SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 44
Senyawa Koordinasi (Kompleks)
Sumber:
Effendy, 2007. Perspektif Baru KIMIA KOORDINASI JILID 1. Malang: Bayumedia
Lee, JD. 1991. Concise Inorganic Chemistry Fourth Edition I; Chapman & Hall, London.
Pembahasan:
• Garam rangkap dan Garam kompleks
• Teori Werner
• Bilangan Atom Efektif
• Ikatan pada Senyawa Koordinasi
 Teori Ikatan Valensi (VBT)
 Teori Medan Kristal (CFT)
 Teori Orbital Molekul (MOT)
Pendahuluan
• Secara umum: senyawa yang pembentukannya
melibatkan pembentukan ikatan kovalen
koordinasi dianggap sebagai senyawa
koordinasi.
• Dalam konteks lebih khusus: senyawa
koordinasi adalah senyawa yang
pembentukannya melibatkan pembentukan
ikatan kavalen koordinasi antara ion logam
atom logam dengan atom nonlogam.
Effendy.Persperktif Baru Kimia Koordinasi Jilid 1 , hal 2
Garam Rangkap dan Garam Kompleks
Ada dua tipe senyawa yang terbentuk jika ada dua atau lebih senyawa yang
stabil bereaksi, yaitu:
• Golongan yang kehilangan identitasnya dalam larutan (garam rangkap)
• Golongan yang mempertahankan identitasnya dalam larutan (garam
kompleks)
Contoh:
• KCl + MgCl2 + 6H2O → KCl.MgCl2.6H2O (carnallite)
• KSO4 + Al(SO4)3 + 24H2O → KSO4.Al(SO4)3.24H2O (potassium
alum)
Keduanya merupakan garam rangkap. Ketika dilarutkan ke dalam
air akan mengion menjadi K+, Mg2+ , Cl- Al3+ dan SO4
2-
• CuSO4 + 4NH3 + H2O → CuSO4.4NH3.H2O (tetrammine copper (II)
sulphate monhydrate)
• Fe(CN)2 + 4KCN → Fe(CN)2.4KCN (potassium ferrocyanide)
Kedua senyawa diatas dilarutkan, mereka tidak membentuk ionnya
melainkan tetap berupa ion kompleknya. Ion cuproammonium
[Cu(H2O)2(NH3)4]2+ dan ion ferrocyanide [Fe(CN)6]4-
Teori Koordinasi Werner
Mengapa garam yang
stabil seperti CoCl3
bereaksi dengan NH3
untuk menghasilkan
beberapa senyawa:
CoCl3.6NH3 ,
CoCl3.5NH3, dan
CoCl3.4NH3 ?
Bagaimana strukturnya?
Kompleks Warna Nama
CoCl3.6NH3 Kuning Luteo
CoCl3.5NH3 Ungu Purpureo
CoCl3.4NH3 Hijau Praseo
CoCl3.4NH3 Violet Violeo
Werner memperlakukan larutan dari
seri senyawa kompleks dengan
penambahan perak nitrat berlebih:
CoCl3.6NH3 + Ag+ berlebih  3 AgCl (s)
CoCl3.5NH3 + Ag+ berlebih  2 AgCl (s)
CoCl3.4NH3 + Ag+ berlebih  1 AgCl (s)
Werner menyimpulkan bahwa logam di senyawa kompleks
menunjukkan dua jenis valensi yang berbeda, yaitu:
• Valensi Primer. Bersifat tidak berarah (nondirectional).
Valensi primer merupakan jumlah muatan pada ion
kompleks.
• Valensi sekunder. Bersifat berarah (directional), sehingga
ion kompleks memiliki bentuk tertentu. Jumlah valensi
sekunder sama dengan jumlah atom ligan yang terkoordinasi
dengan logam yang lebih dikenal dengan bilangan koordinasi.
Teori Koordinasi Werner
3 Cl bertindak sebagai valensi primer
6 NH3 bertindak sebagai valensi sekunder
2 Cl bertindak sebagai valensi primer
5 NH3 dan 1 Cl bertindak sebagai valensi sekunder
Postulat Werner : pada deretan senyawa kobalt dengan bilangan
koordinasi sejumlah 6, dan ketika molekul amonia disubtitusi
dengan ion klorida maka ion klorida akan lebih cenderung
berikatan kovalen daripada berlaku sebagai ion klorida bebas.
Teori Koordinasi Werner
Berdasarkan pengamatan tersebut, Werner merumuskan
pernyataan umum:
Senyawa M(NH3)5X3
Dimana, [M = Cr, Co; X= Cl, Br, dll]
berasal dari M(NH3)6X3 yang kehilangan satu molekul amonia”
• Kontribusi kedua Werner yang penting adalah berhasil
menetapkan struktur geometris.
Teori Koordinasi Werner
Werner menggunakan metode yang pada jaman
dahulu disebut “isomer counting”, yang
menjelaskan struktur benzena tersubtitusi.
Werner berpostulat bahwa enam ligan pada
kompleks sepereti [Co(NH3)6]3+ ada pada
beberapa jenis simetri dimana setiap kelompok
NH3 berada sama jauhnya dengan atom pusat
kobalt. Terdapat tiga kemungkinan struktur yang
dipikirkan oleh Werner; heksagonal planar,
prisma trigonal, dan oktahedral. Werner
kemudian membandingkan jumlah isomer yang
ditemukan secara eksperimen (observasi)
dengan kemungkinan bentuk struktur secara
teoritis. Gambar 2. Tiga kemungkinan
bentuk geometri untuk bilangan
koordinasi enam
Teori koordinasi Warner
merupakan teori yang
paling berhasil dalam
menjelaskan struktur dan
isomerisme senyawa-
senyawa koordinasi.
Kelemahan : Teori
koordinasi Werner tidak
menjelaskan bagaimana
pembentukan ikatan
antara atom pusat dengan
ligan-ligan yang ada
Bilangan Atom Efektif
Sidgwick mengajukan gagasan tentang kaidah
bilangan atom efektif (effective atomic number rule
= EAN Rule)
Contoh:
potasium hexacynoferrate (II) K4[Fe(CN)6]
membentuk potasium ferrocyanide [Fe(CN)6]4-
• Elektron valensi Fe = 26
• Elektron valensi Fe2+ = 24
• Ligan CN menyumbangkan 2 elektron
Maka,
EAN [Fe(CN)6]4- = [24 + (6 x 2)] = 36 → sesuai gas
mulia Kr
• Beberapa contoh EAN lain terdapat pada tabel berikut
ini:
• Kelemahan kaidah EAN adalah diperolehnya fakta
bahwa banyak kompleks yang bersifat stabil meski tidak
memenuhi kaidah (oktet Lewis)
Bilangan Atom Efektif
Ikatan pada Senyawa Koordinasi
Teori Ikatan Valensi (VBT)
VBT : pembentukan kompleks melibatkan reaksi antara basa
lewis (ligan) dengan asam lewis (atom pusat) secara kovalen
koordinasi menggunakan orbital hibridisasi yang sesuai.
Asumsi dari teori ikatan valensi:
1. Ion logam harus menyediakan jumlah orbital yang sama dengan bilangan
koordinasinya untuk menyesuaikan elektron-elektron dari ligan
2. Ion logam menggunakan orbital hibrida s, p, dan d untuk menerima elektron
dari ligan
3. Pembentukan ikatan п oleh donasi elektron dari orbital dxy, dyz, dan dz2
atom logam, tertuju dari aksis ke arah atom ligan yang memiliki orbital d
kosong.
4. Aturan Hund diaplikasikan pada elektron dalam orbital nonbonding,
kehadiran elektron yang tidak berpasangan pada kompleks menyebabkan
paramagnetisme.
Teori Ikatan Valensi (VBT)
• Jika dalam hibridisasi orbital d
yang dilibatkan adalah orbital
d yang berada di luar kulit dari
orbital s dan p yang
berhibridisasi, maka kompleks
yang terbentuk disebut sebagai
kompleks orbital luar, atau
outer orbital complex.
• Sebaliknya, jika dalam
hibridisasi yang dilibatkan
adalah orbital d di dalam kulit
orbital s dan p yang
berhibridisasi, maka kompleks
tersebut dinamakan kompleks
orbital dalam atau inner
orbital complex.
Hibridisasi Struktur
sp Linear
sp2 Segitiga sama sisi
sp3 Tetrahedral
dsp2 Bujursangkar
dsp2 atau sp3d Trigonal
bipiramid
d2sp3 atau sp3d2 Oktahedral
Pembentukan senyawa kompleks tanpa melibatkan
proses eksitasi
• Contoh: [Ag(CN)2]- ,
diamagnetik.
Berdasarkan asas
energetika, tingkat energi
kompleks ini paling rendah
pada posisi linear. Fakta
eksperimen membuktkan
hal tersebut, dan bahwa
kompleks bersifat
diamagnetik. Sehingga
struktur hibridisasinya
adalah sp
Teori Ikatan Valensi (VBT)
Pembentukan senyawa kompleks tanpa melibatkan
