1. Ramlan : Pengendalian Helicoverpa Armigera (Hubner) Menggunakan Parasitoid Trichogrammatidae Pada Pertanaman Kedelai
PENGENDALIAN Helicoverpa armigera (Hubner) MENGGUNAKAN PARASITOID
TRICHOGRAMMATIDAE PADA PERTANAMAN KEDELAI
Ramlan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Salah satu masalah utama yang dihadapi petani dalam peningkatan produksi kedelai adalah adanya
kehadiran hama dan penyakit. Hama utama yang sering ditemukan dan dapat menyebabkan kerugian
yang besar antara lain ulat (Helicoverpa armigera), ulat grayak (Spodoptera litura), penggerek polong
(Etiella zinckenella), pengisap polong (Riptortus linearis, Nezara viridula), dan lalat bibit (Ophiomya
phaseoli). Hingga kini usaha pencegahan dan penanggulangan kerusakan tanaman kedelai oleh serangga
hama tersebut banyak dilakukan dengan insektisida kimia, karena hasilnya dapat segera dilihat,
sementara penggunaan varietas tahan dan musuh-musuh alami belum diketahui dengan baik.
Penggunaan insektisida kimia yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan
agroekosistem dan pencemaran lingkungan serta secara ekonomis tidak menguntungkan. Sejalan
dengan konsep pengendalian hama terpadu, pengendalian dengan menggunakan musuh alami serangga
hama seperti parasitoid perlu dikembangkan. Parasitoid yang sangat berpotensi untuk dikembangkan
sebagai parasitoid telur adalah dari genus Trichogramma dan Trichogrammatoidea (Hymenoptera:
Trichogrammatidae). Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaman berbagai jenis
parasitoid Trichogramma dan Trichogrammatoidea yang berasal dari daerah geografis berbeda.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Cikabayan,
Bogor. Penelitian berlangsung pada bulan Oktober 1999 sampai Februari 2000. Percobaan
menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor
pertama adalah pelepasan populasi Trichogramma dan Trichogrammatoidea dan faktor kedua adalah
jumlah Trichogramma dan Trichogrammatoidea. Pelepasan T’oidea populasi Cianjur nyata
memperlihatkan tingkat parasitisasi lebih tinggi dibanding pelepasanT. japonicum populasi Yogyakarta,
T. japonicum populasi Karawang dan tanpa pelepasan parasitoid pada telur inang H. armigera di lapang.
Pelepasan Trichogramma dan T’oidea kepadatan 600 ekor nyata memperlihatkan tinggat parasitisasi
lebih tinggi pada telur inang H. armigera dan C. cephalonica dibanding pelepasan Trichogramma dan
T’oidea kepadatan 200 ekor. Pelepasan T’oidea populasi Cianjur menunjukkan tingkat kerusakan polong
yang paling rendah dan mampu memberikan produksi yang lebih tinggi.
Kata Kunci: Pengendalian, Helicoverpa armigera, parasitoid, tanaman kedelai
ABSTRACT
One of the main problems faced by farmers in increasing soybean production is the presence of
pests and diseases. The main pests are often found and cause losses such as caterpillar (Helicoverpa
armigera), armyworm (Spodoptera litura), pod borer (Etiella zinckenella), the suction pods (Riptortus
linearis, Nezara viridula), and seed flies (Ophiomya phaseoli) . Until now the efforts of prevention
and mitigation of damage by insect pests of soybean plants is mostly done with chemical insecticides,
because the result can be seen, as well as other methode such as using resistant varieties and
natural enemies is not known well. The use of chemical insecticides can cause excessive disruption of
the balance of agroecosystem and environmental pollution as well as economically not profitable. In
line with the concept of integrated pest management, control using natural enemies of insect pests
such as parasitoid must be developed. The potential parasitoid to be developed as an egg parasitoid
41
2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
is of the genus Trichogramma and Trichogrammatoidea (Hymenoptera: Trichogrammatidae). This
research aims to assess the performance various types of parasitoid Trichogramma and
Trichogrammatoidea from different geographical regions. Research conducted at the experimental
station of Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University, Cikabayan, Bogor. The study took
place in October 1999 to February 2000. Experiments using Factorial Design in Randomized
Racangan (RAK) with two factors. The first factor is the release of Trichogramma and
Trichogrammatoidea population from different reagions and the second factor is the number of
Trichogramma and Trichogrammatoidea. Releasing of Cianjur T'oidea population showed a higher
level than the release of parasitation T. japonicum population of Yogyakarta, T. japonicum population
of Karachi and without the release of egg parasitoids on host H. armigera in the field. The release of
Trichogramma and Toidea density of 600 fish showed significantly higher level of parasitation on
host eggs of H. armigera and C. cephalonica compared to the release of Trichogramma and T’oidea
density of 200 fish. Release of T'oidea the higher yield.
