Trauma dada dapat disebabkan oleh benturan pada dinding dada akibat kecelakaan atau kejatuhan. Ini dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan dan seringkali disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Trauma dada dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti pneumotoraks, hemotoraks, atau fraktur tulang rusuk yang dapat membahayakan jiwa pasien. Penanganan trauma dada meliputi tindakan konservatif
1. A. Konsep penyakit
1.pengertian
-. Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan dan kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor
(80%), terjatuh, pukulan dada dan kecelakaan pada bidang industri.
2. Etiologi
1. Mekanisme kecelakaan
a.
Kecelakaan kendaraan bermotor
b. Tertembak pada daerah dada
c.
Tertusuk pada daerah dada
2. Penyakit yang mendahului
a.
Asma
b. Tuberkulosis
c.
Bronkhitis
d. Pneumonia
3.klasifikasi
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus dan tumpul
a. Trauma tembus (tajam).
-
Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma
-
Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
-
Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
2. b. Trauma tumpul
-
Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
-
Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries.
-
Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru.
-
Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi
4. PATOFISIOLOGI
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak
dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan
paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka
dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.Hipoksia, hiperkarbia,
dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari
tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia (kehilangan
darah),pulmonary ventilation/perfusionmismatch(contohkontusio, hematoma, kolapsalveolus
)dan perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax,
pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi
akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik
disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
Fraktur iga. Merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami trauma,
perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap
dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang tidak efektif
intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia
meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru – paru. Pneumotoraks
diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi
fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru
merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan
normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada
oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di
dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi
terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada
oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan
3. pada perkusi hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis.
Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4
atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau
aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan
dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi
pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak
boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang
mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya,
sampai dipasang chest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi
paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga
dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
A.PENYIMPANGAN KDM
a.
-
Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya perusak
berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi) sesuai dengan hukum Newton II
(Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya
perusak dari trauma tersebut.
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak; penggunaan senjata
dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat
akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar
lubang masuk peluru.
b. Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi pada
tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada
saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera,
dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding
toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.
4. c. Torsio dan rotasi
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi organorgan dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan pengikat/fiksasi, seperti Isthmus
aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organorgan tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau
poros-nya.
d. Blast injury
-
Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan
penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom.
-
Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada;
a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
d. Dyspnea, takipnea
e. Takikardi
f. Tekanan darah menurun.
g. Gelisah dan agitasi
h. Kemungkinan cyanosis.
i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
5. 6. SISTEM YANG MEMPENGARUHI
a.
Sifat jaringan tubuh
Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi sangat
menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya fraktur iga pada
bayi menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila ditemukan fraktur pada orang
dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada orang gemuk
atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara dibanding pria, dsb.
s
Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang menderita kerusakan,
terutama pada trauma tembus. Seperti luka tembus pada daerah pre-kordial.
Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam
memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi.
Perlu diingat adanya efek "ricochet" atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh
manusia. Seperti misalnya : trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah
(lintasan peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ apa yang
terkena sulit diperkirakan
7.MANAJEMEN MEDIK
1. Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
b. Pemasangan alat bantu nafas.
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
6. e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
1) Miring pasien pada daerah yang terkena.
2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
1) Gejala contusio paru
2) Syok atau cedera kepala berat.
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4) Umur diatas 65 tahun.
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.
h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak
mengancam.
i. Oksigen tambahan.
8. KOMPLIKASI
a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding
dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena
yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta
lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
7. c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi
sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan
paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu
sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok.
Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura
maka terjadi tanda – tanda :
1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa
terjadi dypsnea.
2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)
f. Hemopneumothorak
8. Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1 . Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi :
a.Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda
:
adanya
e. Nyeri/ketidaknyamanan
pemasangan
IV
vena
sentral/infuse
tekanan.
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri,
menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
f.Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis,
inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan
sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak
ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat,
sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ;
penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsyparu.
B. Pemeriksaan Fisik
9. 1.
Sistem Pernapasan :
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
Terdapat retraksi klavikula/dada.
Pengambangan paru tidak simetris.
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)
Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun /normal.
