SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN DAN
PEMBAYARAN DENDA AKIBAT KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17, Pasal 17A
dan Pasal 17A. 1 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan, perlu ditetapkan Peraturan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan tentang Tata
Cara Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dan
Pembayaran Denda Akibat Keterlambatan Pembayaran
Iuran Jaminan Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456);
- 2-
Menetapkan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5256);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 62);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24/P
Tahun 2016 tentang Pengangkatan Dewan Pengawas
dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Masa Jabatan Tahun 2016-2021;
MEMUTUSKAN:
: PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN IURAN
JAMINAN KESEHATAN DAN PEMBAYARAN DENDA AKIBAT
KETERLAMBATAN PEMBAYARAN IURAN JAMINAN
KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah
- 3-
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang
selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan.
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekeija paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
4. Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang
yang dibayar secara teratur oleh Peserta, Pemberi
Keija, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan.
5. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang
selanjutnya disingkat PBI Jaminan Kesehatan
adalah fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagai Peserta program Jaminan Kesehatan.
6. Pekerja adalah setiap orang yang bekeija dengan
menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.
7. Pekerja Penerima Upah adalah setiap orang yang
bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima gaji
atau upah.
8. Pekerja Bukan Penerima Upah adalah setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.
9. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha,
badan hukum atau badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lainnya.
10. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan
dibayar menurut suatu perjanjian keija, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk
- 1
- 4-
tunjangan bagi Pekeija dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
11. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau Masyarakat.
12. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang
selanjutnya disingkat FKRTL adalah fasilitas
kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau
subspesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat
lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap
di ruang perawatan khusus.
13. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah
Pegawai Tidak Tetap, Pegawai Honorer, Staf
Khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah.
14. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
15. P em erin tah D aerah a d alah G u bern u r, B upati, atau
Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
16. Virtual Account adalah nomor rekening virtual yang
disediakan oleh BPJS Kesehatan untuk entitas dan
perorangan sebagai rekening tujuan dalam
pembayaran iuran Jaminan Kesehatan.
17. Payment Point Online Bank yang selanjutnya disingkat
PPOB adalah kanal pembayaran iuran Peserta yang
- 5-
disediakan oleh BPJS Kesehatan sebagai alternatif
pembayaran selain di bank.
18. Dokter Penanggung Jawab Pasien yang selanjutnya
disingkat DPJP adalah dokter yang bertugas mengelola
rangkaian asuhan medis pasien pada saat
mendapatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan.
Pasal 2
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya
ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu
jumlah nominal tertentu.
BAB II
TATA CARA PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dilakukan oleh:
a. Pemerintah bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan;
b. Pemerintah Daerah bagi penduduk yang didaftarkan
oleh Pemerintah Daerah;
c. Pemberi Kerja dan Pekeija bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah; dan
d. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta bagi
Peserta Pekerja liukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d tidak berlaku bagi:
a. penerima pensiun dari segmen:
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak
pensiun;
2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti
dengan hak pensiun;
- 6-
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak
pensiun; dan
4) janda, duda, atau anak yatim piatu dari
penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b, dan huruf c yang mendapat
hak pensiun.
b. Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
(3) Pembayaran iuran bagi Peserta sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Pemerintah
dan penerima pensiun.
Bagian Kedua
Tata Cara Pembayaran Iuran
Paragraf Kesatu
Iuran PBI Jaminan Kesehatan
Pasal 4
(1) Iuran Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dibayarkan
setiap bulan oleh Menteri Kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam menagihkan iuran PeserLa PBI Jaminan
Kesehatan setiap bulan, BPJS Kesehatan
menyampaikan surat tagihan dana iuran PBI kepada
Kementerian Kesehatan dengan dilampiri:
a. daftar perhitungan dana iuran PBI Jaminan
Kesehatan;
b. kuitansi/tanda terima; dan
c. surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang
ditandatangani oleh Pejabat BPJS Kesehatan.
(3) Berdasarkan surat tagihan dana iuran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Kementerian Kesehatan
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk
- 7-
mencairkan dana iuran PBI Jaminan Kesehatan
kepada BPJS Kesehatan.
(4) BPJS Kesehatan bertanggung jawab sepenuhnya atas
penggunaaan dana iuran PBI Jaminan Kesehatan yang
diterimanya.
(5) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) diaudit oleh auditor independen.
(6) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
disampaikan kepada Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Keuangan.
(7) Ketentuan teknis mengenai tata cara penyediaan,
pencairan dan pertanggungjawaban dana iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf Kedua
Iuran Penduduk yang Didaftarkan Oleh Pemerintah
Daerah
Pasal 5
(1) Iuran Peserta Penduduk yang didaftarkan oleh
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf b dibayarkan oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Tata cara pembayaran iuran Peserta Penduduk yang
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perianiian
keijasama antara BPJS Kesehatan dengan Pemerintah
Daerah dengan mengacu pada ketentuan terkait
anggaran keuangan daerah.
- 8-
Paragraf Ketiga
Iuran Pekerja Penerima Upah
Pasal 6
(1) Pemberi Keija wajib memungut iuran dari
Pekerjanya, membayar iuran yang menjadi tanggung
jawabnya, dan menyetor iuran tersebut kepada
BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
setiap bulan.
(2) Pemberi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Pemberi Keija penyelenggara negara; dan
b. Pemberi Kerja selain penyelenggara negara.
(3) Pemberi Keija penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. Pemerintah; dan
b. Pemerintah Daerah.
(4) Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, membayarkan iuran jaminan kesehatan
Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota TNI, Anggota Polri,
Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerinlah Nun Pegawai
Negeri Pusat.
(5) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b, membayarkan iuran jaminan kesehatan
bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan
dan anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Daerah.
Pasal 7
(1) BPJS Kesehatan menyampaikan tagihan iuran Peserta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) kepada
Pemerintah setiap bulan.
(2) Iuran Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (4) disetorkan melalui rekening kas negara
kepada BPJS Kesehatan setiap bulan.
- 9-
(3) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
rekonsiliasi data dengan Kementerian Keuangan.
(4) Rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat.
(3) dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan.
