Analisis proksimat merupakan metode analisis komposisi kimia bahan pakan yang dikembangkan pada abad ke-19 di Jerman. Metode ini menentukan kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, dan abu/mineral dalam suatu bahan pakan. Hasil analisis proksimat memberikan informasi tingkat tinggi tentang kandungan nutrisi makro bahan pakan.
2. Analisis Proksimat
• Dikembangkan di Weende Experiment Station di Jerman Barat
oleh Henneberg dan Stohmann pada tahun 1856 - 1863, yaitu cara
analisis bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan
kegunaannya.
• Dikenal dengan Analisis Wende.
• Sekarang juga dikenal analisis proksimat yaitu hasilnya hanya
mendekati hasil yang sesungguhnya.
• Terdiri dari penetapan kadar :
1. Air atau Bahan Kering (BK)
2. Protein Kasar (PK)
3. Lemak Kasar (LK)
4. Serat Kasar (SK)
5. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
6. Abu / Mineral / Bahan Organik (BO)
3. I. PENETAPAN BAHAN KERING (BK)
Prinsip : - Air yang terkandung dalam suatu bahan pakan akan menguap
seluruhnya apabila dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC
selama beberapa waktu (±4 jam).
- Bahan yang tertinggal setelah penguapan air disebut bahan
kering (berat tetap suatu sampel setelah dipanaskan pada suhu 105
ºC dalam oven pengering).
- Yang menguap selama pemanasan : Air, asam, basa, VFA.
METODE PENGERINGAN :
6. LOW TEMPERATURE DRYING
– Beberapa Lab menggunakan cara ini.
– Menggunakan oven pengering biasa atau yang dihampakan.
– Suhu 30ºC, tekanan 16 mmHg
– Keuntungan : mengurangi hilangnya senyawa yang mudah
menguap.
– Kerugian : aktifitas enzimatik bertambah.
4. • HIGH TEMPERATURE DRYING
– Kebanyakan Lab menggunakan cara ini.
– Menggunakan oven pengering biasa atau yang dihampakan.
– Suhu 100-105ºC.
– Banyak kehilangan senyawa yang mudah menguap.
• FREEZE DRYING
• Yang diinginkan, tetapi harga alat mahal.
• Selama pemanasan perubahan komposisi kimia minimum.
BAHAN KERING ATAU DRY MATTER SUATU BAHAN PAKAN
DPT DIEKSPRESIKAN DLM 3 BENTUK :
4. As fed = as recieved = as collected = fresh = wet = green = as
sampled.
• Sampel segar = yg diterima = yg dikumpulkan = yg diambil = yg
diberikan pada ternak.
5. Air dry (kering udara) = partially dry = % berat kering.
• Sampel segar yang telah mengalami pengeringan dengan oven pada
suhu 60ºC atau dengan sinar matahari.
• Kadar air ±12% (BK 88%)
5. 1. Oven dry = dry = 100% DM = moisture free = % BK
• Sampel dipanaskan dengan oven pada suhu 105ºC selama
beberapa waktu (± 4 jam).
II. PENETAPAN BAHAN ORGANIK (ABU)
Prinsip : Dengan pemansan dalam tanur pada suhu 550-600ºC semua BO
akan terbakar. Bahan organik anorganik yang tidak terbakar disebut
abu.
Abu : Sisa dari pembakaran sempurna suatu bahan.
Pembakaran Sempurna : adalah pembakaran sampai semua senyawa organik
menguap.
VI. PENETAPAN KADAR PROTEIN KASAR (PK)
Protein Kasar : Adalah nilai hasil kali dari jumlah N-amonia di dalam bahan
dengan faktor 6,25
Faktor 6,25 berasal dari 100/16 yaitu sebagian besar protein mengandung 16%
N.
6. Prinsip : As. Sulfat pekat (H2SO4) dengan katalisator CuSO4 dapat memecah
ikatan Nitrogen organik menjadi NH4SO4, kecuali ikatan NN, NO dan
NO2. dalam suasana alkali NH4SO4 akan melepaskan NH3 yang
kemudian ditampung dalam beaker glass yang berisi H2SO4 0,1 N yang
telah diberi indikator campuran. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai warna berubah menjadi hijau.
PENETAPAN PROTEIN KASAR DGN KJELDAHL
3. PROSES DESTRUKSI (OKSIDASI)
Pengubahan N-protein menjadi amonium sulfat sampel dipanaskan
dengan H2SO4 pekat dengan katalisato CuSO4 /K2SO4 dapat memecah
semua ikatan N dlm bhn. Pkn. menjadi (NH4)2SO4, kecuali ikatan N=N.
