SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 1
PENANGANAN DAN PENGOLAHAN DAGING
Oleh :
Lutfia Hanim Mufida, S.Pt, MP*
Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi disamping telur, susu
dan ikan. Daging mengandung protein, lemak, mineral, air serta vitamin dalam susunan
yang beerbeda tergantung jenis makanan dan jenis ternak. Ternak yang berbeda
mempunyai komposisi daging yang berbeda. Sebagai bahan pangan, daging merupakan
sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Daging bersifat mudah
rusak akibat proses mikrobiologis, kimia dan fisik bila tidak ditangani dengan baik.
Kualitas daging ditentukan oleh faktor sebelum pemotongan (antemortem) dan
faktor setelah pemotongan (postmortem), termasuk kondisi sebelum pemotongan, abatoir
dan teknik pemotongan, serta teknologi prosesing yang diaplikasikan. Untuk itu, regulasi
higienis daging, termasuk standar higienis abatoir dan pemotongan harus mampu menjamin
kondisi higienis industri daging. Sistem pemotongan tradisional harus memperhitungkan
standar higienis untuk menjamin prosesing daging di abatoir dan kualitas daging yang
optimal. Sistem abatoir modern dengan teknik pemotongan serta standar grading karkas dan
daging penting untuk dipromosikan dan diaplikasikan. Demikian pula sistem HACCP perlu
diperhitungkan dan diaplikasikan mulai dari produsen hingga produk-produk daging untuk
menjamin standar kualitas daging yang berkualitas baik, higienis dan aman bagi konsumen.
Pemotongan ternak sapi/kerbau/kambing/domba harus terpisah dari babi, dengan
syarat pemotongan adalah : ternak sehat, cukup istirahat, betina tidak produktif dan dalam
keadaan darurat. Cara pelaksanaan pemotongan yang benar adalah sebagai berikut: a.
Ternak tidak diperlakukan kasar; b. Ternak tidak mengalami stress; c. Penyembelihan dan
pengeluaran darah harus cepat dan sempurna; d. Kerusakan karkas minimal; e. Higienis; f.
Ekonomis; Aman bagi pekerja
Pelayuan disebut juga aging, conditioning atau hanging, yaitu dengan
menggantungkan karkas selama waktu tertentu di dalam ruangan dengan temperatur diatas
titik beku karkas (-1,5° C). Pelayuan biasanya dilakukan pada ruangan pendingin dengan
temperatur pada kisaran 15° - 16° C selama 24 jam, atau dapat pula dilakukan pada kisaran
temperatur 0° - 3° C dengan waktu yang lebih lama. Selama proses pelayuan terjadi proses
autolisis, yaitu perombakan tenunan daging oleh enzim yang terdapat di dalam daging,
sehingga daging menjadi lebih empuk dan berkembangnya flavor daging yang lebih baik.
Daging biasanya dilayukan dalam bentuk karkas atau setengah karkas. Pelayuan dengan
cara menggantung karkas akan mengurangi pemendekan otot akibat rigor mortis karena
secara fisik, penggantungan menyebabkan gaya berat karkas menahan proses kontraksi
Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 2
otot. Selain itu dengan adanya pelayuan maka memberikan kesempatan enzim proteolitik
untuk mendegradasi protein-protein serat sehingga menjadikan daging terasa lebih empuk.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi luas permukaan yang dapat diinfeksi oleh mikroba.
Tujuan dari pelayuan daging adalah: (1) agar proses pembentukan asam laktat dari
glikogen otot berlangsung sempurna sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat, (2)
pengeluaran darah menjadi lebih sempurna, (3) lapisan luar daging menjadi kering, sehingga
kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat ditahan, (4) untuk memperoleh daging yang
memiliki tingkat keempukan optimum serta cita rasa khas.
Rigor mortis merupakan proses yang harus diperhatikan karena kesalahan
penanganan bisa berpengaruh pada kualitas daging. Karkas yang pre rigor atau sedang rigor
disimpan beku maka bila karkas/daging dicairkan (thawing) akan terjadi pengkerutan yang
hebat hingga bisa mencapai 50% karena terjadi rigor mortis kembali (thaw rigor). Hal ini
menyebabkan ukuran karkas atau daging menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Oleh
karena itu pembekuan karkas atau daging biasanya dilakukan pada keadaan posrigor.
Berkenaan dengan sifat rigor mortis ini maka dalam pelayuan biasanya dilakukan
pada temperatur antara 15-16 °C. Pada temperatur ini rigor mortis masih bisa berlangsung
sehingga tidak menimbulkan pengkerutan. Pelayuan pada temperatur rendah akan
menyebabkan pengkerutan dingin (cold shortening). Temperatur di bawah 15 o
C
menyebabkan karkas yang belum rigor atau sedang rigor menjadi tidak bisa melangsungkan
rigor mortis dan bila dikembalikan ke temperatur ruang maka rigor mortis yang tertunda tadi
berlangsung kembali tetapi diikuti dengan pengkerutan karkas/daging.
Daging merupakan sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup
lengkap. Daging bersifat mudah rusak akibat proses mikrobilogis, kimia dan fisik bila tidak
ditangani dengan baik, daging yang tidak sehat bila dikonsumsi dapat menyebabkan sumber
penyakit akibat keracunan makanan bagi manusia, untuk itu perlu diketahui berbagai jenis
dan kriteria daging yang sehat dan baik.
Daging Asuh (aman, sehat, utuh dan halal) adalah daging yang diperoleh dengan
beberapa persyaratan yaitu bagian yang diperoleh dari pemotongan ternak, baik ternak
besar seperti sapi, kerbau dan kuda, ternak kecil kambing, domba maupun ternak unggas di
RPH/RPA, disembelih menurut syariat agama Islam, pemeriksaan ante mortem/post mortem,
karkas/daging diberi cap/stempel, tidak ditambah bahan/zatyang mengubah warna daging,
kecuali dengan pendinginan, diangkut dengan kendaraan tertutup, khusus suhu (4–10 o
C).
Hal yang harus diperhatikan dari penyediaan daging adalah : 1. Kesehatan Ternak,
jika ternak sehat maka daging sehat dan jika ternak sakit maka daging sakit; 2. Kebersihan
