Dokumen tersebut merangkum sejarah bangsa Israel dari akhir Perjanjian Lama hingga awal Perjanjian Baru. Ia membahas periode politik bangsa Israel di bawah kekuasaan Persia, Yunani, dan Siria serta penindasan yang dilakukan oleh raja Antiokhus IV yang memicu pemberontakan di bawah pimpinan Matatias dan Yudas Makabe.
1. Bab 40
MATIUS
I. Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru
Injil Matius adalah kitab pertama dalam kitab Perjanjian Baru. Dari
kitab terakhir dalam Perjanjian Lama yaitu kitab Maleakhi sampai kitab
pertama dalam Perjanjian Baru yaitu Injil Matius, di antaranya terpisah
waktu kira-kira 4 abad. Di dalam jangka waktu yang sangat panjang ini,
mengenai keadaan umat pilihan Allah yaitu bangsa Yahudi, khususnya di
aspek politik dan agama, merupakan hal yang menarik perhatian sebagian
besar mereka yang baru mulai membaca Alkitab. Dapat dibahas secara
sederhana sebagai berikut:
1. Di Aspek Politik:
1. Setelah bangsa Israel ditawan, mereka dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar. Sebagian besar dari mereka adalah dari zaman Babel,
Yunani dan Kerajaan Roma, sampai hari ini, tersebar ke negeri asing;
mula-mula mereka tinggal di sekitar negeri tetangga, kemudian
perlahan-lahan bermigrasi ke berbagai daerah di seluruh dunia. Mereka
berkeluarga dan membuka usaha di daerah itu dan mengikuti tradisi
daerah tersebut, lambat laun, menjadi penduduk daerah tersebut.
Sebagian kecil yang lainnya adalah orang-orang keturunan, setelah
ditawan, mereka tidak dapat melupakan negeri mereka, tidak bersedia
melepaskan darah keturunan dan kehidupan mereka, terlebih lagi tidak
bersedia melepaskan Allah yang mereka layani dan mereka sembah.
Setelah ditawan selama 70 tahun yaitu pada tahun pertama raja Koresh,
mereka mendapatkan izin untuk pulang ke negeri mereka, membangun
kembali Bait Suci dan memulihkan persembahan kurban kembali. Ini
adalah perkara yang dicatat dalam kitab Ezra, Nehemia, Hagai,
Zakharia dan Maleakhi.
2. Setelah orang Israel pulang ke negeri mereka pada kali pertama,
mereka masih berada dalam kekuasaan negeri Persia selama 2 abad.
Raja Persia memberikan banyak kebijakan kepada bangsa Israel, juga
telah memberikan banyak kebebasan, membiarkan mereka membangun
Bait Suci dan memelihara tata keagamaan seperti pada mulanya. Orang
Samaria pada jangka waktu ini juga mulai menyembah Allah.
Karena posisi tanah Yehuda berada di antara dua negara yang besar
—Persia dan Mesir, karena itu saat dua negara tersebut terjadi
peperangan, tanah itu akan menjadi daerah pertempuran. Misalkan: saat
pemerintahan kedua raja Arthasasta (tahun 404 SM sampai dengan
tahun 358 SM), orang Siprus mendapat bantuan dari Athena dan Mesir,
dan mengumumkan untuk memutuskan hubungan dengan Persia. Tidak
2. lama kemudian dia menyerang Tirus, dan berperang melawan Persia.
Untuk menolongnya, maka Mesir melalui Yehuda meminta kiriman
tentara dari bagian utara, karena itu, orang-orang keturunan itu dipaksa
untuk membayar pajak dan mengikuti kemiliteran, mereka yang
kehilangan harta dan nyawa sampai tak terhitung.
3. Setelah kerajaan Persia jatuh, kerajaan Yunani pun bangkit. Raja muda
saat itu yaitu Alexander, setelah menyerang Tirus dan Gaza, dengan
sangat marah menyerbu tanah Yehuda untuk menghasut, karena orang-
orang keturunan saat peperangan tidak mau menyuplai keperluan
material kepada para tentaranya. Tetapi saat dia sudah mendekat pada
Kota Suci, Imam Besar Jaddua telah memimpin sekelompok imam dan
orang Lewi untuk menjemput mereka. Dia dengan gembira masuk ke
dalam kota, bahkan di dalam bait telah membaca kitab Daniel, dia
menemukan bahwa dua ratus tahun yang lalu, telah dinubuatkan
tentang hal-hal yang dia capai. Raja muda ini terkejut juga terharu,
tidak lama kemudian mengundurkan tentaranya. Sejak saat itu dia
berlaku baik terhadap orang-orang kudus, agar mereka mendapat
perlindungan di dalam kerajaan Yunani, dibebaskan dari sebagian pajak
dan menikmati kebebasan menyembah Allah.
4. Setelah Alexander meninggal, ada peperangan selama beberapa tahun
di negerinya. Kerajaannya dibagi menjadi empat negara, yaitu Siria,
Mesir, Makedonia dan Asia kecil. Karena tanah Yehuda berada di
antara Siria dan Mesir, menjadi tanah perebutan dari dua negara
tersebut. Sebenarnya Yehuda adalah milik Siria, tetapi tidak lama
kemudian raja Mesir yaitu Ptolemeus menang atas Siria, sehingga
Yehuda pun dikuasai olehnya (tahun 320 SM). Di bawah pemerintahan
Ptolemeus dan penggantinya, orang Yahudi baik di Mesir maupun di
tanah Yehuda, mendapat banyak kebebasan dan jaminan dalam agama.
Imam besar di Yerusalem tidak hanya sebagai pemimpin dalam hal
keagamaan, juga adalah kepala dalam politik. Imam dan orang Lewi
membebaskan pajak di daerah itu. Cucu Ptolemeus yaitu Eugretes
(tahun 246 SM sampai tahun 221 SM), setiap kali setelah menang atas
Siria, pasti akan ke Yeruslem untuk mempersembahkan kurban kepada
Allah.
5. Tahun 198 SM, raja Siria yaitu Antiokhus the Great mengalahkan
Mesir, sehingga tanah Yehuda pun direbut kembali, dianggap menjadi
daerah kekuasaannya sendiri. Kemudian dia membuat perdamaian
dengan Mesir, syaratnya adalah raja Mesir yaitu Ptolemy Filometor
harus menikahi putrinya yaitu Kleopatra dan mengangkatnya menjadi
ratu, dan mendapatkan tanah Palestina menjadi mas kawinnya, dan
pajak dari daerah-daerah dibagi dua kepada dua negara tersebut. Tetapi
Antiokhus tidak memegang perjanjian tersebut, tentara Siria sama
sekali tidak mundur dari tanah Yehuda, mereka dengan tentara Mesir
sama-sama berada di sana. Dahulu orang Yahudi masih dapat ke sana,
3. sekarang mereka berada di bawah dua pemerintahan, tidak dapat hidup
tentram. Di antara mereka saling memperebutkan partai, ada yang
berpihak pada Mesir dan ada yang berpihak pada Siria. Tahun 187 SM,
Antiokhus terbunuh dalam satu pemberontakan, puteranya yaitu
Seleukus Filometor menggantikannya menjadi raja selama 12 tahun;
karena dia terus-menerus berperang dengan Roma, maka
pemerintahannya semakin lemah, maka kekuasaan politik tanah
Yehuda dipegang oleh imam besar.
6. Setelah Seleukus Filometor dan Kleopatra meninggal, raja Siria yaitu
Antiokhus IV Epifanes kembali berperang dengan Mesir, dan merebut
kembali tanah Yehuda. Dia sangat menindas orang-orang keturunan itu.
Tahun 170 SM, dia melakukan ekspedisi ke Mesir, masuk ke
Yerusalem, berkomplot dengan kemiliteran untuk melakukan
pembunuhan secara besar-besaran selama tiga hari. Orang-orang
Yahudi baik tua maupun muda, baik laki-laki maupun perempuan ada
ratusan ribu orang yang dibunuh, yang ditawan untuk dijual sebagai
budak juga puluhan ribu orang. Dia juga merebut perlengkapan
berharga yang ada di dalam Bait.
Tahun 168 SM, dia kembali menyerang Mesir, dan tidak terlalu
berhasil, tidak disangka Roma turut campur tangan, sehingga terpaksa
mundur dan sangat depresi, maka dia menjadi marah kepada orang-
orang kudus. Ada satu kali, penindasan yang mereka alami lebih kejam
daripada sebelumnya. Penduduk Yerusalem ditawan dan dibunuh
sampai tak terhitung jumlahnya. Mempersembahkan kurban, perihal
sunat dan memelihara hari Sabat dilarang dengan tegas, bagi yang
melanggar langsung dijatuhi hukuman mati; buku-buku hukum Taurat
milik para imam harus dibakar, dan tidak boleh dikhotbahkan dan
disebarluaskan; di atas mezbah kurban bakaran yang ada di Kemah,
dibangun satu mezbah penyembahan berhala, di tahun berikutnya bulan
12 tanggal 15 dipersembahkan seekor babi betina di atas mezbah itu
sebagai kurban, dan memercikkan darah babi itu ke tengah-tengah
Kemah, dan memaksa orang-orang kudus untuk menyembah berhala
dan makan daging babi, memperdaya orang-orang muda melakukan
hal-hal yang amoral, mengkhianati kedudukan imam. Antiokhus IV
Epifanes adalah ‘tanduk kecil’ di dalam kitab Daniel 8:9-12. Dia
menghentikan korban persembahan, merusak Bait Suci, menyiksa
orang-orang kudus dan menyerang Allah yang sejati. Dia juga adalah
lambang dari Antikristus ‘sang perusak yang patut dibenci’. Saat itu,
umat Allah menderita kesusahan yang belum pernah terjadi
sebelumnya, siang malam berseru kepada Allah, memohon keselamatan
dari-Nya.
7. Allah sama seperti pada zaman Hakim-hakim, mendengarkan seruan
umat-Nya, membangkitkan seorang imam tua bagi mereka, namanya
Mattathias. Dia terutama menentang penindasan raja Siria. Saat itu, dia
4. sudah lama tidak menunaikan tugasnya di Bait Allah. Maka dia
kembali ke kampungnya, yaitu di dusun Modin, sebelah barat laut
Yerusalem. Dia memiliki 5 anak – Yohanes, Simeon, Yudas
(Maccabeus), Eliazar, Yonatan. Ketika utusan raja An pergi ke Modin
untuk menindas kaum pilihan dan memaksa mereka menyembah
berhala, Mattathias sekuatnya melawan. Dia memproklamirkan,
“Meskipun negara-negara di bawah pimpinan raja menyembah, tetapi
aku dan anak-anakku tetap memegang perjanjian dengan nenek
moyang.” Setelah berbicara demikian, orang tua itu dengan anak-
anaknya menerjang utusan raja An, membunuhnya beserta
pengikutnya. Setelah itu, dia berteriak dengan sekuat-kuatnya di setiap
camat dan dusun, “Siapa yang bergairah terhadap Allah dan hukum
Taurat-Nya, ikutlah aku!” Dia mengumpulkan pasukan pahlawan
bergerilya. Di mana-mana menyerang pasukan Siria, memusnahkan
berhala, membunuh pengkhianat. Orang-orang Yahudi yang mencintai
negaranya, semuanya menyambut. Mula-mula, orang yang bertekad
keras dan bercita-cita luhur tidak mau berperang pada hari Sabat,
sehingga pasukan Siria bisa menyerang mereka. Tetapi dia membujuk
mereka, memperlihatkan kepada mereka, bahwa kita berperang pada
hari Sabat adalah untuk melindungi diri kita, jadi tidak melanggar hari
Sabat. Kekuasaan politik dan kemiliteran, makin hari makin besar.
Tahun 166 SM, Mattathias meninggal karena lanjut usia. Sebelum
meninggal dia berpesan kepada anak-anaknya, agar meneruskan
tekadnya, bagi hukum Taurat Allah dan kemuliaan negara jangan
menghiraukan nyawa diri sendiri. Setelah itu, Yohanes menjadi
pemimpin. Simeon menjadi penasihat, Yudas menjadi panglima besar.
Yudas Makabe adalah orang yang tinggi besar. Kepandaiannya
lengkap. Dia mengasihi Allah, juga mengasihi negaranya, ia memimpin
sekelompok orang yang mengasihi negara, sekuat tenaga melawan
serangan dari luar. Bersama Antiokhus Epifanes, dia mengadakan
peperangan 10 kali dan tidak pernah kalah. Jendral Siria yang terkenal,
seperti Apollonius, Lysias, Gorgias, Nicanor, dan lain-lain, memiliki
pasukan yang jauh lebih banyak daripada pasukan Yahudi, tetapi tetap
kalah olehnya. Ia memiliki semboyan yang terkenal: “Kemenangan
dalam peperangan tidak tergantung pada banyaknya pasukan, tetapi
tergantung pada tenaga yang dari surga.”
Tahun 164 SM, karena kemenangan bidang militer, dia bisa
membersihkan Yerusalem. Dia memusnahkan berhala dan mezbah
orang kafir. Dia mengusir imam bayaran. Menurut sejarah kuno, dia
mempersembahkan kurban kepada Allah. Hari raya Pentahbisan Bait
Allah (Yohanes 10:22) adalah untuk memperingati Makabe ini.
Antiokhus Epifanes menindas orang kudus pada awal tahun 170 SM,
mencemari Bait Suci, menjual jabatan kudus imam besar. Yudas
Makabe masuk ke Bait Allah tahun 164 SM, membersihkan Bait Allah,
5. menghabiskan waktu 6 tahun 4 bulan. Ini menggenapkan nubuat Daniel
8:13-14, “… Sampai berapa lama berlaku penglihatan ini, yakni korban
sehari-hari dan kefasikan yang membinasakan, tempat kudus yang
diserahkan dan bala tentara yang diinjak-injak?" Maka ia menjawab:
"Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus
itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar." Raja An mati pada
tahun 163 SM.
