SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 15
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP
KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA STAF PENGAJAR UNIVERSITAS
GUNADARMA
Ursa Majorsy
Magister Sains Psikologi Industri dan Organisasi
Universitas Gunadarma
Jl. Salemba No. 53 Jakarta Pusat 10440
ursa_majorsyi@yahoo.com
Keberadaan staf pengajar atau dosen memberikan pengaruh yang besar dalam
pencapaian tujuan perguruan tinggi. Agar tujuan perguruan tinggi dapat tercapai
dengan baik maka diperlukan komitmen organisasional yang tinggi dari tiap elemen
yang terkait terutama staf pengajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
kepuasan kerja dan semangat kerja (sebagai variabel bebas) terhadap komitmen
organisasional (sebagai variabel terikat) pada staf pengajar Universitas Gunadarma.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap 65 staf
pengajar Universitas Gunadarma untuk mengukur kepuasan kerja, semangat kerja dan
komitmen organisasional. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi ganda (multiple regression).
Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif
dan signifikan dari kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen
organisasional. Artinya, semakin tinggi kepuasan kerja dan semangat kerja yang
dimiliki oleh staf pengajar maka semakin tinggi pula komitmen organisasional yang
diperlihatkannya.
Kata Kunci : Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja, Semangat Kerja, Staf
Pengajar
PENDAHULUAN
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut dengan
perguruan tinggi. Sebagai organisasi yang menghasilkan pendidikan, perguruan tinggi
yang baik adalah perguruan tinggi yang secara kultur terintegrasi sehingga semua
personal memiliki komitmen yang sama untuk mencapai tujuan organisasi (Harsono
2008). Tujuan dari perguruan tinggi merupakan tujuan orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas perguruan tinggi hingga menciptakan kondisi yang saling menguntungkan
antara tujuan personal dengan tujuan organisasi. Salah satu individu yang terlibat dalam
aktivitas perguruan tinggi adalah staf pengajar atau dosen.
Menurut Arcaro (dalamYulianti 2001) keberhasilan lembaga perguruan tinggi
ditentukan oleh peran staf pengajar (dosen) dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik diharapkan staf
pengajar memiliki keterikatan psikologis terhadap organisasi maupun pekerjaanya.
Keterikatan antara staf pengajar dengan organisasi dan pekerjaannya disebut dengan
komitmen organisasional. Menurut Robbins (1996) komitmen organisasional
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu
organisasi tertentu serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi tersebut.
Komitmen terhadap organisasi penting karena dapat mempengaruhi tingkah laku
karyawan dalam organisasi seperti kehadiran, produktivitas dan intensi untuk bertahan
dalam organisasi. Lingkungan kerja yang nyaman, gaji yang memadai serta hubungan
yang baik dengan berbagai pihak dapat merangsang timbulnya keterikatan atau
komitmen antara staf pengajar dengan organisasi dan pekerjaannya.
Komitmen yang tinggi pada organisasi dapat diartikan bahwa loyalitas karyawan
pada organisasi yang mempekerjakannya juga tinggi. Karyawan yang memiliki
komitmen organisasional yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam
organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Selain itu, karyawan dengan
komitmen organisasional yang tinggi akan bekerja lebih keras dan menghasilkan
prestasi yang lebih baik
Bagi seorang staf pengajar, komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi dapat
ditunjukkan dengan seberapa tinggi tingkat keterlibatan staf pengajar yang bersangkutan
terhadap profesi yang dijalaninya. Komitmen yang tinggi diperkirakan akan membuat
staf pengajar tetap hadir, aktif dan bertahan di perguruan tinggi tempat dimana ia
bekerja. Kurangnya komitmen staf pengajar terhadap organisasi dapat dilihat dari
tingkat keluar pekerjaan (turn over). Tak sedikit staf pengajar yang mengundurkan diri
karena merasa tidak cukup dengan gaji yang diperoleh, tidak cocok dengan situasi kerja,
tidak ada keharmonisan dalam menjalin hubungan dengan rekan sejawat hingga
sukarnya untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki.
Kesediaan staf pengajar untuk tetap hadir, aktif dan bertahan di lingkungan
kampus dapat dikarenakan kepuasan yang dirasakannya terhadap pekerjaan dan
organisasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Juliandi (2004) bahwa tujuan organisasi
dapat dicapai melalui tingginya komitmen organisasional yang dipengaruhi oleh
kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang dirasakan seseorang diperoleh dari kondisi kerja
yang kondusif, hubungan dengan rekan kerja yang baik serta imbalan yang sesuai
dengan jerih payah yang sudah dilakukan. Dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja
merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kinerja dan komitmen
seseorang.
Kepuasan kerja mencerminkan sikap seorang tenaga kerja terhadap
pekerjaannya. Hadi (dalam Anoraga, 2006) mengungkapkan kepuasan kerja pada
dasarnya adalah perasaan aman yang meliputi segi sosial ekonomi dan sosial psikologi.
Segi sosial ekonomi dapat dilihat dari gaji dan jaminan sosial yang diberikan oleh
perusahaan. Sedangkan segi sosial psikologi dapat dilihat dari kesempatan yang
diberikan oleh perusahaan untuk maju, memperoleh penghargaan, serta berhubungan
baik dengan rekan kerja maupun atasan.
Menurut Hornby (dalam Neliwati 2008) kepuasan kerja adalah suatu keadaan
dalam diri seseorang yang merasa puas, lega dan senang karena situasi dan kondisi kerja
yang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya. Oleh karena itu, apabila
seseorang telah menemukan rasa puas terhadap hasil kerjanya maka diasumsikan
individu tersebut akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Sebaliknya, menurunnya rasa puas dalam diri seseorang terhadap pekerjaan akan
menurunkan keterikatan individu dengan pekerjaannya.
Selain kepuasan kerja, salah satu faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi
komitmen staf pengajar terhadap organisasinya adalah semangat kerja. Semangat kerja
menurut Bentley & Rempel (dalam Lumsden, 1998) adalah ketertarikan profesional dan
antusiasme yang ditunjukkan seseorang yang mengarah pada prestasi individual serta
tujuan kelompok dalam situasi kerja yang ada. Menurut Nitisemito (1996) perusahaan
atau instansi akan mendapat banyak keuntungan bila setiap individu yang bekerja
didalamnya memiliki semangat atau kegairahan kerja yang tinggi. Semangat kerja yang
tinggi biasanya akan dapat dilihat dari kesediaan individu untuk bekerja dengan sepenuh
hati.
Kehadiran staf pengajar sebagai insan pendidikan di lingkungan kerjanya
dengan tetap berperan aktif mengajar dan melakukan segala kegiatan yang berhubungan
dengan profesinya menunjukkan bahwa staf pengajar yang bersangkutan memiliki
semangat kerja yang baik. Semangat kerja yang baik menurut Moekijat (1989) dapat
dihubungkan dengan motif dan hasil kerja yang baik. Sedangkan semangat kerja yang
rendah biasanya dihubungkan dengan kekecewaan, keengganan, kekurangan akan
dorongan serta hasil kerja yang kurang baik. Sebab turunnya semangat kerja banyak
sekali diantaranya bisa jadi karena upah yang terlalu rendah, insentif yang kurang
terarah, serta lingkungan kerja yang buruk. Turunnya semangat kerja yang dimiliki
seseorang akan berdampak pada keterlibatannya terhadap pekerjaan dan organisasinya.
Semangat kerja yang rendah diasumsikan dapat menurunkan loyalitas karyawan
terhadap organisasinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Komitmen Organisasional
O’Reilly (dalam Koesmono, 2008) menyatakan bahwa komitmen organisasional
secara umum dipahami sebagai ikatan kejiwaan individu terhadap organisasi termasuk
keterlibatan kerja, kesetiaan, dan perasaan percaya pada nilai-nilai organisasi.
Sementara Mitchell (dalam Djati & Khusaini, 2008) memandang komitmen
organisasional sebagai suatu orientasi nilai terhadap kerja yang menunjukkan bahwa
individu sangat memikirkan pekerjaannya, pekerjaan memberikan kepuasan hidup, dan
pekerjaan memberikan status bagi individu.
Komponen komitmen organisasional yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada teori Meyer & Allen (1997) yang mengemukakan 3 komponen dalam
komitmen organisasional, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuan dan komitmen
normatif. Komitmen afektif berkaitan dengan ikatan emosional individu pada
organisasinya yang dinyatakan dengan identifikasi dan keterlibatan individu dalam
kegiatan organisasi. Komitmen kontinuan merupakan komitmen yang didasarkan pada
pertimbangan rasional mengenai keuntungan dan kerugian dalam memutuskan akan
bertahan atau meninggalkan organisasi. Komitmen normatif berkenaan dengan perasaan
karyawan mengenai kewajiban moral yang harus diberikannya kepada organisasi dan
tetap bertahan dalam organisasi untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya
dari organisasi.
Kepuasan kerja
Kepuasan kerja menurut Spector (1997) merupakan bagaimana individu merasa
tentang pekerjaannya dan aspek lain dalam pekerjaannya. Menurut Hoppecl (dalam
Anoraga, 2006) kepuasan kerja merupakan penilaian dari individu seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Faktor-faktor kepuasan
kerja yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja mengacu pada teori dari Spector,
yang melihat kepuasan kerja secara umum terbagi atas 9 faktor mulai dari pay,
promotion, supervision, pringe benefits, contingent reward, operation conditions,
coworkers, nature of work serta communication.
Tabel 1.
Faktor-faktor dari The Job Satisfactision Survey
Faktor Penjelasan
Pay Puas dengan gaji dan kenaikan gaji
Promotion Puas dengan kesempatan promosi
Supervision Puas dengan supervisi
Pringe benefits Puas dengan keuntungan sampingan
Contingent reward Puas dengan ganjaran yang diberikan
Operation conditions Puas dengan aturan dan prosedur
Coworkers Puas dengan rekan-rekan kerja
Nature of work Puas dengan hasil kerja
Communication Puas dengan komunikasi dalam organisasi
Sumber : Spector (1997)
Semangat Kerja
Hasibuan (1995) berpendapat bahwa semangat kerja merupakan keinginan dan
kesungguhan seseorang dalam mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin
untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Menurut Davis (1978) semangat kerja
ialah sikap individu dan kelompok terhadap seluruh lingkungan kerja yang akan
mendorong mereka untuk bekerja sama dan mengerahkan kemampuan dalam mencapai
tujuan organisasi. Menurut Maier (1995) ada 4 aspek semangat kerja, yaitu kegairahan
atau antusiasme, kualitas untuk bertahan, kekuatan untuk melawan frustasi serta
semangat berkelompok.
Pengaruh Kepuasan Kerja dan Semangat Kerja terhadap Komitmen
Organisasional pada Staf Pengajar Universitas Gunadarma
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen menyebutkan bahwa profesi dosen memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu karakteristik dosen atau staf
pengajar yang berkualitas adalah memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan
organisasinya. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah komitmen dosen atau
staf pengajar terhadap organisasinya yaitu perguruan tinggi.
Komitmen organisasional secara umum merupakan keinginan yang dimiliki
individu untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia
melakukan usaha-usaha yang tinggi untuk mencapai tujuan organissai. Dosen atau staf
pengajar yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi akan menunjukkan
kecenderungan tingkat kesetiaan, kemauan dan kebanggaan yang tinggi pula terhadap
organisasinya. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan tetap hadir dalam bekerja serta
patuh dengan aturan, nilai dan tujuan organisasinya. Selain itu, dosen yang
bersangkutan juga akan bekerja lebih keras dan menghasilkan prestasi yang lebih baik
lagi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan komitmen karyawan adalah dengan
memenuhi apa yang menjadi harapan karyawan seperti rasa puas dalam bekerja.
Kepuasan kerja merupakan perasaan yang muncul akibat pemenuhan kebutuhan dari
pekerjaannya. Menurut Anoraga (2006) biasanya individu akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dilakukannya apabila apa yang telah dilakukannya memenuhi
harapan dan sesuai dengan tujuannya. Karyawan yang relatif puas dengan pekerjaannya
akan lebih berkomitmen dengan organisasinya.
Karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaannya akan tetap bertahan atau
berkomitmen dalam lingkungan kerjanya (Davis & Newstorm, 1997). Hal ini sesuai
dengan penelitian Vandenberg dan Lance (1992) bahwa kepuasan akan kualitas kerja
merupakan aspek prediksi yang penting terhadap komitmen organisasional. Lebih lanjut
Aldag dan Reschke (dalam Kaihatu & Rini, 2008) juga mengatakan bahwa karyawan
yang puas akan memiliki komitmen dengan memberikan value added pada
organisasinya.
Selain itu, salah satu faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi komitmen
yang dimiliki seseorang terhadap organisasi adalah semangat kerja. Menurut Nitisemito
(1996) semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga
diharapkan pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik. Menurut Haire
(1964) dengan semangat kerja, karyawan akan lebih menikmati situasi kerja serta