Ternak, jika sebelum penyembelihan dilakukan penyiraman ternak maka mikroorganisme
Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 3
dalam daging bisa diminimalisir; dan 3. Kebersihan Ruang Pemotongan, Peralatan dan
Petugas, hal ini dilakukan untuk meminimalkan kontaminasi daging.
Daging adalah bagian otot skeletal dari karkas sapi yang aman, layak dan lazim
dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar, daging segar dingin atau daging beku.
Daging dapat didefinisikan juga sebagai jaringan otot hewan yang telah dipotong, dapat
digunakan sebagai bahan pangan yang aman dikonsumsi, sebagai bahan pangan daging
mempunyai nilai nutrisi yang tinggi yang mengandung asam-asam amino esensial yang
lengkap dan seimbang, disamping mengandung komponen lainnya seperti air, lemak,
karbohidrat dan komponen anorganik sehingga sangat baik untuk kebutuhan hidup manusia.
Organ-organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pancreas, dan jaringan
otot termasuk dalam definisi ini (Soeparno, 2005).
Daging yang umum dikonsumsi dapat diperoleh dari ternak ruminansia besar dan
kecil (sapi, kerbau, domba, kambing), ternak unggas (ayam, itik), dan aneka ternak (kelinci,
rusa, kuda, babi). Daging juga dapat dibedakan atas daging merah dan daging putih
tergantung perbedaan histologi, biokimia, dan asal ternak. Daging merah adalah daging
yang memiliki serat yang sempit, kaya akan pigmen daging (mioglobin), mitokondria dan
enzim respirasi berhubungan dengan tingginya aktivitas otot serta kandungan glikogen yang
rendah. Daging putih merupakan daging yang berserat lebih besar dan lebar, sedikit
mioglobin, mitokondria dan enzim respirasi berhubungan dengan aktivitas otot yang
singkat/cepat serta kandungan glikogen yang tinggi. Daging putih mempunyai kadar protein
lebih tinggi dibanding daging merah namun daging merah memiliki kadar lemak jenuh dan
kolesterol lebih tinggi dibanding daging putih. Beberapa macam warna daging dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Beberapa Macam Jenis Daging
Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 4
Daging sapi berwarna merah terang/cerah, mengkilap, dan tidak pucat. Secara fisik
daging elastis, sedikit kaku dan tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah dan tidak
lengket di tangan. Dari segi aroma, daging sapi sangat khas (gurih). Daging domba dan
kambing Ciri-ciri daging domba dan kambing hampir sama dengan daging sapi. Namun
daging domba dan kambing memiliki serat lebih kecil dibandingkan serat daging sapi, serta
aroma daging kambing yang khas goaty. Daging ayam Daging ayam berwarna putih
keabuan dan cerah. Kulit ayam berwarna putih kekuningan dan bersih. Jika disentuh daging
terasa lembab tidak lengket. Serat daging ayam halus, mudah dikunyah/digiling, mudah
dicerna, berflavor lembut, aroma tidak menyengat, dan tidak berbau amis. Daging kelinci
Daging kelinci tidak berbau, berwarna putih hampir sama dengan daging ayam, seratnya
halus. Kandungan kolesterol daging kelinci rendah sehingga baik dikonsumsi oleh penderita
jantung, manula, dan obesitas, dipercaya dapat mengobati asma karena mengandung
kitotefin serta asam lemak omega-3 dan omega-9.
Protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari
bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam
amino esensialnya yang lengkap dan seimbang. Daging juga mengandung kolesterol,
walaupun dalam jumlah yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bagian jeroan
maupun otak. Kadar kolesterol daging sekitar 500 mg/100 gram lebih rendah dari kolesterol
otak (1.800-2.000 mg/100 g) atau kolesterol kuning telur (1.500 mg/100 g).
Komposisi tersebut tidak selalu tetap karena dipengaruhi oleh faktor genetik,
fisiologis, nutrisi, umur, jenis kelamin dan berat hidup. Kualitas produk akhir yang optimal
dapat dicapai dengan memilih daging yang baik. Daging sapi yang baik adalah yang memiliki
penampakan yang mengkilat dengan warna merah segar, seratnya halus, lemaknya
berwarna kuning, elastis dan tidak berbau busuk.
Beberapa kandungan nutrisi ternak yang ada di beberapa jenis daging dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan nutrisi beberapa jenis daging (%)
No Jenis Daging Kalori Protein Lemak
1 Daging sapi 207 18,8 14
2 Daging kerbau 85 18,7 0,5
3 Daging kambing 154 16,6 9,2
4 Daging domba 206 17,1 14,8
5 Daging ayam 302 18,2 25
6 Daging itik 326 16,0 28,6
7 Daging Kelinci 160 21,0 8,0
Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 5
Daging segar mudah busuk atau rusak karena perubahan kimiawi dan kontaminasi
mikroba. Oleh karena itu berbagai cara pengolahan dan pengawetan daging perlu
dikembangkan. Tujuan dari pengolahan dan pengawetan daging ialah untuk memperpanjang
daya simpan dan untuk meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen serta
dapat mempertahankan nilai gizinya sehingga diharapkan dapat memperluas rantai
pemasaran daging olahan tersebut. Pada Gambar 2 dapat dilihat gambar daging segar yang
layak dan aman dikonsumsi oleh manusia.
Pemilihan bagian-bagian daging untuk suatu produk adalah penting, karena
jaringan atau organ ternak mengandung air, protein, lemak, vitamin, mineral dan pigmentasi
yang bervariasi. Potongan daging merupakan pemetaan daging hasil dari potongan karkas
yang bertujuan untuk mengklasifikasikan daging berdasarkan golongan atau kelasnya
sehingga potongan daging tersebut bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan produk yang
akan dibuat.
Proses Pengolahan Daging
Pengolahan daging merupakan salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan
bahan pangan ternak dari keadaan segar menjadi berbagai macam produk olahan yang bisa
meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk. Tingginya tingkat konsumsi produk