Hipotensi.
.
Tidak ada kelainan.
.
Sistem Persyarafan :
Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan.
. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
Kemampuan sendi terbatas.
Ada luka bekas tusukan benda tajam.
Terdapat kelemahan.
Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme.
Kelemahan.
Sistem Sosial / Interaksi.
Tidak ada hambatan.
10.
Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Pemeriksaan Diagnostik :
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
PemeriksaanPenunjang
1) Radiologi : foto thorax (AP).
2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4) Hemoglobin : mungkin menurun.
5) Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6) Pa O2 normal / menurun.
7) Saturasi O2 menurun (biasanya).
8) Toraksentesis : menyatakan darah
9) Diagnosis fisik :
Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.
Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan
WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.
Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan
thorakotomi
Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera
thorakotomi.
ANALISA DATA
a.perubahan rasa nyaman [nyeri] Bd paska oprasi ditandai dengan
DS:klien menyaratan nyeri
DO:klien mengerang kesakitan dan bedrest
11. b.gangguan pola nafas Bd penekanan pada thoraks ditandai dengan
DS:klien mengatakan sesak nafas
DO:RR 32x/menit dyispnea
c.penurunan kesadaran Bd perdarahan yang banyak ditandai
DS:klien tidak sadar perdarahan yang terus menerus
DO:klien tampak pucat TD>N
2 . Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun
potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat
ditanggulangi atau dikurangi
Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen ke jaringan
Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidakmaksimal
karena trauma, hipoventilasi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret
dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme
otot sekunder.
Resiko terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan
untuk ambulasi dengan alat eksternal.
Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap trauma
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang
penyakit, Tindakan invasive ditandai dengan anxietas
3. INTERVENSI
12. .Intervensi
N Diagn
Tujuan dan kriteria hasil
o osa
Intervensi
Rasional
1
Dx
Setelah diberikan asuhan
-Kaji faktor
-Deteksi dini untuk
1
keperawatan selama(…x..) jam
penyebab dari
memprioritaskan
diharapkandapatmempertahankanpe
situasi/keadaan
intervensi, mengkaji
rfusijaringandengan KH :
individu/penyebab
status
a.Tanda-tanda vital
penurunan perfusi
neurologi/tanda-
jaringan
tanda kegagalan
dalam batas normal
b.Kesadaran
meningkat
untuk menentukan
-Monitor GCS dan
perawatan
mencatatnya
kegawatan atau
-Monitor keadaan
tindakan
c.menunjukkan
umum pasien
pembedahan
perfusi adekuat
-Berikan oksigen
- Menganalisa
tambahan sesuai
tingkat kesadaran
indikasi
-Kolaborasi
- Memberikan
informasi tentang
pengawasan hasil
derajat/keadekuatan
pemeriksaan
perfusi jaringan dan
laboraturium.
membantu
Berikan sel darah
menentukan keb.
merah
intervensi.
lengkap/packed
produk darah
sesuai indikasi
- Memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan
-Mengidentifikasi
defisiensi dan
13. kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi
2
Dx 2
Setelah diberikan asuhan
-Berikan posisi
-Meningkatkan
keperawatan selama(…x…) jam
yang nyaman,
inspirasi maksimal,
diharapkan
biasanya dengan
meningkatkan
dapatmempertahanjalannafaspasien
peninggian kepala
ekspansi paru dan
dengan KH :
tempat tidur. Balik
ventilasi pada sisi
a.Mengalami
ke sisi yang sakit.
yang tidak sakit.
perbaikan
Dorong klien untuk
duduk sebanyak
pertukaran gas-gas
mungkin.
pada paru.
-Observasi fungsi
b.Memperlihatkan
pernapasan, catat
frekuensi
frekuensi
pernapasan yang
pernapasan,
dispnea atau
perubahan tanda-
efektive.
c.Adaptive mengatasi
tanda vital.
- Distress
pernapasan dan
perubahan pada
tanda vital dapat
terjadi sebgai akibat
stress fisiologi dan
nyeri atau dapat
penyebab.
menunjukkan
klien bahwa
terjadinya syock
tindakan tersebut
faktor-faktor
-Jelaskan pada
sehubungan dengan
dilakukan untuk
hipoksia.
menjamin
-Pengetahuan apa
keamanan.
yang diharapkan
-Pertahankan
perilaku tenang,
bantu pasien untuk
kontrol diri dnegan
menggunakan
pernapasan lebih
dapat mengurangi
ansietas dan
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik.