proses eksitasi
• Contoh: [FeF6]3-, paramagnetik.
Teori Ikatan Valensi (VBT)
Pembentukan senyawa kompleks dengan melibatkan
proses eksitasi
Teori Ikatan Valensi (VBT)
• Contoh: [Ni(CN)4]2-
• Berdasarkan asas
energetika, tingkat
energi kompleks ini
paling rendah pada
posisi tetrahedral.
Fakta eksperimen
membuktkan hal
tersebut, dan bahwa
kompleks bersifat
diamagnetik.
Sehingga struktur
hibridisasinya
adalah dsp2
• [Fe(CN)6]3-; fakta eksperimen menunujukkan
bahwa kompleks memiliki bentuk geometris
octahedral dan paramagnetik
Pembentukan senyawa kompleks dengan melibatkan
proses eksitasi
Teori Ikatan Valensi (VBT)
Modifikasi Pauling VBT
Prinsip Netralitas
• kompleks akan
paling stabil ketika
elektronegativitas
ligan akhirnya
membuat logam
mencapai muatan
total yang
cenderung netral.
Inilah yang disebut
prinsip netralitas
[Be(H2O)4]2+ [Be(H2O)6]2+ [Al(H2O)6]2+ [Al(NH)3]2+
Be = -0.08
4O = -0.24
8H = 2.32
Be = -1.12
6O = -0.36
12H = 3.48
Al = -0.12
6O = -0.36
12 H = 3.48
Al = -1.08
6N = 1.20
18 H = 2.88
Total = + 2.00 Total = +2.00 Total = +3.00 Total = +3.00
Teori Ikatan Valensi (VBT)
Lebih stabil Lebih stabil
Modifikasi Pauling VBT
• Backbonding
• densitas elektron pada logam dikurangi melalui ikatan balik
atau resonansi yang melibatkan pendonoran orbital d dari
ion logam pada ligan.
• penggunaan orbital p murni dari karbon (C) untuk
menerima elektron d dari logam, yang menyebabkan orbital
p atom karbon (C) ini tidak lagi dapat menyediakan ikatan
phi dengan atom oksigen. Sehingga, orde ikatan dari C-O
menurun sedangkan orde ikatan Ni-C meningkat.
Teori Ikatan Valensi (VBT)
Teori Ikatan Valensi (VBT)
Kelemahan:
• Tidak dapat memprediksi apakah kompleks dengan BK 4 akan
tetrahedral ataukah planar
• Tidak dapat menjelaskan mengapa kompleks Co3+ (d7)
mempromosikan sebuah elektron dari d menuju ke p tetapi mudah
lepas ketika reaksi kimia (reduktor yang kuat). Akan tetapi, Cu (III)
justru merupakan oksidator yang kuat
• Studi resonansi spin elektron menunjukkan bahwa pada Cu(II),
elektron tidak berada di level 4p
• Teori ikatan valensi tidak memprediksi beberapa distorsi pada
kompleks padahal faktanya semua kompleks Cu(II) dan Ti(III) adalah
terdistorsi
• Teori ikatan valensi mengabaikan keadaan tereksitasi pada kompleks
• Teori ikatan valensi tidak mencoba menjelaskan terjadinya warna
pada kompleks
• Teori ikatan valensi tidak memberikan detail informasi mengenai sifat
magnet pada kompleks
Dalam Teori Medan Kristal, berlaku beberapa
anggapan berikut :
• Ligan dianggap sebagai suatu titik muatan
• Tidak ada interaksi antara orbital logam dengan
orbital ligan
• Orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan
memiliki energi yang sama, akan tetapi, jika
terbentuk kompleks, maka akan terjadi pemecahan
tingkat energi orbital d tersebut akibat adanya
tolakan dari elektron pada ligan, pemecahan
tingkat energi orbital d ini tergantung orientasi
arah orbital logam dengan arah datangnya ligan
Ikatan pada Senyawa Koordinasi
Teori Medan Kristal (CFT)
Kelima orbital d tidak identik, dan
dapat dibagi menjadi dua kelompok;
orbital t2g dan eg.
• Orbital-orbital t2g –dxy; dxz; dan
dyz
– memiliki bentuk yang sama
dan memiliki orientasi arah di
antara sumbu x, y, dan z.
• Orbital-orbital eg –dx
2-
y2 dan dz
2–
memiliki bentuk yang berbeda
dan terletak di sepanjang
sumbu.
Bentuk orbital d
• Orbital dxy, dxz, dan dyz disebut
dengan orbital t2g
• Orbital dx2-y2 dan dz2 disebut
dengan orbital eg
• Perbedaan tingkat energi
diantara dua kelompok orbital
dinyatakan dengan 10Dq atau
∆0.
• P (pair energy) adalah energi
pemasangan spin elektron
• Tingkat energi rata-rata 5
orbital d disebut barycenter
• Energi yang terlibat pada
penstabilan suatu kompleks
disebut dengan energi
penstabilan medan kristal
(CFSE, Crystal Field
Stabilization Energy)
Kompleks Oktahedral
• Pada kompleks oktahedral, logam
berada di pusat oktahedron dengan
ligan di setiap sudutnya.
Teori Medan Ligan (CFT)
• Akibatnya terjadi splitting, yakni
kenaikan tingkat energi orbital t2g
lebih tinggi dibanding kenaikan tingkat
energi orbital eg
Sifat Magnetik Kompleks Oktahedral
• Besarnya harga ∆0
ditentukan oleh jenis ligan
yang terikat dengan logam
pusat.
• Untuk ligan medan lemah
(weak field ligand),
perbedaan selisih energi
antara orbital t2g dan eg
yang terjadi dalam splitting
sangat kecil, dengan
demikian elektron-elektron
akan mengisi kelima orbital
tanpa berpasangan terlebih
dahulu. Kompleks dengan
ligan medan lemah
semacam ini disebut
sebagai kompleks spin
tinggi (high spin complex).
Teori Medan Ligan (CFT)
Contoh:
[Fe(H2O)6]3+ dan [Fe(CN)6]3- →paramagnetik
Medan kuat
Ion kompleks
dengan spin rendah
Medan lemah
Ion kompleks
dengan spin tinggi
Sifat Magnetik Kompleks Oktahedral
• Pada kompleks oktahedral, kompleks dengan atom yang sama dapat
berada pada medan kuat dan medan lemah sehingga memiliki sifat
magnetik yang berbeda
Teori Medan Ligan (CFT)
Contoh atom pusat Co3+:
[CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+
Medan lemah,
paramagnetik
Medan kuat,
diamagnetik
Distorsi pada Kompleks Oktahedral
• Jika elektron-elektron d dari logam
tersusun/terdistribusi secara sistematis, maka
elektron-elektron tersebut akan memberikan
tolakan yang setara pada keenam ligan, sehingga
kompleks merupakan suatu oktahedral sempurna.
• Akan tetapi jika elektron d terdistribusi secara tidak
merata dalam orbital (memiliki penataan yang
asimetris), maka ada ligan yang mengalami gaya
tolak yang lebih besar dibandingkan ligan yang
lainnya. Dengan demikian struktur kompleks
menjadi terdistorsi.
Teori Medan Ligan (CFT)
Distorsi Tetragonal pada Kompleks Oktahedral
• Distorsi Jahn Teller
• Apabila dua ligan searah
dengan sumbu z dijauhkan
atau didekatkan terhadap
atom pusat maka kompleks
yang ada dikatakan
mengalami distorsi tetragonal.
• Distorsi ini disebut distorsi
tetragonal karena tidak
mengubah luas bujur sangkar
atau tetragonal pada sumbu x
dan sumbu y.
Teori Medan Ligan (CFT)
• Gambar (a) Elongasi tetragonal yang terjadi pada
suatu kompleks oktahedral. Dua ligan pada sumbu z
menjauhi atom pusat. Disebut juga z-out
• Gambar (b) Kompresi tetragonal. Dua ligan pada
sumbu z mendekati atom pusat. Disebut juga z-in
Distorsi Tetragonal pada Kompleks Oktahedral
Teori Medan Ligan (CFT)
perpanjangan pada sumbu z
perpanjangan pada sumbu x dan y
Kompleks Tetrahedral
Teori Medan Ligan (CFT)
Logam pusat
Ligan
Y
X
Y
Z
Struktur kompleks tetrahedral
sebagai suatu kubus
∆E (∆t)
• Pada kompleks tetrahedral, empat
ligan mendekati atom pusat melalui
pojok-pojok kubus.
• Interaksi ligan dengan orbital e lebih
kuat dibanding dengan orbital t2
• Akibatnya terjadi splitting,
dimana kenaikan tingkat energi