olahan peternakan (terutama daging) merupakan suatu peluang usaha tersendiri untuk
dikembangkan. Bergesernya pola konsumsi masyarakat dalam mengkonsumsi produk olahan
peternakan, terutama daging, sehingga mendorong untuk dikembangkannya teknologi dalam
hal pengolahan daging.
Pengolahan pangan dengan menggunakan suhu tinggi merupakan metoda
pengolahan yang telah lama digunakan orang dan merupakan metoda pengolahan pangan
yang paling populer digunakan di industri. Aplikasi panas pada proses pengolahan pangan
tentunya dimulai pada saat manusia menemukan api, yaitu ketika manusia mulai memasak
makanannya. Namun secara industri hal tersebut menjadi sangat berkembang dengan
ditemukannya proses pengalengan makanan yang dapat memperpanjang masa simpan
produk pangan beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Beberapa keuntungan dari proses pemanasan atau pemasakan ini adalah
terbentuknya tekstur dan cita rasa khas dan disukai; rusaknya atau hilangnya beberapa
komponen anti gizi (misalnya protein terdenaturasi); terbunuhnya mikroorganisme sehingga
meningkatkan keamanan dan keawetan pangan; menyebabkan inaktifnya enzim-enzim
perusak, sehingga mutu produk lebih stabil selama penyimpanan. Dua faktor yang harus
diperhatikan dalam pengolahan dengan panas yaitu : (1) jumlah panas yang diberikan harus
Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 6
cukup untuk mematikan mikroba pembusuk dan mikroba patogen dan (2) jumlah panas
yang digunakan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi dan cita rasa makanan.
Jumlah panas yang diberikan dalam proses pengolahan pangan tidak boleh lebih
dari jumlah minimal panas yang dibutuhkan untuk membunuh mikroba yang dimaksud.
Dalam proses pemanasan ada hubungan antara panas dan waktu, yaitu jika suhu yang
digunakan rendah maka waktu pemanasan harus lebih lama, sedangkan jika suhu tinggi
waktu pemanasan singkat. Sebagai contoh misalnya jumlah panas yang diterima bahan jika
kita memanaskan selama 10 jam di dalam air mendidih (100 ºC) kira-kira sama dengan
memanaskan bahan tersebut selama 20 menit pada suhu 121 ºC.
Beberapa produk olahan daging menggunakan bahan selain daging sebagai
tambahan yang akan menentukan kualitas produk. Produk-produk yang menggunakan
bahan lain adalah sosis, bakso, meatloaf, nugget dan lain-lain. Berikut ini adalah jenis dan
fungsi bahan-bahan non daging pada produk olahan daging.
a. Garam, sebagaimana telah disebutkan di atas, garam berperan sebagai pembangkit flavor
dan mengawetkan. Hampir semua produk olahan daging menggunakan garam.
b. Pemanis, biasanya gula. Berperan sebagai pembentuk flavor khas dan menetralisir efek
pengerasan garam serta mengawetkan. Beberapa produk olahan menggunakan gula.
c. Bumbu-bumbu. Digunakan sebagai flavoring dan bersifat mengawetkan, terutama
bawang putih. Hampir semua produk olahan daging menggunakan bumbu-bumbu.
d. Fosfat dalam bentuk sodium tripolifosfat (STPP), berfungsi untuk meningkatkan
kekenyalan produk dan mengurangi pengkerutan daging selama proses pengolahan serta
menghambat oksidasi produk. Beberapa olahan tidak menggunakan fosfat, jadi bersifat
pilihan saja. Tetapi sosis dan bakso menggunakan STPP.
e. Garam sendawa/salpeter, digunakan bila pada produk curing.
f. Bahan extender, pengikat (binder) atau pengisi (filler). Bahan-bahan ini biasanya
digunakan pada pembuatan sosis, meatloaf, bakso dan lain-lainnya. Fungsi ketiga bahan
tersebut adalah untuk meningkatkan stabilitas emulsi, meningkatkan daya ikat air produk,
meningkatkan flavor, mengurangi pengkerutan selama pemasakan, meningkatkan
karakteristik irisan produk dan mengurangi biaya formulasi. Bahan extender biasanya
adalah adalah tepung sereal dari gandum, barley, jagung atau padi; ekstrak pati dari
tepung sereal atau dari kentang; dan sirup jagung. Penambahan bahan extender ini akan
memperbesar volume dan berat serta komposisi produk olahan. Bahan binder adalah
bahan bukan daging yang mampu meningkatkan daya mengikat air dan emulsifikasi
lemak. Bahan-bahan ini adalah bahan yang mengandung protein tinggi, bisa berupa
produk susu kering maupun tepung kedelai. Bahan filler biasanya adalah bahan yang
Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 7
mampu meningkatkan daya mengikat air produk tetapi kecil pengaruhnya terhadap
emulsifikasi lemak. Bahan-bahan ini adalah bahan-bahan yang mengandung karbohidrat.
Bahan extender dan filler seringkali sama saja. Bahkan ketiga istilah tersebut juga sering
dicampur baurkan karena semua bahan tersebut juga memiliki fungsi ketiga-tiganya.
Daftar Pustaka
Anonim, 1993. Karkas dan Bagian-bagiannya. Lembar Informasi Pertanian Vol. 1, Balai
Informasi Pertanian DKI Jakarta
Badan Standarisasi Nasional, 2008. SNI 3932. Mutu Karkas dan Daging Sapi. Jakarta
Belitz H.D and W. Grosch, 1987, Food Chemistry. Translation from The 2nd German Edition
by D. Hadziyef, Springer Verlag, Berlin
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wotton. 1986. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari
Purnomo dan Adiono, U.I. Press. Jakarta
Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging, Penerjemah A. Parakkasi, Penerbit UI-Press, Jakarta.
Purnomo, H., 1996. Dasar-Dasar Pengolahan dan Pengawetan Daging. PT Grasindo. Jakarta.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6   kb 3AT Modul 6   kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
Pengembangan Pangan Lokal.pptx
Pengembangan Pangan Lokal.pptxPengembangan Pangan Lokal.pptx
Pengembangan Pangan Lokal.pptxAdityaAlta2
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakradenhilmiaja
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikKebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikRoni Kedua
 
