SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
BAB II
                                TINJAUAN
                                PUSTAKA


A. Ibu Menyusui
          Menyusui merupakan pekerjaan biologik yang mulia bagi semua jenis
   mamalia dan sebagai satu kesatuan dari fungsi reproduksi, menyusui adalah suatu
   insting. Namun dewasa ini, makin sedikit ibu-ibu yang mempraktekkan pekerjaan
   mulia ini. Oleh karena itu kebiasaan menyusui saat ini penting untuk diamati dan
   dicegah kemerosotannya. (Soejono, 1985).
          Kebiasaan menyusui serta cara menyapih yang baik memegang peranan yang
   penting dalam kesejahteraan serta pertumbuhan anak. Kepada para ibu harus
   dijelaskan bahwa air susu ibu mengandung zat-zat yang diperlukan untuk
   pertumbuhan bayi. Jumlah dan komposisi ASI akan berubah dari hari ke hari.
   Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan bayi serta tergantung pula pada makanan dan
   keadaan ibu. (Soysa, 1995)
          Selain itu ibu menyusui harus bisa menjaga ketenangan pikiran, menghindari
   kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI nya
   mencukupi kebutuhan bayi.


   1. Keadaan Gizi Ibu Menyusui
              Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan
      psikologis selama kehamilan akan menunjang keberhasilan laktasi. Tetapi
      kebutuhan gizi ibu menyusui lebih banyak daripada kebutuhan gizi ibu hamil.
              Ibu menyusui memerlukan tambahan kalori, protein, vitamin dan mineral
      untuk produksi ASI, mengeluarkan ASI dan melindungi tubuh ibu. Kuantitas dan
      variasi komposisi ASI yang dihasilkan antara lain dipengaruhi oleh makanan ibu
      sehari-hari. Ibu menyusui dengan gizi optimal dengan penambahan konsumsi zat-
      zat makanan sesuai kebutuhan akan menghasilkan ASI yang bermutu dengan
      jumlah yang cukup untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam
      batas-batas tertentu kualitas ASI selalu dipertahankan untuk menjaga kelestarian
      dan perkembangan bayi, meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi. Pada keadaan
demikian untuk pembentukan ASI, cadangan zat-zat makanan pada tubuh ibu
      dipergunakan.
             Dari penelitian pada ibu-ibu yang ASI-nya merupakan sumber gizi bagi
      bayi satu-satunya dan yang mempunyai kesempatan terhadap ekstra makanan
      sebanyak yang diinginkan, telah memperlihatkan adanya perbedaan pola
      pemasukan kalori selama laktasi. Beberapa ibu sama sekali tidak kehilangan BB
      walaupun pemasukannya secara teoritis tidak cukup untuk menjaga laktasi yang
      berlangsung penuh. Dan masih menurut penelitian rata-rata pemasukan ASI pada
      bayi yang baik dari ibu bayi berusia 3 bulan dari Gambia dan Inggris adalah
      sebesar 750 ml, yang tidak berbeda dengan data yang dikumpulkan dari Texas
      yang bayi-bayinya hanya mendapat ASI. (Akre, 1995).
                  Tetapi jika hal itu berlangsung terus menerus lama-kelamaan ibu akan
      menjadi kurus dan dalam keadaan tertentu ibu dapat menderita kurang gizi,
      sehingga cadangan zat-zat makanan pada ibu akan habis, yang pada akhirnya
      kualitas ASI menjadi lebih rendah. Dan rendahnya produksi ASI baik kualitatif
      maupun kuantitatif akan berpengaruh negatif terhadap bayi, meskipun dapat
      ditanggulangi dengan berbagai macam pengganti ASI (Pasi).


   2. Pengaruh Keadaan Gizi Ibu Menyusui Pada ASI
             Ibu dengan gizi baik akan memberikan ASI pada bulan pertama kurang
      dari 600 ml, meningkat menjadi 700 – 759 ml dalam bulan ketiga, dalam bulan
      keenam 750 – 800 ml, kemudian menurun atau berkurang. Ibu dengan gizi kurang
      akan memberikan ASI dalam enam bulan pertama berkisar 500 sampai 700 ml,
      dalam bulan kedua antara 400 – 600 ml, dalam tahun kedua antara 300 sampai
      500 ml. Perlu diingat adalah perbedaan keadaan gizi ibu hanya akan
      mempengaruhi kuantitas dan tidak pada kualitas ASI. Suplementasi protein dan
      kalori pada ibu tidak akan menambah kadar protein tetapi akan menambah
      volume ASI dan agaknya penambahan kalori akan lebih cepat menambah volume
      dari ASI.
B. Konsumsi Ibu Menyusui
          Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI
   disamping emosi, rangsangan pada payu dara dan kondisi kesehatan ibu. Penambahan
zat-zat gizi selama menyusui terutama adalah memenuhi kebutuhan dalam produksi
ASI.
       Sedangkan pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai frekuensi, jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan tiap
hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masy arakat tertentu.
Dan pola makan di Indonesia rata-rata susunan hidangannya           meliputi :
bahan makanan pokok, bahan makanan lauk pauk, bahan makanan sayur mayur,
bahan makanan buah, serta susu dan telur. Susu dan telur dikelompokkan sendiri
karena merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi yang mudah dicerna,
protein ini sangat dianjurkan untuk pada kelompok rentan gizi termasuk ibu
menyusui.


