SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 17
Downloaden Sie, um offline zu lesen
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI
BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI
(Studi Kasus Di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo)
YENI KURNIAWAN
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Alamat : Bedingin RT 02 RW IV Banmati, Sukoharjo, Sukoharjo
No Hp. 085 642 144 111, E – mail : yenikurniawan118@yahoo.co.id
Abstrak
Perkembangan jaman saat ini semakin pesat, teknologi yang digunakan
semakin maju, canggih dan modern. Banyak industri yang berdiri baik di kota
maupun di pedesaan. Wilayah pedesaan yang strategis dipilih untuk memudahkan
distribusi. Hal ini mengakibatkan terjadinya transformasi mata pencaharian.
Masyarakat mengalami transisi atau perubahan mata pencaharian dari sektor
pertanian sebagai petani dan buruh tani menuju sektor non pertanian sebagai
buruh pabrik serta membuka usaha jasa. Keadaan ini mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan masyarakat terutama pada kehidupan sosial ekonomi mengalami
perubahan dan peningkatan. Berdirinya industri dapat membuka lapangan kerja
bagi masyarakat sekitarnya. Mereka dapat bekerja di sektor industri sebagai
karyawan dan dapat membuka usaha. Dahulu, masyarakat memiliki sifat
solidaritas sosial yang kuat. Namun, tanpa disadari keberadaan industri
mengakibatkan solidaritas sosial mulai melemah. Ciri-ciri masyarakat pedesaan
mulai memudar. Masyarakat semakin heterogen, individual, sibuk bekerja dan
meninggalkan kegiatan sosial yang selama ini diikutinya. Karena pembagian kerja
yang tinggi. Oleh karena itu, masyarakat memerlukan strategi bertahan agar
usahanya tetap bertahan bahkan berkembang. Strategi bertahan yang dimiliki
masyarakat antara lain : pertama, adaptasi sosial ekonomi dengan cara masyarakat
mengikuti kegiatan sosial ekonomi dan memiliki pekerjaan sampingan. Kedua,
masyarakat memiliki strategi usaha dengan cara berperilaku baik dan menjalin
relasi sosial dengan pemerintah kelurahan. Ketiga, menjalin relasi dengan
keluarga, rekan kerja dan masyarakat. Empat, masyarakat Jetis tidak hanya fokus
pada satu pekerjaan. Selain itu mereka mengajarkan pola yang ada dalam
masyarakat kepada anak.
Kata kunci : masyarakat, sosial ekonomi, strategi bertahan, industri
PENDAHULUAN
Pembangunan dirancang dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat yang menuntut adanya
perubahan sosial budaya sebagai
penghasil dan pendukungnya. Ranjabar
(2006: 178-179) menyatakan bahwa,
“pembangunan nasional adalah suatu
upaya melakukan transformasi atau
perubahan masyarakat, yaitu transformasi
dari budaya masyarakat agraris
tradisional menuju budaya masyarakat
industri modern dan masyarakat
informasi yang tetap berkepribadian
Indonesia”. Dahulu, masyarakat bermata
pencaharian di sektor pertanian sebagai
petani dan buruh tani dengan penghasilan
yang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan keluarga saja.
Mereka hidup rukun, saling gotong
royong, dan memiliki solidaritas sosial
yang kuat. Namun, seiring perkembangan
jaman teknologi semakin modern.
Keadaan ini menyebabkan berdirinya
industri dan mengakibatkan lahan
pertanian semakin sempit. Tenaga
manusia diganti dengan tenaga mesin.
Kehidupan sosial ekonomi di
Sukoharjo mulai mengalami peningkatan.
Berdasarkan badan pusat statistik,
“jumlah kemiskinan di Sukoharjo pada
tahun 2012 mencapai 174.150 (20,6
persen) dari total penduduk sebanyak
846.978 jiwa. Sedangkan pada tahun
2011 jumlah masyarakat miskin sebanyak
37 persen dari keseluruhan jumlah
penduduk”. Data tersebut menunjukkan
jumlah masyarakat yang miskin di
Sukoharjo mengalami penurunan dan
dapat disimpulkan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat mengalami
peningkatan.