Selain menang perang atas Siria, Yudas Makabe mengalahkan
orang Edom, Filistin, Amon, memulihkan tanah yang hilang.
Sayangnya, setelah itu, untuk mengokohkan kemenangan yang
diraihnya, ia mencari bantuan orang untuk mecegah musuh. Tahun 161
SM, ia mengutus utusan ke Roma, mengadakan perjanjian kesepakatan
agar dalam peperangan saling membantu. Roma setuju. Belum lama
perjanjian itu ditetapkan, belum lagi diumumkan, pahlawan bangsa ini
mati dalam peperangan.
Tanah Yehuda sekali lagi jatuh ke tangan Siria. Sejak saat itu, para
pemimpin tidak melarang lagi orang-orang kudus melakukan
penyembahan.
8. Setelah Yudas Makabe meninggal, saudaranya Yonatan (tahun 160 SM –
143 SM) meneruskan perjuangannya. Dia memegang kekuasaan politik
dan agama. Setelah itu, terjadi perebutan kekuasaan, saling memboikot,
perang saudara, tidak ada lagi perkara yang mulia dan yang heroik
untuk dicatat.
9. Tahun 63 SM, Jendral Besar Romawi Pompey, berperang,
menakhlukkan tanah Yehuda. Secara luaran, dia memakai Yohanes
Hyrcanus dari keluarga Mattathias sebagai pemimpin. Sebenarnya yang
memimpin adalah orang Edom, bernama Antipater. Tahun 47 SM,
Kaisar Romawi, mengangkat anak Antipater, Herodes sebagai
Gubernur Galilea; tahun 40 SM, menaikkan pangkatnya menjadi raja
tanah Yehuda. Dialah Raja Herodes yang membunuh anak yang
berumur 2 tahun ke bawah, saat Tuhan Yesus lahir. (Matius 2:16).
2. Aspek agama
1. Orang Yahudi sewaktu ditawan, mempelajari pelajaran yang berharga,
yaitu menyembah berhala adalah perkara yang sangat berdosa kepada
Allah. Negara mereka musnah, dan mereka tersebar di negara-negara
lain, dan mengalami penganiayaan. Hal itu terjadi karena mereka
menyembah berhala, meninggalkan Allah. Sebab itu, setelah orang
Yahudi kembali ke negaranya, mereka marah (sangat pedih) dan
menolak berhala dan ilah palsu. Mereka takut mengalami kesalahan
seperti yang dialami nenek moyang mereka. Di Babel, Media Persia,
Yunani (termasuk Siria), di bawah pimpinan Kekaisaran Romawi,
sering memasukkan penyembahan agama kafir dan berhala. Lebih-
6. lebih pada masa pemerintahan Antiokhus Epifanes, raja yang ganas ini
memaksa umat kudus menyembah berhala Yunani, tetapi mereka yang
murtad sedikit sekali. Mereka kebanyakan lebih suka mengorbankan
nyawa daripada bersujud kepada berhala itu.
2. Setelah Maleakhi, kekuasaan politik dan agama sering tidak dapat
dipisahkan, telah bercampur aduk menjadi satu. Imam besar sering kali
juga menjadi penguasa dalam negeri, juga pemimpin agama.
3. Setelah kembali dari pembuangan, orang Yahudi mendirikan sinagoge di
mana-mana, termasuk di luar negeri. (Kis. 13:14; 17:1; 18:4). Sinagoge
adalah tempat perhimpunan orang Yahudi, khusus untuk berdoa,
memelihara hari Sabat, mengajarkan hukum Taurat dan membaca kitab
suci. Orang-orang Yahudi bisa memahami hukum Taurat dan kitab
suci, karena mereka tidak henti-hentinya belajar di sinagoge.
4. Setelah Maleakhi, orang Yahudi mendirikan 2 kelompok besar, yang
disebutkan dalam Perjanjian Baru, yaitu orang Farisi dan Saduki.
Ajaran orang Farisi sudah terbentuk sebelum Yudas Makabe. Pada
waktu itu, sebagian umat mulai mengikuti kebiasaan orang Yunani,
maka sebagian orang bangkit melawan dan mengoreksi mereka.
Sekelompok orang ini berpendapat harus memelihara hukum Taurat
Musa dengan ketat, bertekun pada kepercayaan nenek moyang.
Sekelompok orang ini adalah awal mula kelompok orang Farisi. Ketika
raja An menindas kaum kudus, mereka membantu Makabe perang
dengan sekuat tenaga. Sayangnya, ketika Tuhan di bumi, mereka sudah
merosot, menjadi orang yang konservatif, memegang tradisi, tatacara
yang sia-sia, adalah orang Farisi yang munafik. Ahli Taurat, pengajar
hukum Taurat, kaum Rabi, kebanyakan berasal dari kelompok ini.
Timbulnya ajaran orang Saduki, mungkin sebelum ajaran orang
Farisi. Kelompok Saduki ini sedikit, sebagian besar berasal dari
bangsawan dan imam. “Saduki” berasal dari nama “Zadok”. Zadok,
adalah imam besar pada zaman Daud (2 Sam. 8:17). Keturunannya
terus-menerus menjadi imam besar sampai pada zaman Yudas Makabe.
Kelompok Saduki bertentangan dengan kaum Farisi. Mereka cenderung
mengikuti aliran filsafat Aristoteles, menyangkal semua hal mistik.
Mereka tidak percaya kebangkitan, malaikat, setan dan arwah dan lain-
lain (Kis. 23:8), berlawanan dengan ajaran orang Farisi. Sampai waktu
Tuhan Yesus hidup di bumi, dalam agama Yahudi, imam besar, imam,
kepala pengawal bait Allah, kebanyakan berasal dari orang Saduki
(Kis. 4:1; 5:17).
5. “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang
lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”
(Galatia 4:4), dan dilahirkan dalam suasana politik dan agama yang
sedemikian.
7. II. Mengenai Kitab Injil
1. Injil Matius adalah buku pertama dari Perjanjian Baru, juga buku
pertama Kitab Injil. Yang termasuk Kitab Injil dalam Alkitab adalah
Matius, Markus, Lukas, Yohanes, masih ada Kitab Kisah Para Rasul.
Pembaca Alkitab sering menyebut Kitab Kisah para Rasul adalah Injil
kelima, karena (1) kitab ini ada setelah kitab Injil Lukas (Luk. 1:1-4;
Kis. 1:1); (2) kitab ini sama dengan keempat kitab Injil, juga
membicarakan Kristus, hanya ia membicarakan Kristus yang telah
bangkit, bagaimana hayat kebangkitan dan kuasa-Nya terekspresi di
dalam pekerjaan- Nya dan gereja.
2. Kitab Injil bukan biografi Tuhan Yesus. Kalau kita menganggap kitab
Injil adalah biografi seseorang, kita tidak akan puas, karena di beberapa
tempat tidak memberikan keterangan yang lengkap (misalnya, sejarah
Tuhan dari umur 1-29 tahun); ada yang diulang-ulang (misalnya, waktu
Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem); bahkan ada beberapa bagian yang
tidak sama (misalnya, silsilah Tuhan). Kitab Injil adalah wahyu Allah,
dengan melalui berbagai aspek wahyu dalam kitab Injil, sehingga kita
mengenal Putra Allah, Yesus Kristus di berbagai aspek.
Karena kitab Injil bukan biografi Tuhan, melainkan berkaitan
dengan wahyu Tuhan, maka setiap Injil memiliki ciri khas yang
berbeda, catatan yang berbeda, susunan yang berbeda.
3. Allah memberi kita wahyu tentang Tuhan dalam kitab Injil adalah
sebagai berikut: Matius mengatakan Kristus adalah Raja, Markus
mengatakan Kristus adalah Hamba, Lukas mengatakan Kristus adalah
Manusia, dan Yohanes mengatakan Kristus adalah Allah. Sebab itu:
(1) Injil Matius membicarakan sangat banyak tentang kerajaan. Karena
Raja tidak bisa dipisahkan dengan kerajaan. Silsilah dalam Matius
pasal 1 adalah silsilah raja. Ia adalah keturunan Daud, anak
Abraham (Kejadian 17:6). Pasal 2 mencantumkan Raja menerima
penyembahan dan hadiah dari orang majus. Pasal 4, Tuhan
“dipimpin” Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai, di sini
memakai kata “dipimpin”, tidak seperti Markus 1 memakai kata
“dibawa”. Itu hanya beberapa contoh dalam beberapa pasal pada
awalnya; orang yang baru membaca Alkitab, jika meneruskan
membaca Matius, pasti akan menemukan contoh-contoh seperti itu,
semuanya menerangkan Kristus adalah Raja.
(2) Injil Markus tidak menyinggung silsilah Tuhan dan perkara
penyembahan, juga tidak pernah menyinggung “kerajaan”. Karena,
menyinggung hamba, kita menekankan pada pekerjaan dan
pelayanannya. Dalam Kitab Markus, 2 kali dicatat, karena sibuk
bekerja, Ia tidak ada waktu untuk makan (Markus 3:20; 6:31), juga
khusus mencatat Tuhan sebagai Persona yang aktif, dengan istilah
“segera”, “seketika”, “serta merta” (bahasa aslinya ευθεωσ,ευθυσ, dan
8. εξαυτησ dan lain-lain, juga “hendak” “seketika” dan lain-lain, dalam
Injil Markus dipakai 43 kali. 12 kali dipakai pada diri Tuhan
Yesus.) Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah Hamba Allah,
dalam pelayanan-Nya Ia sangat serius dan rajin. Markus 1:12,
Segera sesudah itu Roh membawa Dia ke padang gurun. Di sini
tidak memakai “dipimpin” melainkan “dibawa”. “Dibawa” ini arti
sesungguhnya adalah “diusir”. Roh Allah di sini, melalui Markus
memakai kata-kata ini, karena Tuhan Yesus dalam Injil Markus
adalah seorang hamba.
(3) Injil Lukas menyinggung silsilah Tuhan, karena sebagai manusia,
boleh memiliki silsilahnya. Silsilah yang dicatat dalam Lukas
berbeda dengan yang dicatat Injil Matius. Injil Matius mengatakan
Tuhan Yesus adalah Raja, maka silsilahnya ditelusuri sampai
Daud, Abraham. Lukas mengatakan Kristus adalah manusia, sebab
itu silsilahnya ditelusuri sampai ke Adam — manusia pertama.
Matius mencantumkan silsilah Yusuf, karena Yusuf adalah
keturunan Daud, adalah keturunan raja. Lukas mencatat silsilah
Maria, karena Kristus adalah manusia, juga keturunan perempuan
(Kejadian 3:15).
(4) Injil Yohanes tidak menyinggung silsilah. Karena Kristus adalah
Allah dan Allah tidak memiliki silsilah. Ia juga tidak menyinggung
hal kelahiran Tuhan, karena Tuhan itu tidak berawal dan tidak
berakhir. Injil Yohanes juga tidak menyinggung Tuhan mengalami
pencobaan, karena Allah tidak bisa dicobai dan tidak boleh dicobai
(Matius 4:7).
4. Seluruh isi kitab Injil mengandung corak orang Yahudi dan latar
belakangnya. Maka, sebagian orang beriman mengira makna rohani
dari ajaran Tuhan, perumpamaan Tuhan, dan mukjizat Tuhan hanya
bersangkut paut dengan orang Yahudi dan tidak bersangkut paut
dengan orang Kristen. Umpamanya, Matius 5, 6, 7 adalah hukum
Taurat tambahan yang baru bagi orang Yahudi. Matius 24 adalah
peringatan Tuhan terhadap mereka, bukan ditujukan untuk kita; hanya
dalam Surat Kiriman baru menyinggung gereja dan anugerah. Itulah
yang langsung berkaitan dengan kita. Sebenarnya, uraian ini sangat
keliru. Meskipun isi kitab Injil memiliki corak dan latar belakang orang
Yahudi, tetapi tidak bisa membuktikan bahwa kitab Injil hanya untuk
orang Yahudi. Ini adalah pengaturan Tuhan, mengabarkan Injil kepada
orang Yahudi dulu, kemudian, baru mengabarkan Injil kepada orang
kafir (Roma 1:16). Bagaimana Injil berkaitan dengan orang Yahudi,
juga berkaitan dengan orang Kristen. Keselamatan yang diberikan
Tuhan kepada orang Yahudi adalah Kristus yang di dalam kitab Injil.
Keselamatan yang Tuhan berikan kepada orang kafir, juga adalah
Kristus yang di dalam kitab Injil. Surat-surat Kiriman yang
9. menyinggung gereja dan anugerah seluruhnya berdasarkan kebenaran
dan prinsip dalam kitab Injil.
5. Urutan Isi kitab Injil berbeda setiap jilidnya. Markus dan Yohanes ditulis
menurut urutan sejarah. Maka “setelah dua hari”, “sesudah perkara ini”,
“waktu itu” dan lain-lain, sangat banyak dicantumkan dalam kedua
kitab ini. Injil Matius dan Lukas ditulis menurut urutan makna
rohaninya. Misalnya, Matius mencatat “Khotbah di bukit”, dilihat dari
kitab Injil yang lain, Khotbah di Bukit ini disampaikan Tuhan Yesus
setelah memilih 12 rasul. Bahkan mengatakannya beberapa kali.
Namun, dalam catatan Matius, pemilihan 12 rasul itu dilakukan oleh
Tuhan Yesus sebelum “Khotbah di Bukit”, bahkan mengatakan hanya
sekali saja. Karena Injil Matius membicarakan Kristus adalah Raja.
Matius menyinggung “Kerajaan Surga” atau “Kerajaan”-Nya lebih dari
tiga puluh kali. Ia menyusunnya menurut makna rohaninya, karena itu
tentu saja Kerajaan dan Kerajaan Surga harus ditempatkan di depan
dalam posisi utama..
6. Catatan kitab Injil mengenai mujizat yang dilakukan oleh Tuhan, kira-
kira ada sebanyak yang di bawah ini:
(1) Mengubah air menjadi anggur (Yoh. 1-11).
(2) Menyembuhkan anak pegawai istana (Yoh. 4:46-54).
