juta tahun yang lalu)          mica – 117Ma)
                                                     Batuan      sedimen      pelagic
                                                       (Rijang-endapan             laut
                                                       dalam)
                                                     Batuan ofiolit
 2   Formasi            Eocene-Oligocene             Batulempung bersisik
     Karangsambung      (23,7 -57,6 juta tahun       Olistolit       (Konglomerat,
                        yang lalu)                     Batugamping Nummulites)
 3   Formasi            Oligocene-Miocene            Breksi dengan komponen
     Totogan            Awal (36,6-23,7 juta           batulempung, batupasir dan
                        tahun yang lalu)               batugamping
 4   Formasi            Miocene      Awal       –    Batupasir      vulkanik      dan
     Waturanda          Miocene        Tengah          breksi vulkanik
                        (23,7- 13 juta tahun
                        yang lalu)
 5   Formasi            Miocene      Awal       –    Perselingan           batupasir,
     Panosogan          Miocene        Tengah          batulempung, tufa, napal
                        (23,7- 13 juta tahun           dan kalkarenit
                        yang lalu)


         Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi
umur batuan mulai puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan
batuan yang berasal dari benua maupun samudra, dari dasar laut hingga laut
dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan dapat
dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi dalam kegiatan
penelitian.
         Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada
kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan
jalur penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil
Radiolaria yang terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 17


rijang (Chert). Pada kondisi cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen
yang mengandung fosil biota laut berupa sedimen batu gamping (Lime Stone)
kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa batuan beku basalt dan
batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit.
         Pada kuliah lapangan yang telah dilakukan, objek batuan yang di jadikan
tempat observasi adalah batuan rijang, gamping merah, lempung bersisik,
serpentinit, fillit dan diabas.
         Berikut adalah tabel batuan hasil observasi.


                        Tabel 2. Lokasi dan Batuan hasil observasi
             LOKASI                                     DESKRIPSI
    1. Kali Muncar                     Terdapat batu rijang (sedimen ; endapan
                                         laut dalam) yang berselang-seling dengan
                                         batu gamping merah (sedimen). Batu
                                         rijang berwarna merah kecoklatan (merah
                                         hati). Sedangkan warna batu gampig
                                         merah adalah merah muda.




                                       Diatas rijang-gamping merah terdapat
                                         batuan dari lava yang dikenal dengan
                                         lava bantal (basalt ; batuan beku)
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 18




               Tidak jauh dari lokasi batu rijang-
                gamping merah, terdapat singkapan batu
                lempung bersisik (sedimen).




2. Pucangan    Terdapat batu serpentinit (metamorf –
                malihan)     berwarna     hijau,     bertekstur
                masif,     memiliki     kilap      .Strukturnya
                slincken side, Nonfoliasi. Batuan asalnya
                merupakan batuan beku ultramafik yang
                telah mengalami proses methamorfosis
                yang berhubungan dengan air laut.
               Komposisi : serpentine
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 19




3. Tepian Kali Luk Ulo /    Terdapat        singkapan        batuan      filit
   Kaki bukit Sipako         (metamorf) yang berapa di tepi sungai
                             Luk Ulo. Batu filit ini merupakan
                             hancuran batu pasir dengan komponen
                             greywacke       yang    mengalami         proses
                             metamorfisme dengan tekanan tinggi dan
                             temperature            rendah.            Derajat
                             metamorfismenya         Rendah-intermediet.
                             berwarna     hitam,     abu-abu,      berekstur
                             lapidoblastik     (terdiri    dari    mineral-
                             mineral tabular). Strukturnya Filitik,
                             terlihat rekristalisasi yang lebih kasar
                             dari slaty cleavage, sudah mulai terjadi
                             pemisahan mineral granular (segresi)
                             tetapi belum sempurna. Ukuran butirnya
                             halus.




4. Gunung Parang            Terdapat batu Diabas (Beku intrusi) yang
                             berwarna      abu-abu        terang       dengan
                             kandungan        mineral     berupa        biotit,
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 20


                                           plagioklas, zeolt dan piroksen




A. LOKASI 1 – KALI MUNCAR
  1. Batuan gamping merah dan rijang (Sediment)
           Batuan rijang termasuk batuan sedimen. Batuan ini merupakan batuan
  sedimen laut dalam (± 4000 meter dibawah permukaan laut). Batuan ini sangat
  keras dan kompak dan bersifat silikaan. Mengandung kristal kuarsa yang saling
  mengikaat sehingga nampak seperti dilapisi kaca (sernivitreous) dan mengandung
  amorphous silica (opal). Batuan ini terbentuk oleh proses pengendapan pada
  dasar samudera. Batuan ini kaya akan fosil renik Radiolaria yang berukuran
  kurang lebih 1/100 mm. Biasanya batuan ini berasosiasi dengan batugamping
  merah. Didaerah Karangsambung, fosil ini menunjukkan umur Kapur, yaitu
  sekitar 85 juta hingga 140 juta tahun yang lalu.
           Batugamping merah juga termasuk batuan sediment. Batuan ini
  termasuk kedalam batugamping klastik yang halus hasil dari transport oleh arus
  dengan energi lemah di laut dalam yang masih memungkinkan terbentuknya
  larutan karbonat. Warna merah merupakan hasil pengotoran mineral lain seperti
  minera hematit atau bisa juga akibat oksidasi besi. Batuan ini ralatif keras dan
  biasanya berasosiasi dengan sedimen laut dalam seperti rijang.
           Batuan gamping merah dan rijang secara teori merupakan batuan yang
  hanya bisa ditemui di Dasar lautan. Dan batuan ini terbentuk dari proses
  sedimentasi dari hasil pelapukan batuan yang kemudian mengalami transport ke
  laut. Sedimentasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
      a) Sedimentasi di dasar laut dangkal. Contohnya Gamping.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 21