14. lambat dan dalam.
-Perhatikan alat
bullow drainase
berfungsi baik, cek
setiap 1 – 2 jam
-Membantu klien
mengalami efek
fisiologi hipoksia,
yang dapat
dimanifestasikan
sebagai
ketakutan/ansietas.
-Mempertahankan
tekanannegatif
intrapleural sesuai
yang diberikan,
yang meningkatkan
ekspansi paru
optimum/drainase
cairan
3
Dx 3
Setelah diberikan asuhan
-Jelaskan klien
-Pengetahuan yang
keperawatan selama (…x…) jam
tentang kegunaan
diharapkan akan
diharapkanjalannafaspasien normal
batuk yang efektif
membantu
dengan KH :
dan mengapa
mengembangkan
a.Menunjukkan batuk
terdapat
kepatuhan klien
yang efektif.
penumpukan sekret terhadap rencana
di saluran
teraupetik
b.Tidak ada lagi
Pernapasan
penumpukan sekret di
-Ajarkan klien
terkontrol adalah
tentang metode
melelahkan dan
yang tepat
tidak efektif,
pengontrolan
menyebabkan
batuk.
frustasi
-Auskultasi paru
-Pengkajian ini
sebelum dan
membantu
sesudah klien
mengevaluasi
batuk.
keefektifan upaya
sal. Pernapasan
c.Klien tampak
nyaman.
- Dorong atau
-Batuk yang tidak
batuk klien
15. berikanperawatan
- Hiegene mulut
mulut yang baik
yang baik
setelah batuk
meningkatkan rasa
-Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain
Pemberian
antibiotika atau
expectorant
kesejahteraan dan
mencegah bau
mulut.
-Expextorant untuk
memudahkan
mengeluarkan lendir
dan mengevaluasi
perbaikan kondisi
klien atas
pengembangan
parunya
4
Dx 4 Setelah diberikan asuhan
-Jelaskan dan
-Pendekatan dengan
keperawatan selama (..x..) jam
bantu klien dnegan
menggunakan
diharapkannyeriberkurangdengan
tindakan pereda
relaksasi dan
KH :
nyeri
nonfarmakologi
a.Nyeri berkurang/
nonfarmakologi
lainnya telah
dan non invasive
menunjukkan
dapat diatasi
b.Dapat
mengindentifikasi
-Berikan
kesempatan waktu
keefektifan dalam
mengurangi nyeri
meningkatkan/
menurunkan nyeri
-Istirahat akan
nyeri dan berikan
merelaksasi semua
posisi yang
aktivitas yang
istirahat bila terasa
jaringan sehingga
nyaman ; misal
akan meningkatkan
waktu tidur,
kenyamanan.
belakangnya
c.Pasien tidak gelisah.
dipasang bantal
-Pengetahuan yang
akan dirasakan
16. kecil
-Tingkatkan
pengetahuan
tentang : sebabsebab nyeri, dan
menghubungkan
berapa lama nyeri
akan berlangsung
membantu
mengurangi
nyerinya. Dan dapat
membantu
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik
-Analgetik memblok
-Kolaborasi
lintasan nyeri,
denmgan dokter,
sehingga nyeri akan
pemberian
berkurang
analgetik
-Pengkajian yang
-Observasi tingkat
nyeri, dan respon
perawat data yang
menit setelah
obyektif untuk
pemberian obat
mencegah
analgetik untuk
kemungkinan
mengkaji
komplikasi dan
efektivitasnya.
melakukan
Serta setiap 1 - 2
intervensi yang
jam setelah
Dx 5
memberikan
motorik klien, 30
5
optimal akan
tepat.