Kehidupan sosial ekonomi
masyarakat di Sukoharjo tidak hanya
tergantung pada sektor pertanian saja.
Mengingat lahan pertanian di Sukoharjo
semakin menyempit akibat adanya
industri. Oleh karena itu, masyarakat pun
beralih profesi dari sektor pertanian ke
sektor non pertanian sebagai buruh pabrik
dan membuka usaha. Keadaan ini
mengakibatkan masyarakat semakin
sibuk dengan pekerjaannya. Hal ini
menyebabkan mereka kurang berinteraksi
dengan anggota masyarakat lain.
Dari latar belakang tersebut, maka
permasalahan yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pola
kehidupan sosial ekonomi masyarakat
sekitar industri di Kelurahan Jetis,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo ? (2) Bagaimana strategi
bertahan masyarakat sekitar industri
dalam meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi di Kelurahan Jetis, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo ?
Berdasarkan latar belakang
masalah, maka tujuan penelitian ini
adalah (1) Untuk mengetahui pola
kehidupan sosial ekonomi masyarakat
sekitar industri di Kelurahan Jetis,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo. (2) Untuk mengetahui strategi
bertahan masyarakat sekitar industri
dalam meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi di Kelurahan Jetis, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.
Review Literatur
Kehidupan sosial ekonomi
merupakan kegiatan seseorang yang
berhubungan dengan orang lain. Manusia
merupakan makhluk sosial dimana
mereka tidak dapat hidup sendiri.
Menurut Aristoteles, manusia merupakan
zoon politicon yaitu makhluk sosial yang
menyukai hidup bergolongan atau lebih
suka mencari teman untuk hidup bersama
daripada hidup sendiri. Manusia
memerlukan bantuan dari orang lain
mulai dari manusia dilahirkan sampai
meninggal dunia. Manusia selalu
berinteraksi, berelasi, berkomunikasi,
saling membutuhkan dan saling
membantu. Setiap individu mempunyai
keinginan untuk berhubungan dengan
orang lain. Menurut Bintarto (1989: 63)
bahwa, relasi adalah hubungan antara dua
gejala, dua komponen, dua individu atau
lebih yang dapat menimbulkan pengaruh.
Dapat dimaknai relasi sosial itu
merupakan hubungan yang dinamis
dalam masyarakat. Relasi menimbulkan
pengaruh timbal balik antara individu dan
masyarakat karena relasi dimulai dari
pertemuan dimana masyarakat tersebut
saling menyapa, bersalaman, berbicara,
saling mempengaruhi atau bertukar
pikiran.
Relasi sosial yang terjalin dalam
masyarakat mengakibatkan terbentuknya
solidaritas. Solidaritas di masyarakat
sangat diperlukan untuk menjaga
keharmonisan antar kelompok
masyarakat dan membangun desa agar
lebih maju. Antara kelompok masyarakat
harus menjalin relasi agar usaha yang
dimilikinya dapat terus bertahan dan
berkembang. Oleh karena itu orang akan
berelasi dan berinteraksi dalam
kehidupan sosial agar hubungan ekonomi
tetap terjalin.
Relasi sosial pada masyarakat
dapat dilihat dari karakteristik desa. Desa
mempunyai karakteristik tertentu,
sejumlah sosiolog seperti Ferdinand
Tonnies, Charles H. Cooley, Emile
Durkheim dan tokoh yang lain cenderung
mengacu ke pola-pola pemikiran yang
bersifat teoritik, seperti konsep-konsep
dikhotomik (Rahardjo, 2010: 39).