memiliki nilai atau pandangan positif terhadap pekerjaannya. Semangat kerja yang
tinggi dapat mengurangi tingkat kemangkiran dan kemalasan dalam bekerja. Hal
tersebut akan berdampak pada komitmen yang dimiliki individu terhadap organisasinya.
Dosen atau staf pengajar yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan
melakukan tugasnya dengan sepenuh hati, karena semangat kerja berkaitan dengan
ketulusan seseorang dalam melaksanakan segala tugasnya dengan baik. Di samping itu,
semangat kerja terkadang juga dihubungkan dengan adanya kepuasan kerja sebagai
akibat terpenuhinya kebutuhan dasar dari pekerjaan yang dilakukan.
Menurut Moekijat (1989) apabila individu merasa baik, bahagia dan optimis
dalam melakukan pekerjaannya maka individu tersebut digambarkan memiliki semangat
kerja yang tinggi. Sebaliknya apabila individu suka membantah, menyakitkan hati,
terlihat aneh, merasa dalam kesulitan serta tidak tenang dalam menjalankan tugas maka
keadaan tersebut digambarkan mengandung semangat kerja yang rendah.
METODE PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah 65 orang staf pengajar Universitas
Gunadarma, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Teknik sampling yang
digunakan untuk memperoleh subjek penelitian adalah purposive sampling, yaitu
pemilihan sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
berhubungan erat dengan tujuan penelitian (Hadi, 2004). Subjek penelitian diperoleh
dari beberapa bagian unit kerja yang ada di Universitas Gunadarma, yang berlokasi di
kampus D, E dan G. Subjek penelitian yang diambil mewakili dari seluruh fakultas,
yaitu fakultas ilmu komputer, teknologi industri, ekonomi, teknik sipil dan perencanaan,
psikologi serta sastra.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
kuesioner atau angket. Kuesioner terdiri dari daftar isian identitas subjek serta skala
kepuasan kerja, skala semangat kerja dan skala komitmen organisasional.
Untuk uji validitas dan reliabilitas alat pengumpul data serta analisis data,
perhitungannya dilakukan dengan bantuan program SPSS Ver 12.0. Uji validitas item
pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment Pearson. Uji
reliabilitas instrumen menggunakan teknik Alpha Cronbach. Sedangkan teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi ganda (multiple regression).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Subjek Penelitian
Deskripsi subjek penelitian dilakukan dengan membagi subjek yang berjumlah
65 orang staf pengajar ke dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan, masa kerja, status perkawinan, gaji serta penggunaan fasilitas yang
diperoleh. Pembagian kelompok ini dibagi lagi berdasarkan sub bagiannya. Pada
deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa subjek yang terbanyak
adalah perempuan sebanyak 46 orang (70, 77 %), Sementara deskripsi subjek
berdasarkan usia diketahui bahwa subjek terbanyak adalah usia 20 – 30 tahun sebanyak
31 orang (47, 69 %). Deskripsi subjek berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh hasil
bahwa pendidikan terakhir subjek yang terbanyak adalah S2 sebanyak 49 orang (75, 38
%). Deskripsi subjek berdasarkan masa kerja diketahui bahwa masa kerja subjek yang
terbanyak adalah lebih dari 3 tahun sebanyak 51 orang (78, 46 %). Berdasarkan deskripsi
subjek atas status pernikahannya, diketahui status pernikahan subjek yang terbanyak
adalah menikah sebanyak 43 orang (66,15 %). Deskripsi subjek berdasarkan rentang gaji
diketahui bahwa subjek terbanyak yaitu dengan rentang gaji berkisar antara 1,5 – 2 juta
sebanyak 19 orang (29, 23 %). Sementara deskripsi subjek berdasarkan penggunaan
fasilitas yang diperoleh diketahui bahwa subjek terbanyak yang menggunakan fasilitas
makan siang sebanyak 63 orang (96,92 %).
Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada kuesioner komitmen organisasional, dari 23 item yang diuji, terdapat 13
item yang dinyatakan valid dan 10 item dinyatakan gugur. Item yang dinyatakan valid
atau sahih secara keseluruhan bergerak dari 0,270 sampai dengan 0,688. Untuk
kuesioner komitmen organisasional diperoleh koefisien reliabilitas () keseluruhan
sebesar 0,843.
Pada kuesioner kepuasan kerja, dari 36 item yang diuji, terdapat 31 item yang
dinyatakan valid dan 5 item dinyatakan gugur. Item yang dinyatakan valid atau sahih
secara keseluruhan bergerak dari 0,249 sampai dengan 0,649. Untuk kuesioner
kepuasan kerja diperoleh koefisien reliabilitas () keseluruhan sebesar 0,865.
Pada kuesioner semangat kerja, dari 32 item yang diuji, terdapat 31 item yang
dinyatakan valid dan 1 item dinyatakan gugur. Item yang dinyatakan valid atau sahih
secara keseluruhan bergerak dari 0,346 sampai dengan 0,691. Untuk kuesioner
semangat kerja diperoleh koefisien reliabilitas () keseluruhan sebesar 0,917.
Uji Asumsi
Terdapat beberapa asumsi atau persyaratan yang harus terpenuhi dalam
menggunakan analisis regresi. Berdasarkan hasil uji linieritas menunjukkan bahwa
hubungan yang terjadi antar variabel adalah linier, hal ini ditunjukkan dari nilai
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,005).
Sedangkan berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa seluruh data, baik
data kepuasan kerja, semangat kerja dan komitmen organisasional berdistribusi normal.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05).
Berdasarkan hasil perhitungan collinearity statistic, diketahui bahwa tidak
terjadi multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat melalui pada tabel diatas. Diketahui
bahwa nilai toletansi diatas 0,0001, yaitu 0,876 untuk masing-masing variabel bebas.
Sedangkan nilai VIF atau variabilitas dibawah 5 yaitu 1,142.
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hipotesis pertama, kedua dan
ketiga dalam penelitian ini diterima. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji ANOVA atau F-
Test untuk kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional
diperoleh nilai F sebesar 34,739 dengan tingkat signifikansi 0,000, yang artinya terdapat
pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen
organisasional.
Hasil uji ANOVA atau F-Test untuk kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasional diperoleh nilai F sebesar 9,819 dengan tingkat signifikansi 0,003. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja terhadap
komitmen organisasional.
Demikian pula dengan hasil uji ANOVA atau F-Test untuk semangat kerja
terhadap komitmen organisasional. Diperoleh nilai F sebesar 66.464 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari semangat kerja
terhadap komitmen organisasional.
Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Variabel
Berikut ini merupakan data lain mengenai subjek penelitian yang diperoleh dengan
memberikan kuesioner komitmen organisasional, kepuasan kerja dan semangat kerja.
Komitmen Organisasional
Di bawah ini akan dikemukakan hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik
komitmen organisasional beserta perhitungan dari komponen komitmen organisasional.
Tabel 2.
Mean Empirik dan Mean Hipotetik Komitmen organisasional
Variabel
Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
SDH
Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Komitmen organisasional 50,89 45,5 10,83 77 31
Gambar 1. Kurva Normal Rentang Data Hipotetik Komitmen organisasional
Dari tabel dan gambar diatas, diketahui bahwa mean empirik untuk variabel
komitmen organisasional lebih besar dari mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan
bahwa staf pengajar termasuk individu yang memiliki komitmen organisasional yang
sedang. Lebih lanjut, peneliti mencoba menguraikan perbandingan mean empirik dan
mean hipotetik komponen komitmen organisasional.
MH: 45,523,84 56,3313 34,67 67,16 78
ME = 50,89
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
RendahSangat
Rendah
h
Tabel 3.
Mean Empirik dan Mean Hipotetik Komitmen organisasional
Berdasarkan Komponen Komitmen organisasional
No.
Komponen
Komitmen organisasional
Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
SDH
1. Komitmen Afektif 22,53 21 5
2. Komitmen Kontinuan 11,13 10,5 2,5
3. Komitmen Normatif 17,21 14 3,33
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ketiga komponen komitmen
organisasional sama-sama memiliki pengaruh yang sedang terhadap staf pengajar.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan mean empirik dan hipotetik variabel komitmen
organisasional berdasarkan identitas subjek seperti tingkat pendidikan, jenis kelamin,
usia, status perkawinan, unit kerja serta gaji.
Tabel 4.
Mean Empirik dan Mean Hipotetik Identitas Subjek Penelitian
Berdasarkan Variabel Komitmen organisasional
No Identitas Penggolongan Jumlah
Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
SDh
1. Jenis Laki-laki 19 52,42 45,5 10,83
Kelamin Perempuan 46 50,26 45,5 10,83
20 - 30 tahun 31 50,77 45,5 10,83
2. Usia 31 - 40 tahun 25 50,12 45,5 10,83
41 - 50 tahun 9 53,44 45,5 10,83
S1 14 47,78 45,5 10,83
3. Pendidikan S2 49 51,48 45,5 10,83
S3 2 58 45,5 10,83
< dari 1 tahun 2 44 45,5 10,83
4. Masa Kerja 1- 3 tahun 12 52,50 45,5 10,83
> dari 3 tahun 51 50,78 45,5 10,83
5. Status Belum Menikah 22 49,39 45,5 10,83
Pernikahan Menikah 43 51,71 45,5 10,83
1 – 1,5 juta 10 49,90 45,5 10,83
1,5 – 2juta 19 48,35 45,5 10,83
6. Gaji 2 - 2,5 juta 16 49,46 45,5 10,83
2,5 – 3 juta 13 54,46 45,5 10,83
> dari 3 juta 6 56,33 45,5 10,83
Kepuasan Kerja
Di bawah ini akan dikemukakan hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik
kepuasan kerja beserta perhitungan dari faktor-faktor kepuasan kerja.
Tabel 5.
Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kepuasan Kerja
Variabel
Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
SDH
Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Kepuasan Kerja 105,96 108,5 25,83 199 86
Gambar 2. Kurva Normal Rentang Data Hipotetik Kepuasan Kerja
Dari tabel diatas, diketahui bahwa mean empirik untuk variabel kepuasan kerja
lebih kecil dari mean hipotetiknya. Namun bila dilihat berdasarkan gambar kurva
normal diatas diketahui bahwa mean empirik kepuasan kerja masih tergolong sedang.
Hal ini menunjukkan bahwa staf pengajar yang menjadi subjek penelitian termasuk
individu yang memiliki kepuasan kerja walaupun masuk ke dalam kagetori sedang.
Lebih lanjut, peneliti mencoba menguraikan perbandingan mean empirik dan mean
hipotetik faktor-faktor kepuasan kerja.
Tabel 6.
Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kepuasan Kerja
Berdasarkan Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa faktor nature of work termasuk dalam
kategori tinggi. Sedangkan pay dan pringe benefits termasuk dalam kategori rendah.
Semangat Kerja
Di bawah ini akan dikemukakan hasil perhitungan mean empirik dan mean
hipotetik semangat kerja beserta perhitungan dari aspek-aspek semangat kerja.
Tabel 7.
Mean Empirik dan Mean Hipotetik Semangat Kerja
Variabel
Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
SDH
Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Semangat Kerja 143,75 108,5 25,83 228 126
No.
Faktor
Kepuasan Kerja
Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
SDH
1. Pay 10,47 14 3,33
2. Promotion 9,78 10,5 2,5
3. Supervision 12,80 10,5 2,5
4. Pringe Benefits 10,03 14 3,33
5. Contingent Reward 12,63 14 3,33
6. Operation Conditions 6,58 7 1,6
7. Coworkers 12,09 10,5 2,5
8. Nature of Work 18,41 14 3,33
9. Communication 13,51 14 3,33
56,8431 82,67 186MH:108,5 134,33 160,16
ME = 105,96
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
RendahSangat
Rendah
h MH:108,5 134,33 160,16
ME = 105,96
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
RendahSangat
Rendah
h
Gambar 3. Kurva Normal Rentang Data Hipotetik Semangat Kerja
Dari tabel dan gambar diatas, diketahui bahwa mean empirik untuk variabel
semangat kerja lebih besar dari mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa staf
pengajar yang menjadi subjek penelitian termasuk individu yang memiliki semangat
kerja yang tinggi. Lebih lanjut, peneliti mencoba menguraikan perbandingan mean
empirik dan mean hipotetik aspek-aspek semangat kerja.
Tabel 8.
Mean Empirik dan Mean Hipotetik Semangat Kerja
Berdasarkan Aspek-aspek Semangat Kerja
No.
Aspek
Semangat Kerja
Mean
Empirik
Mean
Hipotetik
SDH
1. Kegairahan / antusiasme 59,35 45,5 10,83
2. Kualitas untuk Bertahan 26,13 21 5
3. Kekuatan untuk Melawan Frustasi 37,60 28 6,66
4. Semangat Berkelompok 20,66 14 3,33
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa aspek semangat berkelompok
termasuk dalam kategori sangat tinggi.
Pembahasan
Penelitian ini berusaha untuk menguji adanya pengaruh kepuasan kerja dan
semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Berdasarkan hasil perhitungan,
diketahui bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen
organisasional.
Setelah dilakukan perhitungan regresi kepuasan kerja dan semangat kerja
terhadap komitmen organisasional diketahui bahwa 52,8 % komitmen organisasional
dapat dijelaskan oleh kepuasan kerja dan semangat kerja. Artinya, tinggi rendahnya
komitmen organisasional yang diperlihatkan staf pengajar dipengaruhi oleh kepuasan
kerja dan semangat kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawler & Muller (dalam
Currivan, 2000) yang mengatakan bahwa kepuasan kerja memainkan peran penting
terhadap komitmen organisasional. Demikian pula yang diungkapkan oleh Haire (1964)
