SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 25
A. Konsep penyakit

1.pengertian
-. Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan dan kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor
(80%), terjatuh, pukulan dada dan kecelakaan pada bidang industri.
2. Etiologi

1. Mekanisme kecelakaan
a.

Kecelakaan kendaraan bermotor

b. Tertembak pada daerah dada
c.

Tertusuk pada daerah dada

2. Penyakit yang mendahului
a.

Asma

b. Tuberkulosis
c.

Bronkhitis

d. Pneumonia

3.klasifikasi
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus dan tumpul
a. Trauma tembus (tajam).
-

Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma

-

Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru

-

Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
b. Trauma tumpul
-

Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.

-

Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries.

-

Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru.

-

Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi

4. PATOFISIOLOGI
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak
dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan
paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka
dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.Hipoksia, hiperkarbia,
dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari
tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia (kehilangan
darah),pulmonary ventilation/perfusionmismatch(contohkontusio, hematoma, kolapsalveolus
)dan perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax,
pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi
akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik
disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
Fraktur iga. Merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami trauma,
perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap
dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang tidak efektif
intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia
meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru – paru. Pneumotoraks
diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi
fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru
merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan
normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada
oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di
dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi
terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada
oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan
pada perkusi hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis.
Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4
atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau
aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan
dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi
pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak
boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang
mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya,
sampai dipasang chest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi
paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga
dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.

A.PENYIMPANGAN KDM
a.
-

Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya perusak
berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi) sesuai dengan hukum Newton II
(Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya
perusak dari trauma tersebut.
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak; penggunaan senjata
dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat
akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar
lubang masuk peluru.

b. Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi pada
tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada
saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera,
dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding
toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.
c. Torsio dan rotasi
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi organorgan dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan pengikat/fiksasi, seperti Isthmus
aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organorgan tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau
poros-nya.

d. Blast injury
-

Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan
penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom.

-

Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.

5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada;
a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
d. Dyspnea, takipnea
e. Takikardi
f. Tekanan darah menurun.
g. Gelisah dan agitasi
h. Kemungkinan cyanosis.
i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
6. SISTEM YANG MEMPENGARUHI

a.

Sifat jaringan tubuh

Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi sangat
menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya fraktur iga pada
bayi menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila ditemukan fraktur pada orang
dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada orang gemuk
atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara dibanding pria, dsb.

s
Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang menderita kerusakan,
terutama pada trauma tembus. Seperti luka tembus pada daerah pre-kordial.
Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam
memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi.
Perlu diingat adanya efek "ricochet" atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh
manusia. Seperti misalnya : trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah
(lintasan peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ apa yang
terkena sulit diperkirakan

7.MANAJEMEN MEDIK
1. Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy

2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
b. Pemasangan alat bantu nafas.
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
1) Miring pasien pada daerah yang terkena.
2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
1) Gejala contusio paru
2) Syok atau cedera kepala berat.
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4) Umur diatas 65 tahun.
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.
h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak
mengancam.
i. Oksigen tambahan.

8. KOMPLIKASI

a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding
dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.

b. Cedera Vaskuler

Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena
yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta
lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak

Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi
sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan
paru sisi lain.

d. Pleura Effusion

Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu
sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok.
Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.

Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura
maka terjadi tanda – tanda :

1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa
terjadi dypsnea.
2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).

e. Plail Chest

Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)

f. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1 . Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi :
a.Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda
:
adanya
e. Nyeri/ketidaknyamanan

pemasangan

IV

vena

sentral/infuse

tekanan.

Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri,
menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
f.Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis,
inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan
sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak
ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat,
sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ;
penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.

g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsyparu.
B. Pemeriksaan Fisik
1.











Sistem Pernapasan :
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
Terdapat retraksi klavikula/dada.
Pengambangan paru tidak simetris.
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)
Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
Sistem Kardiovaskuler :






Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun /normal.
Hipotensi.
.



Tidak ada kelainan.
.



Sistem Persyarafan :

Sistem Perkemihan.

Tidak ada kelainan.
. Sistem Pencernaan :



Tidak ada kelainan.
. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.



Kemampuan sendi terbatas.



Ada luka bekas tusukan benda tajam.



Terdapat kelemahan.



Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.



Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme.



Kelemahan.
Sistem Sosial / Interaksi.



Tidak ada hambatan.


Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Pemeriksaan Diagnostik :




Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.



Pa O2 normal / menurun.



Saturasi O2 menurun (biasanya).



Hb mungkin menurun (kehilangan darah).



Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

PemeriksaanPenunjang
1) Radiologi : foto thorax (AP).
2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4) Hemoglobin : mungkin menurun.
5) Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6) Pa O2 normal / menurun.
7) Saturasi O2 menurun (biasanya).
8) Toraksentesis : menyatakan darah
9) Diagnosis fisik :
 Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.
 Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan
WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.
 Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan
thorakotomi
 Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera
thorakotomi.
ANALISA DATA
a.perubahan rasa nyaman [nyeri] Bd paska oprasi ditandai dengan
DS:klien menyaratan nyeri
DO:klien mengerang kesakitan dan bedrest
b.gangguan pola nafas Bd penekanan pada thoraks ditandai dengan
DS:klien mengatakan sesak nafas
DO:RR 32x/menit dyispnea
c.penurunan kesadaran Bd perdarahan yang banyak ditandai
DS:klien tidak sadar perdarahan yang terus menerus
DO:klien tampak pucat TD>N

2 . Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun
potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat
ditanggulangi atau dikurangi


Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen ke jaringan



Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidakmaksimal
karena trauma, hipoventilasi



Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret
dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.



Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme
otot sekunder.



Resiko terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler



Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage.



Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan
untuk ambulasi dengan alat eksternal.



Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap trauma



Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang
penyakit, Tindakan invasive ditandai dengan anxietas

3. INTERVENSI
.Intervensi

N Diagn
Tujuan dan kriteria hasil
o osa

Intervensi

Rasional

1

Dx

Setelah diberikan asuhan

-Kaji faktor

-Deteksi dini untuk

1

keperawatan selama(…x..) jam

penyebab dari

memprioritaskan

diharapkandapatmempertahankanpe

situasi/keadaan

intervensi, mengkaji

rfusijaringandengan KH :

individu/penyebab

status

a.Tanda-tanda vital

penurunan perfusi

neurologi/tanda-

jaringan

tanda kegagalan

dalam batas normal
b.Kesadaran
meningkat

untuk menentukan

-Monitor GCS dan

perawatan

mencatatnya

kegawatan atau

-Monitor keadaan

tindakan

c.menunjukkan

umum pasien

pembedahan

perfusi adekuat

-Berikan oksigen

- Menganalisa

tambahan sesuai

tingkat kesadaran

indikasi
-Kolaborasi

- Memberikan
informasi tentang

pengawasan hasil

derajat/keadekuatan

pemeriksaan

perfusi jaringan dan

laboraturium.

membantu

Berikan sel darah

menentukan keb.

merah

intervensi.

lengkap/packed
produk darah
sesuai indikasi

- Memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan

-Mengidentifikasi
defisiensi dan
kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi
2

Dx 2

Setelah diberikan asuhan

-Berikan posisi

-Meningkatkan

keperawatan selama(…x…) jam

yang nyaman,

inspirasi maksimal,

diharapkan

biasanya dengan

meningkatkan

dapatmempertahanjalannafaspasien

peninggian kepala

ekspansi paru dan

dengan KH :

tempat tidur. Balik

ventilasi pada sisi

a.Mengalami

ke sisi yang sakit.

yang tidak sakit.

perbaikan

Dorong klien untuk
duduk sebanyak

pertukaran gas-gas

mungkin.

pada paru.

-Observasi fungsi

b.Memperlihatkan

pernapasan, catat
frekuensi

frekuensi
pernapasan yang

pernapasan,
dispnea atau
perubahan tanda-

efektive.
c.Adaptive mengatasi

tanda vital.

- Distress
pernapasan dan
perubahan pada
tanda vital dapat
terjadi sebgai akibat
stress fisiologi dan
nyeri atau dapat

penyebab.

menunjukkan

klien bahwa

terjadinya syock

tindakan tersebut

faktor-faktor

-Jelaskan pada

sehubungan dengan

dilakukan untuk

hipoksia.

menjamin

-Pengetahuan apa

keamanan.

yang diharapkan

-Pertahankan
perilaku tenang,
bantu pasien untuk
kontrol diri dnegan
menggunakan
pernapasan lebih

dapat mengurangi
ansietas dan
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik.
lambat dan dalam.
-Perhatikan alat
bullow drainase
berfungsi baik, cek
setiap 1 – 2 jam

-Membantu klien
mengalami efek
fisiologi hipoksia,
yang dapat
dimanifestasikan
sebagai
ketakutan/ansietas.
-Mempertahankan
tekanannegatif
intrapleural sesuai
yang diberikan,
yang meningkatkan
ekspansi paru
optimum/drainase
cairan

3

Dx 3

Setelah diberikan asuhan

-Jelaskan klien

-Pengetahuan yang

keperawatan selama (…x…) jam

tentang kegunaan

diharapkan akan

diharapkanjalannafaspasien normal

batuk yang efektif

membantu

dengan KH :

dan mengapa

mengembangkan

a.Menunjukkan batuk

terdapat

kepatuhan klien

yang efektif.

penumpukan sekret terhadap rencana
di saluran

teraupetik

b.Tidak ada lagi

Pernapasan

penumpukan sekret di

-Ajarkan klien

terkontrol adalah

tentang metode

melelahkan dan

yang tepat

tidak efektif,

pengontrolan

menyebabkan

batuk.

frustasi

-Auskultasi paru

-Pengkajian ini

sebelum dan

membantu

sesudah klien

mengevaluasi

batuk.

keefektifan upaya

sal. Pernapasan
c.Klien tampak
nyaman.

- Dorong atau

-Batuk yang tidak

batuk klien
berikanperawatan

- Hiegene mulut

mulut yang baik

yang baik

setelah batuk

meningkatkan rasa

-Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain
Pemberian
antibiotika atau
expectorant

kesejahteraan dan
mencegah bau
mulut.
-Expextorant untuk
memudahkan
mengeluarkan lendir
dan mengevaluasi
perbaikan kondisi
klien atas
pengembangan
parunya

4

Dx 4 Setelah diberikan asuhan

-Jelaskan dan

-Pendekatan dengan

keperawatan selama (..x..) jam

bantu klien dnegan

menggunakan

diharapkannyeriberkurangdengan

tindakan pereda

relaksasi dan

KH :

nyeri

nonfarmakologi

a.Nyeri berkurang/

nonfarmakologi

lainnya telah

dan non invasive

menunjukkan

dapat diatasi
b.Dapat
mengindentifikasi

-Berikan
kesempatan waktu

keefektifan dalam
mengurangi nyeri

meningkatkan/
menurunkan nyeri

-Istirahat akan

nyeri dan berikan

merelaksasi semua

posisi yang

aktivitas yang

istirahat bila terasa

jaringan sehingga

nyaman ; misal

akan meningkatkan

waktu tidur,

kenyamanan.

