Dokumen tersebut membahas pentingnya laporan keuangan bagi lembaga amil zakat. Laporan keuangan penting untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi lembaga serta menarik lebih banyak muzakki untuk menyalurkan zakatnya. Laporan keuangan harus disusun sesuai standar akuntansi untuk organisasi nirlaba dan meliputi neraca, laporan aktivitas, dan arus kas guna memenuhi ketentuan pemerintah."
Pentingnya laporan keuangan pada organisasi non profit
1. PENTINGNYA LAPORAN KEUANGAN BAGI LEMBAGA AMIL ZAKAT
Oleh: Muhammad Yusuf
ABSTRAK
Lembaga amil zakat sangat penting untuk membuat laporan keuangan atas
segala aktivitas operasionalnya, sebagai bentuk tanggung jawab atas kepercayaan
pemerintah dan masyarakat untuk mengumpulkan dan mengelolah dana zakat, infak dan
shadakah dari muzakki. Dan dengan adanya laporan keuangan yang telah dibuat oleh
lembaga amil zakat tersebut akan menjadi rujukan untuk menilai kesehatan atau pun
keefektifan kinerja atau program organisasi tersebut dalam suatu periode tertentu.
Lembaga pengelola zakat merupakan lembaga non-profit yang mengumpulkan dan
menyalurkan dana-dana social dari umat Islam dalam bentuk zakat, infaq dan sodaqoh.
sehingga lembaga amil zakat tetap dituntut akuntabilitasnya lewat adanya laporan
keuangan. Laporan keuangan ini juga akan berfungsi sebagai bentuk tanggungjawab
lembaga amil zakat tersebut atas kepercayaan muzakki untuk mengelolah zakatnya,
Karena salah satu yang menyebabkan muzakki tidak menyalurkan zakatnya melalui
lembaga amil zakat adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
pengelolah zakat sehingga sangat penting bagi lembaga amil zakat untuk membuat
laporan keuangan agar meningkatkan akuntabilitasnya dan profesionalitasnya di mata
muzakki. Dan setelah lembaga amil zakat telah memiliki laporan keuangan yang terjamin
akuntabilitasnya akan mempengaruhi jumlah muzakki yang mengeluarkan zakatnya pada
lembaga tersebut dan akhirnya jumlah pencapain zakat nasional juga makin meningkat
sehingga diharapkan akan mencapai potensi jumlah zakat nasional yang berjumlah 271
triliun rupiah. Dalam makalah ini penulis mencoba membahas tentang “Pentingnya
Laporan Keuangan Bagi Lembaga Amil Zakat” sehingga masyarakat dapat memiliki
kepercayaan kepada lembaga amil zakat untuk menyalurkan zakatnya.
2. PENDAHULUAN
Berkembangnya ekonomi islam beberapa tahun terakhir juga dikuti dengan
pertumbuhan lembaga amil zakat yang berfungsi sebagai pendukung dalam menciptakan
masyarakat yang sejahtera, Dampak positifnya dari pertumbuhan jumlah lembaga amil
zakat ialah potensi zakat yang ada dapat terserap secara maksimal oleh lembaga amil
zakat yang telah ada. Selain itu muzaki lebih banyak pilihan untuk menentukan lembaga
amil zakat mana yang dipilih dalam melakukan pembayaran zakat. Sedangkan dampak
negatifnya adalah lemahnya pengawasan profesionalisme dan akuntabilitas terhadapa
lembaga zakat. Hal ini dikarenakan terlalu banyaknya lembaga amil zakat yang ada dan
minimnya pihak yang melakukan pengawasan. walaupun dengan pertumbuhan jumlah
lembaga amil zakat saat ini telah diikuti oleh kebijakan pemerintah dalam mengatur
lembaga amil zakat ini, seperti terkait tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba bisa
dilihat pada PSAK No. 45, Sedangkan pengawasan dalam Peraturan Pemerintah No. 14
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Pengelolaan Zakat, mencakup pelaporan, audit
syariah dan audit keuangan. jumlah lembaga amil zakat di Indonesia saat ini tentunya
tidak dapat dilepaskan dari munculnya lembaga-lembaga amil zakat jauh sebelum
ditetapkannya UU 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat sehingga dapat dipastikan
pendirian lembaga amil zakat tersebut tidak berdasarkan undang-undang tetang
pengelolaan zakat sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam pengelolaan zakat.