Solidaritas sosial juga dapat
digunakan untuk membedakan
karakteristik desa dan kota. Solidaritas
sosial menurut Durkheim harus menjadi
objek utama dalam menjelaskan realitas
sosial (Samuel, 2010). Seperti Spencer,
Durkheim juga melihat masyarakat
sebagai sebuah organisme biologis.
Pemikiran Durkheim didasari pada gejala
sosial, ia mengamati perubahan sosial
dari masyarakat primitif (tradisional)
menuju masyarakat industri.
Durkheim mengamati bahwa
peningkatan sistem pembagian kerja
tersebut berimplikasi pada perubahan tipe
solidaritas sosial yang dikaitkan dengan
tingkat pembagian kerja dalam
masyarakat. Pada masyarakat dengan
sistem pembagian kerja yang rendah,
akan menghasilkan tipe solidaritas
mekanik, sedangkan pada masyarakat
dengan pembagian kerja yang kompleks
akan menghasilkan tipe solidaritas
organik (Lauer, 1982; Samuel, 2010).
“Solidaritas mekanik terbentuk karena
kesamaan-kesamaan antara anggota
masyarakat dan solidaritasnya
menciptakan hubungan yang bersifat
informal. Sedangakan solidaritas organik
terbentuk karena perbedaan-perbedaan
antara anggota masyarakat dan
solidaritasnya bersifat formal karena
adanya pembagian kerja atau division of
labor (Martono, 2011: 42-44)”.
“Masyarakat desa cenderung
memiliki solidaritas sosial yang
kuat. Solidaritas sosial ini
didasarkan atas kesamaan
menciptakan hubungan informal,
masyarakat bersifat komunal atau
“guyub”. Sehingga masyarakat
desa cenderung memiliki
solidaritas mekanik.
Durkheim membagi solidaritas
sosial menjadi dua antara lain:
1. Solidaritas Mekanik yaitu
solidaritas yang berdasarkan
tali ikatan tradisional.
2. Solidaritas Organik yaitu
masyarakat yang berkembang
atas dasar pembagian kerja.
(Maliki, 2004: 87)”.
Emile Durkheim
memberikan karakteristik desa
dan kota dengan konsepnya
tentang solidaritas mekanik dan
organik dengan ciri-ciri yaitu:
Masyarakat
Desa
(Solidaritas
Mekanik)
Masyarakat
Kota
(Solidaritas
Organik)
Pembagian
kerja rendah
Pembagian
kerja tinggi;
Kesadaran
kolektif kuat
Kesadaran
kolektif lemah;
Hukum represif
dominan
Hukum
restitutif
dominan;
Individualitas
rendah;
Individualitas
tinggi;
Konsensus
terhadap pola-
pola normatif
itu penting;
Konsensus pada
nilai-nilai
abstrak dan
umum itu
penting;
Keterlibatan
komunitas
dalam
menghukum
orang yang
menyimpang;
Badan-badan
kontrol sosial
yang
menghukum
orang-orang
yang
menyimpang;
Secara relatif
saling
ketergantungan
itu rendah;
Saling
ketergantungan
yang tinggi;
Bersifat primitif
atau pedesaan
Bersifat
industrial
perkotaan
Tabel 2.2 Karakteristik Masyarakat
Desa dan Kota (Johnson, 1986:
188)
Relasi ekonomi merupakan
hubungan dinamis dalam masyarakat
yang berkaitan dengan mata pencaharian
dan perolehan pandapatan. Perekonomian
masyarakat pedesaan dapat dilihat adanya
gejala-gejala upaya pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan
kebutuhan hidup tersebut memiliki suatu
pencirian sistem sosial ekonomi tertentu.
Menurut Parsons, kehidupan
sosial masyarakat dipandang sebagai
suatu sistem sosial. Artinya kehidupan
tersebut harus dilihat sebagai suatu
keseluruhan atau totalitas dari bagian-
bagian atau unsur-unsur yang saling
berhubungan dalam suatu kesatuan (Dwi
Narwoko dan Bagong Suyanto, 2011:
124-125).