belakangnya
c.Pasien tidak gelisah.

dipasang bantal

-Pengetahuan yang
akan dirasakan
kecil
-Tingkatkan
pengetahuan
tentang : sebabsebab nyeri, dan
menghubungkan
berapa lama nyeri
akan berlangsung

membantu
mengurangi
nyerinya. Dan dapat
membantu
mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
teraupetik
-Analgetik memblok

-Kolaborasi

lintasan nyeri,

denmgan dokter,

sehingga nyeri akan

pemberian

berkurang

analgetik

-Pengkajian yang

-Observasi tingkat
nyeri, dan respon

perawat data yang

menit setelah

obyektif untuk

pemberian obat

mencegah

analgetik untuk

kemungkinan

mengkaji

komplikasi dan

efektivitasnya.

melakukan

Serta setiap 1 - 2

intervensi yang

jam setelah

Dx 5

memberikan

motorik klien, 30

5

optimal akan

tepat.

tindakan perawatan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama (..x..) jam
diharapkan klien tidak mengalami
syok hipovolemik dengan KH :

selama 1 - 2 hari

-Untuk memonitor
kondisi pasien

-Monitor keadaan

selama perawatan

umum pasien

terutama saat terjadi

-Tanda Vital dalam batas normal

-Observasi vital

(N: 120-60 x/menit, S : 36-37o C,

sign setiap 3 jam

RR : 20x/menit)

atau lebih

perdarahan. Perawat
segera mengetahui
tanda-tanda presyok
/ syok

-Jelaskan pada
-Perawat perlu terus
pasien dan

mengobaservasi

keluarga tanda

vital sign untuk

perdarahan, dan

memastikan tidak

segera laporkan

terjadi presyok /

jika terjadi

syok

perdarahan

-Dengan melibatkan

-Kolaborasi :

pasien dan keluarga

Pemberian cairan

maka tanda-tanda

intravena

perdarahan dapat

- Kolaborasi :
pemeriksaan : HB,
PCV, trombosit

segera diketahui dan
tindakan yang cepat
dan tepat dapat

segera diberikan.
- Kaji kulit dan
identifikasi pada
-Cairan intravena
tahap
perkembangan luka diperlukan untuk
-Kaji lokasi,
ukuran, warna,

Dx 6

bau, serta jumlah

6

mengatasi
kehilangan cairan
tubuh secara hebat

dan tipe cairan luka -Untuk mengetahui
Setelah diberikan asuhan

- Pantau

keperawatan selama (..x..) jam

peningkatan suhu

diharapkan dapat mencapai

tubuh

penyembuhan luka pada waktu yang
sesuaidengan KH :
a.tidak ada tanda-tanda infeksi
seperti pus

tingkat kebocoran
pembuluh darah
yang dialami pasien
dan untuk acuan

-Berikan perawatan melakukan tindakan
luka dengan tehnik lebih lanjut.
aseptik. Balut luka
dengan kasa kering

b.luka bersih tidak lembab dan tidak

dan steril, gunakan

kotor

plester kertas

-mengetahui
sejauhmanaperkemb
angan luka
mempermudah

c.Tanda-tanda vital dalam batas

-Kolaborasi

dalammelakukan

normal atau dapat ditoleransi.

tindakan lanjutan

tindakan yang tepat
sepertimelakukand

-mengidentifikasi

ebridement

tingkat keparahan

-Kaji kebutuhan
akan pelayanan
kesehatan dan
kebutuhan akan
peralatan
-Tentukan tingkat
motivasi pasien
dalam melakukan

Dx 7

aktivitas
7
-Ajarkan dan

luka akan
mempermudah
intervensi
-suhu tubuh yang
meningkat dapat
diidentifikasikan
sebagai adanya
proses peradangan
-tehnik aseptik

pantau pasien

membantu

Setelah diberikan asuhan

dalam

mempercepat

keperawatan selama (..x..) jam

halpenggunaan alat

penyembuhan luka

diharapkan pasien akan

bantu

dan mencegah

menunjukkan tingkat mobilitas
optimaldengan KH :

-Ajarkan dan
dukung pasien

a.penampilan yang seimbang
b.melakukan pergerakkan dan
perpindahan
c.mempertahankan mobilitas
optimal yang dapat di toleransi

dalam latihan
ROM aktif dan
pasif

terjadinya
infeksi
-agar benda asing
atau jaringan yang
terinfeksi tidak

-Kolaborasi dengan menyebar luas pada
ahli terapi fisik

area kulit normal

atau okupasi

lainnya.