(5) Dalam hal hasil rekonsiliasi data sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terjadi kurung atau lebih
pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada
pembayaran iuran berikutnya.
Pasal 8
(1) BPJS Kesehatan menyampaikan tagihan iuran Peserta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) kepada
Pemerintah Daerah setia]) bulan.
(2) Pemerintah Daerah menyetorkan iuran Peserta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5)
melalui rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan
setiap bulan.
(3) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
rekonsiliasi data dengan Pemerintah Daerah.
(4) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan.
(5) Berdasarkan hasil rekonsiliasi data sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terjadi kurang atau lebih
pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada
pembayaran iuran berikutnya.
Pasal 9
Tata cara penghitungan, penyediaan, pencairan dan
pertanggungjawaban dana iuran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 dan Pasal 8 mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan yang berlaku.
- 10-
Pasal 10
(1) Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib
memungut iuran dari Pekerjanya, membayar iuran
yang menjadi tanggung jawabnya, dan menyetor iuran
tersebut kepada BPJS Kesehatan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) BPJS Kesehatan mengirimkan tagihan dan kewajiban
pembayaran kepada Pemberi Kerja selain
penyelenggara negara berupa lembar tagihan melalui
email dan/atau diakses melalui aplikasi online yang
disediakan BPJS Kesehatan.
(3) Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui nomor
Virtual Account.
(4) Iuran Jaminan Kesehatan dapat dibayarkan untuk
lebih dari 1 (satu) bulan yang dilakukan di awal.
(5) Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(0) BPJS Kesehatan mengirimkan pemberitahuan melalui
email kepada Pemberi Kerja yang telah melakukan
pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan.
Paragraf Keempat
Iuran Anggota Keluarga Yang Lain
Pasal 11
(1) Setiap Peserta dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain yang menjadi tanggungannya
dengan penambahan iuran.
(2) Anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), yaitu anak ke-4 dan seterusnya, ayah,
ibu, dan mertua.
- 11-
Pasal 12
(1) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota
keluarga yang lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 dari Peserta Pekerja Penerima Upah
ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari Gaji atau
Upah Peserta Pekerja Penerima Upah per orang per
bulan.
(2) Pembayaran iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota
keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diawali dengan pemberian surat kuasa dari Pekeija
kepada Pemberi Kerja untuk melakukan pemotongan
tambahan iuran dan menyetorkan kepada BPJS
Kesehatan melalui nomor Virtual Account.
Paragraf Kelima
Iuran Peserta Pekeija Bukan Penerima Upah dan
Peserta Bukan Pekeija
Pasal 13
(1) Peserta Pekeija Bukan Penerima Upah membayar
Iuran Jaminan Kesehatan bagi dirinya beserta
anggota keluarganya dan menyetorkannya kepada
BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
setiap bulan.
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui nomor Virtual Account yang
diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat pendaftaran.
(3) Iuran Jaminan Kesehatan dapat dibayarkan untuk
lebih dari 1 (satu) bulan yang dilakukan di awal.
Pasal 14
(1) Iuran Peserta Bukan Pekeija yang berasal dari
penerima pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) dibayar oleh pihak ketiga pembayar pensiun.
- 12-
(2) Pihak ketiga pembayar pensiun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyetorkan Iuran Jaminan
Kesehatan kepada BPJS Kesehatan melalui rekening
kas negara paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan.
(3) Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berasal dari:
a. pemotongan uang pensiun oleh pihak ketiga
pembayar pensiun dari Penerima Pensiun; dan
b. setoran iuran yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah.
(4) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
rekonsiliasi data dengan Kementerian Keuangan dan
pihak ketiga pembayar pensiun.
(5) Rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan.
(6) Dalam hal hasil rekonsiliasi data sebaguimanu
dimaksud pada ayat (5) terjadi kurang atau lebih
pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada
pembayaran iuran berikutnya.
(7) Tata cara penyediaan, pencairan dan
pertanggungjawaban dana iuran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayaL (2) mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 15
(1) Peserta Bukan Pekeija selain penerima pensiun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atau
pihak lain atas nama Peserta, membayar Iuran
Jaminan Kesehatan bagi Peserta Bukan Pekerja
kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan.
- 13-
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui nomor Virtual Account yang
diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat
pendaftaran.
(3) Turan Jaminan Kesehatan dapat dibayarkan untuk
lebih dari 1 (satu) bulan yang dilakukan di awal.
Bagian Ketiga
Kanal Pembayaran
Pasal 16
(1) BPJS Kesehatan dalam memungut, mengumpulkan,
menagih dan menerima Iuran Jaminan Kesehatan
dapat bekcijasama dengan pihak lain sebagai penyedia
kanal pembayaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Kcrjasama dalam memungut, mengumpulkan,
menagih dan menerima Iuran Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam perjanjian keija sama.
(3) Pihak lain sebagai penyedia kanal pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan dan diumumkan di media massa.
Pasal 17
(1) Kanal pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dapat
berupa:
a. Perbankan; atau
b. Non Perbankan.
(2) Kanal perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berupa layanan moda pembayaran:
a. ATM (Automatic Teller Machine);
b. EDC (Eletronic Data Capture);
c. Autodebet;
d. Teller,
e. SMS Banking; atau
-1
- 14-
f. Internet Banking.
(3) Kanal non Perbankan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dapat dilakukan melalui sistim PPOB.
Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pendaftaran,
persyaratan dan pemilihan kanal pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 dan Pasal 17 diatur dengan Peraturan Direksi.
BAB III
TATA CARA PEMBAYARAN TUNGGAKAN IURAN DAN DENDA
IURAN JAMTNAN KESEHATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Peserta dan Pemberi Keija, wajib membayar Iuran
Jaminan Kesehatan kepada BP.IS Kesehatan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Dalam hal terdapat keterlambatan pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan lebih dari 1 (satu) bulan sejak
tanggal 10 (sepuluh) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), penjaminan Peserta diberhentikan sementara.
(3) Pemberhentian sementara penjaminan Peserta
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir dan
status kepesertaan aktif kembali apabila Peserta;
a. membayar iuran bulan tertunggak paling banyak
untuk waktu 12 (dua belas) bulan; dan
b. membayar iuran pada bulan saat Peserta ingin
mengakhiri pemberhentian sementara jaminan.
(4) Dalam hal Pemberi Keija belum membayarkan Iuran
Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan, Pemberi
Kerja wajib bertanggung jawab pada saat Pekerjanya
- 15-
membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan.
Pasal 20
(1) Dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status
kepesertaan aktif kembali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (3), Peserta atau Pemberi Kerja
wajib membayar denda kepada BPJS Kesehatan
untuk setiap pelayanan kesehatan rawat inap yang
diperolehnya.
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar
2,5% (dua koma lima persen) dari biaya pelayanan
kesehatan untuk setiap bulan tertunggak dengan
ketentuan:
a. jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua
belas) bulan; dan
b. besar denda paling tinggi Rp30.000.000,00 (tiga
puluh juta rupiah).
(3) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan biaya pelayanan yang dihitung
berdasarkan biaya yang terbentuk dari diagnosa akhir
Peserta yang disampaikan oleh FKRTL.