NOdan NO2. (amonia dalam asam sulfat terdapat dalam bentuk amonium
sulfat).
CO2 dan H2O terus menguap, SO2 yang terbentuk adalah dari hasil reduksi
sebagian H2SO4 yang juga akan menguap.
N-organik + H2Katalisator Se/Hg/Cu+ H2O + (NH4)2SO4 + SO2
SO4 CO2
Destruki dihentikan ssetelah larutan berwarna hijau jernih.
7. 1. PROSES DESTILASI (PENYULINGAN)
– Larutanhijau jernih dari hasil destruksi didinginkan, kemudian
diencerkan dengan aquades (tujuan untuk mengurangi reaksi yang
hebat pada saat ditambah alkali (NaOH 40%).
– Hasil destilasi yang merupakan NH3 dan air ditangkap oleh larutan
H2SO4 0,1 N + indikator ungu membentu senyawa (NH4)2SO4.
2 NH3 + 2 H2SO4 (NH4)2SO4 + H2SO4
2. PROSES TITRASI
Kelebihan H2SO4 yang digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan
NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan jika larutan berubah warna dari ungu ke
biru kehijauan.
IV. PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR
Prinsip : Lemak dapat diekstraksi dengan menggunakan eter atau zat pelarut
lemak yang lain menurut Saxhlet.
Bila eter atau pelarutnya diuapkan maka akan tertinggal lemak
kasarnya.
8. Lemak Kasar : adalah campuran dari berbagai senyawa yang larut di dalam
pelarut lemak (eter, chloroform, petroluem benzene) yaitu : lemak
murni (trigliserida), as. Lemak bhebas, vit. Yang larut dalam lemak,
karoten, klorofil, pigmen, sterol, fosfolipid, lili, dsb.
Ekstrak Eter : karena diekstraksi menggunakan eter.
III. PENETAPAN SERAT KASAR
Prinsip : Semua senyawa organik akan larut dalam perebusan dengan H2SO4
1,25% dan dengan NaOH 1,25% yang masing-masing selama 30
menit, kecuali SK dan Abu. Bila ampas yang larut dibakar sempurna
maka SK-nya akan menguap menjadi gas dan sisanya Abu.
Serat Kasar : Semua senyawa organik yang tidak larut bila direbus dengan
H2SO4 1,25% dan NaOH 1,25%, masing-masing selama 30 menit.
Tujuan Penambahan H2SO4 :
Untuk menguraikan senyawa N dalam bahan pakan.
Tujuan Penambahan NaOH :
Untuk menguraikan (penyabunan) lemak dalam pakan, sehingga mudah larut.
9. ANALISIS PROKSIMAT
HIJAUAN :
Diket : Berat segar RG = 500 gr
Berat kering matahari = 150 gr
150
% BKM = X 100% = 30%
500
Diambil sampel 200gr
berat setelah dioven (70°C, 24 jam) = 130 gr
130
% BKU = X 100% = 65%
200
30
% BK U sebenarnya = X 65% =19,5%
100
10. BK oven : I II
Berat C + S = 28,7380 26,8304
C = 25,3423 23,7899 _
S = 3,3957 3,0405
Berat C + S oven 105° C = 28,5532 26,6655
C = 25,3423 23,7899 _
3,2109 2,8756
3,2109 2,8756
% BK oven = X 100% X 100%
3,3957 3,0405
= 94,56% + 94,58%
2
Rata-rata = 94,57%
94,57
BK sebenarnya = X 19,5%
100
= 18,44%
11. % Abu : I II
Berat C + S tanur 600°C, 4 jam = 25,8064 24,1583
C = 25,3423 23,7899 _
S = 0,4641 0,3684
0,4641 0,3684
% Abu = X 100% X 100%
3,3957 3,0405
Rata-rata = 13,64% + 12,12%
2
= 12,90%
12,90
% Abu dalam BK = X 100%
94,57
= 13,64%
12. % BO = 100 - % Abu dalam BK
= 100 – 13,64%
= 86,36%
% PK = (ml Naoh blanko – sampel) X N NaOH X 0,014 X 6,25 X 100%
berat sampel
N NaOH = 0,1007
I II
Berat S + K = 0,6908 0,6874
K = 0,3309 0,3302 _
S = 0,3599 0,3572
Volume titrasi (ml) = 3,4 3,6
% PK = 8,27 8,82
8,27 8,82
% PK dlm BK = X 100% X 100%
94,56 94,58
= 8,75 + 9,33
2
= 9,04%
13. ANALISIS PK DARI FESES SEGAR :
Diket : % BKU (60°C, 24 jam) = 17,75%
% Bk oven (105°C, 4jam = 93,08%
% BK sebenarnya = 93,08 X 17,75%
100
= 16,25%
% Abu dlm BK = 20,39%
% BO dlm BK = 100-20,39% = 79,61%
% PK (segar) = 1,46%
% PK dlm BK = 1,46 X 100% = 8,84%
16,52
14. BOMB CALORIMETER
BOMB CALORIMETER : Merupakan alat untuk mengukur energi bruto.
