SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
RANCANGAN

              PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                         NOMOR ... TAHUN .....
                             TENTANG
               PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN SOSIAL

                 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                      PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,



Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan Pasal
            17 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
            Jaminan Sosial Nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
            tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara
               Republik Indonesia Tahun 1945;
             2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
                Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
                2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
                Indonesia Nomor 4456);

                                MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
             Sosial.


                                     BAB I
                              KETENTUAN UMUM


                                    Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta,
   pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.
2. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan
   orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan sosial.
3. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial yang untuk selanjutnya disebut PBI
   adalah fakir miskin dan orang tidak mampu yang ditetapkan oleh menteri sebagai
   peserta program jaminan sosial.


                                       1
4. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disebut DJSN adalah dewan
   yang berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan
   SJSN dan bertanggungjawab kepada Presiden.
5. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang untuk selanjutnya disebut BPJS
   adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
   sosial.
6. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
   Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
   sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
   Indonesia Tahun 1945.
7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
   daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang sosial.


                                     BAB II
           PENDATAAN DAN PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN


                                     Pasal 2
(1) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai dasar
    untuk PBI secara nasional.
(2) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
    berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah.


                                     Pasal 3
(1) Menteri atas masukan Badan Pusat Statistik menetapkan pagu nasional PBI dan
    pagu untuk tiap provinsi, kabupten/kota sebagai dasar pengusulan alokasi
    anggaran oleh DJSN.
(2) Penetapan pagu nasional PBI oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1) dilakukan paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelum tahun anggaran baru
    dimulai.
(3) Berdasarkan pagu kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
    Bupati/Walikota melakukan pendataan PBI.
(4) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya memuat
    nama, Nomor Induk Kependudukan, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, dan
    pekerjaan.




                                        2
Pasal 4
(1) Peserta jaminan kesehatan yang mengalami pemutusan hubungan kerja dan
    setelah 6 (enam) bulan belum memperoleh pekerjaan dan tidak mampu,
    melaporkan data kepesertaan jaminan sosial kepada Bupati/Walikota di tempat
    tinggalnya, untuk didata sebagai PBI.
(2) Bupati/Walikota melakukan verifikasi dan validasi atas data yang dilaporkan
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Desa/Lurah dan kepada
    BPJS tempat peserta terdaftar.


                                     Pasal 5
Pemerintah Daerah dapat menambah PBI di atas pagu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1).


                                     Pasal 6
(1) Berdasarkan pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3),
    Bupati/Walikota menetapkan daftar PBI paling lambat 12 bulan sebelum tahun
    anggaran baru dimulai.
(2) Bupati/Walikota melaporkan daftar PBI di kabupaten/kota masing-masing
    kepada Gubernur untuk ditetapkan sebagai PBI provinsi paling lambat 11 bulan
    sebelum tahun anggaran baru dimulai.
(3) Daftar PBI provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada
    ayat (2) disampaikan kepada Menteri paling lambat 30 hari setelah ditetapkan.
(4) Daftar PBI di luar pagu nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
    ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.


                                     Pasal 7
Pemutakhiran pagu nasional PBI dilakukan setiap 3 (tiga) tahun oleh Menteri dengan
berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah.


                                     Pasal 8
(1) Kepala keluarga PBI wajib melaporkan kepada Kepala Desa/Lurah di tempat
    tinggalnya setiap perubahan data anggota keluarganya.
(2) Kepala Desa/Lurah wajib menyampaikan perubahan data sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati/Walikota secara berkala setiap bulan dan
    selanjutnya disampaikan kepada BPJS.
(3) Dalam hal diperlukan, Bupati/Walikota dapat melakukan verifikasi dan validasi
    terhadap perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

                                        3
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan perubahan data anggota
keluraga PBI dan verifikasi, serta validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
diatur dengan Peraturan Daerah.


