Tiga poin utama dalam dokumen tersebut adalah:
Pertama, keutamaan taqwa dalam diri seseorang dan dampak positifnya. Kedua, dampak positif taqwa dalam kehidupan keluarga. Ketiga, taqwa sebagai tolak ukur kemuliaan seseorang, bukan harta atau jabatan.
1. Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu
Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah, Tuhan semesta Alam, yang telah menciptakan
matahari bersinar , bulan bercahaya dan langit dengan hamparan bintang. Berkat rahmat
dan kasih sayang Allah, kita dapat menjalankan ibadah sholat, puasa, zakat dan akhirnya
sampai pada hari yang suci ini, bahkan dengan penuh harap, agar kita dapat meraih
Ampunan-Nya di hari yang fitri ini.
Pada kesempatan di pagi hari Raya Idul Fitri ini, saya akan menyampaikan khutbah
dengan tema “Keutamaan Taqwa dan Dampaknya Bagi Diri, Keluarga dan
Kehidupan Bermasyarakat”
Gema takbir , tahmid, dan tahlil terus bersahutan sejak malam hingga pagi ini sebagai tanda
kemenangan dan ekspresi kesyukuran orang-orang beriman di atas medan perjuangan bernama
Ramadhan. Kemenangan melawan hawa nafsu seperti amarah, dendam, bakhil, tamak, iri dan
dengki. Rasa syukur pula nampak menghiasi hari kemenangan ini atas nikmat yang besar yakni
pakaian taqwa yang menjadi hadiah terbaik di bulan Ramadhan. Keimanan kita kini telah
menemukan ketaqwaannya melalui jalan-jalan terjal dan berliku selama Ramadhan dan hanya
mereka yang bersabarlah yang dapat mencapai kemenangan gemilang dan merekalah yang layak
bergembira di hari agung ini bukan mereka yang menghiasi ramadhan dengan kelalaian,
kesombongan, ketamakan bahkan menggadaikan ramadhan untuk urusan duniawi. Sungguh
kerugian yang teramat besarlah bagi mereka yang gagal menapak jalan kemenangan di bulan
ramadhan, Bagaimana tidak dikatakan rugi, karena kegagalan itu berarti kegagalan meraih
maghfirah, kegagalan meraih pahala yang besar, kegagalan meraih jannah-Nya, kegagalan
memperoleh fitrah, kegagalan meraih kemuliaan seribu bulan, kegagalan meraih rahmat-Nya dan
kegagalan meraih pakaian taqwa.
Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu
Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT
Ketaqwaan adalah status kemuliaan seorang hamba di sisi Allah SWT. Ini adalah gelar dunia dan
langit yang tak mampu ditandingi oleh seribu gelar dunia sekalipun. Taqwa adalah aset
peradaban umat manusia yang paling haqiqi. Peradaban yang memiliki nilai tinggi tidak hanya
mengandalkan simbol-simbol kemajuan fisik belaka, seperti jalan-jalan yang lebar, rumah-rumah
mewah, dan kendaraan yang banyak. Lebih dari itu peradaban identik dengan nilai-nilai haqiqi
yang membawa pada keteraturan, kedamaian dan kesejahteraan. Itulah sesungguhnya alamat
adanya keberkahan dalam kehidupan. Hilangnya taqwa akan menyebabkan hilangnya
keberkahan. Bila keberkahan telah diangkat dari kehidupan seseorang atau suatu negara maka
masalah-masalah yang menyempitkan akan datang silih berganti.
2. َوَُبَّذنَكِكلَو ِضْرألْاَوِآءمََّالسنَِّم ٍاتكرمَبِهْيلاَعنْحتفاَلْوَّقاتاَووُنامىَءرُقْلَالْهَأَّنَأْولََا َِِبْمُاهنْذخأاَفو
َونُبِْسكاَيوُناك
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al A‟raf: 96)
Taqwa menjadi modal penting dalam menampilkan jati diri seorang hamba di hadapan Sang
Khaliq bahkan menjadi perkara yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dalam menciptakan sebuah
masyarakat madani dalam satu negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negeri
yang aman, damai dan dalam limpahan berkah Allah SWT.
Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu
Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT
Janganlah menilai kemuliaan seseorang hanya dari merek pakaiannya atau jumlah harta yang ia
miliki dan jangan pernah mengukur kemajuan sebuah desa, bangsa atau masyarakat hanya dari
kemajuan fisik seperti rumah yang mewah, kendaraan yang bagus, tetapi lihatlah dari ciri-ciri
ketaqwaannya. Pandanglah bagaimana cara mereka memperoleh rezeki, interaksi sosialnya,
semangat keagamaannya, hingga tentu saja adalah tentang ibadahnya. Allah SWT berfirman:
َْمُكاقْتَأِهَّلَالدْنَِعْمُكمرْكَأَّنِإ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Dari ayat diatas, maka dapat kita ketahui Keutamaan Taqwa dan Dampaknya ;
Yang Pertama : Keutamaan Taqwa dan Dampaknya dalam Kepribadian Seorang Muslim.
