1. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 PADA KELOMPOK SWABANTU DI DUSUN SWALUWAN DAN
KALIMALANG, DESA TAWANGARGO, KECAMATAN KARANGPLOSO,
KABUPATEN MALANG.
Kumboyono*, Rani Rakhmawati **, Musthika Wida Mashitah**, Reny Hartikasari **, Vebby Astri Rizkilia**
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis dengan angka morbiditas dan mortalitas
terbesar di dunia. Kabupaten Malang memiliki catatan angka kejadian DM tipe 2 kurang lebih 1412 jiwa yang
tersebar di 39 kecamatan, salah satunya kecamatan Karangploso dengan angka penderita DM 110 jiwa pada tahun
2009. Salah satu desa di Karangploso yaitu desa Tawangargo memiliki jumlah penderita DM 14 orang, berdasarkan
data dari Puskesmas Pembantu Tawangargo. Saat ini angka tersebut naik menjadi 30 penderita. Diet DM
merupakan salah satu contoh penatalaksanaan nonfarmakologis yang sering dilaksanakan oleh penderita DM tipe 2
. Kepatuhan terhadap diet DM penting untuk menghasilkan outcome yang baik dari upaya pengobatan.
Pengetahuan sendiri merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan kepatuhan. Terapi kelompok
swabantu (self help group) menjadi salah satu terapi yang patut dipertimbangkan dalam upaya peningkatan
pengetahuan penderita DM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang
diet pasien DM tipe 2 pada kelompok swabantu. Desain penelitian ini adalah studi kasus deskriptif. Sejumlah 15
responden diambil secara purposive sampling diantara 30 penderita DM tipe 2 di desa Tawangargo. Pengambilan
data menggunakan soal pretest-postest. Terdapat empat kali pertemuan kelompok swabantu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadinya perubahan peningkatan mean pengetahuan responden tentang diet Diabetes
Mellitus sebesar 23.33 sebelum dan sesudah terapi kelompok swabantu dari 60,67 menjadi 84. Kesimpulannya
terapi kelompok swabantu memiliki pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan tentang diet penderita DM tipe 2,
terbukti dengan peningkatan pengetahuan penderita sebelum dan sesudah terapi kelompok swabantu dilakukan.
Disarankan, perlu pelatihan kader kesehatan desa sebagai fasilitator untuk menjaga keberlanjutan program ini.
Diabetes Mellitus tipe 2, kelompok swabantu, tingkat pengetahuan, diet
Diabetes Mellitus
Kata kunci :
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is one of the chronic disease with the highest morbidity and mortality in the world.
The incidence of DM type 2 in Malang Regency, approximately 1412 people spread across 39 districts, one of that
district is Karangploso with 110 diabetics in 2009. Tawangargo is one of village in Karangploso that diabetics
number reached 14 people, based on data from the Tawangargo health center. Today, that number rises to 30
patients. Diabetes Mellitus dietary is one example of nonpharmacologic management that often carried out by the
patient. Adherence to Diabetes Mellitus dietary is important to produce a good outcome from treatment. Knowledge
is one important factor in improving compliance. Self-Help Group therapy should be considered in efforts to increase
patients' knowledge of Diabetes Mellitus. The purpose of this study was to determine the level of knowledge about
type 2 Diabetes Mellitus dietary on diabetics on self-help group. The study design was a descriptive case study. A
number of 15 respondents taken purposively sampling among 30 patients with type 2 diabetes mellitus in the village
Tawangargo. Retrieval of data using a pretest-postest matter. There are four self-help group meetings. The results
showed that the average increase in knowledge of respondents about the dietary DM for 23.33, before and after
therapy self-help groups from 60.67 to 84. In conclusion self-help group therapy is effective in improving knowledge
about dietary of type 2 Diabetes Mellitus people, as evidenced by an increase in patient knowledge before and after
self-help groups therapy. Advisable, necessary training of village health worker as a facilitator to maintain the
sustainability of this program.