Keywords: Control management, Helicoverpa armigera, parasitoids, soybean crops
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu masalah utama yang dihadapi petani dalam peningkatan produksi kedelai adalah
adanya kehadiran hama dan penyakit. Hama utama yang sering ditemukan dan dapat menyebkan kerugian
yang besar antara lain ulat (Helicoverpa armigera), ulat grayak (Spodoptera litura), penggerek polong
(Etiella zinckenella), pengisap polong (Riptortus linearis, Nezara viridula), dan lalat bibit (Ophiomya
phaseoli).
Hingga kini usaha pencegahan dan penanggulangan kerusakan tanaman kedelai oleh serangga
hama banyak dilakukan dengan insektisida kimia. Sebagai contoh 90 % (Sembilanpuluh persen) petani di
berbagai daerah sentra produksi kedelai di Jawa Timur menggunakan insektisida untuk mengendalikan
hama yang menyerang pertanamannya, dan sisanya 10 % (Sepuluh persen) menggunakan cara-cara lain
seperti rotasi tanaman dan cara mekanis (Suharsono & Supriyatun, 1998). Tingginya penggunaan
insektisida disebabkan karena hasilnya dapat segera dilihat, sementara penggunaan varietas tahan dan
musuh-musuh alami belum diketahui dengan baik. Efek penggunaan insektisida kimia yang berlebihan
dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan agroekosistem dan pencemaran lingkungan serta secara
ekonomis tidak menguntungkan.
Sejalan dengan konsep pengendalian hama terpadu yang tidak semata-mata mengandalkan
pengendalian kimia, maka alternatif pengendalian perlu terus dicari dan dikembangkan, diantaranya
pengendalian dengan menggunakan musuh alami serangga hama baik berupa patogen, predator maupun
parasitoid.
Parasitoid yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai parasitoid telur adalah dari
genus Trichogramma dan Trichogrammatoidea (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Penggunaan
parasitoid ini telah dimulai sejak 100 tahun yang lalu, tetapi pembiakan massal di laboratorium baru
dimulai di Amerika pada tahun 1970-an (Smith, 1996). Di berbagai negara sperti China, Rusia, Amerika
Serikat, Belanda dan negara lainnya parasitoid Trichogramma telah dibiakkan secara massal dan
digunakan secara komersial (Fisher & Finney, 1973; DeBach & Hagen, 1973). Di Malaysia, Chong & Lim
(1987) mencoba mengendalikan hama penggerek buah coklat, Conopomorpha cramerella (Snellen)
(Lepidoptera: Gracillariidae) dengan parasitoid Trichogrammatoidea bactrae fumata (Hymenoptera:
Trichogrammatidae). Percobaan pelepasan tersebut memberikan hasil yang memuaskan.
Di Indonesia, pembiakan dan pelepasan inundatif Trichogramma umumnya dilakukan di
perkebunan tebu untuk mengendalikan penggerek batang tebu (Diatraea saccharalis (Fabricius)
(Lepidoptera: Pyralidae). Walaupun penggunaan Trichogramma di Indonesia telah umum, tetapi kegiatan
yang dilakukan barulah sekedar “mass rearing dan release”, tanpa adanya kontrol kulitas (quality
42
3. Ramlan : Pengendalian Helicoverpa Armigera (Hubner) Menggunakan Parasitoid Trichogrammatidae Pada Pertanaman Kedelai
control) terhadap produksi parasitoid yang dihasilkannya, sehingga keberhasilan di lapangan masih
sangat bervariasi. Hal ini sangat disayangkan karena serangga ini mempunyai potensi besar untuk
digunakan sebagai alternatif pengendalian. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan penelitian yang
bisa mengaitkan antara sifat-sifat kebugaran yang sudah didapatkan di laboratorium dengan
keberhasilan parasitoid di lapangan.
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaan berbagai jenis parasitoid
Trichogramma dan Trichogrammatoidea yang barasal dari daerah geografis berbeda.