Sistem sosial yang dijelaskan oleh
Parson melalui empat Subsistem yang
menjelaskan fungsi-fungsi utama di
dalam kehidupan masyarakat yang sering
disingkat dengan skema AGIL. Hal ini
digunakan agar masyarakat dapat
bertahan (resistance). AGIL yaitu :
1. Adaptation (Adaptasi) sebuah
sistem harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu
dengan kebutuhannya.
2. Goal attainment (pencapaian
tujuan) sebuah sistem harus
mendefinisikan dan mencapai
tujuan utamanya.
3. Integration (Integrasi) sebuah
sistem harus mengatur antar
hubungan yang menjadi
komponen.
4. Latency (Latensi atau
pemeliharaan pola) sebuah sistem
harus memperlengkapi,
memelihara dan memperbaiki
baik motivasi individual maupun
pola-pola kultural yang
menciptakan dan menopang
motivasi. (Ritzer, 2008: 121)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di
Kelurahan Jetis yang terletak di
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan
strategi studi kasus ganda terpancang.
Data diambil dari data primer dan
sekunder. Sedangkan sumber data dalam
penelitian ini yaitu narasumber atau
informan, peristiwa dan aktivitas serta
dokumen dan arsip. Teknik pengambilan
cuplikan dengan menggunakan teknik
purposive dengan snowball sampling.
Teknik pengumpulan data dengan cara
observasi langsung, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Uji validitas
data dilakukan dengan teknik triangulasi
data atau sumber dan triangulasi metode.
Analisis data menggunakan teknik
analisis data interaktif dengan tahapan
yaitu : pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Prosedur penelitian dimulai
dari persiapan, pengumpulan data,
analisis data dan penyusunan laporan
penelitian.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Solidaritas Sosial Ekonomi
Masyarakat Sekitar Industri
Kehidupan sosial ekonomi
merupakan kegiatan seseorang yang
berhubungan dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kehidupan sosial dan
ekonomi termasuk dalam sebuah
sistem yang disebut masyarakat.
Koentjaraningrat (2002: 146-147)
mengungkapkan, “masyarakat
merupakan kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat-istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu, dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas bersama”.
Masyarakat Jetis termasuk
masyarakat transisi. Maksudnya,
wilayah ini mengalami pergeseran
dari sektor pertanian ke sektor non
pertanian. Masyarakat Jetis
mengalami perubahan dari
masyarakat pedesaan (rural
community) atau tradisional menuju
masyarakat perkotaan (urban
community) atau modern. Wilayah
Jetis dahulu merupakan hamparan
sawah yang luas berwarna hijau
dan menguning ketika musim
panen. Oleh karena itu, masyarakat
Jetis memiliki mata pencaharian
sebagai petani. Kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Jetis terjalin
sangat erat. Mereka memiliki waktu
luang untuk berinteraksi dengan
sesama dan dapat mengikuti
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Mereka memiliki sifat homogen,
gotong royong antar sesama, rasa
kekeluargaan, menjunjung tinggi
nilai dan norma yang ada.
Sedangkan, kehidupan ekonomi
masyarakat menengah ke bawah.
Karena mereka hanya
mengandalkan penghasilan dari
sektor pertanian saja. Hasil
pertanian tersebut hanya cukup
digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Sekarang, kehidupan sosial
ekonomi masyarakat mengalami
perubahan dan peningkatan.
Keadaan ini dapat dilihat di
wilayah Jetis. Mata pencaharian
masyarakat beralih dari sektor
pertanian ke sektor non pertanian.
Kehidupan sosial masyarakat
berubah dalam hal solidaritas
sosial. Mereka mulai bersifat
heterogen, pembagian kerja yang
tinggi, individualitas, dan kurang
peduli dengan lingkungan sekitar
tempat tinggalnya. Mereka sibuk
dengan dunia kerjanya. Mereka
hanya membayar administrasi
untuk kas sebagai pengganti
ketidak hadiran dalam kegiatan
kemasyarakatan. Hal ini terutama
dilakukan oleh masyarakat yang
bekerja di sektor industri. Karena
pembagian kerja tinggi.
