SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 18
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Jakarta 2011
                                         Diklatpim Tingkat II Angkatan XXXI Kelas B,
DIT Individual Kajian Kebijakan Publik




                                                                                       Analisis Kebijakan Penguatan
                                                                                       Kemandirian Daerah dan Akselerasi
                                                                                       Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah




                                                                                       Tri Widodo W. Utomo
                                                                                       NDH 53
LAPORAN INDIVIDUAL ISU TERPILIH
                           KAJIAN KEBIJAKAN PUBLIK

        “Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi
                          Pembangunan Sosial Ekonomi”



                                    DAFTAR ISI

Daftar Isi   ……………………………………………………………………………….                                     1

A. Judul Isu Terpilih     ………………………………………………………………….                             2
B. Deskripsi Isu Terpilih   ………………………………………………………………                             2
C. Masalah Pokok        ……………………………………………………………………..                             3
D. Analisis dan Pemecahan Masalah ………………………………………………..                           4
   1.   Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Gunung Es (Iceberg Theory) ……     4
   2.   Agenda Setting ………………………………………………………………….                                6
   3.   Analisis Sistem Kebijakan ……………………………………………………..                         8
   4.   Perumusan Masalah / Pengkajian Persoalan ……………………………….                   9
   5.   Penetapan Tujuan dan Peramalan Kebijakan Publik       ……………………..        11
   6.   Perumusan Aternatif, Penentuan Kriteria, dan Penilaian Alternatif ………   12
   7.   Sinergi Antar Instansi Pemerintah Dalam Kebijakan Penguatan
        Kemandirian Daerah ……………………………………………………………                              14
E. Simpulan dan Rekomendasi ………………………………………………………                               15
   1. Simpulan ………………………………………………………………………..                                    15
   2. Rekomendasi …………………………………………………………………..                                   16

Daftar Pustaka   ………………………………………………………………………….                                  16




                                                                                     1
LAPORAN INDIVIDUAL ISU TERPILIH
                       KAJIAN KEBIJAKAN PUBLIK



            NAMA PESERTA              : Tri Widodo Wahyu Utomo
            NDH                       : 53
            KELAS/KELOMPOK            : B / B-3
            INSTANSI                  : Lembaga Administrasi Negara




A. JUDUL ISU TERPILIH:
  “Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan
  Sosial Ekonomi Daerah”


B. DESKRIPSI ISU TERPILIH
        Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah seluas-luasnya (pasal 1 UU No.
  32/2004) telah berjalan lebih dari satu dekade. Namun tujuan kebijakan untuk
  meningkatkan kemandirian daerah guna mengakselerasi pembangunan sosial
  ekonomi   nampaknya      belum   dapat     diwujudkan.   Fenomena   empirik   justru
  menunjukkan gejala sebaliknya, yakni semakin tingginya tingkat ketergantungan
  pemerintah daerah (khususnya kabupaten/kota) terhadap pusat. Kajian Suhendra
  dan Amir (2006) atau Hirawan (2007), misalnya, menunjukkan bahwa rata-rata
  ketergantungan kabupaten/kota terhadap dana perimbangan dari pusat sebesar 85
  hingga 90 persen, sedangkan rata-rata ketergantungan provinsi sebesar 55 sampai
  dengan 70 persen.
        Ada 2 (dua) kemungkinan skenario yang terjadi sebagai akibat dari fakta
  adanya ketergantungan finansial daerah terhadap pusat tersebut.
        Pertama, pemerintah daerah menggali sumber-sumber pendapatan yang
  potensial untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, seperti hutang luar negeri,
  lobby ke kementerian tertentu untuk mendapatkan kucuran dana, atau menetapkan
  pungutan-pungutan baru. Ekses atau side effect dari orientasi jangka pendek ini


                                                                                         2
adalah pragmatisme kebijakan di daerah. Ketika mereka melakukan perjanjian
hutang, sering tidak didahului oleh kajian mendalam mengenai kemampuan
membayar dan pemanfaatan hutang secara produktif. Demikian pula ketika mereka
menetapkan kebijakan pungutan baru, juga tidak dipertimbangkan dampak
negatifnya seperti high-cost economy atau melemahnya ekonomi sektor riil di
daerah. Kebijakan seperti ini, meskipun nampaknya efektif sebagai upaya income
generation, namun dalam jangka panjang tidak akan mampu membangun
fundamental ekonomi yang kokoh di daerah.
      “Nafsu” memproduksi Peraturan Daerah tentang beraneka ragam pungutan,
ironisnya, bukannya semakin hilang, namun justru semakin menjadi-jadi. Data
Kementerian Dalam Negeri sebagaimana terlihat pada Tabel 1 dibawah ini
mengilustrasikan fenomena excessive regulation (pengaturan yang berlebihan)
tersebut.
                                  Table 3
       Jumlah Perda yang Dibatalkan Pemerintah Pusat Berdasarkan Tahun
                   Jumlah Perda                        Jumlah Perda yang
     Tahun                                  Tahun
                  yang Dibatalkan                         Dibatalkan
      2002              19                 2007               173
      2003              105                2008               229
      2004              236                2009               876
      2005              126                2010               407
      2006              114             2011 (Maret)          114
Sumber: Kementerian Dalam Negeri (2011, diolah)

      Skenario kedua, pemerintah daerah lebih memilih untuk melakukan efisiensi
anggaran dengan membatasi pembentukan SKPD (Satuan Kerja Pemerintah
Daerah), melakukan rekrutmen seperlunya, serta membuat skala prioritas yang
ketat dalam kebijakan alokasi dan distribusi anggaran. Selain itu, dilakukan juga
upaya pembenahan sistem perijinan yang ramah investasi (investment friendly) dan
tidak menimbulkan moral hazard terhadap kelestarian lingkungan. Dengan berbagai
upaya seperti ini, sesungguhnya pemerintah daerah tersebut tengah menyiapkan
prakondisi yang kuat untuk membangun daya saing daerah sekaligus menciptakan
iklim yang kondusif bagi tumbuhnya mesin-mesin ekonomi pada jangka panjang.




                                                                                    3
Sayangnya, fenomena empiris menunjukkan bahwa sebagian besar daerah
  yang mengalami masalah keterbatasan kemampuan anggaran, lebih memilih
  skenario pertama.


C. MASALAH POKOK
        Masalah pokok yang dihadapi adalah rendahnya kemandirian pemerintah
  daerah yang mengakibatkan lambatnya akselerasi pembangunan sosial ekonomi
  daerah.


D. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH


  1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Gunung Es (Iceberg Theory)
             Dalam rangka memecahkan masalah pokok diatas, akan digunakan
     analisis kebijakan berdasarkan teori William Dunn dan Mustopadidjaja. Berikut
     adalah perbandingan langkah-langkah analisis kebijakan menurut tiga ahli
     kebijakan, yakni William Dunn, Mustopadidjaja, dan James Anderson.