    b) Sedimentasi di dasar laut dalam (lebih dari 4000m). Contohnya Rijang
       (chert)
           Batuan dari samudra yang terbentuk 60-140 juta tahun yang lalu bisa
ditemui di Karangsambung. Menurut ilmu geologi hal ini terjadi dikarenakan
Karangsambung dahulunya merupakan daerah subduksi, yaitu zona pertemuan 2
lempeng, lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia. Pertemuan
lempeng samudera akan menunjam kebawah dikarenakan berat jenis yang lebih
tinggi dibandingkan lempeng benua. Penunjaman terus berlangsung sampai ke
perut bumi yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga batuan
menjadi meleleh kemudian ada yang muncul keluar dari perut bumi. Singkapan-
singkapan batuan kuno yang ada di Karangsambung perlahan muncul di
permukaan        dikarenakan   erosi   tanah.     Jadi    bisa    disimpulkan      bahwa
Karangsambung dahulunya merupakan batuan dasar lautan.
           Namun sekarang sudah berubah pertemuan lempeng yang terjadi adalah
lempeng benua Australia dari selatan menuju utara ke lempeng Eurasia.
Pertemuan 2 lempeng ini disinyalir sebagai penyebab munculnya rangkaian
gunung-gunung api di Indonesia (Sumatra, jawa, bali , Lombok). Dengan adanya
gunung-gunung api, maka akan terbentuk batuan-batuan beku dari magma.
           Batuan gamping merah dan rijang ini termasuk batuan sedimen, dimana
ciri umumnya berlapis-lapis. Batuan sediment yang ditemui di Karangsambung
lapisannya vertical, hal ini dikarenakan tekanan dari aktifitas tektonik selama
berjuta-juta tahun. Untuk gamping merah materi penyusunnya sebagian besar dari
kalsium yang terikat karbonat CaCO3. Sedangkan Rijang kebanyakan tersusun
atas silica SiO2 dan besi. Dari segi warna gamping berwarna merah terang dan
rijang merah gelap. Dari segi tekstur gamping lebih kasar dan berpori sedangkan
rijang lebih halus. Untuk membedakan batuan gamping merah dengan rijang
dilakukan pengujian dengan larutan asam (HCl aq). Dengan reaksi-reaksi sebagai
berikut:
      Gamping merah
           CaCO3 + HCl →CaCl2 +CO2 + H2O
           artinya Gamping merah bereaksi dengan asam. Ini terjadi karena
           komposisi kalsium menyebabkan gamping merah bersifat basa.
      Rijang
           SiO2 + HCl →tidak bereaksi
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 22


           artinya Rijang tidak bereaksi dengan asam
                Jadi, salah satu cara untuk membedakan antara batuan gamping
                   merah dan rijanf adalah denga cara menetesi batuan tersebut
                   dengan HCl


   2. Batuan basalt (Beku)
           Batuan basalt termasuk pada jenis batuan beku yang berasal dari letusan
   gunung api. Namun gunung api disini merupakan gunung api dasar laut.
   Prosesnya berawal dari gerakan saling menjauh (pemekaran) dasar samudra,
   muncul gunung api kemudian memuntahkan lava yang selanjutnya membeku
   ketika terkena air laut. Prinsipnya seperti membuat cendol ketika masih panas
   seketika masuk kedalam air, kemudian membeku ditambah dengan adanya
   tekanan hidrostatis menyebabkan batuan berbentuk bulat. Bentuknya bulat
   lonjong sehingga sering disebut pillow lava. Batuan basalt biasanya berwarna
   hitam dan bersifat asam.


   3. Batuan lempung bersisik (Sediment)
           Pada zona dasar subduksi akan akan ditemui massa dasar yaitu lempung
   hitam, warnanya hitam mengkilap. Hal ini disebabkan gesekan antar lempung
   (uplift), akan tetapi akibatnya batuan menjadi mudah rapuh. Bila dilihat dari
   strukturnya batuan lempung hitam termasuk pada boudinade sehingga bisa
   mengetahui arah gaya. Adanya tekanan membuat batuan menjadi memipih
   (foliasi) dan memanjang, melempung sehingga struktur menjadi bersisik (scaly
   clay / lempung bersisik).


B. Lokasi 2 - Pucangan
   1. Batuan serpentinite (Metamorf - Malihan)
           Batuan serpentinite termasuk pada batuan malihan. Berasal dari perut
   bumi di bawah lantai dasar samudera. Batu ini malihan dari batu ultra basa hasil
   pembekuan magma pada kerak samudra. Sedangkan batu ultrabasa sendiri batuan
   asalnya dari peridotite dan dunite, banyak mengandung mineral olivine yang
   menyebabkan berwarna hijau. Batu-batu ini berubah ketika bersentuhan dengan
   air laut . Kemudian batu ultrabasa bergerak bersama lempeng samudera,
   kemudian masuk zona subduksi, terjadi proses penunjaman disertai metamorfosa
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 23


   kedua menjadi batu serpentinite, dan terakhir muncul ke luar perut bumi disertai
   retak-retak dikarenakan tekanan.
            Jadi, singkatnya magma (peridotite, dunite)-batu ultrabasa-serpentinite.
   Serpentinite sering digunakan sebagai sumber mineral, contohnya pembuatan
   asbes, talc, dll. Batuan ini bersifat rapuh (kekar). Serpentinite juga mempunyai
   sifat magnetis (nonfoliasi)


C. Lokasi 3 - Tepian Kali Luk Ulo / Kaki bukit Sipako
   1. Batuan filit (Metamorf)
            Batuan filit (warna hitam) berasal dari lempung hitam yang sudah kaya
   akan karbon (C). Bertekstur Lepidoblastik (Terdiri dari mineral – mineral yang
   tabular). Prosesnya berawal dari daerah palung , kemudian masuklah mineral-
   mineral organic terutama karbon, kemudian lempeng samudera masuk zona
   subduksi, kemudian menerima panas dan tekanan, kemudian berubah menjadi
   filit. Batuan ini memiliki microfault (sesar minor) yaitu adanya garis lekukan-
   lekukan pada batuan berukuran kecil.


D. Lokasi 4 – Gunung Parang
   1. Batuan Diabas (Beku)
            Berdasarkan Peta Geologi Daerah Karangsambung dan Penampang
   litostratigrafinya (Asikin, 1974), diperkirakan bahwa Gunung Parang merupakan
   hasil intrusi magmatis yang diduga merupakan kelanjutan dari jalur magmatis
   selatan Pulau Jawa dan Sumatera.
            Batuan Diabas di Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang
   terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudera yang
   kemungkinan terjadi pada kala Miosen. Tumbukan tersebut menyebabkan
   terjadinya partial melting batuan menjadi magma yang bersifat basaltik (magma
   yang komposisinya kaya Fe dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini
   kemudian mengalami alih tempat menuju kerak benua bagian bawah, kemudian
   mengalami fraksinasi dan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang
   selanjutnya tersingkap di permukaan bumi sebagai Gunung Parangan dengan
   menerobos Formasi Karangsambung.
            Diabas Gunung Parang merupakan tubuh intrusi sill. Hal tersebut
   berdasarkan adanya bidang kontak antara lempung Formasi Karangsambung
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 24


dengan diabas di sekitar Kali Jebug dan kenampakan struktur lava bantal di
Watutumpang.
         Secara petrografis batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau
ophitic dan tersusun oleh mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen
(augit, hypersten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, serisit serta
mineral karbonat. Batuan diabas termasuk langka terutama di Indonesia karena
untuk membentuk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi Indonesia
merupakan wilayah yang termasuk dalam deret busur gunungapi memiliki tipe
gunungapi kerucut sehingga magma yang dihasilkan secara umum adalah magma
andesitik.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 25