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptxPENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptxDEDI KUSMANA
 
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & IndonesiaJenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & IndonesiaLou Ayy Alzamakhsyari
 
Bangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdf
Bangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdfBangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdf
Bangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdfRektorUB
 
Metabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for PoultryMetabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for PoultryEmi Suhaemi
 
Produção de novilho precoce no Brasil
Produção de novilho precoce no BrasilProdução de novilho precoce no Brasil
Produção de novilho precoce no BrasilAlice Melo Candido
 
Pengolahan pangan daging dan unggas
Pengolahan pangan daging dan unggasPengolahan pangan daging dan unggas
Pengolahan pangan daging dan unggasAgnescia Sera
 
3. Teknologi pengolahan Pangan.pptx
3. Teknologi pengolahan Pangan.pptx3. Teknologi pengolahan Pangan.pptx
3. Teknologi pengolahan Pangan.pptxEstiEliana
 

Was ist angesagt? (20)

Daging unggas
Daging unggasDaging unggas
Daging unggas
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6   kb 3AT Modul 6   kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
Daging dan unggas
Daging dan unggasDaging dan unggas
Daging dan unggas
 
Unggas
Unggas   Unggas
Unggas
 
pengolahan daging
pengolahan dagingpengolahan daging
pengolahan daging
 
Daging ppt
Daging pptDaging ppt
Daging ppt
 
Pengembangan Pangan Lokal.pptx
Pengembangan Pangan Lokal.pptxPengembangan Pangan Lokal.pptx
Pengembangan Pangan Lokal.pptx
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikKebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
 
Produk olahan telur
Produk olahan telurProduk olahan telur
Produk olahan telur
 
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptxPENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
PENYUSUNAN RANSUM DENGAN METODE PEARSON SQUARE.pptx
 
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & IndonesiaJenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
 
Bangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdf
Bangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdfBangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdf
Bangsa - Bangsa Domba Perah Kelompok 2.pdf
 
Metabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for PoultryMetabolizable Energi for Poultry
Metabolizable Energi for Poultry
 
Produção de novilho precoce no Brasil
Produção de novilho precoce no BrasilProdução de novilho precoce no Brasil
Produção de novilho precoce no Brasil
 
Pengolahan pangan daging dan unggas
Pengolahan pangan daging dan unggasPengolahan pangan daging dan unggas
Pengolahan pangan daging dan unggas
 
3. Teknologi pengolahan Pangan.pptx
3. Teknologi pengolahan Pangan.pptx3. Teknologi pengolahan Pangan.pptx
3. Teknologi pengolahan Pangan.pptx
 
5. pengasapan
5. pengasapan5. pengasapan
5. pengasapan
 
Serealia
SerealiaSerealia
Serealia
 

Ähnlich wie Penanganan dan pengolahan daging

Pengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahanPengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahanbabarock
 
presentation-daging2.pptx
presentation-daging2.pptxpresentation-daging2.pptx
presentation-daging2.pptxNeelaIshak
 
Up 2 higiene_daging
Up 2 higiene_dagingUp 2 higiene_daging
Up 2 higiene_dagingNidaul Sira
 
Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...
Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...
Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...Sutyawan
 
Powerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptx
Powerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptxPowerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptx
Powerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptxwisriyul
 
Leaflet seri bahaya ayam putih
Leaflet seri bahaya ayam putihLeaflet seri bahaya ayam putih
Leaflet seri bahaya ayam putihAmelia Dwitiya
 
Teknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongTeknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongsujononasa
 
abon ayam pengol daging
abon ayam pengol dagingabon ayam pengol daging
abon ayam pengol dagingBBPP_Batu
 
__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdf
__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdf__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdf
__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdfSetiawan Putra Syah
 
FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )
FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )
FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )syahidah shabuddin
 
Konsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat Indonesia
Konsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat IndonesiaKonsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat Indonesia
Konsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat IndonesiaMuhammad Sirod
 
Sistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiSistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiKrissna Krissna
 
Sistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiSistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiKrissna Krissna
 
pemberian PMT bagi bayi & balita stunting
pemberian PMT bagi bayi & balita stuntingpemberian PMT bagi bayi & balita stunting
pemberian PMT bagi bayi & balita stuntingzahrohm
 
Hewan Qurban di tinjau dari segi Kimia
Hewan Qurban di tinjau dari segi KimiaHewan Qurban di tinjau dari segi Kimia
Hewan Qurban di tinjau dari segi KimiaMuhammad Taufik
 
P3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdf
P3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdfP3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdf
P3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdfbagasrizkiprioutomo1
 
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman BabiMenyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman BabiNuTreSari Annisa Tresnasari
 

Ähnlich wie Penanganan dan pengolahan daging (20)

Pengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahanPengawetan daging segar olahan
Pengawetan daging segar olahan
 
presentation-daging2.pptx
presentation-daging2.pptxpresentation-daging2.pptx
presentation-daging2.pptx
 
Up 2 higiene_daging
Up 2 higiene_dagingUp 2 higiene_daging
Up 2 higiene_daging
 
Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...
Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...
Karakterstik mutu pangan dan hasil olahan setengah jadi unggas, daging, ikan,...
 
Makalah kolesterol 1
Makalah kolesterol 1Makalah kolesterol 1
Makalah kolesterol 1
 
Powerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptx
Powerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptxPowerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptx
Powerpoint-Daging-Dan-Hasil-Olahannya.pptx
 
Leaflet seri bahaya ayam putih
Leaflet seri bahaya ayam putihLeaflet seri bahaya ayam putih
Leaflet seri bahaya ayam putih
 
Teknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potongTeknis budidaya sapi potong
Teknis budidaya sapi potong
 
abon ayam pengol daging
abon ayam pengol dagingabon ayam pengol daging
abon ayam pengol daging
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdf
__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdf__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdf
__Minggu VI_Komponen, Struktur, dan Kualitas daging__Setiawan Putra Syah.pdf
 
FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )
FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )
FIQH HALAL HARAM ( AYAM ORGANIK )
 
Konsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat Indonesia
Konsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat IndonesiaKonsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat Indonesia
Konsumsi dan Permintaan Daging Sapi dan Kerbau Masyarakat Indonesia
 
Sistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiSistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapi
 
Sistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapiSistem produksi daging sapi
Sistem produksi daging sapi
 
pemberian PMT bagi bayi & balita stunting
pemberian PMT bagi bayi & balita stuntingpemberian PMT bagi bayi & balita stunting
pemberian PMT bagi bayi & balita stunting
 
Hewan Qurban di tinjau dari segi Kimia
Hewan Qurban di tinjau dari segi KimiaHewan Qurban di tinjau dari segi Kimia
Hewan Qurban di tinjau dari segi Kimia
 
P3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdf
P3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdfP3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdf
P3_Dasar_Gizi_Protein _ K3 _ Pekerja pdf
 
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman BabiMenyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
Menyingkap Hikmah di Balik Rahasia Pengharaman Babi
 