1. Hal-hal yang mempengaruhi konsumsi ibu menyusui
   a. Pantangan dan Tabu
              Pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat setempat
       dan mengalami perubahan terus-menerus menyesuaikan dengan kondisi
       lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat. Dan makanan
       pantangan dan tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis
       makanan tertentu, karena terdapat ancaman terhadap orang yang
       melanggarnya. Yang perlu diketahui bahwa tidak semua makanan pantangan
       dan tabu itu merugikan bagi kondisi gizi dan lingkungan.
              Pantangan atau tabu dapat dikategorikan : tabu yang jelas merugikan
       kondisi gizi dan kesehatan sebaiknya dikurangi atau dihapuskan misalnya bagi
       ibu menyusui tidak boleh makan ikan laut karena ASI nya akan menjadi amis,
       tabu yang memang menguntungkan bagi keadaan gizi dan kesehatan
       diusahakan untuk memperkuat dan melestarikan, serta tabu yang tidak jelas
       pengaruhnya bagi kondisi dan kesehatan sebaiknya dihilangkan.
   b. Nilai Sosial Bahan Pangan dan Makanan
             Dalam masyarakat berbagai jenis makanan dan bahan makanan itu
       mempunyai nilai sosial tertentu, karena itu masyarakat akan mengkonsumsi
       bahan makanan yang mempunyai nilai sosial yang dianggap sesuai dengan
tingkat naluri pangan yang terdapat pada masyarakat. Tetapi sering nilai sosial
      ini tidak sesuai dengan gizi makanan, makanan yang mempunyai nilai gizi
      tinggi diberi nilai sosial yang rendah atau sebaliknya, misalnya beras pecah
      kulit mempunyai nilai gizi tinggi, tetapi dianggap mempunyai nilai sosial
      lebih rendah dengan beras giling sempurna.


2. Anjuran Makanan Seimbang Bagi Ibu Menyusui
          Untuk meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok
   zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah
   yang cukup. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk
   memperlancar berbagai proses faali tubuh. Kemudian bahan makanan
   dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam ilmu gizi disebut
   triguna makanan yang terdiri dari makanan sumber zat tenaga antara lain beras,
   jagung, gandum, kentang, ubi kayu, sagu, roti, dan mie. Selain itu minyak,
   margarin, dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga.
   Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
   kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewani adalah telur,
   ikan, ayam, daging, susu dan hasil olahannya. Zat pembangun ini berperan untuk
   pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan seseorang. Dan kemudian
   makanan sumber zat pengatur yaitu semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan,
   makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk
   memperlancar bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
          Dan bagi ibu menyusui makanannya harus lebih banyak dalam porsi dan
   sesuai dengan triguna makanan yaitu dengan menu empat sehat lima sempurna
   dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui.
            Syarat makanan untuk ibu menyusui :
      a. Makanan mudah dicerna.
      b. Tidak berlemak banyak.
      c. Tidak terlalu merangsang (pedas, asam, dsb).
      d. Pengaturan porsi kecil tapi sering.
      e. Cukup cairan, enam atau delapan gelas perhari.
TABEL
                ANGKA          1
                         KECUKUPAN                   GIZI       YANG
                DIANJURKANBAGI                       IBU
                          MENYUSUI




C. ASI
         ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mengandung semua
  bahan yang diperlukan oleh bayi, seperti komposisi zat kimiawi dan immonologik
  (antibodies) yang sesuai untuk kebutuhan bayi. (Soepardi, 1989).
         Menurut waktunya ASI diproduksi, maka ASI dapat digolongkan ke dalam
  kolostrum, air susu peralihan (air susu transisi), dan air susu yang susunannya tetap
  (natur milk). Kolostrum adalah ASI yang diproduksi setelah bayi lahir sampai dengan
  hari ketiga atau keempat sampai hari kesepuluh atau kadang-kadang sampai dengan
  minggu kelima dan air susu yang susunannya tetap diproduksi sesudahnya.
  Kolostrum warnanya lebih kuning dan lebih kental daripada ASI yang diproduksi
  kemudian dan mempunyai kasiat membersihkan usus-usus bayi dari meconium (isi
  usus janin). Hal ini penting untuk mempersiapkan usus bayi untuk menerima
  makanan yang akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung zat anti penyakit
  (zat yang dapat melindungi bayi dari penyakit). Protein dan mineral dalam sehari
  dapat diproduksi sekitar seratus lima puluh sampai tiga ratus mililiter kolostrum.
         Air susu peralihan kadang proteinnya lebih kecil dari pada kolostrum sedang,
  kadar lemak dan hidrat arangnya lebih tinggi, begitu juga volumenya.
         Air susu peralihan jumlahnya berangsung-angsur bertambah sehingga pada
  waktu bayi berumur tiga tahun, dapat diproduksi kurang lebih delapan ratus liter
  sehari. Kadar zat anti penyakit dan zat-zat gizi air susu peralihan mulai dari
  permulaan sampai berhenti diproduksi yaitu waktu anak berumur dua sampai tiga
tahun tidak banyak berubah. Tetapi volumenya berkurang mulai bayi berumur enam
sampai sembilan bulan. (Soemilah, 1989).