     Tabel 1. Perbandingan Tahapan Analisis Kebijakan

                Model                  Model              Model James
            William Dunn           Mustopadidjaja          Anderson

      Perumusan Masalah       Pengkajian Persoalan      Agenda Setting

      Peramalan               Penentuan Tujuan          Formation

      Rekomendasi             Perumusan Alternatif      Adoption

      Pemantauan              Penyusunan Model          Implementation

      Evaluasi                Penentuan Kriteria        Evaluation

                              Penilaian Alternatif

                              Perumusan Rekomendasi

             Namun sebelum masuk pada tahapan analisis tersebut, penulis terlebih
     dahulu akan membuat analisis berdasarkan teori gunung es (Iceberg Theory)


                                                                                     4
yang dikembangkan oleh Maani and Canava (2000). Teori ini sangat penting
untuk memberikan pemahaman tentang masalah yang dihadapi sebuah
organisasi, apakah termasuk masalah simptomatik yang berada di permukaan,
ataukah masalah fundamental yang sulit dikenali karena hanya menampakkan
gejala saja. Dengan memahami jenis-jenis masalah, maka akan dapat ditentukan
jenis tindakan yang diperlukan untuk merespon masalah tersebut, apakah
dibutuhkan tindakan yang bersifat reaktif, responsif, generatif, ataukah
fundamental. Selain itu, dengan kemampuan untuk membedakan antara gejala
dengan masalah yang sesungguhnya, maka akan dapat dilakukan pemecahan
masalah yang efektif sekaligus dihindari kemungkinan terjadinya “kesalahan tipe
ketiga”, yakni memecahkan masalah yang salah.
      Dalam konteks judul laporan ini, maka pemetaan masalah dari masalah
pokok tersebut diatas dapat dilihat sebagai berikut:




                                  Gambar 1
      Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Gunung Es (Iceberg Theory)

      Dari analisis gunung es tersebut dapat dibedakan tindakan mana yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah simptomatik, yakni banyaknya Perda


                                                                                  5
yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi,
  dan tindakan apa yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah mendasar
  yang menjadi biang atas munculnya masalah-masalah simptomatik.


2. Agenda Setting
        Dari analisis gunung es diatas, selanjutnya dilakukan proses pencarian
  dan penentuan agenda kebijakan (agenda setting). Agenda setting atau agenda
  formation sendiri pada hakekatnya memuat masalah kebijakan, untuk kemudian
  ditetapkan menjadi masalah institusional (istilah Anderson) atau masalah formal
  (istilah Dunn). Gambar dibawah ini mengilustrasikan adanya kemiripan tahapan
  dalam analisis masalah model Anderson dan model Dunn.




                                    Gambar 2
           Perbandingan Tahap Perumusan Masalah Menurut James Anderson
                                 dan William Dunn

        Menurut     Anderson,     proses     agenda     setting   dimulai    dengan
  mengidentifikasi masalah individual (private problem) yang dilanjutkan dengan
  mengidentifikasi masalah kolektif (public problem). Private problem sendiri
  didefinisikan sebagai problems that have a limited effect, being of concern only to
  one or a few persons who are directly involved; sedangkan public problem
  diartikan sebagai those that have a broad effect, including consequences for
  persons not directly involved. Selanjutnya, public problems ini dikonversikan ke



                                                                                        6
dalam Issue, yakni suatu kondisi perbedaan pendapat yang ditemui di tengah
masyarakat tentang solusi dalam menangani masalah. Dari issue, masalah
kebijakan mengalir ke systemic agenda dan terakhir ke dalam institutional
agenda. Systemic agenda adalah semua issu yang dirasakan oleh masyarakat,
yang patut mendapat perhatian publik dan issu tersebut memang berada dalam
yurisdiksi kewenangan pemerintah.
      Dalam kaitan dengan fokus pembahasan pada laporan ini, maka agenda
setting dapat dirumuskan sebagai berikut:




                                Gambar 3
        Agenda Setting Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi
                   Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah

      Dari gambar diatas terlihat bahwa agenda institutional atau masalah
formal yang harus dijadikan sebagai agenda kebijakan adalah penguatan
kemandirian daerah dan akselerasi pembangunan sosial ekonomi daerah. Hal ini
sesusai dengan masalah fundamental yang telah diidentifikasi sebelumnya
melalui analisis gunung es (Iceberg Theory). Selanjutnya, untuk memperkuat
hasil analisis, penulis akan menggunakan model perumusan masalah dari
William Dunn, dengan harapan dapat diperoleh hasil yang lebih obyektif.



                                                                               7
3. Analisis Sistem Kebijakan
            Sebagai konsekuensi dari sebuah sistem, maka masalah-masalah yang
   dirumuskan diatas pada hakekatnya memiliki keterkaitan dengan elemen
   kebijakan lainnya seperti pelaku kebijakan, lingkungan kebijakan, kelompok
   sasaran, serta kebijakan publik itu sendiri. Artinya, masalah institusional yang
   telah berhasil dirumuskan pada dasarnya hidup dalam sebuah milieu atau
   lingkungan kebijakan yang sangat dinamis.
            Dalam   hal   ini,   lingkungan   kebijakan   dicirikan   oleh   banyaknya
   permasalahan di daerah baik dalam bidang pengembangan SDM, pelambatan
   ekonomi, tarik menarik kepentingan antar actor, rendahnya kualitas pelayanan
   publik, dan sebagainya. Dengan karakter lingkungan seperti itu, maka pelaku
   kebijakan (policy actor) harus benar-benar dapat mencermatinya, agar dapat
   dihasilkan kebijakan publik yang akurat.
            Disini, kebijakan publik yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah
   formal    berupa   rendahnya      kemandirian    daerah    dalam    mengakselerasi
   pembangunan sosial ekonomi daerah, adalah pengembangan desentralisasi
   fiskal serta peningkatan kapasitas SDM (capacity building).




                                  Gambar 5
    Program Peningkatan Kemandirian Daerah Dalam Perspektif Sistem Kebijakan


                                                                                         8
4. Perumusan Masalah / Pengkajian Persoalan
         Analisis kebijakan model Dunn sering dikenal sebagai analisis yang
  berpusat pada masalah (problem centric). Tahap perumusan masalah menyita
  porsi yang cukup besar dari keseluruhan rangkaian proses analisis kebijakan.
  Itulah sebabnya, tidak mengherankan jika kemudian muncul sebuah adagium
  bahwa jika perumusan masalah benar, maka 50% pemecahan masalah telah
  tercapai.
         Langkah awal dalam perumusan masalah adalah dengan mengenali
  situasi atau mengenali masalah. Pengenalan situasi ini akan menghasilkan
  situasi masalah. Dari situasi masalah kemudian dikembangkan dengan proses
  pencarian masalah yang lebih detil dan membentuk sebuah meta masalah.
  Dengan demikian, meta masalah adalah masalah diatas masalah, atau dikenal
  juga sebagai “tumpukan masalah yang belum terstruktur”. Dari meta masalah ini
  dilakukan pendefinisian atau pengklasifikasian masalah, sehingga menghasilkan
  masalah substantif. Dari sejumlah masalah substantif yang ada, kemudian
  ditentukan beberapa masalah yang akan segera ditangani sesuai dengan
  kemampuan pemerintah.
         Dalam bentuk siklus, model perumusan masalah William Dunn dapat
  dilihat sebagai berikut.




                                        Gambar 4
                      Tahap/Teknik Perumusan Masalah (William Dunn)


                                                                                  9
Dalam konteks substansi pembahasan judul dari laporan ini, maka rincian
     permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dengan menggunakan model
     analisis Willian Dunn dilihat sebagai berikut.
     Tabel 2. Perumusan Masalah
  Situasi
                    Meta Masalah               Masalah Substantif         Masalah Formal
  Masalah