Kürzlich hochgeladen

Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 

Penanganan dan pengolahan daging

  • 1. Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 1 PENANGANAN DAN PENGOLAHAN DAGING Oleh : Lutfia Hanim Mufida, S.Pt, MP* Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi disamping telur, susu dan ikan. Daging mengandung protein, lemak, mineral, air serta vitamin dalam susunan yang beerbeda tergantung jenis makanan dan jenis ternak. Ternak yang berbeda mempunyai komposisi daging yang berbeda. Sebagai bahan pangan, daging merupakan sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Daging bersifat mudah rusak akibat proses mikrobiologis, kimia dan fisik bila tidak ditangani dengan baik. Kualitas daging ditentukan oleh faktor sebelum pemotongan (antemortem) dan faktor setelah pemotongan (postmortem), termasuk kondisi sebelum pemotongan, abatoir dan teknik pemotongan, serta teknologi prosesing yang diaplikasikan. Untuk itu, regulasi higienis daging, termasuk standar higienis abatoir dan pemotongan harus mampu menjamin kondisi higienis industri daging. Sistem pemotongan tradisional harus memperhitungkan standar higienis untuk menjamin prosesing daging di abatoir dan kualitas daging yang optimal. Sistem abatoir modern dengan teknik pemotongan serta standar grading karkas dan daging penting untuk dipromosikan dan diaplikasikan. Demikian pula sistem HACCP perlu diperhitungkan dan diaplikasikan mulai dari produsen hingga produk-produk daging untuk menjamin standar kualitas daging yang berkualitas baik, higienis dan aman bagi konsumen. Pemotongan ternak sapi/kerbau/kambing/domba harus terpisah dari babi, dengan syarat pemotongan adalah : ternak sehat, cukup istirahat, betina tidak produktif dan dalam keadaan darurat. Cara pelaksanaan pemotongan yang benar adalah sebagai berikut: a. Ternak tidak diperlakukan kasar; b. Ternak tidak mengalami stress; c. Penyembelihan dan pengeluaran darah harus cepat dan sempurna; d. Kerusakan karkas minimal; e. Higienis; f. Ekonomis; Aman bagi pekerja Pelayuan disebut juga aging, conditioning atau hanging, yaitu dengan menggantungkan karkas selama waktu tertentu di dalam ruangan dengan temperatur diatas titik beku karkas (-1,5° C). Pelayuan biasanya dilakukan pada ruangan pendingin dengan temperatur pada kisaran 15° - 16° C selama 24 jam, atau dapat pula dilakukan pada kisaran temperatur 0° - 3° C dengan waktu yang lebih lama. Selama proses pelayuan terjadi proses autolisis, yaitu perombakan tenunan daging oleh enzim yang terdapat di dalam daging, sehingga daging menjadi lebih empuk dan berkembangnya flavor daging yang lebih baik. Daging biasanya dilayukan dalam bentuk karkas atau setengah karkas. Pelayuan dengan cara menggantung karkas akan mengurangi pemendekan otot akibat rigor mortis karena secara fisik, penggantungan menyebabkan gaya berat karkas menahan proses kontraksi
  • 2. Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 2 otot. Selain itu dengan adanya pelayuan maka memberikan kesempatan enzim proteolitik untuk mendegradasi protein-protein serat sehingga menjadikan daging terasa lebih empuk. Hal ini dilakukan untuk mengurangi luas permukaan yang dapat diinfeksi oleh mikroba. Tujuan dari pelayuan daging adalah: (1) agar proses pembentukan asam laktat dari glikogen otot berlangsung sempurna sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat, (2) pengeluaran darah menjadi lebih sempurna, (3) lapisan luar daging menjadi kering, sehingga kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat ditahan, (4) untuk memperoleh daging yang memiliki tingkat keempukan optimum serta cita rasa khas. Rigor mortis merupakan proses yang harus diperhatikan karena kesalahan penanganan bisa berpengaruh pada kualitas daging. Karkas yang pre rigor atau sedang rigor disimpan beku maka bila karkas/daging dicairkan (thawing) akan terjadi pengkerutan yang hebat hingga bisa mencapai 50% karena terjadi rigor mortis kembali (thaw rigor). Hal ini menyebabkan ukuran karkas atau daging menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Oleh karena itu pembekuan karkas atau daging biasanya dilakukan pada keadaan posrigor. Berkenaan dengan sifat rigor mortis ini maka dalam pelayuan biasanya dilakukan pada temperatur antara 15-16 °C. Pada temperatur ini rigor mortis masih bisa berlangsung sehingga tidak menimbulkan pengkerutan. Pelayuan pada temperatur rendah akan menyebabkan pengkerutan dingin (cold shortening). Temperatur di bawah 15 o C menyebabkan karkas yang belum rigor atau sedang rigor menjadi tidak bisa melangsungkan rigor mortis dan bila dikembalikan ke temperatur ruang maka rigor mortis yang tertunda tadi berlangsung kembali tetapi diikuti dengan pengkerutan karkas/daging. Daging merupakan sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Daging bersifat mudah rusak akibat proses mikrobilogis, kimia dan fisik bila tidak ditangani dengan baik, daging yang tidak sehat bila dikonsumsi dapat menyebabkan sumber penyakit akibat keracunan makanan bagi manusia, untuk itu perlu diketahui berbagai jenis dan kriteria daging yang sehat dan baik. Daging Asuh (aman, sehat, utuh dan halal) adalah daging yang diperoleh dengan beberapa persyaratan yaitu bagian yang diperoleh dari pemotongan ternak, baik ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda, ternak kecil kambing, domba maupun ternak unggas di RPH/RPA, disembelih menurut syariat agama Islam, pemeriksaan ante mortem/post mortem, karkas/daging diberi cap/stempel, tidak ditambah bahan/zatyang mengubah warna daging, kecuali dengan pendinginan, diangkut dengan kendaraan tertutup, khusus suhu (4–10 o C). Hal yang harus diperhatikan dari penyediaan daging adalah : 1. Kesehatan Ternak, jika ternak sehat maka daging sehat dan jika ternak sakit maka daging sakit; 2. Kebersihan Ternak, jika sebelum penyembelihan dilakukan penyiraman ternak maka mikroorganisme