1. Keunggulan ASI
          Keunggulan dari pemberian ASI adalah :
   a. Air Susu Ibu mengandung zat-zat makanan yang diperlukan selama ASI itu
       keluar secara normal (dalam jumlah yang cukup) dapat memenuhi kebutuhan
       bayi.
   b. Dalam Air Susu sudah terdapat zat penentang atau antibodi yang berasal dari
       ibu sehingga dapat mempertahankan bayi dari gangguan beberapa jenis
       penyakit.
   c. Proses pemberian ASI sedikit sekali berhubungan dengan dunia luar maka
       kemungkinan masuknya bakteri sedikit sekali.
   d. Temperatur ASI sesuai temperatur tubuh bayi.
   e. Bayi sendiri yang mengatur jumlahnya susu yang dia minum sehingga bayi
       tidak bisa tersendak.
   f. Dengan menyusui maka rahang bayi akan terlatih menjadi kuat.
   g. Menyusui berarti mempererat kasih sayang antara ibu dan anak.
   h. ASI tidak dimasak, sehingga sangat memudahkan bagi ibu (praktis).
   i. Ekonomis.


2. Pemberian ASI
               Pemberian ASI sebaiknya dimulai selekas-lekasnya bila keadaan ibu dan
   bayi mengijinkan, misal 8 jam sesudah bayi lahir. Sehingga pencernaan dan
   penyerapan ASI dalam lambung dan usus bayi berlangsung dengan cepat dan
   baik. (Soejono, 1985).
               Pemberian ASI meliputi frekuensi dan lamanya pemberian :
   a. Frekuensi Pemberian ASI
                   Frekuensi pemberian ASI di Indonesia dapat dibedakan menjadi :
       1) Frekuensi menyusui dengan pembatasan ( token breast feeding )
                    Pembatasan dilakukan mengenai frekuensi, jarak menyusui jadwal
          waktu yang ketat dan lama menyusui kira-kira 10-15 menit. Cara ini dapat
          mendidik bayi untuk membiasakan disiplin dan memberikan kemudahan
bagi petugas kesehatan di RS atau rumah bersalin dalam mengelola
           pasangan bayi dan ibu menyusui. Namun sekarang cara ini dianggap
           menurunkan kemampuan menyusui pada ibu oleh karena itu tidak
           dianjurkan lagi.
       2) Frekuensi menyusui gaya bebas ( on             atau un restriced )
                                            demand
                 Pada cara ini bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau
           haus. Menyusui gaya bebas ini dianjurkan dan biasa disebut menyusui
           menurut kehendak bayi. (Samsudin, 1985)

   b. Lama Pemberian ASI
                   Pemberian ASI tergantung kondisi dalam dua hari pertama produksi
       ASI yang belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama cukup
       beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari
       berikutnya bayi dapat disusui selama 15-20 menit tiap kalinya. Walaupun
       sebagian besar ASI keluar pada 5-10 menit pertama dari tiap buah dada.
       Menurut Morley (1975), cara pemberian ASI yang baik ditentukan dengan
       kenaikan berat badan yang memuaskan.


3. Faktor-faktor Yang Menghambat Pemberian ASI
             Banyak faktor yang menghambat atau menurunkan pemberian ASI
   antara lain :
   a. Perubahan Sosial Budaya
      • Sikap penolakan pemberian ASI diganti dengan makanan buatan (Pasi)
           sebagai pola-pola hidup yang dianggap lebih maju dan modern.
      • Emansipasi wanita yang menginginkan persamaan di berbagai bidang
           mengakibatkan dampak negatif yang mungkin tidak dirasakan oleh kaum
           wanita dimana meningkatnya aktivitas wanita di luar rumah sehingga
           kesempatan untuk memberi ASI semakin berkurang.
   b. Faktor Fisik Ibu
      • Keadaan ibu yang tidak memungkinkan menyusui bayinya karena keadaan
           fisik yang tidak memungkinkan, misal sakit.
c. Faktor Kurangnya Penerangan
          • Penyuluhan dan pembinaan tentang kelebihan ASI mendorong seseorang
              untuk memberikan ASI.
      d. Meningkatnya promosi makanan buatan pengganti ASI lewat media massa.


D. Status Gizi
          Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan
   produktivitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita dan ibu
   melahirkan, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya mental kecerdasan, jika
   ditelusuri adalah akibat langsung ataupun tidak langsung dari kekurangan gizi.
          Dan status gizi penduduk biasanya digambarkan oleh masalah gizi yang
   dialami oleh golongan penduduk yang rawan gizi. Hingga saat ini di Indonesia masih
   terdapat 4 masalah gizi utama yaitu kekurangan energi protein (KEP), kekurangan
   vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI), dan kekurangan zat
   gizi yang disebut anemi gizi.