Key words : Type 2 Diabetes Mellitus, self-help group, the level of knowledge, Diabetes Mellitus dietary
* Jurusan Keperawatan FKUB
** Mahasiswa Jurusan Keperawatan FKUB
1
2. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan penyakit
metabolik yang ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat defek
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Groop,
2001 dalam Merentek, 2006). Prevalensi penyakit
ini terus mengalami peningkatan selama beberapa
tahun terakhir. WHO memperkirakan prevalensi
global Diabetes Mellitus akan meningkat dari 171
juta orang pada 2000 menjadi 366 juta orang pada
tahun 2030. Indonesia menempati urutan keempat
di dunia sebagai negara dengan angka penderita
Diabetes Mellitus setelah China, India, dan Amerika
Serikat. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta
penduduk Indonesia mengidap Diabetes Mellitus.
Pada tahun 2006, jumlah penyandang Diabetes
Mellitus di Indonesia mencapai 14 juta orang,
dimana 50% diantaranya sadar telah mengidap,
dan sekitar 30% melakukan pengobatan secara
teratur. WHO memperkirakan jumlah penderita
Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia akan meningkat
hingga tiga kali lipat dan pada 2030 mencapai 21,3
juta orang Menurut Sidartawan Soegono, konsulat
diabetic & metabolic endokrin dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, kasus prediabetes di Indonesia juga sangat tinggi yaitu
mencapai 12,9 juta orang. Angka ini merupakan
yang ke-5 terbesar di dunia dan diperkirakan akan
naik hingga 20,9 juta di tahun 2025. (Xinhua, 2007;
PDPERSI, 2011).
Kabupaten Malang memiliki catatan angka
kejadian Diabetes Mellitus tipe II kurang lebih 1412
jiwa yang tersebar di 39 kecamatan. Salah satu
daerah di Kabupaten Malang yang memiliki angka
kejadian Diabetes Mellitus tinggi adalah Kecamatan
Karangploso dengan jumlah penderita 110 jiwa
pada tahun 2009. Salah satunya terdapat di Desa
Tawangargo, yang memiliki jumlah penderita
Diabetes Mellitus 14 orang berdasarkan data dari
Puskesmas Pembantu Tawangargo. Saat ini angka
tersebut naik menjadi 30 penderita dan diperkirakan
dapat meningkat karena banyak kasus yang belum
terdeteksi di puskesmas setempat.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit
kronis yang tidak bisa disembuhkan dan diderita
seumur hidup. Progresifitas Diabetes Mellitus ini
akan terus berjalan bahkan dapat menyebabkan
kematian akibat baik komplikasi akut maupun
kronis. Pada periode tahun 1990-an angka
kematian komplikasi akut yaitu ketoasidosis (24,9%)
dan hipoglikemia (10%). Sedangkan komplikasi
kronik dapat berupa komplikasi makrovaskular
seperti penyakit jantung koroner, pembuluh darah
otak dan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati
dan neuropati (Permana, 2009; Perkeni 2006).
Sehingga penanganan Diabetes Mellitus penting
untuk diarahkan pada pengontrolan kadar gula
darah dan pencegahan komplikasi yang dapat
dilakukan dengan cara modifikasi diet, aktivitas fisik,
medikasi, dan terapi insulin (Hoffman, 2001 dalam
Falvo, 2005; American Diabetes Association, 2005).
Manajemen diabetes mandiri merupakan hal
yang penting bagi pasien diabetes. Diperkirakan
bahwa lebih dari 95% penanganan diabetes terdiri
dari perilaku perawatan mandiri. Pasien dengan
perilaku perawatan mandiri yang baik terbukti
memiliki kontrol glukosa darah yang lebih baik
(Shahab, 2006). Salah satu manajemen diabetes
mandiri adalah modifikasi diet. Tujuan diet Diabetes
Mellitus adalah membantu pasien diabetes
memperbaiki kebiasaan pola makan untuk
mendapatkan control metabolic yang lebih baik.