-Pantau tandatanda vital
-Lakukan
perawatan luka
dengan teknik

-mengidentifikasi
masalah,
memudahkan
intervensi
-mempengaruhi
penilaian terhadap
aseptic
-Lakukan

Dx 8

kemampuan
aktivitas apakah

perawatan terhadap karena

8

prosedur invasif

ketidakmampuan

Setelah diberikan asuhan

seperti infuse

ataukah

keperawatan selama (..x..) jam

atupun

ketidakmauan

diharapkaninfeksi tidak terjadi /

Bullowdraignase

terkontroldengan KH :

-Kolaborasi untuk

a.tidak ada tanda-tanda infeksi

pemberian

seperti pus

antibiotic

c.Tanda-tanda vital dalam batas
normal atau dapat ditoleransi.

kemampuan
aktivitas
optimal

b.luka bersih tidak lembab dan tidak
kotor

-menilai batasan

-Observasi keadaan
Luka
-Menjelaskan
kepada pasien

-mempertahankan
/meningkatkan
kekuatan
dan ketahanan otot

tentang penyakit
yang di derita

Setelah diberikan asuhan
Dx 9

keperawatan selama (..x..) jam
diharapkananxietas tidak

9

terjadidenganKH :

-sebagai suaatu
sumber untuk

-Kaji tingkat
pengetahuan klien
dan keluarga
tentang
penyakitnya

mengembangkanper
encanaan dan
mempertahankan/m
eningkatkan
mobilitas pasien

-Minta klien /

-Pasien dapat mengungkapkan

keluarga

pemahamannya tentang penyakit,

mengulangi

prognosis dan pengobatannya

kembali tentang
materi yang telah
diberikan
-Diskusikan
pentingnya melihat

-mengidentifikasi
tanda-tanda
peradangan terutama
bila suhu tubuh
meningkat
-mengendalikan
penyebaran
mikroorganisme
ulang mengenai
pengobatan secara
teratur
-Berikan dorongan
untuk melakukan
kunjungan tindak
lanjut dengan
dokter.

patogen
-untuk mengurangi
risiko infeksi
nosokomial
-antibiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganisme
pathogen
-untuk mencegah
infeksi yang
berkelanjutan
-memberikan
pengetahuan pasien
yang dapat memilih
berdasarkan
informasi
-mengetahui
seberapa jauh
pengalaman klien
dan keluarga tentang
penyakitnya
-mengetahui
seberapa jauh
pemahaman klien
dan keluarga serta
menilai keberhasilan
dari tindakan yang
dilakukan
-untuk memudahkan
pengendalian
terhadap
kondisi kronis dan
pencegahan
terhadap
komplikasi
-agar pasien
mengetahui
perkembangan
penyakitnya.

4.IMPLEMENTASI
Dx 1
1.

Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab penurunan perfusi jaringan

2.

Memonitor GCS dan mencatatnya

3.

Memonitor keadaan umum pasien

4.

Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi

5.

Mengkolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi
Dx 2

1.

Memberikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik
ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

2.

Mengobservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.

3.

Menjelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

4.

Menjelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paruparu.
5.

Membantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan
dalam

6.

Memperhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam
Dx 3

1.

Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif

2.

Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk

3.

Mengajarkan Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk

4.

Memberikan perawatan mulut yang baik setelah batuk

5.

Memberikan antibiotika atau expectorant

Dx 4
1.

Membantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive

2.

Memerikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberikan posisi yang
nyaman

3.

Meningkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama
nyeri akan berlangsung

4.

Berkolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik

5.

Mengobservasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya
Dx 5

1.

Memonitor keadaan umum pasien

2.

Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

3.

Menjelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan

4.

Berkolaborasi : Pemberian cairan intravena

5.

Berkolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit

Dx 6
1.

Mengkaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka

2.

Mengkaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka

3.

Memantau peningkatan suhu tubuh

4.

Memberikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester kertas
5.

Berkolaborasitindakansepertimelakukan debridement
Dx 7

1.

Mengkaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan

2.

Menentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas

3.

Mengajarkan pasien dalam hal penggunaan alat bantu

4.

Mengajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif

5.

Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi
Dx 8

1.

Memantau tanda-tanda vital

2.

Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptic

3.

Melakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse atupun Bullow draignase

4.

Berkolaborasi untuk pemberian antibiotic

5.

Mengobservasi keadaan Luka
Dx 9

1.

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang di derita.

2.

Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

3.

Meminta klien / keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
Mendiskusikan pentingnya melihat ulang mengenai pengobatan secara
teratur

4.

Berikan dorongan untuk melakukan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
Tugas : KMB I
Dosen : Saad Abdulah.S.Kep.M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
TRAUMA DADA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1.HARIATI
2.ASLIA
3.NURUL HUSNA
4.WA SUFIAH
5.SUDARTO SAHIDI
6.RAHAYU
7.LA ODE HALAMI

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB MUNA
2012/2013
PENGERTIAN PENYAKIT DADA

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (16)

5 Trauma Thorak
5 Trauma Thorak5 Trauma Thorak
5 Trauma Thorak
 
ASKEP trauma dada
ASKEP trauma dadaASKEP trauma dada
ASKEP trauma dada
 
Referat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothoraxReferat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothorax
 
Hematothorak
HematothorakHematothorak
Hematothorak
 
Askep fraktur iga dan paru AKPER PEMDA MUNA
Askep fraktur iga dan paru AKPER PEMDA MUNA Askep fraktur iga dan paru AKPER PEMDA MUNA
Askep fraktur iga dan paru AKPER PEMDA MUNA
 
Preskas pneumothorax wa
Preskas pneumothorax waPreskas pneumothorax wa
Preskas pneumothorax wa
 
Asuhan keperawatan ps dg pneumothorax
Asuhan keperawatan ps dg pneumothoraxAsuhan keperawatan ps dg pneumothorax
Asuhan keperawatan ps dg pneumothorax
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Askep pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
Askep pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA Askep pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
Askep pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
 