   1. Penilaian Status Gizi Bayi
            Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat
      suatu perbedaan yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status
      gizi tetapi juga dapat merupakan refleksi dari pengaruh-pengaruh non gizi. Oleh
      karena itu indikator yang digunakan walaupun sensitif tetapi tidak selalu spesifik
      untuk status gizi.
            Menurut WHO (1976), indikator status gizi yang dipilih harus peka terhadap
      perubahan status gizi penduduk pada suatu saat tertentu maupun yang akan
      datang. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan yang kecil pada status gizi masih
      dapat ditunjukkan oleh indikator tersebut dengan nyata sehingga dapat menjadi
      penentu perlu tidaknya dilakukan suatu program intervensi gizi. Pertumbuhan
      fisik anak yang dicirikan dengan bertambah besarnya ukuran antropometri dikenal
      sebagai indeks yang paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan.
            Ukuran antropometri yang paling banyak digunakan dalam prakteknya
      adalah BB, TB, PB (Jellife, 1966). Kadang-kadang juga digunakan ukuran
Lingkaran Lengan Atas (LLA), atau Lingkaran Kepala (LK) sebagai indikator
status gizi, ukuran-ukuran tersebut disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan
dengan umur atau ukuran lainnya (Sahn, Lockwood dan Scrimshaw, 1984).
     Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan
dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Adapun kelebihan indeks ini
adalah dapat lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif
untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek, dan dapat mendeteksi
kegemukan. Sedangkan kekurangannya adalah sering terjadi kesalahan dalam
pengukuran misalnya pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat
penimbangan. Selain itu secara operasional sering mengalami hambatan karena
masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang yang tidak mau
menimbangkan bayinya karena dianggap seperti barang dagangan.
     Pada tahun 1966, Jellife memperkenalkan penggunaan indeks BB/TB untuk
identifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menyatakan status gizi sekarang ini terlebih bila data umur yang akurat sulit
diperoleh. Oleh karena itu indeks BB/TB disebut sebagai indikator status gizi
yang independen terhadap umur. Kelebihan dari indikator ini adalah hampir
independen terhadap umur, dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian BB
relatif terhadap TB, baik kurus, cukup, gemuk maupun keadaan marasmus atau
keadaan KEP lainnya. Adapun kelemahan dari indeks ini adalah tidak dapat
memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup TB atau kelebihan
TB kerena faktor umur tidak diperhatikan dalam hal ini; di dalam prakteknya
sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran PB pada kelompok
Balita, selain itu sering terjadi kesalahan pembacaan angka hasil pengukuran
terutama bila dilakukan oleh kelompok non profesional. (Reksodi Kusumo, 1988).
Sumber : Supariasa, Bakri & Fajar, 2001




F. Kerangka Konseptual




G. Hipotesa
   1. Ada hubungan antara konsumsi Energi ibu menyusui dengan status gizi bayi 0 – 4
      bulan.
   2. Ada hubungan antara konsumsi Protein ibu menyusui dengan status gizi bayi 0 –
      4 bulan.
   3. Ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi bayi 0 – 4
      bulan.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Buku panduan psi
Buku panduan psiBuku panduan psi
Buku panduan psihkdt
 
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)Helliya
 
He mp asi angelin ligianto
He mp asi angelin ligiantoHe mp asi angelin ligianto
He mp asi angelin ligiantoAmelia Ligianto
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaAgnescia Sera
 
KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI
KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI
KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI pjj_kemenkes
 
“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”
“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”
“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”FAIQO DIYANA
 
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiManfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiKebayoran Baru
 
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiTahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiKharima SD
 
Gizi pada ibu hamil dan permasalahannya
Gizi pada ibu hamil dan permasalahannyaGizi pada ibu hamil dan permasalahannya
Gizi pada ibu hamil dan permasalahannyaSuci Nur Hidayah
 
Pemberian makanan pada bayi dan anak
Pemberian makanan pada bayi dan anakPemberian makanan pada bayi dan anak
Pemberian makanan pada bayi dan anakMamad Syahruni
 
PPT Gizi Bayi
PPT Gizi Bayi PPT Gizi Bayi
PPT Gizi Bayi Chiyapuri
 
PPT Metabolisme Gizi Ibu Hamil
PPT Metabolisme Gizi Ibu HamilPPT Metabolisme Gizi Ibu Hamil
PPT Metabolisme Gizi Ibu Hamilanismaulida
 
Gizi pada ibu hamil
Gizi pada ibu hamilGizi pada ibu hamil
Gizi pada ibu hamilharuna_06
 

Was ist angesagt? (20)

Pemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatusPemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatus
 
Buku panduan psi
Buku panduan psiBuku panduan psi
Buku panduan psi
 
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
Pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
 
Asi eksklusif
Asi eksklusifAsi eksklusif
Asi eksklusif
 
He mp asi angelin ligianto
He mp asi angelin ligiantoHe mp asi angelin ligianto
He mp asi angelin ligianto
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balita
 
