1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan
kehidupan. Prinsip mempertahankan hidup terletak pada tiga orientasi dasar yaitu
:
1. Hubungan manusia dengan Tuhan.
2. Hubungan dengan sesama manusia.
3. Hubungan dengan alam semesta, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang.
Proses inilah yang mendorong manusia kearah kemajuan hidup sejalan
dengan tuntutan zaman. Untuk sampai kepada kebutuhan tersebut diperlukan
suatu pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi
daya cipta, rasa dan karsa masyarakat serta anggota-anggotanya.
Pendidikan berkembang dari sederhana, yang berlangsung ketika manusia
masih berada dalam ruang lingkup kehidupan yang serba sederhana serta konsep
tujuan yang amat terbatas, sampai pada bentuk pendidikan yang sarat dengan
metode, tujuan, serta model pendidikan yang sesuai dengan masyarakat saat ini.
Dengan demikian antara pendidikan dan masyarakat terus berkompetisi
untuk maju. Khusus masyarakat islam yang berkembang sejak Nabi Muhammad,
pendidikan merupakan kunci kemajuan. Sumber-sumber pokok ajaran islam yang
berupa al-qur'an dan hadits, mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola
hidup maju, sehingga kesejahteraan berhasil diciptakan.
Pendidikan islam berusaha merealisasikan misi agama islam dalam tiap
pribadi manusia, yaitu menjadikan manusia sejahtera dan bahagia dalam cita
islam. Cita-cita islam mencerminkan nilai-nilai normatif dari Tuhan yang bersifat
abadi dan absolut. Nilai-nilai inilah yang seharusnya ditumbuhkembangkan dalam
diri manusia melalui proses pendidikan.
2. B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidik dalam pendidikan islam?
2. Bagaimana konsep pendidik dalam pendidikan islam ?
3. Apa saja tugas pendidik dalam pendidikan islam?
4. Apa saja kompetensi pendidik dalam pendidikan islam?
5. Apa saja kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik dalam pendidikan
islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pendidik dalam pendidikan islam.
2. Mengetahui konsep pendidik dalam pendidikan islam.
3. Mengetahui tugas pendidik dalam pendidikan islam.
4. Mengetahui kompetensi yang harus dimiliki pendidik dalam pendidikan
islam.
5. Mengetahui kode etik seorang pendidik dalam pendidikan islam.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidik
Muhaimin secara utuh mengemukakan karakteristik tugas-tugas pendidik
dalam pendidikan islam. Dalam rumusannya Muhaimin menggunakan istilah-
istilah ustadz, mu'alim, murabbi, mursyid, mudarris danmu'addib.[1]
Untuk lebih
jelasnya, diuraikan sebagai berikut:
1. Ustadz adalah orang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat
pada dirinya setiap dedikatif, komitmen terhadap mutu, proses dan hasil
kerja, serta sikap continuous improvement.
2. Mu'allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan fungsi teoritis praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi implementasi (amaliah).
3. Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya
untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan
alam sekitarnya.
4. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral
identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi
peserta didik.
5. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan
informasi serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan peserta didik, memberantas
kebodohan, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan
kenampuannya.
6. Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas
dimasa depan.
[1] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.89
4. Dalam pendidikan islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh
potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa).[2]
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya
sebagai hamba Allah dan khalifah Allah SWT dan mampu melakulan tugas
sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.[3]
B. Konsep Pendidik
Pendidik terbagi dua, yaitu :
1. Pendidik Kodrat
Orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap anak adalah
orang tuanya. Orang tua disebut pendidik kodrat karena mereka mempunyai
hubungan darah dengan anak. Orang tua harus menerima, mencintai, mendorong
dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama (kekerabatan) agar anak
memiliki nilai hidup, jasmani, nilai keindahan, nilai kebenaran, nilai moral, nilai
keagamaan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut sebagai perwujudan
dan peran mereka sebagai pendidik.
Orang tua sebagai pendidik kodrat menerima amanah dan tugas mendidik
langsung dari Allah Maha Pendidik. Dalam surat At-Tahrim (66) ayat 6 yang
artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Al-Maraghi mengemukakan bahwa memelihara dan menyelamatkan keluarga
dari siksaan neraka dapat dilakukan dengan cara menasehati, mengajar dan
mendidik mereka. Dengan cara demikian, mudah-mudahan mereka menaati Allah
dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala yang
dilarang-Nya.[4]
[2] Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada
Media,2006)hlm.87
[3] Ibid,.