(3) Membuat jala penuh dengan ikan (Luk. 5:11).
(4) Mengusir roh-roh jahat (Mrk. 1:21-28; Luk. 4:33-37).
(5) Menyembuhkan ibu mertua Petrus (Mat. 8:14-15; Mrk. 1:29-31;
Luk. 4:38-39).
(6) Menyembuhkan banyak orang sakit, mengusir banyak setan (Mat.
8:16-17; Mrk. 1:32-34; Luk. 4:40-41).
(7) Menyembuhkan orang yang sakit kusta (Mat. 8:2-4; Mrk. 1:40-45;
Luk. 5:12-16).
(8) Menyembuhkan orang lumpuh yang digotong oleh empat orang
(Mat. 9:2-8; Mrk. 2:1-12; Luk. 5:17-26).
(9) Menyembuhkan orang sakit di pinggir kolam Betsaida (Yoh. 5:2-
9).
(10) Menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya (Mat. 12:5-13;
Luk. 7:1-10).
(11) Menyembuhkan hamba seorang perwira yang sakit lumpuh (Mat.
8:5-13; Luk. 7:1-10)
(12) Membangkitkan anak dari seorang janda (Luk. 7:11-17).
(13) Pertama kali mengusir setan yang membisukan (Mat. 12:22-45;
Luk. 11:14-26).
(14) Meredakan angin ribut dan air laut (Mrk. 4:35-41; Luk. 8:22-25).
(15) Menyembuhkan dua orang yang kerasukan (Mat. 8:28-34; Mark.
5:1-20; Luk. 8:26-39).
10. (16) Membangkitkan anak perempuan dari seorang kepala rumah ibadat
(Mat. 9:18-19, 23-26; Mrk. 5:21-24, 35-43; Luk. 8:40-42, 49-
56).
(17) Menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan (Mat. 9:20-22;
Mrk. 5:25-34; Luk. 8:43-480.
(18) Menyembuhkan dua orang buta (Mat. 9:32-34).
(19) Kedua kali menyembuhkan orang bisu yang kerasukan setan (Mat.
9:32-34).
(20) Lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu orang
(Mat. 14:13-21; Mrk. 6:31-44; Luk. 9:11-17; Yoh. 6:1-14).
(21) Berjalan di atas air (Mat. 14:24-33; Mrk. 6:47-52; Yoh. 6:16-21).
(22) Menyembuhkan orang sakit di Getsemani (Mat. 14:34-36, Mrk.
6:53-56).
(23) Menyembuhkan anak perempuan dari perempuan Kanaan (Mat.
15:21-28; Mrk. 7:24-30).
(24) Di pantai danau Galilea menyembuhkan orang lumpuh, orang
timpang, orang buta, orang bisu dan orang sakit yang lain (Mat.
15:29-31; Mrk. 7:31-37).
(25) Tujuh roti dan beberapa ikan kecil untuk memberi makan empat
ribu orang (Mat. 15:32-38; Mrk. 8:1-9).
(26) Menyembuhkan seorang buta di Betsaida (Mrk. 8:22-26).
(27) Menyembuhkan seorang anak yang kerasukan setan (Mat. 17:14-
21; Mrk. 9:14-29; Luk. 9:37-43).
(28) Dari mulut ikan mendapatkan mata uang dirham (Mat. 17:24-27).
(29) Menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (Yoh. 9:1-12).
(30) Menyembuhkan seorang perempuan yang bungkuk punggungnya
(Luk. 13:10-17).
(31) Menyembuhkan seorang yang sakit busung air (Luk. 14:1-6).
(32) Membangkitkan Lazarus (Yoh. 11:1-46).
(33) Menyembuhkan sepuluh orang kusta (Luk. 17:11-19).
(34) Menyembuhkan dua orang buta di Yerikho (Mat. 20:29-34; Mrk.
10:46-52; Luk. 18:35-43).
(35) Mengutuk pohon ara (Mat. 21:18-22; Mrk. 11:12-14, 20-26).
(36) Menyembuhkan telinga Malkhus (Luk. 22:49; Yoh. 18:10-11).
(37) Kedua kalinya membuat jala penuh dengan ikan (Yoh. 21:2-13).
Para pemula pembaca Alkitab harus memperhatikan bahwa
setiap kali Allah melakukan mujizat minimal ada lima tujuan: (1) agar
Allah Bapa mendapat kemuliaan, (2) mempersaksikan bahwa diri-Nya
sendiri adalah Putera Allah, (3) menguatkan iman para murid, (4)
memuaskan keperluan saat itu, (5) agar para murid belajar pelajaran
rohani.
7. Perumpamaan yang dibicarakan Tuhan dalam kitab Injil, kira-kira ada
sebanyak di bawah ini:
(1) Perumpamaan tubuh sebagai bait (Yoh. 18-19).
11. (2) Perumpamaan tentang mempelai laki-laki (Mat. 9:15; Mrk. 2:19-
20; Luk. 5:34-35).
(3) Perumpamaan tentang kain yang belum susut dengan anggur yang
baru (Mat. 9:16-17; Mrk. 2:21-22; Luk. 5:36-39).
(4) Perumpamaan tentang orang buta menuntun orang buta (Luk. 6:39-
42).
(5) Perumpamaan tentang membangun rumah (Mat. 7:24-27, Luk.
7:31-35).
(6) Perumpamaan tentang anak-anak yang duduk di pasar (Mat. 11:15-
19; Luk. 7:31-35).
(7) Perumpamaan tentang orang yang mendapat banyak pengampunan
(Luk. 7:41-43).
(8) Satu kerajaan yang terpecah-pecah (Mat. 12:25-29; Mrk. 3:23-27).
(9) Perumpamaan tentang seorang penabur (Mat. 13:3-23; Mrk. 4:3-
20; Luk. 8:5-15).
(10) Perumpamaan tentang benih yang tumbuh (Mrk. 4:26-29).
(11) Perumpamaan tentang benih (Mat. 13:24-30, 36-43).
(12) Perumpamaan tentang biji sesawi (Mat. 13:31-32; Mrk. 4:30-32;
Luk. 13:18-19).
(13) Perumpamaan tentang ragi (Mat. 13:33; Luk. 13:20-21).
(14) Perumpamaan tentang membeli ladang (Mat. 13:44).
(15) Perumpamaan tentang mencari mutiara (Mat. 13:45-46).
(16) Perumpamaan tentang pukat (Mat. 13:47-50).
(17) Perumpamaan tentang harta yang baru dan lama dalam
perbendaraan (Mat. 13:51-52).
(18) Perumpamaan tentang sesuatu yang keluar dari dalam (Mrk.
7:14:23).
(19) Perumpamaan tentang pengampunan (Mat. 18:21-35).
(20) Perumpamaan tentang gembala yang baik (Yoh. 10:1-18).
(21) Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:29-
37).
(22) Perumpamaan tentang seseorang yang memohon kepada
sahabatnya di waktu malam (Luk. 11:5-13).
(23) Perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh (Luk. 12:16:21).
(24) Perumpamaan tentang hamba yang berjaga-jaga (Luk. 12:35-48).
(25) Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (Luk. 13:6-9).
(26) Perumpamaan tentang datang ke pesta (Luk. 14:7-11).
(27) Perumpamaan tentang perjamuan Injil (Luk. 14:15-24).
(28) Perumpamaan tentang menghitung harga yang dikeluarkan (Luk.
14:25-33).
(29) Perumpamaan tentang domba yang hilang (Mat. 18:12-24; Luk.
15:3-7).
(30) Perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk. 15:8-10).
(31) Perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15:11:32).
12. (32) Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Luk 16:1-13).
(33) Perumpamaan tentang tuan dan hamba (Luk. 17:7-10).
(34) Perumpamaan tentang seorang janda yang selalu datang memohon
(Luk. 18:1-5).
(35) Perumpamaan tentang dua orang yang berdoa di Bait Allah (Luk.
18:9-14).
(36) Perumpamaan tentang unta yang masuk ke dalam lubang jarum
(Mat. 19:23-26; Mrk. 10:23-27; Luk. 18:24-27).
(37) Perumpumaan tentang bekerja di kebun anggur (Mat. 20:1-16).
(38) Perumpamaan tentang uang mina dan sepuluh orang hamba (Luk.
19:11:27).
(39) Perumpamaan tentang dua orang anak yang bekerja (Mat. 21:28-
32).
(40) Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun yang kejam
(Mat. 21:33-46; Mrk. 12:1-12; Luk. 20:9-19).
(41) Perumpamaan tentang perjamuan kawin (Mat. 22:1-14).
(42) Perumpamaan tentang pohon ara (Mat. 24:32-33; Mrk. 13:28-29;
Luk. 21:29-31).
(43) Perumpamaan tentang penyerahan tanggung jawab dengan hamba
(Mrk. 13:34-37).
(44) Perumpamaan tentang tuan rumah dengan pencuri (Mat. 24:43-44).
(45) Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat
(Mat. 24:45-51).
(46) Perumpamaan tentang sepuluh gadis (Mat. 25:1-13).
(47) Perumpamaan tentang berdasarkan kemampuan menjalankan
talenta (Mat. 25:14-30).
(48) Perumpamaan tentang domba dan kambing (Mat. 25:31-46).
(49) Perumpamaan tentang pohon anggur dan rantingnya (Yoh. 15:1-8).
Kisah tentang orang kaya dan Lazarus adalah suatu perkara yang
nyata, bukanlah suatu perumpamaan; karena Tuhan tidak pernah
membahas nama orang ini di dalam suatu perumpamaan, bahkan dari
kisah ini tidak ada satu bagian pun yang terlihat sebagai suatu
perumpamaan.
Membaca suatu perumpamaan haruslah: (1) mencari apa maksud
Allah saat itu dalam menggunakan perumpamaan, (2) apa isi dari
perumpamaan itu, (3) apakah pelajaran rohani dari perumpamaan itu,
(4) tidak boleh berhenti pada satu poin kecil, agar tidak menyimpang
dari arti yang utama dari perbandingan tersebut.
8 Kitab Injil tidak mencatat seluruh dari ajaran Tuhan, mujizat dan
pergerakan-Nya, Roh Kudus melalui tangan hamba-Nya, hanya
mewahyukan bagian Kristus yang Allah ingin kita kenal, agar kita
memperoleh hayat. Memang masih banyak tanda mujizat lain yang
diperbuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat
dalam kitab ini, tetapi hal-hal ini telah dicatat, supaya kamu percaya
13. bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya karena percaya,
kamu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (Yoh. 20:30-31).
III. Penulis
1. Penulis kitab ini adalah Matius, juga disebut Lewi, adalah anak Alfeus,
juga adalah salah satu dari dua belas rasul Tuhan. Dia sebenarnya
adalah pemungut cukai daerah Kapernaum. Pada suatu hari saat dia
sedang duduk di tempat pemungutan cukai, Tuhan berkata kepadanya,
Ikutlah Aku! (Mrk. 2:14). Dia segera meletakkan pekerjaannya, dan
menjadi murid Tuhan. Setelah dia berpaling, diadakan perjamuan di
rumahnya, mengundang pemungut cukai dan orang berdosa yang lain
untuk mendengar Injil Tuhan.
2. Alkitab juga memberitahu kita bahwa dia adalah (1) pernah diutus Tuhan
untuk keluar, (2) pernah di Yerusalem, di ruang atas tempat mereka
menumpang, bersama-sama dengan para murid yang lain bertekun dan
sehati dalam doa, (3) setelah dipenuhi Roh Kudus saat Pentakosta, dia
bersama-sama dengan Petrus berdiri memberi kesaksian. Selain itu,
Alkitab tidak mencatat yang lainnya lagi mengenai rasul ini.
3. Nama ‘Matius’ mungkin diberikan Tuhan setelah dia beroleh selamat,
karena saat dia menulis kitab Injil, tidak lagi menggunakan namanya
yang lama yaitu ‘Lewi’. ‘Matius’ berarti ‘karunia Tuhan’. Seorang
yang berdosa, seorang pemungut cukai yang dikucilkan orang, bisa
mendapat kasih karunia dan diselamatkan, bahkan menjadi seorang
rasul, benar-benar adalah ‘karunia Tuhan’.
IV. Waktu dan Tempat
1. Waktu saat Matius menulis kitab Injil ini, saat itu sebagian besar pendeta
menganggap di tahun 37 sesudah Masehi.
2. Menurut perkataan orang, Matius mula-mula mengabarkan Injil di sekitar
Palestina, kemudian ke Mesir, Kush, Makedonia dan Partia, memberi
kesaksian bagi Tuhan. Ada orang berkata bahwa dia mati martir, juga
ada orang berkata bahwa dia meninggal karena usia tua.
V. Poin yang Harus Diperhatikan
1. ...Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham (Mat. 1:1). Seluruh Injil
Matius membicarakan tentang Kristus adalah anak Daud, anak
Abraham
(1) Kristus adalah anak Daud, menunjukkan bahwa Dia adalah Raja.
Apapun yang ada dalam Perjanjian Lama mengenai nubuat tentang
seluruh keturunan Daud akan menjadi raja (seperti: Yes. 9:7, 16:5;
Yer. 23:5, 33:15,17; Hos. 3:5 dan lain-lain), akan digenapi di atas
14. diri Kristus. Anak Daud tidak hanya menunjukkan raja, juga secara
khusus menunjukkan Salomo, yang adalah raja damai; Tuhan kita
adalah Sang Raja Damai yang melebihi Salomo.
(2) Kristus adalah anak Abraham, juga menunjukkan bahwa Dia adalah
Sang Raja. Allah pernah berkata kepada Abraham, Aku akan
membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan
Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal
raja-raja (Kej. 17:6). Anak Abraham tidak hanya menunjukkan
raja, juga secara khusus menunjukkan Ishak yang dipersembahkan
sebagai kurban. Tuhan kita di hadapan Allah adalah seperti Ishak
yang berada di hadapan Abraham yang ‘taat sampai mati’ (Flp.
2:8).