                                      BAB III
                  PENDAFTARAN PENERIMA BANTUAN IURAN


                                     Pasal 10
(1) Menteri mendaftarkan PBI secara kolektif sebagai peserta program jaminan
    sosial kepada BPJS.
(2) Gubernur, Bupati/Walikota mendaftarkan PBI di atas pagu nasional secara
    kolektif sebagai peserta program jaminan sosial kepada Kantor BPJS setempat
    atau yang terdekat.
(3) Kantor BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menerbitkan
    kartu peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya
    pendaftaran.
(4) Kartu peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada
    Bupati/Walikota untuk diteruskan kepada masing-masing peserta di wilayahnya
    dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterima dari BPJS.


                                      BAB IV
                              PEMBAYARAN IURAN


                                     Pasal 11
DJSN setiap tahun mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi PBI kepada Menteri
Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) bulan sebelum tahun anggaran baru dimulai.


                                     Pasal 12
(1) Menteri Keuangan membayar iuran bagi PBI kepada BPJS paling kurang 3 (tiga)
    bulan dimuka melalui APBN sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
    berlaku.
(2) Gubernur, Bupati/Walikota membayar iuran bagi PBI kepada BPJS setiap 3 (tiga)
    bulan dimuka melalui APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
    berlaku.




                                         4
Pasal 13
(1) Kewajiban Pemerintah Daerah untuk urun iuran dalam pembayaran iuran bagi
    PBI ditetapkan berdasarkan kemampuan fiskal daerah.
(2) Proporsi urun iuran yang wajib dibayar oleh Pemerintah Daerah ditetapkan oleh
    Menteri Keuangan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
(3) Dalam hal Gubernur, Bupati/Walikota menambah PBI sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 5 ayat (4) wajib membayar iuran kepada BPJS.


                                     BAB V
                         PERAN SERTA MASYARAKAT


                                    Pasal 14
(1) Untuk menjamin ketepatan sasaran penerima bantuan iuran masyarkat dapat
   berperan serta dalam:
   a. mengawasi pelaksanaan pendataan dan pendaftaran PBI;
   b. mengajukan keberatan atas pelaksanaan pendataan dan pendaftaran PBI
      sebagai peserta program jaminan sosial;
   c. memperoleh informasi manfaat jaminan yang diterima dan kualitas
      pelayanan;
   d. melaporkan secara tertulis kepada pihak yang berwenang apabila terjadi
      penyimpangan atau kecurangan dalam pelaksanaan pendataan dan
      pendaftaran PBI sebagai peserta program jaminan sosial.
   e. memberikan data yang benar dan akurat untuk keperluan pendataan dan
      pendaftaran PBI;
   f.   membantu kelancaran pelaksanaan pendataan dan pendaftaran PBI;
   g. memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh pejabat yang
      berwenang,
   h. memberikan masukan untuk perbaikan
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
    melalui Unit Pengaduan Masyarakat di setiap pemerintah daerah.
(3) Pengaduan, usulan, dan/atau saran yang diterima dari masyarakat,
    ditindaklanjuti oleh Unit Pengaduan Masyarakat sesuai dengan peraturan
    perundangan yang berlaku.




                                        5
BAB VI
                            KETENTUAN PENUTUP


                                    Pasal 15
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.


                                        Ditetapkan di Jakarta
                                        Pada tanggal ...


                                            PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                                      tanda tangan

                                        DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal ...

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
        REPUBLIK INDONESIA,

                tanda tangan

             ANDI MATTALATTA



LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ..... NOMOR .....




                                        6
RANCANGAN

                          PENJELASAN PASAL
               PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                          NOMOR ... TAHUN .....
                              TENTANG
                   PENERIMA BANTUAN JAMINAN SOSIAL


I. UMUM

 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional di
 bentuk dengan pertimbangan utama untuk memberikan jaminan sosial yang
 menyeluruh bagi seluruh rakyat. Undang-undang menentukan lima jenis program
 jaminan sosial, yaitu jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
 jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk. Kepesertaan
 program jaminan sosial tersebut baru mencakup sebagian kecil masyarakat,
 sedangkan sebagian besar masyarakat belum memperoleh jaminan sosial yang
 memadai.

