Dokumen tersebut membahas mengenai beberapa topik terkait kehamilan, yaitu: 1) persalinan prematur dan tanda-tandanya, 2) pertumbuhan janin terhambat dan penyebabnya, 3) kematian janin dalam rahim dan diagnosisnya.
3. Pengertian
Persalinan preterm didefinisikan sebagai kontraksi uterus
yang teratur disertai dilatasi serviks yang progesif setelah usia
kehamilan 20 minggu dan sebelum minggu ke 37.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa bayi premature adalah bayi yang lahir pada
usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
4. Etiologi
factor resiko yang mungkin merupakan penyebab utama atau
merupakan kombinasi dari beberapa resiko. Penyebab-penyebab
tersebut dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :
a.Penyebab fisiologis
1. Infeksi
2. Over distensi
3. Masalah vaskuler
4. Lemah serviks
b. Factor non fisiologis
1. Usia ibu
2. Diet ibu
3. Berat badan ibu
5. Tanda-tanda Bayi Prematur
1. Ukuran fisik
a. Usia kehamilan <37 minggu
b. BB < 2500 gram
c. PB < 45 cm
d. LK 33 cm, sedangkan lingkar perut 30 cm, sehingga kepala
tampak lebih besar
2. Gambaran fisik
1) Kepala besar
2) Kulit tipis dan transparan sehingga gerakan peristaltik
uterus terlihat
3) Otot masih lemah sehingga nafas lemah, tangis masih
lemah- merintih dan
4) kemampuan menghisap lendir kurang.
6. Angka Kelangsungan
Hidup
Angka kelangsungan hidup bayi premature bergantung
pada etiologi, hasil akhir, dan resiko kekambuhan :
a. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 23 minggu
memiliki peluang kelangsungan hidup 17 %.
b. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 24 minggu memiliki
peluang kelangsungan hidup 39 %.
c. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 25 minggu memiliki
peluang kelangsungan hidup 50 %.
d. Diusia kehamilan 32 minggu dan seterusnya, bayi
memiliki peluang kelangsungan
hidup lebih dari 50%, namun bayi mungkin memerlukan
bantuan bantuan medis dan teknologis.
7. Diagnosis
Insidensi persalinan palsu yang tinggi menyulitkan
diagnosis tepat partus prematurus yang sejati.
Kriteria partus prematurus yang lazim mencakup :
1. Serviks sedikitnya sudah terbuka 2 cm atau sudah
mendatar 75 %.
2. Ada perubahan yang progesif pada serviks selama
periode observasi.
3. Terjadinya kontraksi yang terasa nyeri, teratur dan
intervalnya kurang dari 10 menit menunjukkan bahwa
pasien tersebut tengah berada dalam proses persalinan.
8. Penatalaksanaan Persalinan Prematur
a) Komuikasi
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam
perawatan dan penatalaksaan ibu selama persalinan
prematur. Ibu harus mendapat informasi tentang resiko
persalinan prematur.
c) Analgesia
Penggunaan analgesia epidural bermanfaat dalam
penatalaksanaan persalinan prematur karena dapat
membantu mencegah dan menghambat upaya ibu untuk
mengejan sebelum pembukaan lengkap atau mencegah
dan menghamba kelahiran yang mendadak dan dramatis
yang dapat menyebabkan gangguan pada janin.
9. d) Tanda Vital Ibu dan Janin
Pemantauan ketat tanda vital ibu dan janin
penting dilakukan untuk menjamin keselamatan ibu
dan bayi
f) Model Pelahiran
Model pelahiran bergantung pada presentasi
janin. Seksio sesarea juga diindikasikan apabila
ditemukan ganguan pada ibu atau janin, seperti
eklampsi
10. A. Pengertian
Kehamilan post matur menurut Prof. Dr.
dr. Sarwono Prawirohardjo adalah kehamilan
yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap di hitung dari HPHT.
Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba
kehamilan lewat waktu adalah kehamilan
yang melebihi waktu 42 minggu belum
terjadi persalinan.