Selain itu terdapat beberapa tujuan khusus antara
lain memelihara kesehatan yang optimal dan
aktivitas normal, memberikan jumlah energy yang
cukup untuk memelihara berat badan ideal,
membantu mempertahankan kadar gula darah
penderita dan mencegah timbulnya komplikasi
(Palanimuthu, 2010)..
Sejumlah 95% kesembuhan Diabetes Mellitus
tergantung pada pasien diabetes sendiri. Kepatuhan
pasien diabetes dalam melaksanakan diet
merupakan kunci utama kestabilan kondisi
kesehatan pasien Diabetes Mellitus (Nemes et al.,
2009). Kepatuhan sendiri dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah pengetahuan.
Pengetahuan terhadap diet Diabetes Mellitus
merupakan langkah awal dalam meningkatkan
kepatuhan pasien diabetes terkait pola dietnya.
Notoatmodjo
(2010)
menyatakan
bahwa
pengetahuan akan menimbulkan kesadaran dan
akan menyebabkan orang berperilaku sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan
demikian tingkat pengetahuan pasien diabetes
terkait pola diet merupakan poin penting perilaku
kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan diet
Diabetes Mellitus. Metode intervensi dengan
menggunakan terapi kelompok menjadi salah satu
terapi yang patut dipertimbangkan dalam upaya
peningkatan pengetahuan pasien diabetes yang
manfaat lebih jauh diharapkan dapat meningkatkan
perilaku kepatuhan terutama terkait diet diabetes .
Self Help Group atau kelompok swabantu
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang datang
bersama untuk membentuk kesepakatan saling
berbagi masalah yang mereka hadapi, kadang
disebut juga kelompok pemberi semangat (Steward,
2009 dalam Sutini, 2009). Self Help Group
merupakan salah satu terapi kelompok yang dapat
menyediakan dukungan sosial dan psikologis bagi
anggotanya karena semua anggota dapat saling
berbagi dan menceritakan semua masalah,
informasi perawatan, pencegahan, pengobatan,
kemudian anggota yang lain dapat memberikan
motivasi
dan
cara
penyelesaian
masalah
(Ririnisahawaitun, 2010).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Titin Sutini et al, 2009 mengenai pengaruh terapi
Self Help Group terhadap koping keluarga dengan
anak
retardasi
mental
menunjukkan
hasil
peningkatan hasil terkait pengetahuan dan
kemampuan koping keluarga pada kelompok
intervensi sebelum Self Help Group 57,82 dan
sesudah Self Help Group
64,59. Hal ini
dipertimbangkan memberikan efek yang serupa
terhadap pasien Diabetes Mellitus di mana para
pasien diabetes akan dikumpulkan dalam satu
kelompok, sehingga setiap anggota akan saling
berbagi pengalaman mereka khususnya terkait
bagaimana cara mengontrol pola diet mereka.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
untuk melakukan sebuah studi kasus tentang
gambaran tingkat pengetahuan tentang diet pasien
2
3. 7. Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian dimulai dari survey
pendahuluan dan mengurus perijinan di lokasi yang
bersangkutan. Setelah data terkumpul tentang
responden, pelaksana membuat undangan kepada
responden untuk pelaksanaan program kegiatan.
Kelompok swabantu ini ada empat pertemuan.
Pertemuan pertama merupakan tahap pembentukan
kelompok sekaligus pembagian buku pedoman
diabetisi, pertemuan kedua adalah mendiskusikan
mengenai materi tentang Diabetes Mellitus itu sendiri,
pertemuan ketiga mendiskusikan tentang diet Diabetes
Mellitus, dan pertemuan terakhir adalah penutup
sekaligus mendiskusikan dan melatih secara langsung
responden untuk menyusun menu diet mereka sendiri.
selama pertemuan pertama sampai ketiga, selalu
dimulai dengan pretest sebelum diskusi dimulai dan
diakhiri dengan posttest. selain itu disetiap pertemuan
juga dilakukan pengecekan kadar gula darah dan
tekanan darah untuk mengetahui adanya perbaikan
kondisi responden. Selama empat pertemuan
kelompok swabantu, kelompok masih membutuhkan
bantuan fasilitator.