Melalui berbagai macam regulasi dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah agar dapat diketahui dan dipastikan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan
dana sosial keagamaan lainnya yang telah dilakukan oleh badan amil zakat dan lembaga
amil zakat telah memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam (shariah compliance) serta untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga amil
zakat bersangkutan. Dengan adanya laporan keuangan bagi organisasi nirlaba maka
dituntut akan adanya akuntabilitas dan transparansi atas segala aktivitas penyaluran
dana yang telah dihimpun, selanjutnya kewajiban bagi organisasi pengelolah zakat untuk
mempublikasikan laporan keuangan yang telah dibuatnya berdasarkan peraturan
3. perundang-undangan. Maka tidak heran jika pemerintah telah menetapkan bahwa syarat
bagi sebuah lembaga amil zakat dapat dikukuhkan ialah memiliki pembukuan yang baik1
.
Lembaga amil zakat harus melakukan pembukuan atas segala bentuk operasinya
dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45 agar pembukuan
tersebut benar dan siap diaudit oleh akuntan public, jika suatu lembaga amil zakat tidak
menerapkan akuntansi zakat, maka pihak-pihak yang berkaitan dengan lembaga amil
zakat tersebut seperti donator atau masyarkat umum dan lembaga pengawas amil zakat
dalam hal ini BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dibawah Kementerian Agama tidak
dapat mengetahui secara akurat akan adanya indikasi atau masalah yang terjadi dalam
audit laporan keuangan lembaga amil zakat tersebut. Padahal, audit laporan keuangan
oleh akuntan merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan kepercayaan
masyarakat sehingga masyarakat dapat membayarkan zakatnya pada lembaga amil zakat
tersebut.
1 Akuntansi dan manajemen keuangan untuk organisasi pengelolah zakat,Hertanto widodo, Ak dan
Tteten kustiawan,Ak. Asy-syamil Press dan Grafika ,Bandung 2001 hlm. 26
4. PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi Nirlaba (Not-For-Profit Organization)
Secara umum, organisasi nirlaba adalah suatu institusi yang dalam menjalankan
operasinya tidak beorientasi dalam mencetak laba atau keuntungan. Lembaga Non
Profit (Organisasi nirlaba) merupakan organisasi sosial yang didirikan oleh perorangan
atau sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya
organisasi nirlaba memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi bisnis pada
umumnya yang berorientasi untuk mencetak laba, karakteristik tersebut ialah2
:
– Sumber dana yang diterima dari donatur tidak dimaksudkan untuk dibayarkan
kembali pada pemberi dana (Non Reciprocal Fund).
– Organisasi ini pada umumnya bekerja bukan untuk menghasilkan barang atau jasa
untuk mendapatkan laba dan sejenisnya.
– Tidak ada hak pemilik yang dapat dijual, ditransfer, dibayar kembali atau diyakini
mempunyai hak atas kekayaan organisasi apabila timbul likuid.
Dari karakteristik diatas yang ada dalam organisasi nirlaba menjadi hal yang
membedakannya dengan organisasi bisnis lainnya dalam menjalankan oprasionalnya.
B. Organisasi Pengelola Zakat
Organisasi pengelolah zakat adalah institusi yang bergerak dibidang pengelolaan
dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf. Sedangkan defenisi pengelolaan zakat
menurut undang-undang nomer 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Keberadaan organisasi
pengelola zakat di Indonesia diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan,
yaitu: UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, keputusan Menteri Agama
2 Ahmad Tarmizi Lubis,AnalisisLaporan Keuangan,2015
5. No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999, dan keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyrakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000
tentang pedoman teknis pengelolaan zakat3
.
