Dokumen tersebut membahas tentang filariasis, penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing filaria. Dibahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, jenis, vektor, pengobatan dan prognosis penyakit ini. Vektor penular penyakit ini adalah beberapa jenis nyamuk. Pengobatan yang umum digunakan adalah diethylcarbamazine.
9. DEFINISIPenyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut
10. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. DEFINISI.........
12. lymphatic filariasis is "a parasitic disease caused by threadlike worms living in the human lymphatic system" The "threadlike worm" that can cause lymphatic filariasis is a blood-dwelling filarial nematode, also called a roundworm, from the aschelminth phyla There are 3 known species of the filarial nematode that can cause lymphatic filariasis: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi and Brugia timori.
13. 3 known species of the filarial nematode that can cause lymphatic filariasis Nuclei do not appear at the end of the tail, which is a major difference from other microfilariae Wuchereria bancrofti W. bancrofti is transmitted mainly by Anopheles
14. B. timori microfilaria are slightly larger than that of B. malayi. nuclei that extends to the tip of the tail Transmission of B. timori is by the Anopheles barbirostris Brugia malayi Brugia timori B. malayi is transmitted by Mansonia mosquitos However, the nuclei extends nearly to the tip of the tail
16. Epidemologi Salah Satu Penyebab Filariasis Brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965, yang ditularkan oleh vektor yaitu Anopheles barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.
20. Brugia timori ditularkan oleh An. barbirostris. Didalam tubuh nyamuk betina, mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform infektif, kemudian berpindah ke proboscis. Saat nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa. Patogenesis B. Timori
21.
22.
23. PATOGENESIS UMUM Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
24. Gejala Klinis Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa : Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
26. JENIS – JENIS FILARIASIS Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit),dan filariasis rongga serosa (serous cavity).
27. Filariasis limfatik Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini.
28. KETERANGAN B. timori diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin.
29. Filariasis subkutan Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit.
30. filariasis rongga serosa (serous cavity) Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
33. Vektor penular Vektor penular : Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular penyakit kaki gajah.
35. Vectors of Lymphatic Filariasis An Anopheles gambiae mosquito taking a blood meal. (CDC Photo)
36. Vectors of Lymphatic Filariasis Many species in the genera Anopheles can transmit the infective larvae that cause lymphatic filariasis. (CDC Photo)
37. Vectors of Lymphatic Filariasis Illustration of Culex quinquefasciatus, a vector of lymphatic filariasis. (CDC Photo)
38. Vectors of Lymphatic Filariasis Illustration of Culex; many species in the genera Culex can transmit the infective larvae that cause lymphatic filariasis. (CDC Photo)
39. Vectors of Lymphatic Filariasis An Aedes aegypti female mosquito taking a blood meal. (CDC Photo)
40. Vectors of Lymphatic Filariasis Many species in the genera Aedes can transmit the infective larvae that cause lymphatic filariasis. (CDC Photo)
42. Pengobatan dan Prognosis Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat kronis. Selain DEC, terdapat pula Ivermectin yang sampai sekarang harganya pun semakin murah. Diethilcarbamazyne (DEC, 6 mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat makro dan mikrofilarisidal merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan filariasis limfe aktif (mikrofilaremia, antigen positif, atau deteksi USG positif cacing dewasa). Meskipun albendazole (400 mg dua kali sehari selama 21 hari) juga mampu menunjukan efikasi yang baik.
43. Pengobatan dan Prognosis Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipake di beberapa negara Asia berbeda-beda. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat, bila dibandingkan dengan yang terdapat pada pengobatan filariasis bankrofti. Untuk pengobatan masal pemberian dosis standard dan dosis tunggal tidak dianjurkan. Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40 minggu) atau garam DEC 0,2 - 0,4 % selama 9 – 12 bulan. Pengobatan dengan iver mektin sama dengan pada filariasis bankrofti. Untuk mendapatkan hasil penyembuhan yang sempurna, pengobatan ini perlu diulang beberapa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala peradangan dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan DEC. Kadang elefantiasis dini dan beberapa kasus elefantiasis lanjut dapat diobati dengan DEC.
44. Pengobatan dan Prognosis Pada kasus yang masih bersifat subklinis ( hematuria, proteinuria, serta abnormalitas limfosintigrafi ) sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika sudah mikrofilaremia negatif, yakni ketika manifestasi cacing dewasa sudah terlihat, barulah DEC menjadi acuan obat utama.
45. Pengobatan dan Prognosis Pasien dengan limfedema positif pada ekstremitas patut mendapatkan fisioterapi khusus untuk limfedema atau dekongestif. Pasien mesti dididik untuk hidup bersih dan menjaga agar daerah yang membengkak tidak mengalami infeksi sekunder. Sementara itu hidrokel bisa dialirkan secara berulang atau dengan insisi pembedahan. Jika dilakukan dengan baik ditambah DEC yang teratur, sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa dikurangi hingga menjadi sangat minim.
48. Gandahusada, Srisasi,dkk. 2004. ParasitologiKedokteran. Jakarta : FKUI. Ed III. 2. Gracia, Lyne S.,Bruckner,David A.. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta:EGC 3. Suryanto, dr. Sp.PK. 2006. Sistem Hematologi & Limfatika. Yogyakarta : UMY http://www.cdc.gov/ncidod/dpd/parasites/lymphaticfilariasis/mosquitoes_lymphatic_filar.htm http://www.who.int/tdrold/research/progress9900/information/guidelines-filariasis.htm http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/11/18/07520677/pengobatan.massal.diteruskan http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/11/19/19355524/pemkab.bandung.gagal.jalankan.program.filariasis http://www.filariasis.org/ http://www.resep.web.id/kesehatan/filariasis-limfatik-kaki-gajah-di-indonesia.htm http://harmayamd.blogspot.com/2008/12/pengobatan-massal-filariasis.html http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Image:Filariasis_01.png&redirect=no&oldid=42594970 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/19/Filariasis_01.png http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=32&id=3 http://www.infopenyakit.com/2009/01/penyakit-kaki-gajah-filariasis-atau.html UNDP-World Bank-WHO-Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases: http://www.who.int/tdr/diseases/lymphfil/default.htm Beaty, B. J., and Marquardt, W. C. (Eds.) 1996. The Biology of Disease Vectors.Univ. of Colorado Press, Niwot, Colorado. Nutman, T. B. (Ed.). 2000. Lymphatic filariasis. Imperial College Press, London. http://www.bc.edu/schools/cas/biology/meta-elements/gif/filariasis.gif&imgrefurl=http://www.bc.edu/schools/cas/biology/research/infect/filariasis.html&usg= http://www.bmc.med.utoronto.ca/~marisabonofiglio/