Pasal 21
Peserta atau Pemberi Keija yang telah menunggak lebih
dari atau sama dengan 12 (dua belas) bulan sebelum 1
Juli 2016:
a. pembayaran iuran bulan tertunggak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) huruf a, dihitung
paling banyak 12 (dua belas) bulan; dan
b. jumlah bulan tertunggak sebagai dasar perhitungan
denda pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (2) huruf a, diperhitungkan sejak 1Juli 2016.
" i
- 16-
Bagian Kedua
Tata Cara Pembayaran Iuran Tertunggak
Pasal 22
(1) Pembayaran tagihan iuran untuk pengaktifan kembali
status kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19, dilakukan melalui:
a. nomor Virtual Account Peserta;
b. nomor Virtual Account Pemberi Kerja bagi Peserta
Pekerja Penerima Upah selain penyelenggara negara;
atau
c. rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan bagi
Peserta Pekerja Penerima Upah penyelenggara
negara.
(2) Pengaktifan kembali status kepesertaan dilakukan
BPJS Kesehatan setelah pembayaran diterima oleh
Virtual Account atau rekening BPJS Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Keliga
Tata Cara Pembayaran Denda
Pasal 23
(1) Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,
dibayarkan sebelum Peserta mendapatkan Surat
Eligibilitas Peserta Rawat Inap di FKRTL dan
diperhitungkan kembali kelebihan atau
kekurangannya setelah FKRTL menyampaikan
diagnosa akhir Peserta.
(2) Mekanisme pembayaran denda oleh Peserta atau
Pemberi Kerja, sebagai berikut:
a. Peserta datang ke FKRTL dengan membawa
dokumen rujukan rawat inap;
- 17-
b. Dokumen rujukan rawat inap dikecualikan bagi
Peserta dengan kondisi gawat darurat;
c. Petugas BPJS Kesehatan melakukan pengecekan
tunggakan di aplikasi SEP dan melakukan
koordinasi dengan FKRTL untuk meminta diagnosa
awal dari DPJP;
d. Petugas BPJS Kesehatan memasukkan diagnosa
awal ke dalam aplikasi INA CBG untuk memperoleh
besaran biaya pelayanan sementara;
e. Berdasarkan besaran biaya pelayanan sementara,
Petugas BPJS Kesehatan memberikan nilai denda
sementara dan mencetak tagihan denda sementara
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta
menandatangani surat pernyataan terkait
perhitungan atas selisih pembayaran denda
sementara;
g. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta
melakukan pembayaran tagihan denda sementara;
h. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta
menunjukkan bukti pembayaran denda sementara
sebagaimana dimaksud pada huruf e kepada
Petugas BPJS Kesehatan;
i. Petugas di FKRTL melakukan pencetakan Surat
Eligibilitas Peserta; dan
j. Peserta mendapatkan pelayanan rawat inap.
(3) Bagi Peserta yang tidak mampu, dokumen rujukan
rawat inap dari FKTP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, dilengkapi dengan surat keterangan
dari instansi yang berwenang untuk selanjutnya
mengikuti mekanisme sebagai berikut:
a. Peserta datang ke FKRTL;
b. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta
menandatangani dan menyerahkan surat
pernyataan kepada Petugas BPJS Kesehatan;
-1
- 18-
c. Petugas di FKRTL melakukan pencetakan Surat
Eligibilitas Peserta; dan
d. Peserta mendapatkan pelayanan rawat inap.
(4) Dalam hal Peserta tidak mampu datang ke FKRTL
dalam kondisi gawat darurat:
a. Peserta dapat dilayani tanpa menunjukkan
dokumen rujukan rawat inap;
b. surat keterangan dari instansi yang berwenang
wajib disampaikan selambat-lambatnya 3x24 jam
hari keija atau sebelum Peserta pulang apabila
dirawat kurang dari 3 (tiga) hari;
c. Petugas di FKRTL melakukan pencetakan Surat
Eligibilitas Peserta; dan
d. Peserta mendapatkan pelayanan rawat inap.
(5) Pembayaran tagihan denda sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dilakukan melalui:
a. nomor Virtual Account Peserta; atau
b. nomor Virtual Account, atau rekening kas negara
Pemberi Kerja bagi Peserta Pekeija Penerima Upah.
(6) Dalam hal Peserta atau Pemberi Kerja tidak
melakukan pembayaran denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) selambat-lambatnya 3x24 jam hari kerja
atau sebelum Peserta pulang apabila dirawat kurang
dari 3 (tiga) hari, maka pelayanan rawat inap Peserta
tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Paoal 24
(1) BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau
kekurangan pembayaran denda yang dilakukan oleh
Peserta atau Pemberi Kerja akibat selisih biaya yang
timbul dari hitungan diagnosa awal dan diagnosa
akhir.
(2) Dalam hal terdapat kekurangan pembayaran denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka biaya
- 19-
kekurangan diperhitungkan bersamaan dengan
pembayaran tagihan iuran berikutnya.
(3) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan dengan Lata cara:
a. bagi Peserta Pekeija Penerima Upah dibayarkan
secara sekaligus; dan
b. bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Bukan Pekeija dibayarkan secara sekaligus atau
secara bertahap sejumlah 3 (tiga) kali pembayaran.
(4) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan melalui:
a. nomor Virtual Account Peserta; atau
b. nomor Virtual Account atau rekening kas negara
Pemberi Kerja bagi Peserta Pekerja Penerima Upah.
(5) Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka akan
diberikan pengembalian dana yang telah dibayarkan.
Pasal 25
(1) Ketentuan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 dan denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 dikecualikan untuk Peserta yang tidak
mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
instansi yang berwenang.
(2) Peserta yang tidak mampu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan Peserta yang terdaftar
dengan hak perawatan kelas III.
(3) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), berupa surat rekomendasi Dinas Sosial atau
instansi yang berwenang setempat yang menyatakan
Peserta sebagai orang tidak mampu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), disampaikan oleh Peserta kepada kantor BPJS
- 20-
Kesehatan setempat untuk dilakukan proses
pengaktifan kembali dari pemberhentian sementara.
(5) Untuk memastikan kebenaran data yang disampaikan
dalam surat keterangan yang diterbitkan oleh Dinas
Sosial atau instansi yang berwenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Peserta diwajibkan
menandatangani surat pernyataan pada saat proses
pengaktifan kembali dari pemberhentian sementara.
(6) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), sekurang-kurangnya memuat pernyataan bahwa
Peserta bersedia bertanggung jawab dan diproses
secara hukum apabila di kemudian hari Peserta
terbukti membuat atau menyampaikan keterangan
dan/atau bukti palsu.
(7) Pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dilakukan untuk 1 (satu) bulan.
(8) DPJS Kesehatan mengusulkan kepada Dinas Sosial
atau instansi yang berwenang setempat untuk
mendaftarkan Peserta tidak mampu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), sebagai Peserta penduduk
yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah atau sebagai
Peserta FBI Jaminan Kesehatan.
(9) Tata cara pengusulan Peserta sebagaimana dimaksud
pada ayat (8), mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB IV
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN
Pasal 26
(1) BPJS Kesehatan melakukan pengawasan dan
pemeriksaan kepatuhan pembayaran Iuran Jaminan
Kesehatan dan denda pelayanan kesehatan.
(2) Dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan
kepatuhan pembayaran tagihan Iuran Jaminan
Kesehatan yang tertunggak dan denda pelayanan
- 21-
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS
Kesehatan bekeijasama dengan Pengawas
Ketenagakerjaan atau instansi terkait lainnya.
(3) Tata cara pengawasan dan pemeriksaan kepatuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 27
Pada saat Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan ini mulai berlaku, ketentuan mengenai tata cara
pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan yang diatur dalam
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2016.
- 22-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Juni 2016
DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
ttd.
FACHMI IDRIS
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 938
Salinan sesuai dengan aslinya,
BPJS Kesehatan
Kepala Grup Hukum, Regulasi dan Kepatuhan,
Fervanita
NPP: 01884