tindakan perawatan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama (..x..) jam
diharapkan klien tidak mengalami
syok hipovolemik dengan KH :
selama 1 - 2 hari
-Untuk memonitor
kondisi pasien
-Monitor keadaan
selama perawatan
umum pasien
terutama saat terjadi
-Tanda Vital dalam batas normal
-Observasi vital
(N: 120-60 x/menit, S : 36-37o C,
sign setiap 3 jam
RR : 20x/menit)
atau lebih
perdarahan. Perawat
segera mengetahui
tanda-tanda presyok
/ syok
-Jelaskan pada
-Perawat perlu terus
17. pasien dan
mengobaservasi
keluarga tanda
vital sign untuk
perdarahan, dan
memastikan tidak
segera laporkan
terjadi presyok /
jika terjadi
syok
perdarahan
-Dengan melibatkan
-Kolaborasi :
pasien dan keluarga
Pemberian cairan
maka tanda-tanda
intravena
perdarahan dapat
- Kolaborasi :
pemeriksaan : HB,
PCV, trombosit
segera diketahui dan
tindakan yang cepat
dan tepat dapat
segera diberikan.
- Kaji kulit dan
identifikasi pada
-Cairan intravena
tahap
perkembangan luka diperlukan untuk
-Kaji lokasi,
ukuran, warna,
Dx 6
bau, serta jumlah
6
mengatasi
kehilangan cairan
tubuh secara hebat
dan tipe cairan luka -Untuk mengetahui
Setelah diberikan asuhan
- Pantau
keperawatan selama (..x..) jam
peningkatan suhu
diharapkan dapat mencapai
tubuh
penyembuhan luka pada waktu yang
sesuaidengan KH :
a.tidak ada tanda-tanda infeksi
seperti pus
tingkat kebocoran
pembuluh darah
yang dialami pasien
dan untuk acuan
-Berikan perawatan melakukan tindakan
luka dengan tehnik lebih lanjut.
aseptik. Balut luka
dengan kasa kering
b.luka bersih tidak lembab dan tidak
dan steril, gunakan
kotor
plester kertas
-mengetahui
sejauhmanaperkemb
angan luka
mempermudah
c.Tanda-tanda vital dalam batas
-Kolaborasi
dalammelakukan
normal atau dapat ditoleransi.
tindakan lanjutan
tindakan yang tepat
18. sepertimelakukand
-mengidentifikasi
ebridement
tingkat keparahan
-Kaji kebutuhan
akan pelayanan
kesehatan dan
kebutuhan akan
peralatan
-Tentukan tingkat
motivasi pasien
dalam melakukan
Dx 7
aktivitas
7
-Ajarkan dan
luka akan
mempermudah
intervensi
-suhu tubuh yang
meningkat dapat
diidentifikasikan
sebagai adanya
proses peradangan
-tehnik aseptik
pantau pasien
membantu
Setelah diberikan asuhan
dalam
mempercepat
keperawatan selama (..x..) jam
halpenggunaan alat
penyembuhan luka
diharapkan pasien akan
bantu
dan mencegah
menunjukkan tingkat mobilitas
optimaldengan KH :
-Ajarkan dan
dukung pasien
a.penampilan yang seimbang
b.melakukan pergerakkan dan
perpindahan
c.mempertahankan mobilitas
optimal yang dapat di toleransi
dalam latihan
ROM aktif dan
pasif
terjadinya
infeksi
-agar benda asing
atau jaringan yang
terinfeksi tidak
-Kolaborasi dengan menyebar luas pada
ahli terapi fisik
area kulit normal
atau okupasi
lainnya.
-Pantau tandatanda vital
-Lakukan
perawatan luka
dengan teknik
-mengidentifikasi
masalah,
memudahkan
intervensi
-mempengaruhi
penilaian terhadap
19. aseptic
-Lakukan
Dx 8
kemampuan
aktivitas apakah
perawatan terhadap karena
8
prosedur invasif
ketidakmampuan
Setelah diberikan asuhan
seperti infuse
ataukah
keperawatan selama (..x..) jam
atupun
ketidakmauan
diharapkaninfeksi tidak terjadi /
Bullowdraignase
terkontroldengan KH :
-Kolaborasi untuk
a.tidak ada tanda-tanda infeksi
pemberian
seperti pus
antibiotic
c.Tanda-tanda vital dalam batas
normal atau dapat ditoleransi.