bahwa dengan semangat kerja karyawan akan lebih menikmati situasi kerja dan
memiliki nilai atau pandangan yang positif terhadap pekerjaannya. Semangat dan
MH:108,5 134,33 160,16
ME =143,75
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
RendahSangat
Rendah
h 56,84 82,6731 186
pandangan positif karyawan terhadap organisasi dan pekerjaan akan berdampak pada
kinerja dan komitmen yang dimiliki karyawan terhadap organisasinya.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasional diketahui bahwa 13,5% komitmen organisasional dapat dijelaskan oleh
kepuasan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Chen (2007) bahwa kepuasan kerja
memiliki hubungan yang positif dengan komitmen organisasional. Berdasarkan hasil
yang diperoleh dari analisis data, diketahui bahwa kepuasan kerja yang dirasakan oleh
staf pengajar Universitas Gunadarma tergolong sedang. Bila dianalisa lebih jauh, maka
diketahui bahwa pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional pada staf
pengajar Universitas Gunadarma tidaklah begitu besar hanya 13,5%. Hal tersebut dapat
dimungkinkan terjadi karena belum tercukupi atau terpenuhinya kebutuhan yang
muncul dari faktor-faktor kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Spector yang
dirasakan oleh staf pengajar. Diketahui dari 9 faktor kepuasan kerja yang diteliti,
terdapat 6 faktor kepuasan kerja yang berada pada kategori sedang, yaitu promotion,
supervision, contingent reward, operation conditions, coworkers serta communication.
Hal ini menunjukkan bahwa ke 6 faktor tersebut belum dirasa cukup memuaskan bagi
staf pengajar. Selain itu diketahui juga bahwa faktor pay dan pringe benefits yang
diterima oleh staf pengajar masih tergolong rendah. Padahal menurut Munandar (2001)
faktor-faktor diatas merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan timbulnya
kepuasan kerja pada diri individu. Hal tersebut juga diperkuat oleh Mangkunegara
(2000) bahwa kepuasan kerja individu tergantung pada terpenuhi atau tidak
terpenuhinya kebutuhan hidup individu tersebut. Bayaran dan keuntungan yang dirasa
kurang atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup staf pengajar akan membuat
kepuasan kerja yang dirasakannya cenderung menurun. Ketidakselarasan pendapatan
yang diterima dengan kebutuhan (need) yang harus dipenuhi membuat staf pengajar
cenderung menilai rendah kepuasan kerja dari segi pendapatan (pay). Selain itu, faktor
pringe benefit (keuntungan) yang diterima staf pengajar pun dirasa kurang. Perbedaan
keuntungan yang diperoleh staf pengajar diperkirakan dapat mempengaruhi kepuasan
kerja yang dirasakannya. Perbedaan fasilitas dan keuntungan yang diterima oleh staf
pengajar dapat memunculkan berbagai respon ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan
institusinya.
Dalam penelitian ini, diketahui bahwa staf pengajar cenderung memiliki
ketertarikan yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pengajar atau dosen.
Ketertarikan tersebut dapat diperoleh melalui kesempatan bagi individu untuk terus
belajar dan menggunakan kemampuan serta ketrampilannya dengan tugas yang
beragam. Di samping itu, kesempatan untuk terus mengembangkan wawasan atau
pengetahuan dengan kegiatan mengajar juga membuat staf pengajar merasakan
kepuasan yang tinggi dari hasil kerjanya. Ketertarikan yang tinggi staf pengajar
terhadap pekerjaan dan hasil kerjanya membuat staf pengajar memiliki nature of work
yang tinggi. Ketertarikan yang tinggi terhadap pekerjannya membuat staf pengajar
menyukai pekerjaan yang dilakukannya.
Dalam penelitian ini selain kepuasan kerja, salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi komitmen organisasional adalah semangat kerja. Berdasarkan hasil
perhitungan regresi semangat kerja terhadap komitmen organisasional diketahui bahwa
51,3 % komitmen organisasional dapat dijelaskan oleh semangat kerja. Artinya
semangat yang dimiliki staf pengajar dalam bekerja dapat mempengaruhi komitmen
organisasionalnya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semangat kerja yang dimiliki oleh
staf pengajar tergolong tinggi. Menurut Kossen (1986) semangat kerja merupakan
suasana yang ditimbulkan oleh sikap para anggota organisasi. Jadi semangat kerja dapat
dikatakan sebagai sikap bersama pekerja terhadap sesama rekan kerja, atasan,
manajemen atau pekerjaan. Semangat kerja yang tinggi akan membuat staf pengajar
cenderung lebih menikmati suasana kerja serta memiliki pandangan dan nilai positif
terhadap pekerjaan dan organisasinya. Pandangan dan nilai positif yang dimiliki staf
pengajar akan berdampak pada keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi
pekerjaan dan organisasinya. Dengan semangat kerja yang tinggi, staf pengajar
diharapkan akan menunjukkan keinginan untuk tetap berdedikasi atau loyal terhadap
pekerjaan dan organisasi.
Selain itu diketahui juga bahwa pengaruh semangat kerja terhadap komitmen
organisasional pada staf pengajar cukup besar yaitu 51, 3 % bila dibandingkan dengan
pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional sebesar 13,5 %. Hal
tersebut dapat terjadi karena aspek-aspek dari semangat kerja menurut Maier (yaitu
antusiasme atau kegairahan, kualitas seseorang untuk bertahan, kekuatan untuk
melawan frustasi serta semangat berkelompok) secara keseluruhan berada pada kategori
tinggi. Selain ke 3 aspek semangat kerja diatas, diketahui bahwa aspek semangat kerja
yang paling menonjol adalah aspek semangat berkelompok yang berada pada kategori
sangat tinggi. Hal ini berarti staf pengajar memiliki semangat berkelompok yang sangat
tinggi dalam bekerja. Semangat berkelompok merupakan karakteristik dasar kelompok
untuk bekerja sama dan bertanggung jawab secara sosial. Semangat berkelompok yang
sangat tinggi dari staf pengajar dapat terbentuk dari kecenderungannya mempersepsikan
dan memiliki hubungan yang baik dengan individu lain dalam kelompok atau unit
kerjanya. Hubungan dan kerja sama yang terjalin dengan baik antar staf pengajar dalam
unit kerja, membuat mereka bersemangat dalam melakukan tugas. Dengan semangat
berkelompok yang sangat tinggi diharapkan individu akan mampu bertahan dan
menetap di dalam organisasi.
Berdasarkan hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik komitmen
organisasional diketahui bahwa komitmen organisasional yang dimiliki staf pengajar
tergolong sedang. Artinya staf pengajar cenderung memiliki komitmen organisasional
yang sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa staf pengajar yang memiliki komitmen
terhadap organisasi cenderung lebih dapat bertahan sebagai bagian dari universitas
dibandingkan dengan staf pengajar yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi.
Komitmen yang dimiliki oleh staf pengajar dapat dilihat dari kesediaannya tinggal lebih
lama menjadi bagian dari organisasi, menyediakan waktu sepenuhnya bagi organisasi
dan mau bekerja keras guna tercapainya sasaran organisasi.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk setiap komponen dalam komitmen
organisasional diketahui bahwa ketiga komponen dari komitmen organisasional yang
dikemukakan Meyer & Allen (1997) yaitu komitmen afektif, kontinuan dan normatif
pada staf pengajar Universitas Gunadarma berada dalam kategori sedang. Komitmen
afektif merupakan komitmen yang tumbuh karena adanya ikatan emosional antara
individu dengan organisasi dan pekerjaannya. Menurut Meyer dan Allen (1997)
individu dengan komitmen afektif akan melanjutkan keanggotaannya karena ia ingin
melakukannya (wants to). Komitmen kontinuan mengacu pada kesadaran individu atas
kerugian yang akan ditanggungnya bila meninggalkan organisasi. Sedangkan komitmen
normatif menunjukkan bagaimana individu dapat bertahan didalam organisasi karena ia
merasa memiliki tugas atau kewajiban moral untuk tetap menjadi bagian dari organisasi.
Staf pengajar yang memiliki komitmen afektif, kontinuan dan normatif yang
tergolong sedang akan cenderung menunjukkan ikatan emosional yang tidak terlalu kuat
terhadap organisasi maupun pekerjaannya. Hal ini dikarenakan bila ada kesempatan
untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan yang sekarang maka
individu tidak akan merasa rugi atau sulit untuk memutuskan berhenti dari organisasi.
Hal tersebut dapat terjadi karena individu tidak merasa memiliki kewajiban atau
tanggung jawab moral yang mengikatnya untuk terus bertahan didalam organisasi.
Diketahui bahwa staf pengajar yang memiliki komitmen organisasional yang
tinggi adalah staf pengajar yang telah mencapai jenjang pendidikan S3. Hal ini dapat
dipahami, karena secara tidak langsung terdapat hak istimewa (previlege) yang
memungkinkan mereka mendapatkan fasilitas atau keuntungan lainnya yang tidak
diperoleh staf pengajar lainnya. Hak istimewa atau privilege tersebut dapat berupa
sarana transportasi, gaji yang layak dan mencukupi serta peminjaman lunak maupun
berbagai bentuk tunjangan lainnya yang dapat menunjang hidup lebih baik. Selain itu,
kesempatan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan serta status dirasa lebih
memungkinkan bagi mereka yang telah mencapai jenjang pendidikan S3.
Selain faktor pendidikan, faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi
komitmen organisasional seseorang adalah faktor pembayaran atau gaji. Diketahui
bahwa staf pengajar yang memiliki rentang gaji diatas 3 juta menunjukkan komitmen
yang tinggi terhadap organisasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Drago (dalam
Armansyah, 2002) bahwa pembayaran dapat menentukan komitmen yang dimiliki
seseorang dalam bekerja serta bertahan pada organisasinya.
Bayaran yang layak atau cukup untuk menghidupi diri dan keluarga, mendorong
besarnya komitmen yang dimiliki seseorang terhadap organisasinya. Dengan bayaran
yang layak, individu tidak akan memikirkan hal lain atau memanipulasi aktivitas
tertentu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup atau menambah kekurangan
penghasilan yang diperolehnya. Pembayaran yang layak akan memberikan rasa aman
pada karyawan sehingga menghambat pemikiran-pemikiran untuk keluar dari
organisasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasional dapat dijelaskan
oleh variabel kepuasan kerja dan semangat kerja. Kedua variabel tersebut memiliki
pengaruh secara bersama-sama sebesar 52,8 % terhadap komitmen organisasional.
Sedangkan secara terpisah diketahui bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh sebesar
13,5 % terhadap komitmen organisasional dan semangat kerja memiliki pengaruh
sebesar 51,3 % terhadap komitmen organisasional. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa ketiga komponen dalam komitmen organisasional, yaitu komitmen
afektif, komitmen kontinuan dan komitmen normatif memiliki pengaruh yang sedang
pada staf pengajar.
Saran
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada baiknya
mencoba menggali sebab-sebab lain yang berpengaruh terhadap komitmen
organisasional seperti pemberian kompensasi, motivasi, kondisi kerja, prestasi,
komunikasi interpersonal, stres kerja atau tuntutan kerja, agar dapat diperoleh hasil
penelitian yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. (2006). Psikologi kerja. Jakarta : Rineka Cipta
Chen, Y. J. (2007). Relationships among service orientation, job satisfaction &
organizational commitment in the international tourist hotel industry.
Journal of American Academic of Business. Vol 11. No. 2, 71-82
Currivan, D. B. (2000). The causal order od job satisfaction & organizational
commitment in models of employee turnover. Human resource management
review. Vol. 9, No. 4, 495-524
Djati, S. P. & Khusaini, M. (2003). Kajian terhadap kepuasan kompensasi, komitmen
organisasi dan prestasi kerja. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 5, No.
1, 25-41
Hadi, S. (2004). Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Haire, M. (1964). Psychology in management (second edition). University of California,
Berkeley : McGraw-Hill series in psychology.
Harsono. (2008). Model-model pengelolaan perguruan tinggi : Perspektif sosiopolitik.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Koesmono, T. (2007). Pengaruh kepemimpinan dan tuntutan tugas terhadap komitmen
organisasi dengan variabel moderasi motivasi perawat rumah sakit swasta
Surabaya. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, 30-40.
Kossen, S. (1986). Aspek manusia dalam organisasi. Edisi ketiga. Jakarta :
Erlangga
Maier, N. R. F. (1995). Psychology in industry. Boston : Houghton Mifflin
Company
Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press.
Moekijat. (1989). Manajemen kepegawaian. Bandung : PT. Mandar Maju
Nitisemito, A. S. (1996). Manajemen personalia (Manajemen sumber daya
manusia). Jakarta : Ghalia Indonesia
Robin, S. P. (1996). Perilaku organisasi : Konsep, kontroversi, aplikasi. Jilid 1.
Prenhallindo. Jakarta.
Spector, P. E. (1997). Job satisfaction : Application, assessment, causes and
consequences. CA : Sage Publication Thousand Oaks..
Vandenberg, R. J. & Lance, E. (1992). Examining the causal order of the job
satisfaction and organizational commitment. Journal of Management. Vol.
18, 1, 153-167
Werther, W. B. & Davis, K. (1992). Human resource and personnel management.
Fourth edition. Singapore : McGraw-Hill Book co
Yulianti, P. (2001). Pengaruh sumber-sumber stres kerja terhadap kepuasan kerja tenaga
edukatif tetap. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 2, 2 - 10