(3) Pasal 1 sampai pasal 25 kitab ini membicarakan Kristus adalah
anak Daud. Pasal 26 sampai 28 membicarakan Kristus adalah
anak Abraham.
(4) Ayat pertama dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus, anak Daud,
anak Abraham, sangat berhubungan dengan dua perjanjian yang
sangat penting dalam Perjanjian Lama—(a) perjanjian dengan
Daud (2 Sam. 7:8-16), (b) perjanjian dengan Abraham (Kej. 17:1-
8).
2. Pasal 1 ayat 1 sampai 17 kitab ini adalah silsilah nenek moyang Yesus
Kristus. Kita harus memperhatikan :
(1) Di antara nenek moyang Tuhan Yesus, secara khusus dibahas empat
orang perempuan: Tamar, Rahab, Rut dan isteri Uria. Mereka
adalah orang kafir; bahkan, selain Rut, mereka bukanlah
perempuan yang suci. Tetapi Roh Kudus sengaja memasukkan
mereka ke dalam silsilah Tuhan Yesus, yaitu ingin menunjukkan
bahwa keselamatan dari Tuhan berhubungan dengan orang kafir,
juga berhubungan dengan orang berdosa.
(2) Di dalam silsilah, tidak ditulis Yusuf memperanakkan Yesus, juga
tidak mengatakan Yusuf dari Maria melahirkan Yesus, hanya
berkata ...Maria, yang melahirkan Yesus, yang disebut Yesus (ayat
16). Ini menunjukkan sesungguhnya, seorang perempuan muda
mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (Yes. 7:14),
juga menunjukkan bahwa Kristus adalah keturunan dari
perempuan (Kej. 3:15).
(3) Silsilah yang dicatat dalam Injil Matius berbeda dengan Injil
Lukas. Injil Matius ditulis berdasarkan garis Yusuf , suami Maria;
Injil Lukas ditulis dari garis Maria, ibu Tuhan. Matius mencatat
Yakub memperanakkan Yusuf (Mat. 1:16). Lukas berkata Yusuf,
anak Eli (Luk. 3:23). Lukas tidak berkata Eli memperanakkan
Yusuf, karena Eli hanyalah mertua Yusuf, tidak pernah
memperanakkan Yusuf; Lukas berkata Yusuf, anak Eli karena
15. menantu di hadapan mertua sama seperti anak kandung, terlebih
lagi orang Yahudi selalu menyebut menantu sebagai anak (1 Sam.
24:17).
3. Pasal 2 dalam kitab ini, bukanlah mencatat tentang ‘cerita malam
Natal’. Lukas memberitahu kita bahwa setelah Kristus lahir, bukanlah
malam itu juga dibawa oleh Yusuf dan Maria untuk melarikan diri,
melainkan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, saat di
dalam Bait mereka bertemu dengan Simeon dan Hana (Luk. 2:21-38).
Yang dicatat dalam Matius adalah perihal sunat dan perkara setelah
persembahan. Saat itu, bintang itu (kemungkinan adalah bintang yang
muncul pada saat Kristus lahir) juga telah memimpin beberapa orang
majus dari Timur ke Yerusalem; Yusuf dan Maria tidak lagi tinggal di
dalam kandang tetapi telah pindah ke ‘rumah’ (Mat. 2:11); saat Roh
Kudus membahas tentang Tuhan, tidak lagi menyebutkan ‘bayi’,
melainkan telah menyebutkan ‘Anak itu’; Herodes juga memerintahkan
untuk membunuh semua anak laki-laki yang berumur dua tahun ke
bawah (ayat 16).
Alkitab tidak memberitahu kita mengenai tanggal kelahiran Tuhan.
4. Sebelum Tuhan memulai pekerjaan-Nya, Yohanes Pembaptis telah
menginjil di padang gurun. Dia adalah utusan Raja. Kitab Yesaya
pernah menubuatkan pekerjaannya Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya (Yes. 40:3; Mrk. 1:2-3). Kitab Maleakhi
juga pernah menubuatkan status dan semangat dalam pekerjaannya
(Mal. 3:1; 4:5-6), Dialah Elia yang akan datang itu (Mat. 11:14; 17:10-
13; Mrk. 9:11-13). Dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh
dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-
anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang
benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang
layak bagi-Nya (Luk. 1:17). Tetapi nubuat terakhir dalam kitab
Maleakhi menggenapkan tentang saksi yang memakai pakaian
berkabung dalam kitab Wahyu pasal 11.
Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh
perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada
Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih
besar dari padanya (Mat. 11:11). Kata besar ini bukan menunjukkan
kedudukan atau pahala Yohanes di Kerajaan. Yang terkecil dalam
Kerajaan Surga lebih besar dari padanya di sini menunjukkan batasan
besar kecil dalam suatu zaman. Karena semua nabi dan kitab Taurat
bernubuat hingga tampilnya Yohanes (ayat 13). Dengan jelas dia
berada di dalam zaman Perjanjian Lama, dia tidak dapat seperti kaum
beriman dalam Perjanjian Baru yang dapat melihat kemuliaan Tuhan
dan mencicipi anugerah Tuhan. Walaupun dia menjadi utusan Kerajaan
16. Surga, memberitakan Kerajaan Surga telah dekat, tetapi dia sendiri
tidak berada di dalam Kerajaan Surga (yang dibatasi oleh waktu). Dia
bekerja tidak lama, telah ditangkap oleh Herodes, di dalam penjara
hanya mendengar sedikit tentang hal yang dikerjakan Tuhan, malah
masih mencurigainya dengan menanyakan, “Engkaukah yang akan
datang itu?” Dia tidak melihat kekuasaan kemuliaan Kerajaan Surga,
karena itulah yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar dari
padanya.
5. Injil Matius membahas tentang Kerajaan Surga sejumlah 32 kali
(berdasarkan Alkitab dalam bahasa asli). Maknanya ada 4 aspek:
(1) Dilihat dari waktu, waktu dimulainya zaman kasih karunia adalah
waktu dimulainya Kerajaan Surga. Zaman hukum Taurat dalam
Perjanjian Lama berakhir sampai Yohanes Pembaptis (Mat. 11:13),
karena itu dia tidak termasuk dalam zaman kasih karunia, yang
terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar dari padanya; zaman
kasih karunia dalam Perjanjian Baru dimulai dari Tuhan yang
menabur benih, ini berarti Kerajaan Surga pun dimulai (13:3, 19).
(2) Dilihat dari ruang lingkup, seluruh daerah yang diberitakan Injil
adalah ruang lingkup dari Kerajaan Surga. Di mana ada benih
gandum, di sana pun juga ada benih lalang yang seperti benih
gandum (13:25); ada orang Kriten sejati, juga ada orang Kristen
palsu atau orang yang hanya memasang papan nama sebagai orang
Kristen; ada yang beroleh selamat, juga ada yang tidak beroleh
selamat.
(3) Dilihat dari realitas hari ini, tempat yang memiliki kekuasaan
Tuhan, itu adalah Kerajaan Surga. Karena itu gereja atau kaum
beriman, jika membiarkan Tuhan menjadi Tuan dan berkuasa, taat
kepada perintah dan kehendak Tuhan, maka gereja itu atau kaum
beriman itu adalah Kerajaan Surga. Catatan dalam pasal 5,6 dan 7
dalam kitab ini, adalah perintah dan kehendak Tuhan, yang adalah
pengajaran Kerajaan Surga, yang juga adalah penghidupan
Kerajaan Surga.
(4) Dilihat dari hal yang akan terjadi di masa yang akan datang,
Kerajaan Seribu Tahun adalah Kerajaan Surga. Jika kaum beriman
pada hari ini dapat membiarkan Kerajaan Surga berkuasa, dapat
melalui penghidupan Kerajaan Surga, maka di masa akan datang
pasti mendapatkan pahala dan kemuliaan Kerajaan Surga.
6. ‘Surga’ dengan ‘Kerajaan Surga’ (menunjukkan Kerajaan Seribu Tahun
di masa akan datang) adalah sama sekali berbeda. Para pemula
pembaca Alkitab harus dapat membedakannya dengan jelas, jika tidak
maka akan timbul kekacauan dan keanehan dalam kebenaran Alkitab.
Surga adalah tempat kaum beriman menikmati hidup kekal, yaitu
rumah Bapa (Yoh. 14:2), yang juga adalah Yerusalem Baru (Why.
17. 21:2). Kerajaan Surga adalah tempat kaum beriman mendapat pahala
dan imbalan dari Tuhan, yaitu setelah zaman kasih karunia, satu zaman
sebelum zaman kekekalan. Dari bagan di bawah ini, kita dapat melihat
perbedaan antara surga dengan Kerajaan Surga:
Surga Kerajaan Surga
(Beroleh Selamat) (Mendapat Pahala)
Tujuan : Menikmati hidup kekal Menikmati pahala (Mat.
(Yoh. 10:28) 25:21,23)
Syarat : Iman (Yoh. 6:47) Perbuatan (2Kor. 5:10)
Karakteristik: Anugerah (Ef. 2:8) Imbalan (Mat. 16:27)
Dasar : Kasih (Yoh. 3:16) Keadilbenaran (2 Tim 4:8)
Yang berhak Orang berdosa (1 Tim 1:15- Orang yang telah beroleh
mengejar: 16) selamat (1 Kor. 1:2; 9:24)
Tempat akhir : Golgota (1Pet. 2:24) Takhta penghakiman Kristus (2
Kor. 5:10)
Waktu : Kekal (Why. 22:5) Seribu tahun (Why. 20:6)
Yang dapat Ada (1 Tim. 1:15-16) Tidak ada (Flp. 3:12)
dipegang: Dapat diketahui (1 Yoh. Tidak dapat diketahui
5:13) (Flp. 3:13)
Garansi : Tidak dapat direbut (Yoh. Dapat direbut (Why. 3:11)
6:37; 10:28-29)
Hasil jika Binasa selama-lamanya Hukuman / balasan (Why.
menolak : (2Tes. 1:8-9) 22:12)
7. Lalu Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis (Mat.
4:1).
(1) Saat manusia pertama yaitu Adam mulai menjalankan kehendak
Allah, menggantikan pemimpin malaikat yang telah jatuh untuk
berkuasa atas bumi ini, Iblis pun mulai menggoda, dan
melaksanakan perusakan. Sangat tidak beruntung, Adam telah
gagal, Iblis pun dapat memperpanjang masanya, dan lagi merebut
otoritas berkuasa dari tangan manusia. Manusia kedua ‘Adam yang
akhir’ (2Kor. 10:45) mulai melaksanakan kehendak Allah, dengan
menebus manusia yang jatuh, dan saat merusak kekuasaan Satan,
Iblis mulai mencobai lagi untuk melakukan perusakan. Puji syukur
pada Tuhan, Dia telah menang, Iblis telah kalah. Jika pada saat itu
Tuhan kalah, maka rencana Allah pun menjadi terhambat,
keselamatan menjadi tidak ada, Iblis pun dapat memperpanjang
masanya kembali.
(2) Cobaan dari Iblis selalu membuat kita mencurigai dan meragukan
Allah. Dalam taman Eden, dia berkata, Tentulah Allah berfirman:
18. Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya,
bukan?...Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah
mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang
baik dan yang jahat (Kej. 3:3,4-5). Di padang gurun, dia dua kali
berkata, Jika Engkau Anak Allah (Mat. 4:3, 6), maksudnya adalah
agar Tuhan meragukan seruan Allah yang belum lama itu—Inilah
Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan (Mat. 3:17).
Dia berkata lagi, Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika
Engkau sujud menyembah aku (4:9), tujuannya adalah agar Tuhan
mencurigai bahwa jalan yang Allah atur dari salib sampai depan
takhta adalah salah.
(3) Godaan dari Iblis adalah agar kita selalu mandiri terhadap Allah.
Dia tidak selalu menggoda kita untuk berbuat jahat. Makan satu
buah dapat mengetahui yang baik dan yang jahat, mengubah batu
menjadi roti dapat memuaskan kebutuhan tubuh, lompat dari
puncak Bait dapat dilihat oleh banyak orang, menyembah sekali
dapat membereskan masalah... semua itu adalah hal yang masuk di
akal, tetapi semua itu membuat manusia meninggalkan Allah dan
mengikuti Iblis.
(4) Tuhan menang atas cobaan dari Iblis, bukan berdasarkan watak
alamiahnya, juga bukan berdasarkan kemampuannya, Dia hanya
bersandar pada perkataan Allah; kata ‘ada tertulis’ adalah senjata-
Nya.
(5) Iblis juga dapat menggunakan Alkitab, juga dapat menggunakan
firman dalam Mazmur 91:11-12 sebagai perlindungannya dalam
pencobaannya yang kedua. Tetapi Tuhan berkata, Ada pula
tertulis... (Mat. 4:6b-7). Kita harus ingat bahwa kebenaran
bukanlah di permukaan, dan tidak boleh diartikan menyimpang
dari arti yang sebenarnya; kebenaran harus dijelaskan berdasarkan
arti yang sesungguhnya (2 Tim. 2:15).
8. Pasal 5, 6 dan 7 dari pasal ini adalah hukum bagi warga Kerajaan
Surga. Kita harus memperhatikan :
(1) Obyek sasarannya bukanlah orang-orang Yahudi yang mengikuti
Tuhan (Mat. 4:25, 5:1) melainkan adalah para murid (5:1) yaitu
menunjukkan orang-orang yang memiliki hayat Tuhan. Orang-
orang Yahudi itu walaupun berada di sekitar, juga dapat
mendengar perkataan Tuhan (7:28-29), tetapi hukum Kerajaan
Surga tidak ada tuntutan apa pun terhadap mereka, kecuali jika
mereka bertobat dan menerima Injil.
(2) Hukum Kerajaan Surga memiliki standar moral yang lebih tinggi
daripada hukum Taurat dalam Perjanjian Lama. Manusia tidak
boleh hanya berdasarkan tekad, kekuatan dan keputusannya sendiri
19. untuk melaksanakan hukum Kerajaan Surga, dia harus memiliki
hayat baru yang dilahirulangkan barulah dapat melaksanakannya.