                                     BAB III
                                    PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
  A. Satuan morfologi daerah Karangsambung adalah
         1) Satuan Daratan
             Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo.
         2) Satuan Perbukitan Lipatan
                Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak
                   Gunung Paras .
                Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan
                   lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda
                   membentuk amphiteatre.
                Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan.
         3) Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange (Campur Aduk
             Batuan)
         4) Lajur Pegunungan Serayu Selatan
  B. Stratigrafi daerah Karangsambung
     Diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu :
         1) Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Melange berumua Pra-tersier.
         2) Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
         3) Formasi Totogan dengan batuan utamnya lepung bersisik / scaly clay.
         4) Formasi Waturanda yang terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan
             breksi.
         5) Formasi Penosogan yang terdiri atas perselingan lempung dan pasir
             karbonat.
  C. Litologi daerah Karangsambung
     Daerah Karangsambung mempunyai berbagai jenis batuan, mulai dari batuan
     beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
  D. Dari hasil observasi, dapat diperoleh identifikasi batuan sebagai berikut :
         1) Batuan beku : Diabas dan basalt (lava bantal).
         2) Batuan metamort : Serpentinit dan fillit.
         3) Batuan sedimen : Rijang, gamping merah dan lempung bersisik.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 26


DAFTAR PUSTAKA


Nur Mustofa, Arief.2011.Kajian Geologi Lingkungan pada Lokasi Penambangan Batuan
          Diabas Gunung Parang dalam Rangka Konservasi Batuan di Cagar Alam Geologi
          Karangsambung.Kebumen:BIKK Karangsambung LIPI
Jodi, Fajar.dkk.2012.Obsevasi Geologi Karangsambung. Bandung : ITB
Hastria, Defry. Geologi Karangsambung.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
          Karangsambbung LIPI
Ansori,    Chusni.Batuan   Beku.Kebumen:Balai   Informasi   dan    Konservasi      Kebumen
          Karangsambbung LIPI
Ansori, Chusni.Batuan Sedimen.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
          Karangsambbung LIPI
Ansori, Chusni.Batuan Metamorf.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
          Karangsambbung LIPI
Ansori, Chusni.Mineral dan Batuan.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen
          Karangsambbung LIPI
Dwi Raharjo, Puguh.dkk.2011.Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Identifikasi
          Kerentanan Bencana Alam di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung.
          Kebumen:SIG BIKK Karangsambung LIPI
Yogi. Pemetaan Kuliah Lapangan Daerah Cantel Karangsambung.
G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 27



LAMPIRAN
    Lokasi Kali Muncar




    Lokasi Pucangan




    Lokasi Kali Luk Ulo / Bukit Sipako




    Lokasi Gunung Parang

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMRega Surveyor
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaPenginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaWachidatin N C
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineralrramdan383
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Bayu Laoli
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanALAM SEKITAR
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatNopye Mariki
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuadbel Edwar
 
Struktur Geology Unconformity
Struktur Geology UnconformityStruktur Geology Unconformity
Struktur Geology UnconformityIpung Noor
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional 'Oke Aflatun'
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikUDIN MUHRUDIN
 
Geomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiGeomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiIsaacHamonangan
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikOktavia Triana
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detiloilandgas24
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiMario Yuven
 

Was ist angesagt? (20)

Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
 
Geologi dasar
Geologi dasarGeologi dasar
Geologi dasar
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
 
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi TerseliaPenginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
Penginderaan Jauh : Klasifikasi Terselia
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1
 
Eksplorasi Emas
Eksplorasi EmasEksplorasi Emas
Eksplorasi Emas
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Struktur Geology Unconformity
Struktur Geology UnconformityStruktur Geology Unconformity
Struktur Geology Unconformity
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi Fisik
 
Mekanika batuan
Mekanika batuanMekanika batuan
Mekanika batuan
 
Geomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung apiGeomorf 7 geomorfologi gunung api
Geomorf 7 geomorfologi gunung api
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detil
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 

Ähnlich wie Laporan fieldtrip karsam

Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013Lilis indah Kurniawati
 
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2Ade Fathurahman
 
Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1Rahmi Yunianti
 
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamadaLaporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamadaAlmas Zakiy Nur Tegar
 
X geografi kd 3.4_final
X geografi kd 3.4_finalX geografi kd 3.4_final
X geografi kd 3.4_finaljopiwildani
 
X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...
X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...
X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...jopiwildani
 
X geografi kd 3.4_dampak rotasi dan revolusi bumi
X geografi kd 3.4_dampak  rotasi dan  revolusi  bumiX geografi kd 3.4_dampak  rotasi dan  revolusi  bumi
X geografi kd 3.4_dampak rotasi dan revolusi bumijopiwildani
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1AllikaFadia
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiannoortuby
 
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosferX geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosferjopiwildani
 
X geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_finalX geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_finaljopiwildani
 
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupanX geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupanjopiwildani
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxGustianRipi
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDYOHANIS SAHABAT
 
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...wisnu saputra aji
 

Ähnlich wie Laporan fieldtrip karsam (20)

Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013Laporan kkl jogja  semarang 11-17 maret 2013
Laporan kkl jogja semarang 11-17 maret 2013
 
Bentuk muka bumi
Bentuk muka bumiBentuk muka bumi
Bentuk muka bumi
 
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
 
Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1Rahmy slide geotek plano1
Rahmy slide geotek plano1
 
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamadaLaporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
Laporan pengenalan lapangan geologi almas yamada
 
X geografi kd 3.4_final
X geografi kd 3.4_finalX geografi kd 3.4_final
X geografi kd 3.4_final
 
X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...
X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...
X geografi kd 3.4_teori pembentukan planet bumi meliputi teori pembentukan ta...
 