Trauma thorax
Trauma thoraxTrauma thorax
Trauma thorax
 
Pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
Pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNAPneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
Pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
 
KECEDERAAN DADA
KECEDERAAN DADAKECEDERAAN DADA
KECEDERAAN DADA
 
Kontusio paru AKPER PEMKAB MUNA
Kontusio paru  AKPER PEMKAB MUNA Kontusio paru  AKPER PEMKAB MUNA
Kontusio paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNA
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNAIndry toraks AKPER PEMKAB MUNA
Indry toraks AKPER PEMKAB MUNA
 
Thoraks
ThoraksThoraks
Thoraks
 
Atelektasis
AtelektasisAtelektasis
Atelektasis
 

Ähnlich wie PENGERTIAN PENYAKIT DADA

asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docxasuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docxErinRika2
 
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologiPerubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologiFaris Budiyanto
 
Trauma Thorax fix.donny.pptx
Trauma Thorax fix.donny.pptxTrauma Thorax fix.donny.pptx
Trauma Thorax fix.donny.pptxssuser7c694a
 
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdfpneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdfPanduAkbar6
 
Jurding Blunt Trauma salinan 2.pptx
Jurding Blunt Trauma salinan 2.pptxJurding Blunt Trauma salinan 2.pptx
Jurding Blunt Trauma salinan 2.pptxMuhammadYunus728432
 
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskularPatologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskularHari Subagiyo
 
Referat TRAUMA THORAKS Marni.pptx
Referat TRAUMA THORAKS Marni.pptxReferat TRAUMA THORAKS Marni.pptx
Referat TRAUMA THORAKS Marni.pptxwidy12
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointDwika Marbun
 
Referat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptx
Referat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptxReferat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptx
Referat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptxMerlianaDebyanti1
 
TRAUMA_TORAKS.pptx
TRAUMA_TORAKS.pptxTRAUMA_TORAKS.pptx
TRAUMA_TORAKS.pptxgrald3
 
KONTSIO PARU TUGAS.docx
KONTSIO PARU TUGAS.docxKONTSIO PARU TUGAS.docx
KONTSIO PARU TUGAS.docxIccaPinzen
 
KONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptx
KONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptxKONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptx
KONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptxandrimitra
 

Ähnlich wie PENGERTIAN PENYAKIT DADA (20)

Askep trauma dada lia & ian
Askep trauma dada lia &  ianAskep trauma dada lia &  ian
Askep trauma dada lia & ian
 
Hemototoraks kmb AKPER PEMDA MUNA
Hemototoraks kmb AKPER PEMDA MUNA Hemototoraks kmb AKPER PEMDA MUNA
Hemototoraks kmb AKPER PEMDA MUNA
 
Hemototoraks kmb Akper pemkab muna
Hemototoraks kmb Akper pemkab munaHemototoraks kmb Akper pemkab muna
Hemototoraks kmb Akper pemkab muna
 
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docxasuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
 
traumatologi
traumatologitraumatologi
traumatologi
 
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologiPerubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
 
Trauma Thorax fix.donny.pptx
Trauma Thorax fix.donny.pptxTrauma Thorax fix.donny.pptx
Trauma Thorax fix.donny.pptx
 
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdfpneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
 
Jurding Blunt Trauma salinan 2.pptx
Jurding Blunt Trauma salinan 2.pptxJurding Blunt Trauma salinan 2.pptx
Jurding Blunt Trauma salinan 2.pptx
 
Kolaps paru
Kolaps paruKolaps paru
Kolaps paru
 
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskularPatologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
Patologi sistem respiratorik dan kardiovaskular
 
9. trauma
9. trauma9. trauma
9. trauma
 
Referat TRAUMA THORAKS Marni.pptx
Referat TRAUMA THORAKS Marni.pptxReferat TRAUMA THORAKS Marni.pptx
Referat TRAUMA THORAKS Marni.pptx
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpoint
 
Referat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptx
Referat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptxReferat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptx
Referat_Trauma_Thorax_Radiologi.pptx
 
TRAUMA_TORAKS.pptx
TRAUMA_TORAKS.pptxTRAUMA_TORAKS.pptx
TRAUMA_TORAKS.pptx
 
Trauma Dada
Trauma DadaTrauma Dada
Trauma Dada
 
KONTSIO PARU TUGAS.docx
KONTSIO PARU TUGAS.docxKONTSIO PARU TUGAS.docx
KONTSIO PARU TUGAS.docx
 
Trauma Toraks.pptx
Trauma Toraks.pptxTrauma Toraks.pptx
Trauma Toraks.pptx
 
KONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptx
KONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptxKONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptx
KONSEP EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN MARITIM (1).pptx
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mehr von Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