Sedangkan kehidupan
ekonomi masyarakat semakin
meningkat. Berdiri dan perluasan
industri telah membuka peluang
bagi masyarakat Jetis. Mereka
dapat bekerja sebagai buruh pabrik
atau karyawan dan dapat membuka
usaha di sekitar industri. Antara
lain warung, warung makan,
tempat penitipan, tempat kost dan
usaha jasa lainnya. Peluang tersebut
tidak hanya dimanfaatkan oleh
masyarakat Jetis saja melainkan
juga masyarakat sekitar wilayah
Jetis. Apalagi saat hari sabtu
sepanjang jalan sekitar industri
banyak pedagang yang menjajakan
dagangan dengan mobil.
Menurut teori Durkheim
tentang perubahan sosial dalam hal
solidaritas sosial. Solidaritas sosial
dibagi menjadi dua yaitu solidaritas
mekanik dan organik. Solidaritas
mekanik terbentuk karena
kesamaan-kesamaan antara anggota
masyarakat dan solidaritasnya
menciptakan hubungan yang
bersifat informal. Konsep
solidaritas mekanik digunakan
untuk menjelaskan karakteristik
desa. Sedangakan konsep
solidaritas organik digunakan untuk
menjelaskan karakteristik kota.
Solidaritas organik terbentuk
karena perbedaan-perbedaan antara
anggota masyarakat dan
solidaritasnya bersifat formal
karena adanya pembagian kerja
atau division of labor (Nanang
Martono, 2011: 42-44)”.
Pola kehidupan sosial
ekonomi masyarakat sekitar
industri akan dijelaskan
menggunakan teori Emile
Durkheim tentang perubahan sosial
dalam hal solidaritas sosial.
Selanjutnya berdasarkan temuan
data lapangan Kelurahan Jetis
diuraikan sebagai berikut :
a. Pembagian Kerja
Pembagian kerja
terbagi menjadi dua yaitu
pembagian kerja rendah dan
pembagian kerja tinggi.
Pembagian kerja rendah
artinya pembagian kerja yang
tidak benar-benar terstruktur
dengan baik. Pembagian kerja
ini biasanya hanya
mengandalkan keluarga
(suami, istri, anak dan
anggota keluarga yang lain)
untuk membantu usahanya.
Sedangkan pembagian kerja
tinggi artinya pembagian
kerja terstruktur dengan
administrasi yang baik. Hal
ini dilakukan dengan cara
mempekerjakan orang lain
(karyawan) yang bukan
keluarga untuk membantu
kegiatan ekonomi. Mereka
diberi upah sebagai hasil
kerjanya. Warga Jetis
menggunakan pembagian
kerja rendah. Namun, di Jetis
juga terdapat pembagian kerja
tinggi. Biasanya digunakan
pada usaha-usaha yang
lumayan besar.
b. Kesadaran Kolektif
Masyarakat Kelurahan
Jetis memiliki kesadaran
kolektif kuat. Walaupun
wilayah Jetis terdapat industri
dan sebagian masyarakat
bekerja di pabrik tapi
masyarakat Jetis masih
memiliki ciri pedesaan.
Masyarakat menjalin
hubungan sosial ekonomi
dengan anggota masyarakat
yang lain. Mereka
berinteraksi dan mengikuti
kegiatan kemasyarakatan.
Seperti gotong royong atau
kerja bakti, arisan, acara
hajatan, menjenguk tetangga
dan saling berbagi.
c. Hukum Represif Dominan
Hukuman represif
diberlakukan hanya semata-
mata agar pelanggar hukum
jera dan mendapat hukuman
yang sebanding dengan
pelanggarannya. Selain itu,
masyarakat yang melanggar
dapat dijauhi atau mendapat
sanksi sosial dari masyarakat.