X geografi kd 3.4_dampak rotasi dan revolusi bumi
X geografi kd 3.4_dampak  rotasi dan  revolusi  bumiX geografi kd 3.4_dampak  rotasi dan  revolusi  bumi
X geografi kd 3.4_dampak rotasi dan revolusi bumi
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosferX geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
X geografi kd 3.5_final dinamika pedosfer
 
X geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_finalX geografi kd 3.5_final
X geografi kd 3.5_final
 
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupanX geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
X geografi kd 3.5_dinamika litosfer terhadap kehidupan
 
FIX.pdf
FIX.pdfFIX.pdf
FIX.pdf
 
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptxPotensi Watulimo, Trenggalek.pptx
Potensi Watulimo, Trenggalek.pptx
 
Kelas 10 geografi
Kelas 10 geografiKelas 10 geografi
Kelas 10 geografi
 
Kelas 10 geografi
Kelas 10 geografiKelas 10 geografi
Kelas 10 geografi
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
 
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
 

Laporan fieldtrip karsam

  • 1. LAPORAN OBSERVASI GEOLOGI KARANGSAMBUNG KEBUMEN Disusun oleh : Pradana Adi Wibowo 4211410001 Fisika S1 Guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Geologi Fisika JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
  • 2. DAFTAR ISI Judul .............................................................................................................. i Kata pengantar ........................................................................................................ ii Daftar isi .............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1 LATAR BELAKANG .......... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH .......... 2 1.3 TUJUAN ............................................................................................... 2 1.4 MANFAAT ........................................................................................... 2 BAB II ISI ........................................................................ 3 2.1 GEOLOGI KARANGSAMBUNG....................................................... 3 2.1.1 MORFOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG ................. 6 2.1.2 STRATIGRAFI DAERAH KARANG SAMBUNG ............... 10 2.1.3 LITOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG ...................... 15 BAB III PENUTUP ........................................................................ 25 3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 26 LAMPIRAN iii
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan Pegantar Geologi Fisika. Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pengantar Geologi Fisika bagi mahasiswa KBK Fisika Bumi Universita Negeri Semarang. Bagi Kami, selain ilmu fisika, juga ada ilmu lain yang harus dipelajari yaitu ilmu Geologi. Ilmu geologi sangat berguna bagi Kami mengingat masih lemahnya ilmu tentang Geologi. Ilmu Geologi ini banyak bermanfaat pada penginterpretasian data lapangan hasil metode Geofisika. Dalam penyusunan laporan ini penyusun mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat berjalan lancar. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih, kepada : 1. Bapak Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah tersebut. 2. Kakak-kakak asisten Geologi yang telah banyak membantu selama berjalannya kuliah lapangan sampai penulisan laporan. 3. Rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam kuliah lapangan ini. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Fisika. Semarang, Januari 2013 Penyusun ii
  • 4. Geologi Karangsambung |1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada tahun 1999 IKIP Semarang ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Negeri Semarang (UNNES), disertai dengan berubahnya nama Jurusan Pendidikan Fisika menjadi Jurusan Fisika dengan nama fakultasnya berubah dari Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Selanjutnya Jurusan Fisika mendapat perluasan mandat selain menyelenggarakan program kependidikan juga menyelenggarakan program nonkependidikan, sehingga Jurusan Fisika mengelola dua program studi yaitu Program studi Pendidikan Fisika dan Program Studi Fisika. Di dalam Program Studi Fisika terdapat kelompok bidang keilmuan (KBK) yaitu KBK Material, KBK Elektronika dan Instrumentasi, KBK Medik dan KBK Fisika Bumi. Masing-masing KBK mempunyai bidang sendiri-sendiri. KBK Fisika Bumi mempelajari tentang pengaplikasian hukum-hukum fisika dalam ilmu kebumian. Jadi, selain ilmu Fisika, dalam KBK Fisika Bumi juga perlu pengetahuan ilmu kebumian / Geologi. Bagi mahasiswa KBK Fisika Bumi, sebelum mengambil data di suatu wilayah, perlu adanya pengetahuan tentang geologi daerah tersebut seperti stratigrafi, litologi dan morfologi. Hasil dari data geologi dapat membantu dalam menginterpretasikan data yang diperoleh dari metode geofisika. Oleh sebab itulah ilmu geologi diperlukan bagi mahasiswa yang mengambil KBK Fisika Bumi agar lebih percaya dalam menginterpretasikan data geofisika. Untuk menunjang pengetahuan tentang ilmu Geologi, maka diadakanlah Kuliah Lapangan. Dengan adanya Kuliah Lapangan di daerah Karangsambung, dapat meningkatkan ilmu geologi bagi mahasiswa. Jadi selain ilmu fisika, ilmu yang perlu dipelajari bagi mahasiswa KBK Fisika Bumi adalah ilmu geologi. Ilmu geologi kurang berbobot bagi mahasiswa apabila hanya diisi dengan materi di dalam kelas perkuliahan. Kuliah lapangan ini dilakukan di daearah Karangsambung yang terkenal dengan berbagai jenis batuannya. Daerah Karangsambung merupakan daerah yang unik keadaan geologinya, mulai dari morfologinya, stratigafinya dan litologinya sehingga sering dijadikan sebagai objek pembelajaran geologi.
  • 5. Geologi Karangsambung |2 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana keadaan geologi daerah Karangsambung dilihat dari segi stratigrafi, litologi dan morfologi. 2. Batuan apa saja yang ada di daerah Karangsambung. 1.3 TUJUAN Tujuan dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui keadaan geologi daerah Karangsambung dilihat dari segi morfologi, stratigrafi dan litologi. 2. Untuk mengidentifikasi batuan didaerah Karangsambung. 1.4 MANFAAT Manfaat yang diperoleh dari kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut 1. Dapat mempelajari dan menambah ilmu geologi bagi mahasiswa KBK Fisika Bumi. 2. Dapat mengenali dan mengidentifikasi jenis-jenis batuan.