Taqwa adalah pakaian terbaik bagi diri kita. Kadang kita sedih ketika baju kesayangan kita
ternyata rusak. Jika yang rusak adalah pakaian biasa mungkin tak ada kekesalan. Persoalannya
pakaian tersebut adalah yang terbaik dan termahal. Itulah hakikat pakaian, setiap kita memiliki
satu yang terbaik dan termahal di antara sekian yang ada. Demikian juga sepatutnya seorang
mukmin ketika kehilangan pakaian terbaiknya. Allah menyediakan satu pakaian terbaik untuk
mereka, yaitu taqwa.
… َرْيَخكِلَٰذٰىوْقََّٱلتُاسبِلو …
“…dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (QS. al-A‟raf: 26)
3. Bila kita sanggup jatuh bangun mengumpulkan harta untuk membeli pakaian bagus dan
perhiasan mahal dan bersedih karena kehilangannya, maka kitapun harus jauh lebih kuat untuk
jatuh bangun demi meraih dan kemudian menjaga pakaian terbaik dari Allah. Sebaliknya,
kemalangan terburuk adalah karena hilangnya pakaian itu dari diri kita. Ramadhan telah
menuntun kita untuk meraihnya dan Istiqamah adalah sikap terbaik untuk merawatnya agar tetap
bersih.
Ketaqwaan akan melahirkan sifat-sifat terbaik dalam diri seseorang. Tidak hanya dalam perkara
hablum minallah, tetapi juga hablum minannas. Ibadah-ibadah mahdhah kita seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan dzikrullah tak akan memiliki nilai bila kita buruk dalam menata hubungan
dengan alam sekitar, seperti manusia, lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Orang-orang yang
bertaqwa adalah agen-agen rahmatan lil‟alamin yang selalu membawa kebaikan dan kedamaian.
Mereka bagaikan pohon yang buahnya lebat. Tidak pernah berhenti memberikan manfaat bagi
siapapun selama mereka hidup. Bahkan terhadap yang berbuat jahat kepada mereka sekalipun,
selalu ada kata ma‟af. Pohon yang dilempari batu selalu menjatuhkan buahnya kepada yang
melemparinya. Begitulah filosofi yang selalu melekat pada diri orang-orang yang bertaqwa
hingga Allah banyak memberikan pujian kepada mereka.
Ibnu Abbas berkata: ” Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya di dalam
hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan pada rezeki dan
menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya. Sesungguhnya amal kejahatan itu akan
menggelapkan hati, menyuramkan wajah, melemahkan badan, mengurangi rezeki dan
menimbulkan rasa benci di hati manusia kepadanya.”
Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu
Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT
Bukan karena jabatan kita menjadi mulia. Bukan juga karena ilmu kita menjadi mulia. Bukan
juga karena harta, kecantikan, dan gelar. Semua itu hanyalah citra yang melekat pada diri yang
sungguh amat merepotkan pemiliknya. Jabatan akan membuat pemiliknya cenderung merasa
selalu kuat dan berada di atas. Ilmu akan membuat pemiliknya bersikap harus selalu benar alias
tidak boleh salah. Harta akan membuat pemiliknya menjadi takut kehilangan dan merasa cukup
hingga merasa tidak membutuhkan orang lain, justru orang lainlah yang membutuhkan dia.
Kecantikan akan membuat pemiliknya sibuk dengan peralatan kecantikan dan segala halnya serta
dekat dengan fitnah atau musibah.
Yang Kedua : Keutamaan Taqwa dan Dampaknya dalam Kehidupan Keluarga
Tidak elok kiranya bila dalam sebuah keluarga terdapat dua kutub pihak yang bertolak belakang
khususnya dalam perkara aqidah dan amal shalih. Katakanlah seorang bapak yang rajin
beribadah tetapi tidak peduli dengan anaknya atau barangkali seorang istri yang rajin ibadah
sementara suaminya asyik bermaksiat. Seorang bapak yang ingin anaknya rajin shalat namun
dirinya tak henti menghujat, seorang ibu yang ingin anaknya berakhlak mulia namun saban hari
4. mencela tetangganya. Dinamika keluarga yang kontras dalam sikap dan perbuatan masing-
masing ternyata adalah perkara lazim dan ada di sekitar kita bahkan boleh jadi juga menimpa
keluarga kita, Sungguh keadaan yang mengusik ketenangan jiwa bila orang-orang yang kita
cintai di dunia tidak terjangkau hidayah Allah. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya
َِْالَوَُّاسناَالهُودُقاَوًارَنْمُكيِلْهأَوْمُكسُفْناَأوُقَاوُنَآمينِذَّلاَاهُّياَأيَ َاددَِد ِئَِل كِِئكاَمهْيلَعُةاراَج
َونُرمْؤُاَيَمونُلعْفيَوْمُهرماَأَمهَّلَالونُصْعي
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Begitulah dahsyatnya api neraka yang tentu sangat jauh berbeda dengan api di dunia. Sungguh
malang bila kulit kita, atau istri kita, atau anak-anak kita dijilat oleh api yang teramat panas itu.