Diabetes Mellitus tipe 2 pada kelompok Swabantu di
dusun
Swaluwan
dan
Kalimalang,
Desa
Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang
Penulisan
karya
ini
bertujuan
untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang
diet pasien Diabetes Mellitus tipe 2 pada kelompok
swabantu di dusun Swaluwan dan Kalimalang,
Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malan. Dengan demikian, penulisan ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat untuk
lebih memahami tentang salah satu terapi kelompok
dalam meningkatkan pengetahuan diabetisi terkait
pola diet yaitu dengan kelompok swabantu. Dan
bagi mahasiswa untuk mengetahui suatu alternatif
materi perkuliahan dalam menerapkan konsep
keperawatan holistik.
METODOLOGI PENULISAN
1. Rancangan Penelitian
Desain penulisan kaya tulis ilmiah ini adalah
deskriptif, yaitu penulis menjelaskan mengenai dua
objek kajian, yaitu mengenai Metode keperawatan
komplementer dengan hipnoterapi dan efek stress
pasca trauma tingkat sedang, dan memberi suatu
gambaran mengenai adanya hubungan antara dua
objek tersebut.
8. Analisis Data
Setelah data terkumpul, pengolahan data
dilakukan secara manual, meliputi : editing
(pengkoreksian), koding, scoring, dan tabulasi data.
Tahap analisis penelitian ini adalah analisis univariat.
Analisis univariat disebut juga analisis deskriptif yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik variable penelitian
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 sebanyak 30 orang
berdasarkan data Puskesmas Pembantu dan
Poskesdes di Desa Tawangargo Kec.Karangploso
Kab.Malang pada rentang waktu pelaksanaan
penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 yang berada di
dusun Kalimalang dan Swaluwan yang merupakan
kelompok Swabantu (self help group) Diabetes
Mellitus Tipe 2 pada rentang waktu penelitian.
HASIL PENELITIAN
Analisa
Data
Perbedaan
Tingkat
Pengetahuan Responden tentang Diet Diabetes
Mellitus Sebelum dan Setelah Pemberian Terapi
Kelompok Swabantu (Self Help Group)
3. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tingkat pengetahuan tentang diet pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 pada kelompok swabantu
(self help group).
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan di dusun Swaluwan
dan Kalimalang pada suatu kelompok Swabantu
pada tanggal 01 Mei 2011-22 Mei 2011.
5. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang
dipakai berupa soal pretest-postest. Pretest dan
posttest ini digunakan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan tentang diet pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 setelah dilakukan edukasi melalui kelompok
swabantu (Self Help Group).
Gambar 1. Distribusi Tingkat Pengetahuan
Responden tentang Diet Diabetes Mellitus Sebelum
dan Sesudah Terapi Kelompok Swabantu (Self Help
Group)
Berdasarkan gambar 1 di atas dapat
disimpulkan bahwa dari 15 responden yang diteliti,
terjadi perubahan tingkat pengetahuan tentang diet
Diabetes Mellitus. Pada pretest sebanyak 40.00% (6
responden) memiliki pengetahuan kurang terhadap diet
Diabetes Mellitus dan saat posttest berubah menjadi
0% responden yang memiliki pengetahuan kurang
terhadap diet Diabetes Mellitus. Selain itu jumlah
responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang
diet Diabetes Mellitus saat pretest sejumlah 26.70% (4
6. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan soal pretest-postest. Soal
berisi 10 soal tentang diet diabetes mellitus.
3
4. responden) dan jumlah ini naik saat posttest menjadi
33.30% (5 responden). Sedangkan jumlah responden
yang memiliki pengetahuan baik tentang diet Diabetes
Mellitus saat pretest sejumlah 33.30% (5 responden)
dan jumlah ini naik saat posttest menjadi 66.70% (10
responden)
100
kelompok swabantu (self help group) adalah penderita
Diabetes Mellitus. Sehingga penderita merasa
lingkungannya sesuai dengan kondisinya sehingga
nyaman untuk belajar karena merasa berada dalam
komunitas yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan Nursalam (2007) bahwa lingkungan
berpengaruh proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun
tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu.