 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
 menentukan program jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa badan
 penyelenggara secara bertahap dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas,
 serta memberikan manfaat yang lebih baik bagi setiap peserta. Melalui pelaksanaan
 program jaminan sosial yang semakin luas, diharapkan seluruh penduduk dapat
 memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, termasuk mereka yang tergolong fakir
 miskin dan orang tidak mampu.

 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
 Pasal 14 ayat (1) menentukan bahwa “Pemerintah secara bertahap mendaftarkan
 penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan
 Sosial, sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti”.

 Kemudian dalam Pasal 17 ayat (4) ditentukan bahwa “Iuran program jaminan sosial
 bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah”. Pada ayat
 (5) ditentukan bahwa “Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat
 (4) dibayar oleh Pemerintah untuk program jaminan kesehatan”. Selanjutnya pada
 ayat (6) ditentukan bahwa “Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
 ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah”.

 Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 17 ayat (5) yunto Pasal 21 ayat (1), iuran
 program jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu dibayar oleh
 Pemerintah.

 Sehubungan dengan pertimbangan tersebut di atas, perlu ditetapkan Peraturan
 Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial. Ruang lingkup
 Peraturan Pemerintah ini hanya mencakup program jaminan kesehatan yang pada
 pokoknya mengatur:


                                          7
1.   Ketentuan Umum yang memuat pengertian beberapa istilah;
  2.   Pendataan dan Penetapan Penerima Bantuan Iuran;
  3.   Pendaftaran Penerima Bantuan Iuran;
  4.   Pembayaran Iuran;
  5.   Peran Serta Masyarakat.


II. PASAL DEMI PASAL

  Pasal 1
      Cukup jelas.

  Pasal 2
      Cukup jelas.

  Pasal 3
      Ayat (1)
         Cukup jelas.

        Ayat (2)
          Cukup jelas.

        Ayat (3)
          Pendatan keluarga PBI mencakup keluarga atau perorangan yang tinggal di
          Panti Asuhan, Panti Jompo, panti sosial lainnya, dan penduduk terlantar.

        Ayat (4)
          Nomor Induk Kependudukan dalam ketentuan ini diatur berdasarkan Undang-
          Undang mengenai administrasi kependudukan.

  Pasal 4
      Ayat (1)
         Cukup jelas.

  Ayat (2)
         Verifikasi dan validasi kepada Kepala Desa/Lurah adalah terhadap kondisi
         ekonomi/status kemiskinan peserta. Sedangkan verifikasi dan validasi
         kepada BPJS adalah terhadap pemutusan status kepesertaan.

  Pasal 5
      Cukup jelas.

  Pasal 6
      Cukup jelas.

  Pasal 7
      Cukup jelas.


                                          8
Pasal 8
    Ayat (1)
       Yang dimaksud dengan perubahan data adalah penambahan atau
       pengurangan anggota keluarga dan perubahan kondisi ekonomi/status
       kemiskinan.

    Ayat (2)
      Cukup jelas.

    Ayat (3)
      Cukup jelas.

Pasal 9
    Cukup jelas.

Pasal 10
    Ayat (1)
       Yang dimaksud pendaftaran PBI secara kolektif adalah mendaftarkan jumlah
       besaran data nasional peserta untuk program jaminan sosial yang
       bersangkutan.

    Ayat (2)
      Yang dimaksud dengan Kantor BPJS setempat adalah Kantor BPJS yang
      mempunyai wilayah kerja di Provinsi atau Kabupaten/Kota yang
      bersangkutan.
      Yang dimaksud dengan Kantor BPJS terdekat adalah Kantor BPJS yang
      mempunyai wilayah kerja yang terdekat dengan Provinsi atau
      Kabupaten/Kota yang bersangkutan

    Ayat (3)
      Cukup jelas.

