SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 30
Oleh :
Muhammad Agus Widiyanto
PENDAHULUAN
Amandeman UUD 1945
membawa perubahan besar
pada sistem ketatanegaraan
Indonesia.
Pasal 18 ayat 4 UUD 1945 :
“Gubernur, Bupati dan Walikota
masing-masing sebagai kepala
pemerintahan provinsi,
kabupaten dan kota dipilih
secara demokratis”.
Perkembangan
ketatanegaraan ini
terkait dengan nilai-
nilai dasar
Demokrasi Indonesia
yang berlandaskan
Pancasila.
Indonesia mengalami
transisi demokrasi.
Sebuah era yang
menentukan perjalanan
bangsa ini, untuk tetap
bertahan dengan jati diri
atau larut dengan
globalisasi,
Dibalik itu adalah liberalisasi
di semua bidang termasuk
Tata Negara dan politik
dalam negeri.
PENDAHULUAN
Kepala Daerah Dan Wakil Kepala
Daerah Yang Dimaksud :
Gubernur dan wakil
gubernur untuk provinsi.
Bupati dan wakil bupati
untuk kabupaten.
Wali kota dan wakil wali
kota untuk kota.
Tugas dan Wewenang Kepala
Daerah :
1.Mengajukan rancangan Perda.
2. Menetapkan Perda yang telah mendapat
persetujuan bersama DPRD.
3. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang
APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan
bersama.
4. Mengupayakan terlaksananya kewajiban
daerah.
5. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan,
dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Memilih kepala daerah tidak lagi
menjadi tugas dan wewenang DPRD
Pasal 62 Ayat 1 dan Pasal 78 ayat 1 UU N.
22 th. 2003 tentang Susunan dan kedudukan
MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dijelaskan
bahwa DPRD hanya diberi peran minimal
yaitu sebatas mengusulkan pengangkatan
dan pemberhentian kepala daerah
Pasca reformasi, salah satu aspek penting dalam
penyelenggaraan otonomi daerah adalah
semakin sentralnya peran kepala daerah dalam
penyelengaraan pemerintahan.
Sistem PILKADA langsung dibawah UU
No. 32 th. 2004 & UU No. 22 th.2007
Lazim digunakan
di negara-negara
yang menganut
sistem federasi
atau federal
murni, seperti :
- Amerika Serikat.
- Australia.
- Kanada.
Di dalam negara
federal terdapat 2
macam
pemerintahan :
1. Negara
Federal.
2. Negara
Bagian.
Ini contoh konkrit untuk menjelaskan pandangan
kebijakan desentralisasi di Indonesia merupakan
FEDERAL ARRANGEMENT
Khusus Aceh memiliki UU No. 11 Th. 2006
tentang Pemerintahan Aceh sebagai acuan
dan pedoman Pilkada.
1) Keberadaan partai politik
lokal.
2) Keberadaan calon
perseorangan yang dibatasi
hanya untuk satu kali
Pilkada (ketentuan ini lalu
dibatalkan oleh Putusan MK
No. Nomor 35/PUU-
vIII/2010 yang tidak
membatasi keikutsertaan
calon perseorangan dalam
Pemilukada di Aceh).
3) Persyaratan calon kepala
daerah dan wakil kepala
daerah (menjalankan
syari’at agama-mampu
baca Al Qur’an),
4) Mekanisme pembentukan
dan komposisi
penyelenggara dan
pengawas Pilkada,
5) Masa tugas pengawas
Pilkada.
Sistem PEMILUKADA dalam perspektif
filosofis pada dasarnya merupakan proses
lanjut dari keinginan kuat untuk memperbaiki
kualitas demokrasi di daerah-daerah,
memiliki sejumlah unggulan dibanding :
UU No. 5 th 1974 :
Dengan sistem
recruitment politik
yang ditawarkan
oleh model
sentralistik.
UU No. 22 th. 1999 :
 Demokrasi
Perwakilan
MANFAAT DAN HARAPAN PILKADA
LANGSUNG :
I. Membuka ruang partisipasi yang lebih luas.
• Dalam proses demokrasi.
• Menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal.
II. Kompetisi Politik.
• Memungkinkan munculnya preferensi kandidat.
• Mengeliminasi kompetisi yang tidak fair.
III. Aktualisasi hak-hak politik.
• Tanpa direduksi oleh elit-elit partai.
• Posisi yang setara dalam pengembilan keputusan politik.
IV. Mendapat figur pemimpin yang aspiratif & kompeten.
• Kepala Daerah lebih berorientasi pada warga.
V. Memiliki Legitimasi politik yang kuat.
• Akan terbangun perimbangan kekuatan dengan DPRD.
• Meminimalisir penyalahgunaan kekuasaan
DINAMIKA DAN REGULASI
PEMILUKADA
A. Sebelum Amandemen UUD 1945
D I N A M I K A
Berdasarkan UU No. 1
th 1945 PILKADA
dilakukan oleh Dewan.
Menurut UU N. 22 th
1948 Kepala Daerah
dipilih oleh Pemerintah
Pusat.
Sejak UU No. 1 th 1957
hingga UU No. 5 th.
1974 tidak mengalami
perubahan.
Ketentuan PILKADA :
1. Kepala Daerah dipilih
oleh DPRD.
2. Kepala Daerah tk. I
diangkat dan
diberhentikan oleh
Presiden.
3. Kepala Daerah tk. II
diangkat dan
diberhentikan oleh
Menteri Dalam Negeri
dari calon-calon yang
diajukan oleh DPRD.