orbital eg lebih tinggi dibanding
kenaikan tingkat energi orbital
t2g
• Karena interaksi tidak langsung antara empat ligan dengan orbital-
orbital d atom pusat menyebabkan medan tetrahedral yang
dihasilkan merupakan medan lemah.
• Contoh:
• [FeCl4]2-
Kompleks Tetrahedral
Teori Medan Ligan (CFT)
Ion [FeCl4]2-
berbentuk tetrahedral.
Sifat paramagnetik
Kompleks Bujur Sangkar
• Kompleks bujur sangkar
dapat dianggap sebagai
turunan dari kompleks
oktahedral. Kompleks ini
terjadi apabila 2 buah
ligan yang posisinya
berlawanan sepanjang
sumbu z dijauhkan dari
atom pusat sampai jarak
tak berhingga.
Teori Medan Ligan (CFT)
Kompleks bujur sangkar
• semua orbital atom pusat yang mengandung komponen z yaitu
orbital-orbital dxz, dyz, dan dz2 tingkat energinya berkurang atau
mengalami penstabilan, relatif bila dibandingkan dengan tingkat
energi pada medan oktahedral. Sebaliknya, orbital-orbital yang tidak
memiliki komponen z yaitu orbital dxy dan dx2-y2 tingkat energinya
bertambah atau mengalami pentidakstabilan
• pada umumnya kompleks bujur sangkar memiliki medan kuat
sehingga pemisahan energi dz2 dengan dx2-y2 adalah besar dan
mengakibatkan kompleks spin rendah (low spin).
• Contoh:
Kompleks [Ni(CN)4]2-
• Kompleks ini memiliki atom pusat
Ni2+ dengan konfigurasi elektron
Ni2+ = [Ar] 3d8. Kompleks ini
berwarna kuning, memiliki
struktur bujursangkar, bersifat
diamagnetik.
• Pada pengisian elektron ke
orbital-orbital d, elektron kelima
tidak ditempatkan pada orbital
dx2-y2 karena harga 10Dq>P. Sifat
diamagnetik adalah karena semua
elektron pada orbital
berpasangan.
Kompleks Bujur Sangkar
Teori Medan Ligan (CFT)
Energi Penstabilan Medan Kristal
• Pada simetri oktahedral bila elektron mengisi orbital t2g akan terjadi
penstabilan dan bila mengisi orbital eg akan terjadi pentidakstabilan.
Pentidakstabilan juga terjadi bila elektron-elektron dipasangkan pada suatu
orbital.
• Energi yang terlibat pada penstabilan suatu kompleks disebut energi
penstabilan medan kristal (Crystal Field Stabilization Energy = CFSE).
Teori Medan Ligan (CFT)
Jari-jari atom pusat
• Jika tidak ada CFSE yang
menyebabkan pemisahan
orbital d, maka jari-jari ion
logam transisi akan turun
perlahan-lahan dengan
meningkatnya muatan inti
efektif (z). Namun, karena pada
kompleks terjadi pemisahan
orbital d (menjadi t2g dan eg)
maka jari-jari ion logam akan
mengalami kenaikan atau
penurunan bergantung pada
penambahan elektron di
orbital t2g ataukah di orbital eg.
Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal
Teori Medan Ligan (CFT)
Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal
Teori Medan Ligan (CFT)
Entalpi hidrasi
• Di dalam larutam dengan
pelarut air, ion-ion logam
transisi deret pertama dapat
dianggap membentuk ion
kompleks aqua dengan
geometri oktahedral.
• M2+ + 6H2O  [M(H2O)6]2+
∆hydrasi < 0
• Semakin negatif harga
∆Hidrasi, maka semakin
stabil kompleks yang
dibentuk (semakin pendek
jari-jari ion logam)
Kestabilan kompleks dengan atom pusat memiliki biloks tertentu
• Kestabilan kompleks
dapat ditinjau dari harga
potensial reduksinya.
Dalam larutan Co (III)
adalah tidak stabil jika
direduksi menjadi Co
(II). Meskipun ada
beberapa energi yang
terlibat, hal ini dapat
dianggap karena
tingginya energi ionisasi
ke-3. Ion Co (II) tidak
dapat dioksidasi menjadi
Co (III) karena harga
potensial reaksinya yang
negatif.
• Situasinya adalah berbeda jika ligannya
merupakan ligan yang lebih kuat
dibandingkan air, karena akan oksidasi
Co2+ menjadi Co3+ menjadi lebih mudah.
Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal
Teori Medan Ligan (CFT)
Mengapa ligan yang lebih kuat dapat menstabilkan
kompleks Co3+ daripada Co2+?
Faktanya:
• Hal ini ditinjau dari nilai
CFSE
• Pada medan lemah,
kompleks Co2+ adalah
lebih stabil dibandingkan
kompleks Co3+
• Pada medan kuat,
kompleks Co3+ adalah
lebih stabil dibandingkan
kompleks Co2+
Aspek Medan
lemah
Medan
kuat
Konfigura
si Co2+
t2g5 eg2 t2g6 eg1
Konfigura
si Co3+
t2g4 eg2 t2g6 eg0
Nilai
CFSE
-8Dq +
2P;
-4Dq + P
-1,8Dq +
3P;
-2,4Dq +
3P
Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal
Teori Medan Ligan (CFT)
Faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan medan kristal
1. Muatan Atom Pusat
• Bertambahnya muatan
atom pusat akan
menyebabkan gaya
elektrostatik antara
atompusat dan ligan-
ligan menjadi semakin
kuat sehingga ligan lebih
tertarik ke atom pusat
pula
• peningkatan muatan
atom pusat dari 2+
menjadi 3+ akan
meningkatkan kekuatan
medan kristal atau harga
10Dq sebesar 50%.
2. Jumlah ligan dan
geometri dari
kompleks
• Semakin banyak
jumlah ligan yang
terikat pada atom pusat
maka medan kristal
yang timbul semakin
kuat dan harga 10Dq
akan semakin besar
pula. Misalnya, 10Dq
oktahedral adalah 2x
Dq tetrahedral. Secara
umum dapat dianggap
bahwa ∆td = 4/9 ∆o
Teori Medan Ligan (CFT)
Faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan medan kristal
Teori Medan Ligan (CFT)
3. Jenis ligan
• Fajan dan Tsuchida
berhasil membuat
urutan relatif kekuatan
beberapa ligan
berdasarkan
kemampuannya untuk
menyebabkan
pemecahan tingkat
energi, yaitu: I-< Br- <
S2-< SCN- < Cl- <N3- , F-
< urea, OH- <ox2-, O2-
C2O4
2- < H2O < NCS- <
py < NH3 < en < bipy <
o-phen < NO2- < CN-
<CO
4. Jenis ion pusat
• Dalam satu golongan
ion bermuatan sama,
kekuatan medan
bertambah seiring
meningkatnya interaksi
ion pusat dengan ligan
• Selain itu, besarnya
10Dq sebanding
dengan muatan ionik
atom pusat, sehingga
pada jenis logam yang
sama, ion Ru3+ akan
memiliki harga 10Dq
lebih besar daripada
ion Ru2+
Kelemahan CFT:
• Medan yang ditimbulkan oleh ligan negatif seharusnya
lebih kuat dibandingkan dengan medan yang
ditimbulkan oleh ligan netral.
• Ligan yang memiliki momen dipol lebih besar
seharusnya menimbulkan medan yang lebih kuat
dibandingkan dengan ligan yang momen dipolnya lebih
kecil.
• Senyawa kompleks dengan atom pusat memiliki
bilangan oksidasi nol dan ligan netral seperti [Ni(CO)4]
seharusnya tidak mungkin terbentuk karena tidak terjadi
interaksi elektrostatis antara atom pusat dengan ligan-
ligan. Dalam kenyataannya senyawa tersebut dapat
terbentuk dan bersifat stabil.
Teori Medan Ligan (CFT)
• Teori orbital molekul merupakan teori yang paling
lengkap karena menyangkut baik interaksi
elektrostatik maupun interaksi kovalen.
Ikatan pada Senyawa Koordinasi
Teori Orbital Molekul (MOT)
MOT
Kompleks Oktahedral
[Co(NH3)6]3+
• Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion
kompleks [Co(NH3)6]3+ memiliki bentuk oktahedral
dan bersifat diamagnetik.
MOT
Kompleks Oktahedral
[CoF6]3-
• Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion
kompleks [CoF6]3- memiliki bentuk oktahedral dan
bersifat paramagnetik
Senyawa Koordinasi