    Ayat (4)
      Cukup jelas.

Pasal 11
    Cukup jelas.

Pasal 12
    Cukup jelas.

Pasal 13
    Cukup jelas.

Pasal 14
    Ayat (1)



                                      9
Yang dimaksud dengan masyarakat adalah perorangan atau organisasi
      kemasyarakatan.

    Ayat (2)
      Cukup jelas.

    Ayat (3)
      Cukup jelas.

Pasal 15
    Cukup jelas.



TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR .....




                                  10

More Related Content

What's hot

Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Winarto Winartoap
 
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosialUndang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Yusbaimbang Bilabora
 
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaanPp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Winarto Winartoap
 
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJSUU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
M Ungang
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997
khairu_zikri
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003
khairu_zikri
 

What's hot (19)

Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
Pp 33 th 2015 pokok pensiun 2015
 
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DDContoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
 
Uu sjsn
Uu sjsnUu sjsn
Uu sjsn
 
Jaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jp
Jaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jpJaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jp
Jaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jp
 
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosialUndang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
 
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSNUndang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
 
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaanPp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
Pp 37 th 2015 tunjangan perintis kemerdekaan
 
Perda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatan
Perda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatanPerda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatan
Perda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatan
 
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJSUU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
 
Permendesa Nomor 6 tahun 2020
Permendesa Nomor 6 tahun 2020 Permendesa Nomor 6 tahun 2020
Permendesa Nomor 6 tahun 2020
 
Pelayanan administrasi kependudukan
Pelayanan administrasi kependudukan Pelayanan administrasi kependudukan
Pelayanan administrasi kependudukan
 
No. 4 Tentang pedoman umum penyaluran bantuan hibah
No. 4 Tentang pedoman umum penyaluran bantuan hibahNo. 4 Tentang pedoman umum penyaluran bantuan hibah
No. 4 Tentang pedoman umum penyaluran bantuan hibah
 
Hibah dan bansos
Hibah dan bansosHibah dan bansos
Hibah dan bansos
 
Hibah Bansos
Hibah BansosHibah Bansos
Hibah Bansos
 
Perbup no 24 tahun 2020 (salinan)
Perbup no 24 tahun 2020 (salinan)Perbup no 24 tahun 2020 (salinan)
Perbup no 24 tahun 2020 (salinan)
 
780
780780
780
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2. TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ...
 

Viewers also liked

Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011
M Ungang
 
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politikUu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
M Ungang
 
UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilu
UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan  pemilu UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan  pemilu
UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilu
M Ungang
 
Uu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPD
Uu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPDUu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPD
Uu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPD
Pipit Apriani
 
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai PolitikPresentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
M Ungang
 
1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
Ir. Zakaria, M.M
 

Viewers also liked (7)

Permennakertrans No. 24 Th 2006
Permennakertrans No. 24 Th 2006Permennakertrans No. 24 Th 2006
Permennakertrans No. 24 Th 2006
 
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011 Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011
Pedoman pelaksanaan jamkesmas 2011
 
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politikUu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
 
UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilu
UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan  pemilu UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan  pemilu
UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilu
 
Uu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPD
Uu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPDUu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPD
Uu nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif dan DPD
 
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai PolitikPresentase UU No. 2  Tahun 2011 tentang Partai Politik
Presentase UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik
 
1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
1. uu nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
 

Similar to RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial

Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013
IdnJournal
 
PERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdf
PERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdfPERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdf
PERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdf
pepensupendie1
 
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Herry Abi
 
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerahPp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
mas_kus
 
pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...
pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...
pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...
nyenyedok
 

Similar to RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial (20)

Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013
 
PERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdf
PERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdfPERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdf
PERMENSOS NO 11 TAHUN 2018 TTG PENYALURAN BPNT.pdf
 
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada DaerahPeraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
 