  • 3. Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 3 dalam daging bisa diminimalisir; dan 3. Kebersihan Ruang Pemotongan, Peralatan dan Petugas, hal ini dilakukan untuk meminimalkan kontaminasi daging. Daging adalah bagian otot skeletal dari karkas sapi yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar, daging segar dingin atau daging beku. Daging dapat didefinisikan juga sebagai jaringan otot hewan yang telah dipotong, dapat digunakan sebagai bahan pangan yang aman dikonsumsi, sebagai bahan pangan daging mempunyai nilai nutrisi yang tinggi yang mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dan seimbang, disamping mengandung komponen lainnya seperti air, lemak, karbohidrat dan komponen anorganik sehingga sangat baik untuk kebutuhan hidup manusia. Organ-organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pancreas, dan jaringan otot termasuk dalam definisi ini (Soeparno, 2005). Daging yang umum dikonsumsi dapat diperoleh dari ternak ruminansia besar dan kecil (sapi, kerbau, domba, kambing), ternak unggas (ayam, itik), dan aneka ternak (kelinci, rusa, kuda, babi). Daging juga dapat dibedakan atas daging merah dan daging putih tergantung perbedaan histologi, biokimia, dan asal ternak. Daging merah adalah daging yang memiliki serat yang sempit, kaya akan pigmen daging (mioglobin), mitokondria dan enzim respirasi berhubungan dengan tingginya aktivitas otot serta kandungan glikogen yang rendah. Daging putih merupakan daging yang berserat lebih besar dan lebar, sedikit mioglobin, mitokondria dan enzim respirasi berhubungan dengan aktivitas otot yang singkat/cepat serta kandungan glikogen yang tinggi. Daging putih mempunyai kadar protein lebih tinggi dibanding daging merah namun daging merah memiliki kadar lemak jenuh dan kolesterol lebih tinggi dibanding daging putih. Beberapa macam warna daging dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Beberapa Macam Jenis Daging
  • 4. Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 4 Daging sapi berwarna merah terang/cerah, mengkilap, dan tidak pucat. Secara fisik daging elastis, sedikit kaku dan tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah dan tidak lengket di tangan. Dari segi aroma, daging sapi sangat khas (gurih). Daging domba dan kambing Ciri-ciri daging domba dan kambing hampir sama dengan daging sapi. Namun daging domba dan kambing memiliki serat lebih kecil dibandingkan serat daging sapi, serta aroma daging kambing yang khas goaty. Daging ayam Daging ayam berwarna putih keabuan dan cerah. Kulit ayam berwarna putih kekuningan dan bersih. Jika disentuh daging terasa lembab tidak lengket. Serat daging ayam halus, mudah dikunyah/digiling, mudah dicerna, berflavor lembut, aroma tidak menyengat, dan tidak berbau amis. Daging kelinci Daging kelinci tidak berbau, berwarna putih hampir sama dengan daging ayam, seratnya halus. Kandungan kolesterol daging kelinci rendah sehingga baik dikonsumsi oleh penderita jantung, manula, dan obesitas, dipercaya dapat mengobati asma karena mengandung kitotefin serta asam lemak omega-3 dan omega-9. Protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang. Daging juga mengandung kolesterol, walaupun dalam jumlah yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bagian jeroan maupun otak. Kadar kolesterol daging sekitar 500 mg/100 gram lebih rendah dari kolesterol otak (1.800-2.000 mg/100 g) atau kolesterol kuning telur (1.500 mg/100 g). Komposisi tersebut tidak selalu tetap karena dipengaruhi oleh faktor genetik, fisiologis, nutrisi, umur, jenis kelamin dan berat hidup. Kualitas produk akhir yang optimal dapat dicapai dengan memilih daging yang baik. Daging sapi yang baik adalah yang memiliki penampakan yang mengkilat dengan warna merah segar, seratnya halus, lemaknya berwarna kuning, elastis dan tidak berbau busuk. Beberapa kandungan nutrisi ternak yang ada di beberapa jenis daging dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi beberapa jenis daging (%) No Jenis Daging Kalori Protein Lemak 1 Daging sapi 207 18,8 14 2 Daging kerbau 85 18,7 0,5 3 Daging kambing 154 16,6 9,2 4 Daging domba 206 17,1 14,8 5 Daging ayam 302 18,2 25 6 Daging itik 326 16,0 28,6 7 Daging Kelinci 160 21,0 8,0
  • 5. Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 5 Daging segar mudah busuk atau rusak karena perubahan kimiawi dan kontaminasi mikroba. Oleh karena itu berbagai cara pengolahan dan pengawetan daging perlu dikembangkan. Tujuan dari pengolahan dan pengawetan daging ialah untuk memperpanjang daya simpan dan untuk meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen serta dapat mempertahankan nilai gizinya sehingga diharapkan dapat memperluas rantai pemasaran daging olahan tersebut. Pada Gambar 2 dapat dilihat gambar daging segar yang layak dan aman dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bagian-bagian daging untuk suatu produk adalah penting, karena jaringan atau organ ternak mengandung air, protein, lemak, vitamin, mineral dan pigmentasi yang bervariasi. Potongan daging merupakan pemetaan daging hasil dari potongan karkas yang bertujuan untuk mengklasifikasikan daging berdasarkan golongan atau kelasnya sehingga potongan daging tersebut bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan produk yang akan dibuat. Proses