POST MATUR
11. Untuk kehamilan yang melampaui batas 42 minggu
dikemukakan beberapa nama lainnya :
a. Postdate : menunjukkan bahwa kehamilan telah
melampaui umur 42 minggu sejak hari pertama
menstruasi.
b. Postterm : menunjukkan bahwa kehamilan telah
mlampaui waktu perkiraan lahir menurut hari pertama
menstruasi.
c. Postmature : menunjukkan keadaan janin yang lahir telah
melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat
menimbulkan beberapa komplikasi
d. Kehamilan serotinus
Nama Lain Postmatur
12. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang
dikemukakan adalah :
• Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak
cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang.
• Herediter, karena post naturitas sering
dijumpai pada suatu keluarga tertentu
• Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah
sehingga disimpulkan kerentanan akan
stress merupakan faktor tidak timbulnya His
• Kurangnya air ketuban
• Insufiensi plasenta
13. Tanda-tanda Postmatur
Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
• Stadium I : Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
• Stadium II : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
pada kulit
• Stadium III : Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali
pusat
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998) :
• Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
• Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
• Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
• Verniks kaseosa di bidan kurang
• Kuku-kuku panjang
• Rambut kepala agak tebal
• Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
14. DIAGNOSA
1. Bila tanggal HPHT di catat dan
diketahui wanita hamil, diagnosis tidak
sukar
2. USG : ukuran diameter bipariental,
gerakan janin dan jumlah air ketuban
3. Amnioskopi : melihat derajat
kekeruhan air ketuban, menurut
warnanya karena dikeruhi mekonium.
15. PENATALAKSANAAN
• Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
• Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
• Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks,
kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan
atau tanpa amniotomi.
• Bila :
• Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
• Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
• Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
• Pada kehamilan > 40-42 minggu
16. Pengertian
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine
Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi
gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang
mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan
tertentu dari usia kehamilannya.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin
terhambat-PJT (Intrauterine Growth Retardation) diartikan
sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil
dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan.
Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk
masa kehamilan
IUGR
17. Klasifikasi IUGR
1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris.
2. PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris
3. PJT tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas.
18. Etologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).
b. Kelainan uterus
c. Kehamilan kembar.
D. Keadaan gizi
2. Faktor Anak
a. Kelainan congenital
b. Kelainan genetik
c. Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma, rubela,
sitomegalovirus, dan herpes).
3. Faktor Plasenta
19. Tanda Dan Gejala
1. Uterus dan janin tidak berhasil tumbuh
dengan kecepatan normal selama jangka
waktu 4 minggu.
2. Tinggi fundus uteri sedikitnya 2 cm lebih
rendah dari pada yang di perkirakan menurut
umur/ lama kehamilan .
3. Berat badan ibu semakin menurun.
4. Gerakan janin semakin berkurang.
5. Volume cairan ketuban menurun.
21. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan antepartum
a. Di lakukan penyelidikan terhadap fungsi plasenta
dan kondisi janin.
b. Bila tanda- tanda gawat janin tidak ada, kehamilan
di biarkan berlangsung. Kita harus membiarkan
janin mencapai maturitasnya sejauh mungkin
kehamilan di akhiri hanya kalau terdapat tanda-
tanda gawat janin.
• c. Begitu diagnosis IUGR di buat, kelahiran harus di
rampungkan sebelum 38 minggu. Bayi yang sudah
tidak berkembang lagi dalam rahim akan tumbuh
lebih baik dalam bangsal anak.
22. • Penatalaksanaan persalinan
• Bayi- bayi yang IUGR harus di lahirkan di rumah sakit dengan fasilitas
khusus untuk resiko tinggi, baik obstetrik maupun pediatrick.
a. Serviks matang : di induksi, monitoring yang cermat dan
kelahiran pervaginam.
b. Serviks belum matang : infus oxytocin untuk serviks yang di ikuti oleh
pemecahan ketuban secara artificial.
c. Indikasi dilakukannya section caesarea :
1) Gawat janin dan Induksi gagal
2) Malpresentasi
3) Disproporsi
4) Serviks tidak matang pada pasien- pasien yang
penyakitnya berat seperti diabetes atau toksemia.