[4] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.84
5. Berdasarkan penafsiran diatas dapat dikatakan bahwa setiap orang tua
mukmin otomatis menjadi pendidik. Orang tua yang beriman harus melakulan
berbagai aktivitas dan upaya agar anggota keluarganya selalu menaati Allah dan
Rasul-Nya. Apabila orang tua tidak mendidik anaknya atau melaksanakan
pendidikan anak tidak dengan sungguh-sungguh, maka akibatnya anak tidak akan
berkembang sesuai dengan harapan.
2. Pendidik Jabatan
Pendidik di sekolah, seperti guru, konselor dan administrator disebut pendidik
karena jabatan. Mereka ditugaskan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
disekolah, yaitu mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi demi
perkembangan peserta didik (siswa), khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.[5]
Pendidik jabatan adalah orang lain (buka termasuk anggota keluarga) karena
keahliannya ditugaskan mendidik guna melanjutkan pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh orang tua. Pendidik jabatan membantu orang tua dalam
mendidik anak karena orang tua memiliki berbagai keterbatasan.
C. Tugas Pendidik
Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan
diri ( taqarrub) kepada Allah SWT. Tujuan pendidikan islam yang utama adalah
upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam paradigma jawa,[6]
pendidik diidentikkan dengan guru (gu danru) yang
berarti digugu dan ditiru. Dikatakan digugu(dipercaya) karena guru memiliki
seperangkat ilmu yang memadai, karena memiliki wawasan dan pandangan yang
luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki
kepribadian yang utuh, segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri
teladan oleh peserta didik. Pendidik bertugas sebagai motivator dan fasilitator
dalam proses belajar mengajar. Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya
sendiri, sekalipun keaktifan itu akibat dari motivasi dan pemberian fasilitas dari
pendidiknya.
[5] Ibid,hlm.85
[6] Ibid,hlm.87
6. Fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta
melaksanakan penilaian setelah program dilakukan.
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peaerta didik pada
tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan
Allah yang menciptakan.
3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai
masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.
Dalam tugas tersebut, seorang pendidik ditintut untuk mempunyai seperangkat
prinsip keguruan. Prinsip keguruan dapat berupa :
1. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan
kesediaan, kemampuan, pertimbuhan dan perbedaan peserta didik.
2. Membangkitkan gairah peserta didik.
3. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.
4. Mengatur proses belajar mengajar yang baik.
5. Mempeehatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang
mempengaruhi proses mengajar.
6. Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.
D. Kompetensi Pendidik
W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan “competence
ordinarily islam defined as adequacy for a task or as possessi on of require
knowledge, skill, and abilities” ( suatu tugas yang memadai atau pemikiran
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan
seseorang). Devinisi ini mengandung arti bahwa calon pendidik perlu
mempersiapkan diri untuk menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan khusus yang terkait dengan profesi keguruan. Agar dapat
mrnjalankan tugasnya dengan baik serta dapat memenuhi keinginan dan hapapan
peserta didik.[7]
[7] Ibid,hlm.92
7. Seorang pendidik harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang
diajarkan, sebagai penganut islam yang patut dicontoh dalam ajaran islam dan
bersedia menularkan pengetahuan dan nlai islam pada pihak lain.
Pendidik islam yang profesional harus memiliki kompetensi yang lengkap,
meliputi:
1. Penguasaan materi al-islam yang komperehensif serta wawasan dan
bahan pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.
2. Penguasaan strategi (memcakup pendekatan metode dan teknik)
pendidikan islam, terutama kemampuan evaluasinya.
3. Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
4. Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian
pendidikan, guna keperluan pengembangan pendidikan islam dimasa
depan.
5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.
Keberhasilan pendidik yakni “pendidik akan berhasil menjalankan tugasnya
apabila mempunyai kompetensi personal-religius, sosial-religius dan peofesional-
religius.[8]
Kata religius selalu dikaitkan dengan tiap-tiap kompetensi, karena
menunjukkan adanya komitmen pendidik dengan ajaran islam sebagai kriteria
utama, sehingga segala masalah pendidikan dihadapi, dipertimbangkan dan
dipecahkan. Serta ditempatkan pada perspektif islam.