More Related Content

What's hot

RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
M Ungang
 
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJSUU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
M Ungang
 
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNSPP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
Yudhi Aldriand
 

What's hot (18)

RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARA...
 
Pp no. 24 tahun 1976 tentang cuti pns
Pp no. 24 tahun 1976 tentang cuti pnsPp no. 24 tahun 1976 tentang cuti pns
Pp no. 24 tahun 1976 tentang cuti pns
 
Laporan Geladi Universitas Telkom 2014/2015
Laporan Geladi Universitas Telkom 2014/2015Laporan Geladi Universitas Telkom 2014/2015
Laporan Geladi Universitas Telkom 2014/2015
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYAN...
 
Asuransi kesehatan pns
Asuransi kesehatan pnsAsuransi kesehatan pns
Asuransi kesehatan pns
 
Pp 24 1976
Pp 24 1976Pp 24 1976
Pp 24 1976
 
Jaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jp
Jaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jpJaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jp
Jaminan pensiun ln155 2015(5715)pp045-2015 - jp
 
Kartu e-id kepesertaan BPJS Kesehatan ykp pelni
Kartu e-id kepesertaan BPJS Kesehatan ykp pelniKartu e-id kepesertaan BPJS Kesehatan ykp pelni
Kartu e-id kepesertaan BPJS Kesehatan ykp pelni
 
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJSUU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
 
Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014
 
Makalah bpjs
Makalah bpjsMakalah bpjs
Makalah bpjs
 
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNSPP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
 
Pp nomor 33 tahun 2020
Pp nomor 33 tahun 2020Pp nomor 33 tahun 2020
Pp nomor 33 tahun 2020
 
Uu sjsn
Uu sjsnUu sjsn
Uu sjsn
 
3 mekanisme dan tata laksana kepesertaan bpjs
3 mekanisme dan tata laksana kepesertaan bpjs3 mekanisme dan tata laksana kepesertaan bpjs
3 mekanisme dan tata laksana kepesertaan bpjs
 
Pkl bab 2
Pkl bab 2Pkl bab 2
Pkl bab 2
 
BPJS
BPJSBPJS
BPJS
 

Similar to Peraturan bpjs kesehatan no 2 tahun 2016 tentang tata cara pembayaran iuran dan denda

Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013
IdnJournal
 
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshh
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshhPermenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshh
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshh
9b729542zj
 
Uu 24 tahun 2011 tentang bpjs
Uu 24 tahun 2011 tentang bpjsUu 24 tahun 2011 tentang bpjs
Uu 24 tahun 2011 tentang bpjs
dhoan Evridho
 
PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN
PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN
PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN
Irman Gapur
 
Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013
IdnJournal
 
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Erie Gusnellyanti
 

Similar to Peraturan bpjs kesehatan no 2 tahun 2016 tentang tata cara pembayaran iuran dan denda (20)

Perpres0192016
Perpres0192016Perpres0192016
Perpres0192016
 
Perpres no 19_2016
Perpres no 19_2016Perpres no 19_2016
Perpres no 19_2016
 
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdfPP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
PP Nomor 45 Tahun 2015.pdf
 
Perpres Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Perpres 12 tahun 2013 Jam...
Perpres Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Perpres 12 tahun 2013 Jam...Perpres Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Perpres 12 tahun 2013 Jam...
Perpres Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Perpres 12 tahun 2013 Jam...
 
Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013
 
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (sudah direvis...
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (sudah direvis...Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (sudah direvis...
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (sudah direvis...
 
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshh
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshhPermenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshh
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfhshshhshshh
 
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 6 Tahun 2022.pdf
 
Perpres 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Jaminan Sosial
Perpres 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Jaminan SosialPerpres 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Jaminan Sosial
Perpres 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Jaminan Sosial
 
Perpres Nomor 28 Tahun 2016
Perpres Nomor 28 Tahun 2016 Perpres Nomor 28 Tahun 2016
Perpres Nomor 28 Tahun 2016
 
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBAYARAN MA...
 
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
 
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasionalUu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
 
Jaminan kecelakaan kerja ln154 2015(5714)pp044-2015 - jkk
Jaminan kecelakaan kerja ln154 2015(5714)pp044-2015 - jkkJaminan kecelakaan kerja ln154 2015(5714)pp044-2015 - jkk
Jaminan kecelakaan kerja ln154 2015(5714)pp044-2015 - jkk
 
PMK No. 42 Th 2022 ttg Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisi...
PMK No. 42 Th 2022 ttg Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisi...PMK No. 42 Th 2022 ttg Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisi...
PMK No. 42 Th 2022 ttg Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisi...
 
Uu 24 tahun 2011 tentang bpjs
Uu 24 tahun 2011 tentang bpjsUu 24 tahun 2011 tentang bpjs
Uu 24 tahun 2011 tentang bpjs
 
PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN
PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN
PMK NO 19 tahun 2014 dana kapitasi JKN
 
Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013
 
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
 
Perda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatan
Perda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatanPerda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatan
Perda Kabupaten Nunukan tentang sistem jaminan kesehatan
 

More from Ulfah Hanum

Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...
Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...
Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...
Ulfah Hanum
 

More from Ulfah Hanum (20)

UU Nomor 17 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 17 Tahun 2023.pdfUU Nomor 17 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 17 Tahun 2023.pdf
 
KMK Nomor 2015 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehat...
KMK Nomor 2015 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehat...KMK Nomor 2015 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehat...
KMK Nomor 2015 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehat...
 
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_2020
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_2020Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_2020
Pmk no _86_th_2019_ttg_juknis_penggunaan_dak_nonfisik_bidang_kesehatan_ta_2020
 
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
 
Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020
Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020
Perpres nomor 88_tahun_2019 ttg juknis dana alokasi khusus fisik TA 2020
 
Formularium nasional 2019
Formularium nasional 2019Formularium nasional 2019
Formularium nasional 2019
 
Pmk no. 44 th 2019 ttg perubahan penggolongan narkotika
Pmk no. 44 th 2019 ttg perubahan penggolongan narkotikaPmk no. 44 th 2019 ttg perubahan penggolongan narkotika
Pmk no. 44 th 2019 ttg perubahan penggolongan narkotika
 
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/707/2018 perubahan fornas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/707/2018  perubahan fornasKeputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/707/2018  perubahan fornas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/707/2018 perubahan fornas
 
Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...
Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...
Permenkes No. 3 Tahun 2019 tentang Juknis penggunaan Dana alokasi khusus nonf...
 
Permenkes RI no 2 Th 2019 tentang petunjuk operasional penggunaan dak fisik ...
Permenkes RI  no 2 Th 2019 tentang petunjuk operasional penggunaan dak fisik ...Permenkes RI  no 2 Th 2019 tentang petunjuk operasional penggunaan dak fisik ...
Permenkes RI no 2 Th 2019 tentang petunjuk operasional penggunaan dak fisik ...
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
 
Peraturan presiden nomor 16 tahun 2018
Peraturan presiden nomor 16 tahun 2018 Peraturan presiden nomor 16 tahun 2018
Peraturan presiden nomor 16 tahun 2018
 
Permenkes nomor 66 tahun 2017 tentang petunjuk operasional dana alokasi khus...
Permenkes nomor  66 tahun 2017 tentang petunjuk operasional dana alokasi khus...Permenkes nomor  66 tahun 2017 tentang petunjuk operasional dana alokasi khus...
Permenkes nomor 66 tahun 2017 tentang petunjuk operasional dana alokasi khus...
 
Kmk no. hk_.01_.07-menkes-659-2017_ttg_formularium_nasional_
Kmk no. hk_.01_.07-menkes-659-2017_ttg_formularium_nasional_Kmk no. hk_.01_.07-menkes-659-2017_ttg_formularium_nasional_
Kmk no. hk_.01_.07-menkes-659-2017_ttg_formularium_nasional_
 
Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...
Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...
Keputusan Menteri Kesehatan No.HK_.01_.07/menkes-395-2017/ttg_daftar_obat_ese...
 
Permenkes no 377 tahun 2009 petunjuk teknik jabatan fungsional apoteker dan a...
Permenkes no 377 tahun 2009 petunjuk teknik jabatan fungsional apoteker dan a...Permenkes no 377 tahun 2009 petunjuk teknik jabatan fungsional apoteker dan a...
Permenkes no 377 tahun 2009 petunjuk teknik jabatan fungsional apoteker dan a...
 
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...
 
Buku DOEN 2015
Buku DOEN 2015 Buku DOEN 2015
Buku DOEN 2015
 
Peraturan Pemerintah Nomor-11-tahun-2017-Manajemen-PNS
Peraturan Pemerintah Nomor-11-tahun-2017-Manajemen-PNSPeraturan Pemerintah Nomor-11-tahun-2017-Manajemen-PNS
Peraturan Pemerintah Nomor-11-tahun-2017-Manajemen-PNS
 
Doen 2015
Doen 2015Doen 2015
Doen 2015
 

Recently uploaded

IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
Safrina Ramadhani
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
cels17082019
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
haslinahaslina3
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
anangkuniawan
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
csooyoung073
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
SuwandiKhowanto1
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
sariakmida
 

Recently uploaded (20)

MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptxPenyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
Penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.pptx
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencanaasuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
asuhan keperawatan manajemen bencana pada pasien bencana konsep bencana
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 

Peraturan bpjs kesehatan no 2 tahun 2016 tentang tata cara pembayaran iuran dan denda