  • 6. Geologi Karangsambung |3 BAB II ISI 2.1 GEOLOGI KARANGSAMBUNG Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong. Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 109o 37’ 30” – 109o 45’ 00” BT dan 7o 30’ 00” - 7o 37’ 30” LS. Gambar 1. Peta dan b batas wilayah cagar alam Karangsambung Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jeja jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun – 60 juta tahun. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi Pra-Tersier.
  • 7. Geologi Karangsambung |4 pada sekitar zaman Paleogene (Eocene; 57,8 - 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu di sini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang dipresentasikan oleh singkapan-singkapan (outcrop) batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung adalah tempat singkapan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang disebut dengan Luk Ulo Melange Complex, suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3 juta tahunyang lalu). Luk Ulo Melange Complex merupakan lapisan Pra-Tersier tertua yang umurnya diperkirakan sudah 117 juta tahun. Daerah Karangsambung mempunyai ciri khas geologi yang sangat menarik. Kondisi geologi yang komplek pada karangsambung terbaentuk karena pada daerah Karangsambung merupakan zona meratus, yaitu daerah pertemuan antara lempeng (subduksi) yang terangkat. Berdasarkan teori tektonik lempeng, diketahui bahwa di Indonesia bagian tengah terjadi beberapa kali proses subduksi pada zaman yang berbeda-beda. Daerah Karangsambung merupakan daerah yang dilalui jalur subduksi ini dan merekam paling banyak petunjuk yang berhubungagan dengan proses ini berupa singkapan batuan berusia tua, batuan dari dasar samudera dan campuran berbagai jenis batuan dan endapan (melange) yang merupakan ciri khas utama proses subduksi. Oleh karena itu disini terdapat banyak jenis batuan dari sumber yang berbeda-beda dengan distribusi yang tidak beraturan sehingga sulit untuk dipetakan. Gambar 2. Kompleks subduksi purba yang melewati Indonesia
  • 8. Geologi Karangsambung |5 Pada gambar di atas terlihat bahwa jalur subduksi pada zaman Late Cretaceus melintasi Karangsambung dan singkapan batuan dari zaman Pre-Tersier terdapat di beberapa tempat seperti di Ciletuh, Karangsambung dan Bayah. Perkembangan tektonik didaerah ini diduga akibat tumbukan lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Benua Asia sejak Late Cretaceus (Kapur Akhir ; 85 juta tahun ) atau Early Tertier (Tersier Awal ; 65,5 juta tahun), disusul kemudian oleh pelipatan dan pensesaran dasar samudera sehingga mengakibatkan terbentuknya suatu palung (Asikin, 1974). Bentukan palung inilah yang sering disebut dengan Prisma Akresi. Lempeng Hindia-Australia yang datang dari selatan ini kemungkinan merupakan bagian dari benua purba Gondwana sehingga membawa batuan yang berusia tua. Proses Subduksi ini berlangsung cukup lama sehingga tidak hanya melange yang yang merupakan endapan khas zona subduksi yang terdapat di Karangsambung, tetapi juga batuan-batuan dasr samudera dan batuan di sekitar Mid Ocean Ridge terseret sampai mendekati kontak kedua lempeng, bahkan kompleks oviolith telah terangkat kepermukaan dan menjadi bagian dari kerumitan distribusi batuan di daerah ini. Perkembangan struktur di daerah ini dipengaruhi oleh beberapa periode tektonik. Periode tektonik paling tua adalah deformasi dan proses penempatan batuan Pra-Tersier pada Kapur Akhir-Paleosen (85-57,8 juta tahun). Periode berikutnya yang mempengaruhi Formasi Karangsambung dan Totogan. Hal tersebut diperkirakan berlangsung antara Oligo-Miosen (36,6-5,3 juta tahun) sampai Miosen Awal (23,7 juta tahun). Perode tektonik pada Plio-Pleistosen (1,6-0,01 juta tahun) dianggap sebagai periode terkait yang mempengaruhi pembentukan struktur didaerah ini. Oleh karena hal tersebut, maka di Karangsambung ditemukan berbagai batuan yang sangat beragam jenisnya dan singkapan yang kompleks, berupa batuan sedimen, batuan beku, batuan alterasi, serta batuan metamorf yang berstruktur rumit. Pada daerah ini juga terdapat batuan yang sangat jarang ditemui didaerah lain, seperti batuan dari kompleks ofiolit (rijang, lavabantal, basalt, gabro, batuan ultra basa seperti dunite, amphibolit) yang merupakan kompleks batuan dari laut dalam, khususnya pada batuan ultra basa yang merupakan batuan yang berapa pada mantel bagian atas yang posisinya sangat jauh dari permukaan bumi. Pada daerah Karangsambung terdapat 2 jenis melange yaitu melange tektonik dan melange sedimen. Melange tektonik adalah melange yang dihasilkan secara langsung dari proses pembentukan prisma akresi. Sedangkan melange sedimen merupakan komponen melange yang berbentuk blok-blok yang tercampur didalam
  • 9. Geologi Karangsambung |6 suatu matrik sedimen. Hal ini disebabkan oleh terjadinya suatu sedimentasi yang bersamaan dengan berlangsungnya proses subduksi ada cekungan palung yang dihasilkan dari proses subduksi tersebut. Satuan batuan di kompleks melange Luk Ulo, umur satuan batuan ini adalah Kapur Atas (85 juta tahun) hingga Paleosen namun yang menarik adalah formasi batuan setelah itu. Diatasnya secara tidak selaras diendapkan Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua formasi ini merupakan sebuah olistrotom dan mereka berumur Eosen Atas (36,6 juta tahun) dan Oligo Miosen (23,7- 5,3 juta tahun). Lalu diatasnya diendapkan formasi Waturanda yang berumur Miosen Awal (23,7 juta tahun) yang tersiri dari Breksi vulkanik dan batupasir. Pada Miosen Tengah diendapkan Formasi Penosogan yang disusun oleh batu gampingan dan napal tufaan. Diatasnya diendapkan formasi Halang yang berumur Pliosen (5,3-1,6 juta tahun) dan disusun oleh perselingan batupasir dan napal (Asikin, 1974). Geologi Karangsambung mempunyai formasi yang khas jika dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari Geomorfologi yang berbentuk lonjong-lonjong dan berbukit dengan batuan yang berbeda-beda. Statigrafi daerah ini sangat khas dan membentuk formasi yang beragam dan struktur geologi pada daerah ini terisi dari lipatan, sesar dan kekar. 2.1.1 MORFOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG Geomorfologi adalah studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut. Morfologi di daearah Karangsambung adalah perbukitan struktural dan daerah ini juga disebut sebagai kompleks melange. Tinggian yang berada di daerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung Brujul, bukit Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung adalah dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan meter hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan.