84.00
80
60.67
60
40
Terapi kelompok swabantu (self help group) dilakukan
sebanyak 6 kali pertemuan, dimana 4 kali pertemuan
dipimpin oleh peserta dan didampingi oleh fasilitator,
dan 2 kali pertemuan dipimpin oleh peserta tanpa
didampingi fasilitator atau mandiri oleh peserta. Metode
ini memungkinkan peserta untuk terus mengingat dan
memahami materi yang diberikan sehingga akan
memberikan manfaat peningkatan pengetahuan dan
harapan lebih jauhnya adalah terjadi perubahan tingkat
sikap dan perilaku yang membuat penderita patuh
terhadap regimen terapi yang diberikan. Hal ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutini et al
(2009) yang menyatakan adanya pengaruh terapi
swabantu (self help group) terhadap perubahan
perilaku terkait koping keluarga dengan anak retardasi
mental.
pretest
postest
20
0
Gambar 2. Perbedaan Mean Tingkat Pengetahuan
tentang Diet Diabetes Mellitus Sebelum dan
Sesudah Terapi Kelompok Swabantu (Self Help
Group)
Berdasarkan gambar 2 diatas, menunjukkan
terjadinya perubahan peningkatan rata rata (mean)
pengetahuan responden tentang Diabetes Mellitus
sebesar 23.33 sebelum dan sesudah terapi kelompok
swabantu (self help group) dari 60,67 menjadi 84.
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Tingkat pengetahuan tentang diet pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 pada kelompok swabantu (self
help group) di dusun Swaluwan dan Kalimalang dari 15
responden memiliki pengetahuan tentang diet Diabetes
Mellitus saat pretest sebelum pemberian terapi
kelompok swabantu, sebanyak 40.00% (6 responden)
memiliki pengetahuan kurang terhadap diet Diabetes
Mellitus dan saat posttest berubah menjadi 0%
responden. Selain itu jumlah responden yang memiliki
pengetahuan cukup tentang diet Diabetes Mellitus saat
pretest sejumlah 26.70% (4 responden) dan jumlah ini
naik saat posttest menjadi 33.30% (5 responden).
Sedangkan
jumlah
responden
yang
memiliki
pengetahuan baik tentang diet Diabetes Mellitus saat
pretest sejumlah 33.30% (5 responden) dan jumlah ini
naik saat posttest menjadi 66.70% (10 responden).
Tingkat pengetahuan tentang diet Diabetes
Mellitus pada pasien DM tipe 2 pada kelompok
swabantu di dusun Swaluwan dan Kalimalang dari 15
responden
menunjukkan
terjadinya
perubahan
peningkatan mean pengetahuan responden tentang
diet Diabetes Mellitus sebesar 23.33 sebelum dan
sesudah terapi kelompok swabantu (self help group)
dari 60,67 menjadi 84.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai gambaran tingkat
pengetahuan tentang diet pasien Diabetes Mellitus tipe
2 pada kelompok swabantu (self help group) di dusun
Swaluwan dan Kalimalang, Desa Tawangargo,
Kecamatan
Karangploso,
Kabupaten
Malang,
didapatkan hasil terjadinya perubahan peningkatan
mean pengetahuan responden tentang Diabetes
Mellitus sebesar 23.33 sebelum dan sesudah terapi
kelompok swabantu (self help group) dari 60,67
menjadi 84. Selain itu terjadi dari total 15 responden
yang diteliti, terjadi peningkatan jumlah responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan terkait diet Diabetes
Mellitus dengan kategori baik, yaitu pada pretest atau
sebelum pemberian terapi kelompok swabantu sebesar
33.30% (5 responden) dan naik menjadi 66.70% (10
responden) pada saat posttest. Hal ini menunjukkan
bahwa terapi kelompok swabantu (self help group)
dapat digunakan sebagai terapi yang efektif dalam
penatalaksanaan Diabetes Mellitus, khususnya dalam
hal peningkatan pengetahuan penderita tentang diet
Diabetes Mellitus.