Terhambatnya   • Banyaknya Perda          Aspek Ekonomi Keuangan: • Ketergantungan
pembangunan      bermasalah dan           • Terbatasnya sumber PAD       daerah yang
daerah           dibatalkan Pusat;          dan rendahnya rasio antara   amat tinggi thd
               • Banyaknya pungutan         PAD dengan APBD;             dana
                 baru berupa pajak dan    • Besarnya alokasi APBD        perimbangan;
                 retribusi;                 untuk biaya aparatur, dan  • Lemahnya
               • Terbatasnya sumber         rendahnya alokasi untuk      kapasitas SDM;
                 PAD dan rendahnya          belanja publik;            • Banyaknya
                 rasio antara PAD         • Ketergantungan daerah        Perda
                 dengan APBD;               yang amat tinggi thd dana    bermasalah
               • Besarnya alokasi           perimbangan;                 dan dibatalkan
                 APBD untuk biaya         • High-cost economy di         Pusat;
                 aparatur, dan              daerah;                    • Lemahnya visi
                 rendahnya alokasi        • Pertumbuhan ekonomi          kepemimpinan
                 untuk belanja publik;      daerah yang rendah;          dan kurang
               • Rendahnya daya           • Tingginya angka kemiskin-    tajamnya
                 kreasi dan inovasi         an & pengangguran.           strategi
                 kebijakan;                                              pembangunan.
               • Lemahnya kapasitas       Aspek SDM:
                 SDM;                     • Lemahnya kapasitas SDM;
               • Ketergantungan           • Rendahnya daya kreasi
                 daerah yang amat           dan inovasi kebijakan.
                 tinggi thd dana
                 perimbangan;             Aspek Regulasi:
               • Tarik menarik kepenti-   • Banyaknya Perda
                 ngan Pusat & Daerah;       bermasalah dan dibatalkan
               • High-cost economy di       Pusat;
                 daerah;                  • Banyaknya pungutan baru
               • Pertumbuhan ekonomi        berupa pajak dan retribusi.
                 daerah yang rendah;
               • Masih tingginya angka    Aspek Kelembagaan:
                 kemiskinan dan           • Tarik menarik kepentingan
                 pengangguran;              Pusat dan Daerah;
               • Rendahnya kualitas       • Rendahnya kualitas
                 pelayanan publik;          pelayanan publik;
               • Lemahnya visi            • Lemahnya visi
                 kepemimpinan dan           kepemimpinan dan kurang
                 kurang tajamnya            tajamnya strategi
                 strategi pembangunan.      pembangunan



                                                                                           10
5. Penetapan Tujuan dan Peramalan Kebijakan
              Dari masalah formal yang telah ditemukan melalui teknik perumusan
       masalah model William Dunn, kemudian ditentukan kebijakan publik yang
       diyakini mampu memecahkan masalah tersebut serta tujuan yang diharapkan
       atau target yang harus dicapai dengan ditempuhnya kebijakan tersebut. Selain
       itu, seiring dengan tujuan yang ditetapkan, perlu pula dirumuskan ramalan masa
       depan dan dampak yang mungkin timbul dari diimplementasikannya kebijakan
       publik tersebut.
              Tabel dibawah ini menggambarkan secara sistemik antara masalah formal
       dan penuangannya dalam tujuan kebijakan serta ramalan masa depan dan
       dampak kebijakan.
       Tabel 3. Penetapan Tujuan dan Peramalan Kebijakan Publik

         Masalah            Kebijakan                         Ramalan Masa        Dampak
No                                            Tujuan KP
         Formal              Publik                             Depan KP         Kebijakan
1            2                   3                 4                 5                6
1     Ketergantungan      Penguatan          Meningkatnya     Kemandirian       Pembangunan
      daerah yang         kapasitas fiskal   kemandirian      pemda akan        daerah dapat
      amat tinggi thd                        pemda dalam      meningkat dan     dilakukan
      dana                                   hal kapasitas    mengurangi        secara lebih
      perimbangan                            anggaran         ketergantungan    cepat.
                                                              kepada pusat

2     Lemahnya            Peningkatan        Meningkatnya     Kemampuan         Pada jangka
      kapasitas SDM       kapasitas SDM      kapasitas SDM    SDM relatif       panjang akan
                                             baik dalam hal   meningkat         memberi efek
                                             knowledge        seiring           meningkatkan
                                             maupun skill.    meningkatnya      produktivitas
                                                              program           organisasi,
                                                              pengembangan      namun pada
                                                              SDM               jangka pendek
                                                                                membutuhkan
                                                                                investasi besar

3     Banyaknya Perda     Evaluasi dan       Terciptanya      Masih cukup       Mengendalikan
      bermasalah dan      penataan           Perda yang       banyak Perda yg   jumlah Perda
      dibatalkan Pusat    regulasi           ramah usaha      bermasalah        yang
                                             dan dapat        hingga            bermasalah
                                             memacu iklim     ketergantungan    dan menjaga
                                             usaha yang       Pemda dapat       iklim usaha
                                             kondusif         ditekan           tetap kondusif




                                                                                                  11
4     Lemahnya visi       Penajaman visi   • Terbentuknya   Masih sulit         Dapat
      kepemimpinan        dan strategi       OPD yang       mewujudkan          meningkatkan
      dan kurang          pembangunan        ramping &      OPD yang            penghematan
      tajamnya strategi   daerah             efektif.       ramping & efektif   anggaran,
      pembangunan                          • Tersusunnya    karena kendala      sehingga
      daerah.                                rencana        jumlah pegawai      dapat
                                             pembangu-      & orientasi         dilakukan
                                             nan yang       jabatan             realokasi pada
                                             sesuai                             sektor2 yang
                                             kebutuhan                          lebih prioritas
                                             masyarakat &
                                             kemampuan
                                             APBD.


    6. Perumusan Aternatif, Penentuan Kriteria, dan Penilaian Alternatif
              Setelah teridentifikasi tujuan dan peramalan atas 4 (empat) kebijakan
       publik terpilih, maka dilakukan pembobotan untuk mengetahui mana diantara ke-
       4 kebijakan publik tersebut yang harus mendapat prioritas untuk dilaksanakan.
       Dalam rangka menemukan opsi kebijakan publik sesuai urutan prioritasnya,
       perlu dikembangkan kriteria sebagai tolok ukurnya.
              Dalam hal ini, digunakan analisis PETS, yakni Political Viability (kelayakan
       secara politis), Economic Feasibility (kelayakan secara ekonomis), Technical
       Feasibility (kelayakan secara teknis), serta Administrative Operability (efektivitas
       implementasinya secara administratif), yang secara lebih detil dapat dilihat pada
       Tabel 4 dibawah ini.




                                                                                                  12
Tabel 4. Kriteria dalam Penetapan Prioritas Kebijakan Publik, serta Skala dan
          Bobotnya
NO     KRITERIA              INTERPRETASI                      SKALA           BOBOT
        “PETS”
1     Political      •   Acceptability: Apakah alternatif   1 (sangat tidak     40
      Viability          tsb diterima aktor kebijakan &     tepat/sesuai)
                         target-group?                      s/d 4 (sangat
                     •   Appropriateness: Apakah            tepat/sesuai)
                         alternatif tsb sesuai dengan
                         nilai2 masyarakat?
                     •   Responsiveness: Apakah
                         alternatif tsb sesuai dengan
                         kebutuhan masyarakat?
                     •   Legal suitability: Apakah
                         alternatif tsb didukung oleh
                         perangkat hukum?
                     •   Equity: Apakah efek & dampak
                         kebijakan menjamin aspek
                         keadilan antar kelompok
                         masyarakat?
2     Economic       Efficiency (biaya dan hasil):          1 (sangat tidak     35
      Feasibility    Apakah biaya yang diperlukan           efisien) s/d 4
                     dapat menghasilkan tingkat             (sangat efisien)
                     efektivitas yang diharapkan?
3     Technical      Effectiveness (pencapaian tujuan):     1 (sangat tidak     10
      Feasibility    Apakah alternatif kebijakan            efektif) s/d 4
                     mencapai tujuan atau hasil (akibat)    (sangat efektif)
                     yang diharapkan?
4     Administrative •   Apakah tersedia staf yang          1 (sangat tidak     15
      Operability        cukup?                             memungkinkan
                     •   Apakah instansi terkait akan       untuk
                         mendukung implementasi             dilaksanakan)
                         kebijakan?                         s/d 4 (sangat
                     •   Apakah tersedia sarana untuk       memungkinkan
                         melaksanakan kebijakan?            untuk
                     •   Apakah kebijakan dapat             dilaksanakan)
                         dilaksanakan tepat waktu?