Materi peserta pmba new
Materi peserta pmba  newMateri peserta pmba  new
Materi peserta pmba new
 
Gizi seimbang ibu_menyusui
Gizi seimbang ibu_menyusuiGizi seimbang ibu_menyusui
Gizi seimbang ibu_menyusui
 
KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI
KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI
KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI
 
Leaflet nutrisi ibu menyusui a
Leaflet nutrisi ibu menyusui aLeaflet nutrisi ibu menyusui a
Leaflet nutrisi ibu menyusui a
 
“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”
“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”
“Optimalisasi Pemberian ASI di Masa Pandemi Covid 19”
 
133943372 leaflet-gizi-ibu-post-partum-ok
133943372 leaflet-gizi-ibu-post-partum-ok133943372 leaflet-gizi-ibu-post-partum-ok
133943372 leaflet-gizi-ibu-post-partum-ok
 
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiManfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
 
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiTahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
 
Gizi pada ibu hamil dan permasalahannya
Gizi pada ibu hamil dan permasalahannyaGizi pada ibu hamil dan permasalahannya
Gizi pada ibu hamil dan permasalahannya
 
Pemberian makanan pada bayi dan anak
Pemberian makanan pada bayi dan anakPemberian makanan pada bayi dan anak
Pemberian makanan pada bayi dan anak
 
PPT Gizi Bayi
PPT Gizi Bayi PPT Gizi Bayi
PPT Gizi Bayi
 
PPT Metabolisme Gizi Ibu Hamil
PPT Metabolisme Gizi Ibu HamilPPT Metabolisme Gizi Ibu Hamil
PPT Metabolisme Gizi Ibu Hamil
 
Gizi seimbang ibu nifas
Gizi seimbang ibu nifasGizi seimbang ibu nifas
Gizi seimbang ibu nifas
 
Gizi pada ibu hamil
Gizi pada ibu hamilGizi pada ibu hamil
Gizi pada ibu hamil
 

Ähnlich wie TINJAUAN PUSTAKA

3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptx
3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptx3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptx
3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptxAtikaJatimi
 
Tujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayiTujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayifadzan
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKdinamuslimah
 
Angka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi pptAngka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi pptLilis c'Ben
 
Memenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptx
Memenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptxMemenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptx
Memenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptxliadevita1
 
KEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.ppt
KEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.pptKEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.ppt
KEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.pptprodid4bima
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaSeptian Muna Barakati
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilWarnet Raha
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilWarnet Raha
 

Ähnlich wie TINJAUAN PUSTAKA (20)

Pemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatusPemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatus
 
3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptx
3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptx3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptx
3. kebutuhan nutrisi pada bayi.pptx
 
GIZI PADA IBU HAMIL
GIZI PADA IBU HAMILGIZI PADA IBU HAMIL
GIZI PADA IBU HAMIL
 
Tujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayiTujuan pemberian nutrisi bayi
Tujuan pemberian nutrisi bayi
 
Laporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDKLaporan praktikum GDDK
Laporan praktikum GDDK
 
Angka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi pptAngka kecukupan gizi ppt
Angka kecukupan gizi ppt
 
Sap ibu menyusui
Sap ibu menyusuiSap ibu menyusui
Sap ibu menyusui
 
Memenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptx
Memenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptxMemenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptx
Memenuhi Kebutuhan Gizi Lengkap Pada Bayi.pptx
 
KEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.ppt
KEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.pptKEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.ppt
KEB. NUTRISI & CAIRAN PD ANAK.ppt
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
 
Bab 1 agama
Bab 1 agamaBab 1 agama
Bab 1 agama
 
Sap gizi ibu hamil
Sap gizi ibu hamilSap gizi ibu hamil
Sap gizi ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 
Makalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamilMakalah gizi janin ibu hamil
Makalah gizi janin ibu hamil
 