057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah
 
057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah
 
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
Pmk no. 43_ttg_standar_pelayanan_minimal_bidang_kesehatan_.pdf-1629379133
 
Uuri no 43
Uuri no 43Uuri no 43
Uuri no 43
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
 
Permenkes 43
Permenkes 43Permenkes 43
Permenkes 43
 
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spm
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spmPermenkes 43 tahun 2016 tentang spm
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spm
 
Spm kesehatan 2016
Spm kesehatan 2016Spm kesehatan 2016
Spm kesehatan 2016
 
Uud 43 2016
Uud 43 2016Uud 43 2016
Uud 43 2016
 
PPno 2 2012
PPno 2  2012PPno 2  2012
PPno 2 2012
 
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerahPp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
 
PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017
PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017
PERMENKEU NO. 77/PMK.05/2017
 
58d486f010a3f067108647(1)
58d486f010a3f067108647(1)58d486f010a3f067108647(1)
58d486f010a3f067108647(1)
 
Pengertian Jamkeswatch KSPI
Pengertian Jamkeswatch KSPIPengertian Jamkeswatch KSPI
Pengertian Jamkeswatch KSPI
 
pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...
pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...
pp-no-49-tahun-2023.pdf tentang jaminan kesehatan bagi tenaga kerja_BPJS kete...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
PERKADES BLT 2021.docx
PERKADES BLT 2021.docxPERKADES BLT 2021.docx
PERKADES BLT 2021.docx
 

More from M Ungang (7)

Presentation bapilu pks ntb rev ii
Presentation bapilu pks ntb rev iiPresentation bapilu pks ntb rev ii
Presentation bapilu pks ntb rev ii
 
Paparan ditjen bina bangda kemendagri
Paparan ditjen bina bangda kemendagriPaparan ditjen bina bangda kemendagri
Paparan ditjen bina bangda kemendagri
 
Paparan ditjen bina bangda kemendagri
Paparan ditjen bina bangda kemendagriPaparan ditjen bina bangda kemendagri
Paparan ditjen bina bangda kemendagri
 
Jamsostek universal 2011 (pt. jamsostek)
Jamsostek universal 2011 (pt. jamsostek) Jamsostek universal 2011 (pt. jamsostek)
Jamsostek universal 2011 (pt. jamsostek)
 
Kebijakan jamsostek (disnakertrans)
Kebijakan jamsostek (disnakertrans)Kebijakan jamsostek (disnakertrans)
Kebijakan jamsostek (disnakertrans)
 
Askesos (workshop 29 09-2011
Askesos (workshop 29 09-2011Askesos (workshop 29 09-2011
Askesos (workshop 29 09-2011
 
Jaminan sosial bagi sektor informal (materi worshop boan)
Jaminan sosial bagi sektor informal (materi worshop boan)Jaminan sosial bagi sektor informal (materi worshop boan)
Jaminan sosial bagi sektor informal (materi worshop boan)
 

RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial

  • 1. RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ..... TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); MEMUTUSKAN: Menetapkan : Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah. 2. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan sosial. 3. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial yang untuk selanjutnya disebut PBI adalah fakir miskin dan orang tidak mampu yang ditetapkan oleh menteri sebagai peserta program jaminan sosial. 1
  • 2. 4. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disebut DJSN adalah dewan yang berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN dan bertanggungjawab kepada Presiden. 5. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang untuk selanjutnya disebut BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. 6. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah. 8. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang sosial. BAB II PENDATAAN DAN PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN Pasal 2 (1) Menteri menetapkan kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai dasar untuk PBI secara nasional. (2) Dalam menetapkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah. Pasal 3 (1) Menteri atas masukan Badan Pusat Statistik menetapkan pagu nasional PBI dan pagu untuk tiap provinsi, kabupten/kota sebagai dasar pengusulan alokasi anggaran oleh DJSN. (2) Penetapan pagu nasional PBI oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelum tahun anggaran baru dimulai. (3) Berdasarkan pagu kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati/Walikota melakukan pendataan PBI. (4) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya memuat nama, Nomor Induk Kependudukan, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan. 2
  • 3. Pasal 4 (1) Peserta jaminan kesehatan yang mengalami pemutusan hubungan kerja dan setelah 6 (enam) bulan belum memperoleh pekerjaan dan tidak mampu, melaporkan data kepesertaan jaminan sosial kepada Bupati/Walikota di tempat tinggalnya, untuk didata sebagai PBI. (2) Bupati/Walikota melakukan verifikasi dan validasi atas data yang dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Desa/Lurah dan kepada BPJS tempat peserta terdaftar. Pasal 5 Pemerintah Daerah dapat menambah PBI di atas pagu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). Pasal 6 (1) Berdasarkan pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), Bupati/Walikota menetapkan daftar PBI paling lambat 12 bulan sebelum tahun anggaran baru dimulai. (2) Bupati/Walikota melaporkan daftar PBI di kabupaten/kota masing-masing kepada Gubernur untuk ditetapkan sebagai PBI provinsi paling lambat 11 bulan sebelum tahun anggaran baru dimulai. (3) Daftar PBI provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Menteri paling lambat 30 hari setelah ditetapkan. (4) Daftar PBI di luar pagu nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota. Pasal 7 Pemutakhiran pagu nasional PBI dilakukan setiap 3 (tiga) tahun oleh Menteri dengan berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah. Pasal 8 (1) Kepala keluarga PBI wajib melaporkan kepada Kepala Desa/Lurah di tempat tinggalnya setiap perubahan data anggota keluarganya. (2) Kepala Desa/Lurah wajib menyampaikan perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati/Walikota secara berkala setiap bulan dan selanjutnya disampaikan kepada BPJS. (3) Dalam hal diperlukan, Bupati/Walikota dapat melakukan verifikasi dan validasi terhadap perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (2). 3
  • 4. Pasal 9 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan perubahan data anggota keluraga PBI dan verifikasi, serta validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diatur dengan Peraturan Daerah. BAB III PENDAFTARAN PENERIMA BANTUAN IURAN Pasal 10 (1) Menteri mendaftarkan PBI secara kolektif sebagai peserta program jaminan sosial kepada BPJS. (2) Gubernur, Bupati/Walikota mendaftarkan PBI di atas pagu nasional secara kolektif sebagai peserta program jaminan sosial kepada Kantor BPJS setempat atau yang terdekat. (3) Kantor BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menerbitkan kartu peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya pendaftaran. (4) Kartu peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk diteruskan kepada masing-masing peserta di wilayahnya dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterima dari BPJS. BAB IV PEMBAYARAN IURAN Pasal 11 DJSN setiap tahun mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi PBI kepada Menteri Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) bulan sebelum tahun anggaran baru dimulai. Pasal 12 (1) Menteri Keuangan membayar iuran bagi PBI kepada BPJS paling kurang 3 (tiga) bulan dimuka melalui APBN sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Gubernur, Bupati/Walikota membayar iuran bagi PBI kepada BPJS setiap 3 (tiga) bulan dimuka melalui APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4