      Atas dasar kriteria diatas, maka dapat dilakukan pemilihan prioritas
kebijakan publik sebagai berikut:




                                                                                       13
Tabel 5. Pembobotan Alternatif Kebijakan dan Urutan Prioritanya
                 Kelayakan Kelayakan Kelayakan Implementasi
    Kebijakan
                   Teknis   Ekonomis      Politis Administratif Total Pilih
     Publik
                 Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai  Skor
  Penguatan
  kapasitas       4     40     4    140     3    120     3      45     345     1
  fiskal

  Peningkatan
  kapasitas       3     30     3    105     4    160     3      45     340     2
  SDM

  Evaluasi dan
  penataan        2     20     2     70     3    120     4      60     220     4
  regulasi

  Penajaman
  visi dan
  strategi        3     30     3    105     2     80     3      45     260     3
  pembangunan
  daerah


        Dari instrumen pembobotan dan prioritasi tersebut telah diketemukan
  prioritas kebijakan publik yang perlu diimplementasikan untuk membangun
  kemandirian daerah sekaligus mengakselerasi pembangunan sosial ekonomi
  daerah. Namun urutan prioritas ini bukan berarti bahwa prioritas ketiga dan
  keempat adalah urutan yang tidak penting atau tidak perlu dilaksanakan.
  Keempat strategi atau kebijakan publik tersebut harus dilaksanakan secara
  simultan, sehingga hasil yang diinginkan dapat terwujud lebih cepat. Selain itu,
  alasan mengapa keempat strategi tersebut harus dilasanakan secara bersama-
  sama adalah agar masalah yang bersifat simptomatis maupun masalah yang
  bersifat fundamental dapat diatasi secara bersama-sama pula, sehingga tidak
  menimbulkan masalah baru di kemudian hari.


8. Sinergi Antar Instansi Pemerintah Dalam Kebijakan Penguatan Kemandirian
  Daerah
        Aspek yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan implementasi
  kebijakan adalah adanya sinergi antar pelaku/aktor dan stakeholder kebijakan.



                                                                                     14
Demikian pula dalam konteks kebijakan penguatan kemandirian daerah dan
    akselerasi pembangunan sosial ekonomi, terdapat banyak institusi yang
    berkepentingan dan turut bertanggungjawab untuk melaksanakan dengan penuh
    konsistensi.
            Gambar 6 dibawah ini memperlihatkan institusi yang harus mengambil
    peran terbesar dalam setiap kebijakan publik yang telah ditetapkan. Namun,
    bukan    berarti   bahwa   hanya   institusi   yang   disebutkan   yang   paling
    bertanggungjawab atas keberhasilan kebijakan termaksud. Diluar institusi
    tersebut, tentu masih banyak stakeholder yang harus dilibatkan, baik pada
    tataran implementasi maupun dalam konteks pengawasannya.




                                       Gambar 6
      Sinergi Antar Instansi Pemerintah Dalam Kebijakan Penguatan Kemandirian
             Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah



E. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
  1. Simpulan
    a. Dari paparan sejak latar belakang hingga analisis diatas, dapat disimpulkan
       bahwa permasalahan yang terjadi terkait dengan maraknya kebijakan daerah
       (Perda) yang dibatalkan sesungguhnya memiliki akar masalah yang lebih
       dalam dan lebih rumit. Untuk itu, strategi atau kebijakan publik yang
       dibutuhkan tidak cukup hanya untuk memecahkan masalah jangka pendek


                                                                                       15
dan simptomatis, pada saat yang sama juga harus dirumuskan kebijakan
         yang    berorientasi   jangka      panjang    untuk     memecahkan       masalah
         fundamentalnya.
      b. Dari hasil analisis, dihasilkan 2 (dua) kebijakan yang berorientasi jangka
         pendek dan dimaksudkan untuk mengatasi masalah simptomatis, yakni
         evaluasi dan penataan regulasi, serta penajaman visi dan strategi
         pembangunan daerah. Selain itu, dihasilkan pula 2 (dua) kebijakan yang
         berorientasi jangka panjang dan dimaksudkan untuk mengatasi masalah
         fundamental, yakni peningkatan kapasitas SDM aparatur, serta penguatan
         desentralisasi fiskal. Dengan kebijakan tersebut, diyakini dapat mengatasi
         masalah pokok yakni rendahnya kemandirian pemerintah daerah yang
         mengakibatkan lambatnya akselerasi pembangunan sosial ekonomi daerah.
   2. Rekomendasi
      a. Kebijakan   yang    baik   hanya    dapat    efektif   jika   baik   dalam   tahap
         implementasinya. Oleh karena itu, adanya sinergi yang harmonis antar
         pelaku/actor kebijakan dan seluruh stakeholdernya menjadi syarat mutlak
         (condition sine qua non) yang harus dipenuhi. Agar sinergi ini dapat berjalan
         optimal, maka masing-masing instansi harus memahami tanggungjawabnya
         serta melakukan pemantauan dan pengukuran kinerja terhadap bidang tugas
         yang menjadi wewenangnya.




DAFTAR BACAAN / REFERENSI


Dunn, William N., 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terjemahan, Edisi 2, Cet.
      Ke-5, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hirawan, Susiyati Bambang, 2007, Desentralisasi Fiskal Sebagai Suatu Upaya
      Meningkatkan Penyediaan Layanan Publik Bagi Orang Miskin di Indonesia,
      Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Ekonomi, Universitas Indonesia.
LAN, 2011, Kajian Kebijakan Publik, Modul 2 Diklat Kepemimpinan Tingkat II, Pusdiklat
      SPIMNAS Bidang Kepemimpinan.



                                                                                              16
Suhendra, Maman, dan Hidayat Amir, 2006, Fiscal Decentralization in Indonesia:
      Current Status and Future Challenges, dalam Jurnal Keuangan Publik,
      Kemenetrian      Keuangan.      http://mashidayat.files.wordpress.com/2008/04/08-fiscal-
      decentralization-in-indonesia-current-status-and-future-challengges-jkp-sept-20061.pdf




                                                                                                 17

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004Dadang Solihin
 
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikAgenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan Tri Widodo W. UTOMO
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD Dadang Solihin
 
Analisis kebijakan-publik1
Analisis kebijakan-publik1Analisis kebijakan-publik1
Analisis kebijakan-publik1Ary Ajo
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalDadang Solihin
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Dadang Solihin
 
2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi Kebijakan2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi KebijakanMuh Firyal Akbar
 
Materi kebijakan pert 1 15
Materi kebijakan pert 1 15Materi kebijakan pert 1 15
Materi kebijakan pert 1 15idi dimyati
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Raja Matridi Aeksalo
 
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat KemenparPraktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat KemenparYogi Suwarno
 
Desain kebijakan publik
Desain kebijakan publik Desain kebijakan publik
Desain kebijakan publik yuniariarsela
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanDadang Solihin
 
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publikModul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publikunitpublikasi
 
Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan Amri Syam
 

Was ist angesagt? (20)

Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
 
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikAgenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
 
model model analisis kebijakan publik
model model analisis kebijakan publikmodel model analisis kebijakan publik
model model analisis kebijakan publik
 
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
 
Analisis kebijakan-publik1
Analisis kebijakan-publik1Analisis kebijakan-publik1
Analisis kebijakan-publik1
 
Evaluasi kebijakan publik
Evaluasi kebijakan publikEvaluasi kebijakan publik
Evaluasi kebijakan publik
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
 
2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi Kebijakan2 Model Formulasi Kebijakan
2 Model Formulasi Kebijakan
 
Materi kebijakan pert 1 15
Materi kebijakan pert 1 15Materi kebijakan pert 1 15
Materi kebijakan pert 1 15
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
 
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat KemenparPraktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
Praktek Analisis Kebijakan Publik - Diklat Kemenpar
 
Desain kebijakan publik
Desain kebijakan publik Desain kebijakan publik
Desain kebijakan publik
 