Kürzlich hochgeladen

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 

TINJAUAN PUSTAKA

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Menyusui Menyusui merupakan pekerjaan biologik yang mulia bagi semua jenis mamalia dan sebagai satu kesatuan dari fungsi reproduksi, menyusui adalah suatu insting. Namun dewasa ini, makin sedikit ibu-ibu yang mempraktekkan pekerjaan mulia ini. Oleh karena itu kebiasaan menyusui saat ini penting untuk diamati dan dicegah kemerosotannya. (Soejono, 1985). Kebiasaan menyusui serta cara menyapih yang baik memegang peranan yang penting dalam kesejahteraan serta pertumbuhan anak. Kepada para ibu harus dijelaskan bahwa air susu ibu mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi. Jumlah dan komposisi ASI akan berubah dari hari ke hari. Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan bayi serta tergantung pula pada makanan dan keadaan ibu. (Soysa, 1995) Selain itu ibu menyusui harus bisa menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI nya mencukupi kebutuhan bayi. 1. Keadaan Gizi Ibu Menyusui Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologis selama kehamilan akan menunjang keberhasilan laktasi. Tetapi kebutuhan gizi ibu menyusui lebih banyak daripada kebutuhan gizi ibu hamil. Ibu menyusui memerlukan tambahan kalori, protein, vitamin dan mineral untuk produksi ASI, mengeluarkan ASI dan melindungi tubuh ibu. Kuantitas dan variasi komposisi ASI yang dihasilkan antara lain dipengaruhi oleh makanan ibu sehari-hari. Ibu menyusui dengan gizi optimal dengan penambahan konsumsi zat- zat makanan sesuai kebutuhan akan menghasilkan ASI yang bermutu dengan jumlah yang cukup untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam batas-batas tertentu kualitas ASI selalu dipertahankan untuk menjaga kelestarian dan perkembangan bayi, meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi. Pada keadaan
  • 2. demikian untuk pembentukan ASI, cadangan zat-zat makanan pada tubuh ibu dipergunakan. Dari penelitian pada ibu-ibu yang ASI-nya merupakan sumber gizi bagi bayi satu-satunya dan yang mempunyai kesempatan terhadap ekstra makanan sebanyak yang diinginkan, telah memperlihatkan adanya perbedaan pola pemasukan kalori selama laktasi. Beberapa ibu sama sekali tidak kehilangan BB walaupun pemasukannya secara teoritis tidak cukup untuk menjaga laktasi yang berlangsung penuh. Dan masih menurut penelitian rata-rata pemasukan ASI pada bayi yang baik dari ibu bayi berusia 3 bulan dari Gambia dan Inggris adalah sebesar 750 ml, yang tidak berbeda dengan data yang dikumpulkan dari Texas yang bayi-bayinya hanya mendapat ASI. (Akre, 1995). Tetapi jika hal itu berlangsung terus menerus lama-kelamaan ibu akan menjadi kurus dan dalam keadaan tertentu ibu dapat menderita kurang gizi, sehingga cadangan zat-zat makanan pada ibu akan habis, yang pada akhirnya kualitas ASI menjadi lebih rendah. Dan rendahnya produksi ASI baik kualitatif maupun kuantitatif akan berpengaruh negatif terhadap bayi, meskipun dapat ditanggulangi dengan berbagai macam pengganti ASI (Pasi). 2. Pengaruh Keadaan Gizi Ibu Menyusui Pada ASI Ibu dengan gizi baik akan memberikan ASI pada bulan pertama kurang dari 600 ml, meningkat menjadi 700 – 759 ml dalam bulan ketiga, dalam bulan keenam 750 – 800 ml, kemudian menurun atau berkurang. Ibu dengan gizi kurang akan memberikan ASI dalam enam bulan pertama berkisar 500 sampai 700 ml, dalam bulan kedua antara 400 – 600 ml, dalam tahun kedua antara 300 sampai 500 ml. Perlu diingat adalah perbedaan keadaan gizi ibu hanya akan mempengaruhi kuantitas dan tidak pada kualitas ASI. Suplementasi protein dan kalori pada ibu tidak akan menambah kadar protein tetapi akan menambah volume ASI dan agaknya penambahan kalori akan lebih cepat menambah volume dari ASI. B. Konsumsi Ibu Menyusui Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI disamping emosi, rangsangan pada payu dara dan kondisi kesehatan ibu. Penambahan
  • 3. zat-zat gizi selama menyusui terutama adalah memenuhi kebutuhan dalam produksi ASI. Sedangkan pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai frekuensi, jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masy arakat tertentu. Dan pola makan di Indonesia rata-rata susunan hidangannya meliputi : bahan makanan pokok, bahan makanan lauk pauk, bahan makanan sayur mayur, bahan makanan buah, serta susu dan telur. Susu dan telur dikelompokkan sendiri karena merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi yang mudah dicerna, protein ini sangat dianjurkan untuk pada kelompok rentan gizi termasuk ibu menyusui. 1. Hal-hal yang mempengaruhi konsumsi ibu menyusui a. Pantangan dan Tabu Pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat setempat dan mengalami perubahan terus-menerus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat. Dan makanan pantangan dan tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman terhadap orang yang melanggarnya. Yang perlu diketahui bahwa tidak semua makanan pantangan dan tabu itu merugikan bagi kondisi gizi dan lingkungan. Pantangan atau tabu dapat dikategorikan : tabu yang jelas merugikan kondisi gizi dan kesehatan sebaiknya dikurangi atau dihapuskan misalnya bagi ibu menyusui tidak boleh makan ikan laut karena ASI nya akan menjadi amis, tabu yang memang menguntungkan bagi keadaan gizi dan kesehatan diusahakan untuk memperkuat dan melestarikan, serta tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kondisi dan kesehatan sebaiknya dihilangkan. b. Nilai Sosial Bahan Pangan dan Makanan Dalam masyarakat berbagai jenis makanan dan bahan makanan itu mempunyai nilai sosial tertentu, karena itu masyarakat akan mengkonsumsi bahan makanan yang mempunyai nilai sosial yang dianggap sesuai dengan