Saat ini Indonesia sendiri terdapat 2 jenis organisasi pengelola zakat yang diakui
oleh undang-undang, yaitu:
Badan Amil Zakat, organisasi pengelolah zakat yang dibentuk oleh pemerintah
Lembaga Amil Zakat, Organisasi pengelolah zakat yang dibentuk oleh oleh
swasta atau masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah
Lembaga Amil Zakat yang telah mendapat pengukuhan dari pemerintah maka
memiliki kewajiban:
– Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat
– Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan
– Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor media massa
– Menyerahkan laporan kepada pemerintah
Dari kewajiban diatas jika ada lembaga zakat yang tidak memenuhi persyaratan
pengukuhan dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diatas, maka
pengukuhan yang telah diberikan oleh pemerintah dapat ditinjau ulang bahkan bisa
sampai dicabut. Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan oleh pemerintah akan
diakui bukti setoran zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari
muzakki yang membayarkan dananya.
C. Laporan Keuangan Organisasi Pengelolah zakat
3
Hertanto widodo, Ak dan Tteten kustiawan,Akuntansi dan manajemen keuangan untuk organisasi
pengelolah zakat, 2001 hlm. 6
6. Ketentuan Laporan keuangan organisasi nirlaba Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
terdapat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomer 45, sehingga
lembaga amil zakat sebagai organisasi nirlaba maka jenis akuntansi yang
digunakannya harus berdasarkan ketentuan PSAK tersebut. Jenis-jenis laporan
keuangan yang harus disusun oleh sebuah organisasi atau lembaga pengelola
zakatmenurut PSAK 45 meliputi :
– Laporan posisi keuangan
Merupakan suatu laporan posisi keuangan yang bisa dilihat pada neraca yang
menyediakan informasi mengenai aktiva, keawajiban serta asset bersih dan
informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut dalam periode
tertentu. Dalam laporan posisi keuangan kita dapat menilai: kemampuan organisasi
dalam menjalankan programnya secara berkelanjutan selain itu dari laporan posisi
keuangan juga dapat dinilai likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk
memenuhi kewajibannya dan kebutuhan dana eksternal.
– Laporan Aktivitas
Suatu laporan yang menggambarkan kinerja organisasi, yang meliputi
penerimaan dan penggunaan dana pada suatu periode tertentu tujuan utama
laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
i. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
asset bersih
ii. Hubungan antar transaksi dan peristiwa lainnya
iii. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai
program, informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama
dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya,
sehingga dapat membantu para penyumbang dana, anggota organisasi
dan pihak-pihak lainnya untuk : a). mengevaluasi kinerja dalam suatu
periode, b). menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi
7. dalam menjalankan programnya, c). menilai pelaksanaan tanggungjawab
dan kinerja pengelolah.
– Laporan Arus Kas
Suatu laporan keuangan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas
keluar pada suatu periode tertentu. Tujuan utama dari laporan arus kas adalah
menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas organisasi dalam
suatu periode tertentu. Laporan arus kas dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu4
:
i. Arus kas dari aktivitas operasi, ini menggambarkan arus kas masuk dan
arus kas keluar dari aktivitas utama dari organisasi dan merupakan
indicator yang menentukan apakah dari operai yang dijalankan organsasi
dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk memelihara kemampuan
operasi organisasi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi: penerimaan kas
dana zakat, penerimaan kas dana infaq/shadaqah, penyaluran kas kepada
fakir dan miskin, pengeluaran kas untuk biaya operasional
ii. Arus kas dari aktivitas investasi, mencerminkan arus kas masuk dan arus
kas keluar sehubungan dengan sumber daya organisasi yang bertujuan
untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus
kas dari aktivitas investasi: pembayaran kas untuk pembelian aktiva tetap,
pengeluaran kas untuk penanaman investasi pada suatu perusahaan,
penerimaan kas dari penjualan aktiva tetap, penerimaan kas dari
penarikan investasi, penerimaan kas dari bagi hasil yang dihasilkan oleh
investasi yang ditanamkan.
iii. Arus kas dari aktivitas pendanaan, menggambarkan arus kas masuk dan
arus kas keluar yang merupakan sumber dana pendanaan jangka panjang.
Contoh arus kas dari aktivitas pendanaan: penerimaan kas dari pinjaman
jangka panjang, pembayaran pinjaman jangka panjang.