R E G U L A S I
Pemilihan sistem
PILKADA merupakan
perjalanan politik panjang
yang diwarnai tarik-
menarik antara
kepentingan :
Elit & kehendak publik.
Pusat & Daerah.
Nasional &
Internasional.
Ketentuan mengenai
Pemerintah daerah,
termasuk mekanisme
PILKADA :
UU No. 1 th. 1945.
UU No. 22 th. 1948.
UU No. 1 th. 1957.
UU No. 18 th. 1965.
UU No. 5 th. 1974.
UU No. 22 th. 1999.
B. Makna PILKADA menurut Pasal
18 UUD 1945.
1. Prinsip daerah mengatur
dan mengurus sendiri
urusan Pemerintahan
menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
2. Prinsip menjalankan
otonomi seluas-luasnya.
3. Prinsip kekhususan dan
keragaman daerah.
4. Prinsip mengakui dan
menghormati kesatuan
masyarakat hukum adat
beserta hak-hak
tradisionalnya.
5. Prinsip mengakui dan
menghormati
pemerintahan daerah
yang bersifat khusus &
istimewa.
6. Prinsip badan perwakilan
dipilih langsung dalam
pemilu.
7. Prinsip hubungan pusat
dan daerah dilaksanakan
secara selaras dan adil.
C. PILKADA Langsung menurut UU
No. 32. th. 2004.
29 September 2004
DPR menyetujui RUU
pengganti UU No. 22 th
1999.
Salah satu materinya
adalah tentang PILKADA
langsung.
Ketentuan peralihannya
akan dilaksanakan mulai
Juni 2005.
PILKADA sebagai
jawaban atas hiruk-
pikuk, kegaduhan dan
jeleknya proses maupun
hasil PILKADA lewat
DPRD.
PILKADA untuk
menegakkan kedaulatan
rakyat / menguatkan
demokrasi lokal, baik
governance & society.
ARGUMEN
PENTINGNYA
PILKADA
LANGSUNG
Untuk meningkatkan kualitas
akuntabilitas para elit politik
lokal, termasuk kepala daerah.
Untuk menciptakan stabilitas
politik dan efektivitas
pemerintahan lokal.
Akan memperkuat dan
meningkatkan kualitas seleksi
kepemimpinan nasional.
D. PILKADA Menurut UU No. 8
th. 2005
Mengubah beberapa
ketentuan pada UU No. 32
th. 2004.
Misalnya : jumlah pemilih
di TPS sebanyak 300
diubah menjadi 600 orang.
Ada penyisipan tentang
force majeur sehingga
tertunda, maka pemilihan
tunda diatur melalui
Peraturan Pemerintah.
Pemerintah juga
mengeluarkan PP No.
17 th 2005, yang
menyebutkan bahwa
KPUD berkewajiban
menyampaikan laporan
kepada DPRD dan
memberikan informasi
pada masyarakat.
Peran Sentral (Dominasi)
Partai politik
a. Dominasi PARPOL pada setiap tahapan PILKADA
Pross pengajuan calon, membentuk panitia pengawas, sulitnya
pengajuan calon perseorangan.
b. Recruitment Calon di tingkat PARPOL
Sistem seleksi, panitia seleksi, standar penilaian, hak-hak calon
perseorangan yang diabaikan.
c. Koalisi PARPOL yang tidak permanen
PARPOL tidak mempunyai ideologi dan platform politik yang jelas.
Tingkat Partisipasi Pemilih yang Rendah
dan Legitimasi Kepala daerah Terpilih.
Penyebab tingginya
warga yg tidak
menggunakan hak pilih :
1. Ketidak percayaan
pada para kandidat.
2. Kejenuhan terhadap
hiruk pikik politik.
3. Kurangnya
sosialisasi.
Isu-isu calon sangat
abstrak, tidak terukur
dan tidak spesifik.
Isu mendompleng isu
nasional.
Para kontestan lebih
suka menghadirkan
vote-getter dari politisi
nasional dan artis
daripada membangun
komitmen dengan
rakyat.
IMPLIKASI PEMILUKADA
1. Memunculkan Pemerintahan yang terbelah
(devided government).
2. Pencapaian Tujuan Otonomi daerah.
3. Akuntabilitas Kepala daerah.
4. Fluktuasi (keseimbangan) hubungan Kepala
Daerah dan DPRD.
5. Pendapatan dan Belanja Daerah.
6. Disharmoni Hubungan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
Terhadap
Jalannya
Pemerintah
Daerah
1. Penguatan
Demokrasi Lokal.
2. Hubungan Kepala Daerah
dan Masyarakat: tidak ada
pola tunggal.
3. Konflik Sosial dan
Konflik Kelembagaan.
IMPLIKASI PEMILUKADA
PADA PERTUMBUHAN DEMOKRASI DI DAERAH
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
 Catatan Kemendagri 2014
dari 524 kepala daerah yang
dihasilkan lewat Pilkada
langsung, ternyata 322
pejabat divonis terlibat
korupsi .
 Hasil penyelidikan dan
penyidikan KPK atas skandal
korupsi yang melibatkan
kepala daerah, perilaku
korup yang dilakukan
sebagai salah satu cara,
untuk mengembalikan
anggaran yang dikeluarkan
saat mengikuti Pilkada.
 Peneliti pada Pusat Penelitian
Politik LIPI, penyelenggaraan
Pilkada langsung
menghasilkan fakta dinamika
politik lokal yang cenderung
ektrem: Munculnya
perseteruan antara pejabat
gubernur dan bupati/walikota.
Kondisi itu terjadi, karena
pejabat bupati/walikota
merasa dirinya memiliki
privilage politik yang sama
dengan gubernur. Rasa itu