  • 4. tingkat naluri pangan yang terdapat pada masyarakat. Tetapi sering nilai sosial ini tidak sesuai dengan gizi makanan, makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi diberi nilai sosial yang rendah atau sebaliknya, misalnya beras pecah kulit mempunyai nilai gizi tinggi, tetapi dianggap mempunyai nilai sosial lebih rendah dengan beras giling sempurna. 2. Anjuran Makanan Seimbang Bagi Ibu Menyusui Untuk meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang cukup. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali tubuh. Kemudian bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam ilmu gizi disebut triguna makanan yang terdiri dari makanan sumber zat tenaga antara lain beras, jagung, gandum, kentang, ubi kayu, sagu, roti, dan mie. Selain itu minyak, margarin, dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu dan hasil olahannya. Zat pembangun ini berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan seseorang. Dan kemudian makanan sumber zat pengatur yaitu semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk memperlancar bekerjanya fungsi organ-organ tubuh. Dan bagi ibu menyusui makanannya harus lebih banyak dalam porsi dan sesuai dengan triguna makanan yaitu dengan menu empat sehat lima sempurna dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui. Syarat makanan untuk ibu menyusui : a. Makanan mudah dicerna. b. Tidak berlemak banyak. c. Tidak terlalu merangsang (pedas, asam, dsb). d. Pengaturan porsi kecil tapi sering. e. Cukup cairan, enam atau delapan gelas perhari.
  • 5. TABEL ANGKA 1 KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKANBAGI IBU MENYUSUI C. ASI ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mengandung semua bahan yang diperlukan oleh bayi, seperti komposisi zat kimiawi dan immonologik (antibodies) yang sesuai untuk kebutuhan bayi. (Soepardi, 1989). Menurut waktunya ASI diproduksi, maka ASI dapat digolongkan ke dalam kolostrum, air susu peralihan (air susu transisi), dan air susu yang susunannya tetap (natur milk). Kolostrum adalah ASI yang diproduksi setelah bayi lahir sampai dengan hari ketiga atau keempat sampai hari kesepuluh atau kadang-kadang sampai dengan minggu kelima dan air susu yang susunannya tetap diproduksi sesudahnya. Kolostrum warnanya lebih kuning dan lebih kental daripada ASI yang diproduksi kemudian dan mempunyai kasiat membersihkan usus-usus bayi dari meconium (isi usus janin). Hal ini penting untuk mempersiapkan usus bayi untuk menerima makanan yang akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung zat anti penyakit (zat yang dapat melindungi bayi dari penyakit). Protein dan mineral dalam sehari dapat diproduksi sekitar seratus lima puluh sampai tiga ratus mililiter kolostrum. Air susu peralihan kadang proteinnya lebih kecil dari pada kolostrum sedang, kadar lemak dan hidrat arangnya lebih tinggi, begitu juga volumenya. Air susu peralihan jumlahnya berangsung-angsur bertambah sehingga pada waktu bayi berumur tiga tahun, dapat diproduksi kurang lebih delapan ratus liter sehari. Kadar zat anti penyakit dan zat-zat gizi air susu peralihan mulai dari permulaan sampai berhenti diproduksi yaitu waktu anak berumur dua sampai tiga
  • 6. tahun tidak banyak berubah. Tetapi volumenya berkurang mulai bayi berumur enam sampai sembilan bulan. (Soemilah, 1989). 1. Keunggulan ASI Keunggulan dari pemberian ASI adalah : a. Air Susu Ibu mengandung zat-zat makanan yang diperlukan selama ASI itu keluar secara normal (dalam jumlah yang cukup) dapat memenuhi kebutuhan bayi. b. Dalam Air Susu sudah terdapat zat penentang atau antibodi yang berasal dari ibu sehingga dapat mempertahankan bayi dari gangguan beberapa jenis penyakit. c. Proses pemberian ASI sedikit sekali berhubungan dengan dunia luar maka kemungkinan masuknya bakteri sedikit sekali. d. Temperatur ASI sesuai temperatur tubuh bayi. e. Bayi sendiri yang mengatur jumlahnya susu yang dia minum sehingga bayi tidak bisa tersendak. f. Dengan menyusui maka rahang bayi akan terlatih menjadi kuat. g. Menyusui berarti mempererat kasih sayang antara ibu dan anak. h. ASI tidak dimasak, sehingga sangat memudahkan bagi ibu (praktis). i. Ekonomis. 2. Pemberian ASI Pemberian ASI sebaiknya dimulai selekas-lekasnya bila keadaan ibu dan bayi mengijinkan, misal 8 jam sesudah bayi lahir. Sehingga pencernaan dan penyerapan ASI dalam lambung dan usus bayi berlangsung dengan cepat dan baik. (Soejono, 1985). Pemberian ASI meliputi frekuensi dan lamanya pemberian : a. Frekuensi Pemberian ASI Frekuensi pemberian ASI di Indonesia dapat dibedakan menjadi : 1) Frekuensi menyusui dengan pembatasan ( token breast feeding ) Pembatasan dilakukan mengenai frekuensi, jarak menyusui jadwal waktu yang ketat dan lama menyusui kira-kira 10-15 menit. Cara ini dapat mendidik bayi untuk membiasakan disiplin dan memberikan kemudahan