METODOLOGI
Penilitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Cikabayan, Bogor. Penelitian berlangsung sejak bulan Oktober 1999 sampai Februari 2000.
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pemupukan dasar pada lahan yang siap tanam
dengan dosis TSP 200 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara tugal. Benih ditanam
dengan cara tugal berjarak 25 x 25 cm pada masing-masing petak yang berukuran 7 x 7 m. Di dalam
satu lubang diisi dua biji benih. Setelah tanaman berumur 28 hari dilakukan pemupukan susulan dengan
dosis pupuk Urea 100 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Jarak antar petak perlakuang empat meter, sedangkan
antar ulangan 6 m.
Parasitoid yang digunakan adalah Trichogramma japonicum dan Trichogrammatoidea armigera
yang di peroleh dari daerah yang berbeda (Tabel 1).
Tabel 1. Populasi parasitoid Trichogramma/Trichogrammatoidea yang digunakan untuk
pelepasan di lapang (Buchori et al. 1998)
No. Species Inang Tanaman Tempat
Inang
1. Trichogramma Scirpophaga Padi Karawang
japonicum incertulas
2. Trichogramma Scirpophaga Padi Yogyakarta
japonicum incertulas
3. Trichogrammatoidea Etiella Kedelai Cianjur
armigera zinckenella
Percobaan menggunakan Rancangan Faktorial dalam Racangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua
faktor. Faktor pertama adalah pelepasan populasi Trichogramma dan Trichogrammatoidea yang terdiri
dari kontrol atau tanpa pelepasan (PO), pelepasan T. japonicum pupulasi Yogyakarta (P1), pelepasan T.
japonicum populasi Karawang (P2), pelepasan Trichogrammatoidea armigera pupulasi Cianjur (P3). Faktor
kedua adalah jumlah Trichogramma dan Trichogrammatoidea yang dilepas yaitu 200 ekor/kurungan (J1)
dan 600 ekor/kurungan (J2). Tiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Percobaan pelepasan dilakukan ke
dalam kurungan yang berukuran 2 x 2 x 1,25 m yang diletakkan di tengah-tengah petak perlakuan.
Kurungan terbuat dari penopang bambu dan kurungan dari kain kasa halus. Kombinasi perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tiga hari sebelum pelepasan Trichogramma dan Trichogrammatoidea, terlebih dahulu dilakukan
pelepasan pupa Helicoverpa armigera Hubner dengan maksud mengantisipasi kemungkinan rendahnya
populasi alami H. armigera di petak perlakuan, karena lokasi percobaan bukan merupakan sentra
43
4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
pertanaman tanaman inang H. armigera. Larva H. armigera diperoleh dari pertanaman jagung petani
kemudian setiap ekor dipelihara dalam wadah yang terbuat dari plastik berbentuk cangkir. Setelah
menjadi pupa, kemudian diidentifikasi dan dipisahkan antra jantan dan betinanya. Pupa yang hampir
membentuk imago yang dicirikan oleh warna coklat gelap dan agak keriput dilepas ke dalam petak
percobaan dengan menggunakan kotak plastik yang diisi air setinggi seperempat dari tinggi plastik
kemudian dimasukkan cangkir plastik yang berisi 15 ekon betina dan 10 ekor jantang H. armigera yang
bagian atasnya dilapisi dedak secara tipis. Kotak yang berisi H. armigera diletakkan di bawah tajuk
tanaman kedelai. Di atas kotak disungkup dengan kulit batang pisang agar pupa H. armigera terlindung
dari panas matahari.
