1. BAB I<br />KURIKULUM<br />Kurikulum didefenisikan sebagai program pendidikan yang bertujuan melaksanakan tujuan pendidikan di sekolah dan berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan daerah.<br />Fungsi kurikulum dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu fungsi bagi sekolah yang bersangkutan, fungsi bagi sekolah di tingkat atasnya, dan fungsi masyarakat.<br />Kurikulum juga mempunyai komponen-komponen pokok, diantaranya: tujuan, isi, organisasi dan strategi.<br />Sekitar sepuluh tahun sekali adanya pergantian kurikulum dalam rangka pengembangan kurikulum ke arah yang lebih baik.<br />REFLEKSI<br />Kurikulum merupakan program pendidikan karena kurikulum menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Melaksanakan tujuan pendidikan di sekolah artinya melaksanakan tujuan pendidikan dengan kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan daerah artinya kurikulum yang berlaku nasional tersebut di setiap daerah harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah.<br />Fungsi kurikulum ditinjau dari fungsi bagi sekolah yang bersangkutan terdapat dua fungsi, yaitu fungsi sebagai alat karena berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan, dan fungsi sebagai pedoman karena kurikulum sekolah akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pengajaran di sekolah, misal mengatur jenis program.<br />Fungsi kurikulum ditinjau dari fungsi bagi sekolah di tingkat atasnya, bahwa setiap tingkatan sekolah harus diketahui kurikulum sekolah yang lebih tinggi agar tidak terjadi tumpang tindih pelajaran ataupun materi pelajaran dengan sekolah yang lebih rendah tingkatannya, sehingga terhindar dari pengulangan penyampaian materi yang dapat mengakibatkan pemborosan dalam segala bidang.<br /> Fungsi kurikulum ditinjau dari fungsi bagi masyarakat, bahwa pendidikan memang bertugas mempersiapkan anak didiknya agar dapat berperan dalam masyarakat pada masa yang akan datang.<br />Salah satu komponen kurikulum adalah tujuan kurikulum yaitu tujuan pendidikan. Tujuan tersebut terdapat pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat “… mencerdaskan kehidupan bangsa…” serta terdapat pada pasal 4 UU No. 2 Tahun1989 tentang sistem pendidikan nasional “..pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya…”. Selanjutnya tujuan pendidikan nasional diturunkan menjadi tujuan unstitusional (kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan program studinya pada lembaga pendidikan yang ditempuh), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi), tujuan pembelajaran (tujuan umum dan khusus).<br />Selain tujuan kurikulum, isi kurikulum juga merupakan komponen dari kurikulum. Isi kurikulum ini adalah mata pelajaran- mata pelajaran. Agar isi mata pelajaran terbatas maka dibuatlah GBPP.<br />Komponen lain dari kurikulum adalah organisasi dan strategi kurikulum. Organisasi kurikulum yang paling mendasar adalah subject curriculum (kurikulum yang mendasarkan pandangannya pada mata pelajaran), selanjutnya activity curriculum (kurikulum aktivitas), dan core curriculum (kurikulum yang mengusahakan integrasi bahan pelajaran dengan kebutuhan siswa di masyarakat).<br />Pergantian kurikulum dalam rangka pengembangan kurikulum artinya kurikulum yang menggantikannya diharapkan lebih baik dari pada yang digantikannya. Model- model pengembangan kurikulum sampai saat ini sudah ada 8, yaitu:<br />Top Down Model, Model ini dikembangkan dari atas, dari top organisasi.<br />The Grass Roots Model, lawan daeri Top Down Model.<br />Beauchamp’s Model, Model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh ahli kurikulum beauchamp.<br />The Demonstration Model, Model ini datang dari bawah, dari guru.<br />Taba’s Inverted Model, Model ini bersifat induktif.<br />Roger’s Interpersonal Relations Model, Model ini dikembangkan oleh ahli psikoterapi Roger’s.<br />Emerging Technical Model, Model ini tumbuh berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.<br /> The Systemic Action-Research Model, Model ini disusun berdasarkan procedure action research.<br />BAB II<br />PEMBELAJARAN<br />Belajar adalah suatu proses dimana aktivitas bermula atau diubah melalui proses pelatihan yang dibedakan dari perubahan karena faktor-faktor yang bukan latihan.