Konsep & Studi Kebijakan Publik
Konsep & Studi Kebijakan PublikKonsep & Studi Kebijakan Publik
Konsep & Studi Kebijakan Publik
 
Konsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar PerencanaanKonsep Dasar Perencanaan
Konsep Dasar Perencanaan
 
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publikModul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publik
 
Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan
 

Andere mochten auch

Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani KemiskinanKebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani KemiskinanRandy Chamzah
 
Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...
Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...
Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...Tri Widodo W. UTOMO
 
Upaya pemerintah dalam menanggulangi pkl
Upaya pemerintah dalam menanggulangi pklUpaya pemerintah dalam menanggulangi pkl
Upaya pemerintah dalam menanggulangi pklRidwan Qizilbash
 
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikanalisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikAfif Alfianto
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theoryelsatamara
 
Implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Implementasi Kebijakan Pengentasan KemiskinanImplementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Implementasi Kebijakan Pengentasan KemiskinanDadang Solihin
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting mankoma2013
 
Ringkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
Ringkasan Buku Public Dr. Riant NugrohoRingkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
Ringkasan Buku Public Dr. Riant NugrohoTri Widodo W. UTOMO
 
Bab 7 rpp ppkn sma kls xi menatap tantangan integrasi nasional
Bab 7 rpp ppkn sma kls xi  menatap tantangan integrasi nasionalBab 7 rpp ppkn sma kls xi  menatap tantangan integrasi nasional
Bab 7 rpp ppkn sma kls xi menatap tantangan integrasi nasionaleli priyatna laidan
 
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Asep Sufyan Tsauri
 

Andere mochten auch (12)

Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani KemiskinanKebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
 
Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...
Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...
Peningkatan Kualitas Kebijakan Publik Melalui Penguatan Manajemen dan Produk ...
 
Upaya pemerintah dalam menanggulangi pkl
Upaya pemerintah dalam menanggulangi pklUpaya pemerintah dalam menanggulangi pkl
Upaya pemerintah dalam menanggulangi pkl
 
Kebijakan publik
Kebijakan publik Kebijakan publik
Kebijakan publik
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikanalisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
 
Agenda Setting Theory
Agenda Setting TheoryAgenda Setting Theory
Agenda Setting Theory
 
Implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Implementasi Kebijakan Pengentasan KemiskinanImplementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting
 
Ringkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
Ringkasan Buku Public Dr. Riant NugrohoRingkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
Ringkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
 
Bab 7 rpp ppkn sma kls xi menatap tantangan integrasi nasional
Bab 7 rpp ppkn sma kls xi  menatap tantangan integrasi nasionalBab 7 rpp ppkn sma kls xi  menatap tantangan integrasi nasional
Bab 7 rpp ppkn sma kls xi menatap tantangan integrasi nasional
 
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
 

Ähnlich wie Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah

Teknik evaluasi day 5
Teknik evaluasi day 5Teknik evaluasi day 5
Teknik evaluasi day 5Ary Ajo
 
4-5. model kebijakan.pptx
4-5. model kebijakan.pptx4-5. model kebijakan.pptx
4-5. model kebijakan.pptxbestiverawati
 
Materi PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptxMateri PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptxDidikArrayid
 
Kebijakan Perumahan Bantul
Kebijakan Perumahan BantulKebijakan Perumahan Bantul
Kebijakan Perumahan BantulSeptian Widyanto
 
evaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasi
evaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasievaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasi
evaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasiBidang ANDROIDA-Puslatbang KDOD LAN
 
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan KessosPerumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan KessosTri Widodo W. UTOMO
 
yayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptx
yayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptxyayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptx
yayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptxFaridRz1
 
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptxTugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptxnaila449385
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publiksiskamto
 
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingStudi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingBadan Kebijakan Fiskal
 
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)BKPP kabupaten Bandung
 

Ähnlich wie Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah (20)

Isu kontemporer
Isu kontemporerIsu kontemporer
Isu kontemporer
 
Teknik evaluasi day 5
Teknik evaluasi day 5Teknik evaluasi day 5
Teknik evaluasi day 5
 
4-5. model kebijakan.pptx
4-5. model kebijakan.pptx4-5. model kebijakan.pptx
4-5. model kebijakan.pptx
 
Materi PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptxMateri PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptx
 
Kebijakan Perumahan Bantul
Kebijakan Perumahan BantulKebijakan Perumahan Bantul
Kebijakan Perumahan Bantul
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
evaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasi
evaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasievaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasi
evaluasi kinerja pemprov dalam penyelenggaraan kewenangann dekonsentrasi
 
82
8282
82
 
Analisis swot
Analisis swotAnalisis swot
Analisis swot
 
Analisis swot
Analisis swot  Analisis swot
Analisis swot
 
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan KessosPerumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
 
yayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptx
yayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptxyayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptx
yayukPKN2_Agenda3_Manajemen Strategis.pptx
 
Hukum bisnis
Hukum bisnisHukum bisnis
Hukum bisnis
 
MI 3
MI 3MI 3
MI 3
 
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptxTugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publik
 
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingStudi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
 
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
Transparansi kebijakan publik ii revisi (agustus 2011)
 
Transparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik IITransparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik II
 
Transparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik IITransparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik II
 

Mehr von Tri Widodo W. UTOMO

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluTri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarTri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightTri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakTri Widodo W. UTOMO
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 

Mehr von Tri Widodo W. UTOMO (20)