  • 10. Geologi Karangsambung |7 Gambar 3. Peta bentukan morfologi Karangsambung Selain itu juga terdapat morfologi aluvial di daerah Karangsambung. Salah satu mrfologi alufial yang berada di daerah Karangsambung adalah sungai Luk Ulo. Sungai ini termasuk sungai pendahulu, yaitu jenis sungai yang memotong struktur geologi utama dan termasuk ke dalam umur dewasa. Tingkat kedewasaan sungai ini terlihat dari bentuknya yang berkelok-kelok dan adanya keterdapatan meander padasisi kelokannya serta terbentuknya deposit pada teras sungai. Selain sungai utama, Karangsambung juga memiliki sungai lainnya seperti Kali Muncar, Kali Cacaban, Kali Mandala, Kali Brengkok dan Kali Jebug. Perbedaan kekerasan dan ketahana batuan pada daerah Karangsambung menghasilkan bentuk topografi dengan timbunan halus sampai kasar. Sebagian lembahnya sempit dan dalam berbentuk V dengan lereng yang terjal. Akibat perbedaan kekerasan batuan ada bukit yang seakan-akan mencuat terhadap sekitarnya, misalnya dekat bukit Jatibungkus, Bujil, dan Pesanggrahan. Pada daerah ini terdapat deretan pegunungan bukit Gunung Bulukuning, Dwilang, dan Prahu yang melengkung seperti busur terbuka ke arah barat. Ini
  • 11. Geologi Karangsambung |8 menunjukkan bahwa sebenarnya mengikuti bentuk antiklin Karangsambung yang sumbunya menunjam ketimur. Daerah Karangsambung umumnya bermorflogi oval atau elips atau mampat di ujung-ujungnya. Terdiri dari bukit-bukit dan pegunungan melingkar, dierosi oleh aliran Kali Luk Ulo yang telah membentuk pola meander serta lembah-lembah anak sungai Kali Luk Ulo. Morfologi perbukitan pada umumnya dibangun oleh batuan berumur Pra-Tersier, sedangkan morfologi punggungan di daerah ini disusun oleh endapan Tersier ( 65,5 juta tahun) yang cukup tebal. Satuan morfologi daerah Karangsambung dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu : 1. Satuan Daratan Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo yang luasnya relatif datar dan merupakan daerah dataran banjir dengan material berukuran lempung – krakal yang berasal dari sedimentasi peluapan banjir. Sungai Luk Ulo sebagai sungai utama. Anak sungai Luk Ulo antara lain Sungai Wealaran, Cacaban, Lokidang, Gebang, dan Medana. Kenampakan Sungai Luk Ulo yang berkelok – kelok (meander) dijumpai kenampakan gosong pasir yang terbentuk dari endapan luapan banjir. Pada pandang pengamtan lainnya, terlihat lembah melebar dengan bekas-bekas meander yang telah ditinggalkan. Satuan daratan ini, umurnya ditafsirkan stadium dewasa. 2. Satuan Perbukitan Lipatan Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a) Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras . b) Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.
  • 12. Geologi Karangsambung |9 Gambar 4. Amphiteater (pembalikan topografi) c) Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan interpretasi proses pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antiklinin pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
  • 13. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 10 Gambar 5. Antiklin 3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan) Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik. 4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus). 2.1.2 STRATIGRAFI DAERAH KARANG SAMBUNG Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.
  • 14. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 11 Secara garis besar daerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu : 1. Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Melange berumua Pra-tersier. 2. Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam. 3. Formasi Totogan dengan batuan utamnya lepung bersisik / scaly clay. 4. Formasi Waturanda yang terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi. 5. Formasi Penosogan yang terdiri atas perselingan lempung dan pasir karbonat. Gambar 6. Kolom statigrafi wilayah Karangsambung (Asikin, 1974)
  • 15. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 12 Gambar 7. Peta Geologi wilayah Karangsambung (Asikin et al., 1992)
  • 16. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 13 1. KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah utara. Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako. 2. FORMASI KARANGSAMBUNG Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton. 3. FORMASI TOTOGAN Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah
  • 17. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 14 Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina praedehiscens dan Globigeriona binaensis. 4. FORMASI WATURANDA Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku dan obsidian. 5. FORMASI PENOSOGAN Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak selaras di atasnya. Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.
  • 18. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 15 Gambar 8. Cross-section penampang stratigrafi formasi Karangsambung 2.1.3 LITOLOGI DAERAH KARANG SAMBUNG Litologi adalah ilmu tentang batu-batuan yg berkenaan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya. Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan / evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature magma. Litologi di daerah Karangsambung dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
  • 19. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 16 Tabel 1. Litologi daerah Karangsambung No Lokasi Umur Litologi 1 Kompleks Kapur Akhir (85-140  Batuan Metamorf (Schist Melange juta tahun yang lalu) mica – 117Ma)  Batuan sedimen pelagic (Rijang-endapan laut dalam)  Batuan ofiolit 2 Formasi Eocene-Oligocene  Batulempung bersisik Karangsambung (23,7 -57,6 juta tahun  Olistolit (Konglomerat, yang lalu) Batugamping Nummulites) 3 Formasi Oligocene-Miocene  Breksi dengan komponen Totogan Awal (36,6-23,7 juta batulempung, batupasir dan tahun yang lalu) batugamping 4 Formasi Miocene Awal –  Batupasir vulkanik dan Waturanda Miocene Tengah breksi vulkanik (23,7- 13 juta tahun yang lalu) 5 Formasi Miocene Awal –  Perselingan batupasir, Panosogan Miocene Tengah batulempung, tufa, napal (23,7- 13 juta tahun dan kalkarenit yang lalu) Batuan beku, sedimen, dan metamorf di Karangsambung dengan variasi umur batuan mulai puluhan hingga ratusan juta tahun, merupakan singkapan batuan yang berasal dari benua maupun samudra, dari dasar laut hingga laut dangkal berfosil-fosil, tersebar pada hamparan yang tidak terlalu luas, dan dapat dijumpai di lapangan Karangsambung sebagai obyek studi dalam kegiatan penelitian. Lingkungan proses pembentukan dari ragam dan jenis batuan pada kawasan Karangsambung, adalah palung laut dalam, cekungan muka daratan dan jalur penunjaman. Pada palung laut dalam, dijumpai batuan sedimen berfosil Radiolaria yang terangkut dan mengendap setra mengisi pada batuan sedimen