<br />Pembelajaran merupakan keseluruhan peraturan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar mengajar.<br />Dalam pembelajaran ada teori pembelajaran dan ada praktek pembelajaran. Selain itu,dalam belajar ada teori belajar dan praktek belajar.<br />Teori dalam belajar dibagi 3 macam, yaitu: teori belajar ilmu jiwa daya, teori belajar asosiasi, dan teori belajar gestalt.<br />Kesulitan dalam belajar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.<br />Belajar merupakan suatu proses dimana aktivitas bermula melalui proses pelatihan sehingga terjadi perubahan tingkah laku karena adanya interaksi dengan lingkungan.<br />Teori belajar pada umumnya dinagi menjadi tiga macam, yaitu: <br />Teori belajar ilmu jiwa daya, menurut teori ini otak manusia mempunyai menerapkan bagian ”faculties” dari daya dan daya dapat berkembang dalam latihan.<br />Teori belajar asosiasi, pada teori ini berpandangan bahwa belajar adalah pembentukan respons bersyarat berdasarkan pada sistem urat saraf.<br />Teori belajar gestalt, teori ini mengemukakan keseluruhan sebagai prinsip utamanya, yaitu suatu organism yang dinamis yang berhubungan dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya.<br />REFLEKSI<br />Pembelajaran merupakan perubahan penekanan dari istilah pengajaran. Perbedaannya, pengajaran lebih menitikberatkan pada tinjauan bagaimana guru mengajar saat proses belajar. Sedangkan pembelajaran lebih menitikberatkan tinjauan bagaimana murid belajar.<br />Selain itu, pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, siswa sebagai pemeran utama dan guru bertugas sebagai fasilitator pembelajaran. Sehingga, guru sebagai fasilitator harus bisa membantu siswa dalam meningkatkan gaya belajarnya agar mampu mereaksi informasi yang diterima, mengingat, berfikir, dan memecahkan masalah secara konsisten.<br />Seringkali siswa mengalami kesulitan dalam belajar, hal itu disebabkan oleh dua factor, yaitu:<br />Factor internal, merupakan factor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajar siswa, missal kecerdasan dan motivasi.<br />Factor eksternal, merupakan faktor dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar, missal keluarga. <br />BAB III<br />PERENCANAAN PEMBELAJARAN<br />Setiap perencanaan mengandung unsure dasar yang disebut 5w+1h, yaitu:<br />What, tujuan apa yang akan dicapai?<br />Why, mengapa hal tersebut dilakukan?<br />Who, oleh siapa rencana itu akan dibuat?<br />When, kapan akan dilakukan?<br />Where, dimana perencanaan itu akan dilakukan?<br />How, bagaimana merealisasikan perencanaan itu?<br />Sebelum membuat perencanaan pembelajaran, terlenih dahulu harus membuat Analisis Materi Pembelajaran(AMP). Pembuatan perencanaan penbelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran khusus.<br />REFLEKSI<br />Sebelum mmebuat perencanaan pembelajaran, seorang guru harus membuat Analisis Materi Pembelajaran (AMP) terlebih dahulu. AMP adalah kegoatan guru meneliti GBPP (Garis-garis besar Program Pengajaran), mengkaji materi, kemudian mempertimbangkannya dalam penjabaran penyajiannya.<br />Pembuatan program tahunan, program saturwulan, dan program satuan pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan rencana pembelajaran untuk mempersiapkan melakukan proses belajar selaku fasilitator pembelajaran. Sehingga, pembuatannya harus mengacu pada tujuan pembelajaran khusus yang sudah ditetapkan oleh program satuan pembelajaran. Dan perencanaan pembelajaran tersebut dibuat secara berurutan sesuai dengan urutan tujuan pembelajaran khusus.<br />BAB IV<br />KOMPETENSI GURU<br />Kompetensi artimya kewenangan, kecakapan, atau kemampuan.<br />Tiga kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu: kompetensi pribadi, professional, dan kemasyarakatan.<br />Untuk mendalani persepsi guru, dapat dilihatdari bagaimana peran sosialnya, ikrar guru Indonesia, dank ode etik guru Indonesia.<br />Syarat kompetensi professional guru:<br />Memiliki kode etik sebagai acuan.<br />Memiliki klien/ onjek layanan.<br />Diakui oleh masyarakat.<br />PGBK merupakan suatu pendidikan untuk mempersiapkan kompetensi guru agar guru memiliki kompetensi/ pengetahuan yang lebih luas daripada muridnya.