(3) Hukum Kerajaan Surga adalah tuntutan terhadap kaum beriman
secara pribadi, bukanlah tuntutan terhadap satu kelompok atau satu
organisasi.
(4) Ada orang mengira bahwa hukum di atas bukit itu hanyalah
tuntutan terhadap orang Yahudi, tidak ada hubungannya dengan
kaum beriman, karena di antara hukum itu ada beberapa yang
memiliki latar belakang Yahudi. Sebenarnya, seluruh latar
belakang Yahudi yang ada di sini, adalah karena Tuhan melakukan
pekerjaan-Nya di daerah Yahudi, dan para murid yang ada di sisi-
Nya adalah orang Yahudi. Hukum di atas bukit adalah syarat kaum
beriman hari ini untuk masuk ke Kerajaan Surga, kita harus
bersandar pada Roh Kudus untuk melaksanakannya.
(5) Setiap hukumdi dalam pasal 5, 6 dan 7 berulang-ulang dibahas
dalam surat-surat, ini lebih membuktikan bahwa hukum ini adalah
tuntutan terhadap kaum beriman (termasuk orang Yahudi dan
Yunani).
9. Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi...melainkan untuk menggenapinya
(5:17). Ini menunjukkan: (1) Tuhan kita menggenapi nubuat dalam
hukum Taurat dan nubuat dalam kitab para nabi. (2) Pengajaran-Nya
adalah untuk melengkapi hukum Taurat yang kurang dan tidak lengkap.
(3) Dia mati di atas kayu salib adalah untuk memuaskan tuntutan
hukum Taurat. Melaksanakan hukum Taurat ada dua sisi, di sisi
permukaan adalah dengan ketat bertingkah laku sesuai dengan hukum
Taurat, sisi sebaliknya adalah jika tidak dapat melaksanakan hukum
Taurat, maka harus dengan rela menerima hukuman dari hukum Taurat.
Manusia tidak dapat melaksanakan hukum Taurat maka harus
menerima hukuman dari hukum Taurat. Dia telah menggantikan
manusia dalam menanggung hukuman hukum Taurat yang harus
dipikul oleh manusia, inilah yang dimaksud bahwa Dia datang untuk
menggenapinya.
10. Jika kamu tidak melakukan kehendak Allah melebihi ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Surga (Mat. 5:20). Syarat untuk masuk Kerajaan
Surga juga adalah syarat untuk mendapatkan pahala, berdasarkan apa
yang telah kita pelajari, ada beberapa syarat seperti di bawah ini:
(1) Melampaui kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi—
kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi paling banyak
membahas tentang kebenaran hukum Taurat, kebenaran harafiah,
kebenaran dalam peraturan atau kebenaran yang di luaran.
Kebenaran yang melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-
20. orang Farisi itu adalah kebenaran yang dibicarakan pasal 5,6 dan 7
dalam kitab ini, adalah kebenaran yang berasal dari hayat yang
baru, yang melampaui kebenaran hukum Taurat. Misalkan:
kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah tidak
boleh ada perbuatan berzina, tetapi kebenaran yang melampaui
kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah di dalam
hati tidak boleh ada keinginan untuk berzina (5:27-28).
(2) Melakukan kehendak Allah (7:21)—tidak ada pilihan sendiri, tidak
mementingkan kesukaan sendiri, hanya mendengar perkataan-Nya,
mutlak taat kepada perintah-Nya. Ini adalah syarat mutlak untuk
mendapat pahala masuk Kerajaan.
(3) Menjadi seperti anak kecil (18:3)—seperti anak kecil adalah
rendah hati, bersandar kepada orang tua, mengasihi orang tua,
polos, tidak ada kesukaan terhadap dosa.
(4) ‘Berjerih lelah’—Memasuki Kerajaan Surga dengan berjerih
lelah. ‘Berjerih lelah’ dapat diartikan menjadi ‘menyerbu’ atau
‘merebut’, artinya adalah Kerajaan Surga harus didapatkan dan
direbut dengan tanpa menghiraukan apa pun dan tidak sayang
untuk mengeluarkan harga apa pun. Hanya ‘orang-orang yang
menyerbunya dengan keras’ (11:12 arti dari ‘berjerih lelah’) baru
dapat ‘merebut’ Kerajaan Surga.
(5) Setia (25:14-30)—harus sungguh-sungguh terhadap pekerjaan
yang diatur oleh Tuhan, setia terhadap talenta yang dikaruniakan
oleh Tuhan, memberi suplaian tepat pada waktunya, menyuplai
sewaktu-waktu, dan menunggu dengan berjaga-jaga.
(6) Rela menderita bagi Tuhan—Berbahagialah orang yang dianiaya
karena melakukan kehendak Allah, karena merekalah yang punya
Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu
dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di
surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum
kamu (5:10-12).
(7) Menjadi seorang pemenang (Why. 2-3)—Di dalam 7 surat Tuhan
Yesus, ada tujuh panggilan yang berbeda bagi para pemenang.
Misalkan, ada seorang kaum beriman dapat saling mengasihi
dengan yang lain, taat pada ajaran Tuhan, tidak menyangkal nama
Tuhan, berusaha semaksimal mungkin untuk bersaksi bagi Tuhan,
juga melaksanakan ajaran Tuhan untuk bersabar,... dia adalah
pemenang seperti di gereja Filadelfia. Seluruh pemenang akan
menerima pahala di dalam Kerajaan. Siapa yang menang, ia akan
Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku,
sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama
dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya (Why. 3:21).
21. 11. Pasal 6 ayat 9 sampai 25 sering disebut ‘doa Tuhan’. Di ayat 9 jika
berdasarkan bahasa aslinya, seharusnya diterjemahkan menjadi karena
itu kalian harus berdoa seperti demikian, di sana tidak ada kata
‘berkata’. Karena itu ‘doa Tuhan’ bukanlah hanya doa Tuhan sendiri
saja, melainkan adalah teladan doa atau satu contoh doa yang diberikan
Tuhan kepada kita; ini bukan menyuruh kita untuk menghafal dan
menggantikan doa kita.
Perhatikan empat kata Mu dalam ‘doa Tuhan’ (nama-Mu, Kerajaan-
Mu, kehendak-Mu, Engkaulah yang punya) dan empat kata kami
(berikanlah kami, ampunilah kami, janganlah membawa kami,
lepaskanlah kami. Doa kita jangan hanya memohon bagi kita saja, juga
harus memohon bagi nama Bapa, Kerajaan Bapa, kehendak Bapa,
karena doa kita adalah rel kereta bagi kehendak Allah.
Di sini Tuhan mengajar kita berdoa: (1) memohon perkara Allah
terlebih dahulu, (2) baru memohon untuk perkara diri sendiri, (3)
mohon dilindungi dari musuh yaitu Satan, (4) diakhiri dengan pujian.
Walaupun tidak tentu berdasarkan urutan yang tetap, tetapi satu dosa
yang sehat dan sempurna, isinya harus mencakup keempat hal ini.
(Baca: Ministri Doa Gereja bab 2, dan Collected Work of Watchman
Nee set 2 volume 22).
12. Pasal 7 ayat 21 sampai 27 adalah satu doa yang serius bagi kaum
beriman yang melayani Tuhan. Orang yang berseru, ‘Tuhan, Tuhan!’
itu adalah seorang yang telah beroleh selamat (Rom. 10:13; 1 Kor.
12:3), bahkan adalah seorang pengkhotbah yang sangat berkarunia dan
sangat berprestasi, tetapi dia belum tentu masuk Kerajaan Surga. Syarat
utama untuk masuk Kerajaan Surga adalah melakukan kehendak Bapa,
yaitu yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya (Mat.
7:24), yang berarti taat. Kaum beriman mungkin memiliki bagian
pelayanan, mungkin memiliki berbagai macam karunia, mungkin
memiliki prestasi yang sangat besar, tetapi mungkin juga dia tidak taat,
dan melakukan pekerjaan dengan mengikuti arahan dari manusia atau
kesenangan sendiri. Saat diadakan perhitungan di depan takhta Tuhan
(Mat. 25:19; 2Kor. 5:10), Tuhan akan berkata kepada mereka, Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku, kamu
sekalian yang melakukan kejahatan! (Mat. 7:23).
13. Pasal 8 dan 9 dalam kitab ini mencatat 11 mujizat yang dilakukan
Tuhan. Setelah sang Raja mengumumkan hukum Kerajaan Surga, maka
menampakkan kuasa dan kekuatan Raja, yang melampaui segala yang
ada di alam (penyakit, angin dan ombak) dan yang di luar alam (Iblis).
14. ...datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan
menemui-Nya (8:28). Matius mencatat bahwa ada dua orang, Markus
dan Lukas mencatat bahwa ada satu orang (Mrk. 5:1-20; Luk. 8:26-39).
22. Angka yang dicatat Matius selalu berbeda dengan angka yang dicatat
dalam kitab Injil yang lain. Misalkan, orang buta di sekitar Yerikho,
Matius mencatatnya ada dua, Markus dan Lukas hanya mencatat satu.
Mungkin ini membuat para pemula pembaca Alkitab bertanya-tanya,
sebenarnya dua atau satu. Sebenarnya, pada waktu itu orang yang
kerasukan setan di daerah orang Gadara dan orang buta di Yerikho
tidak hanya seorang, minimal ada dua orang, bahkan lebih dari dua
orang. Matius mencatat dua orang di antaranya, Markus hanya
mencatat satu orang di antaranya, dan memberitahu bahwa orang buta
itu adalah Bartimeus, anak Timeus, Lukas juga ada mencatat satu orang
di antaranya. Matius dapat mencatat dua orang, karena dia mencatat
bahwa Kristus adalah Raja, Raja yang diurapi harus ada orang yang
bersaksi, dua adalah angka yang melambangkan saksi (Ul. 19:15).
Kristus sebagai Raja, dipersaksikan dari mulut dua orang yang
kerasukan setan dan dua orang buta.
15. Tuhan disebut Anak Manusia (Mat. 8:20) kira-kira ada 80 kali. Anak
Manusia menunjukkan bahwa Dia adalah wakil dari manusia, seperti
Anak Allah (Yoh. 10:36) menunjukkan bahwa Dia adalah Allah, Anak
Daud menunjukkan bahwa Dia adalah Raja.
16. Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di
atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan
pedang (Mat. 10:34). Tidak dijelaskan berdasarkan kata, ‘pedang’
dalam ayat ini dengan ‘pedang’ yang menembus jiwa Maria (Luk.
2:35), mengandung makna yang sama. Yang dimaksud bukan
membawa damai, melainkan pedang adalah mengacu pada Matius
pasal 10 ayat 35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari
ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu
mertuanya. Manusia karena kebenaran lalu mengikuti Tuhan, maka
kemungkinan tidak dapat sehati dengan kerabat dan keluarga. (Baca:
Ringkasan Alkitab bab 42, mengenai poin yang harus diperhatikan
dalam Injil Lukas).
17. Siapa saja yang mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, ia
tidak layak bagi-Ku; dan siapa saja yang mengasihi anaknya laki-laki
atau perempuan lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku (Mat.
10:37). Mengasihi orang tua adalah perintah, mengasihi anak adalah
kebenaran. Tetapi mengasihi orang tua atau mengasihi anak melebihi
dari mengasihi Tuhan, ini adalah salah, tidak pantas menjadi murid
Tuhan. Saat orang tua atau anak memiliki satu permintaan yang
bertolak belakang dengan permintaan Tuhan, jika kita mengabaikan
permintaan Tuhan, dan mengabulkan permintaan orang tua atau anak,
maka berarti mengasihi orang tua atau anak melebihi dari mengasihi
Tuhan, berarti tidak layak menjadi murid Tuhan.
23. 18. Pasal 10 dalam kitab ini membicarakan tentang Tuhan mengutus para
murid untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi. Kata
rasul berarti ‘yang diutus’. Rasul di dalam Alkitab selain kedua belas
rasul tersebut, masih ada Paulus, Barnabas (Kis. 14:14), Matias (1:26),
Andronikus, Yunias (Rom. 16:7), Silwanus, Timotius (1Tes. 1:1), dan
‘semua rasul’ yang namanya tidak dicatat (1Kor. 15:7), semuanya
adalah rasul, yang diutus oleh Tuhan. Tuhan sendiri pun adalah seorang
Rasul (Ibr. 3:1) yang diutus oleh Bapa.
19. Matius pasal 12 adalah satu pasal yang besar dalam Alkitab, yang
membicarakan tentang perpalingan zaman yang diatur Allah. Pusat dari
isi pasal ini adalah membicarakan tentang hubungan Tuhan dengan
bangsa Israel telah rusak, Kerajaan Allah telah diambil dari mereka,
dan diserahkan kepada orang-orang yang dapat berbuah, yaitu gereja.
Perpalingan zaman ini adalah karena bangsa Israel menolak Kristus
(Za. 11:7-14).
(1) Bangsa Israel menolak Kristus : dalam Matius 11:20
membicarakan ketidakpercayaan mereka. Sampai di pasal 12,
keadaan menjadi berkembang, ayat 14 adalah pergerakan pertama
dari orang-orang Farisi yang membuat rencana untuk membunuh
Yesus. Di ayat 24, setelah melihat kemuliaan Allah, mereka secara
terbuka menentang Roh Kudus, berkata bahwa Tuhan dengan
Beelzebul mengusir setan. Ayat 38, mereka telah menghakimi
Tuhan adalah nabi palsu, dan menginginkan Tuhan membuat
mujizat untuk diperlihatkan kepada mereka. (Baca: Ul. 13:1).
Tentang kelakuan-kelakuan yang menolak Tuhan yang tercatat
dalam Matius pasal 12, walaupun bukan yang terakhir, tetapi
adalah hal yang dapat dipastikan.