PENGERTIAN PENYAKIT DADA

  • 1. A. Konsep penyakit 1.pengertian -. Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan dan kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (80%), terjatuh, pukulan dada dan kecelakaan pada bidang industri. 2. Etiologi 1. Mekanisme kecelakaan a. Kecelakaan kendaraan bermotor b. Tertembak pada daerah dada c. Tertusuk pada daerah dada 2. Penyakit yang mendahului a. Asma b. Tuberkulosis c. Bronkhitis d. Pneumonia 3.klasifikasi Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus dan tumpul a. Trauma tembus (tajam). - Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma - Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru - Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
  • 2. b. Trauma tumpul - Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks. - Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries. - Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru. - Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi 4. PATOFISIOLOGI Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia (kehilangan darah),pulmonary ventilation/perfusionmismatch(contohkontusio, hematoma, kolapsalveolus )dan perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ). Fraktur iga. Merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru – paru. Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan
  • 3. pada perkusi hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. A.PENYIMPANGAN KDM a. - Akselerasi Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi) sesuai dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut. Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak; penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar lubang masuk peluru. b. Deselerasi Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.
  • 4. c. Torsio dan rotasi Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi organorgan dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organorgan tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau poros-nya. d. Blast injury - Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom. - Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi. 5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada; a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi. b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi. c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek. d. Dyspnea, takipnea e. Takikardi f. Tekanan darah menurun. g. Gelisah dan agitasi h. Kemungkinan cyanosis. i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah. j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
  • 5. 6. SISTEM YANG MEMPENGARUHI a. Sifat jaringan tubuh Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi sangat menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya fraktur iga pada bayi menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila ditemukan fraktur pada orang dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada orang gemuk atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara dibanding pria, dsb. s Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang menderita kerusakan, terutama pada trauma tembus. Seperti luka tembus pada daerah pre-kordial. Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi. Perlu diingat adanya efek "ricochet" atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh manusia. Seperti misalnya : trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah (lintasan peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ apa yang terkena sulit diperkirakan 7.MANAJEMEN MEDIK 1. Konservatif a. Pemberian analgetik b. Pemasangan plak/plester c. Jika perlu antibiotika d. Fisiotherapy 2. Operatif/invasif a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD). b. Pemasangan alat bantu nafas. c. Pemasangan drain. d. Aspirasi (thoracosintesis).
  • 6. e. Operasi (bedah thoraxis) f. Tindakan untuk menstabilkan dada: 1) Miring pasien pada daerah yang terkena. 2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada kriteria sebagai berikut: 1) Gejala contusio paru 2) Syok atau cedera kepala berat. 3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga. 4) Umur diatas 65 tahun. 5) Riwayat penyakit paru-paru kronis. h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak mengancam. i. Oksigen tambahan. 8. KOMPLIKASI a. Surgical Emfisema Subcutis Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi. b. Cedera Vaskuler Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
  • 7. c. Pneumothorak Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan paru sisi lain. d. Pleura Effusion Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok. Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda – tanda : 1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa terjadi dypsnea. 2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas. 3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang. 4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal). e. Plail Chest Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan) f. Hemopneumothorak
  • 8. Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1 . Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi : a.Aktivitas / istirahat Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat. b. Sirkulasi Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops c. Integritas ego Tanda : ketakutan atau gelisah. d. Makanan dan cairan Tanda : adanya e. Nyeri/ketidaknyamanan pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan. Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah. f.Pernapasan Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif. g. Keamanan Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan. h.Penyuluhan/pembelajaran Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsyparu. B. Pemeriksaan Fisik
  • 9. 1.           Sistem Pernapasan : Sesak napas Nyeri, batuk-batuk. Terdapat retraksi klavikula/dada. Pengambangan paru tidak simetris. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas. Sistem Kardiovaskuler :     Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia, lemah Pucat, Hb turun /normal. Hipotensi. .  Tidak ada kelainan. .  Sistem Persyarafan : Sistem Perkemihan. Tidak ada kelainan. . Sistem Pencernaan :  Tidak ada kelainan. . Sistem Muskuloskeletal - Integumen.  Kemampuan sendi terbatas.  Ada luka bekas tusukan benda tajam.  Terdapat kelemahan.  Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.  Sistem Endokrine : Terjadi peningkatan metabolisme.  Kelemahan. Sistem Sosial / Interaksi.  Tidak ada hambatan.