<br />Akuntabilitas guru adalah pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya kepada siswa, orang tua, teman sejawat, kepala sekolah, pengawas masyarakat maupun Tuhan Yang Maha Esa.<br />REFLEKSI<br />Kompetensi artinya kewenangan, kecakapan atau kemampuan. Tapi disini lebih tepat kalau kompetensi diartikan dengan kemampuan.<br />Antara kompetensi pribadi dan kemasyarakatan saling berhubungan, diantaranya :<br />1. Menghayati dan mengamalkan nilai hidup<br />2. Jujur dan bertanggung jawab<br />3. Guru mampu berperan sebagai pemimpin<br />4. Berperan aktif dalam pelestarian budaya maryarakat<br />Selain itu, guru harus memiliki kompetensi professional agar dapat melahirkan siswa yang berpengetahuan luas dan memiliki kompetensi serta dengan kompetensi guru mudah melakukan pertanggungjawaban. sesama manusia.<br />BAB V<br />KETERAMPILAN MENGAJAR<br />Keterampilan guru untuk mampu mengelola interaksi belajar mengajar terdiri dari:<br />Keterampilan membuka dan menutup pelajaran<br />Keterampilan menjelaskan<br />Keterampilan bertanya<br />Keterampilan memberi penguatan<br />Keterampilan mengadakan variasi<br />Keterampilan mengelola kelas<br />Keterampilan membimbing diskusi<br />REFLEKSI<br />Keterampilan mengajar merupakan keterampilan guru yang diperlukan untuk dapat mengelola interaksi belajar mengjar, sehingga :<br />1. Seorang guru harus terampil membuka danb mampu mengakhiri pelajaran karena berpengaruh terhadap berhasil tidaknya proses pembelajaran.<br />2. Hurus memiliki keterampilan dalam menjelaskan karena merupakan keterampilan inti yang harus dimiliki seorang guru.<br />3. Harus mampu mengajak siswa untuk berpikir dan mengajukan pendapat.<br />4. Harus mampu merespon tingkah laku siswa yang dianggap benar.<br />5. Harus memiliki ide untuk menghilangkan kebosanan siswa dengan mengadakan variasi-variasi baru dalam mengajar.<br />6. Harus terampil mengelola kelas untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal.<br />7. Harus terampil membimbing diskusi, karena dengan diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa dan berfungsi dalam pembentukan pengetahuan dan keterampilan.<br />BAB VI<br />CARA BELAJAR SISWA AKTIF<br />Cara belajar siswa aktif atau student active learning adalah suatu teknik mengoptimalkan pembelajaran siswa.<br />Ada 5 indikator untuk dapat melihat sejauh mana kadar CBSA terkandung dalam proses belajar mengajar , yaitu:<br />Dari sudut siswa<br />Dari sudut guru<br />Dari segi program<br />Dari situasi belajar<br />Dari sarana belajar<br />Ada beberapa model mengajar teknik CBSA, diantaranya model mengajar delikan dan model mengajar pemecahan masalah.<br />REFLEKSI<br />CBSA sebenarnya bukan hal baru dalam teori pembelajaran. CBSA ini semakin berkembang setelah adanya paradigm baru pendidikan. Bahwa tugas guru bukanlah mengajar tetapi membelajarkan siswa.Sehingga, agar terjadi proses pembelajaran yang sebenarnya maka cara yang tepat adalah dengan mempergunakan teknik CBSA, yang artinya suatu teknik / cara mengoptimalkan pembelajaran siswa.<br />BAB VII<br />OTONOMI DAERAH DALAM BIDANG PENDIDIKAN<br />Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br />Kewenangan pemerintahan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan yang dimiliki pemda provinsi dan pemda kab/kota dapat dilihat pada peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.<br />MBS (Manajemen Bebasis Sekolah) merupakan implementasi otonomi daerah dalam bidang pendidikan berupa reformasi pendidikan pada bidang persekolahan.<br />REFLEKSI<br />Kewenangan pemerintah dalam bidang pendidikan dan kebudayaan dapat dilihat pada peraturan pemerintah No. 25 Tahun 200 tentang kewenangan pemerintah provinsi dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.<br />Sedangkan kewenangan pemerintah Kab/Kota dalam bidang pendidikan dan kebudayaan ditentukan sendiri oleh daerah Kab/Kota dan diwujudkan dalam bentuk Peraturan daerah, sehingga terdapat perbedaan kewenangan yang dimiliki tiap kab/Kota. <br />TUGAS INDIVIDU<br />Judul : Kurikulum & Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah<br />Pengarang : Drs. H. daeng Sudirwo, M.Pd.<br />Tahun : 2001<br />