  • 1. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN DAN PEMBAYARAN DENDA AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17, Pasal 17A dan Pasal 17A. 1 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, perlu ditetapkan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan tentang Tata Cara Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dan Pembayaran Denda Akibat Keterlambatan Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
  • 2. - 2- Menetapkan 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 62); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24/P Tahun 2016 tentang Pengangkatan Dewan Pengawas dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Masa Jabatan Tahun 2016-2021; MEMUTUSKAN: : PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN DAN PEMBAYARAN DENDA AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini yang dimaksud dengan: 1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
  • 3. - 3- membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. 2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. 3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekeija paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. 4. Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh Peserta, Pemberi Keija, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan. 5. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disingkat PBI Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai Peserta program Jaminan Kesehatan. 6. Pekerja adalah setiap orang yang bekeija dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. 7. Pekerja Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima gaji atau upah. 8. Pekerja Bukan Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri. 9. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya. 10. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian keija, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk - 1
  • 4. - 4- tunjangan bagi Pekeija dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. 11. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. 12. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat FKRTL adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau subspesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus. 13. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah Pegawai Tidak Tetap, Pegawai Honorer, Staf Khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. 14. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 15. P em erin tah D aerah a d alah G u bern u r, B upati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 16. Virtual Account adalah nomor rekening virtual yang disediakan oleh BPJS Kesehatan untuk entitas dan perorangan sebagai rekening tujuan dalam pembayaran iuran Jaminan Kesehatan. 17. Payment Point Online Bank yang selanjutnya disingkat PPOB adalah kanal pembayaran iuran Peserta yang
  • 5. - 5- disediakan oleh BPJS Kesehatan sebagai alternatif pembayaran selain di bank. 18. Dokter Penanggung Jawab Pasien yang selanjutnya disingkat DPJP adalah dokter yang bertugas mengelola rangkaian asuhan medis pasien pada saat mendapatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan. Pasal 2 Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu. BAB II TATA CARA PEMBAYARAN IURAN JAMINAN KESEHATAN Bagian Kesatu Umum Pasal 3 (1) Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dilakukan oleh: a. Pemerintah bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan; b. Pemerintah Daerah bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah; c. Pemberi Kerja dan Pekeija bagi Peserta Pekerja Penerima Upah; dan d. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta bagi Peserta Pekerja liukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak berlaku bagi: a. penerima pensiun dari segmen: 1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun; 2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
  • 6. - 6- 3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun; dan 4) janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c yang mendapat hak pensiun. b. Veteran dan Perintis Kemerdekaan. (3) Pembayaran iuran bagi Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Pemerintah dan penerima pensiun. Bagian Kedua Tata Cara Pembayaran Iuran Paragraf Kesatu Iuran PBI Jaminan Kesehatan Pasal 4 (1) Iuran Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dibayarkan setiap bulan oleh Menteri Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam menagihkan iuran PeserLa PBI Jaminan Kesehatan setiap bulan, BPJS Kesehatan menyampaikan surat tagihan dana iuran PBI kepada Kementerian Kesehatan dengan dilampiri: a. daftar perhitungan dana iuran PBI Jaminan Kesehatan; b. kuitansi/tanda terima; dan c. surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang ditandatangani oleh Pejabat BPJS Kesehatan. (3) Berdasarkan surat tagihan dana iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk
  • 7. - 7- mencairkan dana iuran PBI Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan. (4) BPJS Kesehatan bertanggung jawab sepenuhnya atas penggunaaan dana iuran PBI Jaminan Kesehatan yang diterimanya. (5) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diaudit oleh auditor independen. (6) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan. (7) Ketentuan teknis mengenai tata cara penyediaan, pencairan dan pertanggungjawaban dana iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf Kedua Iuran Penduduk yang Didaftarkan Oleh Pemerintah Daerah Pasal 5 (1) Iuran Peserta Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dibayarkan oleh Pemerintah Daerah. (2) Tata cara pembayaran iuran Peserta Penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perianiian keijasama antara BPJS Kesehatan dengan Pemerintah Daerah dengan mengacu pada ketentuan terkait anggaran keuangan daerah.
  • 8. - 8- Paragraf Ketiga Iuran Pekerja Penerima Upah Pasal 6 (1) Pemberi Keija wajib memungut iuran dari Pekerjanya, membayar iuran yang menjadi tanggung jawabnya, dan menyetor iuran tersebut kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. (2) Pemberi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Pemberi Keija penyelenggara negara; dan b. Pemberi Kerja selain penyelenggara negara. (3) Pemberi Keija penyelenggara negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas: a. Pemerintah; dan b. Pemerintah Daerah. (4) Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, membayarkan iuran jaminan kesehatan Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerinlah Nun Pegawai Negeri Pusat. (5) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, membayarkan iuran jaminan kesehatan bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Daerah. Pasal 7 (1) BPJS Kesehatan menyampaikan tagihan iuran Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) kepada Pemerintah setiap bulan. (2) Iuran Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) disetorkan melalui rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan setiap bulan.
  • 9. - 9- (3) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan rekonsiliasi data dengan Kementerian Keuangan. (4) Rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat. (3) dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan. (5) Dalam hal hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terjadi kurung atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran berikutnya. Pasal 8 (1) BPJS Kesehatan menyampaikan tagihan iuran Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) kepada Pemerintah Daerah setia]) bulan. (2) Pemerintah Daerah menyetorkan iuran Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) melalui rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan setiap bulan. (3) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan rekonsiliasi data dengan Pemerintah Daerah. (4) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan. (5) Berdasarkan hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terjadi kurang atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran berikutnya. Pasal 9 Tata cara penghitungan, penyediaan, pencairan dan pertanggungjawaban dana iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku.