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

F100030029
F100030029F100030029
F100030029mutatama
 
Makalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerjaMakalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerjaDayang Sari Andriani
 
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiKepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiEky Yohana
 
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu DepartemenAnalisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemenviamedia21
 
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
 
Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.
Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.
Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.AGUS SETIYONO
 
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fit
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fitIntegrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fit
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fitDayana Florencia
 

Was ist angesagt? (14)

F100030029
F100030029F100030029
F100030029
 
Makalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerjaMakalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerja
 
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiKepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
 
Sikap kerja
Sikap kerjaSikap kerja
Sikap kerja
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu DepartemenAnalisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
 
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
 
Kepuasan kerja
Kepuasan kerjaKepuasan kerja
Kepuasan kerja
 
Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.
Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.
Otonomi vol13no1jan2013-09. retno murti a.
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
Pelatihan understanding 2
Pelatihan understanding 2Pelatihan understanding 2
Pelatihan understanding 2
 
Kepuasan kerja
Kepuasan kerjaKepuasan kerja
Kepuasan kerja
 
TEORI KEPUASAN KERJA
TEORI KEPUASAN KERJA TEORI KEPUASAN KERJA
TEORI KEPUASAN KERJA
 
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fit
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fitIntegrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fit
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Person organization fit
 

Ähnlich wie Artikel b-puas,komit

Meningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinan
Meningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinanMeningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinan
Meningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinanHasrul Azwar
 
