Dokumen tersebut membahas tentang tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah longsor dengan menggunakan metode analisis, media geotekstil, dan cara alami. Metode analisis meliputi identifikasi lokasi rawan longsor dan faktor penyebab, sedangkan penggunaan geotekstil dan cara alami seperti penanaman tanaman, pembuatan saluran drainase, dan bangunan penahan material longsor. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa diperluk
1. TUGAS GEOTEKNIK TAMBANG
MENCEGAH LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ANALISIS, MEDIA GEOTEKSTIL, DAN CARA ALAMI
DISUSUN OLEH :
SYLVESTER SARAGIH DBD 111 0105
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2013
2. TUGAS :
1. Identifikasi tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah
longsor, dengan menggunakan:
a. Metode Analisis
b. Media Geoktekstil
- Video/Gambar
- Instalasi
c. Cara alami
JAWABAN:
1. a. Metode Analisis
Indentifikasi tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah longsor
dalam metode analisis adalah sebagai berikut :
1) Tahap persiapan berupa identifikasi lokasi yang mempunyai kondisi
eksisting rawan bencana.
2) Analisis data berupa penilaian terhadap beberapa kondisi berdasarkan
3) prinsip – prinsip pendekatan, metode dan teknik analisis.
4) Melakukan penanggulangan daerah rawan bencana sesuai dengan pola
5) curah hujan, konservasi lahan, drainase, dan lain-lain.
6) Melakukan identifikasi 2ocal2–2ocal2 penyebab bencana yang meliputi :
a. Identifikasi posisi jalur patahan
b. Analisa 2ocal2 kerapatan drainase
c. Analisa tingkat bahaya erosi
d. Analisa kawasan rawan longsor
e. Analisa kawasan rawan banjir
f. Analisa kawasan rawan gempa
g. Analisa kawasan rawan letusan gunung berapi
7) Penyusunan rencana dan pemetaan daerah rawan bencana.
3. 8) Melakukan tindakan pencegahan (preventif) terhadap kemungkinan terjadi
bencana.
9) Membuat rencana tindakan (mitigasi) yang diperlukan.
b. Media Geotekstil
Geotekstil adalah teknik pelapisan tanah untuk mencegah longsor dan
ambles. Untuk itu, digunakan lembar plastik atau polimer dari jenis poliester,
polipropilen, atau polietilen. Lapisan plastik ini berfungsi mencegah
kebocoran, mengalirkan air yang merembes ke dinding, dan mencegah
kebocoran.
Teknik pelapisan yang diperkenalkan Inggris tahun 1960-an ini
kemudian dikembangkan Jepang, terutama untuk meningkatkan kekuatan
bahan. Bila yang lama hanya dapat menahan beban 1-2 ton, geotekstil yang
baru dapat tahan sampai pembebanan 100 ton. Dari faktor biaya, pelapisan
dengan geotekstil 40 persen lebih murah dibandingkan dengan beton. Masa
pengerjaannya dapat dua kali lebih cepat. Penggunaan polimer dapat
mempertahankan bentuk alami sehingga tanggul di tepi sungai masih dapat
ditanami rumput setelah pelapisan. Ini berbeda dengan tanggul beton yang
keberadaannya menentang alam. Penanggulangan bencana longsor perlu
partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat setempat. Warga yang tinggal
di daerah rawan longsor perlu diberdayakan untuk mengenali gejala awal
longsor dan aktif memantau di lapangan sehingga antisipasi dini bisa
dilakukan.
Masyarakat lokal perlu dilatih untuk mengenali gejala awal terjadinya
tanah longsor seperti adanya retakan tanah di kawasan lereng. Munculnya
retakan di lereng biasanya sejajar arah tebing dan terjadi setelah hujan. Gejala
lain adalah munculnya mata air baru secara tiba-tiba. Pada tebing rapuh
4. ditandai kerikil yang mulai berjatuhan. Bila ditemukan kerusakan itu, mereka
perlu segera menutup dan memadatkan tanah.
Berikut gambar pencegahan longsor dengan menggunakan media geotekstil :
Gambar 1.1 Penguatan Lereng Pencegah Longsor Dengan Geotekstil
5. Gambar 1.2 Penggunaan geotekstil pencegah lumpur erosi lerengan
c. Cara alami
Indentifikasi tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah
longsor dalam cara alami adalah sebagai berikut :
1. Dengan cara vegetative yaitu mencegah air terakumulasi di atas bidang
luncur. Sangat dianjurkan menanam jenistanaman berakar dalam, dapat
menembus lapisan kedap air, mampu merembeskan air ke lapisan yang lebih
dalam, danmempunyai massa yang relatif ringan. Jenis tanaman yang dapat
dipilih di antaranya adalah sonokeling, akar wangi,flemingia, kayu manis,
kemiri, cengkeh, pala, petai, jengkol, melinjo, alpukat, kakao, kopi, teh, dan
kelengkeng.
2. Pendekatan mekanik dapat digunakan untuk mengendalikan longsor, sesuai
dengan kondisi topografi dan besarkecilnya tingkat bahaya longsor.
Pendekatan mekanis pengendalian longsor meliputi :
6. a. pembuatan saluran drainase (saluran pengelak, saluran penangkap,
saluran pembuangan),
b. pembuatan bangunan penahan material longsor,
c. pembuatan bangunan penguat dinding/tebing atau pengaman jurang, dan
d. pembuatan trap-trap terasering.
3. Membuat saluran drainase. Tujuan utama pembuatan saluran drainase
adalah untuk mencegah genangan denganmengalirkan air aliran permukaan,
sehingga kekuatan air mengalir tidak merusak tanah, tanaman, dan/atau
bangunankonservasi lainnya. Di areal rawan longsor, pembuatan saluran
drainase ditujukan untuk mengurangi laju infiltrasi danperkolasi, sehingga
tanah tidak terlalu jenuh air, sebagai faktor utama pemicu terjadinya
longsor. Bentuk saluran drainase,khususnya di lahan usahatani dapat
dibedakan menjadi:
a. Saluran pengelak,
b. saluran teras, dan
c. saluranpembuangan air, termasuk bangunan terjunan.
4. Membuat bangunan penahan material longsor. Konstruksi bangunan
penahan material longsor bergantung pada volume longsor. Jika longsor
termasuk kategori kecil, maka konstruksi bangunan penahan dapat
menggunakan bahanyang tersedia di tempat, misalnya bambu, batang dan
ranting kayu. Apabila longsor termasuk kategori besar, diperlukankonstruksi
bangunan beton penahan yang permanen. Beton penahan ini umumnya
dibangun di tebing jalan atau tebing sungai yang rawan longsor.
5. Membuat bangunan penguat tebing. Bangunan ini berguna untuk
memperkuat tebing-tebing yang rawan longsor,berupa konstruksi beton atau
susunan bronjong (susunan batu diikat kawat). Konstruksi bangunan
menggunakan perhitungan teknik sipil kering.
7. KESIMPULAN :
Bencana tanah longsor merupakan bencana alam yang sebagian besar faktor
penyebabnya adalah dari ulah manusia. Maka untuk menghindari atau
meminimalkan bencana tersebut haruslah dibuat suatu rancangan sistem
pengendalian yang memuat tentang penetapan dan penerapan peraturan zona
(zoning regulation), penerbitan izin pemanfaatan ruang, sanksi tegas dan
konsisten terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang dan penerapan
mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan perlindungan terhadap
kawasan rawan bencana longsor