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)qlp
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaIndra Yudhipratama
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasDila Adila
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAn Nes Niwayatul
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Dede Suhendra
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanDokter Tekno
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriRidha Faturachmi
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonwd_amaliah
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamikaHabibur Rohman
 
Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)
Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)
Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)nailaamaliaa
 
Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter) Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter) nailaamaliaa
 

Was ist angesagt? (20)

Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Konformasi isomer
Konformasi isomerKonformasi isomer
Konformasi isomer
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
amina & amida
amina & amidaamina & amida
amina & amida
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Kimia Analitik I
Kimia Analitik IKimia Analitik I
Kimia Analitik I
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbon
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika
 
Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)
Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)
Kimia Organik (Asam karboksilat dan ester)
 
Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter) Kimia Organik (Alkohol dan eter)
Kimia Organik (Alkohol dan eter)
 

Ähnlich wie Senyawa Koordinasi

7. Teori ikatan valensi.pptx
7. Teori ikatan valensi.pptx7. Teori ikatan valensi.pptx
7. Teori ikatan valensi.pptxFebroniaNenomnanu
 
Teori ikatan valensi
Teori ikatan valensiTeori ikatan valensi
Teori ikatan valensiDevi Sudrajat
 
Ikatan pada Molekul dan Ion Kompleks
Ikatan pada Molekul dan Ion KompleksIkatan pada Molekul dan Ion Kompleks
Ikatan pada Molekul dan Ion KompleksRima-Rochan FbiOne's
 