Na‟uudzu billahi min dzaalik!
Taqwa selayaknya melahirkan kepedulian dan kasih sayang bagi orang-orang terdekat dalam
keluarga kita. Nama dan wajah mereka tak luput untuk selalu terukir dalam untaian doa harian
kita. Setiap anggota keluarga juga saling mendukung dalam perkara kebaikan dan taqwa dan
saling mengingatkan tatkala dalam kealpaan. Komitmen keluarga yang kokoh dalam pijakan
taqwa harus mengantarkan setiap anggota keluarga pada sebuah visi keluarga untuk terus
bersama hingga di dalam surga. Semoga hal ini dapat kita wujudkan di tengah-tengah keluarga
kita, amin yaa Rabbal „alamin.
Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar walillahil hamdu
Jamaah shalat Idul fitri yang dirahmati Allah SWT
Yang Ketiga : Keutamaan Taqwa dan Dampaknya dalam Kehidupan Bermasyarakat
Negeri-negeri yang makmur dalam naungan Islam bukanlah cerita dongeng. Negeri itu benar-
benar pernah ada dalam peradaban manusia. Sebut saja masa pemerintahan Rasulullah dan para
khulafaurrasyidin di Madinah, masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz pada periode dinasti
bani umayyah yang mencapai kemakmuran hanya dalam kurun waktu 2 tahun 5 bulan 5 hari
hingga diceritakan pada saat itu uang-uang zakat tertumpuk menggunung karena tak ada lagi
penerimanya. Kemudian juga, masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid pada periode dinasti
bani Abbasiyyah. Pada masanyalah umat Islam pertama kali mengalami puncak keemasannya di
segala sektor kehidupan mulai dari ilmu pengetahuan hingga ekonomi mengalami kemajuan
yang cukup pesat.
5. Peradaban Islam yang telah membawa kemakmuran itu benar-benar pernah ada, namun
kondisinya kini telah jauh berbeda. Jika di masa lalu negeri-negeri Islam diliputi keberkahan,
maka kini negeri-negeri itu hanya ada tumpukan masalah mulai dari konflik politik, lesunya
ekonomi, hingga krisis akhlak. Hal ini tergambar dari sikap para pemimpin-pemimpin Islam dan
juga kalangan muslim yang tidak memahami Islam sebagai agama yang membawa misi
peradaban rahmatan lil „alamin. Lihat saja berbagai sikap dan perilaku dari berbagai saudara kita
yang menghiasi ramadhan dengan maksiat mulai dari kegiatan tak bermanfaat hingga perjudian.
Mari kita membuka mata kita, bukanlah keberkahan yang kita peroleh, yang ada hanya musibah.
Bukan juga jalan keluar yang kita dapatkan, yang ada hanya tumpukan masalah. Banyaknya
cobaan yang melanda , cukuplah kiranya membuat kita sadar bahwa negeri ini, desa kita ini
sedang ditegur! Jangan sampai azab dan petaka yang membinasakan mari memperbaiki diri dan
menata desa kita ini dengan keimanan dan ketaqwaan kita.
Di sinilah efek ketaqwaan kita harus diwujudkan dalam semangat bersama untuk membangun
desa yang Qaryatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Desa yang ingin mendapat curahan berkah
dari langit dan dari bumi hanya mempersyaratkan satu hal yaitu keimanan dan ketaqwaan para
penduduknya terutama para pemimpinnya. Bila sebuah kekuasaan dapat dimanfaatkan untuk
menegakkan nilai-nilai kebaikan tentu dapat membawa dampak kemaslahatan bagi segenap
umat. Namun bila sebaliknya maka kerusakanlah yang akan terjadi.
Akhirnya marilah kita perbaiki diri, bahwa kita semua memerlukan pembenahan secara
pribadi dan sosial, dan marilah kita jadikan bulan Ramadhan yang telah kita lalui sebagai
titik awal perbaikan diri menuju kepribadian yang shalih, jujur dan bertakwa, guna
membangun kehidupan yang baik menuju keshalihan sosial sehingga berbuah pada
“Qaryatun tayyibatun wa rabbun ghafur” (desa yang makmur, dan dinaungi ampunan
Allah SWT)
َانَالعظيم,َوَنفعناَِباَفيهرلني,َوباركَلناَيفَالقوينَاملقبزاكمَمنَالعاكدينَالفاكّجعلناَاهللَوإي
َهَهوَالرءوفَالرحيم,َأعوذَباهللَمنَالشيطانَالرجيم,َقدَأفلحّنالذكرَالكيمَ,َإوَيات منَا
َمن.امحنيرأنتَخريَالوَارحموََالفرّي,َوَقلَربّلهَفصّبرَيَوذكرَاسمّكتز