  • 10.  Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan. Pemeriksaan Diagnostik :   Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural. Pa Co2 kadang-kadang menurun.  Pa O2 normal / menurun.  Saturasi O2 menurun (biasanya).  Hb mungkin menurun (kehilangan darah).  Toraksentesis : menyatakan darah/cairan, PemeriksaanPenunjang 1) Radiologi : foto thorax (AP). 2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun. 3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa. 4) Hemoglobin : mungkin menurun. 5) Pa Co2 kadang-kadang menurun. 6) Pa O2 normal / menurun. 7) Saturasi O2 menurun (biasanya). 8) Toraksentesis : menyatakan darah 9) Diagnosis fisik :  Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.  Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.  Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan thorakotomi  Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera thorakotomi. ANALISA DATA a.perubahan rasa nyaman [nyeri] Bd paska oprasi ditandai dengan DS:klien menyaratan nyeri DO:klien mengerang kesakitan dan bedrest
  • 11. b.gangguan pola nafas Bd penekanan pada thoraks ditandai dengan DS:klien mengatakan sesak nafas DO:RR 32x/menit dyispnea c.penurunan kesadaran Bd perdarahan yang banyak ditandai DS:klien tidak sadar perdarahan yang terus menerus DO:klien tampak pucat TD>N 2 . Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi  Gangguan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan  Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidakmaksimal karena trauma, hipoventilasi  Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.  Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.  Resiko terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.  Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.  Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma  Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, Tindakan invasive ditandai dengan anxietas 3. INTERVENSI
  • 12. .Intervensi N Diagn Tujuan dan kriteria hasil o osa Intervensi Rasional 1 Dx Setelah diberikan asuhan -Kaji faktor -Deteksi dini untuk 1 keperawatan selama(…x..) jam penyebab dari memprioritaskan diharapkandapatmempertahankanpe situasi/keadaan intervensi, mengkaji rfusijaringandengan KH : individu/penyebab status a.Tanda-tanda vital penurunan perfusi neurologi/tanda- jaringan tanda kegagalan dalam batas normal b.Kesadaran meningkat untuk menentukan -Monitor GCS dan perawatan mencatatnya kegawatan atau -Monitor keadaan tindakan c.menunjukkan umum pasien pembedahan perfusi adekuat -Berikan oksigen - Menganalisa tambahan sesuai tingkat kesadaran indikasi -Kolaborasi - Memberikan informasi tentang pengawasan hasil derajat/keadekuatan pemeriksaan perfusi jaringan dan laboraturium. membantu Berikan sel darah menentukan keb. merah intervensi. lengkap/packed produk darah sesuai indikasi - Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan -Mengidentifikasi defisiensi dan
  • 13. kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi 2 Dx 2 Setelah diberikan asuhan -Berikan posisi -Meningkatkan keperawatan selama(…x…) jam yang nyaman, inspirasi maksimal, diharapkan biasanya dengan meningkatkan dapatmempertahanjalannafaspasien peninggian kepala ekspansi paru dan dengan KH : tempat tidur. Balik ventilasi pada sisi a.Mengalami ke sisi yang sakit. yang tidak sakit. perbaikan Dorong klien untuk duduk sebanyak pertukaran gas-gas mungkin. pada paru. -Observasi fungsi b.Memperlihatkan pernapasan, catat frekuensi frekuensi pernapasan yang pernapasan, dispnea atau perubahan tanda- efektive. c.Adaptive mengatasi tanda vital. - Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat penyebab. menunjukkan klien bahwa terjadinya syock tindakan tersebut faktor-faktor -Jelaskan pada sehubungan dengan dilakukan untuk hipoksia. menjamin -Pengetahuan apa keamanan. yang diharapkan -Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
  • 14. lambat dan dalam. -Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam -Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas. -Mempertahankan tekanannegatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan 3 Dx 3 Setelah diberikan asuhan -Jelaskan klien -Pengetahuan yang keperawatan selama (…x…) jam tentang kegunaan diharapkan akan diharapkanjalannafaspasien normal batuk yang efektif membantu dengan KH : dan mengapa mengembangkan a.Menunjukkan batuk terdapat kepatuhan klien yang efektif. penumpukan sekret terhadap rencana di saluran teraupetik b.Tidak ada lagi Pernapasan penumpukan sekret di -Ajarkan klien terkontrol adalah tentang metode melelahkan dan yang tepat tidak efektif, pengontrolan menyebabkan batuk. frustasi -Auskultasi paru -Pengkajian ini sebelum dan membantu sesudah klien mengevaluasi batuk. keefektifan upaya sal. Pernapasan c.Klien tampak nyaman. - Dorong atau -Batuk yang tidak batuk klien
  • 15. berikanperawatan - Hiegene mulut mulut yang baik yang baik setelah batuk meningkatkan rasa -Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Pemberian antibiotika atau expectorant kesejahteraan dan mencegah bau mulut. -Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya 4 Dx 4 Setelah diberikan asuhan -Jelaskan dan -Pendekatan dengan keperawatan selama (..x..) jam bantu klien dnegan menggunakan diharapkannyeriberkurangdengan tindakan pereda relaksasi dan KH : nyeri nonfarmakologi a.Nyeri berkurang/ nonfarmakologi lainnya telah dan non invasive menunjukkan dapat diatasi b.Dapat mengindentifikasi -Berikan kesempatan waktu keefektifan dalam mengurangi nyeri meningkatkan/ menurunkan nyeri -Istirahat akan nyeri dan berikan merelaksasi semua posisi yang aktivitas yang istirahat bila terasa jaringan sehingga nyaman ; misal akan meningkatkan waktu tidur, kenyamanan. belakangnya c.Pasien tidak gelisah. dipasang bantal -Pengetahuan yang akan dirasakan
  • 16. kecil -Tingkatkan pengetahuan tentang : sebabsebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik -Analgetik memblok -Kolaborasi lintasan nyeri, denmgan dokter, sehingga nyeri akan pemberian berkurang analgetik -Pengkajian yang -Observasi tingkat nyeri, dan respon perawat data yang menit setelah obyektif untuk pemberian obat mencegah analgetik untuk kemungkinan mengkaji komplikasi dan efektivitasnya. melakukan Serta setiap 1 - 2 intervensi yang jam setelah Dx 5 memberikan motorik klien, 30 5 optimal akan tepat. tindakan perawatan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam diharapkan klien tidak mengalami syok hipovolemik dengan KH : selama 1 - 2 hari -Untuk memonitor kondisi pasien -Monitor keadaan selama perawatan umum pasien terutama saat terjadi -Tanda Vital dalam batas normal -Observasi vital (N: 120-60 x/menit, S : 36-37o C, sign setiap 3 jam RR : 20x/menit) atau lebih perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok -Jelaskan pada -Perawat perlu terus