Hal ini dilakukan supaya
masyarakat tidak mengulangi
perbuatan tersebut.
Masyarakat Jetis masih
menggunakan hukum represif
dominan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan informan.
Masyarakat yang melanggar
peraturan dan tidak mengikuti
kegiatan kemasyarakatan
akan mendapat sanksi denda
atau administrasi dan dapat
dijauhi anggota masyarakat
yang lain.
d. Individualitas
Masyarakat Jetis
mulai memiliki sifat
heterogen, kurang
berinteraksi dengan sesama di
lingkungan tempat tinggal,
tidak mengikuti kegiatan
sosial yang ada di
masyarakat, semakin
individual serta memiliki
solidaritas sosial yang lemah.
Sedangkan sebagian besar
masyarakat asli Jetis, mereka
masih memiliki kolektivitas
yang kuat.
e. Konsensus
Konsensus merupakan
musyawarah yang
menghasilkan kesepakatan
bersama. Dalam kehidupan
bermasyarakat perlu adanya
peraturan, nilai dan norma
sebagai pedoman hidup.
Masyarakat harus mematuhi
dan melaksanakannya agar
tercipta keselarasan, tidak
terjadi penyimpangan.
Masyarakat Jetis masih
menganggap konsensus
terhadap pola-pola normatif
itu penting. Artinya
masyarakat Jetis patuh
terhadap tokoh-tokoh
masyarakat yang memiliki
peraturan bersifat menyeluruh
dan umum. Misalnya, tamu
yang menginap di rumah
warga harus melapor pada
ketua RT setempat.
f. Keterlibatan Komunitas
dalam Menghukum Orang
yang Menyimpang
Masyarakat Jetis
saling bekerja sama dengan
tokoh-tokoh masyarakat
dalam menghukum orang
yang menyimpang. Mereka
mengawasi perilaku
masyarakat terlebih lagi pada
pergaulan di tempat kos yang
tidak ada pemiliknya.
Biasanya tempat kos
digunakan untuk hal-hal yang
tidak baik. Namun, pergaulan
bebas yang terjadi terkadang
juga tidak diketahui
masyarakat sekitar. Karena
sibuk dengan pekerjaan
masing-masing. Oleh karena
itu keterlibatan komunitas
yang ada di wilayah Jetis
sangat diperlukan untuk ikut
mengawasi perilaku
masyarakat.
g. Sifat Ketergantungan
Sifat ketergantungan
artinya masyarakat tidak
dapat melakukan aktivitas
atau kegiatan tanpa bantuan
orang lain. Menurut
Aristoteles manusia
merupakan zoon politicon
yaitu makhluk sosial yang
menyukai hidup bergolongan
atau lebih suka mencari
teman untuk hidup bersama
daripada hidup sendiri.
Masyarakat Jetis
memiliki sifat ketergantungan
yang rendah. Mereka tidak
tergantung dengan bantuan
dari pihak luar atau
pemerintah. Masyarakat yang
mendapat bantuan hanya
sebagian kecil saja. Mereka
banyak yang memiliki usaha
dan menjual sendiri.
h. Bersifat Pedesaan dan
Industrial
Di wilayah Jetis
terdapat industri terbesar di
Kabupaten Sukoharjo.
Keadaan ini menyebabkan
masyarakat Jetis mengalami
perubahan. Baik dalam
kehidupan sosial maupun
kehidupan ekonomi.
Masyarakat Jetis memiliki
sifat pedesaan dan industrial.
Maksudnya masyarakat Jetis
sebagian memiliki sifat
pedesaan atau paguyuban
(gemeinschaft) dan sifat
industrial yang identik
dengan masyarakat perkotaan
atau patembayan
(gesselschaft). Gemeinschaft
dimiliki oleh masyarakat
Jetis. Sedangkan, geseelschaft
dimiliki oleh masyarakat
yang bekerja di sektor
industri.