Peningkatan skor tingkat pengetahuan yang
terjadi dikarenakan filosofi yang terkandung dalam
terapi kelompok swabantu (self help group).
Ririnisahawaitun
(2010)
dalam
penelitiannya
menyatakan bahwa dalam terapi kelompok swabantu,
semua anggota saling berdiskusi dan dapat saling
berbagi dan menceritakan semua masalah, informasi
perawatan, pencegahan, pengobatan, kemudian
anggota yang lain dapat memberikan motivasi dan cara
penyelesaian masalah. Selain itu, dalam kelompok
swabantu (self help group), anggota merasa nyaman
karena karakteristik kelompok swabantu ini adalah
homogen, dimana dalam penelitian ini semua anggota
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas,
maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi pasien Diabetes Mellitus, hendaknya perlu
ditingkatkan pengetahuan tentang diet Diabetes
Mellitus sebagai pendamping pelaksanaan
pengobatan medis yang dilakukan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan melakukan perbaikan
tentang soal pretest-posttest pengetahuan
tentang diet rendah garam dengan lebih
4
5. 3.
4.
5.
6.
mendetail agar dapat digeneralisasikan dengan
melibatkan faktor perancu yang mungkin
mempengaruhi tingkat pengetahuan diet pasien
Diabetes Mellitus tipe 2.
Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang topic yang serupa
dengan melakukan perbaikan pada jumlah
sampel, sehingga hasil penelitian akan lebih
akurat.
Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan
penelitian lanjutan terkait pengaruh kelompok
swabantu (self help group) terhadap tingkat
kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
Bagi penelitian selanjutnya, perlu dilakukan
follow up terkait keberlanjutan pelaksanaan
kelompok swabantu Diabetes Mellitus ini. Selain
itu
diperlukan
pelatihan
intensif
terkait
kompetensi
sebagai
fasilitator
kelompok
swabantu (self help group) kepada kader
kesehatan maupun tenaga kesehatan yang ada
di komunitas.
Bagi tenaga kesehatan terkait, khususnya
perawat hendaknya dapat meningkatkan fungsi
sebagai
educator
dalam
meningkatkan
pengetahuan tentang penatalaksanaan non
farmakologis khususnya diet Diabetes Mellitus.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/
S1071916406008542 Diakses pada 11 Juni
2012 pukul 13.54 WIB
Consitt, L. A., Boyle, K. E., and Houmard, J. A. 2008.
Exercise as an Effective Treatment for Type 2
Diabetes In: Mark N. F. and Angelyn B. M. (eds).
Type 2 Diabetes Mellitus: An Evidence-Based
Approach to Practical Management. Totowa:
Humana Press.
Coradio, Ronald A. 2011. Type 2 Diabetes, Prediabetes, and the Metabolic Syndrome, second
Edition. New York: Humana Press.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan
Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Falvo, Donna. 2005. Medical and Psychosocial Aspects
of Chronic Illness and Disability, Third Edition.
Sudbury: Jones and Bartlett Publishers.
Gustaviani, Reno dan Soegondo, Sidartawan. Sindrom
Metabolik. Dalam: Sudoyo, Aru. Editor. 2006.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Hiswani. 2001. Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3
720/1/fkm-hiswani4.pdf.
Diakses pada tanggal 23 Mei 2012 pukul 04.10
WIB.
Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
American Diabetes Association. 2005. Complete Guide
to Diabetes, Fourth Edition. Alexandria:
American Diabetes Association.
Ilyas, E. I. 2007. Manfaat Latihan Jasmani Bagi
Penyandang Diabetes dalam: Sidartawan S.,
Pradana
S.,
dan
Imam
S.
(Editor).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
American Society on Aging and American Society of
Consultant Pharmacists Foundation. 2006.
Overview of medication Adherence. http:
//www.adultmeducati on.com/OverviewofMedica
tion Adherence_4.html, diakses pada tanggal 10
Oktober 2011 pukul 13.45 WIB.