4 Hertanto widodo, Ak dan Tteten kustiawan,Akuntansi dan manajemen keuangan untuk organisasi
pengelolah zakat, 2001 hlm. 33
8. Kegunaan dari laporan arus kas ini adalah: a). menilai kemampuan organisasi
dalam menhasilkan kas dan setara kas, B). menilai penggunaan kas dan setara kas
oleh lembaga zakat tersebut.
– catatan atas laporan keuangan
catatan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan-laporan keuangan
sebelumnya karna laporan ini merupakan rincian atau penjelas detail dari laporan
keuangan sebelumnya, rincian disini bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
catatan ini umumnya terdiri dari beberapa hal berikut:
Informasi umum mengenai lembaga amil zakat
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
Penjelasan dari setiap akun yang dianggap memerlukan rincian lebih lanjut
Kejadian setelah tanggal neraca
Informasi tambahan lainnya yang dianggap perlu.
Catatan atas laporan keuangan ini bertujuan memberikan informasi tambahan
tentang perkiraan-perkiraan yang dinyatakan dalam laporan keuangan sehingga
menjadikan catatan ini sangat berguna dalam memahami kondisi suatu lembaga
zakat secara konprehensif karna kita akan mendapatkan informasi yang tidak
mungkin didapatkan dari jenis-jenis laporan keuangan lainnya.
D. Penerapan Laporan Keuangan pada Lembaga Amil Zakat
Jumlah zakat total penghimpun zakat di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat
dari tiap tahunnya, namun pencapaian zakat nasional dari seluruh lembaga amil zakat yang
ada hanya mampu mengumpulkan zakat 3,8 triliun rupiah sangat jauh dari jumlah yang telah
disebutkan Direktur Pemberdayaan Zakat (kemenag) Jaja jaelani bahwa potensi zakat di
9. indonesia bisa mencapai 271 triliun rupiah pertahun5
, ini merupakan jumlah yang sangat
besar sehingga sangat disayangkan jika tidak dikelolah dengan baik oleh BAZ (Badan Amil
Zakat) atau pun LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang telah ada. Ini artinya lembaga amil zakat
yang ada harus bekerja lebih keras lagi, selain itu sangat penting bagi lembaga amil zakat
meningkatkan akuntabilitasnya dan profesionalitasnya dalam mengelolah dana zakat dan
dalam hal ini lembaga amil zakat dituntut untuk membuat laporan keuangan agar dapat
masyarakat memiliki kepercayaan untuk menyalurkan zakatnya melalui lembaga amil zakat
tersebut. Karena salah satu yang menyebabkan masyarakat muzakki tidak menyalurkan
zakatnya melalui lembaga amil zakat adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga pengelolah zakat, sehingga banyak ditemukan kasus para muzakki yang
membagikan zakatnya secara langsung, seperti mengundang fakir miskin untuk
membagikan uang dan paket sembako. Penyaluran zakat seperti ini tidak memiliki dampak
besar karna hanya bersifat konsumtif yang sesaat.
Saat ini yang menjadi salah satu kelemahan organisasi lembaga pengelola zakat ialah
kurangnya transparansi dan akuntabilitas lembaga pengelola zakat, masalah transparansi
dan akuntabilitas ini merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan karna hal ini terkait
dengan keterbukaan informasi publik yang diatur dalam undang-undang No. 14 tahun 2008
yang intinya memberikan kewajiban kepada setiap badan atau lembaga public untuk
membuka semua akses informasi public, termasuk organisasi pengelola zakat didalamnya
yang harus membuat laporan keuangannya. Sebagai contoh: lembaga amil zakat dalam
membuat laporan keuangannya harus berdasarkan PSAK No. 45 namun faktanya dilapangan
masih banyak lembaga pengelolah zakat yang belum menyesuaikan laporan keuangannya
sesuai aturan yang telah ditetapkan tersebut6
. Hal inilah yang mengakibatkan berkurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap pengelolah zakat padahal yang yang membuat
masyarakat atau seorang muzakki bersedia membayarkan zakatnya pada lembaga amil
5 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/15/12/11/nz6205384-capaian-zakat-
nasional-masih-satu-persen,diakses pada tgl. 5 Januari 2016,jam17.43
6 http://www.republika.co.id/berita/koran/iqtishodia/14/09/25/ncfxw824-strategi-pengembangan-
organisasi-pengelola-zakatdiakses pada hari selasa, tgl. 5 Januari 2016, jam 21.17
10. zakat adalah kepercayaan. Selain itu yang menjadi kelemahan bagi organisasi lembaga
pengelolah zakat adalah tidak adanya database muzakki dan mustahik secara nasional.