  • 20. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 17 rijang (Chert). Pada kondisi cekungan muka daratan, ditemukan batuan sedimen yang mengandung fosil biota laut berupa sedimen batu gamping (Lime Stone) kondisi laut dangkalm. Pada palung laut dalam, berupa batuan beku basalt dan batuan metamorfosa ubahan dari batuan periodotit, berupa serpentinit. Pada kuliah lapangan yang telah dilakukan, objek batuan yang di jadikan tempat observasi adalah batuan rijang, gamping merah, lempung bersisik, serpentinit, fillit dan diabas. Berikut adalah tabel batuan hasil observasi. Tabel 2. Lokasi dan Batuan hasil observasi LOKASI DESKRIPSI 1. Kali Muncar  Terdapat batu rijang (sedimen ; endapan laut dalam) yang berselang-seling dengan batu gamping merah (sedimen). Batu rijang berwarna merah kecoklatan (merah hati). Sedangkan warna batu gampig merah adalah merah muda.  Diatas rijang-gamping merah terdapat batuan dari lava yang dikenal dengan lava bantal (basalt ; batuan beku)
  • 21. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 18  Tidak jauh dari lokasi batu rijang- gamping merah, terdapat singkapan batu lempung bersisik (sedimen). 2. Pucangan  Terdapat batu serpentinit (metamorf – malihan) berwarna hijau, bertekstur masif, memiliki kilap .Strukturnya slincken side, Nonfoliasi. Batuan asalnya merupakan batuan beku ultramafik yang telah mengalami proses methamorfosis yang berhubungan dengan air laut.  Komposisi : serpentine
  • 22. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 19 3. Tepian Kali Luk Ulo /  Terdapat singkapan batuan filit Kaki bukit Sipako (metamorf) yang berapa di tepi sungai Luk Ulo. Batu filit ini merupakan hancuran batu pasir dengan komponen greywacke yang mengalami proses metamorfisme dengan tekanan tinggi dan temperature rendah. Derajat metamorfismenya Rendah-intermediet. berwarna hitam, abu-abu, berekstur lapidoblastik (terdiri dari mineral- mineral tabular). Strukturnya Filitik, terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah mulai terjadi pemisahan mineral granular (segresi) tetapi belum sempurna. Ukuran butirnya halus. 4. Gunung Parang  Terdapat batu Diabas (Beku intrusi) yang berwarna abu-abu terang dengan kandungan mineral berupa biotit,
  • 23. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 20 plagioklas, zeolt dan piroksen A. LOKASI 1 – KALI MUNCAR 1. Batuan gamping merah dan rijang (Sediment) Batuan rijang termasuk batuan sedimen. Batuan ini merupakan batuan sedimen laut dalam (± 4000 meter dibawah permukaan laut). Batuan ini sangat keras dan kompak dan bersifat silikaan. Mengandung kristal kuarsa yang saling mengikaat sehingga nampak seperti dilapisi kaca (sernivitreous) dan mengandung amorphous silica (opal). Batuan ini terbentuk oleh proses pengendapan pada dasar samudera. Batuan ini kaya akan fosil renik Radiolaria yang berukuran kurang lebih 1/100 mm. Biasanya batuan ini berasosiasi dengan batugamping merah. Didaerah Karangsambung, fosil ini menunjukkan umur Kapur, yaitu sekitar 85 juta hingga 140 juta tahun yang lalu. Batugamping merah juga termasuk batuan sediment. Batuan ini termasuk kedalam batugamping klastik yang halus hasil dari transport oleh arus dengan energi lemah di laut dalam yang masih memungkinkan terbentuknya larutan karbonat. Warna merah merupakan hasil pengotoran mineral lain seperti minera hematit atau bisa juga akibat oksidasi besi. Batuan ini ralatif keras dan biasanya berasosiasi dengan sedimen laut dalam seperti rijang. Batuan gamping merah dan rijang secara teori merupakan batuan yang hanya bisa ditemui di Dasar lautan. Dan batuan ini terbentuk dari proses sedimentasi dari hasil pelapukan batuan yang kemudian mengalami transport ke laut. Sedimentasi dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Sedimentasi di dasar laut dangkal. Contohnya Gamping.
  • 24. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 21 b) Sedimentasi di dasar laut dalam (lebih dari 4000m). Contohnya Rijang (chert) Batuan dari samudra yang terbentuk 60-140 juta tahun yang lalu bisa ditemui di Karangsambung. Menurut ilmu geologi hal ini terjadi dikarenakan Karangsambung dahulunya merupakan daerah subduksi, yaitu zona pertemuan 2 lempeng, lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia. Pertemuan lempeng samudera akan menunjam kebawah dikarenakan berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan lempeng benua. Penunjaman terus berlangsung sampai ke perut bumi yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga batuan menjadi meleleh kemudian ada yang muncul keluar dari perut bumi. Singkapan- singkapan batuan kuno yang ada di Karangsambung perlahan muncul di permukaan dikarenakan erosi tanah. Jadi bisa disimpulkan bahwa Karangsambung dahulunya merupakan batuan dasar lautan. Namun sekarang sudah berubah pertemuan lempeng yang terjadi adalah lempeng benua Australia dari selatan menuju utara ke lempeng Eurasia. Pertemuan 2 lempeng ini disinyalir sebagai penyebab munculnya rangkaian gunung-gunung api di Indonesia (Sumatra, jawa, bali , Lombok). Dengan adanya gunung-gunung api, maka akan terbentuk batuan-batuan beku dari magma. Batuan gamping merah dan rijang ini termasuk batuan sedimen, dimana ciri umumnya berlapis-lapis. Batuan sediment yang ditemui di Karangsambung lapisannya vertical, hal ini dikarenakan tekanan dari aktifitas tektonik selama berjuta-juta tahun. Untuk gamping merah materi penyusunnya sebagian besar dari kalsium yang terikat karbonat CaCO3. Sedangkan Rijang kebanyakan tersusun atas silica SiO2 dan besi. Dari segi warna gamping berwarna merah terang dan rijang merah gelap. Dari segi tekstur gamping lebih kasar dan berpori sedangkan rijang lebih halus. Untuk membedakan batuan gamping merah dengan rijang dilakukan pengujian dengan larutan asam (HCl aq). Dengan reaksi-reaksi sebagai berikut:  Gamping merah CaCO3 + HCl →CaCl2 +CO2 + H2O artinya Gamping merah bereaksi dengan asam. Ini terjadi karena komposisi kalsium menyebabkan gamping merah bersifat basa.  Rijang SiO2 + HCl →tidak bereaksi