kemampuan
aktivitas
optimal
b.luka bersih tidak lembab dan tidak
kotor
-menilai batasan
-Observasi keadaan
Luka
-Menjelaskan
kepada pasien
-mempertahankan
/meningkatkan
kekuatan
dan ketahanan otot
tentang penyakit
yang di derita
Setelah diberikan asuhan
Dx 9
keperawatan selama (..x..) jam
diharapkananxietas tidak
9
terjadidenganKH :
-sebagai suaatu
sumber untuk
-Kaji tingkat
pengetahuan klien
dan keluarga
tentang
penyakitnya
mengembangkanper
encanaan dan
mempertahankan/m
eningkatkan
mobilitas pasien
-Minta klien /
-Pasien dapat mengungkapkan
keluarga
pemahamannya tentang penyakit,
mengulangi
prognosis dan pengobatannya
kembali tentang
materi yang telah
diberikan
-Diskusikan
pentingnya melihat
-mengidentifikasi
tanda-tanda
peradangan terutama
bila suhu tubuh
meningkat
-mengendalikan
penyebaran
mikroorganisme
20. ulang mengenai
pengobatan secara
teratur
-Berikan dorongan
untuk melakukan
kunjungan tindak
lanjut dengan
dokter.
patogen
-untuk mengurangi
risiko infeksi
nosokomial
-antibiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganisme
pathogen
-untuk mencegah
infeksi yang
berkelanjutan
-memberikan
pengetahuan pasien
yang dapat memilih
berdasarkan
informasi
-mengetahui
seberapa jauh
pengalaman klien
dan keluarga tentang
penyakitnya
-mengetahui
seberapa jauh
pemahaman klien
dan keluarga serta
menilai keberhasilan
dari tindakan yang
dilakukan
21. -untuk memudahkan
pengendalian
terhadap
kondisi kronis dan
pencegahan
terhadap
komplikasi
-agar pasien
mengetahui
perkembangan
penyakitnya.
4.IMPLEMENTASI
Dx 1
1.
Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab penurunan perfusi jaringan
2.
Memonitor GCS dan mencatatnya
3.
Memonitor keadaan umum pasien
4.
Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi
5.
Mengkolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi
Dx 2
1.
Memberikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik
ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
2.
Mengobservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
3.
Menjelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
4.
Menjelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paruparu.
22. 5.
Membantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan
dalam
6.
Memperhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam
Dx 3
1.
Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif
2.
Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk
3.
Mengajarkan Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk
4.
Memberikan perawatan mulut yang baik setelah batuk
5.
Memberikan antibiotika atau expectorant
Dx 4
1.
Membantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive
2.
Memerikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberikan posisi yang
nyaman
3.
Meningkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama
nyeri akan berlangsung
4.
Berkolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
5.
Mengobservasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya
Dx 5
1.
Memonitor keadaan umum pasien
2.
Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
3.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
4.
Berkolaborasi : Pemberian cairan intravena
5.
Berkolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Dx 6
1.
Mengkaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka
2.
Mengkaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
3.
Memantau peningkatan suhu tubuh
4.
Memberikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester kertas
23. 5.
Berkolaborasitindakansepertimelakukan debridement
Dx 7
1.
Mengkaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan
2.
Menentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas
3.
Mengajarkan pasien dalam hal penggunaan alat bantu
4.
Mengajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif
5.
Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi
Dx 8
1.
Memantau tanda-tanda vital
2.
Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
3.
Melakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse atupun Bullow draignase
4.
Berkolaborasi untuk pemberian antibiotic
5.
Mengobservasi keadaan Luka
Dx 9
1.
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang di derita.
2.
Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
3.
Meminta klien / keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
Mendiskusikan pentingnya melihat ulang mengenai pengobatan secara
teratur
4.
Berikan dorongan untuk melakukan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
24. Tugas : KMB I
Dosen : Saad Abdulah.S.Kep.M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
TRAUMA DADA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1.HARIATI
2.ASLIA
3.NURUL HUSNA
4.WA SUFIAH
5.SUDARTO SAHIDI
6.RAHAYU
7.LA ODE HALAMI
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB MUNA
2012/2013