Tabel 2. Kombinasi perlakuan populasi dan jumlah Trichogramma/ Trichogrammatoidea
No. Kode Sampel Keterangan
1. Po Kontrol atau tanpa pelepasan Trichogramma/
Trichogrammatoidea
2. P1J1 Pelepasan Trichogramma japonicum populasi Yogyakarta
dengan kepadatan 200 ekor per kurungan
3. P2J1 Pelepasan Trichogramma japonicum populasi Yogyakarta
dengan kepadatan 200 ekor per kurungan
4. P3J1 Pelepasan Trichogrammatoidea armigera populasi Cianjur
dengan kepadatan 200 ekor per kurungan
5. P1J2 Pelepasan Trichogramma japonicum populasi Yogyakarta
dengan kepadatan 600 ekor per kurungan
6. P2J2 Pelepasan Trichogramma japonicum populasi Karawang
dengan kepadatan 600 ekor per kurungan
7. P3J3 Pelepasan Trichogrammatoidea armigera populasi Cianjur
dengan kepadatan 600 ekor per kurungan
Pelepasan Trichogramma dan Trichogrammatoidea dilakukan pada umur tanaman 37 dan 55 hari
setelah tanam (hst) untuk memparasitisasi telur inang H. armigera. Sedangkan pelepasan Trichogramma
dan Trichogrammatoidea pada umur tanaman 89 hari setelah tanam dilakukan untuk memparasitisasi
telur inang C. cephalonica. Pelepasan dilakukan ke dalam setiap kurungan sesuai dengan perlakuan jumlah
dan jenisnya dengan menggunakan gelas plastik yang bagian luarnya dicat warna hitam. Pengecatan
warna hitam berfungsi agar Trichogramma dan Trichogrammatoidea keluar ke arah cahaya melalui
mulut gelas plastik. Trichogramma dan Trichogrammatoidea yang dilepas berumur tujuh hari setelah
diparasitisasikan pada telur C. cephalonica. Untuk tujuan pelepasan, dua pias yang masing-masing berisi
200 telur C. cephalonica yang terparasit digantungkan ditengah-tengah kurungan yang ada pada petak
perlakuan J1 dan dua pias yang masing-masing berisi 600 telur C. cephalonica terparasit pada kurungan
yang ada pada petak perlakuan J2. Letak pias diupayakan berada di daerah tajuk pertanaman kedelai.
Pengambilan contoh telur pada pertanaman kedelai yang ada di dalam kurungan setiap perlakuan
dilakukan tiga hari setelah pelepasan Trichogramma dan Trichogrammatoidea. Pada setiap kurungan
yang ada pada petak perlakuan dipilih 15 tanaman contoh secara acak sistematis membentuk formasi
44
5. Ramlan : Pengendalian Helicoverpa Armigera (Hubner) Menggunakan Parasitoid Trichogrammatidae Pada Pertanaman Kedelai
diagonal. Telur yang ditemukan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipelihara di laboratorium untuk
diperiksa tingkat parasitisasinya. Untuk melihat pengaruh dari jenis dan jumlah Trichogramma dan
Trichogrammatoidea terhadap populasi H. armigera dilakukan analisis sidik ragam dengan menggunakan
Statistical Analysis System (SAS) program. Selanjutnya dilakukan uji wilayah bergandan Duncan untuk
melihat perbedaan perlakuan pada taraf alfa = 0,05. Analisis sidik ragam dilakukan untuk tiap-tiap
pelepasan berbeda yaitu masing-masing 37, 59 dan 89 hst.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis sidik ragam berdasarkan uji Wilayah Berganda Duncan (alfa=0,05) menunjukkan
bahwa pelepasan parasitoid dan jumlah yang dilepas berpengaruh nyata terhadap tingkat parasitisasi
telur inang. Hal ini tampak jelas pada parasitisasi telur H. armigera pada pelepasan 37 hst (P=0,0113)
dan pada pelepasan 55 hst (P=0,009). Demikian pula terhadap tingkat parasitisasi telur inang C.
cephalonica berbeda nyata pada pelepasan 89 hst (P=0,0014) (Tabel 3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakukan tanpa pelepasan (kontrol) tidak ada telur
inang yang terparasit, sedangkan pada perlakuan pelepasan T,oidea armigera populasi Cianjur pada inang
H. armigera menunjukkan tingkat parasitisasi lebih tinggi dibanding perlakuan pelepasan lainnya. Namun
untuk inang C. cephalonica, pelepasan T. japonicum populasi Yogyakarta memiliki tingkat parasitisasi
lebih tinggi dibanding perlakuan pelepasan lainnya (Tabel 4).