1. Kompetensi personal-religius
Kemampuan dasar yang menyangkut kepribadian agamis, artinya pada
dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan (pemindahan
penghayatan nilai-nilai) kepada peserta didiknya. Misalnya nilai kejujuran,
amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, keberhasilan,
keindahan, kedisiplinan dan sebagainya.
2. Kompetensi sosial-religius
Kemampuan yang menyangkut kepedulian terhadap masalah-masalah
sosial selaras dengan ajaran dakwah islam. Sikap gotong royong, tolong
menolong, egalitarian (persamaan derajat antar manusia), sikap toleransi dan
sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim.
[8] Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana
Prenada Media,2006)hlm.95
8. 3. Kompetensi profesional-religius
Kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional,
dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta
mampu bertanggung jawab berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam
perspektif islam.
Dalam versi yang berbeda, kompetensi pendidik dapat dijabarkan dalam
beberapa komperetensi sebagai berikut:
1. Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia harus belajar dan
mencari informasi tentang materi yang diajarkan.
2. Menguasai keseluruhan materi yang akan disampaikan pada peserta
didiknya.
3. Mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan
menghubungkannya dengan komponen lain.
4. Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum
disajikan kepada peserta didik. (QS. Ash-Shaf : 2-3).
5. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang segang dan sudah
dilaksanakan. (QS. Al-baqarah :31)
6. Memberi hafiah (tabsyir/reward) dan hukuman (tandzir/punishment)
sesuai dengan usaha dan upaya yang dicapai peserta didik dalam rangka
memberikan persuasi dan motivasi dalan proses belajar. (QS.Al-Baqarah :
119)
Di Indonesia, masalah kompetensi pendidikan terutama guru selalu
dikembangkan. Dalam kebijakan terakhir yaiti peraturan pemerintah no. 74/2008
tentang guru, bab II, pasal 2 ditegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.[9]
E. Kode Etik Pendidik
Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik, orang tua
peserta didik, koleganya serta dengan atasannya.
[9] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.95
9. Secara integral-holistik, Al-Kanani (w.733H) sebagai seorang ulama sekaligus
tokoh pendidikan islam, mengemukakan bahwa persyaratan seorang guru sebagai
berikut:[10]
1. Syarat-syarat guru yang berhubungan dengan dirinya sendiri:
a. Guru hendaknya menyadari bahwa perkataan dan perbuatannya selalu
dalam pengawasan Allah.
b. Guru hendaknya memelihara kemuliaan ilmu, yaitu dengan senantiasa
belajar dan mengajarkannya.
c. Guru hendaknya bersifat zuhud. Artinya ia mengambil rezeki dunia
hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan
keluarganya secara sederhana.
d. Guru hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya
sebagai alat untuk mencapai kedudukan, prestise atau kebanggan atas
orang lain.
e. Guru hendaknya memelihara syiar-syiar islam seperti melaksanakan
sholat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta
menjalankanamar ma'ruf nahi munkar.
f. Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunahkan oleh agama.
g. Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya
dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.
h. Guru hendaknya mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang
bermanfaat.
i. Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima
ilmu dari orang yang lebih rendah kedudukannya ataupun usianya.
2. Syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:
a. Sebelum berangkat untuk mengajar, guru suci dari hadats sab kotoran
serta mengenakan pakaian yang baik.
b. Ketika keluar rumah, guru hendaknya berdoa untuk menguatkan niatnya
dalan mengajar.
[10] Novan Ardy Wijaya & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam....(yogyakarta:ar-Ruzz
Media,2012)hlm.110
10. c. Hendaknya pada saat mengajar guru mengambil tempat pada posisi
yang membuatnya dapat dilihat oleh semua peserta didiknya. Artinya
guru harus berusaha agar apa yang akan disampaikan dapat dinikmati
dan dipahami oleh seluruh peserta didiknya dengan baik.
d. Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca sebagian dari ayat
al-qur'an agar memperoleh berkah dalam mengajar.
e. Guru hendaknya mengajar bidang studi sesuai dengan bidangnya.
f. Hendaknya guru selalu mengatur volume suara agar tidak terlalu keras
sehingga membisingkan ruangan, dan tidak terlalu rendah sehingga
tidak terdengar oleh peserta didik.
g. Hendaknya guru menjaga ketertiban kelas dengan mengarahkan
pembahasan pada objek yang telah ditentukan.
h. Guru hendaknya menegur peserta didik yang tidak menjaga sopan
santun didalam kelas.
i. Guru hendaknya bersikap bijak dalam menyampaikan pelajaran dan
menjawab pertanyaan.