  • 17. pasien dan mengobaservasi keluarga tanda vital sign untuk perdarahan, dan memastikan tidak segera laporkan terjadi presyok / jika terjadi syok perdarahan -Dengan melibatkan -Kolaborasi : pasien dan keluarga Pemberian cairan maka tanda-tanda intravena perdarahan dapat - Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan. - Kaji kulit dan identifikasi pada -Cairan intravena tahap perkembangan luka diperlukan untuk -Kaji lokasi, ukuran, warna, Dx 6 bau, serta jumlah 6 mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat dan tipe cairan luka -Untuk mengetahui Setelah diberikan asuhan - Pantau keperawatan selama (..x..) jam peningkatan suhu diharapkan dapat mencapai tubuh penyembuhan luka pada waktu yang sesuaidengan KH : a.tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan -Berikan perawatan melakukan tindakan luka dengan tehnik lebih lanjut. aseptik. Balut luka dengan kasa kering b.luka bersih tidak lembab dan tidak dan steril, gunakan kotor plester kertas -mengetahui sejauhmanaperkemb angan luka mempermudah c.Tanda-tanda vital dalam batas -Kolaborasi dalammelakukan normal atau dapat ditoleransi. tindakan lanjutan tindakan yang tepat
  • 18. sepertimelakukand -mengidentifikasi ebridement tingkat keparahan -Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan -Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan Dx 7 aktivitas 7 -Ajarkan dan luka akan mempermudah intervensi -suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan -tehnik aseptik pantau pasien membantu Setelah diberikan asuhan dalam mempercepat keperawatan selama (..x..) jam halpenggunaan alat penyembuhan luka diharapkan pasien akan bantu dan mencegah menunjukkan tingkat mobilitas optimaldengan KH : -Ajarkan dan dukung pasien a.penampilan yang seimbang b.melakukan pergerakkan dan perpindahan c.mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi dalam latihan ROM aktif dan pasif terjadinya infeksi -agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak -Kolaborasi dengan menyebar luas pada ahli terapi fisik area kulit normal atau okupasi lainnya. -Pantau tandatanda vital -Lakukan perawatan luka dengan teknik -mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi -mempengaruhi penilaian terhadap
  • 19. aseptic -Lakukan Dx 8 kemampuan aktivitas apakah perawatan terhadap karena 8 prosedur invasif ketidakmampuan Setelah diberikan asuhan seperti infuse ataukah keperawatan selama (..x..) jam atupun ketidakmauan diharapkaninfeksi tidak terjadi / Bullowdraignase terkontroldengan KH : -Kolaborasi untuk a.tidak ada tanda-tanda infeksi pemberian seperti pus antibiotic c.Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. kemampuan aktivitas optimal b.luka bersih tidak lembab dan tidak kotor -menilai batasan -Observasi keadaan Luka -Menjelaskan kepada pasien -mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot tentang penyakit yang di derita Setelah diberikan asuhan Dx 9 keperawatan selama (..x..) jam diharapkananxietas tidak 9 terjadidenganKH : -sebagai suaatu sumber untuk -Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya mengembangkanper encanaan dan mempertahankan/m eningkatkan mobilitas pasien -Minta klien / -Pasien dapat mengungkapkan keluarga pemahamannya tentang penyakit, mengulangi prognosis dan pengobatannya kembali tentang materi yang telah diberikan -Diskusikan pentingnya melihat -mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat -mengendalikan penyebaran mikroorganisme
  • 20. ulang mengenai pengobatan secara teratur -Berikan dorongan untuk melakukan kunjungan tindak lanjut dengan dokter. patogen -untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial -antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme pathogen -untuk mencegah infeksi yang berkelanjutan -memberikan pengetahuan pasien yang dapat memilih berdasarkan informasi -mengetahui seberapa jauh pengalaman klien dan keluarga tentang penyakitnya -mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan
  • 21. -untuk memudahkan pengendalian terhadap kondisi kronis dan pencegahan terhadap komplikasi -agar pasien mengetahui perkembangan penyakitnya. 4.IMPLEMENTASI Dx 1 1. Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab penurunan perfusi jaringan 2. Memonitor GCS dan mencatatnya 3. Memonitor keadaan umum pasien 4. Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi 5. Mengkolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi Dx 2 1. Memberikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin. 2. Mengobservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital. 3. Menjelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan. 4. Menjelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paruparu.
  • 22. 5. Membantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam 6. Memperhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam Dx 3 1. Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif 2. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk 3. Mengajarkan Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk 4. Memberikan perawatan mulut yang baik setelah batuk 5. Memberikan antibiotika atau expectorant Dx 4 1. Membantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive 2. Memerikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberikan posisi yang nyaman 3. Meningkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung 4. Berkolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik 5. Mengobservasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya Dx 5 1. Memonitor keadaan umum pasien 2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih 3. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan 4. Berkolaborasi : Pemberian cairan intravena 5. Berkolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit Dx 6 1. Mengkaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka 2. Mengkaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka 3. Memantau peningkatan suhu tubuh 4. Memberikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas
  • 23. 5. Berkolaborasitindakansepertimelakukan debridement Dx 7 1. Mengkaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan 2. Menentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas 3. Mengajarkan pasien dalam hal penggunaan alat bantu 4. Mengajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif 5. Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi Dx 8 1. Memantau tanda-tanda vital 2. Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptic 3. Melakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse atupun Bullow draignase 4. Berkolaborasi untuk pemberian antibiotic 5. Mengobservasi keadaan Luka Dx 9 1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang di derita. 2. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya 3. Meminta klien / keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan Mendiskusikan pentingnya melihat ulang mengenai pengobatan secara teratur 4. Berikan dorongan untuk melakukan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
  • 24. Tugas : KMB I Dosen : Saad Abdulah.S.Kep.M.Kes ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA DADA DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1 1.HARIATI 2.ASLIA 3.NURUL HUSNA 4.WA SUFIAH 5.SUDARTO SAHIDI 6.RAHAYU 7.LA ODE HALAMI AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB MUNA 2012/2013