International Diabetes Federation. 2006. Diabetes
Atlas, Third Edition. Brussel: International
Diabetes Federation.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu
Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
Keraff, A.S., Dual, Mikhael. 2001. Ilmu Pengetahuan:
Sebuah Tinjauan Filosofis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Basuki, E. 2007. Teknik Penyuluhan Diabetes Melitus
dalam: Sidartawan S., Pradana S., dan Imam S.
(Editor). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kurniawan, Indra. 2010. Diabetes Mellitus Tipe 2 pada
Usia Lanjut.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idn
med/article/download/511/508. Diakses pada
tanggal 10 Juni 2012 pukul 21.15 WIB.
Bentley, Brooke. Et al. 2005. Factors Related to non
Adhenrence
to
Low
Sodium
Diet
Recommendation in Heart Failure Patients.
Sage
Journals.
http://cnu.sagepub.com/content/4/4/331.abstract.
Diakses pada 10 Juni 2012 pukul 08.40 WIB
Kyrouz, Elaina M. 2002.
http://www.chce.research.va.gov/docs/pdfs/Kyro
uzHumphreysLoomis2002.pdf. A Review of
Research on The Effectiveness of Self Help
Mutual Aid Groups. Diakses pada tanggal 21
Mei 2012 pukul 11.55 WIB.
Bryer-Ash, Michael. 2011. 100 Questions & Answers
about Diabetes. Sudbury: Jones and Bartlett
Publishers.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius.
Chung Misook, L. et al. 2006. Gender Differences in
Adherens to Sodium-Restrictied Diet in Patients
With Heart Failure. Journal of Cardiac Failure
Elsevier.
5
6. Marentek, Enrico. 2006. Resistensi Insulin Pada
Diabetes Melitus Tipe 2 . Cermin Dunia
Kedokteran No. 150.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_150_Res
istensiInsulin.pdf/15_150_ResistensiInsulin.html
2. Diakses tanggal 9 April 2012 pukul 14.15
WIB.
Permana, Hikmat. 2009. Komplikasi Kronik Dan
Penyakit
Penyerta
Pada
Diabetesi
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/kompilasi_kronik_dan_
penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf. Diakses
tanggal 02 April 2012. Pukul 03.30 WIB.
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2002.
Patosisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit,
edisi
6.
Braham
U.P,
dkk
(penerjemah). 2006. Jakarta:EGC.
Nemes, Maria Ines Battistella, et al. 2009. Assessing
patient adherence to chronic diseases treatment:
differentiating between epidemiological and
clinical approaches. Cad. Saúde Pública, Rio de
Janeiro, 25.
Ramadona, Ade. 2011. Pengaruh Konseling Obat
Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Poliklinik Khusus RSUP dr. M.Djamil
Padang. http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2011/09/ARTIKEL-ADERAMADONA-S.Farm-Apt-0821213056.pdf.
Diakses pada tanggal 11 Juni 2012 pukul 21.25
WIB.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2001.Pengantar Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2010a.
Ilmu
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Perilaku
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010b. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ririnisahawaitun. 2010. Pengaruh Kelompok Swabantu
(Self Help Group) Terhadap Tingkat Stres
Orangtua Dengan Anak Retardasi Mental Di
SLB Negeri 3 Yogyakarta.
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/vi
ewFile/2371/1145. Diakses pada tanggal 21 Mei
2012 pukul 08.45 WIB.
Nursalam. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Cetakan I. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Robbins, Stanley L., Kumar, V., dan Cotran, Ramzi S.
2003. Buku Ajar Patologi, Edisi 7. Brahm U.
Pendit (penerjemah). 2007. Jakarta: EGC.
Oki, J.C., dan Isley W.L. 2002. Diabetes Mellitus in
Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach
(5th Ed). New York : The McGraw Hill Co.
Shahab, Alwi. 2006. Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Diabetes Melitus. Palembang: Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK Unsri/ RSMH Palembang.
http://www.w3.org/TR/REC-html40.