Ikatan Pada Ion dan Molekul Kompleks
Ikatan Pada Ion dan Molekul KompleksIkatan Pada Ion dan Molekul Kompleks
Ikatan Pada Ion dan Molekul KompleksRima_Melani
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptDewiMarhelly3
 
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptIKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptDiyas16
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptSurtini5
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptangga678964
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptRizaUmmami3
 
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnajaZidniAzizati1
 
ikatan kimia
ikatan kimiaikatan kimia
ikatan kimiamfebri26
 
ikatan kimia
 ikatan kimia ikatan kimia
ikatan kimiamfebri26
 
Bab 4 ikatan kimia kelas x
Bab 4 ikatan kimia kelas xBab 4 ikatan kimia kelas x
Bab 4 ikatan kimia kelas xSinta Sry
 
Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02
Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02
Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02sanoptri
 

Ähnlich wie Senyawa Koordinasi (20)

7. Teori ikatan valensi.pptx
7. Teori ikatan valensi.pptx7. Teori ikatan valensi.pptx
7. Teori ikatan valensi.pptx
 
Teori ikatan valensi
Teori ikatan valensiTeori ikatan valensi
Teori ikatan valensi
 
Ikatan pada Molekul dan Ion Kompleks
Ikatan pada Molekul dan Ion KompleksIkatan pada Molekul dan Ion Kompleks
Ikatan pada Molekul dan Ion Kompleks
 
Ikatan Pada Ion dan Molekul Kompleks
Ikatan Pada Ion dan Molekul KompleksIkatan Pada Ion dan Molekul Kompleks
Ikatan Pada Ion dan Molekul Kompleks
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptIKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
ikatankimianfikatankimianf__.pdf
ikatankimianfikatankimianf__.pdfikatankimianfikatankimianf__.pdf
ikatankimianfikatankimianf__.pdf
 
Bab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimiaBab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimia
 
Bab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimiaBab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimia
 
ikatan kimia
ikatan kimiaikatan kimia
ikatan kimia
 
ikatan kimia
 ikatan kimia ikatan kimia
ikatan kimia
 
Bab 4 ikatan kimia kelas x
Bab 4 ikatan kimia kelas xBab 4 ikatan kimia kelas x
Bab 4 ikatan kimia kelas x
 
Bab4 ikat
Bab4 ikatBab4 ikat
Bab4 ikat
 
Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02
Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02
Bab4ikatankimiakelasx 141109050103-conversion-gate02
 
Bab4 ikatan kimia | Kimia X
Bab4 ikatan kimia | Kimia XBab4 ikatan kimia | Kimia X
Bab4 ikatan kimia | Kimia X
 