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X Dina Haya Sufya
 
PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.ppt
PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.pptPENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.ppt
PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.pptmichaeltristan453
 
Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016
Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016
Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016Aries Veronica
 
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi NatasiaMakalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi NatasiaChristi_Natasia
 
Bab ii detry skripsi
Bab  ii detry skripsiBab  ii detry skripsi
Bab ii detry skripsiDerby Alfilah
 
Sikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan KerjaSikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan KerjaYUSRA FERNANDO
 
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagement
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagementIntegrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagement
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagementDayana Florencia
 
Kepuasan kerja dan tenaga pengajar
Kepuasan kerja dan tenaga pengajarKepuasan kerja dan tenaga pengajar
Kepuasan kerja dan tenaga pengajarMifta Tanjoeng
 
Jurnal psikologi
Jurnal psikologiJurnal psikologi
Jurnal psikologiPanca Titis
 
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...AGUS SETIYONO
 
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...AGUS SETIYONO
 
Employee commitmen to vision
Employee commitmen to visionEmployee commitmen to vision
Employee commitmen to visionMundhakir
 
Employee commitmen to vision
Employee commitmen to visionEmployee commitmen to vision
Employee commitmen to visionMundhakir
 
Employee vision
Employee visionEmployee vision
Employee visionMundhakir
 
Employee commitmen to vision
Employee commitmen to visionEmployee commitmen to vision
Employee commitmen to visionMundhakir
 
Employee vision
Employee visionEmployee vision
Employee visionMundhakir
 
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.pptKEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.pptMFadhilArRasyid1
 

Ähnlich wie Artikel b-puas,komit (20)

Artikel modul 14 j
Artikel modul 14 jArtikel modul 14 j
Artikel modul 14 j
 
Meningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinan
Meningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinanMeningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinan
Meningkatkan work engagement melalui gaya kepemimpinan
 
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Atasan terhadap Komitmen Organisasi Karyawan PT. X
 
PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.ppt
PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.pptPENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.ppt
PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_DAN_MOTIVASI.ppt
 
Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016
Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016
Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Media STIM Amkop; Periode Mei-Agustus 2016
 
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi NatasiaMakalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
 
Bab ii detry skripsi
Bab  ii detry skripsiBab  ii detry skripsi
Bab ii detry skripsi
 
Sikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan KerjaSikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan Kerja
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagement
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagementIntegrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagement
Integrasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia - Employee engagement
 
Kepuasan kerja dan tenaga pengajar
Kepuasan kerja dan tenaga pengajarKepuasan kerja dan tenaga pengajar
Kepuasan kerja dan tenaga pengajar
 
Jurnal psikologi
Jurnal psikologiJurnal psikologi
Jurnal psikologi
 
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
 
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
1 hubungan antara kualitas interaksi atasan= bawahan dan quality of worklife ...
 
Employee commitmen to vision
Employee commitmen to visionEmployee commitmen to vision
Employee commitmen to vision
 
Employee commitmen to vision
Employee commitmen to visionEmployee commitmen to vision
Employee commitmen to vision
 
Employee vision
Employee visionEmployee vision
Employee vision
 
Employee commitmen to vision
Employee commitmen to visionEmployee commitmen to vision
Employee commitmen to vision
 
Employee vision
Employee visionEmployee vision
Employee vision
 
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.pptKEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
 

Kürzlich hochgeladen

MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1alvinjasindo
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaNovrinKartikaTumbade
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiSeta Wicaksana
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...FORTRESS
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaksmkpelayarandemak1
 
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianHaseebBashir5
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohkhunagnes1
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxFORTRESS
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxMuhammadDidikJasaGb
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................rendisalay
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...HaseebBashir5
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2PutriMuaini
 
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerHaseebBashir5
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...FORTRESS
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerHaseebBashir5
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...FORTRESS
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesialangkahgontay88
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
 