Diakses
tanggal 19 Oktober 2011 pukul 16.20 WIB.
Oliveria, Susan A. et al. 2004. Hypertension
Knowledge, Awarness, and Attitudes in a
hypertensive Population.American College of
Cardiology.
Atlanta.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC14
90067/pdf/jgi_30353.pdf diakses pada 11 April
2012 pukul 14.29 WIB
Silverman, Phyllis. 2002. Understanding Self Help
Group. http://www.mededfund.org/NJgroups/SBUnderstanding_SH.pdf. Diakses pada tanggal 21
Mei 2012 pukul 11.44 WIB.
Palanimuthu, Baran. 2010. Tingkat Pengetahuan Diet
Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya Di
Poli Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan, Tahun
2010.
http://www.scribd.com/document_downloads/dir
ect/51615229?extension=pdf&ft=1336961488<
=1336965098&uahk=ANoA64/wqKy+uAiOwO4O
OSAfVh4. Diakses pada tanggal 14 Mei 2012
pukul 20.15.
Soegondo, S. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes
Melitus Terkini dalam: Sidartawan S., Pradana
S., dan Imam S. (Editor). Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
PDPERSI.2011. RI Rangking Keempat Jumlah
Penderita Diabetes Terbanyak Dunia
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=
5&nid=618&catid=23.
Diakses tanggal 10 April 2012 pukul 15.20 WIB.
Subekti, Imam. 2007b. Komplikasi Akut Diabetes
Melitus dalam: Sidartawan S., Pradana S., dan
Imam S. (Editor). Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Subekti, Imam. 2007a. Apa Itu Diabetes: Patofisiologi,
Gejala, dan Tanda
dalam: Sidartawan S.,
Pradana
S.,
dan
Imam
S.
(Editor).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sukardji, K. 2007. Bagaimanakah Perencanaan Makan
pada Penyandang Diabetes dalam: Sidartawan
S., Pradana S., dan Imam S. (Editor).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Perkeni.
2006.
Konsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan bagi Penyandang Diabetes.
Jakarta: PERKENI.
6
7. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutini, Titin et al. 2009. Pengaruh Terapi Self Help
Group Terhadap Koping Keluarga Dengan Anak
Retardasi Mental Di SLB-C Kabupaten
Sumedang.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125504TESIS0563%20Tit%20N09pPengaruh%20Permainan-Pendahuluan.pdf.
Diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 03.18
WIB.
Suyono, S. 2007a. Patofisiologi Diabetes Melitus
dalam: Sidartawan S., Pradana S., dan Imam S.
(Editor). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suyono, S. 2007b. Kecenderungan Peningkatan
Jumlah Penyandang Diabetes Melitus dalam:
Sidartawan S., Pradana S., dan Imam S.
(Editor). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tarigan, Lia Andriani. 2011. Karakteristik Penderita
Diabetes Mellitus dengan Komplikasi yang
Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 20092010. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/307
32?mode=simple&submit_simple=Show+simple
+item+record. Diakses pada tanggal 10 Juni
2012 pukul 20.20 WIB.
The Upper Peninsula Diabetes Outreach Network.
2008. Quick Reference Guide to Diabetes for
Health Care Providers: A special project of the
Michigan
Diabetes
Outreach
Network.
www.diabetesinmichigan.org,
diakses
pada
tanggal 12 Mei 2012 pukul 05.25 WIB.
Therney, Lawrence, Stephen J., dan Papedakis. 2002.
Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit
Dalam. Penerjemah : Abdul Gafur. Jakarta.
Tim Penyusun FKUI. 2005. Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu. Cetakan ke-6. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
th
Xinhua. 2007. Indonesia Ranks 4 in Terms of
Diabetes Suffers, English People Daily Online.
http://englishpeople.com.cn/90001/90782/62145
92.html. Diakses pada tanggal 02 April 2012
pukul 03.18 WIB
Waspadji, S. 2007. Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar
dan Pengelolaannya yang Rasional dalam:
Sidartawan S., Pradana S., dan Imam S.
(Editor). Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7