  • 10. - 10- Pasal 10 (1) Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib memungut iuran dari Pekerjanya, membayar iuran yang menjadi tanggung jawabnya, dan menyetor iuran tersebut kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. (2) BPJS Kesehatan mengirimkan tagihan dan kewajiban pembayaran kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara berupa lembar tagihan melalui email dan/atau diakses melalui aplikasi online yang disediakan BPJS Kesehatan. (3) Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui nomor Virtual Account. (4) Iuran Jaminan Kesehatan dapat dibayarkan untuk lebih dari 1 (satu) bulan yang dilakukan di awal. (5) Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (0) BPJS Kesehatan mengirimkan pemberitahuan melalui email kepada Pemberi Kerja yang telah melakukan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan. Paragraf Keempat Iuran Anggota Keluarga Yang Lain Pasal 11 (1) Setiap Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain yang menjadi tanggungannya dengan penambahan iuran. (2) Anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua.
  • 11. - 11- Pasal 12 (1) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dari Peserta Pekerja Penerima Upah ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari Gaji atau Upah Peserta Pekerja Penerima Upah per orang per bulan. (2) Pembayaran iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan pemberian surat kuasa dari Pekeija kepada Pemberi Kerja untuk melakukan pemotongan tambahan iuran dan menyetorkan kepada BPJS Kesehatan melalui nomor Virtual Account. Paragraf Kelima Iuran Peserta Pekeija Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekeija Pasal 13 (1) Peserta Pekeija Bukan Penerima Upah membayar Iuran Jaminan Kesehatan bagi dirinya beserta anggota keluarganya dan menyetorkannya kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. (2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui nomor Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat pendaftaran. (3) Iuran Jaminan Kesehatan dapat dibayarkan untuk lebih dari 1 (satu) bulan yang dilakukan di awal. Pasal 14 (1) Iuran Peserta Bukan Pekeija yang berasal dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dibayar oleh pihak ketiga pembayar pensiun.
  • 12. - 12- (2) Pihak ketiga pembayar pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyetorkan Iuran Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan melalui rekening kas negara paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. (3) Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari: a. pemotongan uang pensiun oleh pihak ketiga pembayar pensiun dari Penerima Pensiun; dan b. setoran iuran yang menjadi tanggung jawab Pemerintah. (4) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan rekonsiliasi data dengan Kementerian Keuangan dan pihak ketiga pembayar pensiun. (5) Rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan. (6) Dalam hal hasil rekonsiliasi data sebaguimanu dimaksud pada ayat (5) terjadi kurang atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran berikutnya. (7) Tata cara penyediaan, pencairan dan pertanggungjawaban dana iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayaL (2) mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan. Pasal 15 (1) Peserta Bukan Pekeija selain penerima pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atau pihak lain atas nama Peserta, membayar Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Bukan Pekerja kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
  • 13. - 13- (2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui nomor Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat pendaftaran. (3) Turan Jaminan Kesehatan dapat dibayarkan untuk lebih dari 1 (satu) bulan yang dilakukan di awal. Bagian Ketiga Kanal Pembayaran Pasal 16 (1) BPJS Kesehatan dalam memungut, mengumpulkan, menagih dan menerima Iuran Jaminan Kesehatan dapat bekcijasama dengan pihak lain sebagai penyedia kanal pembayaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kcrjasama dalam memungut, mengumpulkan, menagih dan menerima Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian keija sama. (3) Pihak lain sebagai penyedia kanal pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh BPJS Kesehatan dan diumumkan di media massa. Pasal 17 (1) Kanal pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dapat berupa: a. Perbankan; atau b. Non Perbankan. (2) Kanal perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa layanan moda pembayaran: a. ATM (Automatic Teller Machine); b. EDC (Eletronic Data Capture); c. Autodebet; d. Teller, e. SMS Banking; atau -1
  • 14. - 14- f. Internet Banking. (3) Kanal non Perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat dilakukan melalui sistim PPOB. Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pendaftaran, persyaratan dan pemilihan kanal pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17 diatur dengan Peraturan Direksi. BAB III TATA CARA PEMBAYARAN TUNGGAKAN IURAN DAN DENDA IURAN JAMTNAN KESEHATAN Bagian Kesatu Umum Pasal 19 (1) Peserta dan Pemberi Keija, wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan kepada BP.IS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. (2) Dalam hal terdapat keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan lebih dari 1 (satu) bulan sejak tanggal 10 (sepuluh) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penjaminan Peserta diberhentikan sementara. (3) Pemberhentian sementara penjaminan Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir dan status kepesertaan aktif kembali apabila Peserta; a. membayar iuran bulan tertunggak paling banyak untuk waktu 12 (dua belas) bulan; dan b. membayar iuran pada bulan saat Peserta ingin mengakhiri pemberhentian sementara jaminan. (4) Dalam hal Pemberi Keija belum membayarkan Iuran Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan, Pemberi Kerja wajib bertanggung jawab pada saat Pekerjanya
  • 15. - 15- membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Pasal 20 (1) Dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan aktif kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3), Peserta atau Pemberi Kerja wajib membayar denda kepada BPJS Kesehatan untuk setiap pelayanan kesehatan rawat inap yang diperolehnya. (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak dengan ketentuan: a. jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan; dan b. besar denda paling tinggi Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). (3) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan biaya pelayanan yang dihitung berdasarkan biaya yang terbentuk dari diagnosa akhir Peserta yang disampaikan oleh FKRTL. Pasal 21 Peserta atau Pemberi Keija yang telah menunggak lebih dari atau sama dengan 12 (dua belas) bulan sebelum 1 Juli 2016: a. pembayaran iuran bulan tertunggak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) huruf a, dihitung paling banyak 12 (dua belas) bulan; dan b. jumlah bulan tertunggak sebagai dasar perhitungan denda pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a, diperhitungkan sejak 1Juli 2016. " i