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
 
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
 

Artikel b-puas,komit

  • 1. PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA STAF PENGAJAR UNIVERSITAS GUNADARMA Ursa Majorsy Magister Sains Psikologi Industri dan Organisasi Universitas Gunadarma Jl. Salemba No. 53 Jakarta Pusat 10440 ursa_majorsyi@yahoo.com Keberadaan staf pengajar atau dosen memberikan pengaruh yang besar dalam pencapaian tujuan perguruan tinggi. Agar tujuan perguruan tinggi dapat tercapai dengan baik maka diperlukan komitmen organisasional yang tinggi dari tiap elemen yang terkait terutama staf pengajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kepuasan kerja dan semangat kerja (sebagai variabel bebas) terhadap komitmen organisasional (sebagai variabel terikat) pada staf pengajar Universitas Gunadarma. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap 65 staf pengajar Universitas Gunadarma untuk mengukur kepuasan kerja, semangat kerja dan komitmen organisasional. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda (multiple regression). Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Artinya, semakin tinggi kepuasan kerja dan semangat kerja yang dimiliki oleh staf pengajar maka semakin tinggi pula komitmen organisasional yang diperlihatkannya. Kata Kunci : Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja, Semangat Kerja, Staf Pengajar PENDAHULUAN Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut dengan perguruan tinggi. Sebagai organisasi yang menghasilkan pendidikan, perguruan tinggi yang baik adalah perguruan tinggi yang secara kultur terintegrasi sehingga semua personal memiliki komitmen yang sama untuk mencapai tujuan organisasi (Harsono 2008). Tujuan dari perguruan tinggi merupakan tujuan orang-orang yang terlibat dalam aktivitas perguruan tinggi hingga menciptakan kondisi yang saling menguntungkan antara tujuan personal dengan tujuan organisasi. Salah satu individu yang terlibat dalam aktivitas perguruan tinggi adalah staf pengajar atau dosen. Menurut Arcaro (dalamYulianti 2001) keberhasilan lembaga perguruan tinggi ditentukan oleh peran staf pengajar (dosen) dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik diharapkan staf pengajar memiliki keterikatan psikologis terhadap organisasi maupun pekerjaanya. Keterikatan antara staf pengajar dengan organisasi dan pekerjaannya disebut dengan komitmen organisasional. Menurut Robbins (1996) komitmen organisasional didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu
  • 2. organisasi tertentu serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen terhadap organisasi penting karena dapat mempengaruhi tingkah laku karyawan dalam organisasi seperti kehadiran, produktivitas dan intensi untuk bertahan dalam organisasi. Lingkungan kerja yang nyaman, gaji yang memadai serta hubungan yang baik dengan berbagai pihak dapat merangsang timbulnya keterikatan atau komitmen antara staf pengajar dengan organisasi dan pekerjaannya. Komitmen yang tinggi pada organisasi dapat diartikan bahwa loyalitas karyawan pada organisasi yang mempekerjakannya juga tinggi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Selain itu, karyawan dengan komitmen organisasional yang tinggi akan bekerja lebih keras dan menghasilkan prestasi yang lebih baik Bagi seorang staf pengajar, komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi dapat ditunjukkan dengan seberapa tinggi tingkat keterlibatan staf pengajar yang bersangkutan terhadap profesi yang dijalaninya. Komitmen yang tinggi diperkirakan akan membuat staf pengajar tetap hadir, aktif dan bertahan di perguruan tinggi tempat dimana ia bekerja. Kurangnya komitmen staf pengajar terhadap organisasi dapat dilihat dari tingkat keluar pekerjaan (turn over). Tak sedikit staf pengajar yang mengundurkan diri karena merasa tidak cukup dengan gaji yang diperoleh, tidak cocok dengan situasi kerja, tidak ada keharmonisan dalam menjalin hubungan dengan rekan sejawat hingga sukarnya untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki. Kesediaan staf pengajar untuk tetap hadir, aktif dan bertahan di lingkungan kampus dapat dikarenakan kepuasan yang dirasakannya terhadap pekerjaan dan organisasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Juliandi (2004) bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui tingginya komitmen organisasional yang dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang dirasakan seseorang diperoleh dari kondisi kerja yang kondusif, hubungan dengan rekan kerja yang baik serta imbalan yang sesuai dengan jerih payah yang sudah dilakukan. Dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kinerja dan komitmen seseorang. Kepuasan kerja mencerminkan sikap seorang tenaga kerja terhadap pekerjaannya. Hadi (dalam Anoraga, 2006) mengungkapkan kepuasan kerja pada dasarnya adalah perasaan aman yang meliputi segi sosial ekonomi dan sosial psikologi. Segi sosial ekonomi dapat dilihat dari gaji dan jaminan sosial yang diberikan oleh perusahaan. Sedangkan segi sosial psikologi dapat dilihat dari kesempatan yang diberikan oleh perusahaan untuk maju, memperoleh penghargaan, serta berhubungan baik dengan rekan kerja maupun atasan. Menurut Hornby (dalam Neliwati 2008) kepuasan kerja adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang merasa puas, lega dan senang karena situasi dan kondisi kerja yang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya. Oleh karena itu, apabila seseorang telah menemukan rasa puas terhadap hasil kerjanya maka diasumsikan individu tersebut akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, menurunnya rasa puas dalam diri seseorang terhadap pekerjaan akan menurunkan keterikatan individu dengan pekerjaannya. Selain kepuasan kerja, salah satu faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi komitmen staf pengajar terhadap organisasinya adalah semangat kerja. Semangat kerja menurut Bentley & Rempel (dalam Lumsden, 1998) adalah ketertarikan profesional dan antusiasme yang ditunjukkan seseorang yang mengarah pada prestasi individual serta
  • 3. tujuan kelompok dalam situasi kerja yang ada. Menurut Nitisemito (1996) perusahaan atau instansi akan mendapat banyak keuntungan bila setiap individu yang bekerja didalamnya memiliki semangat atau kegairahan kerja yang tinggi. Semangat kerja yang tinggi biasanya akan dapat dilihat dari kesediaan individu untuk bekerja dengan sepenuh hati. Kehadiran staf pengajar sebagai insan pendidikan di lingkungan kerjanya dengan tetap berperan aktif mengajar dan melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan profesinya menunjukkan bahwa staf pengajar yang bersangkutan memiliki semangat kerja yang baik. Semangat kerja yang baik menurut Moekijat (1989) dapat dihubungkan dengan motif dan hasil kerja yang baik. Sedangkan semangat kerja yang rendah biasanya dihubungkan dengan kekecewaan, keengganan, kekurangan akan dorongan serta hasil kerja yang kurang baik. Sebab turunnya semangat kerja banyak sekali diantaranya bisa jadi karena upah yang terlalu rendah, insentif yang kurang terarah, serta lingkungan kerja yang buruk. Turunnya semangat kerja yang dimiliki seseorang akan berdampak pada keterlibatannya terhadap pekerjaan dan organisasinya. Semangat kerja yang rendah diasumsikan dapat menurunkan loyalitas karyawan terhadap organisasinya. TINJAUAN PUSTAKA Komitmen Organisasional O’Reilly (dalam Koesmono, 2008) menyatakan bahwa komitmen organisasional secara umum dipahami sebagai ikatan kejiwaan individu terhadap organisasi termasuk keterlibatan kerja, kesetiaan, dan perasaan percaya pada nilai-nilai organisasi. Sementara Mitchell (dalam Djati & Khusaini, 2008) memandang komitmen organisasional sebagai suatu orientasi nilai terhadap kerja yang menunjukkan bahwa individu sangat memikirkan pekerjaannya, pekerjaan memberikan kepuasan hidup, dan pekerjaan memberikan status bagi individu. Komponen komitmen organisasional yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Meyer & Allen (1997) yang mengemukakan 3 komponen dalam komitmen organisasional, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuan dan komitmen normatif. Komitmen afektif berkaitan dengan ikatan emosional individu pada organisasinya yang dinyatakan dengan identifikasi dan keterlibatan individu dalam kegiatan organisasi. Komitmen kontinuan merupakan komitmen yang didasarkan pada pertimbangan rasional mengenai keuntungan dan kerugian dalam memutuskan akan bertahan atau meninggalkan organisasi. Komitmen normatif berkenaan dengan perasaan karyawan mengenai kewajiban moral yang harus diberikannya kepada organisasi dan tetap bertahan dalam organisasi untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi. Kepuasan kerja Kepuasan kerja menurut Spector (1997) merupakan bagaimana individu merasa tentang pekerjaannya dan aspek lain dalam pekerjaannya. Menurut Hoppecl (dalam Anoraga, 2006) kepuasan kerja merupakan penilaian dari individu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Faktor-faktor kepuasan kerja yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja mengacu pada teori dari Spector, yang melihat kepuasan kerja secara umum terbagi atas 9 faktor mulai dari pay,
  • 4. promotion, supervision, pringe benefits, contingent reward, operation conditions, coworkers, nature of work serta communication. Tabel 1. Faktor-faktor dari The Job Satisfactision Survey Faktor Penjelasan Pay Puas dengan gaji dan kenaikan gaji Promotion Puas dengan kesempatan promosi Supervision Puas dengan supervisi Pringe benefits Puas dengan keuntungan sampingan Contingent reward Puas dengan ganjaran yang diberikan Operation conditions Puas dengan aturan dan prosedur Coworkers Puas dengan rekan-rekan kerja Nature of work Puas dengan hasil kerja Communication Puas dengan komunikasi dalam organisasi Sumber : Spector (1997) Semangat Kerja Hasibuan (1995) berpendapat bahwa semangat kerja merupakan keinginan dan kesungguhan seseorang dalam mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Menurut Davis (1978) semangat kerja ialah sikap individu dan kelompok terhadap seluruh lingkungan kerja yang akan mendorong mereka untuk bekerja sama dan mengerahkan kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Maier (1995) ada 4 aspek semangat kerja, yaitu kegairahan atau antusiasme, kualitas untuk bertahan, kekuatan untuk melawan frustasi serta semangat berkelompok. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Semangat Kerja terhadap Komitmen Organisasional pada Staf Pengajar Universitas Gunadarma Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa profesi dosen memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu karakteristik dosen atau staf pengajar yang berkualitas adalah memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan organisasinya. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah komitmen dosen atau staf pengajar terhadap organisasinya yaitu perguruan tinggi. Komitmen organisasional secara umum merupakan keinginan yang dimiliki individu untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha-usaha yang tinggi untuk mencapai tujuan organissai. Dosen atau staf pengajar yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi akan menunjukkan kecenderungan tingkat kesetiaan, kemauan dan kebanggaan yang tinggi pula terhadap organisasinya. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan tetap hadir dalam bekerja serta patuh dengan aturan, nilai dan tujuan organisasinya. Selain itu, dosen yang bersangkutan juga akan bekerja lebih keras dan menghasilkan prestasi yang lebih baik lagi. Salah satu upaya untuk meningkatkan komitmen karyawan adalah dengan memenuhi apa yang menjadi harapan karyawan seperti rasa puas dalam bekerja. Kepuasan kerja merupakan perasaan yang muncul akibat pemenuhan kebutuhan dari pekerjaannya. Menurut Anoraga (2006) biasanya individu akan merasa puas atas kerja