KALORIMETER : Alat pengukur panas.
KALORI : Unit untuk mengukur energi kimia.
1 KALORI : Banyaknya panas yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 gram
air dari 14,5°C sampai 15,5°C pada tekanan standard.
1 KALORI : 4,184 JOULE (J)
MACAM-MACAM BOMB CALIRIMETER:
7. ISOTHERMAL OXIGEN BOMB CALORIMETER
• Kenaikan suhu dari inner vessel (calorimeter bucket) dapat diperiksa,
sedang suhu outer vessel (jacket) konstan.
• Perlu pemeriksaan suhu awal, antara dan akhir.
• Suhu jacket dapat diatur terus-menerus selama penetapan untuk
tetap sama dipertahankan terhadap calorimeter bucket.
8. ADIABATIC OXIGEN BOMB CALORIMETER
• Tidak diperlukan koreksi radiasi panas.
• Memerlukan pemeriksaan suhu awal dan akhir kalorimeter.
• Suhu jacket terpaku sama terhadap suhu inner vessel (calorimeter
bucket) selama penetapan.
15. 1. BALLISTIC OXIGENBOMB CALORIMETER
• Sampel yang diketahui beratnya ditetapkan kalorinya ddengan
dibakar di dlm Bomb yang berisi oksigen yang berlebihan.
• Kenaikan suhu Bomb maksimum diukur Thermocouple dan
Galvanometer.
• Nilai kalori sampel ditetapkan dengan membandingkan kenaikan suhu
dengan sampel sandard yang telah diketahui nilai kalorinya dengan
cara pembakaran.
KEMIKALIA STANDARD YANG DIPERGUNAKAN :
• Asam benzoat : - Nilai kalori 6,32 kkal/g atau 6319 cal/g.
- Tidak higroskopis.
- Terbakar dengan mudah dan sempurna.
- Ada yang tersedia dalam bentuk pellet.
• Naphtalene : Nilai kalori 9,614 kkal/g.
• Sukrose : Nilai kalori 3,95 kkal/g.
Nilai 2 & 3 hasilnya tidak memuaskan.
16. 1. Larutan Alkali Standard
• Untuk menitrasi air cucian dalam bomb untuk menerapkan koreksi
asam.
• Biasanya dipakai larutan natrium karbonat 0,0725 N
• Larutan ini equivalen dengan 1 kal/ml.
2. Indikator Methyl Orange atau Methyl Red
GE = (T2-T1) 1325,605 – 13,8 (ml NaOH)(N)-(B-C)(1400)
A
Ket : T1 = suhu awal
T2 = suhu akhir
ml NaOH = jml. NaOH yg digunakan untuk titrasi
N = normalitas NaOH
B = berat kawat awal (g)
C = berat sisa kawat (g)
A = berat sampel
1g kawat = 1400 kalori atau 2,3 kal/em
1325,605 = hydrothermal equivalent of bomb (calori per derajat)
17. PRODUKSI GAS
• Merupakan hasil samping proses fermentasi pakan dalam rumen.
• Hasil proses fermentasi BO pakan dalm rumen.
• BO terfermentasi dalam rumen tidak selalu menghasilkan gas
– Degradasi pakan tinggi, produksi gas rendah (hasil degradasi untuk
sintesis protein mikroba)
– Degradasi pakan tinggi, produksi gas tinggi (sumber energi)
• Komposisi gas yang dihasilkan adalah :
– CO2 65%
– CH4 25-27%
– N2 7%
– O2, H2, H2S sedikit.
• Pada umumnya produksi gas mencapai puncak pada inkubasi 24 jam dan
turun pada saat 96 jam dan akhirnya nol (semakin lama pakan dalam rumen
ketersediaan BO untuk produksi gas semakin turun dan akhirnya habis).
• Setiap hari ternak menghasilkan gas 600L (domba CO2 60L/hr, CH4 30L/hr)
18. Kegunaan:
– Untuk mengetahui aktivitas mikroba dalam rumen.
– Untuk mengetahui kinetika degradasi pakan dalam rumen.