Tabel 3. Pengaruh interaksi antara perlakuan jenis dengan jumlah populasi terhadap
rataan tingkat parasitisasi Trichogramma/ Trichogrammatoidea pada telur
H. armigera dan C. cephalonica.
Hari setelah tanam (hst)1
No. Perlakuan 37* 55* 89**
(P=0,0133) (P=009) (P=0,0014)
f
1. P0 O,00 0,00d 0,00d
2. P1J1 9,158e 13,900c 27,623b
c c
3. P2J1 19,370 15,480 7,618c
4. P3J1 26,983b 29,950b 11,213c
d b
5. P1J2 13,873 30,838 61,660a
6. P2J2 28,080b 28,808b 11,698c
a
7. P3J3 40,030 54,083a 26,105b
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% berdasarkan uji jarak berganda Duncan
• pada telur H. armigera
** pada telur C. cephalonica
1
) Data diuji setelah ditransformasi ke Arcsin Akar x
Hasil analisis sidik ragam pelepasan parasitoid pada umur tanaman 37 dan 35 hst, tingkat
parasitisasi pada telur inang H. armigera menunjukkan perbedaan nyata. Tingkat parasitisasi tertinggi
diperlihatkan oleh perlakuan pelepasan T’oidea armigera populasi Cianjur dibanding perlakuan pelepasan
lainnya. Sedangkan pelepasan T. japonicum populasi Karawang dan Yogyakarta mununjukkan tingkat
parasitisasi yang tidak berbeda nyata, tetapi keduanya menunjukkan perbedaan nyata dengan perlakuan
tanpa pelepasan. Artinya, tingkat parasitisasi T’oidea armigera populasi Cianjur konsisten menunjukkan
tingkat parasitisasi lebih tinggi dan berbeda nyata dengan ketiga perlakuan lainnya. Hal ini sejalan
45
6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
dengan hasil penelitian Buchori et al. (1999) yang menyatakan bahwa persentase telur yang terparasit
oleh T. japonicum populasi Yogyakarta dan T. japonicum populasi Karawang di laboratorium pada dua
jenis inang yaitu Corcyra dan Helicoverpa adalah seimbang, tetapi T’odea armigera populasi Cianjur
cenderung lebih memilih Helicoverpa. Lebh lanjut dikemukakan bahwa lama hidup T’oidea armigera
populasi Cianjur pada inang Helicoverpa lebih panjang dibandingkan dengan T. japonicum populasi
Yogyakarta dan T. japonicum populasi Karawang. Artinya, makin lama umur parasitoid, makin lama pula
masa reproduktifnya.
Tabel 4. Rataan tingkat parasitisasi pada telur H. armigera dan C. cephalonica akibat
pangaruh jenis populasi Trichogramma/Trichogrammatoidea secara tunggal.
Hari setelah tanam (hst)
No. Perlakuan 37* 55* 89**
(P=0,0001) (P=0,0001) (p=0,0001)
1. Kontrol (P0) 0,00d 0,000c 0,00d
2. T. japonicum pupulasi 11,515c 22,369b 44,641a
Yogyakarta (P1)
3. T. japonicum pupulasi 23,275b 22,144b 9,658c
Karawang (P2)
4. T’oidea armigera populasi 33,506a 42,016a 18,659b
Cianjur (P3)
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% berdasarkan uji jarak berganda Duncan
• pada telur H. armigera
** pada telur C. cephalonica
1) Data diuji setelah ditransformasi ke Arcsin Akar x
Pada pelepasan parasitoid ke tiga (89 hst), tingkat parasitisasi pada telur inang C. cephalonica
tertinggi berturut-turut ditunjukkan oleh pelepasan T. japonicum populasi Yogyakarta, T’oidea
armigera populasi Cianjur dan T. japonicum populasi Karawang dan masing-masing perlakuan
menunjukkan perbedaan nyata. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Buchori et al. (1998) bahwa
produksi telur T. japonicum populasi Yogyakarta pada telur inang C. cephalonica selama 24 jam pertama
lebih tinggi dibanding dengan produksi telur T. japonicum populasi Karawang dan T’oidea armigera
populasi Cianjur. Hal ini dapat diasumsikan bahwa makin tinggi produksi telur suatu parasitoid,
kemungkinan tingkat parasitisasi pada telur inang juga makin tinggi.