  • 7. bagi petugas kesehatan di RS atau rumah bersalin dalam mengelola pasangan bayi dan ibu menyusui. Namun sekarang cara ini dianggap menurunkan kemampuan menyusui pada ibu oleh karena itu tidak dianjurkan lagi. 2) Frekuensi menyusui gaya bebas ( on atau un restriced ) demand Pada cara ini bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau haus. Menyusui gaya bebas ini dianjurkan dan biasa disebut menyusui menurut kehendak bayi. (Samsudin, 1985) b. Lama Pemberian ASI Pemberian ASI tergantung kondisi dalam dua hari pertama produksi ASI yang belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat disusui selama 15-20 menit tiap kalinya. Walaupun sebagian besar ASI keluar pada 5-10 menit pertama dari tiap buah dada. Menurut Morley (1975), cara pemberian ASI yang baik ditentukan dengan kenaikan berat badan yang memuaskan. 3. Faktor-faktor Yang Menghambat Pemberian ASI Banyak faktor yang menghambat atau menurunkan pemberian ASI antara lain : a. Perubahan Sosial Budaya • Sikap penolakan pemberian ASI diganti dengan makanan buatan (Pasi) sebagai pola-pola hidup yang dianggap lebih maju dan modern. • Emansipasi wanita yang menginginkan persamaan di berbagai bidang mengakibatkan dampak negatif yang mungkin tidak dirasakan oleh kaum wanita dimana meningkatnya aktivitas wanita di luar rumah sehingga kesempatan untuk memberi ASI semakin berkurang. b. Faktor Fisik Ibu • Keadaan ibu yang tidak memungkinkan menyusui bayinya karena keadaan fisik yang tidak memungkinkan, misal sakit.
  • 8. c. Faktor Kurangnya Penerangan • Penyuluhan dan pembinaan tentang kelebihan ASI mendorong seseorang untuk memberikan ASI. d. Meningkatnya promosi makanan buatan pengganti ASI lewat media massa. D. Status Gizi Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya mental kecerdasan, jika ditelusuri adalah akibat langsung ataupun tidak langsung dari kekurangan gizi. Dan status gizi penduduk biasanya digambarkan oleh masalah gizi yang dialami oleh golongan penduduk yang rawan gizi. Hingga saat ini di Indonesia masih terdapat 4 masalah gizi utama yaitu kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI), dan kekurangan zat gizi yang disebut anemi gizi. 1. Penilaian Status Gizi Bayi Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat suatu perbedaan yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status gizi tetapi juga dapat merupakan refleksi dari pengaruh-pengaruh non gizi. Oleh karena itu indikator yang digunakan walaupun sensitif tetapi tidak selalu spesifik untuk status gizi. Menurut WHO (1976), indikator status gizi yang dipilih harus peka terhadap perubahan status gizi penduduk pada suatu saat tertentu maupun yang akan datang. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan yang kecil pada status gizi masih dapat ditunjukkan oleh indikator tersebut dengan nyata sehingga dapat menjadi penentu perlu tidaknya dilakukan suatu program intervensi gizi. Pertumbuhan fisik anak yang dicirikan dengan bertambah besarnya ukuran antropometri dikenal sebagai indeks yang paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan. Ukuran antropometri yang paling banyak digunakan dalam prakteknya adalah BB, TB, PB (Jellife, 1966). Kadang-kadang juga digunakan ukuran
  • 9. Lingkaran Lengan Atas (LLA), atau Lingkaran Kepala (LK) sebagai indikator status gizi, ukuran-ukuran tersebut disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan umur atau ukuran lainnya (Sahn, Lockwood dan Scrimshaw, 1984). Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Adapun kelebihan indeks ini adalah dapat lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek, dan dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan kekurangannya adalah sering terjadi kesalahan dalam pengukuran misalnya pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan. Selain itu secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang yang tidak mau menimbangkan bayinya karena dianggap seperti barang dagangan. Pada tahun 1966, Jellife memperkenalkan penggunaan indeks BB/TB untuk identifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi sekarang ini terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Oleh karena itu indeks BB/TB disebut sebagai indikator status gizi yang independen terhadap umur. Kelebihan dari indikator ini adalah hampir independen terhadap umur, dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian BB relatif terhadap TB, baik kurus, cukup, gemuk maupun keadaan marasmus atau keadaan KEP lainnya. Adapun kelemahan dari indeks ini adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup TB atau kelebihan TB kerena faktor umur tidak diperhatikan dalam hal ini; di dalam prakteknya sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran PB pada kelompok Balita, selain itu sering terjadi kesalahan pembacaan angka hasil pengukuran terutama bila dilakukan oleh kelompok non profesional. (Reksodi Kusumo, 1988).
  • 10.
  • 11. Sumber : Supariasa, Bakri & Fajar, 2001 F. Kerangka Konseptual G. Hipotesa 1. Ada hubungan antara konsumsi Energi ibu menyusui dengan status gizi bayi 0 – 4 bulan. 2. Ada hubungan antara konsumsi Protein ibu menyusui dengan status gizi bayi 0 – 4 bulan. 3. Ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi bayi 0 – 4 bulan.