2. Strategi Bertahan Masyarakat
Sekitar Industri dalam
Meningkatkan Kehidupan Sosial
Ekonomi
Keberadaan industri di
wilayah Jetis menjadikan
masyarakat beralih profesi.
Masyarakat yang tadinya bekerja di
sektor pertanian dan buruh
bangunan beralih ke sektor non
pertanian. Mereka bekerja di
industri dan membuka usaha di
sekitar industri. Usaha yang dibuka
oleh masyarakat pun sebagian
sama. Antara lain warung, warung
makan, tempat penitipan sepeda,
tempat kos dan usaha jasa lainnya.
Oleh karena itu, masyarakat
memerlukan strategi bertahan
dalam meningkatkan kehidupan
sosial ekonomi. Strategi ini
digunakan untuk mengadaptasikan
diri terhadap perubahan sosial dan
ekonomi.
Analisis Talcoot Parsons
dapat digunakan untuk menjelaskan
strategi bertahan masyarakat di
Kelurahan Jetis. Hal ini akan
dijelaskan melalui empat subsistem
dengan menjalankan fungsi-fungsi
utama di dalam kehidupan
masyarakat yang sering disingkat
dengan AGIL. (Ritzer, 2008: 121)
Masyarakat Jetis
memerlukan subsistem AGIL
sebagai strategi bertahan hidupnya.
Untuk itu akan dijelaskan sebagai
berikut :
a. Adaptation (Adaptasi)
Individu dalam
kehidupan bermasyarakat
mengikuti kegiatan
kemasyarakatan sebagai
upaya untuk beradaptasi di
lingkungan tempat
tinggalnya. Selain itu,
masyarakat juga memiliki
usaha sampingan untuk
memperoleh penghasilan dan
mampu mempertahankan
hidup karena terpenuhi
berbagai kebutuhannya.
b. Goal attainment
(pencapaian tujuan)
Tujuan utama
masyarakat bekerja yaitu
memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Melalui usaha
yang mereka miliki dapat
meningkatkan kehidupan
sosial dan ekonomi serta
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Usaha yang
dimiliki masyarakat pun
berbeda-beda. Namun, juga
ada yang sama. Oleh karena
itu, masyarakat Jetis memiliki
strategi usaha yaitu memiliki
perilaku yang baik dan
menjalin relasi dengan
pemerintah setempat.
Masyarakat Jetis memiliki
hubungan yang harmonis.
Apabila terjadi masalah yang
serius, masyarakat melakukan
musyawarah warga agar
permasalahannya dapat
terselesaikan dengan baik.
Sehingga, aktivitas sosial dan
ekonomi dapat berjalan
dengan baik.
c. Integration (Integrasi)
Dilaksanakan
melalui strategi menjalin
relasi sosial dan ekonomi.
Hubungan sosial ekonomi
dapat terjalin dengan cara
individu berinteraksi dan
bekerja sama dengan orang
lain seperti keluarga,
masyarakat dan rekan kerja.
Masyarakat yang memiliki
relasi yang baik akan lebih
mudah bekerja sama,
memiliki rekan kerja dan
pelanggan. Sehingga
usahanya dapat berkembang,
memperoleh penghasilan
yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan serta
mampu mempertahankan
hidup.
d. Latency (Latensi atau
pemeliharaan pola)
Masyarakat dalam
kehidupannya juga
memerlukan subsistem latensi
agar pola yang ada dalam
masyarakat tetap terpelihara.