muncul, karena mereka sama-
sama dipilih oleh rakyat
secara langsung.
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
Banyak bupati/walikota yang mengabaikan posisi
gubernur, bahkan berambisi untuk segera
mengakhiri masa jabatan gubernur di
wilayahnya.
Sebaliknya, banyak gubernur mengeluarkan
kebijakan diskriminatif terhadap kabupaten/kota
saat pejabat bupati/walikota-nya memiliki sikap
politik yang berseberangan.
Bentuk diskriminasi yang terjadi, adalah
pembagian dana otonomi khusus, seperti di
Daerah Istimewa Aceh dan Papua.
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
I.
Permasalahan dari kerangka hukum yang masih
menyisakan berbagai kesimpangsiuran maupun
ketidakjelasan bagi penyelenggara, peserta,
maupun pemilih dalam pemaknaannya, yang tak
jarang berakibat pada konflik dan gangguan
keamanan di lapangan.
• Aturan yang ambigu dan multitafsir akhirnya berkontribusi
pada rentetan persoalan dalam menyelenggarakan tahapan
Pemilukada,
• Masalah karut marutnya daftar pemilih,
• Kisruh pencalonan,
• Kampanye yang tidak terkontrol,
• Pemungutan dan penghitungan suara yang bermasalah.
II.
Masalah sistem pemilihan dan metode pencalonan.
• Sistem pencalonan memberikan ruang bagi partai politik,
gabungan partai politik, dan calon perseorangan
untuk memajukan calon melahirkan begitu banyak
kandidat yang lantas diikuti dengan problematika berikut
biaya penyelenggaraan yang mahal dan politik biaya
tinggi (atau politik uang).
• Ruang bagi parpol non-kursi di DPRD untuk mencalon -
kan kandidat, sepanjang memperoleh 15% suara sah
dalam Pemilu Legislatif terakhir, lebih banyak membawa
masalah ketimbang manfaat bagi Pemilukada.
• Melahirkan banyaknya dukungan ganda dalam
pencalonan, dan maraknya politik transaksional jual
beli dukungan.
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
III.
Masalah dalam penyelenggaraan tahapan yang diakibatkan oleh
ketidaksiapan penyelenggara, kematangan kandidat, maupun
akseptabilitas pemilih atas proses penyelenggaraan tahapan
yang ada.
• Masih ditemui banyak penyelenggara yang tidak profesional
dan mumpuni dalam menyelenggarakan Pemilukada (walau
harus diakui hal ini juga terjadi karena adanya kontribusi dari
kerangka hukum yang bermasalah tersebut).
• Penyelenggaraan Pemilukada biasanya tidak bermasalah
(atau tidak dipermasalahkan) pada tahapan-tahapan
awalnya, sampai kemudian diketahui hasil penghitungan
suara. Barulah para kandidat dan masa pendukungnya
beraksi melakukan protes dan penolakan yang tidak
jarang berakhir pada kerusuhan dan konflik horizontal antar
masyarakat.
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
IV.
Masalah penegakan hukum dan penanganan
pelanggaran. Aturan yang ada belum bisa
merespon persoalan riel dan kompleks yang
terjadi di lapangan.
• Ketentuan hukum acara penanganan pelanggaran
Pemilukada diatur secara belum terperinci dalam undang-
undang yang ada (dan ujungnya lagi-lagi menyebabkan
kebingungan dalam penerapannya di lapangan).
• Kapasitas penegak hukum pun banyak menyisakan bahkan
menimbulkan masalah baru. Hal ini bisa dipahami
karena masih minimnya program untuk peningkatan
pemahaman dan kapasitas dalam menangani berbagai
pelanggaran Pemilukada.
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
V.
Tersebarnya waktu penyelenggaraan
• Pemilukada melahirkan kompleksitas dalam
pelaksanaannya yang pada akhirnya juga berujung
pada pembengkakan dan pemborosan anggaran.
• Muncul fakta sampai ada daerah yang mengambil
anggaran pendidikan dan kesehatannya untuk
memenuhi alokasi anggaran penyelenggaraan
Pemilukada.
• Pemilih akhirnya bosan dan kehabisan energi karena
terus-terusan harus ‘ber-Pemilu ria”. Tak heran jika dari
Pemilu Legislatif ke Pemilu Presiden sampai ke
Pemilukada grafik partisipasi pemilih terus menurun.
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
EVALUASI PILKADA LANGSUNG
Hubungan dengan
DPRD mengalami
perubahan mendasar
dalam konteks
perimbangan dan proses
legislasi daerah.
Diwarnai dengan
munculnya pejabat-
pejabat lama.
Tidak efektif menjadi
sarana pergantian
kekuasaan
DPD RI
merekomendasikan :
1. Essensi PILKADA perlu
diubah ke arah
peningkatan kualitas
demokrasi lokal.
2. Masalah regulasi :
dilakukan pemisahan
antara materi kebijakan
pemerintah daerah dan
materi kebijakan tentang
PILKADA.
Lanjut Ke Materi Berikut
…..