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
 

Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah

  • 1. Jakarta 2011 Diklatpim Tingkat II Angkatan XXXI Kelas B, DIT Individual Kajian Kebijakan Publik Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah Tri Widodo W. Utomo NDH 53
  • 2. LAPORAN INDIVIDUAL ISU TERPILIH KAJIAN KEBIJAKAN PUBLIK “Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi” DAFTAR ISI Daftar Isi ………………………………………………………………………………. 1 A. Judul Isu Terpilih …………………………………………………………………. 2 B. Deskripsi Isu Terpilih ……………………………………………………………… 2 C. Masalah Pokok …………………………………………………………………….. 3 D. Analisis dan Pemecahan Masalah ……………………………………………….. 4 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Gunung Es (Iceberg Theory) …… 4 2. Agenda Setting …………………………………………………………………. 6 3. Analisis Sistem Kebijakan …………………………………………………….. 8 4. Perumusan Masalah / Pengkajian Persoalan ………………………………. 9 5. Penetapan Tujuan dan Peramalan Kebijakan Publik …………………….. 11 6. Perumusan Aternatif, Penentuan Kriteria, dan Penilaian Alternatif ……… 12 7. Sinergi Antar Instansi Pemerintah Dalam Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah …………………………………………………………… 14 E. Simpulan dan Rekomendasi ……………………………………………………… 15 1. Simpulan ……………………………………………………………………….. 15 2. Rekomendasi ………………………………………………………………….. 16 Daftar Pustaka …………………………………………………………………………. 16 1
  • 3. LAPORAN INDIVIDUAL ISU TERPILIH KAJIAN KEBIJAKAN PUBLIK NAMA PESERTA : Tri Widodo Wahyu Utomo NDH : 53 KELAS/KELOMPOK : B / B-3 INSTANSI : Lembaga Administrasi Negara A. JUDUL ISU TERPILIH: “Analisis Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah” B. DESKRIPSI ISU TERPILIH Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah seluas-luasnya (pasal 1 UU No. 32/2004) telah berjalan lebih dari satu dekade. Namun tujuan kebijakan untuk meningkatkan kemandirian daerah guna mengakselerasi pembangunan sosial ekonomi nampaknya belum dapat diwujudkan. Fenomena empirik justru menunjukkan gejala sebaliknya, yakni semakin tingginya tingkat ketergantungan pemerintah daerah (khususnya kabupaten/kota) terhadap pusat. Kajian Suhendra dan Amir (2006) atau Hirawan (2007), misalnya, menunjukkan bahwa rata-rata ketergantungan kabupaten/kota terhadap dana perimbangan dari pusat sebesar 85 hingga 90 persen, sedangkan rata-rata ketergantungan provinsi sebesar 55 sampai dengan 70 persen. Ada 2 (dua) kemungkinan skenario yang terjadi sebagai akibat dari fakta adanya ketergantungan finansial daerah terhadap pusat tersebut. Pertama, pemerintah daerah menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, seperti hutang luar negeri, lobby ke kementerian tertentu untuk mendapatkan kucuran dana, atau menetapkan pungutan-pungutan baru. Ekses atau side effect dari orientasi jangka pendek ini 2
  • 4. adalah pragmatisme kebijakan di daerah. Ketika mereka melakukan perjanjian hutang, sering tidak didahului oleh kajian mendalam mengenai kemampuan membayar dan pemanfaatan hutang secara produktif. Demikian pula ketika mereka menetapkan kebijakan pungutan baru, juga tidak dipertimbangkan dampak negatifnya seperti high-cost economy atau melemahnya ekonomi sektor riil di daerah. Kebijakan seperti ini, meskipun nampaknya efektif sebagai upaya income generation, namun dalam jangka panjang tidak akan mampu membangun fundamental ekonomi yang kokoh di daerah. “Nafsu” memproduksi Peraturan Daerah tentang beraneka ragam pungutan, ironisnya, bukannya semakin hilang, namun justru semakin menjadi-jadi. Data Kementerian Dalam Negeri sebagaimana terlihat pada Tabel 1 dibawah ini mengilustrasikan fenomena excessive regulation (pengaturan yang berlebihan) tersebut. Table 3 Jumlah Perda yang Dibatalkan Pemerintah Pusat Berdasarkan Tahun Jumlah Perda Jumlah Perda yang Tahun Tahun yang Dibatalkan Dibatalkan 2002 19 2007 173 2003 105 2008 229 2004 236 2009 876 2005 126 2010 407 2006 114 2011 (Maret) 114 Sumber: Kementerian Dalam Negeri (2011, diolah) Skenario kedua, pemerintah daerah lebih memilih untuk melakukan efisiensi anggaran dengan membatasi pembentukan SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah), melakukan rekrutmen seperlunya, serta membuat skala prioritas yang ketat dalam kebijakan alokasi dan distribusi anggaran. Selain itu, dilakukan juga upaya pembenahan sistem perijinan yang ramah investasi (investment friendly) dan tidak menimbulkan moral hazard terhadap kelestarian lingkungan. Dengan berbagai upaya seperti ini, sesungguhnya pemerintah daerah tersebut tengah menyiapkan prakondisi yang kuat untuk membangun daya saing daerah sekaligus menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuhnya mesin-mesin ekonomi pada jangka panjang. 3
  • 5. Sayangnya, fenomena empiris menunjukkan bahwa sebagian besar daerah yang mengalami masalah keterbatasan kemampuan anggaran, lebih memilih skenario pertama. C. MASALAH POKOK Masalah pokok yang dihadapi adalah rendahnya kemandirian pemerintah daerah yang mengakibatkan lambatnya akselerasi pembangunan sosial ekonomi daerah. D. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Gunung Es (Iceberg Theory) Dalam rangka memecahkan masalah pokok diatas, akan digunakan analisis kebijakan berdasarkan teori William Dunn dan Mustopadidjaja. Berikut adalah perbandingan langkah-langkah analisis kebijakan menurut tiga ahli kebijakan, yakni William Dunn, Mustopadidjaja, dan James Anderson. Tabel 1. Perbandingan Tahapan Analisis Kebijakan Model Model Model James William Dunn Mustopadidjaja Anderson Perumusan Masalah Pengkajian Persoalan Agenda Setting Peramalan Penentuan Tujuan Formation Rekomendasi Perumusan Alternatif Adoption Pemantauan Penyusunan Model Implementation Evaluasi Penentuan Kriteria Evaluation Penilaian Alternatif Perumusan Rekomendasi Namun sebelum masuk pada tahapan analisis tersebut, penulis terlebih dahulu akan membuat analisis berdasarkan teori gunung es (Iceberg Theory) 4
  • 6. yang dikembangkan oleh Maani and Canava (2000). Teori ini sangat penting untuk memberikan pemahaman tentang masalah yang dihadapi sebuah organisasi, apakah termasuk masalah simptomatik yang berada di permukaan, ataukah masalah fundamental yang sulit dikenali karena hanya menampakkan gejala saja. Dengan memahami jenis-jenis masalah, maka akan dapat ditentukan jenis tindakan yang diperlukan untuk merespon masalah tersebut, apakah dibutuhkan tindakan yang bersifat reaktif, responsif, generatif, ataukah fundamental. Selain itu, dengan kemampuan untuk membedakan antara gejala dengan masalah yang sesungguhnya, maka akan dapat dilakukan pemecahan masalah yang efektif sekaligus dihindari kemungkinan terjadinya “kesalahan tipe ketiga”, yakni memecahkan masalah yang salah. Dalam konteks judul laporan ini, maka pemetaan masalah dari masalah pokok tersebut diatas dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 1 Identifikasi Masalah Berdasarkan Teori Gunung Es (Iceberg Theory) Dari analisis gunung es tersebut dapat dibedakan tindakan mana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah simptomatik, yakni banyaknya Perda 5
  • 7. yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi, dan tindakan apa yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah mendasar yang menjadi biang atas munculnya masalah-masalah simptomatik. 2. Agenda Setting Dari analisis gunung es diatas, selanjutnya dilakukan proses pencarian dan penentuan agenda kebijakan (agenda setting). Agenda setting atau agenda formation sendiri pada hakekatnya memuat masalah kebijakan, untuk kemudian ditetapkan menjadi masalah institusional (istilah Anderson) atau masalah formal (istilah Dunn). Gambar dibawah ini mengilustrasikan adanya kemiripan tahapan dalam analisis masalah model Anderson dan model Dunn. Gambar 2 Perbandingan Tahap Perumusan Masalah Menurut James Anderson dan William Dunn Menurut Anderson, proses agenda setting dimulai dengan mengidentifikasi masalah individual (private problem) yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi masalah kolektif (public problem). Private problem sendiri didefinisikan sebagai problems that have a limited effect, being of concern only to one or a few persons who are directly involved; sedangkan public problem diartikan sebagai those that have a broad effect, including consequences for persons not directly involved. Selanjutnya, public problems ini dikonversikan ke 6