– Mempunyai korelasi [ositif dengan degradasi BO pakan dan produk
fermentasi (VFA).
19. PENGUKURAN PRODUKSI GAS
(Menke KH, Raab L, Salewski A, Steingass H, Fritz D, Schneider W, 1979)
Bahan : Per liter larutan terdiri dari :
2. Cairan rumen.
3. Larutan A (mineral mikro)
– CaCl2.2H2O 13,2 g
– MnCl2.4H2O 10,0 g
– CoCl2.6H2O 1,0 g
– FeCl3.6H2O 8,0 g
Dilarutkan dalam 100ml aquades.
5. Larutan B (larutan bufer)
– NaHCO3 39,0 g atau NaHCO3 35,0 g + NH4HCO3 4,0 g.
Dilarutkan dalam 1 L aquades.
7. Larutan C (mineral makro)
– Na2HPO4 5,7 g
– KH2PO46,2 g
– MgSO4.7H2O 0,6 g
Dilarutkan sampai volume 1 L aquades.
20. 1. Larutan Rezazurin
Rezazurin 100 mg dilarutkan dlm 100 ml aquades.
3. Larutan reduktor
– NaOH 1N 4 ml
– Na2S.9H2O 625 mg
Dibuat sesaat sebelum mengambil cairan rumen.
PREPARASI MEDIA BUFFER
• Aquades 400 ML
• Larutan mineral mikro 0,1 ml
• Larutan buffer 200 ml
• Larutan mineral makro 200 ml
• Rezazurin 1 ml
• Larutan reduktor 40 ml
Ratio cairan rumen : Media buffer = 1:2 (V/V)
21. PENGUKURAN VFA DALAM CAIRAN RUMEN
• Penganbilan Sampel :
– 50 ml cairan rumen (CR)
– Pengawet (camp. 10 ml H3PO4 + 10 g HgCl2 dilarutkan dengan aquades
sampai volume 1 L)
– CR : Pengawet = 10:1
• Alat Gas Chromatography (GC)
Spesifikasi dan kelengkapan :
– Kolom terisi poropak Q (ukuran 80-100 mash)
– Gas N2 sbg karier (Kecepatan 20 ml/menit)
– Gas H2 (kecepatan 0,90 Kg/cm2)
– Kecepatan udara 1,80 Kg/cm2
– Temp. kolom 125°C
– Temp. injektor dan detektor 160°C & 125°C
– Larutan satndard : As. Asetat 43,28 mM
As. Propionat 33,08 mM
As. Butirat 26,97 mM
– Microsyring.
22. Cara
• Cairan rumen dipipet 1,5 ml
• Masukkan ependoff
• Disentrifus kecep. 3000 rpm, 10 menit
• 2 μl supernatan CR diinjeksikan dengan microsyringe ke dalam GC
– Mengalami penguapan dan reaksi dalam kolom
– Reduksi dalam kolom ditangkap oleh recorder membentuk kromatogram
• Sebelum supernatan diinjeksikan dibuat dulu larutan standard As.
asetat, propionat & butirat dan diinjeksikan ke GC.
Luas Sampel
Konsentrasi VFA parsial (mM) X Konsentrasi standar
Luas Standar
23. PERHITUNGAN JUMLAH PROTOZOA DLM CAIRAN
RUMEN
• Metoda menurut Ogimoto & Imai (1981)
• Alat HAEMOCYTHOMETER (panjang 1mm, lebar 1mm, kedlm 0,10mm)
• Mikroskop
Cara :
• Cairan rumen diteteskan dalam permukaan haemocythometer (mempunyai
25 kamar, tiap kamar ada 16 ruangan kecil, sehingga jumlah 400 ruangan).
• Jumlah protozoa dihitung dlm 5 kamar dengan arah diagonal.
• Volume sampel =PXLXD
= 1 X 1 X 0,10 mm3
= 0,0001 cm3
= 0,0001 ml
• Apabila dalam 5 kamar terdapat A protozoa, maka jumlah protozoa / ml CR
adalah :
24. Jumlah protozoa / ml CR :
400 1
AX X pengenceran X
80 0,0001
Keterangan :
A = jumlah protozoa dalam 5 kamar diagonal
7 = jumlah ruangan kecil dalam 25 kamar (16 X 25 = 400)
80 = jumlah ruangan kecil yang diamati dari 5 kamar (16 X 5 = 80)
0,0001 = volume sampel untuk pengamatan (P X L X D = 1 X 1 X 0,10 mm3 =
0,10 mm3 = 0,0001 cm3 = 0,0001 ml)