5) Bekas section caesarea
23. PENGERTIAN
Menurut WHO dan The American College of
Obstetricians and Gynecologists yang disebut
kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009). Kematian
janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, atau akibat infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati
(Saifuddin,2008).
IUFD (INTRA UTERIN FETAL DEATH
24. Etiologi
Menurut Norwitz (2008), penyebab
kematian janin dalam rahim yaitu :
1) 50 % kematian janin bersifat
idiopatik (tidak diketahui
penyebabnya).
2) Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-
eklamsi, diabetes mellitus)
3) Komplikasi plasenta (plasenta
previa, abruption plasenta)
25. Manifestasi Klinis
Menurut Achadiat (2004), criteria diagnostic kematian
janin dalam rahim meliputi :
1) Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi,
bahkan semakin mengecil.
2) Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
3) Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada
pemeriksaan.
4) Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu
kehamilan normal.
5) Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat
dirasakan krepitasi, yakni akibat penimbunan gas dalam
tubuh.
26. Batasan Kematian Janin
Menurut Prawiroharjo dalam Nugroho (2012) :
kematian janin dibagi dalam 4 golongan :
• Kelompok I : kematian janin sebelum kehamilan
20 minggu.
• Kelompok II : kematian janin pada umur
kehamilan 20-28 minggu.
• Kelompok III : kematian janin pada umur
kehamilan lebih dari 28 minggu.
• Kelompok IV : kematian janin yang tidak
termasuk tiga golongan di atas
27. Diagnosis
Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim
meliputi :
1) Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin
tidak akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala
kehamilan yang biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada
payudara). Di usia kehamilan selanjutnya, kematian janin harus
dicurigai jika janin tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup
lama.
2) Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin
pada kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu
atau tidak adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar
diagnosis.
3) Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar
gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin
atau HCH) mungkin dapat membantu diagnosis dini selama
kehamilan.
28. Patofisiologi
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada
kehamilan yang telah lanjut, maka akan mengalami
perubahan-perubahan sebagai berikut :
1) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah
mati kemudian lemas kembali.
2) Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit.
Lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian
menjadi merah coklat.
3) Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan
mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam
setelah anak mati.
4) Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah
anak mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan antara
tulang-tulang sangat longgar edema di bawah kulit.
29. penatalaksanaan
a. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami
syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah
meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator
untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima
segala kemungkinan yang ada.
b. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi
dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan
rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan
rujukan.
c. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi
penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan
bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin
setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan
hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum
permulaan persalinan dengan gejala kecemasan.
30. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak
lebih dari 12 minggu kehamilan
a) Persiapan:
(1) Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan
darah baik.
(2) Dilakukan pemeriksaan laboratorium,
yaitu : pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu
pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu
protombin.
b) Tindakan:
(1) Kuretasi vakum
(2) Kuretase tajam
(3) Dilatasi dan kuretasi tajam
31. 2) Pengakhiran kehamilan jika ukuran
uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu
a) Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi
1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
c) Kombinasi pematangan batang laminaria dengan
misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU
dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat
jaringan.
32. 3) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari
20 – 28 minggu
a) Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali
6 jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai
20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
d) Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup
maupun janin mati.
e) Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan
pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
33. 4) Pengakhiran kehamilan jika lebih
dari 28 minggu kehamilan
a) Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6
jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi
untuk pematangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada
KPD).
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai
20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi
dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida
sebanyak 2 labu.
d) Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak
berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin
untuk menyelesaikan persalinan.
34. 2. Periksa Ulangan (Follow Up)
Dilakukan kunjungan rumah pada
hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan
pemeriksaan nifas seperti biasa.
Mengkaji ulang tentang keadaan
psikologis, keadaan laktasi
(penghentian ASI), dan penggunaan
alat kontrasepsi.