  • 25. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 22 artinya Rijang tidak bereaksi dengan asam  Jadi, salah satu cara untuk membedakan antara batuan gamping merah dan rijanf adalah denga cara menetesi batuan tersebut dengan HCl 2. Batuan basalt (Beku) Batuan basalt termasuk pada jenis batuan beku yang berasal dari letusan gunung api. Namun gunung api disini merupakan gunung api dasar laut. Prosesnya berawal dari gerakan saling menjauh (pemekaran) dasar samudra, muncul gunung api kemudian memuntahkan lava yang selanjutnya membeku ketika terkena air laut. Prinsipnya seperti membuat cendol ketika masih panas seketika masuk kedalam air, kemudian membeku ditambah dengan adanya tekanan hidrostatis menyebabkan batuan berbentuk bulat. Bentuknya bulat lonjong sehingga sering disebut pillow lava. Batuan basalt biasanya berwarna hitam dan bersifat asam. 3. Batuan lempung bersisik (Sediment) Pada zona dasar subduksi akan akan ditemui massa dasar yaitu lempung hitam, warnanya hitam mengkilap. Hal ini disebabkan gesekan antar lempung (uplift), akan tetapi akibatnya batuan menjadi mudah rapuh. Bila dilihat dari strukturnya batuan lempung hitam termasuk pada boudinade sehingga bisa mengetahui arah gaya. Adanya tekanan membuat batuan menjadi memipih (foliasi) dan memanjang, melempung sehingga struktur menjadi bersisik (scaly clay / lempung bersisik). B. Lokasi 2 - Pucangan 1. Batuan serpentinite (Metamorf - Malihan) Batuan serpentinite termasuk pada batuan malihan. Berasal dari perut bumi di bawah lantai dasar samudera. Batu ini malihan dari batu ultra basa hasil pembekuan magma pada kerak samudra. Sedangkan batu ultrabasa sendiri batuan asalnya dari peridotite dan dunite, banyak mengandung mineral olivine yang menyebabkan berwarna hijau. Batu-batu ini berubah ketika bersentuhan dengan air laut . Kemudian batu ultrabasa bergerak bersama lempeng samudera, kemudian masuk zona subduksi, terjadi proses penunjaman disertai metamorfosa
  • 26. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 23 kedua menjadi batu serpentinite, dan terakhir muncul ke luar perut bumi disertai retak-retak dikarenakan tekanan. Jadi, singkatnya magma (peridotite, dunite)-batu ultrabasa-serpentinite. Serpentinite sering digunakan sebagai sumber mineral, contohnya pembuatan asbes, talc, dll. Batuan ini bersifat rapuh (kekar). Serpentinite juga mempunyai sifat magnetis (nonfoliasi) C. Lokasi 3 - Tepian Kali Luk Ulo / Kaki bukit Sipako 1. Batuan filit (Metamorf) Batuan filit (warna hitam) berasal dari lempung hitam yang sudah kaya akan karbon (C). Bertekstur Lepidoblastik (Terdiri dari mineral – mineral yang tabular). Prosesnya berawal dari daerah palung , kemudian masuklah mineral- mineral organic terutama karbon, kemudian lempeng samudera masuk zona subduksi, kemudian menerima panas dan tekanan, kemudian berubah menjadi filit. Batuan ini memiliki microfault (sesar minor) yaitu adanya garis lekukan- lekukan pada batuan berukuran kecil. D. Lokasi 4 – Gunung Parang 1. Batuan Diabas (Beku) Berdasarkan Peta Geologi Daerah Karangsambung dan Penampang litostratigrafinya (Asikin, 1974), diperkirakan bahwa Gunung Parang merupakan hasil intrusi magmatis yang diduga merupakan kelanjutan dari jalur magmatis selatan Pulau Jawa dan Sumatera. Batuan Diabas di Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudera yang kemungkinan terjadi pada kala Miosen. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial melting batuan menjadi magma yang bersifat basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini kemudian mengalami alih tempat menuju kerak benua bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi dan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang selanjutnya tersingkap di permukaan bumi sebagai Gunung Parangan dengan menerobos Formasi Karangsambung. Diabas Gunung Parang merupakan tubuh intrusi sill. Hal tersebut berdasarkan adanya bidang kontak antara lempung Formasi Karangsambung
  • 27. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 24 dengan diabas di sekitar Kali Jebug dan kenampakan struktur lava bantal di Watutumpang. Secara petrografis batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau ophitic dan tersusun oleh mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit, hypersten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, serisit serta mineral karbonat. Batuan diabas termasuk langka terutama di Indonesia karena untuk membentuk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi Indonesia merupakan wilayah yang termasuk dalam deret busur gunungapi memiliki tipe gunungapi kerucut sehingga magma yang dihasilkan secara umum adalah magma andesitik.
  • 28. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 25 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN A. Satuan morfologi daerah Karangsambung adalah 1) Satuan Daratan Satuan morforlogi ini terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Luk Ulo. 2) Satuan Perbukitan Lipatan  Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras .  Di bagian timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.  Di bagian utara sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan. 3) Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange (Campur Aduk Batuan) 4) Lajur Pegunungan Serayu Selatan B. Stratigrafi daerah Karangsambung Diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu : 1) Kompleks Melange Luk Ulo / Formasi Melange berumua Pra-tersier. 2) Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam. 3) Formasi Totogan dengan batuan utamnya lepung bersisik / scaly clay. 4) Formasi Waturanda yang terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi. 5) Formasi Penosogan yang terdiri atas perselingan lempung dan pasir karbonat. C. Litologi daerah Karangsambung Daerah Karangsambung mempunyai berbagai jenis batuan, mulai dari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. D. Dari hasil observasi, dapat diperoleh identifikasi batuan sebagai berikut : 1) Batuan beku : Diabas dan basalt (lava bantal). 2) Batuan metamort : Serpentinit dan fillit. 3) Batuan sedimen : Rijang, gamping merah dan lempung bersisik.
  • 29. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 26 DAFTAR PUSTAKA Nur Mustofa, Arief.2011.Kajian Geologi Lingkungan pada Lokasi Penambangan Batuan Diabas Gunung Parang dalam Rangka Konservasi Batuan di Cagar Alam Geologi Karangsambung.Kebumen:BIKK Karangsambung LIPI Jodi, Fajar.dkk.2012.Obsevasi Geologi Karangsambung. Bandung : ITB Hastria, Defry. Geologi Karangsambung.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen Karangsambbung LIPI Ansori, Chusni.Batuan Beku.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen Karangsambbung LIPI Ansori, Chusni.Batuan Sedimen.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen Karangsambbung LIPI Ansori, Chusni.Batuan Metamorf.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen Karangsambbung LIPI Ansori, Chusni.Mineral dan Batuan.Kebumen:Balai Informasi dan Konservasi Kebumen Karangsambbung LIPI Dwi Raharjo, Puguh.dkk.2011.Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Identifikasi Kerentanan Bencana Alam di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung. Kebumen:SIG BIKK Karangsambung LIPI Yogi. Pemetaan Kuliah Lapangan Daerah Cantel Karangsambung.
  • 30. G e o l o g i K a r a n g s a m b u n g | 27 LAMPIRAN  Lokasi Kali Muncar  Lokasi Pucangan  Lokasi Kali Luk Ulo / Bukit Sipako  Lokasi Gunung Parang