Hasil analisis sidik ragam pelepasan T. japonicum populasi Yogyakarta,T. japonicum populasi
Karawang dan T’oidea armigera populasi Cianjur pada umur 37, 55, dan 89 hst menunjukkan bahwa
pelepasan dengan kepadatan 600 telur C. cephalonica terparasit per kurungan menunjukkan tingkat
parasitisasi telur inang H. armigera dan C. cephalonica lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding pada
perlakuan pelepasan dengan kepadatan 200 telur C. cephalonica terparasit per kurungan (Tabel 5). Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyatin & Marwoto (1999) bahwa semakin tinggi dosis parasitoid
Trichogramma yang digunakan, tingkat parasitisasi cenderung meningkat. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa pada populasi hama tinggi, semakin tinggi dosis parasitoid dan semakin sering dilepaskan, hasilnya
semakin baik. Demikian pula Djuwarso & Wikardi (1997) mengemukakan bahwa kepadatan populasi imago
46
7. Ramlan : Pengendalian Helicoverpa Armigera (Hubner) Menggunakan Parasitoid Trichogrammatidae Pada Pertanaman Kedelai
T. bactrae-bactrae yang diinfestasikan pada telur Etiella sp. Ternyata memberikan pengaruh nyata,
yaitu makin tinggi kepadatan populasi T. bactrae-bactrae yang diinfestasikan, tingkat parasitisasi telur
inang mencapai maksimum.
Li Ying Li (1994) mengemukakan bahwa pelepasan T. cofusum dengan kepadatan 215.000 dan
645.000 ekor per ha, tingkat parasitisasi dapat mencapai 60% dan 90% untuk mengendalikan H.
armigera. Demikian pula pelepasan T. japonicum dengan kepadatan 60.000 dan 750.000 ekor per ha,
tingkat parasitisasi dapat mencapai 70% dan 95% untuk mengendalikan Cnaphalocrocis medinalis.
Tabel 5. Rataan tingkat parasitisasi Trichogramma/Trichogrammatoidea pada
telur H. armigera dan C. cephalonica akibat pengaruh jumlah
populasi Trichogramma/Trichogrammatoidea secara tunggal.
Hari setelah tanam (hst)
No. Perlakuan 37* 55* 89**
(P=0,0001) (P=0,0001) (p=0,0001)
1. 200 telur C. cephalonica 18,503b 19,777b 15,484b
terparasit yang dilepas
per kurungan (J1)
2. 600 telur C. cephalonica 27,328a 37,909a 33,154a
terparasit yang dilepas
per kurungan (J2)
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% berdasarkan uji jarak berganda Duncan
• pada telur H. armigera
** pada telur C. cephalonica
1
) Data diuji setelah ditransformasi ke Arcsin Akar x
Hasil pengamatan tingkat kerusakan polong bervariasi, namun ada kecenderungan bahwa petak
perlakuan pelepasan T’oidea armigera populasi Cipanas menunjukkan tingkat kerusakan polong yang
paling rendah dan berbeda nyata dengan petak perlakuan pelepasan T. japonicum populasi Karawang dan
T. japonicum populasi Yogyakarta. Kerusakan paling tinggi terjadi pada perlakuan tanpa pelepasan
parasitoid (Tabel 6). Hal ini mununjukkan bahwa pelepasan parasitoid dapat mengurangi kerusakan
polong.
Pengamatan berat biji kering biji per 10 rumpun tanaman dan berat kering per 100 biji disajikan
pada Tabel 6. Perlakuan pelepasan T’oidea armigera populasi Cianjur menunjukkan total berat kering biji
yang dihasilkan per 10 rumpun tanaman lebih tinggi kemudian disusul oleh perlakuan pelepasan T.
japonicum populasi Yogyakarta, T. japonicum populasi Karawang. Total berat kering biji yang dihasilkan
per 10 rumpun tanaman paling rendah terjadi pada perlakuan tanpa pelepasan parasitoid.
Hasil pengamatan berat kering per 100 biji pada perlakukan pelepasan T’oidea armigera populasi
Cipanas, T. japonicum populasi Yogyakarta dan Karawang menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pelepasan parasitoid. Hal ini menunjukkan bahwa pelepasan
parasitoid dapat berpengaruh terhadap hasil berat kering biji.
Hasil pengamatan terhadap tingkat kerusakan polong, total berat kering biji per 10 rumpun
tanaman dan berat kering 100 biji yang diberi perlakuan pelepasan Trichogramma dan
Trichogrammatoidea dengan kepadatan 200 ekor dan 600 ekor dapat dilihat pada Tabel 7.
47
8. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
Tabel 6. Rataan tingkat kerusakan polong, total berat kering biji dan berat kering 100
biji akibat pengaruh jenis populasi Trichogramma/ Trichogrammatoidea
secara tunggal.