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitasPemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitasElection Commision
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber   sumber hukumPengantar ilmu hukum sumber   sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukumSeptiani Dwi Rahayu
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintahAbid Zamzami
 
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptxPower Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptxsuwaridspd
 
Nilai, Moral dan lingkungan
Nilai, Moral dan lingkungan Nilai, Moral dan lingkungan
Nilai, Moral dan lingkungan Siti Sahati
 
Sistem pemerintahan desa revisi
Sistem pemerintahan desa revisiSistem pemerintahan desa revisi
Sistem pemerintahan desa revisiari saridjo
 
4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undangan4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undanganHIMA KS FISIP UNPAD
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Potensi kerawanan pemilu
Potensi kerawanan pemiluPotensi kerawanan pemilu
Potensi kerawanan pemiluAhsanul Minan
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi NegaraMuslimin B. Putra
 
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...Uiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatikSri Suwanti
 

Was ist angesagt? (20)

Pemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitasPemilu dan pemilukada berkualitas
Pemilu dan pemilukada berkualitas
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
 
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber   sumber hukumPengantar ilmu hukum sumber   sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
 
Hukum lingkungan
Hukum lingkunganHukum lingkungan
Hukum lingkungan
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
 
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptxPower Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
 
sadar hukum
sadar hukumsadar hukum
sadar hukum
 
Nilai, Moral dan lingkungan
Nilai, Moral dan lingkungan Nilai, Moral dan lingkungan
Nilai, Moral dan lingkungan
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Sistem pemerintahan desa revisi
Sistem pemerintahan desa revisiSistem pemerintahan desa revisi
Sistem pemerintahan desa revisi
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undangan4. proses pembuatan perundang undangan
4. proses pembuatan perundang undangan
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana terorisme (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah DaerahHukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah Daerah
 
Potensi kerawanan pemilu
Potensi kerawanan pemiluPotensi kerawanan pemilu
Potensi kerawanan pemilu
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Isbd power point
Isbd power pointIsbd power point
Isbd power point
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
Politik Hukum - Pertemuan Ketujuh - 7. politik hukum penegakan hukum dan poli...
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
 

Andere mochten auch

PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)Adinda siti Hapsoh
 
Netralitas birokrasi dalam pilkada
Netralitas birokrasi dalam pilkadaNetralitas birokrasi dalam pilkada
Netralitas birokrasi dalam pilkadaAhsanul Minan
 
Politisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di Indonesia
Politisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di IndonesiaPolitisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di Indonesia
Politisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di IndonesiaKurniawan Saputra
 
Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...
Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...
Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...Rohmat Sholeh
 
Penegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukada
Penegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukadaPenegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukada
Penegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukadaNovita Pratiwi
 
Penyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikota
Penyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikotaPenyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikota
Penyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikotaBilly Adam Fisher
 
Penerapan Prinsip Governance pada PEMILU
Penerapan Prinsip Governance pada PEMILUPenerapan Prinsip Governance pada PEMILU
Penerapan Prinsip Governance pada PEMILUEnchink Qw
 

Andere mochten auch (9)

PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
 
Netralitas birokrasi dalam pilkada
Netralitas birokrasi dalam pilkadaNetralitas birokrasi dalam pilkada
Netralitas birokrasi dalam pilkada
 
Politisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di Indonesia
Politisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di IndonesiaPolitisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di Indonesia
Politisasi Birokrasi dan Pemilihan Umum di Indonesia
 
Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...
Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...
Skripsi kualitas layanan (inovasi listrik prabayar) pt. pln (persero) di wila...
 
Penegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukada
Penegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukadaPenegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukada
Penegakan hukum dalam pelaksanaan pemilukada
 
Penyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikota
Penyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikotaPenyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikota
Penyelesaian sengketa pemilihan gubernur, bupati dan walikota
 
Penerapan Prinsip Governance pada PEMILU
Penerapan Prinsip Governance pada PEMILUPenerapan Prinsip Governance pada PEMILU
Penerapan Prinsip Governance pada PEMILU
 
Perspektif UU 10 th 2016
Perspektif UU 10 th 2016 Perspektif UU 10 th 2016
Perspektif UU 10 th 2016
 
Integritas pim 3 2015
Integritas pim 3 2015Integritas pim 3 2015
Integritas pim 3 2015
 

Ähnlich wie PEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis

Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011Ahsanul Minan
 
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxDinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxKuyungRizal1
 
Bab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluBab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluLunandi Syaiful
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerahsangdamar
 
Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014PA Rianto
 
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaUu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaWinarto Winartoap
 
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014Yogi Fachri Prayoga
 
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfpresentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfJhonwilla2
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahLisa Tri Setiawati
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Titania Intan Permatasari
 
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22acengrian
 
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JNDmelisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND04JusufObajaArchened
 
Perkembangan pada masa reformasi
Perkembangan pada masa reformasiPerkembangan pada masa reformasi
Perkembangan pada masa reformasiRiris Ros Lina
 
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kotaHubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kotaEvan Setio
 

Ähnlich wie PEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis (20)

amandemen uud 1945
 amandemen uud 1945 amandemen uud 1945
amandemen uud 1945
 
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
Gambaran pelaksanaan pemilukada 28 sept-2011
 
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptxDinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
Dinamika Pemilihan Kepala Daerah.pptx
 
Makalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU PilkadaMakalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU Pilkada
 
Bab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemiluBab iii penyelenggaraan pemilu
Bab iii penyelenggaraan pemilu
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Bab i
Bab   iBab   i
Bab i
 
Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-vi rpjmn tahun 2010-2014
 
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaUu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
 
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
 
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdfpresentation1-140416042946-phpapp01.pdf
presentation1-140416042946-phpapp01.pdf
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
 
PPKN KEL 2.pptx
PPKN KEL 2.pptxPPKN KEL 2.pptx
PPKN KEL 2.pptx
 
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
Dinamika pemilihan kepala daerah menurut uu no 22
 
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JNDmelisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
 
Perkembangan pada masa reformasi
Perkembangan pada masa reformasiPerkembangan pada masa reformasi
Perkembangan pada masa reformasi
 
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kotaHubungan hierarki pemerintah provinsi dengan  pemerintah kabupaten/kota
Hubungan hierarki pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 

Mehr von Agus Widiyanto

Filsafat Sejarah menurut Alvin Toffler
Filsafat Sejarah menurut Alvin TofflerFilsafat Sejarah menurut Alvin Toffler
Filsafat Sejarah menurut Alvin TofflerAgus Widiyanto
 
Progresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikanProgresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikanAgus Widiyanto
 
Revolusi mental dalam Perspektif Pancasila
Revolusi mental dalam Perspektif PancasilaRevolusi mental dalam Perspektif Pancasila
Revolusi mental dalam Perspektif PancasilaAgus Widiyanto
 
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat PancasilaMakna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat PancasilaAgus Widiyanto
 
Masyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean Baudrillard
Masyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean BaudrillardMasyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean Baudrillard
Masyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean BaudrillardAgus Widiyanto
 
Filsafat Ketuhanan menurut Sains
Filsafat Ketuhanan menurut SainsFilsafat Ketuhanan menurut Sains
Filsafat Ketuhanan menurut SainsAgus Widiyanto
 
Filsafat Pendidian menurut Pancasila
Filsafat Pendidian menurut PancasilaFilsafat Pendidian menurut Pancasila
Filsafat Pendidian menurut PancasilaAgus Widiyanto
 
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegaraRefleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegaraAgus Widiyanto
 
Filsafat ketuhanan menurut Sains
Filsafat ketuhanan menurut SainsFilsafat ketuhanan menurut Sains
Filsafat ketuhanan menurut SainsAgus Widiyanto
 

Mehr von Agus Widiyanto (10)

Filsafat Sejarah menurut Alvin Toffler
Filsafat Sejarah menurut Alvin TofflerFilsafat Sejarah menurut Alvin Toffler
Filsafat Sejarah menurut Alvin Toffler
 
Progresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikanProgresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikan
 
Revolusi mental dalam Perspektif Pancasila
Revolusi mental dalam Perspektif PancasilaRevolusi mental dalam Perspektif Pancasila
Revolusi mental dalam Perspektif Pancasila
 
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat PancasilaMakna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
 
Masyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean Baudrillard
Masyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean BaudrillardMasyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean Baudrillard
Masyarakat Konsumen dalam Analisa Hyperreality Jean Baudrillard
 
Filsafat Ketuhanan menurut Sains
Filsafat Ketuhanan menurut SainsFilsafat Ketuhanan menurut Sains
Filsafat Ketuhanan menurut Sains
 