Kürzlich hochgeladen

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 

Senyawa Koordinasi

  • 1. Senyawa Koordinasi (Kompleks) Sumber: Effendy, 2007. Perspektif Baru KIMIA KOORDINASI JILID 1. Malang: Bayumedia Lee, JD. 1991. Concise Inorganic Chemistry Fourth Edition I; Chapman & Hall, London.
  • 2. Pembahasan: • Garam rangkap dan Garam kompleks • Teori Werner • Bilangan Atom Efektif • Ikatan pada Senyawa Koordinasi  Teori Ikatan Valensi (VBT)  Teori Medan Kristal (CFT)  Teori Orbital Molekul (MOT)
  • 3. Pendahuluan • Secara umum: senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi dianggap sebagai senyawa koordinasi. • Dalam konteks lebih khusus: senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kavalen koordinasi antara ion logam atom logam dengan atom nonlogam. Effendy.Persperktif Baru Kimia Koordinasi Jilid 1 , hal 2
  • 4. Garam Rangkap dan Garam Kompleks Ada dua tipe senyawa yang terbentuk jika ada dua atau lebih senyawa yang stabil bereaksi, yaitu: • Golongan yang kehilangan identitasnya dalam larutan (garam rangkap) • Golongan yang mempertahankan identitasnya dalam larutan (garam kompleks) Contoh: • KCl + MgCl2 + 6H2O → KCl.MgCl2.6H2O (carnallite) • KSO4 + Al(SO4)3 + 24H2O → KSO4.Al(SO4)3.24H2O (potassium alum) Keduanya merupakan garam rangkap. Ketika dilarutkan ke dalam air akan mengion menjadi K+, Mg2+ , Cl- Al3+ dan SO4 2- • CuSO4 + 4NH3 + H2O → CuSO4.4NH3.H2O (tetrammine copper (II) sulphate monhydrate) • Fe(CN)2 + 4KCN → Fe(CN)2.4KCN (potassium ferrocyanide) Kedua senyawa diatas dilarutkan, mereka tidak membentuk ionnya melainkan tetap berupa ion kompleknya. Ion cuproammonium [Cu(H2O)2(NH3)4]2+ dan ion ferrocyanide [Fe(CN)6]4-
  • 5. Teori Koordinasi Werner Mengapa garam yang stabil seperti CoCl3 bereaksi dengan NH3 untuk menghasilkan beberapa senyawa: CoCl3.6NH3 , CoCl3.5NH3, dan CoCl3.4NH3 ? Bagaimana strukturnya? Kompleks Warna Nama CoCl3.6NH3 Kuning Luteo CoCl3.5NH3 Ungu Purpureo CoCl3.4NH3 Hijau Praseo CoCl3.4NH3 Violet Violeo Werner memperlakukan larutan dari seri senyawa kompleks dengan penambahan perak nitrat berlebih: CoCl3.6NH3 + Ag+ berlebih  3 AgCl (s) CoCl3.5NH3 + Ag+ berlebih  2 AgCl (s) CoCl3.4NH3 + Ag+ berlebih  1 AgCl (s)
  • 6. Werner menyimpulkan bahwa logam di senyawa kompleks menunjukkan dua jenis valensi yang berbeda, yaitu: • Valensi Primer. Bersifat tidak berarah (nondirectional). Valensi primer merupakan jumlah muatan pada ion kompleks. • Valensi sekunder. Bersifat berarah (directional), sehingga ion kompleks memiliki bentuk tertentu. Jumlah valensi sekunder sama dengan jumlah atom ligan yang terkoordinasi dengan logam yang lebih dikenal dengan bilangan koordinasi. Teori Koordinasi Werner 3 Cl bertindak sebagai valensi primer 6 NH3 bertindak sebagai valensi sekunder 2 Cl bertindak sebagai valensi primer 5 NH3 dan 1 Cl bertindak sebagai valensi sekunder
  • 7. Postulat Werner : pada deretan senyawa kobalt dengan bilangan koordinasi sejumlah 6, dan ketika molekul amonia disubtitusi dengan ion klorida maka ion klorida akan lebih cenderung berikatan kovalen daripada berlaku sebagai ion klorida bebas. Teori Koordinasi Werner Berdasarkan pengamatan tersebut, Werner merumuskan pernyataan umum: Senyawa M(NH3)5X3 Dimana, [M = Cr, Co; X= Cl, Br, dll] berasal dari M(NH3)6X3 yang kehilangan satu molekul amonia”
  • 8. • Kontribusi kedua Werner yang penting adalah berhasil menetapkan struktur geometris. Teori Koordinasi Werner Werner menggunakan metode yang pada jaman dahulu disebut “isomer counting”, yang menjelaskan struktur benzena tersubtitusi. Werner berpostulat bahwa enam ligan pada kompleks sepereti [Co(NH3)6]3+ ada pada beberapa jenis simetri dimana setiap kelompok NH3 berada sama jauhnya dengan atom pusat kobalt. Terdapat tiga kemungkinan struktur yang dipikirkan oleh Werner; heksagonal planar, prisma trigonal, dan oktahedral. Werner kemudian membandingkan jumlah isomer yang ditemukan secara eksperimen (observasi) dengan kemungkinan bentuk struktur secara teoritis. Gambar 2. Tiga kemungkinan bentuk geometri untuk bilangan koordinasi enam Teori koordinasi Warner merupakan teori yang paling berhasil dalam menjelaskan struktur dan isomerisme senyawa- senyawa koordinasi. Kelemahan : Teori koordinasi Werner tidak menjelaskan bagaimana pembentukan ikatan antara atom pusat dengan ligan-ligan yang ada
  • 9. Bilangan Atom Efektif Sidgwick mengajukan gagasan tentang kaidah bilangan atom efektif (effective atomic number rule = EAN Rule) Contoh: potasium hexacynoferrate (II) K4[Fe(CN)6] membentuk potasium ferrocyanide [Fe(CN)6]4- • Elektron valensi Fe = 26 • Elektron valensi Fe2+ = 24 • Ligan CN menyumbangkan 2 elektron Maka, EAN [Fe(CN)6]4- = [24 + (6 x 2)] = 36 → sesuai gas mulia Kr
  • 10. • Beberapa contoh EAN lain terdapat pada tabel berikut ini: • Kelemahan kaidah EAN adalah diperolehnya fakta bahwa banyak kompleks yang bersifat stabil meski tidak memenuhi kaidah (oktet Lewis) Bilangan Atom Efektif
  • 11. Ikatan pada Senyawa Koordinasi Teori Ikatan Valensi (VBT) VBT : pembentukan kompleks melibatkan reaksi antara basa lewis (ligan) dengan asam lewis (atom pusat) secara kovalen koordinasi menggunakan orbital hibridisasi yang sesuai. Asumsi dari teori ikatan valensi: 1. Ion logam harus menyediakan jumlah orbital yang sama dengan bilangan koordinasinya untuk menyesuaikan elektron-elektron dari ligan 2. Ion logam menggunakan orbital hibrida s, p, dan d untuk menerima elektron dari ligan 3. Pembentukan ikatan п oleh donasi elektron dari orbital dxy, dyz, dan dz2 atom logam, tertuju dari aksis ke arah atom ligan yang memiliki orbital d kosong. 4. Aturan Hund diaplikasikan pada elektron dalam orbital nonbonding, kehadiran elektron yang tidak berpasangan pada kompleks menyebabkan paramagnetisme.
  • 12. Teori Ikatan Valensi (VBT) • Jika dalam hibridisasi orbital d yang dilibatkan adalah orbital d yang berada di luar kulit dari orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar, atau outer orbital complex. • Sebaliknya, jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah orbital d di dalam kulit orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks tersebut dinamakan kompleks orbital dalam atau inner orbital complex. Hibridisasi Struktur sp Linear sp2 Segitiga sama sisi sp3 Tetrahedral dsp2 Bujursangkar dsp2 atau sp3d Trigonal bipiramid d2sp3 atau sp3d2 Oktahedral
  • 13. Pembentukan senyawa kompleks tanpa melibatkan proses eksitasi • Contoh: [Ag(CN)2]- , diamagnetik. Berdasarkan asas energetika, tingkat energi kompleks ini paling rendah pada posisi linear. Fakta eksperimen membuktkan hal tersebut, dan bahwa kompleks bersifat diamagnetik. Sehingga struktur hibridisasinya adalah sp Teori Ikatan Valensi (VBT)