Pengolahan Daging Pengolahan daging merupakan salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan ternak dari keadaan segar menjadi berbagai macam produk olahan yang bisa meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk. Tingginya tingkat konsumsi produk olahan peternakan (terutama daging) merupakan suatu peluang usaha tersendiri untuk dikembangkan. Bergesernya pola konsumsi masyarakat dalam mengkonsumsi produk olahan peternakan, terutama daging, sehingga mendorong untuk dikembangkannya teknologi dalam hal pengolahan daging. Pengolahan pangan dengan menggunakan suhu tinggi merupakan metoda pengolahan yang telah lama digunakan orang dan merupakan metoda pengolahan pangan yang paling populer digunakan di industri. Aplikasi panas pada proses pengolahan pangan tentunya dimulai pada saat manusia menemukan api, yaitu ketika manusia mulai memasak makanannya. Namun secara industri hal tersebut menjadi sangat berkembang dengan ditemukannya proses pengalengan makanan yang dapat memperpanjang masa simpan produk pangan beberapa bulan sampai beberapa tahun. Beberapa keuntungan dari proses pemanasan atau pemasakan ini adalah terbentuknya tekstur dan cita rasa khas dan disukai; rusaknya atau hilangnya beberapa komponen anti gizi (misalnya protein terdenaturasi); terbunuhnya mikroorganisme sehingga meningkatkan keamanan dan keawetan pangan; menyebabkan inaktifnya enzim-enzim perusak, sehingga mutu produk lebih stabil selama penyimpanan. Dua faktor yang harus diperhatikan dalam pengolahan dengan panas yaitu : (1) jumlah panas yang diberikan harus
  • 6. Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 6 cukup untuk mematikan mikroba pembusuk dan mikroba patogen dan (2) jumlah panas yang digunakan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi dan cita rasa makanan. Jumlah panas yang diberikan dalam proses pengolahan pangan tidak boleh lebih dari jumlah minimal panas yang dibutuhkan untuk membunuh mikroba yang dimaksud. Dalam proses pemanasan ada hubungan antara panas dan waktu, yaitu jika suhu yang digunakan rendah maka waktu pemanasan harus lebih lama, sedangkan jika suhu tinggi waktu pemanasan singkat. Sebagai contoh misalnya jumlah panas yang diterima bahan jika kita memanaskan selama 10 jam di dalam air mendidih (100 ºC) kira-kira sama dengan memanaskan bahan tersebut selama 20 menit pada suhu 121 ºC. Beberapa produk olahan daging menggunakan bahan selain daging sebagai tambahan yang akan menentukan kualitas produk. Produk-produk yang menggunakan bahan lain adalah sosis, bakso, meatloaf, nugget dan lain-lain. Berikut ini adalah jenis dan fungsi bahan-bahan non daging pada produk olahan daging. a. Garam, sebagaimana telah disebutkan di atas, garam berperan sebagai pembangkit flavor dan mengawetkan. Hampir semua produk olahan daging menggunakan garam. b. Pemanis, biasanya gula. Berperan sebagai pembentuk flavor khas dan menetralisir efek pengerasan garam serta mengawetkan. Beberapa produk olahan menggunakan gula. c. Bumbu-bumbu. Digunakan sebagai flavoring dan bersifat mengawetkan, terutama bawang putih. Hampir semua produk olahan daging menggunakan bumbu-bumbu. d. Fosfat dalam bentuk sodium tripolifosfat (STPP), berfungsi untuk meningkatkan kekenyalan produk dan mengurangi pengkerutan daging selama proses pengolahan serta menghambat oksidasi produk. Beberapa olahan tidak menggunakan fosfat, jadi bersifat pilihan saja. Tetapi sosis dan bakso menggunakan STPP. e. Garam sendawa/salpeter, digunakan bila pada produk curing. f. Bahan extender, pengikat (binder) atau pengisi (filler). Bahan-bahan ini biasanya digunakan pada pembuatan sosis, meatloaf, bakso dan lain-lainnya. Fungsi ketiga bahan tersebut adalah untuk meningkatkan stabilitas emulsi, meningkatkan daya ikat air produk, meningkatkan flavor, mengurangi pengkerutan selama pemasakan, meningkatkan karakteristik irisan produk dan mengurangi biaya formulasi. Bahan extender biasanya adalah adalah tepung sereal dari gandum, barley, jagung atau padi; ekstrak pati dari tepung sereal atau dari kentang; dan sirup jagung. Penambahan bahan extender ini akan memperbesar volume dan berat serta komposisi produk olahan. Bahan binder adalah bahan bukan daging yang mampu meningkatkan daya mengikat air dan emulsifikasi lemak. Bahan-bahan ini adalah bahan yang mengandung protein tinggi, bisa berupa produk susu kering maupun tepung kedelai. Bahan filler biasanya adalah bahan yang
  • 7. Widyaiswara Muda Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu 7 mampu meningkatkan daya mengikat air produk tetapi kecil pengaruhnya terhadap emulsifikasi lemak. Bahan-bahan ini adalah bahan-bahan yang mengandung karbohidrat. Bahan extender dan filler seringkali sama saja. Bahkan ketiga istilah tersebut juga sering dicampur baurkan karena semua bahan tersebut juga memiliki fungsi ketiga-tiganya. Daftar Pustaka Anonim, 1993. Karkas dan Bagian-bagiannya. Lembar Informasi Pertanian Vol. 1, Balai Informasi Pertanian DKI Jakarta Badan Standarisasi Nasional, 2008. SNI 3932. Mutu Karkas dan Daging Sapi. Jakarta Belitz H.D and W. Grosch, 1987, Food Chemistry. Translation from The 2nd German Edition by D. Hadziyef, Springer Verlag, Berlin Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wotton. 1986. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono, U.I. Press. Jakarta Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging, Penerjemah A. Parakkasi, Penerbit UI-Press, Jakarta. Purnomo, H., 1996. Dasar-Dasar Pengolahan dan Pengawetan Daging. PT Grasindo. Jakarta. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.