Public sphere
Public spherePublic sphere
Public sphere
 
Filsafat Pendidian menurut Pancasila
Filsafat Pendidian menurut PancasilaFilsafat Pendidian menurut Pancasila
Filsafat Pendidian menurut Pancasila
 
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegaraRefleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
 
Filsafat ketuhanan menurut Sains
Filsafat ketuhanan menurut SainsFilsafat ketuhanan menurut Sains
Filsafat ketuhanan menurut Sains
 

PEMILUKADA dalam Perspektif Filosofis

  • 2. PENDAHULUAN Amandeman UUD 1945 membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Pasal 18 ayat 4 UUD 1945 : “Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis”.
  • 3. Perkembangan ketatanegaraan ini terkait dengan nilai- nilai dasar Demokrasi Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Indonesia mengalami transisi demokrasi. Sebuah era yang menentukan perjalanan bangsa ini, untuk tetap bertahan dengan jati diri atau larut dengan globalisasi, Dibalik itu adalah liberalisasi di semua bidang termasuk Tata Negara dan politik dalam negeri. PENDAHULUAN
  • 4. Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Dimaksud : Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten. Wali kota dan wakil wali kota untuk kota.
  • 5. Tugas dan Wewenang Kepala Daerah : 1.Mengajukan rancangan Perda. 2. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD. 3. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama. 4. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah. 5. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  • 6. Memilih kepala daerah tidak lagi menjadi tugas dan wewenang DPRD Pasal 62 Ayat 1 dan Pasal 78 ayat 1 UU N. 22 th. 2003 tentang Susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dijelaskan bahwa DPRD hanya diberi peran minimal yaitu sebatas mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah Pasca reformasi, salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah semakin sentralnya peran kepala daerah dalam penyelengaraan pemerintahan.
  • 7. Sistem PILKADA langsung dibawah UU No. 32 th. 2004 & UU No. 22 th.2007 Lazim digunakan di negara-negara yang menganut sistem federasi atau federal murni, seperti : - Amerika Serikat. - Australia. - Kanada. Di dalam negara federal terdapat 2 macam pemerintahan : 1. Negara Federal. 2. Negara Bagian. Ini contoh konkrit untuk menjelaskan pandangan kebijakan desentralisasi di Indonesia merupakan FEDERAL ARRANGEMENT
  • 8. Khusus Aceh memiliki UU No. 11 Th. 2006 tentang Pemerintahan Aceh sebagai acuan dan pedoman Pilkada. 1) Keberadaan partai politik lokal. 2) Keberadaan calon perseorangan yang dibatasi hanya untuk satu kali Pilkada (ketentuan ini lalu dibatalkan oleh Putusan MK No. Nomor 35/PUU- vIII/2010 yang tidak membatasi keikutsertaan calon perseorangan dalam Pemilukada di Aceh). 3) Persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah (menjalankan syari’at agama-mampu baca Al Qur’an), 4) Mekanisme pembentukan dan komposisi penyelenggara dan pengawas Pilkada, 5) Masa tugas pengawas Pilkada.
  • 9. Sistem PEMILUKADA dalam perspektif filosofis pada dasarnya merupakan proses lanjut dari keinginan kuat untuk memperbaiki kualitas demokrasi di daerah-daerah, memiliki sejumlah unggulan dibanding : UU No. 5 th 1974 : Dengan sistem recruitment politik yang ditawarkan oleh model sentralistik. UU No. 22 th. 1999 :  Demokrasi Perwakilan
  • 10. MANFAAT DAN HARAPAN PILKADA LANGSUNG : I. Membuka ruang partisipasi yang lebih luas. • Dalam proses demokrasi. • Menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal. II. Kompetisi Politik. • Memungkinkan munculnya preferensi kandidat. • Mengeliminasi kompetisi yang tidak fair. III. Aktualisasi hak-hak politik. • Tanpa direduksi oleh elit-elit partai. • Posisi yang setara dalam pengembilan keputusan politik. IV. Mendapat figur pemimpin yang aspiratif & kompeten. • Kepala Daerah lebih berorientasi pada warga. V. Memiliki Legitimasi politik yang kuat. • Akan terbangun perimbangan kekuatan dengan DPRD. • Meminimalisir penyalahgunaan kekuasaan
  • 11. DINAMIKA DAN REGULASI PEMILUKADA A. Sebelum Amandemen UUD 1945
  • 12. D I N A M I K A Berdasarkan UU No. 1 th 1945 PILKADA dilakukan oleh Dewan. Menurut UU N. 22 th 1948 Kepala Daerah dipilih oleh Pemerintah Pusat. Sejak UU No. 1 th 1957 hingga UU No. 5 th. 1974 tidak mengalami perubahan. Ketentuan PILKADA : 1. Kepala Daerah dipilih oleh DPRD. 2. Kepala Daerah tk. I diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 3. Kepala Daerah tk. II diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri dari calon-calon yang diajukan oleh DPRD.