  • 16. - 16- Bagian Kedua Tata Cara Pembayaran Iuran Tertunggak Pasal 22 (1) Pembayaran tagihan iuran untuk pengaktifan kembali status kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, dilakukan melalui: a. nomor Virtual Account Peserta; b. nomor Virtual Account Pemberi Kerja bagi Peserta Pekerja Penerima Upah selain penyelenggara negara; atau c. rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah penyelenggara negara. (2) Pengaktifan kembali status kepesertaan dilakukan BPJS Kesehatan setelah pembayaran diterima oleh Virtual Account atau rekening BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Bagian Keliga Tata Cara Pembayaran Denda Pasal 23 (1) Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dibayarkan sebelum Peserta mendapatkan Surat Eligibilitas Peserta Rawat Inap di FKRTL dan diperhitungkan kembali kelebihan atau kekurangannya setelah FKRTL menyampaikan diagnosa akhir Peserta. (2) Mekanisme pembayaran denda oleh Peserta atau Pemberi Kerja, sebagai berikut: a. Peserta datang ke FKRTL dengan membawa dokumen rujukan rawat inap;
  • 17. - 17- b. Dokumen rujukan rawat inap dikecualikan bagi Peserta dengan kondisi gawat darurat; c. Petugas BPJS Kesehatan melakukan pengecekan tunggakan di aplikasi SEP dan melakukan koordinasi dengan FKRTL untuk meminta diagnosa awal dari DPJP; d. Petugas BPJS Kesehatan memasukkan diagnosa awal ke dalam aplikasi INA CBG untuk memperoleh besaran biaya pelayanan sementara; e. Berdasarkan besaran biaya pelayanan sementara, Petugas BPJS Kesehatan memberikan nilai denda sementara dan mencetak tagihan denda sementara sesuai dengan ketentuan yang berlaku; f. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta menandatangani surat pernyataan terkait perhitungan atas selisih pembayaran denda sementara; g. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta melakukan pembayaran tagihan denda sementara; h. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta menunjukkan bukti pembayaran denda sementara sebagaimana dimaksud pada huruf e kepada Petugas BPJS Kesehatan; i. Petugas di FKRTL melakukan pencetakan Surat Eligibilitas Peserta; dan j. Peserta mendapatkan pelayanan rawat inap. (3) Bagi Peserta yang tidak mampu, dokumen rujukan rawat inap dari FKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilengkapi dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang untuk selanjutnya mengikuti mekanisme sebagai berikut: a. Peserta datang ke FKRTL; b. Peserta atau pihak lain atas nama Peserta menandatangani dan menyerahkan surat pernyataan kepada Petugas BPJS Kesehatan; -1
  • 18. - 18- c. Petugas di FKRTL melakukan pencetakan Surat Eligibilitas Peserta; dan d. Peserta mendapatkan pelayanan rawat inap. (4) Dalam hal Peserta tidak mampu datang ke FKRTL dalam kondisi gawat darurat: a. Peserta dapat dilayani tanpa menunjukkan dokumen rujukan rawat inap; b. surat keterangan dari instansi yang berwenang wajib disampaikan selambat-lambatnya 3x24 jam hari keija atau sebelum Peserta pulang apabila dirawat kurang dari 3 (tiga) hari; c. Petugas di FKRTL melakukan pencetakan Surat Eligibilitas Peserta; dan d. Peserta mendapatkan pelayanan rawat inap. (5) Pembayaran tagihan denda sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan melalui: a. nomor Virtual Account Peserta; atau b. nomor Virtual Account, atau rekening kas negara Pemberi Kerja bagi Peserta Pekeija Penerima Upah. (6) Dalam hal Peserta atau Pemberi Kerja tidak melakukan pembayaran denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selambat-lambatnya 3x24 jam hari kerja atau sebelum Peserta pulang apabila dirawat kurang dari 3 (tiga) hari, maka pelayanan rawat inap Peserta tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Paoal 24 (1) BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan pembayaran denda yang dilakukan oleh Peserta atau Pemberi Kerja akibat selisih biaya yang timbul dari hitungan diagnosa awal dan diagnosa akhir. (2) Dalam hal terdapat kekurangan pembayaran denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka biaya
  • 19. - 19- kekurangan diperhitungkan bersamaan dengan pembayaran tagihan iuran berikutnya. (3) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan Lata cara: a. bagi Peserta Pekeija Penerima Upah dibayarkan secara sekaligus; dan b. bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekeija dibayarkan secara sekaligus atau secara bertahap sejumlah 3 (tiga) kali pembayaran. (4) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan melalui: a. nomor Virtual Account Peserta; atau b. nomor Virtual Account atau rekening kas negara Pemberi Kerja bagi Peserta Pekerja Penerima Upah. (5) Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka akan diberikan pengembalian dana yang telah dibayarkan. Pasal 25 (1) Ketentuan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikecualikan untuk Peserta yang tidak mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang. (2) Peserta yang tidak mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan Peserta yang terdaftar dengan hak perawatan kelas III. (3) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa surat rekomendasi Dinas Sosial atau instansi yang berwenang setempat yang menyatakan Peserta sebagai orang tidak mampu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan oleh Peserta kepada kantor BPJS
  • 20. - 20- Kesehatan setempat untuk dilakukan proses pengaktifan kembali dari pemberhentian sementara. (5) Untuk memastikan kebenaran data yang disampaikan dalam surat keterangan yang diterbitkan oleh Dinas Sosial atau instansi yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Peserta diwajibkan menandatangani surat pernyataan pada saat proses pengaktifan kembali dari pemberhentian sementara. (6) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), sekurang-kurangnya memuat pernyataan bahwa Peserta bersedia bertanggung jawab dan diproses secara hukum apabila di kemudian hari Peserta terbukti membuat atau menyampaikan keterangan dan/atau bukti palsu. (7) Pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan untuk 1 (satu) bulan. (8) DPJS Kesehatan mengusulkan kepada Dinas Sosial atau instansi yang berwenang setempat untuk mendaftarkan Peserta tidak mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai Peserta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah atau sebagai Peserta FBI Jaminan Kesehatan. (9) Tata cara pengusulan Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (8), mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN Pasal 26 (1) BPJS Kesehatan melakukan pengawasan dan pemeriksaan kepatuhan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dan denda pelayanan kesehatan. (2) Dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan kepatuhan pembayaran tagihan Iuran Jaminan Kesehatan yang tertunggak dan denda pelayanan
  • 21. - 21- kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS Kesehatan bekeijasama dengan Pengawas Ketenagakerjaan atau instansi terkait lainnya. (3) Tata cara pengawasan dan pemeriksaan kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 27 Pada saat Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini mulai berlaku, ketentuan mengenai tata cara pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan yang diatur dalam Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2016.
  • 22. - 22- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 2016 DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, ttd. FACHMI IDRIS Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Juni 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 938 Salinan sesuai dengan aslinya, BPJS Kesehatan Kepala Grup Hukum, Regulasi dan Kepatuhan, Fervanita NPP: 01884