(2) Bagaimana Tuhan menghadapi penolakan ini:
a. Dalam perkara hari Sabat dalam ayat 1 sampai 8, Tuhan secara
tersembunyi telah memberitahu bahwa Dia akan mendirikan
Perjanjian Baru, menghapus Perjanjian Lama, di saat yang
sama juga menghapus hubungan-Nya dengan bangsa Israel
yang sebagai umat-Nya. Dia terlebih dahulu membicarakan
perkara saat Daud ditolak, dia makan roti sajian. Sebenarnya
sebelum Daud, kedudukan imam lebih tinggi daripada
kedudukan raja (Bil. 27-21), tetapi saat sampai pada Daud, ada
perpalingan zaman, kedudukan raja melebihi kedudukan imam
(1 Sam. 2:35-36). Raja yang diurapi ini dalam perkara
melayani Allah menduduki posisi yang lebih penting, bahkan
pelayanan dalam Perjanjian Lama bertambah dengan adanya
Daud. Sejak saat itu, hubungan Allah dengan bangsa Israel
adalah berpusat pada raja yang diurapi. (Daud melambangkan
Tuhan). Saat Daud melarikan diri dan disingkirkan, tabut juga
24. karena demikian tidak dipulihkan, dengan demikian seluruh
barang-barang yang kudus pun hilang kekudusannya. Karena
itu 1 Samuel 21:5, mengenai roti sajian itu, Daud berkata,
“Pada saat yang sama roti ini adalah roti biasa, walaupun dia
hari ini di antara bejana itu menjadi kudus.” Kristus yang
dilambangkan Daud pada hari ini, walaupun ditolak, akhirnya
malah membuat hubungan Allah dengan bangsa Israel dalam
Perjanjian Lama ada peralihan, bahkan perjanjian Allah
dengan mereka di gunung Sinai pun akan dialihkan, karena itu
Allah menyebut perjanjian di gunung Sinai sebagai Perjanjian
Lama, dan akan mendirikan Perjanjian Baru (Ibr. 7:18, 8:13).
Allah mengadakan perjanjian dengan bangsa Israel di atas
gunung Sinai adalah berdasarkan sepuluh perintah (Kel.
34:27-28), bukti dari pendirian perjanjian itu adalah hari Sabat
(31:12-17; Yeh. 20:12), seperti sunat adalah bukti perjanjian
antara Allah dan Abraham (Kej. 17:9-12). Saat membatalkan
hukum, terhadap 9 perintah dari sepuluh perintah yang
diberikan saat itu, yaitu perintah pertama sampai ketiga, dan
perintah kelima sampai sepuluh, karena itu semua
berhubungan dengan sifat Allah dan berhubungan dengan
moral manusia, karena itu tidak boleh diubah. Dalam
Perjanjian Baru, terhadap kita yang tidak berada di bawah
hukum Taurat, melainkan berada di bawah kasih karunia (Rm.
6:14), Roh Kudus masih memberi perintah kepada kita untuk
mentaati 9 perintah tersebut. Di dalam Perjanjian Baru total
jumlah membicarakan tentang: menyembah Allah, sebanyak
50 kali; tidak boleh menyembah berhala, sebanyak 12 kali;
jangan menyebut nama Allah secara sembarangan, sebanyak 4
kali; menghormati orang tua, sebanyak 6 kali; jangan
berzinah, sebanyak 12 kali; jangan membunuh manusia,
sebanyak 10 kali; jangan mencuri, sebanyak 6 kali; jangan
bersaksi dusta, sebanyak 4 kali; jangan serakah, sebanyak 9
kali. Tetapi terhadap hari Sabat, tidak ada satu perintah pun
yang menyuruh kita untuk memperingati, seperti halnya tidak
ada perintah bagi kita untuk melakukan sunat. Hari Sabat
berbeda dengan 9 perintah yang lain, karena hari Sabat
didirikan berdasarkan pemerintahan Allah, adalah bukti suatu
perjanjian. Hari Sabat sendiri adalah satu hari, dan tidak
memiliki arti moral, karena itu boleh diubah. Tuhan berkata
bahwa Dia lebih besar daripada Bait Suci, dan memaparkan
bahwa yang dikehendaki Allah adalah belas kasihan, bukan
menghendaki persembahan (Mat.12:6-7), karena yang
didirikan oleh Tuhan adalah Perjanjian Baru. Karena itu
imamat dan hukum Taurat harus berubah, kurban
25. persembahan juga harus dihapus (Ibr. 7:12.18; 10:8-9,18). Dan
Allah memberikan kita anugerah yang kudus dan tidak
bercacat—Kristus (Kis. 13:34). Karena itu semua orang yang
mengikut Dia, di dalam Dia (Dia lebih besar dari Daud dan
Bait Kudus) tidak dibatasi oleh memperingati hari Sabat—
bukti dari Perjanjian Lama, seperti imam di dalam Bait Suci
beserta dengan orang-orang yang mengikut Daud, bersama-
sama dengan Daud makan roti sajian, dan tidak dihakimi.
Tuhan bangkit di hari pertama dari tujuh hari, dan hari ini
adalah hari Tuhan, ini menunjukkan bahwa kita di dalam
Kristus adalah ciptaan baru, kita berada di bawah Perjanjian
Baru. Orang Yahudi berdebat dengan Tuhan mengenai hari
Sabat, dan tidak menginginkan Tuhan yang sebagai lambang
dari hari Sabat itu, juga tidak menginginkan perhentian yang
sejati dan kekal yang diberikan Tuhan (Kol. 2:16-17; Mat.
11:28-30), bahkan menganiaya Dia karena Ia menyembuhkan
orang sakit pada hari Sabat (Yoh. 5:16-18), ini sungguh sangat
membodohkan dan penuh dengan kegelapan.
b. Tuhan mulai mengumumkan hubungan-Nya dengan bangsa
kafir dan gereja . Matius 12:24 adalah bangsa Israel yang
dengan tegas menolak Tuhan (diwakili oleh ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi yang datang dari Yerusalem—Mrk.
3:22), lalu berdasarkan rencana Allah, Tuhan pun
mengumumkan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap
(Mat. 12:21). Ayat 38 sampai 42, Tuhan membicarakan
tentang orang-orang kafir yaitu orang-orang Niniwe dan ratu
dari Selatan yang bertobat, mereka akan bangkit pada hari
penghakiman untuk menghakimi dosa dari zaman ini.
(‘Zaman’ di dalam Alkitab mengacu kepada sekelompok
orang yang bermoral sama di sepanjang sejarah, saat zaman
Petrus demikian, sampai Tuhan datang kembali pun demikian
—baca: Mzm. 12:7; Kis. 2:40; Mat. 4:34). Yunus adalah orang
dari Gat-Hefer (dalam daerah Galilea) (2Raj. 14:25; Yos.
19:13-16; Mat. 4:15, Yoh. 7:52), orang Yahudi karena
sengaja, karena tidak tahu dan tidak mengakui bahwa pernah
muncul nabi dari Galilea, tetapi Allah memakai Yunus sebagai
lambang dari Tuhan; setelah Yunus keluar dari mulut ikan,
orang-orang Niniwe menerima pengabarannya, seperti setelah
Tuhan bangkit di hari ketiga dikabarkan kepada orang kafir,
agar orang-orang dunia percaya dan taat (1Tim. 3:15). Matius
12:46-50 memperlihatkan kepada kita tentang ‘orang-orang
kelahiran Yahudi’ (Gal. 2:15; Flp. 3:3-5), hubungan lahiriah
semacam ini tidak dapat memuaskan kehendak Allah, karena
Tuhan datang agar di dunia ini dihasilkan sekelompok orang
26. yang melaksanakan kehendak Bapa dengan berdasarkan hayat
yang baru, dan sekelompok orang ini adalah gereja, gereja
adalah rumah Allah.
c. Pengumuman Tuhan terhadap bangsa Yahudi: (1)
Mengumumkan tentang penghakiman. Matius 12:20 bahasa
asli dari ‘menjadikan hukum’ berarti ‘dikeluarkan dari dalam
perbendaharaan untuk dihakimi’ (Ul. 32:34; Mat. 13:52,
12:35). Penghakiman akan menimpa orang Yahudi terlebih
dahulu (Yeh. 20:33-38; Rom. 2:9). Matius 12:38-42, saat
menghakimi orang-orang yang telah mati, orang-orang yang
menolak Tuhan dalam sepanjang sejarah dan orang-orang
Yahudi pada saat itu, akan dihakimi. (2) Mengumumkan dosa
yang tidak dapat diampuni. Tuhan mengusir setan jelas-jelas
adalah kekuatan Roh Kudus yang ternyatakan di tengah-
tengah mereka, adalah menunjukkan Kerajaan Allah sudah
dekat pada mereka, hal ini jelas-jelas sama sekali berbeda
dengan orang-orang yang mengusir setan dengan
menggunakan sihir (Kis. 19:13. 19). Kata-kata yang mereka
ucapkan dalam Matius 12:24 benar-benar menodai Roh
Kudus. Ini bukanlah ketidakpercayaan karena ketidaktahuan,
melainkan secara terbuka menentang Allah dan segala sesuatu
yang menjadi milik Allah. Kelakuan dan perkataan yang
berdosa terhadap Anak Manusia yang disebabkan oleh
ketidaktahuan (‘Anak Manusia’ menunjukkan kemuliaan-Nya
yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh manusia daging),
masih dapat diampuni (Mrk. 6:3; Luk. 23:34), tetapi di sini
adalah saat kemuliaan Allah benar-benar dinyatakan, dan juga
saat Roh Kudus dinodai dan dilukai, karena itu pada zaman
sekarang ini (saat itu menunjukkan zaman hukum Taurat),
walaupun Allah juga ada belas kasihan, tetapi
ketidakpercayaan, dengan sengaja menodai dan berdosa
terhadap Roh Kudus, benar-benar adalah hal yang tidak dapat
diampuni (Bil. 14:20-24, 26-35; Ul. 1:32, 34-35; Ibr. 3:16-19;
Mat. 23:33-39). Pada masa yang akan datang (zaman
Kerajaan, hari Isa) walaupun mulia dan anugerah dinyatakan
lebih besar, tetapi terhadap dosa yang demikian juga tidak
akan diampuni (Yes. 65:20; Why. 20:7-11) (Baca: Collected
Work of Watchman Nee set 1 vol. 20). (3) Keadaan di masa
akan datang. Setelah orang Yahudi kembali ke negaranya dari
Babilon, lepas dari dosa memuja berhala, (seperti setan yang
keluar dari tubuh), tetapi mereka tidak menerima hati yang
mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka,
sehingga pada masa akan datang akan melakukan dosa yang
lebih besar mengenai penyembahan berhala, yang membuat
27. berhala sang perusak itu berdiri di tanah suci dan mengikat
perjanjian dengan pendosa besar. Pada saat itu kondisi orang
Yahudi yang penuh dengan dosa, kegelapan dan mendapat
hukuman ini, tidak pernah ada dalam sejarah mereka; ini
seperti satu roh jahat yang kemudian membawa tujuh roh-roh
jahat lainnya yang lebih hebat, ini adalah kondisi orang
Yahudi di saat sebelum kedatangan Tuhan di dalam
kemuliaan-Nya (2 Tes. 2:3-4; Dan. 9:27; Yer. 30:7; Yes.
28:14-22).
(3) Peralihan yang jelas: Matius 5:1 adalah Tuhan membicarakan
hukum Kerajaan, karena di atas gunung (Yes. 2:2-3); dan Matius
13:1 berkata, setelah Tuhan selesai berbicara tentang siapa yang
menjadi saudara-Nya, pada hari itu Ia juga keluar dari dalam
rumah (melambangkan ruang lingkup agama Yahudi), dan duduk
di tepi laut (‘laut’ melambangkan dunia orang bukan Yahudi)
mengatakan perumpamaan. (Ini seperti yang dikatakan dalam
Yesaya 6:10, Yesaya melihat kemuliaan Tuhan dan mendapat
wahyu, untuk memberitahu orang Israel yang tidak percaya, tidak
mengerti dan tidak berbalik—Yoh. 12:37-42—karena itu perkara
Kerajaan tidak lagi diberitahukan kepada bangsa Yahudi secara
terang-terangan, dan hanya diberitahu kepada saudara Tuhan, yaitu
para murid yang melakukan kehendak Bapa). Ini adalah suatu
peralihan zaman, yaitu pengumuman peralihan dari zaman hukum
Taurat ke zaman gereja (zaman kasih karunia), yaitu suatu
pengumuman bahwa Perjanjian Lama akan berakhir dan Perjanjian
Baru akan didirikan. Karena bangsa Israel tidak menerima Kristus,
maka akan jatuh ke dalam hukuman (Yes. 6:11-13), sampai Tuhan
datang dari langit, mereka baru akan berpaling dari dosa kepada
Kristus, kemudian diterima dan masuk ke dalam Perjanjian Baru
yang didirikan Allah di dalam Kristus, serta menjadi umat Allah
yang kudus (Zak. 12:10-13:2; Yes. 59:20-21; Yer. 31:31-34).
20. Setelah Raja ditolak oleh umat-Nya, lalu berbicara mengenai
perumpamaan tentang Kerajaan Surga.
(1) Selain perumpamaan pertama, seluruh enam perumpamaan ada
perkataan ‘Kerajaan Surga seumpama...’. Tetapi ‘perumpamaan
tentang penabur’ berbicara tentang Kerajaan Surga, karena Tuhan
berkata bahwa perumpamaan ini adalah rahasia Kerajaan Surga
(Mat. 13:11). Benih ini adalah ‘perkataan Kerajaan Surga’ (ayat
19).
(2) Ketujuh perumpamaan ini berbicara tentang keadaan Kerajaan
Surga pada zaman sekarang ini, dan tidak berbicara tentang kondisi
penggenapan Kerajaan Surga (Kerajaan Seribu Tahun). Selain
beberapa perkataan yang ringkas (43, 50), pahala dalam Kerajaan
28. Seribu Tahun, mahkota, takhta dan perkara lainnya yang detail
tidak dibahas.