  • 13. R E G U L A S I Pemilihan sistem PILKADA merupakan perjalanan politik panjang yang diwarnai tarik- menarik antara kepentingan : Elit & kehendak publik. Pusat & Daerah. Nasional & Internasional. Ketentuan mengenai Pemerintah daerah, termasuk mekanisme PILKADA : UU No. 1 th. 1945. UU No. 22 th. 1948. UU No. 1 th. 1957. UU No. 18 th. 1965. UU No. 5 th. 1974. UU No. 22 th. 1999.
  • 14. B. Makna PILKADA menurut Pasal 18 UUD 1945. 1. Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 2. Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya. 3. Prinsip kekhususan dan keragaman daerah. 4. Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya. 5. Prinsip mengakui dan menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus & istimewa. 6. Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam pemilu. 7. Prinsip hubungan pusat dan daerah dilaksanakan secara selaras dan adil.
  • 15. C. PILKADA Langsung menurut UU No. 32. th. 2004. 29 September 2004 DPR menyetujui RUU pengganti UU No. 22 th 1999. Salah satu materinya adalah tentang PILKADA langsung. Ketentuan peralihannya akan dilaksanakan mulai Juni 2005. PILKADA sebagai jawaban atas hiruk- pikuk, kegaduhan dan jeleknya proses maupun hasil PILKADA lewat DPRD. PILKADA untuk menegakkan kedaulatan rakyat / menguatkan demokrasi lokal, baik governance & society.
  • 16. ARGUMEN PENTINGNYA PILKADA LANGSUNG Untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas para elit politik lokal, termasuk kepala daerah. Untuk menciptakan stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan lokal. Akan memperkuat dan meningkatkan kualitas seleksi kepemimpinan nasional.
  • 17. D. PILKADA Menurut UU No. 8 th. 2005 Mengubah beberapa ketentuan pada UU No. 32 th. 2004. Misalnya : jumlah pemilih di TPS sebanyak 300 diubah menjadi 600 orang. Ada penyisipan tentang force majeur sehingga tertunda, maka pemilihan tunda diatur melalui Peraturan Pemerintah. Pemerintah juga mengeluarkan PP No. 17 th 2005, yang menyebutkan bahwa KPUD berkewajiban menyampaikan laporan kepada DPRD dan memberikan informasi pada masyarakat.
  • 18. Peran Sentral (Dominasi) Partai politik a. Dominasi PARPOL pada setiap tahapan PILKADA Pross pengajuan calon, membentuk panitia pengawas, sulitnya pengajuan calon perseorangan. b. Recruitment Calon di tingkat PARPOL Sistem seleksi, panitia seleksi, standar penilaian, hak-hak calon perseorangan yang diabaikan. c. Koalisi PARPOL yang tidak permanen PARPOL tidak mempunyai ideologi dan platform politik yang jelas.
  • 19. Tingkat Partisipasi Pemilih yang Rendah dan Legitimasi Kepala daerah Terpilih. Penyebab tingginya warga yg tidak menggunakan hak pilih : 1. Ketidak percayaan pada para kandidat. 2. Kejenuhan terhadap hiruk pikik politik. 3. Kurangnya sosialisasi. Isu-isu calon sangat abstrak, tidak terukur dan tidak spesifik. Isu mendompleng isu nasional. Para kontestan lebih suka menghadirkan vote-getter dari politisi nasional dan artis daripada membangun komitmen dengan rakyat.
  • 20. IMPLIKASI PEMILUKADA 1. Memunculkan Pemerintahan yang terbelah (devided government). 2. Pencapaian Tujuan Otonomi daerah. 3. Akuntabilitas Kepala daerah. 4. Fluktuasi (keseimbangan) hubungan Kepala Daerah dan DPRD. 5. Pendapatan dan Belanja Daerah. 6. Disharmoni Hubungan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Terhadap Jalannya Pemerintah Daerah
  • 21. 1. Penguatan Demokrasi Lokal. 2. Hubungan Kepala Daerah dan Masyarakat: tidak ada pola tunggal. 3. Konflik Sosial dan Konflik Kelembagaan. IMPLIKASI PEMILUKADA PADA PERTUMBUHAN DEMOKRASI DI DAERAH
  • 22. EVALUASI PILKADA LANGSUNG  Catatan Kemendagri 2014 dari 524 kepala daerah yang dihasilkan lewat Pilkada langsung, ternyata 322 pejabat divonis terlibat korupsi .  Hasil penyelidikan dan penyidikan KPK atas skandal korupsi yang melibatkan kepala daerah, perilaku korup yang dilakukan sebagai salah satu cara, untuk mengembalikan anggaran yang dikeluarkan saat mengikuti Pilkada.  Peneliti pada Pusat Penelitian Politik LIPI, penyelenggaraan Pilkada langsung menghasilkan fakta dinamika politik lokal yang cenderung ektrem: Munculnya perseteruan antara pejabat gubernur dan bupati/walikota. Kondisi itu terjadi, karena pejabat bupati/walikota merasa dirinya memiliki privilage politik yang sama dengan gubernur. Rasa itu muncul, karena mereka sama- sama dipilih oleh rakyat secara langsung.