  • 5. yang telah atau sedang dilakukannya apabila apa yang telah dilakukannya memenuhi harapan dan sesuai dengan tujuannya. Karyawan yang relatif puas dengan pekerjaannya akan lebih berkomitmen dengan organisasinya. Karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaannya akan tetap bertahan atau berkomitmen dalam lingkungan kerjanya (Davis & Newstorm, 1997). Hal ini sesuai dengan penelitian Vandenberg dan Lance (1992) bahwa kepuasan akan kualitas kerja merupakan aspek prediksi yang penting terhadap komitmen organisasional. Lebih lanjut Aldag dan Reschke (dalam Kaihatu & Rini, 2008) juga mengatakan bahwa karyawan yang puas akan memiliki komitmen dengan memberikan value added pada organisasinya. Selain itu, salah satu faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi komitmen yang dimiliki seseorang terhadap organisasi adalah semangat kerja. Menurut Nitisemito (1996) semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga diharapkan pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik. Menurut Haire (1964) dengan semangat kerja, karyawan akan lebih menikmati situasi kerja serta memiliki nilai atau pandangan positif terhadap pekerjaannya. Semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi tingkat kemangkiran dan kemalasan dalam bekerja. Hal tersebut akan berdampak pada komitmen yang dimiliki individu terhadap organisasinya. Dosen atau staf pengajar yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan melakukan tugasnya dengan sepenuh hati, karena semangat kerja berkaitan dengan ketulusan seseorang dalam melaksanakan segala tugasnya dengan baik. Di samping itu, semangat kerja terkadang juga dihubungkan dengan adanya kepuasan kerja sebagai akibat terpenuhinya kebutuhan dasar dari pekerjaan yang dilakukan. Menurut Moekijat (1989) apabila individu merasa baik, bahagia dan optimis dalam melakukan pekerjaannya maka individu tersebut digambarkan memiliki semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya apabila individu suka membantah, menyakitkan hati, terlihat aneh, merasa dalam kesulitan serta tidak tenang dalam menjalankan tugas maka keadaan tersebut digambarkan mengandung semangat kerja yang rendah. METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah 65 orang staf pengajar Universitas Gunadarma, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Teknik sampling yang digunakan untuk memperoleh subjek penelitian adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang berhubungan erat dengan tujuan penelitian (Hadi, 2004). Subjek penelitian diperoleh dari beberapa bagian unit kerja yang ada di Universitas Gunadarma, yang berlokasi di kampus D, E dan G. Subjek penelitian yang diambil mewakili dari seluruh fakultas, yaitu fakultas ilmu komputer, teknologi industri, ekonomi, teknik sipil dan perencanaan, psikologi serta sastra. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner atau angket. Kuesioner terdiri dari daftar isian identitas subjek serta skala kepuasan kerja, skala semangat kerja dan skala komitmen organisasional. Untuk uji validitas dan reliabilitas alat pengumpul data serta analisis data, perhitungannya dilakukan dengan bantuan program SPSS Ver 12.0. Uji validitas item pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment Pearson. Uji reliabilitas instrumen menggunakan teknik Alpha Cronbach. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda (multiple regression).
  • 6. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi subjek penelitian dilakukan dengan membagi subjek yang berjumlah 65 orang staf pengajar ke dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, masa kerja, status perkawinan, gaji serta penggunaan fasilitas yang diperoleh. Pembagian kelompok ini dibagi lagi berdasarkan sub bagiannya. Pada deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa subjek yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 46 orang (70, 77 %), Sementara deskripsi subjek berdasarkan usia diketahui bahwa subjek terbanyak adalah usia 20 – 30 tahun sebanyak 31 orang (47, 69 %). Deskripsi subjek berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh hasil bahwa pendidikan terakhir subjek yang terbanyak adalah S2 sebanyak 49 orang (75, 38 %). Deskripsi subjek berdasarkan masa kerja diketahui bahwa masa kerja subjek yang terbanyak adalah lebih dari 3 tahun sebanyak 51 orang (78, 46 %). Berdasarkan deskripsi subjek atas status pernikahannya, diketahui status pernikahan subjek yang terbanyak adalah menikah sebanyak 43 orang (66,15 %). Deskripsi subjek berdasarkan rentang gaji diketahui bahwa subjek terbanyak yaitu dengan rentang gaji berkisar antara 1,5 – 2 juta sebanyak 19 orang (29, 23 %). Sementara deskripsi subjek berdasarkan penggunaan fasilitas yang diperoleh diketahui bahwa subjek terbanyak yang menggunakan fasilitas makan siang sebanyak 63 orang (96,92 %). Uji Validitas dan Reliabilitas Pada kuesioner komitmen organisasional, dari 23 item yang diuji, terdapat 13 item yang dinyatakan valid dan 10 item dinyatakan gugur. Item yang dinyatakan valid atau sahih secara keseluruhan bergerak dari 0,270 sampai dengan 0,688. Untuk kuesioner komitmen organisasional diperoleh koefisien reliabilitas () keseluruhan sebesar 0,843. Pada kuesioner kepuasan kerja, dari 36 item yang diuji, terdapat 31 item yang dinyatakan valid dan 5 item dinyatakan gugur. Item yang dinyatakan valid atau sahih secara keseluruhan bergerak dari 0,249 sampai dengan 0,649. Untuk kuesioner kepuasan kerja diperoleh koefisien reliabilitas () keseluruhan sebesar 0,865. Pada kuesioner semangat kerja, dari 32 item yang diuji, terdapat 31 item yang dinyatakan valid dan 1 item dinyatakan gugur. Item yang dinyatakan valid atau sahih secara keseluruhan bergerak dari 0,346 sampai dengan 0,691. Untuk kuesioner semangat kerja diperoleh koefisien reliabilitas () keseluruhan sebesar 0,917. Uji Asumsi Terdapat beberapa asumsi atau persyaratan yang harus terpenuhi dalam menggunakan analisis regresi. Berdasarkan hasil uji linieritas menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antar variabel adalah linier, hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,005). Sedangkan berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa seluruh data, baik data kepuasan kerja, semangat kerja dan komitmen organisasional berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05). Berdasarkan hasil perhitungan collinearity statistic, diketahui bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat melalui pada tabel diatas. Diketahui
  • 7. bahwa nilai toletansi diatas 0,0001, yaitu 0,876 untuk masing-masing variabel bebas. Sedangkan nilai VIF atau variabilitas dibawah 5 yaitu 1,142. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hipotesis pertama, kedua dan ketiga dalam penelitian ini diterima. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji ANOVA atau F- Test untuk kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional diperoleh nilai F sebesar 34,739 dengan tingkat signifikansi 0,000, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Hasil uji ANOVA atau F-Test untuk kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional diperoleh nilai F sebesar 9,819 dengan tingkat signifikansi 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional. Demikian pula dengan hasil uji ANOVA atau F-Test untuk semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Diperoleh nilai F sebesar 66.464 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Variabel Berikut ini merupakan data lain mengenai subjek penelitian yang diperoleh dengan memberikan kuesioner komitmen organisasional, kepuasan kerja dan semangat kerja. Komitmen Organisasional Di bawah ini akan dikemukakan hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik komitmen organisasional beserta perhitungan dari komponen komitmen organisasional. Tabel 2. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Komitmen organisasional Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik SDH Skor Tertinggi Skor Terendah Komitmen organisasional 50,89 45,5 10,83 77 31 Gambar 1. Kurva Normal Rentang Data Hipotetik Komitmen organisasional Dari tabel dan gambar diatas, diketahui bahwa mean empirik untuk variabel komitmen organisasional lebih besar dari mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa staf pengajar termasuk individu yang memiliki komitmen organisasional yang sedang. Lebih lanjut, peneliti mencoba menguraikan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik komponen komitmen organisasional. MH: 45,523,84 56,3313 34,67 67,16 78 ME = 50,89 Sedang Tinggi Sangat Tinggi RendahSangat Rendah h
  • 8. Tabel 3. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Komitmen organisasional Berdasarkan Komponen Komitmen organisasional No. Komponen Komitmen organisasional Mean Empirik Mean Hipotetik SDH 1. Komitmen Afektif 22,53 21 5 2. Komitmen Kontinuan 11,13 10,5 2,5 3. Komitmen Normatif 17,21 14 3,33 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ketiga komponen komitmen organisasional sama-sama memiliki pengaruh yang sedang terhadap staf pengajar. Berikut ini merupakan hasil perhitungan mean empirik dan hipotetik variabel komitmen organisasional berdasarkan identitas subjek seperti tingkat pendidikan, jenis kelamin, usia, status perkawinan, unit kerja serta gaji. Tabel 4. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Identitas Subjek Penelitian Berdasarkan Variabel Komitmen organisasional No Identitas Penggolongan Jumlah Mean Empirik Mean Hipotetik SDh 1. Jenis Laki-laki 19 52,42 45,5 10,83 Kelamin Perempuan 46 50,26 45,5 10,83 20 - 30 tahun 31 50,77 45,5 10,83 2. Usia 31 - 40 tahun 25 50,12 45,5 10,83 41 - 50 tahun 9 53,44 45,5 10,83 S1 14 47,78 45,5 10,83 3. Pendidikan S2 49 51,48 45,5 10,83 S3 2 58 45,5 10,83 < dari 1 tahun 2 44 45,5 10,83 4. Masa Kerja 1- 3 tahun 12 52,50 45,5 10,83 > dari 3 tahun 51 50,78 45,5 10,83 5. Status Belum Menikah 22 49,39 45,5 10,83 Pernikahan Menikah 43 51,71 45,5 10,83 1 – 1,5 juta 10 49,90 45,5 10,83 1,5 – 2juta 19 48,35 45,5 10,83 6. Gaji 2 - 2,5 juta 16 49,46 45,5 10,83 2,5 – 3 juta 13 54,46 45,5 10,83 > dari 3 juta 6 56,33 45,5 10,83 Kepuasan Kerja Di bawah ini akan dikemukakan hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik kepuasan kerja beserta perhitungan dari faktor-faktor kepuasan kerja. Tabel 5. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kepuasan Kerja Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik SDH Skor Tertinggi Skor Terendah Kepuasan Kerja 105,96 108,5 25,83 199 86
  • 9. Gambar 2. Kurva Normal Rentang Data Hipotetik Kepuasan Kerja Dari tabel diatas, diketahui bahwa mean empirik untuk variabel kepuasan kerja lebih kecil dari mean hipotetiknya. Namun bila dilihat berdasarkan gambar kurva normal diatas diketahui bahwa mean empirik kepuasan kerja masih tergolong sedang. Hal ini menunjukkan bahwa staf pengajar yang menjadi subjek penelitian termasuk individu yang memiliki kepuasan kerja walaupun masuk ke dalam kagetori sedang. Lebih lanjut, peneliti mencoba menguraikan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik faktor-faktor kepuasan kerja. Tabel 6. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kepuasan Kerja Berdasarkan Faktor-faktor Kepuasan Kerja Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa faktor nature of work termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan pay dan pringe benefits termasuk dalam kategori rendah. Semangat Kerja Di bawah ini akan dikemukakan hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik semangat kerja beserta perhitungan dari aspek-aspek semangat kerja. Tabel 7. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Semangat Kerja Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik SDH Skor Tertinggi Skor Terendah Semangat Kerja 143,75 108,5 25,83 228 126 No. Faktor Kepuasan Kerja Mean Empirik Mean Hipotetik SDH 1. Pay 10,47 14 3,33 2. Promotion 9,78 10,5 2,5 3. Supervision 12,80 10,5 2,5 4. Pringe Benefits 10,03 14 3,33 5. Contingent Reward 12,63 14 3,33 6. Operation Conditions 6,58 7 1,6 7. Coworkers 12,09 10,5 2,5 8. Nature of Work 18,41 14 3,33 9. Communication 13,51 14 3,33 56,8431 82,67 186MH:108,5 134,33 160,16 ME = 105,96 Sedang Tinggi Sangat Tinggi RendahSangat Rendah h MH:108,5 134,33 160,16 ME = 105,96 Sedang Tinggi Sangat Tinggi RendahSangat Rendah h
  • 10. Gambar 3. Kurva Normal Rentang Data Hipotetik Semangat Kerja Dari tabel dan gambar diatas, diketahui bahwa mean empirik untuk variabel semangat kerja lebih besar dari mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa staf pengajar yang menjadi subjek penelitian termasuk individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Lebih lanjut, peneliti mencoba menguraikan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik aspek-aspek semangat kerja. Tabel 8. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Semangat Kerja Berdasarkan Aspek-aspek Semangat Kerja No. Aspek Semangat Kerja Mean Empirik Mean Hipotetik SDH 1. Kegairahan / antusiasme 59,35 45,5 10,83 2. Kualitas untuk Bertahan 26,13 21 5 3. Kekuatan untuk Melawan Frustasi 37,60 28 6,66 4. Semangat Berkelompok 20,66 14 3,33 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa aspek semangat berkelompok termasuk dalam kategori sangat tinggi. Pembahasan Penelitian ini berusaha untuk menguji adanya pengaruh kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Setelah dilakukan perhitungan regresi kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional diketahui bahwa 52,8 % komitmen organisasional dapat dijelaskan oleh kepuasan kerja dan semangat kerja. Artinya, tinggi rendahnya komitmen organisasional yang diperlihatkan staf pengajar dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan semangat kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawler & Muller (dalam Currivan, 2000) yang mengatakan bahwa kepuasan kerja memainkan peran penting terhadap komitmen organisasional. Demikian pula yang diungkapkan oleh Haire (1964) bahwa dengan semangat kerja karyawan akan lebih menikmati situasi kerja dan memiliki nilai atau pandangan yang positif terhadap pekerjaannya. Semangat dan MH:108,5 134,33 160,16 ME =143,75 Sedang Tinggi Sangat Tinggi RendahSangat Rendah h 56,84 82,6731 186