  • 14. Pembentukan senyawa kompleks tanpa melibatkan proses eksitasi • Contoh: [FeF6]3-, paramagnetik. Teori Ikatan Valensi (VBT)
  • 15. Pembentukan senyawa kompleks dengan melibatkan proses eksitasi Teori Ikatan Valensi (VBT) • Contoh: [Ni(CN)4]2- • Berdasarkan asas energetika, tingkat energi kompleks ini paling rendah pada posisi tetrahedral. Fakta eksperimen membuktkan hal tersebut, dan bahwa kompleks bersifat diamagnetik. Sehingga struktur hibridisasinya adalah dsp2
  • 16. • [Fe(CN)6]3-; fakta eksperimen menunujukkan bahwa kompleks memiliki bentuk geometris octahedral dan paramagnetik Pembentukan senyawa kompleks dengan melibatkan proses eksitasi Teori Ikatan Valensi (VBT)
  • 17. Modifikasi Pauling VBT Prinsip Netralitas • kompleks akan paling stabil ketika elektronegativitas ligan akhirnya membuat logam mencapai muatan total yang cenderung netral. Inilah yang disebut prinsip netralitas [Be(H2O)4]2+ [Be(H2O)6]2+ [Al(H2O)6]2+ [Al(NH)3]2+ Be = -0.08 4O = -0.24 8H = 2.32 Be = -1.12 6O = -0.36 12H = 3.48 Al = -0.12 6O = -0.36 12 H = 3.48 Al = -1.08 6N = 1.20 18 H = 2.88 Total = + 2.00 Total = +2.00 Total = +3.00 Total = +3.00 Teori Ikatan Valensi (VBT) Lebih stabil Lebih stabil
  • 18. Modifikasi Pauling VBT • Backbonding • densitas elektron pada logam dikurangi melalui ikatan balik atau resonansi yang melibatkan pendonoran orbital d dari ion logam pada ligan. • penggunaan orbital p murni dari karbon (C) untuk menerima elektron d dari logam, yang menyebabkan orbital p atom karbon (C) ini tidak lagi dapat menyediakan ikatan phi dengan atom oksigen. Sehingga, orde ikatan dari C-O menurun sedangkan orde ikatan Ni-C meningkat. Teori Ikatan Valensi (VBT)
  • 19. Teori Ikatan Valensi (VBT) Kelemahan: • Tidak dapat memprediksi apakah kompleks dengan BK 4 akan tetrahedral ataukah planar • Tidak dapat menjelaskan mengapa kompleks Co3+ (d7) mempromosikan sebuah elektron dari d menuju ke p tetapi mudah lepas ketika reaksi kimia (reduktor yang kuat). Akan tetapi, Cu (III) justru merupakan oksidator yang kuat • Studi resonansi spin elektron menunjukkan bahwa pada Cu(II), elektron tidak berada di level 4p • Teori ikatan valensi tidak memprediksi beberapa distorsi pada kompleks padahal faktanya semua kompleks Cu(II) dan Ti(III) adalah terdistorsi • Teori ikatan valensi mengabaikan keadaan tereksitasi pada kompleks • Teori ikatan valensi tidak mencoba menjelaskan terjadinya warna pada kompleks • Teori ikatan valensi tidak memberikan detail informasi mengenai sifat magnet pada kompleks
  • 20. Dalam Teori Medan Kristal, berlaku beberapa anggapan berikut : • Ligan dianggap sebagai suatu titik muatan • Tidak ada interaksi antara orbital logam dengan orbital ligan • Orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan memiliki energi yang sama, akan tetapi, jika terbentuk kompleks, maka akan terjadi pemecahan tingkat energi orbital d tersebut akibat adanya tolakan dari elektron pada ligan, pemecahan tingkat energi orbital d ini tergantung orientasi arah orbital logam dengan arah datangnya ligan Ikatan pada Senyawa Koordinasi Teori Medan Kristal (CFT) Kelima orbital d tidak identik, dan dapat dibagi menjadi dua kelompok; orbital t2g dan eg. • Orbital-orbital t2g –dxy; dxz; dan dyz – memiliki bentuk yang sama dan memiliki orientasi arah di antara sumbu x, y, dan z. • Orbital-orbital eg –dx 2- y2 dan dz 2– memiliki bentuk yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu.
  • 21. Bentuk orbital d • Orbital dxy, dxz, dan dyz disebut dengan orbital t2g • Orbital dx2-y2 dan dz2 disebut dengan orbital eg • Perbedaan tingkat energi diantara dua kelompok orbital dinyatakan dengan 10Dq atau ∆0. • P (pair energy) adalah energi pemasangan spin elektron • Tingkat energi rata-rata 5 orbital d disebut barycenter • Energi yang terlibat pada penstabilan suatu kompleks disebut dengan energi penstabilan medan kristal (CFSE, Crystal Field Stabilization Energy)
  • 22. Kompleks Oktahedral • Pada kompleks oktahedral, logam berada di pusat oktahedron dengan ligan di setiap sudutnya. Teori Medan Ligan (CFT) • Akibatnya terjadi splitting, yakni kenaikan tingkat energi orbital t2g lebih tinggi dibanding kenaikan tingkat energi orbital eg
  • 23. Sifat Magnetik Kompleks Oktahedral • Besarnya harga ∆0 ditentukan oleh jenis ligan yang terikat dengan logam pusat. • Untuk ligan medan lemah (weak field ligand), perbedaan selisih energi antara orbital t2g dan eg yang terjadi dalam splitting sangat kecil, dengan demikian elektron-elektron akan mengisi kelima orbital tanpa berpasangan terlebih dahulu. Kompleks dengan ligan medan lemah semacam ini disebut sebagai kompleks spin tinggi (high spin complex). Teori Medan Ligan (CFT) Contoh: [Fe(H2O)6]3+ dan [Fe(CN)6]3- →paramagnetik Medan kuat Ion kompleks dengan spin rendah Medan lemah Ion kompleks dengan spin tinggi
  • 24. Sifat Magnetik Kompleks Oktahedral • Pada kompleks oktahedral, kompleks dengan atom yang sama dapat berada pada medan kuat dan medan lemah sehingga memiliki sifat magnetik yang berbeda Teori Medan Ligan (CFT) Contoh atom pusat Co3+: [CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+ Medan lemah, paramagnetik Medan kuat, diamagnetik
  • 25. Distorsi pada Kompleks Oktahedral • Jika elektron-elektron d dari logam tersusun/terdistribusi secara sistematis, maka elektron-elektron tersebut akan memberikan tolakan yang setara pada keenam ligan, sehingga kompleks merupakan suatu oktahedral sempurna. • Akan tetapi jika elektron d terdistribusi secara tidak merata dalam orbital (memiliki penataan yang asimetris), maka ada ligan yang mengalami gaya tolak yang lebih besar dibandingkan ligan yang lainnya. Dengan demikian struktur kompleks menjadi terdistorsi. Teori Medan Ligan (CFT)
  • 26. Distorsi Tetragonal pada Kompleks Oktahedral • Distorsi Jahn Teller • Apabila dua ligan searah dengan sumbu z dijauhkan atau didekatkan terhadap atom pusat maka kompleks yang ada dikatakan mengalami distorsi tetragonal. • Distorsi ini disebut distorsi tetragonal karena tidak mengubah luas bujur sangkar atau tetragonal pada sumbu x dan sumbu y. Teori Medan Ligan (CFT)
  • 27. • Gambar (a) Elongasi tetragonal yang terjadi pada suatu kompleks oktahedral. Dua ligan pada sumbu z menjauhi atom pusat. Disebut juga z-out • Gambar (b) Kompresi tetragonal. Dua ligan pada sumbu z mendekati atom pusat. Disebut juga z-in Distorsi Tetragonal pada Kompleks Oktahedral Teori Medan Ligan (CFT) perpanjangan pada sumbu z perpanjangan pada sumbu x dan y
  • 28. Kompleks Tetrahedral Teori Medan Ligan (CFT) Logam pusat Ligan Y X Y Z Struktur kompleks tetrahedral sebagai suatu kubus ∆E (∆t) • Pada kompleks tetrahedral, empat ligan mendekati atom pusat melalui pojok-pojok kubus. • Interaksi ligan dengan orbital e lebih kuat dibanding dengan orbital t2 • Akibatnya terjadi splitting, dimana kenaikan tingkat energi orbital eg lebih tinggi dibanding kenaikan tingkat energi orbital t2g