(3) Empat perumpamaan pertama dari tujuh perumpamaan itu
dibicarakan kepada semua orang, tiga perumpamaan yang lain
dibicarakan kepada para murid. Dua perumpamaan pertama adalah
Tuhan sendiri yang memberikan jawaban, lima perumpamaan
berikutnya tidak ada penjelasan. Ada orang menganggap bahwa
perumpamaan tentang menabur benih satu kelompok dengan
perumpamaan benih lalang, perumpamaan biji sesawi satu
kelompok dengan perumpamaan tentang ragi, perumpamaan
tentang harta yang tersembunyi satu kelompok dengan dengan
perumpamaan mencari mutiara, perumpamaan tentang jala yang
ditebar menjadi satu kelompok. Juga ada orang menganggap:
perumpamaan pertama menjadi satu kelompok, yang berbicara
tentang masa Kerajaan Surga yang paling awal; perumpamaan
kedua, ketiga dan keempat menjadi satu kelompok, yang berbicara
tentang ruang lingkup Kerajaan Surga—agama Kristen;
perumpamaan kelima, keenam dan ketujuh menjadi satu
kelompok, yang berbicara tentang realitas Kerajaan Surga dan satu
bagian sebelum Kerajaan Surga itu terwujud.
(4) Perumpamaan tentang benih yang ditabur (Mat. 13:3-8, 18-23)
adalah perumpamaan yang dijelaskan oleh Tuhan sendiri.
Perumpamaan ini secara khusus mengacu kepada keadaan
pemberitaan Injil oleh Yohanes Pembaptis, Tuhan sendiri dan para
murid-Nya. Pada saat itu mereka semua memberitakan Kerajaan
Surga sudah dekat. ‘Sudah dekat’ bukan mengacu kepada ‘masa
akan datang’ atau ‘dekat tetapi belum tiba’. ‘Sudah dekat’
mengacu kepada ‘di dalam tangan’. Pada bagian masa ini adalah
masa di persimpangan antara hukum Taurat dalam Perjanjian
Lama dan Kerajaan Surga, boleh dimasukkan, juga boleh tidak
dimasukkan ke dalam ruang lingkup Kerajaan Surga, karena itu
terhadap perumpamaan ini Tuhan tidak berkata ‘Kerajaan Surga
seumpama’, tetapi benih dalam perumpamaan ini benar-benar
adalah mengacu kepada perkataan Kerajaan Surga.
(5) Perumpamaan benih lalang (ayat 24-30, 36-43) juga adalah
perumpamaan yang dijelaskan oleh Tuhan sendiri. Yang menabur
juga adalah Tuhan sendiri. Tetapi benih yang baik itu tidak lagi
mengacu kepada firman, tetapi mengacu kepada orang yang
menerima firman—‘umat Kerajaan Surga’; ladang itu tidak lagi
mengacu kepada hati manusia, melainkan mengacu kepada ‘dunia’
(ayat 38), yaitu daerah di mana Tuhan memberikan Injil. ‘Orang’
yang ‘tidur’ itu (ayat 25) adalah jamak, bukan mengacu kepada
Tuhan, melainkan mengacu kepada para hamba Tuhan. Saat
mereka lalai dan tidak berjaga-jaga, Iblis pun bekerja, menaburkan
29. benih lalang yang seperti gandum tetapi bukan gandum. Karena itu
pada zaman Paulus, ada orang Kristen palsu yang menyusup
masuk (2 Kor. 11:26; Gal. 2:4). Di mana ada pekerjaan Tuhan, di
sana pun juga ada pekerjaan Iblis. Kekacauan ini bukanlah
diselesaikan dengan cara ‘menyiangi’ (cara yang kejam), harus
menunggu sampai waktu menuai, Tuhan mengutus malaikat
barulah dapat menyiangi lalang tersebut.
(6) Kerajaan Surga jika dilihat dari luaran dan ruang lingkupnya,
seperti ‘satu biji sesawi’ (Mat. 13:31-32). Biji sesawi sebenarnya
adalah ‘yang terkecil dari ratusan jenis yang lain’, adalah satu jenis
sayuran, tetapi melalui pertumbuhan yang tidak normal, dia
menjadi ‘pohon’, menjadi sarang dari burung-burung. Ini seperti
awal dari kekristenan yang sebenarnya adalah paling kecil, tetapi
sampai pada suatu saat, tiba-tiba menjadi besar, menjadi negara
agama, bahkan berada pada urutan atas. Luarannya sangat subur,
ruang lingkupnya luas, tetapi sangat tidak beruntung adalah
kekuasaan si jahat itu (ayat 4, 19) pun juga menjadi bertambah
luas.
(7) Dalam perumpamaan tentang ragi (ayat 33), ragi sama dengan
bidah, racun, kebusukan (16:12; Mrk. 8:15); tepung adalah
makanan yang menghasilkan hayat; perempuan itu adalah orang
mengajarkan bidah; dia mencampurkan ragi ke dalam tepung,
hasilnya, sejak saat itu ajaran Allah dikhamirkan oleh ajaran bidah.
(8) Tiga perumpamaan di atas adalah satu kelompok, yang dikatakan
Tuhan dalam satu rangkaian, tidak terputus di tengah. Tiga
perumpamaan tersebut hanyalah membicarakan tentang luaran atau
ruang lingkup Kerajaan Surga dan tidak berbicara tentang realitas
Kerajaan Surga; karena itu saudara palsu, kekuatan si jahat, bidah
dan sebagainya, sepertinya ditetapkan untuk merusak ke dalam
ruang lingkup agama, tetapi secara mutlak tidak boleh terjadi di
dalam gereja.
(9) Ada persamaan antara perumpamaan tentang harta yang
tersembunyi dan perumpamaan tentang mencari mutiara, yaitu
sama-sama membicarakan tentang realitas Kerajaan Surga, yaitu
tempat di mana Allah dapat benar-benar berkuasa pada hari ini;
‘orang’ dengan ‘orang yang membeli dan menjual’ sama-sama
mengacu kepada Tuhan; sama-sama berbicara bahwa ada yang
dicari oleh Tuhan kita; juga sama-sama membicarakan ‘menjual
seluruh miliknya’ yang menunjukkan bahwa Dia telah
mengeluarkan harga sangat tinggi (Mat. 13:44-46). Perbedaan
dalam dua perumpamaan ini adalah yang satu berbicara tentang
‘harta yang terpendam di ladang’, yang satu berbicara tentang
‘mutiara yang sangat berharga’.
30. Harta di sini bukan mengacu kepada gereja, jika demikian
maka tidak perlu untuk diulang. Harta mengacu kepada sebagian
orang-orang Yahudi yang menyembah Allah. Walaupun mereka
bukan karena percaya Tuhan dan menjadi umat Kristen, tetapi
mereka terus-menerus menyembah Allah, menyukai
keadilbenaran-Nya dan sudah lama menunggu kedatangan Isa.
Mereka berbeda dengan sebagian besar orang-orang Yahudi yaitu
orang-orang yang menolak Tuhan, menentang Allah dan hanya
mencari kekayaan. Allah berkuasa di antara sebagian kecil orang-
orang Yahudi yang beribadah ini; Allah melihat mereka seperti
harta. Alkitab berkata, Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh
mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku,
maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari
antara segala bangsa...(Kel. 19:5). Juga berkata, Sebab TUHAN
telah memilih Yakub bagi-Nya, Israel menjadi milik kesayangan-
Nya (Kel. 135:4). Kematian Tuhan di atas kayu salib, tidak hanya
bagi umat rohani-Nya (gereja), juga bagi umat-Nya secara bumiah
(orang Yahudi yang beribadah). ...Lebih berguna bagimu, jika satu
orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini
binasa (Yoh. 11:50), perkataan ini bernubuat bahwa Yesus akan
mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi
juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah
yang tercerai-berai (Yoh. 11:51-52). Orang-orang Yahudi yang
beribadah ini seolah-olah tersembunyi di dalam ladang (dunia),
sampai sebelum Tuhan datang kembali, mereka akan bangkit,
ditebus bahkan akan di dalam Kerajaan Seribu Tahun menjadi
imamat rajani.
Mengenai perumpamaan tentang mutiara, dengan jelas
mengacu kepada gereja. Gereja adalah realitas Kerajaan Surga di
atas bumi hari ini, yang juga adalah tempat di mana Allah dapat
benar-benar berkuasa di bumi ini. Seperti sebutir mutiara: dia
adalah suatu organik, dia diambil dari dalam laut, pertumbuhannya
adalah hayat yang bertambah selapis demi selapis, keindahannya
adalah hayat yang digesek selapis demi selapis. Tuhan mengasihi
gereja, dan mengorbankan diri-Nya bagi gereja (Ef. 5:25).
(10)Perumpamaan tentang harta yang tersembunyi berhubungan
dengan orang-orang Yahudi yang beribadah, sedangkan
perumpamaan tentang mencari mutiara berhubungan dengan
gereja, perumpamaan tentang menebar jala berhubungan dengan
orang kafir. ‘Laut’ (Mat. 13:47) sebenarnya mengacu kepada orang
kafir. ‘Jala yang ditebarkan di laut’ mengacu kepada akhir zaman,
Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk memisahkan orang kafir
yang benar dengan orang kafir yang jahat. Perumpamaan ini sama
31. dengan perumpamaan dalam pasal 25 tentang memisahkan
kambing dan domba.
21. Ketika Tuhan mendengar bahwa pendahulu-Nya yaitu Yohanes
Pembaptis dibunuh oleh Herodes, Dia tidak memberikan reaksi apa
pun, hanya menyingkir ke tempat sunyi dan seorang diri bersekutu
dengan Allah. Karena Allah adalah harapan-Nya, perkara-Nya hanya
diberitahukan kepada Allah; juga karena kerajaan-Nya yang sebenarnya
‘bukan dari dunia ini’ (Yoh. 18:36).
22. Kemudian Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan
Sidon (Mat. 15:21). Pasal 11 dan 12 membicarakan karena Raja ditolak
oleh umat-Nya, maka mengumumkan bahwa sejak saat itu arah
pekerjaan-Nya akan dialihkan kepada bangsa kafir; pasal 15 berbicara
bahwa Raja melaksanakan pengumuman-Nya dan mulai (juga adalah
yang pertama) menyatakan keadilan kepada bangsa-bangsa (12:18).
Ketika perempuan Kanaan itu berseru kepada Tuhan dengan sebutan
Anak Daud, Dia sedikit pun tidak mempedulikannya; ini dikarenakan
dia adalah seorang kafir, tidak ada kuasa dan tidak layak untuk berseru
kepada Tuhan dengan sebutan yang demikian (Mat. 15:22; Ef. 2:12).
Tetapi saat dia hanya menyebut Dia sebagai Tuhan (Mat. 15:25; Rom.
10:12-13), Tuhan pun menerima sebutannya bahkan mengabulkan
permohonannya.
23. Petrus menyebut Tuhan adalah Mesias (Kristus), Anak Allah yang
hidup, pengakuan ini adalah ‘batu karang ini’, yang adalah dasar dari
gereja, gereja didirikan di atas pengakuan yang sedemikian dari
manusia. Kapan pun di bumi ini ada orang yang mengaku bahwa Tuhan
adalah Kristus, adalah Anak Allah yang hidup, di saat itu pula di bumi
ini ada umat yang dipanggil keluar oleh Allah—gereja.
Mengenai Petrus, dia bukanlah batu karang itu. Arti dari bahasa asli
‘Petrus’ adalah ‘batu kecil’. Arti dari bahasa asli ‘batu karang’ adalah
‘batu besar’. Petrus di dalam surat-suratnya memberitahu kita bahwa
Kristus adalah batu penjuru, sedangkan kaum beriman adalah batu
hidup yang satu-satu dan dibangun menjadi suatu bangunan rohani (1
Pet. 2:4-7). Jika Petrus adalah batu karang itu, maka ‘alam maut tidak
akan menguasainya’ (Mat. 16:18), tetapi secara fakta, tidak lama
kemudian, Satan menggunakan dia menjadi batu sandungan bagi Tuhan
(ayat 23), dan tidak lama kemudian, Satan menuntut untuk menampi
dia seperti gandum (Luk. 22:31); jika bukan permohonan dan
penjagaan dari Tuhan, maka dia akan gagal dan tidak akan dapat
berbalik lagi.
24. Kuberikan kunci Kerajaan Surga kepadamu, ini bukan menunjukkan
bahwa Petrus memiliki kedudukan dan kekuasaan yang khusus. Kunci
32. digunakan untuk membuka pintu (Why. 3:7); ‘Kunci Kerajaan Surga’
digunakan untuk membuka pintu Kerajaan Surga. Karena itu pada saat
Pentakosta, dia membukakan pintu Kerajaan Surga bagi orang-orang
Yahudi; di rumah Kornelius, dia membukakan pintu Kerajaan Surga
bagi bangsa kafir.
25. Perkara tentang Tuhan kita berubah rupa di atas gunung (Mat. 17:1-8),
melambangkan keadaan Kerajaan di masa akan datang. Wajah-Nya
bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar
seperti terang menyatakan Dia adalah surya kebenaran (Mal. 4:2),
mulia yang tak terkira, tidak lagi seperti kondisi pada saat di bumi:
sederhana, rendah, hina dan buruk rupa. Musa mewakili sekelompok
manusia yang telah mati, masuk ke dalam Kerajaan dan mendapat
kemuliaan; Elia mewakili sekelompok manusia yang terangkat pada
saat hidup, masuk ke dalam Kerajaan dan mendapat kemuliaan.
Petrus ingin mendirikan tiga kemah: satu untuk Musa, satu untuk
Elia dan satu untuk Tuhan. Ini adalah maksud yang baik dan
kegairahan hati, tetapi ini salah, karena dia menyamakan Musa dan Elia
dengan Tuhan. Karena itu suara Allah dari dalam awan itu mengoreksi
dia, kata-Nya Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku
berkenan, dengarkanlah Dia! (ayat 5). Walaupun di sana ada hukum
Taurat dan nabi, tetapi hanya Tuhanlah Anak Allah yang terkasih, para
murid haruslah hanya mendengarkan Dia. Ternyata benar, para murid
mendapat pelajaran, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus
seorang diri (ayat 8).
26. Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal? Jawab Yesus, “...turutilah segala perintah Allah... (Mat.
19:16-22). Penuntutan dan sikap dari orang muda itu sangatlah benar,
tetapi pertanyaannya adalah suatu kesalahan besar. Ternyata dia
menginginkan perbuatan baik itu digantikan dengan hidup yang kekal.
Pemikiran yang salah ini tidak hanya dimiliki oleh orang muda itu,
tetapi juga dimiliki oleh banyak ahli Taurat, agamawan dan orang yang
lainnya (Kis. 2:37; 16:30). Tuhan menjawabnya dan menyuruhnya
untuk mentaati segala perintah, yaitu agar dia sendiri mengetahui
bahwa manusia tidak dapat berbuat baik, bahkan tidak dapat
melaksanakan perintah. Maksud semula Allah dahulu memberikan
perintah dan hukum Taurat, adalah agar pada saat manusia tidak selalu
dapat melaksanakan hal-hal yang dicatat dalam kitab Taurat, ia dapat
mengetahui bahwa dia sendiri memiliki dosa, selain pengampunan dari
kasih karunia, tidak ada yang dapat diharapkan lagi (Rom. 3:20, 5:20,
Gal. 3:10). Orang muda itu bertanya perintah yang mana jika
dilaksanakan dapat membuatnya beroleh hidup yang kekal. Tuhan tidak
mengatakan perintah terhadap Allah, Tuhan hanya menyebut sejumlah
perintah terhadap manusia, tujuannya adalah agar dia mengetahui
33. bahwa dia mutlak tidak dapat ‘melakukannya’, hanya memohon kasih
karunia Tuhan. Tidak disangka, orang muda itu masih mempertahankan
pemikirannya bahwa dia dapat ‘melakukannya’, mengira bahwa
perintah-perintah itu sudah dia laksanakan sejak kecil. Terakhir Tuhan
hanya dapat berkata kepadanya, ...juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin,... kemudian datanglah
kemari dan ikutlah Aku. Maksud Tuhan ialah: jika dia dapat
melakukan, jika sejak kecil dia telah melaksanakan perintah mengasihi
sesama seperti mengasihi diri sendiri, maka ‘menjual’ dan ‘memberi’
bukanlah suatu perkara yang sulit, sangat mudah dilaksanakan. Tuhan
masih mengharapkan dia tidak bersandar pada jalan ‘berbuat baik’
untuk beroleh selamat, melainkan bersandar pada kasih karunia untuk
beroleh selamat; tetapi mendengar perkataan itu, pergilah orang muda
itu dengan sedih, karena dia tidak mengenal jalan beroleh hidup kekal
melalui iman.
Manusia tidak dapat bersandar pada perbuatan baik untuk beroleh
hidup kekal, jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?Bagi
manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu
mungkin (Mat. 19:25-26). Dia dapat membuat manusia yang karena
percaya kepada Tuhan Yesus, dapat diselamatkan.
27. Pasal 21 ayat 1 sampai 11 mencatat tentang Tuhan yang ditolak terakhir
kali masuk ke dalam kota Yerusalem, bahkan menggenapkan nubuat
nabi Yesaya dan Zakharia untuk menyatakan bahwa Dia adalah Raja
(Yes. 62:11; Zak. 9:9). Tetapi pada saat itu yang menyambut Dia, tidak
ada seorang pun pejabat atau penatua, melainkan hanya sejumlah
warga. Dan yang mereka sambut hanyalah seorang Yesus dari Nazaret
di Galilea (Mat. 21:11), dan tidak melihat Dia adalah Isa mereka.
Bahkan tidak lama kemudian, pujian ‘Hosana’ itu berubah menjadi
kutukan ‘salibkan Dia’.
28. Pohon ara yang tidak berbuah itu (Mat. 21:19) hanya daun-daunnya saja
yang tumbuh, tidak ada buah, tidak dapat memuaskan permintaan
Allah, karena itulah Dia mengutuk pohon ara itu. Dilihat dari lambang,
pohon ara yang tidak berbuah itu mengacu kepada orang-orang Yahudi
pada saat itu (Yer. 24:5, 8; Luk. 13:6-9), yang hanya ada riturgi
pelayanan, dan tidak memiliki realitas pelayanan, karena itu Tuhan
menolak mereka, sampai setelah ranting-rantingnya melembut dan
mulai bertunas (Mat. 24:32), mereka bertobat, dan berpaling dari
perbuatan dosa mereka, barulah menerima mereka kembali (Yes.
59:20; Rom. 11:23). Dilihat dari kehidupan kaum beriman, kita
mungkin ada sikap luaran yang beribadah, namun tidak memiliki hayat
yang dialirkan keluar, karena itu Tuhan tidak dapat puas atas diri kita;
sampai tidak tertahan lagi (Luk. 13:6-9), Dia lebih baik memutuskan
persekutuan rohani kita, saat itu hayat kita akan menjadi kering.
34. 29. Perintah adalah tuntutan Allah terhadap manusia. Dalam 10 perintah,
ada 4 perintah terhadap Allah, 6 perintah terhadap manusia. Hasil dari
perintah terhadap Allah adalah ‘kasih’, hasil perintah terhadap manusia
juga adalah ‘kasih’. Karena itu Alkitab berkata, Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang
pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu adalah, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua
perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi
(Mat. 22:37-40). Manusia yang benar-benar mengasihi Allah dengan
segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi, tentu saja tidak dapat
melayani Allah yang lain, membuat berhala dan sebagainya; manusia
hanya mengasihi manusia saja, baru tidak menentang orang tua,
membunuh, berzinah dan sebagainya.
30. Bagi orang beriman baru, terhadap pasal 23 mungkin merasa aneh,
apakah Tuhan maha pengasih dan lemah lembut itu, juga bisa
mengutuk manusia? Hal ini sangat serius, maka murka Domba betapa
menakutkan. Tuhan pada waktu itu melihat ahli-ahli Taurat, dan orang
–orang Farisi, penuh dosa, dan sedikitpun tidak memiliki perasaan yang
mau bertobat; Meskipun Dia tiap kali mendidik mereka dan
memperingati mereka, tetap tidak ada hasilnya, akhirnya terpaksa
Tuhan menghukum mereka dengan wewenang seorang Raja. Kita tahu,
terhadap kaum awam, pembicaraan Tuhan tidak keras, tetapi terhadap
ahli-ahli Taurat, orang Farisi dan pemimpin yang munafik, Ia selalu
mengekspos perbuatan dosa merekan, dan menghardik dengan kata-
kata yang keras.
Pasal ini dibagi 3 bagian:
Pertama: Teguran dan peringatan Tuhan kepada murid (ayat 1-12).
Tuhan memperingatkan murid-Nya, untuk jangan menuruti perbuatan-
perbuatan ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi, mereka mengikat
beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, semua
pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;
sombong, suka kemegahan lahir, menganggap dirinya hebat. Murid-
murid hanya ada satu rabi, satu bapa, satu guru, hubungan kekerabatan
antar kita yang paling akrab adalah saudara.
Kedua, Tuhan mengkritik orang Farisi dan Ahli Taurat (Matius
23:13-36) Lima kali Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah orang
buta, 8 kali mengatakan “Celakalah kamu”, menghardik mereka bahkan
menunjukkan sebabnya mereka celaka. Ini menunjukkan kepada kita,
buta rohani sangatlah serius. Celakalah orang yang munafik. Kelak,
hukum Allah akan menimpa kepada orang yang munafik, orang yang
fasik dan lalim, serta orang yang disebelah luar nampaknya beribadah,
tetapi tidak ada realitasnya.
35. Ketiga, Tuhan mengeluh dan meratapi Yerusalem (23:37-39). Setelah
Tuhan menghardik dan menghukum, dengan hati yang meratap, Ia
menunjukkan hati mereka keras, rumah mereka akan ditinggalkan dan
menjadi sunyi. Dan Tuhan memberi jalan keluar, yaitu sampai kamu
mengatakan, “Hosana, terpujilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan.” Saat itu mereka baru melihat Tuhan.
31. Pasal 24 adalah nubuat yang sangat penting. Ini adalah garis besar
nubuat Perjanjian Baru. Boleh dikatakan, nubuat dalam Surat-surat
Kiriman dan Kitab Wahyu berdasar pada nubuat ini. Nubuat ini seperti
serangkai kunci, untuk membuka berbagai rahasia dan nubuat. Orang
yang baru belajar membaca Alkitab harus baik-baik membacanya, baru
bisa mengerti nubuat yang lain.
(1) Pasal ini dapat dibagi menjadi 3 bagian:
Bagian pertama adalah kata pengantar (ayat 1-3), mencakup latar
belakang pada saat itu (ayat 1) peringatan (ayat 2), masalah murid:
a. Kapan terjadinya perusakan Bait Allah;
b. Tanda-tanda kedatangan Tuhan;
c. Tanda akhir zaman (ayat 3).
Bagian kedua, adalah jawaban Tuhan (ayat 4-31);
Bagian ketiga adalah peringatan Tuhan (ayat 32-51) mencakup :
a. Tentang kedatangan Tuhan dan keterangkatan-Nya; (32-41)
b. Harus berjaga-jaga.(42-51)
(2) Tuhan berkata, Sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan
dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan
diruntuhkan.(Mat.24:2). Perkataan ini pertama-tama terjadi pada
tahun 70 M, yaitu pangeran Romawi, Titus, menyerang Yerusalem.
Saat itu, bait Allah dirusak. Orang Yahudi lari ke gunung (24:16)
Tetapi “waktu itu Pembinasa keji belum berdiri di tempat kudus,”
(Mat.24:15) juga belum ada “…Antikristus, nabi palsu, bangkit
mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat,”
sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang
pilihan juga.(ayat 23-26) sebab itu, penggenapan yang lebih besar
dan lebih sempurna itu adalah waktu akhir zaman dan masa
Antikristus. Dia akan membuat perjanjian dengan orang pilihan.
Tiga setengah tahun kemudian, ia melanggar janjinya, menduduki
tempat kudus, merusak bait suci, membunuh umat pilihan (Daniel
9:27; 2 Tesalonika 2:3-4).
(3) …sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum
kesudahannya. (Mat. 24:4-14). Pasal ini bukan mengatakan
tentang akhir zaman. yang terjadi sebelum kedatangan langit baru
dan bumi, yaitu akhir dunia yang lama ini, tetapi menunjukkan
akhir dari zaman kasih karunia. Pada akhir zaman ini, Tuhan
khusus menyatakan perbuatan-Nya kepada orang Yahudi. Hal
36. inilah yang disebut dalam Perjanjian Lama, bahwa keluarga Yakub
menderita kesulitan (Yeremia 30:7), disebut sebagai hari TUHAN
(Yoel 2:1-11). Dalam Perjanjian Baru disebut sebagai kesusahan
besar (Mat. 24:21), hari Tuhan (1 Tes. 5:2; 2 Tes. 2:2). Satu kali
tujuh masa yang dibicarakan dalam Daniel pasal 9 adalah saat ini.
Sebelum akhir zaman datang, ada satu hal yang sangat jelas,
yaitu Injil Kerajaan harus disebarkan ke seluruh bumi. Kesusahan
itu ada, tetapi kesusahan itu bukan menunjukkan bahwa akhir
zaman sudah tiba. Kedatangan akhir zaman itu pasti memiliki
tanda yang pasti, yaitu Injil Kerajaan harus disebarkan ke seluruh
bumi. Ada orang memiliki pemikiran yang salah, mengira
kesusahan besar itu adalah akhir zaman, mengira hari Tuhan itu
sudah tiba sekarang (2 Tes. 2:1-3) Bahkan orang mengira
kesusahan bear itu menunjukkan Tuhan sudah datang. Ini berarti
kita menunggu kesusahan besar tiba, mengharapkan kesusahan
besar, ini tidak benar. Firman Tuhan menyuruh kita menantikan
kedatangan Tuhan, mengharapkan keterangkatan, mengharapkan
kedatangan Tuhan membawa karunia (1 Pet. 1:13). Sebab itu kita
perlu melayani dengan setia menurut firman Tuhan, tidak
disesatkan nabi palsu, tidak menjadi tawar dalam kasih, sabar
sampai kesudahannya, dengan giat mengabarkan Injil Kerajaan
Surga, siap diangkat.
(4) Kita harus memperhatikan, kedatangan Tuhan ada 2 tahap: Tuhan
datang ke angkasa, dan Tuhan menyatakan diri kepada segala
bangsa. Yang pertama adalah mengangkat gereja dan kemudian
mendirikan Kerajaan-Nya di bumi. Ketika Tuhan kembali, di
kalangan orang Yahudi akan terjadi perkara besar, yaitu Pembinasa
keji akan berdiri di Bait Allah. Mat. 24:16-22 mengatakan situasi
keluarga Yakub menderita kesengsaraan. Ayat 23-26 mengatakan
Tuhan memperingatkan orang agar berjaga-jaga terhadap mesias
palsu dan nabi palsu. Ayat 27 mengatakan kedatangan Tuhan
adalah sesuatu yang sangat cepat. Pada waktu yang tidak diduga,
Anak Manusia akan datang (ayat 44). Ayat 28 mengatakan,
hukuman akan menimpa orang yang berdosa dan membangkang
(Wahyu 8:13; 9:12; 11:14; pasal 16) saat ini adalah saat orang
Yahudi menyembah berhala (benda yang najis), mendatangkan
zaman kerusakan (Yesaya 28:14-22). Pada saat itu mereka berbuat
dosa, bersalah terhadap Allah.
Ketika Tuhan menampakkan diri, itu adalah saat akhir
zaman: “tidak ada terang, tiga benda terang menjadi pudar,”Segera
sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan
bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari
langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang (Zakharia 14:6; Mat.
24:29); di langit akan tampak tanda, dan bangsa-bangsa akan