  • 11. pandangan positif karyawan terhadap organisasi dan pekerjaan akan berdampak pada kinerja dan komitmen yang dimiliki karyawan terhadap organisasinya. Berdasarkan hasil perhitungan regresi kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional diketahui bahwa 13,5% komitmen organisasional dapat dijelaskan oleh kepuasan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Chen (2007) bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dengan komitmen organisasional. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data, diketahui bahwa kepuasan kerja yang dirasakan oleh staf pengajar Universitas Gunadarma tergolong sedang. Bila dianalisa lebih jauh, maka diketahui bahwa pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional pada staf pengajar Universitas Gunadarma tidaklah begitu besar hanya 13,5%. Hal tersebut dapat dimungkinkan terjadi karena belum tercukupi atau terpenuhinya kebutuhan yang muncul dari faktor-faktor kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Spector yang dirasakan oleh staf pengajar. Diketahui dari 9 faktor kepuasan kerja yang diteliti, terdapat 6 faktor kepuasan kerja yang berada pada kategori sedang, yaitu promotion, supervision, contingent reward, operation conditions, coworkers serta communication. Hal ini menunjukkan bahwa ke 6 faktor tersebut belum dirasa cukup memuaskan bagi staf pengajar. Selain itu diketahui juga bahwa faktor pay dan pringe benefits yang diterima oleh staf pengajar masih tergolong rendah. Padahal menurut Munandar (2001) faktor-faktor diatas merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan timbulnya kepuasan kerja pada diri individu. Hal tersebut juga diperkuat oleh Mangkunegara (2000) bahwa kepuasan kerja individu tergantung pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan hidup individu tersebut. Bayaran dan keuntungan yang dirasa kurang atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup staf pengajar akan membuat kepuasan kerja yang dirasakannya cenderung menurun. Ketidakselarasan pendapatan yang diterima dengan kebutuhan (need) yang harus dipenuhi membuat staf pengajar cenderung menilai rendah kepuasan kerja dari segi pendapatan (pay). Selain itu, faktor pringe benefit (keuntungan) yang diterima staf pengajar pun dirasa kurang. Perbedaan keuntungan yang diperoleh staf pengajar diperkirakan dapat mempengaruhi kepuasan kerja yang dirasakannya. Perbedaan fasilitas dan keuntungan yang diterima oleh staf pengajar dapat memunculkan berbagai respon ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan institusinya. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa staf pengajar cenderung memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pengajar atau dosen. Ketertarikan tersebut dapat diperoleh melalui kesempatan bagi individu untuk terus belajar dan menggunakan kemampuan serta ketrampilannya dengan tugas yang beragam. Di samping itu, kesempatan untuk terus mengembangkan wawasan atau pengetahuan dengan kegiatan mengajar juga membuat staf pengajar merasakan kepuasan yang tinggi dari hasil kerjanya. Ketertarikan yang tinggi staf pengajar terhadap pekerjaan dan hasil kerjanya membuat staf pengajar memiliki nature of work yang tinggi. Ketertarikan yang tinggi terhadap pekerjannya membuat staf pengajar menyukai pekerjaan yang dilakukannya. Dalam penelitian ini selain kepuasan kerja, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasional adalah semangat kerja. Berdasarkan hasil perhitungan regresi semangat kerja terhadap komitmen organisasional diketahui bahwa 51,3 % komitmen organisasional dapat dijelaskan oleh semangat kerja. Artinya semangat yang dimiliki staf pengajar dalam bekerja dapat mempengaruhi komitmen organisasionalnya.
  • 12. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semangat kerja yang dimiliki oleh staf pengajar tergolong tinggi. Menurut Kossen (1986) semangat kerja merupakan suasana yang ditimbulkan oleh sikap para anggota organisasi. Jadi semangat kerja dapat dikatakan sebagai sikap bersama pekerja terhadap sesama rekan kerja, atasan, manajemen atau pekerjaan. Semangat kerja yang tinggi akan membuat staf pengajar cenderung lebih menikmati suasana kerja serta memiliki pandangan dan nilai positif terhadap pekerjaan dan organisasinya. Pandangan dan nilai positif yang dimiliki staf pengajar akan berdampak pada keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi pekerjaan dan organisasinya. Dengan semangat kerja yang tinggi, staf pengajar diharapkan akan menunjukkan keinginan untuk tetap berdedikasi atau loyal terhadap pekerjaan dan organisasi. Selain itu diketahui juga bahwa pengaruh semangat kerja terhadap komitmen organisasional pada staf pengajar cukup besar yaitu 51, 3 % bila dibandingkan dengan pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional sebesar 13,5 %. Hal tersebut dapat terjadi karena aspek-aspek dari semangat kerja menurut Maier (yaitu antusiasme atau kegairahan, kualitas seseorang untuk bertahan, kekuatan untuk melawan frustasi serta semangat berkelompok) secara keseluruhan berada pada kategori tinggi. Selain ke 3 aspek semangat kerja diatas, diketahui bahwa aspek semangat kerja yang paling menonjol adalah aspek semangat berkelompok yang berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti staf pengajar memiliki semangat berkelompok yang sangat tinggi dalam bekerja. Semangat berkelompok merupakan karakteristik dasar kelompok untuk bekerja sama dan bertanggung jawab secara sosial. Semangat berkelompok yang sangat tinggi dari staf pengajar dapat terbentuk dari kecenderungannya mempersepsikan dan memiliki hubungan yang baik dengan individu lain dalam kelompok atau unit kerjanya. Hubungan dan kerja sama yang terjalin dengan baik antar staf pengajar dalam unit kerja, membuat mereka bersemangat dalam melakukan tugas. Dengan semangat berkelompok yang sangat tinggi diharapkan individu akan mampu bertahan dan menetap di dalam organisasi. Berdasarkan hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik komitmen organisasional diketahui bahwa komitmen organisasional yang dimiliki staf pengajar tergolong sedang. Artinya staf pengajar cenderung memiliki komitmen organisasional yang sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa staf pengajar yang memiliki komitmen terhadap organisasi cenderung lebih dapat bertahan sebagai bagian dari universitas dibandingkan dengan staf pengajar yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi. Komitmen yang dimiliki oleh staf pengajar dapat dilihat dari kesediaannya tinggal lebih lama menjadi bagian dari organisasi, menyediakan waktu sepenuhnya bagi organisasi dan mau bekerja keras guna tercapainya sasaran organisasi. Berdasarkan hasil perhitungan untuk setiap komponen dalam komitmen organisasional diketahui bahwa ketiga komponen dari komitmen organisasional yang dikemukakan Meyer & Allen (1997) yaitu komitmen afektif, kontinuan dan normatif pada staf pengajar Universitas Gunadarma berada dalam kategori sedang. Komitmen afektif merupakan komitmen yang tumbuh karena adanya ikatan emosional antara individu dengan organisasi dan pekerjaannya. Menurut Meyer dan Allen (1997) individu dengan komitmen afektif akan melanjutkan keanggotaannya karena ia ingin melakukannya (wants to). Komitmen kontinuan mengacu pada kesadaran individu atas kerugian yang akan ditanggungnya bila meninggalkan organisasi. Sedangkan komitmen normatif menunjukkan bagaimana individu dapat bertahan didalam organisasi karena ia merasa memiliki tugas atau kewajiban moral untuk tetap menjadi bagian dari organisasi.
  • 13. Staf pengajar yang memiliki komitmen afektif, kontinuan dan normatif yang tergolong sedang akan cenderung menunjukkan ikatan emosional yang tidak terlalu kuat terhadap organisasi maupun pekerjaannya. Hal ini dikarenakan bila ada kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan yang sekarang maka individu tidak akan merasa rugi atau sulit untuk memutuskan berhenti dari organisasi. Hal tersebut dapat terjadi karena individu tidak merasa memiliki kewajiban atau tanggung jawab moral yang mengikatnya untuk terus bertahan didalam organisasi. Diketahui bahwa staf pengajar yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi adalah staf pengajar yang telah mencapai jenjang pendidikan S3. Hal ini dapat dipahami, karena secara tidak langsung terdapat hak istimewa (previlege) yang memungkinkan mereka mendapatkan fasilitas atau keuntungan lainnya yang tidak diperoleh staf pengajar lainnya. Hak istimewa atau privilege tersebut dapat berupa sarana transportasi, gaji yang layak dan mencukupi serta peminjaman lunak maupun berbagai bentuk tunjangan lainnya yang dapat menunjang hidup lebih baik. Selain itu, kesempatan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan serta status dirasa lebih memungkinkan bagi mereka yang telah mencapai jenjang pendidikan S3. Selain faktor pendidikan, faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi komitmen organisasional seseorang adalah faktor pembayaran atau gaji. Diketahui bahwa staf pengajar yang memiliki rentang gaji diatas 3 juta menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap organisasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Drago (dalam Armansyah, 2002) bahwa pembayaran dapat menentukan komitmen yang dimiliki seseorang dalam bekerja serta bertahan pada organisasinya. Bayaran yang layak atau cukup untuk menghidupi diri dan keluarga, mendorong besarnya komitmen yang dimiliki seseorang terhadap organisasinya. Dengan bayaran yang layak, individu tidak akan memikirkan hal lain atau memanipulasi aktivitas tertentu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup atau menambah kekurangan penghasilan yang diperolehnya. Pembayaran yang layak akan memberikan rasa aman pada karyawan sehingga menghambat pemikiran-pemikiran untuk keluar dari organisasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasional dapat dijelaskan oleh variabel kepuasan kerja dan semangat kerja. Kedua variabel tersebut memiliki pengaruh secara bersama-sama sebesar 52,8 % terhadap komitmen organisasional. Sedangkan secara terpisah diketahui bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh sebesar 13,5 % terhadap komitmen organisasional dan semangat kerja memiliki pengaruh sebesar 51,3 % terhadap komitmen organisasional. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ketiga komponen dalam komitmen organisasional, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuan dan komitmen normatif memiliki pengaruh yang sedang pada staf pengajar. Saran Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada baiknya mencoba menggali sebab-sebab lain yang berpengaruh terhadap komitmen organisasional seperti pemberian kompensasi, motivasi, kondisi kerja, prestasi,
  • 14. komunikasi interpersonal, stres kerja atau tuntutan kerja, agar dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih komprehensif. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. (2006). Psikologi kerja. Jakarta : Rineka Cipta Chen, Y. J. (2007). Relationships among service orientation, job satisfaction & organizational commitment in the international tourist hotel industry. Journal of American Academic of Business. Vol 11. No. 2, 71-82 Currivan, D. B. (2000). The causal order od job satisfaction & organizational commitment in models of employee turnover. Human resource management review. Vol. 9, No. 4, 495-524 Djati, S. P. & Khusaini, M. (2003). Kajian terhadap kepuasan kompensasi, komitmen organisasi dan prestasi kerja. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 5, No. 1, 25-41 Hadi, S. (2004). Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset. Haire, M. (1964). Psychology in management (second edition). University of California, Berkeley : McGraw-Hill series in psychology. Harsono. (2008). Model-model pengelolaan perguruan tinggi : Perspektif sosiopolitik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Koesmono, T. (2007). Pengaruh kepemimpinan dan tuntutan tugas terhadap komitmen organisasi dengan variabel moderasi motivasi perawat rumah sakit swasta Surabaya. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, 30-40. Kossen, S. (1986). Aspek manusia dalam organisasi. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga Maier, N. R. F. (1995). Psychology in industry. Boston : Houghton Mifflin Company Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press. Moekijat. (1989). Manajemen kepegawaian. Bandung : PT. Mandar Maju Nitisemito, A. S. (1996). Manajemen personalia (Manajemen sumber daya manusia). Jakarta : Ghalia Indonesia Robin, S. P. (1996). Perilaku organisasi : Konsep, kontroversi, aplikasi. Jilid 1. Prenhallindo. Jakarta.
  • 15. Spector, P. E. (1997). Job satisfaction : Application, assessment, causes and consequences. CA : Sage Publication Thousand Oaks.. Vandenberg, R. J. & Lance, E. (1992). Examining the causal order of the job satisfaction and organizational commitment. Journal of Management. Vol. 18, 1, 153-167 Werther, W. B. & Davis, K. (1992). Human resource and personnel management. Fourth edition. Singapore : McGraw-Hill Book co Yulianti, P. (2001). Pengaruh sumber-sumber stres kerja terhadap kepuasan kerja tenaga edukatif tetap. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 2, 2 - 10