  • 8. dalam Issue, yakni suatu kondisi perbedaan pendapat yang ditemui di tengah masyarakat tentang solusi dalam menangani masalah. Dari issue, masalah kebijakan mengalir ke systemic agenda dan terakhir ke dalam institutional agenda. Systemic agenda adalah semua issu yang dirasakan oleh masyarakat, yang patut mendapat perhatian publik dan issu tersebut memang berada dalam yurisdiksi kewenangan pemerintah. Dalam kaitan dengan fokus pembahasan pada laporan ini, maka agenda setting dapat dirumuskan sebagai berikut: Gambar 3 Agenda Setting Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah Dari gambar diatas terlihat bahwa agenda institutional atau masalah formal yang harus dijadikan sebagai agenda kebijakan adalah penguatan kemandirian daerah dan akselerasi pembangunan sosial ekonomi daerah. Hal ini sesusai dengan masalah fundamental yang telah diidentifikasi sebelumnya melalui analisis gunung es (Iceberg Theory). Selanjutnya, untuk memperkuat hasil analisis, penulis akan menggunakan model perumusan masalah dari William Dunn, dengan harapan dapat diperoleh hasil yang lebih obyektif. 7
  • 9. 3. Analisis Sistem Kebijakan Sebagai konsekuensi dari sebuah sistem, maka masalah-masalah yang dirumuskan diatas pada hakekatnya memiliki keterkaitan dengan elemen kebijakan lainnya seperti pelaku kebijakan, lingkungan kebijakan, kelompok sasaran, serta kebijakan publik itu sendiri. Artinya, masalah institusional yang telah berhasil dirumuskan pada dasarnya hidup dalam sebuah milieu atau lingkungan kebijakan yang sangat dinamis. Dalam hal ini, lingkungan kebijakan dicirikan oleh banyaknya permasalahan di daerah baik dalam bidang pengembangan SDM, pelambatan ekonomi, tarik menarik kepentingan antar actor, rendahnya kualitas pelayanan publik, dan sebagainya. Dengan karakter lingkungan seperti itu, maka pelaku kebijakan (policy actor) harus benar-benar dapat mencermatinya, agar dapat dihasilkan kebijakan publik yang akurat. Disini, kebijakan publik yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah formal berupa rendahnya kemandirian daerah dalam mengakselerasi pembangunan sosial ekonomi daerah, adalah pengembangan desentralisasi fiskal serta peningkatan kapasitas SDM (capacity building). Gambar 5 Program Peningkatan Kemandirian Daerah Dalam Perspektif Sistem Kebijakan 8
  • 10. 4. Perumusan Masalah / Pengkajian Persoalan Analisis kebijakan model Dunn sering dikenal sebagai analisis yang berpusat pada masalah (problem centric). Tahap perumusan masalah menyita porsi yang cukup besar dari keseluruhan rangkaian proses analisis kebijakan. Itulah sebabnya, tidak mengherankan jika kemudian muncul sebuah adagium bahwa jika perumusan masalah benar, maka 50% pemecahan masalah telah tercapai. Langkah awal dalam perumusan masalah adalah dengan mengenali situasi atau mengenali masalah. Pengenalan situasi ini akan menghasilkan situasi masalah. Dari situasi masalah kemudian dikembangkan dengan proses pencarian masalah yang lebih detil dan membentuk sebuah meta masalah. Dengan demikian, meta masalah adalah masalah diatas masalah, atau dikenal juga sebagai “tumpukan masalah yang belum terstruktur”. Dari meta masalah ini dilakukan pendefinisian atau pengklasifikasian masalah, sehingga menghasilkan masalah substantif. Dari sejumlah masalah substantif yang ada, kemudian ditentukan beberapa masalah yang akan segera ditangani sesuai dengan kemampuan pemerintah. Dalam bentuk siklus, model perumusan masalah William Dunn dapat dilihat sebagai berikut. Gambar 4 Tahap/Teknik Perumusan Masalah (William Dunn) 9
  • 11. Dalam konteks substansi pembahasan judul dari laporan ini, maka rincian permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah dengan menggunakan model analisis Willian Dunn dilihat sebagai berikut. Tabel 2. Perumusan Masalah Situasi Meta Masalah Masalah Substantif Masalah Formal Masalah Terhambatnya • Banyaknya Perda Aspek Ekonomi Keuangan: • Ketergantungan pembangunan bermasalah dan • Terbatasnya sumber PAD daerah yang daerah dibatalkan Pusat; dan rendahnya rasio antara amat tinggi thd • Banyaknya pungutan PAD dengan APBD; dana baru berupa pajak dan • Besarnya alokasi APBD perimbangan; retribusi; untuk biaya aparatur, dan • Lemahnya • Terbatasnya sumber rendahnya alokasi untuk kapasitas SDM; PAD dan rendahnya belanja publik; • Banyaknya rasio antara PAD • Ketergantungan daerah Perda dengan APBD; yang amat tinggi thd dana bermasalah • Besarnya alokasi perimbangan; dan dibatalkan APBD untuk biaya • High-cost economy di Pusat; aparatur, dan daerah; • Lemahnya visi rendahnya alokasi • Pertumbuhan ekonomi kepemimpinan untuk belanja publik; daerah yang rendah; dan kurang • Rendahnya daya • Tingginya angka kemiskin- tajamnya kreasi dan inovasi an & pengangguran. strategi kebijakan; pembangunan. • Lemahnya kapasitas Aspek SDM: SDM; • Lemahnya kapasitas SDM; • Ketergantungan • Rendahnya daya kreasi daerah yang amat dan inovasi kebijakan. tinggi thd dana perimbangan; Aspek Regulasi: • Tarik menarik kepenti- • Banyaknya Perda ngan Pusat & Daerah; bermasalah dan dibatalkan • High-cost economy di Pusat; daerah; • Banyaknya pungutan baru • Pertumbuhan ekonomi berupa pajak dan retribusi. daerah yang rendah; • Masih tingginya angka Aspek Kelembagaan: kemiskinan dan • Tarik menarik kepentingan pengangguran; Pusat dan Daerah; • Rendahnya kualitas • Rendahnya kualitas pelayanan publik; pelayanan publik; • Lemahnya visi • Lemahnya visi kepemimpinan dan kepemimpinan dan kurang kurang tajamnya tajamnya strategi strategi pembangunan. pembangunan 10
  • 12. 5. Penetapan Tujuan dan Peramalan Kebijakan Dari masalah formal yang telah ditemukan melalui teknik perumusan masalah model William Dunn, kemudian ditentukan kebijakan publik yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut serta tujuan yang diharapkan atau target yang harus dicapai dengan ditempuhnya kebijakan tersebut. Selain itu, seiring dengan tujuan yang ditetapkan, perlu pula dirumuskan ramalan masa depan dan dampak yang mungkin timbul dari diimplementasikannya kebijakan publik tersebut. Tabel dibawah ini menggambarkan secara sistemik antara masalah formal dan penuangannya dalam tujuan kebijakan serta ramalan masa depan dan dampak kebijakan. Tabel 3. Penetapan Tujuan dan Peramalan Kebijakan Publik Masalah Kebijakan Ramalan Masa Dampak No Tujuan KP Formal Publik Depan KP Kebijakan 1 2 3 4 5 6 1 Ketergantungan Penguatan Meningkatnya Kemandirian Pembangunan daerah yang kapasitas fiskal kemandirian pemda akan daerah dapat amat tinggi thd pemda dalam meningkat dan dilakukan dana hal kapasitas mengurangi secara lebih perimbangan anggaran ketergantungan cepat. kepada pusat 2 Lemahnya Peningkatan Meningkatnya Kemampuan Pada jangka kapasitas SDM kapasitas SDM kapasitas SDM SDM relatif panjang akan baik dalam hal meningkat memberi efek knowledge seiring meningkatkan maupun skill. meningkatnya produktivitas program organisasi, pengembangan namun pada SDM jangka pendek membutuhkan investasi besar 3 Banyaknya Perda Evaluasi dan Terciptanya Masih cukup Mengendalikan bermasalah dan penataan Perda yang banyak Perda yg jumlah Perda dibatalkan Pusat regulasi ramah usaha bermasalah yang dan dapat hingga bermasalah memacu iklim ketergantungan dan menjaga usaha yang Pemda dapat iklim usaha kondusif ditekan tetap kondusif 11