Potensi zakat di indonesia memang sangat besar bahkan Indonesia merupakan negara
yang memiliki potensi zakat terbesar di dunia berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
IPB bekerjasama dengan BAZNAS Indonesia yakni sebesar 217 triliun pertahunnya namun
pencapaian zakat nasional sangat jauh dari potensi zakat tersebut, sehingga diperlukan
kerja keras organisasi pengelola zakat (badan amil zakat dan lembaga amil zakat) dalam
melakukan sosialisasi zakat secara optimal pada setiap lapisan masyarakat agar dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengeluarkan zakat adapun solusi kedua
adalah perlunya bagi organisasi pengelola zakat membangun kepercayaan kepada
masyarakat sebagai lembaga amil zakat yang amanah, professional dan terpercaya
akuntabilitasnya, ini dibuktikan dengan laporan keuangan lembaga tersebut yang
menggambarkan keadaan lembaga amil zakat tersebut secara komprhensif.
11. KESIMPULAN
Potensi zakat yang dimiliki Indonesia sangat besar yang berjumlah 217 triliun rupiah
namun sampai perolehan zakat nasional hanya bisa mencapai 3-4 triliun rupiah, dibutuhkan
organisasi pengelolah zakat yang professional dan terpercaya baik dari segi kinerja yang
efektif dan efesien, program yang kreatif dan dibutuhkan, serta Loparan keuangan yang
terjamin akuntabilitasnya, sehingga organisasi pengelolah zakat dapat dipercaya oleh
masyarakat sebagai tempat yang tepat untuk membayar zakat jika hal ini berjalan secara
maksimal disetiap organisasi pengelolah zakat maka dapat dipastikan akan menggenjot
perolehan zakat nasional
12. DAFTAR PUSTAKA
1. Akuntansi dan manajemen keuangan untuk organisasi pengelolah zakat,
Hertanto widodo, Ak dan Ttetenkustiawan, Ak. Asy-syamil Press dan Grafika ,
Bandung 2001
2. Analisis kinerja keuangan badan amil zakat nasional [studi kasus laporan
keuangan 2004-2013], MayaRomantin, STEISEBI2015
3. http://www.kompasiana.com/maulanafiqi/urgenitas-pengawasan-terhadap-
lembaga-zakat_5580fd95509773b321d56127 diakses pada hari senin tgl. 4 Januari
2016, jam 20.43
4. Akuntansi dan manajemen zakat, M.Arief Mufraini, LC., M.Si,kencanaPrenada
Media Group, Jakarta 2008
5. Akuntansi Zakat Kontemporer,Drs. Mursyidi, B.Sc.,S.E,PT RemajaRosdakarya,
Bandung 2006
6. Penerapan Akuntansi pada Lembaga Amil Zakat (Studi kasus pada LAZ DPU DT
Cab. Semarang), Ari Kristin P Umi Khoirul Umah, 2011
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun2011 TentangPengelolaan
Zakat
8. PSAK No.45, IAI
9. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/15/12/11/nz6205384-capaian-
zakat-nasional-masih-satu-persen diakses pada hari selasa, tgl. 5 Januari 2016,jam
17.43
10. http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/integrasi-pengelolaan-zakat-dalam-uu-no-
23-tahun-2011/ diakses pada hari selasa, tgl. 5 Januari 2016, jam 21.17
11. Akuntansi KeuanganSyariah, Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, Rifki
Muhammad, Ed.Pertama, P3EI Press, Yogyakarta 2008
12. Three circles Model Revitalisasi Lembaga pengelolah Zakat di Kab. Jember,
Yulinartati Dkk
13. Sistem Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika, Imas
Suliyana, UIN Jakarta 2010