3. Syarat-syarat guru ditengah peserta didik.
a. Guru hendaknya mengajar dengan niat untuk mendapatkan
ridho Allah, menyebarkan ilmu, menegakkan kebenaran, melenyapkan
kebathilan, dan memelihara kemaslahatan umat.
b. Guru hendaknya tidak menolak peserta didiknya yang tidak
mempunyai niat tulus untuk belajar.
c. Guru hendaknya mencintai peserta didiknya seperti ia mencintai dirinya
sendiri.
d. Guru hendaknya memotivasi peserta didiknya untuk menuntut ilmu seluas
mungkin.
e. Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah
sehingga dapat dipahami peserta didik dengan mudah.
f. guru hendaknya melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan. Agar guru selalu memperhatikan tingkat pemahaman dan
perubahan peserta didiknya.
11. g. Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua peserta didik.
h. Guru hendaknya menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan.
Menurut Al Ghazali kode etik pendidik sebagai berikut :[11]
1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang
terbuka dan tabah.
2. Bersikap penyantun dan penyayang. (QS.Ali Imron : 159)
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.
4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama. (QS. Al
Najm : 32)
5. Bersidat rendah hati ketika menyatu dengan masyarakat. (QS. Al- Hijr :
88)
6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ
nya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.
8. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik.
9. Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lemah lembut
terhadap peserta didik yang kurang lancar bicaranya.
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik, terutama pada
peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.
11. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun
pertanyaan itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang
diajarkan.
12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya.
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan,
walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang
membahayakan. (QS. Al-Baqarah : 195)
15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, secara terus menerus
mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik.(QS. Al-
Bayyinah :5)
[11]Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada
Media,2006)hlm.99
12. 16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardlu kifayah (kewajiban
kolektif, seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi dan sebagainya)
sebelum mempelajari ilmu fardlu 'ain (kewajiban indifidual, seperti
akidah, syariah dan akhlak).
17. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan pada peserta didik.(QS.
Al-Baqarah : 44, as-Shaf : 2-3)
13. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Muhaimin secara utuh mengemukakan karakteristik tugas-tugas pendidik
dalam pendidikan islam. Dalam rumusannya Muhaimin menggunakan
istilah-istilah ustadz, mu'alim, murabbi, mursyid, mudarris danmu'addib.
2. Pendidik adalah bapa Ruhani (Spiritual Father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai
kedudukan tinggi dalam Islam.
3. Dalam paradigma Jawa, pendidikan diidentikan dengan guru (gu dan ru)
yang berarti “digugu dan ditiru”. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas
guru tidak sekadar mentransformasikan ilmu, tapi juga bagaimana ia
mampu mengiternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya.
4. Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki
karakteristik yang membedakan dari orang lain yang tidak terlepas dari
syarat-syarat sebagai pendidik. Dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan
sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas
tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan
perbuatannya.
5. Untuk menjadi pendidik yang professional sesungguhnya harus memiliki
beberapa kompetensi diantaranya: kompetensi personal-religius,
kompetensi sosial-religius, dan kompetensi professional-religius.
6. Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik,
orang tua peserta didik, serta dengan atasanya
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru atau
pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu dalam bidangnya, mau
mengamalkan ilmunya dengan sungguh-sungguh, penuh keikhlasan dan
menjadikan peserta didik menjadi lebih baik sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya.
14. B. Saran
Mengajar merupakan bagian dari tugas keagamaan disamping juga tugas
kemanusiaan yang harus diemban oleh siapapun, setiap muslim diberi tugas untuk
menyampaikan ilmu walaupun hanya satu disiplin ilmu saja. Menjadi seorang
guru atau pendidik yang profesional seharusnya mentaati semua kode etik yang
ada dan mempunyai kompetensi yang dapat di terapkan dalam standar nasional
pendidikan.
15. DAFTAR PUSTAKA
Arifin.M.H.1995.Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Praktis Dan Teoritis
Berdasarkan Pendekatan Interdidipliner.Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib,Abdul & Jusuf Mudzakir.2006. Ilmu Penndidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Umar,Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Wijaya,Novan Ardy & Barnawi.2012. Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun
Konsep Pendidikan Monokotomik-Holistik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.