  • 29. • Karena interaksi tidak langsung antara empat ligan dengan orbital- orbital d atom pusat menyebabkan medan tetrahedral yang dihasilkan merupakan medan lemah. • Contoh: • [FeCl4]2- Kompleks Tetrahedral Teori Medan Ligan (CFT) Ion [FeCl4]2- berbentuk tetrahedral. Sifat paramagnetik
  • 30. Kompleks Bujur Sangkar • Kompleks bujur sangkar dapat dianggap sebagai turunan dari kompleks oktahedral. Kompleks ini terjadi apabila 2 buah ligan yang posisinya berlawanan sepanjang sumbu z dijauhkan dari atom pusat sampai jarak tak berhingga. Teori Medan Ligan (CFT)
  • 31. Kompleks bujur sangkar • semua orbital atom pusat yang mengandung komponen z yaitu orbital-orbital dxz, dyz, dan dz2 tingkat energinya berkurang atau mengalami penstabilan, relatif bila dibandingkan dengan tingkat energi pada medan oktahedral. Sebaliknya, orbital-orbital yang tidak memiliki komponen z yaitu orbital dxy dan dx2-y2 tingkat energinya bertambah atau mengalami pentidakstabilan • pada umumnya kompleks bujur sangkar memiliki medan kuat sehingga pemisahan energi dz2 dengan dx2-y2 adalah besar dan mengakibatkan kompleks spin rendah (low spin).
  • 32. • Contoh: Kompleks [Ni(CN)4]2- • Kompleks ini memiliki atom pusat Ni2+ dengan konfigurasi elektron Ni2+ = [Ar] 3d8. Kompleks ini berwarna kuning, memiliki struktur bujursangkar, bersifat diamagnetik. • Pada pengisian elektron ke orbital-orbital d, elektron kelima tidak ditempatkan pada orbital dx2-y2 karena harga 10Dq>P. Sifat diamagnetik adalah karena semua elektron pada orbital berpasangan. Kompleks Bujur Sangkar Teori Medan Ligan (CFT)
  • 33. Energi Penstabilan Medan Kristal • Pada simetri oktahedral bila elektron mengisi orbital t2g akan terjadi penstabilan dan bila mengisi orbital eg akan terjadi pentidakstabilan. Pentidakstabilan juga terjadi bila elektron-elektron dipasangkan pada suatu orbital. • Energi yang terlibat pada penstabilan suatu kompleks disebut energi penstabilan medan kristal (Crystal Field Stabilization Energy = CFSE). Teori Medan Ligan (CFT)
  • 34. Jari-jari atom pusat • Jika tidak ada CFSE yang menyebabkan pemisahan orbital d, maka jari-jari ion logam transisi akan turun perlahan-lahan dengan meningkatnya muatan inti efektif (z). Namun, karena pada kompleks terjadi pemisahan orbital d (menjadi t2g dan eg) maka jari-jari ion logam akan mengalami kenaikan atau penurunan bergantung pada penambahan elektron di orbital t2g ataukah di orbital eg. Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal Teori Medan Ligan (CFT)
  • 35. Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal Teori Medan Ligan (CFT) Entalpi hidrasi • Di dalam larutam dengan pelarut air, ion-ion logam transisi deret pertama dapat dianggap membentuk ion kompleks aqua dengan geometri oktahedral. • M2+ + 6H2O  [M(H2O)6]2+ ∆hydrasi < 0 • Semakin negatif harga ∆Hidrasi, maka semakin stabil kompleks yang dibentuk (semakin pendek jari-jari ion logam)
  • 36. Kestabilan kompleks dengan atom pusat memiliki biloks tertentu • Kestabilan kompleks dapat ditinjau dari harga potensial reduksinya. Dalam larutan Co (III) adalah tidak stabil jika direduksi menjadi Co (II). Meskipun ada beberapa energi yang terlibat, hal ini dapat dianggap karena tingginya energi ionisasi ke-3. Ion Co (II) tidak dapat dioksidasi menjadi Co (III) karena harga potensial reaksinya yang negatif. • Situasinya adalah berbeda jika ligannya merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan air, karena akan oksidasi Co2+ menjadi Co3+ menjadi lebih mudah. Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal Teori Medan Ligan (CFT)
  • 37. Mengapa ligan yang lebih kuat dapat menstabilkan kompleks Co3+ daripada Co2+? Faktanya: • Hal ini ditinjau dari nilai CFSE • Pada medan lemah, kompleks Co2+ adalah lebih stabil dibandingkan kompleks Co3+ • Pada medan kuat, kompleks Co3+ adalah lebih stabil dibandingkan kompleks Co2+ Aspek Medan lemah Medan kuat Konfigura si Co2+ t2g5 eg2 t2g6 eg1 Konfigura si Co3+ t2g4 eg2 t2g6 eg0 Nilai CFSE -8Dq + 2P; -4Dq + P -1,8Dq + 3P; -2,4Dq + 3P Fakta adanya Energi Penstabilan Medan Kristal Teori Medan Ligan (CFT)
  • 38. Faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan medan kristal 1. Muatan Atom Pusat • Bertambahnya muatan atom pusat akan menyebabkan gaya elektrostatik antara atompusat dan ligan- ligan menjadi semakin kuat sehingga ligan lebih tertarik ke atom pusat pula • peningkatan muatan atom pusat dari 2+ menjadi 3+ akan meningkatkan kekuatan medan kristal atau harga 10Dq sebesar 50%. 2. Jumlah ligan dan geometri dari kompleks • Semakin banyak jumlah ligan yang terikat pada atom pusat maka medan kristal yang timbul semakin kuat dan harga 10Dq akan semakin besar pula. Misalnya, 10Dq oktahedral adalah 2x Dq tetrahedral. Secara umum dapat dianggap bahwa ∆td = 4/9 ∆o Teori Medan Ligan (CFT)
  • 39. Faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan medan kristal Teori Medan Ligan (CFT) 3. Jenis ligan • Fajan dan Tsuchida berhasil membuat urutan relatif kekuatan beberapa ligan berdasarkan kemampuannya untuk menyebabkan pemecahan tingkat energi, yaitu: I-< Br- < S2-< SCN- < Cl- <N3- , F- < urea, OH- <ox2-, O2- C2O4 2- < H2O < NCS- < py < NH3 < en < bipy < o-phen < NO2- < CN- <CO 4. Jenis ion pusat • Dalam satu golongan ion bermuatan sama, kekuatan medan bertambah seiring meningkatnya interaksi ion pusat dengan ligan • Selain itu, besarnya 10Dq sebanding dengan muatan ionik atom pusat, sehingga pada jenis logam yang sama, ion Ru3+ akan memiliki harga 10Dq lebih besar daripada ion Ru2+
  • 40. Kelemahan CFT: • Medan yang ditimbulkan oleh ligan negatif seharusnya lebih kuat dibandingkan dengan medan yang ditimbulkan oleh ligan netral. • Ligan yang memiliki momen dipol lebih besar seharusnya menimbulkan medan yang lebih kuat dibandingkan dengan ligan yang momen dipolnya lebih kecil. • Senyawa kompleks dengan atom pusat memiliki bilangan oksidasi nol dan ligan netral seperti [Ni(CO)4] seharusnya tidak mungkin terbentuk karena tidak terjadi interaksi elektrostatis antara atom pusat dengan ligan- ligan. Dalam kenyataannya senyawa tersebut dapat terbentuk dan bersifat stabil. Teori Medan Ligan (CFT)
  • 41. • Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menyangkut baik interaksi elektrostatik maupun interaksi kovalen. Ikatan pada Senyawa Koordinasi Teori Orbital Molekul (MOT)
  • 42. MOT Kompleks Oktahedral [Co(NH3)6]3+ • Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion kompleks [Co(NH3)6]3+ memiliki bentuk oktahedral dan bersifat diamagnetik.
  • 43. MOT Kompleks Oktahedral [CoF6]3- • Fakta eksperimen menunjukkan bahwa ion kompleks [CoF6]3- memiliki bentuk oktahedral dan bersifat paramagnetik