  • 13. 4 Lemahnya visi Penajaman visi • Terbentuknya Masih sulit Dapat kepemimpinan dan strategi OPD yang mewujudkan meningkatkan dan kurang pembangunan ramping & OPD yang penghematan tajamnya strategi daerah efektif. ramping & efektif anggaran, pembangunan • Tersusunnya karena kendala sehingga daerah. rencana jumlah pegawai dapat pembangu- & orientasi dilakukan nan yang jabatan realokasi pada sesuai sektor2 yang kebutuhan lebih prioritas masyarakat & kemampuan APBD. 6. Perumusan Aternatif, Penentuan Kriteria, dan Penilaian Alternatif Setelah teridentifikasi tujuan dan peramalan atas 4 (empat) kebijakan publik terpilih, maka dilakukan pembobotan untuk mengetahui mana diantara ke- 4 kebijakan publik tersebut yang harus mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Dalam rangka menemukan opsi kebijakan publik sesuai urutan prioritasnya, perlu dikembangkan kriteria sebagai tolok ukurnya. Dalam hal ini, digunakan analisis PETS, yakni Political Viability (kelayakan secara politis), Economic Feasibility (kelayakan secara ekonomis), Technical Feasibility (kelayakan secara teknis), serta Administrative Operability (efektivitas implementasinya secara administratif), yang secara lebih detil dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. 12
  • 14. Tabel 4. Kriteria dalam Penetapan Prioritas Kebijakan Publik, serta Skala dan Bobotnya NO KRITERIA INTERPRETASI SKALA BOBOT “PETS” 1 Political • Acceptability: Apakah alternatif 1 (sangat tidak 40 Viability tsb diterima aktor kebijakan & tepat/sesuai) target-group? s/d 4 (sangat • Appropriateness: Apakah tepat/sesuai) alternatif tsb sesuai dengan nilai2 masyarakat? • Responsiveness: Apakah alternatif tsb sesuai dengan kebutuhan masyarakat? • Legal suitability: Apakah alternatif tsb didukung oleh perangkat hukum? • Equity: Apakah efek & dampak kebijakan menjamin aspek keadilan antar kelompok masyarakat? 2 Economic Efficiency (biaya dan hasil): 1 (sangat tidak 35 Feasibility Apakah biaya yang diperlukan efisien) s/d 4 dapat menghasilkan tingkat (sangat efisien) efektivitas yang diharapkan? 3 Technical Effectiveness (pencapaian tujuan): 1 (sangat tidak 10 Feasibility Apakah alternatif kebijakan efektif) s/d 4 mencapai tujuan atau hasil (akibat) (sangat efektif) yang diharapkan? 4 Administrative • Apakah tersedia staf yang 1 (sangat tidak 15 Operability cukup? memungkinkan • Apakah instansi terkait akan untuk mendukung implementasi dilaksanakan) kebijakan? s/d 4 (sangat • Apakah tersedia sarana untuk memungkinkan melaksanakan kebijakan? untuk • Apakah kebijakan dapat dilaksanakan) dilaksanakan tepat waktu? Atas dasar kriteria diatas, maka dapat dilakukan pemilihan prioritas kebijakan publik sebagai berikut: 13
  • 15. Tabel 5. Pembobotan Alternatif Kebijakan dan Urutan Prioritanya Kelayakan Kelayakan Kelayakan Implementasi Kebijakan Teknis Ekonomis Politis Administratif Total Pilih Publik Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Penguatan kapasitas 4 40 4 140 3 120 3 45 345 1 fiskal Peningkatan kapasitas 3 30 3 105 4 160 3 45 340 2 SDM Evaluasi dan penataan 2 20 2 70 3 120 4 60 220 4 regulasi Penajaman visi dan strategi 3 30 3 105 2 80 3 45 260 3 pembangunan daerah Dari instrumen pembobotan dan prioritasi tersebut telah diketemukan prioritas kebijakan publik yang perlu diimplementasikan untuk membangun kemandirian daerah sekaligus mengakselerasi pembangunan sosial ekonomi daerah. Namun urutan prioritas ini bukan berarti bahwa prioritas ketiga dan keempat adalah urutan yang tidak penting atau tidak perlu dilaksanakan. Keempat strategi atau kebijakan publik tersebut harus dilaksanakan secara simultan, sehingga hasil yang diinginkan dapat terwujud lebih cepat. Selain itu, alasan mengapa keempat strategi tersebut harus dilasanakan secara bersama- sama adalah agar masalah yang bersifat simptomatis maupun masalah yang bersifat fundamental dapat diatasi secara bersama-sama pula, sehingga tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari. 8. Sinergi Antar Instansi Pemerintah Dalam Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah Aspek yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan implementasi kebijakan adalah adanya sinergi antar pelaku/aktor dan stakeholder kebijakan. 14
  • 16. Demikian pula dalam konteks kebijakan penguatan kemandirian daerah dan akselerasi pembangunan sosial ekonomi, terdapat banyak institusi yang berkepentingan dan turut bertanggungjawab untuk melaksanakan dengan penuh konsistensi. Gambar 6 dibawah ini memperlihatkan institusi yang harus mengambil peran terbesar dalam setiap kebijakan publik yang telah ditetapkan. Namun, bukan berarti bahwa hanya institusi yang disebutkan yang paling bertanggungjawab atas keberhasilan kebijakan termaksud. Diluar institusi tersebut, tentu masih banyak stakeholder yang harus dilibatkan, baik pada tataran implementasi maupun dalam konteks pengawasannya. Gambar 6 Sinergi Antar Instansi Pemerintah Dalam Kebijakan Penguatan Kemandirian Daerah dan Akselerasi Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah E. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Simpulan a. Dari paparan sejak latar belakang hingga analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi terkait dengan maraknya kebijakan daerah (Perda) yang dibatalkan sesungguhnya memiliki akar masalah yang lebih dalam dan lebih rumit. Untuk itu, strategi atau kebijakan publik yang dibutuhkan tidak cukup hanya untuk memecahkan masalah jangka pendek 15
  • 17. dan simptomatis, pada saat yang sama juga harus dirumuskan kebijakan yang berorientasi jangka panjang untuk memecahkan masalah fundamentalnya. b. Dari hasil analisis, dihasilkan 2 (dua) kebijakan yang berorientasi jangka pendek dan dimaksudkan untuk mengatasi masalah simptomatis, yakni evaluasi dan penataan regulasi, serta penajaman visi dan strategi pembangunan daerah. Selain itu, dihasilkan pula 2 (dua) kebijakan yang berorientasi jangka panjang dan dimaksudkan untuk mengatasi masalah fundamental, yakni peningkatan kapasitas SDM aparatur, serta penguatan desentralisasi fiskal. Dengan kebijakan tersebut, diyakini dapat mengatasi masalah pokok yakni rendahnya kemandirian pemerintah daerah yang mengakibatkan lambatnya akselerasi pembangunan sosial ekonomi daerah. 2. Rekomendasi a. Kebijakan yang baik hanya dapat efektif jika baik dalam tahap implementasinya. Oleh karena itu, adanya sinergi yang harmonis antar pelaku/actor kebijakan dan seluruh stakeholdernya menjadi syarat mutlak (condition sine qua non) yang harus dipenuhi. Agar sinergi ini dapat berjalan optimal, maka masing-masing instansi harus memahami tanggungjawabnya serta melakukan pemantauan dan pengukuran kinerja terhadap bidang tugas yang menjadi wewenangnya. DAFTAR BACAAN / REFERENSI Dunn, William N., 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terjemahan, Edisi 2, Cet. Ke-5, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hirawan, Susiyati Bambang, 2007, Desentralisasi Fiskal Sebagai Suatu Upaya Meningkatkan Penyediaan Layanan Publik Bagi Orang Miskin di Indonesia, Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Ekonomi, Universitas Indonesia. LAN, 2011, Kajian Kebijakan Publik, Modul 2 Diklat Kepemimpinan Tingkat II, Pusdiklat SPIMNAS Bidang Kepemimpinan. 16
  • 18. Suhendra, Maman, dan Hidayat Amir, 2006, Fiscal Decentralization in Indonesia: Current Status and Future Challenges, dalam Jurnal Keuangan Publik, Kemenetrian Keuangan. http://mashidayat.files.wordpress.com/2008/04/08-fiscal- decentralization-in-indonesia-current-status-and-future-challengges-jkp-sept-20061.pdf 17