Respon yang diamati
Kerusakan*) Berat Kering**) Berat Kering***)
No. Perlakuan
Polong (%) Biji 100 biji
(p=0,0001) (P=0,029) P(0,0001)
1. Kontrol (P0) 30,355a 142,50c 9,15b
2. T. japonicum pupulasi 12,048b 175,00b 11,40a
Yogyakarta (P1)
3. T. japonicum pupulasi 10,886b 171,88bc 11,37a
Karawang (P2)
4. T’oidea armigera 7,086c 212,50a 11,79a
populasi Cianjur (P3)
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% berdasarkan uji jarak berganda Duncan
*) persen/10 rumpun tanaman, data diuji setelah ditransf. Ke Arcsin Akar x
**) gram/10 rumpun tanaman, data diuji setelah ditransformasi ke log x
***) data diuji setelah ditransformasi ke Akar x
Tabel 7. Rataan tingkat kerusakan polong, total berat kering biji dan berat kering 100
biji akibat pengaruh jumlah populasi Trichogramma/ Trichogrammatoidea
secara tunggal.
Respon yang diamati
Berat
Kerusakan*) Berat Kering**)
No. Perlakuan Kering***)
Polong (%) Biji
100 biji
(P=0,0664) (P=0,1326)
P(0,0009)
1. 200 telur C. cephalonica 21,999a 220,83a 13,79b
terparasit yang dilepas
per kurungan (J1)
2. 600 telur C. cephalonica 18,251a 247,08a 15,34a
terparasit yang dilepas
per kurungan (J2)
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% berdasarkan uji jarak berganda Duncan
*) persen/10 rumpun tanaman, data diuji setelah ditransf. Ke Arcsin Akar x
**) gram/10 rumpun tanaman, data diuji setelah ditransformasi ke log x
***) data diuji setelah ditransformasi ke Akar x
48
9. Ramlan : Pengendalian Helicoverpa Armigera (Hubner) Menggunakan Parasitoid Trichogrammatidae Pada Pertanaman Kedelai
Hasil analisis sidik ragam perlakuan pelepasan Trichogramma dan T’oidea kepadatan 600 ekor
memperlihatkan tingkat kerusakan polong lebih rendah dibanding perlakuan pelepasan Trichogramma
dan T’oidea kepadatan 200 ekor, namun keduanya tidak memperlihatkan perbedaan nyata. Demikian pula
terhadap hasil total berat kering biji per 10 rumpun tanaman, walaupun perlakuan pelepasan
Trichogramma dan T’oidea kepadatan 600 ekor memperlihatkan hasil yang tinggi dibanding pelepasan
Trichogramma dan T’oidea 200 ekor, namun keduanya juga tidak berbeda nyata. Tetapi terhadap respon
berat kering 100 biji, perlakuan poelepasan Trichgogramma dan T’oidea kepadatan 600 ekor
memperlihatkan hasil yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding perlakuan pelepasan Trichogramma
dan T’oidea 200 ekor.
Rendahnya tingkat kekrusakan polong, tingginya produksi pada tanaman kedelai antara kedua
perlakuan tersebut, mungkin disebabkan karena kemampuan Trichogramma dan T’oidea untuk menekan
serangan hama pemakan polong H. armigera. Supriyatin & Marwoto (1999) mengemukakan bahwa
pelepasan parasitoid juga berpengaruh terhadap hasil biji, semakin tinggi dosis parasitoid dan sering
dilepas, hasil bijinya juga semakin banyak.
Pelepasan Trichogramma dan T’oidea dapat mempengaruhi kerusakan polong yang diakibatkan
oleh serangan H. armigera dan produksi kedelai di lapang. Pada Tabel 8, mununjukkan bahwa bila
dibandingkan dengan kontrol, tingkat parasitisasi T’oidea armigera populasi Cianjur sebesar 37,77%
dapat menurunkan kerusakan polong sebesar 23,27% dan meningkatkan produksi sebesar 70 gram biji
kering dalam 10 rumpun kedelai jika dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan tingkat parasitisasi T.
japonicum populasi Yogyakarta sebesar 16,95% dapat menurunkan kerusakan polong sebesar 18,31% dan
dapat meningkatkan produksi sebesar 32,5 gram biji kering dalam 10 rumpun kedelai. Hal ini
menunjukkan bahwa T’oidea armigera populasi Cianjur lebih berpotensi digunakan untuk mengendalikan
H. armigera dibandingkan T. japonicum populasi Yogyakarta dan Karawang.
Tabel 8. Hubungan tingkat parasitisasi, kerusakan dan hasil pada tiap-tiap populasi
parasitoid Trichogramma/Trchogrammatoidea terhadap kontrol.