  • 23. EVALUASI PILKADA LANGSUNG Banyak bupati/walikota yang mengabaikan posisi gubernur, bahkan berambisi untuk segera mengakhiri masa jabatan gubernur di wilayahnya. Sebaliknya, banyak gubernur mengeluarkan kebijakan diskriminatif terhadap kabupaten/kota saat pejabat bupati/walikota-nya memiliki sikap politik yang berseberangan. Bentuk diskriminasi yang terjadi, adalah pembagian dana otonomi khusus, seperti di Daerah Istimewa Aceh dan Papua.
  • 24. EVALUASI PILKADA LANGSUNG I. Permasalahan dari kerangka hukum yang masih menyisakan berbagai kesimpangsiuran maupun ketidakjelasan bagi penyelenggara, peserta, maupun pemilih dalam pemaknaannya, yang tak jarang berakibat pada konflik dan gangguan keamanan di lapangan. • Aturan yang ambigu dan multitafsir akhirnya berkontribusi pada rentetan persoalan dalam menyelenggarakan tahapan Pemilukada, • Masalah karut marutnya daftar pemilih, • Kisruh pencalonan, • Kampanye yang tidak terkontrol, • Pemungutan dan penghitungan suara yang bermasalah.
  • 25. II. Masalah sistem pemilihan dan metode pencalonan. • Sistem pencalonan memberikan ruang bagi partai politik, gabungan partai politik, dan calon perseorangan untuk memajukan calon melahirkan begitu banyak kandidat yang lantas diikuti dengan problematika berikut biaya penyelenggaraan yang mahal dan politik biaya tinggi (atau politik uang). • Ruang bagi parpol non-kursi di DPRD untuk mencalon - kan kandidat, sepanjang memperoleh 15% suara sah dalam Pemilu Legislatif terakhir, lebih banyak membawa masalah ketimbang manfaat bagi Pemilukada. • Melahirkan banyaknya dukungan ganda dalam pencalonan, dan maraknya politik transaksional jual beli dukungan. EVALUASI PILKADA LANGSUNG
  • 26. III. Masalah dalam penyelenggaraan tahapan yang diakibatkan oleh ketidaksiapan penyelenggara, kematangan kandidat, maupun akseptabilitas pemilih atas proses penyelenggaraan tahapan yang ada. • Masih ditemui banyak penyelenggara yang tidak profesional dan mumpuni dalam menyelenggarakan Pemilukada (walau harus diakui hal ini juga terjadi karena adanya kontribusi dari kerangka hukum yang bermasalah tersebut). • Penyelenggaraan Pemilukada biasanya tidak bermasalah (atau tidak dipermasalahkan) pada tahapan-tahapan awalnya, sampai kemudian diketahui hasil penghitungan suara. Barulah para kandidat dan masa pendukungnya beraksi melakukan protes dan penolakan yang tidak jarang berakhir pada kerusuhan dan konflik horizontal antar masyarakat. EVALUASI PILKADA LANGSUNG
  • 27. IV. Masalah penegakan hukum dan penanganan pelanggaran. Aturan yang ada belum bisa merespon persoalan riel dan kompleks yang terjadi di lapangan. • Ketentuan hukum acara penanganan pelanggaran Pemilukada diatur secara belum terperinci dalam undang- undang yang ada (dan ujungnya lagi-lagi menyebabkan kebingungan dalam penerapannya di lapangan). • Kapasitas penegak hukum pun banyak menyisakan bahkan menimbulkan masalah baru. Hal ini bisa dipahami karena masih minimnya program untuk peningkatan pemahaman dan kapasitas dalam menangani berbagai pelanggaran Pemilukada. EVALUASI PILKADA LANGSUNG
  • 28. V. Tersebarnya waktu penyelenggaraan • Pemilukada melahirkan kompleksitas dalam pelaksanaannya yang pada akhirnya juga berujung pada pembengkakan dan pemborosan anggaran. • Muncul fakta sampai ada daerah yang mengambil anggaran pendidikan dan kesehatannya untuk memenuhi alokasi anggaran penyelenggaraan Pemilukada. • Pemilih akhirnya bosan dan kehabisan energi karena terus-terusan harus ‘ber-Pemilu ria”. Tak heran jika dari Pemilu Legislatif ke Pemilu Presiden sampai ke Pemilukada grafik partisipasi pemilih terus menurun. EVALUASI PILKADA LANGSUNG
  • 29. EVALUASI PILKADA LANGSUNG Hubungan dengan DPRD mengalami perubahan mendasar dalam konteks perimbangan dan proses legislasi daerah. Diwarnai dengan munculnya pejabat- pejabat lama. Tidak efektif menjadi sarana pergantian kekuasaan DPD RI merekomendasikan : 1. Essensi PILKADA perlu diubah ke arah peningkatan kualitas demokrasi lokal. 2. Masalah regulasi : dilakukan pemisahan antara materi kebijakan pemerintah daerah dan materi kebijakan tentang PILKADA.
  • 30. Lanjut Ke Materi Berikut …..