  • 5. Pasal 13 (1) Kewajiban Pemerintah Daerah untuk urun iuran dalam pembayaran iuran bagi PBI ditetapkan berdasarkan kemampuan fiskal daerah. (2) Proporsi urun iuran yang wajib dibayar oleh Pemerintah Daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. (3) Dalam hal Gubernur, Bupati/Walikota menambah PBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) wajib membayar iuran kepada BPJS. BAB V PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 14 (1) Untuk menjamin ketepatan sasaran penerima bantuan iuran masyarkat dapat berperan serta dalam: a. mengawasi pelaksanaan pendataan dan pendaftaran PBI; b. mengajukan keberatan atas pelaksanaan pendataan dan pendaftaran PBI sebagai peserta program jaminan sosial; c. memperoleh informasi manfaat jaminan yang diterima dan kualitas pelayanan; d. melaporkan secara tertulis kepada pihak yang berwenang apabila terjadi penyimpangan atau kecurangan dalam pelaksanaan pendataan dan pendaftaran PBI sebagai peserta program jaminan sosial. e. memberikan data yang benar dan akurat untuk keperluan pendataan dan pendaftaran PBI; f. membantu kelancaran pelaksanaan pendataan dan pendaftaran PBI; g. memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh pejabat yang berwenang, h. memberikan masukan untuk perbaikan (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui Unit Pengaduan Masyarakat di setiap pemerintah daerah. (3) Pengaduan, usulan, dan/atau saran yang diterima dari masyarakat, ditindaklanjuti oleh Unit Pengaduan Masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 5
  • 6. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, tanda tangan DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal ... MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, tanda tangan ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ..... NOMOR ..... 6
  • 7. RANCANGAN PENJELASAN PASAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ..... TENTANG PENERIMA BANTUAN JAMINAN SOSIAL I. UMUM Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional di bentuk dengan pertimbangan utama untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh rakyat. Undang-undang menentukan lima jenis program jaminan sosial, yaitu jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk. Kepesertaan program jaminan sosial tersebut baru mencakup sebagian kecil masyarakat, sedangkan sebagian besar masyarakat belum memperoleh jaminan sosial yang memadai. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menentukan program jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa badan penyelenggara secara bertahap dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas, serta memberikan manfaat yang lebih baik bagi setiap peserta. Melalui pelaksanaan program jaminan sosial yang semakin luas, diharapkan seluruh penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, termasuk mereka yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 14 ayat (1) menentukan bahwa “Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti”. Kemudian dalam Pasal 17 ayat (4) ditentukan bahwa “Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah”. Pada ayat (5) ditentukan bahwa “Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayar oleh Pemerintah untuk program jaminan kesehatan”. Selanjutnya pada ayat (6) ditentukan bahwa “Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah”. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 17 ayat (5) yunto Pasal 21 ayat (1), iuran program jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah. Sehubungan dengan pertimbangan tersebut di atas, perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini hanya mencakup program jaminan kesehatan yang pada pokoknya mengatur: 7
  • 8. 1. Ketentuan Umum yang memuat pengertian beberapa istilah; 2. Pendataan dan Penetapan Penerima Bantuan Iuran; 3. Pendaftaran Penerima Bantuan Iuran; 4. Pembayaran Iuran; 5. Peran Serta Masyarakat. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Pendatan keluarga PBI mencakup keluarga atau perorangan yang tinggal di Panti Asuhan, Panti Jompo, panti sosial lainnya, dan penduduk terlantar. Ayat (4) Nomor Induk Kependudukan dalam ketentuan ini diatur berdasarkan Undang- Undang mengenai administrasi kependudukan. Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Verifikasi dan validasi kepada Kepala Desa/Lurah adalah terhadap kondisi ekonomi/status kemiskinan peserta. Sedangkan verifikasi dan validasi kepada BPJS adalah terhadap pemutusan status kepesertaan. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. 8
  • 9. Pasal 8 Ayat (1) Yang dimaksud dengan perubahan data adalah penambahan atau pengurangan anggota keluarga dan perubahan kondisi ekonomi/status kemiskinan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Yang dimaksud pendaftaran PBI secara kolektif adalah mendaftarkan jumlah besaran data nasional peserta untuk program jaminan sosial yang bersangkutan. Ayat (2) Yang dimaksud dengan Kantor BPJS setempat adalah Kantor BPJS yang mempunyai wilayah kerja di Provinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan Kantor BPJS terdekat adalah Kantor BPJS yang mempunyai wilayah kerja yang terdekat dengan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Ayat (1) 9
  • 10. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah perorangan atau organisasi kemasyarakatan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ..... 10