Tingkat Tingkat Hasil
No. Perlakuan Parasitisasi Kerusakan (%) (g)
(%)
1. Kontrol (PO) 0 30,36 142,5
2. T. japonicum populasi X 16,945 12,05 175
Yogyakarta (P1)
Y -18,31 32,5
3. T. japonicum populasi X 22,935 10,89 171,88
Karawang (P1)
Y -19,47 29,38
4. T. armigera populasi X 37,765 7,09 212,5
Cianjur (P3)
Y -23,37 70
Keterangan x = nilai rata-rata pada pengamatan 37 dan 55 hst
Y = hasil pengurangan dengan kontrol
49
10. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,20
KESIMPULAN
a. Pelepasan T’oidea populasi Cianjur memperlihatkan tingkat parasitisasi lebih tinggi dibanding
pelepasan T. japonicum populasi Yogyakarta, T. japonicum populasi Karawang dan tanpa
pelepasan parasitoid pada telur inang H. armigera di lapang. Tetapi pada telur inang C.
cephalonica pelepasan T. japonicum populasi Yogyakarta memperlihatkan tingkat parasitisasi
lebih tinggi dibanding perlakukan lainnya.
b. Pelepasan Trichogramma dan T’oidea kepadatan 600 ekor memperlihatkan tinggat parasitisasi
lebih tinggi pada telur inang H. armigera dan C. cephalonica dibanding pelepasan Trichogramma
dan T’oidea kepadatan 200 ekor.
c. Pelepasan T’oidea populasi Cianjur menunjukkan tingkat kerusakan polong yang paling rendah
dibanding dengan pelepasan T. japonicum populasi Karawang dan T. japonicum populasi
Yogyakarta. Kerusakan paling tinggi terjadi pada petak perlakukan tanpa pelepasan parasitoid.
Perlakuan pelepasan Trichogramma dan T’oidea mampu memberikan produksi yang lebih tinggi
dibanding tanpa pelepasan parasitoid.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori D, Hidayat P, Kartosuwondo U, Harahap IS, Nurmansyah A. 1998. Dinamika interaksi antara
parasitoid Trichogrammatidae dan inangnya: faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
Trichogrammatidae sebagai agens pengendalian hayati. Laporan akhir penelitian tahun pertama
1998/1999. Institut Pertanian Bogor.
Buchori D, Hidayat P, Kartosuwondo U, Nurmansyah A, Meilin A. 1999. Dinamika interaksi antara
parasitoid Trichogrammatidae dan inangnya: faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
Trichogrammatidae sebagai agens pengendalian hayati. Laporan akhir penelitian tahun kedua
1999/2000. Institut Pertanian Bogor.
Chong TC, Lim GT. 1987. Biological control of cocoa pod borer by periodic release of
Trichogrammatoidea bactrae fumata Nagaraja in Sabah, Malaysia. In: Ooi PAC, editor.
Management of the Cocoa Pod Borer: 71-80.
DeBach P, Hagen KS. 1973. Manipulation entomophagous species. In: DeBach P, Schlinger Ei, editors.
Bilogical Control of Insect Pests and Weeds. Chapman & Hall Ltd. London: 429-458.
Djuwarso T, Wikardi Ea. 1997. Perbanyakan Trichogramma sp. Parasitoid telur Cricula trifenestrata
Helf pada jambu mente. J Littri 3 (3): 78-86.
Fisher TW, Finney GL. 1973. Insectary facilities and equipment. In: DeBach P, Schlinger EI, editors.
Biological Control of Insect Pests and Weeds. Chapman & Hall Ltd. London: 381-401.
Li Ying Li. 1994. Worldwide use of Trichogramma for Biological control on different crops. A Survey.
In: International Organization for Biological Control of Noxious Animal and Plants (IOBC): 43-
53.
Smith AM. 1996. Biological control with Trichogramma: Advances, Successes, andan Potential of Their
use. Ann Rev Entomol. 41: 375-406.
Supriyatin, Marwoto. 1999. Penentuan dosis pelepasan Trichogrammatoidea bactrae-bactrae untuk
pengendalian hama penggerek polong kedelai. In: Seminar Nasional PEI, PEI Cabang Bogor, 16
Februari 1999: 61-69.
Suharsono, Supriyatun. 1998. Pemanfaatan pengendalian non kimia pada tanaman kedelai. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan: 37-52.
50