Dalam hal ini, masyarakat
memerlukan pemimpin untuk
dijadikan panutan dan
mengatur anggota masyarakat
atau komunitas. Antara
masyarakat atau komunitas
dan pemimpin saling
bekerjasama dalam
melengkapi kegiatan
kemasyarakatan, ikut
memelihara nilai dan norma
serta ciri-ciri pedesaan,
masyarakat juga ikut
memperbaiki sikap
anggotanya yang melakukan
penyimpangan. Masyarakat
Jetis juga telah mengajarkan
dan mendidik anak-anaknya
tentang nilai dan norma yang
ada sebagai bekal hidupnya
kelak. Sehingga, pola yang
ada dalam masyarakat dapat
terpelihara.
Keempat subsistem tersebut
memiliki fungsi masing-masing
yang bekerja secara mandiri. Tetapi
saling berkaitan dan tergantung satu
dengan lainnya. Hal ini untuk
mewujudkan keutuhan dan
kelestariannya secara keseluruhan.
Sehingga strategi bertahan
masyarakat dapat terpenuhi dengan
AGIL. Strategi bertahan yang
dimiliki masyarakat dapat
digunakan untuk meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.
PENUTUP
Simpulan dan Saran
Berdasarkan uraian yang telah
dijelaskan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pola Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Sekitar Industri
Pola kehidupan sosial
ekonomi masyarakat sekitar
industri mengalami perubahan dan
peningkatan seperti :
a. Masyarakat Jetis termasuk
dalam masyarakat transisi.
Masyarakat pedesaan (rural
community) yang bersifat
gemeinschaft menuju
masyarakat perkotaan (urban
community) yang bersifat
gesselschaft. Mereka dahulu
memiliki mata pencaharian di
sektor pertanian sebagai
petani dan kini mulai beralih
profesi di sektor non
pertanian.
b. Masyarakat Jetis memiliki
solidaritas sosial yaitu
solidaritas mekanik menuju
solidaritas organik.
Solidaritas mekanik dimiliki
oleh masyarakat yang bekerja
di sektor pertanian dan
masyarakat yang memiliki
usaha di rumah. Mereka
memiliki sifat homogen,
gemeinschaft, peduli terhadap
sesama, memiliki rasa
kekeluargaan, menjunjung
gotong royong serta memiliki
relasi sosial ekonomi yang
terjalin baik. Sedangkan
solidaritas organik dimiliki
oleh masyarakat di sektor non
pertanian. Mereka memiliki
ciri-ciri heterogen, individual
dan gesselschaft. Mereka
semakin kompak dalam
pekerjaan tetapi kurang
kompak dalam
kemasyarakatan.
c. Keberadaan dan perluasan
industri menyebabkan
munculnya tempat kos yang
terkadang disalah gunakan
oleh penghuninya karena
kurang pengawasan dari
pemilik kos. Selain itu juga
memiliki dampak
pencemaran lingkungan
berupa debu batu bara.
d. Keberadaan industri
mengakibatkan munculnya
peluang usaha. Masyarakat
dapat bekerja di sektor
industri sebagai karyawan
dan membuka usaha disekitar
industri. Usaha di sekitar
industri antara lain toko
kelontong, pakaian, warung
makan, tempat penitipan
sepeda dan tempat kos.
Sehingga, di wilayah Jetis
terjadi deferensiasi pekerjaan.
2. Strategi Bertahan Masyarakat
Sekitar Industri
Masyarakat Jetis memiliki
strategi bertahan untuk
keberlangsungan hidupnya dengan
cara menerapkan fungsi-fungsi
utama. Ada 4 subsistem yang
dikembangkan oleh Parsons yakni
AGIL yang terdiri dari :
a. Adaptation (Adaptasi)
Masyarakat Jetis
melakukannya dengan cara
mengikuti kegiatan-kegiatan
sosial ekonomi. Selain itu,
masyarakat juga memiliki
usaha sampingan. Dengan
cara tersebut masyarakat
dapat memperoleh
penghasilan dan mampu
mempertahankan hidup
karena terpenuhi berbagai
kebutuhannya.
b. Goal attainment (pencapaian
tujuan)
Masyarakat memiliki tujuan
utama dalam membuka usaha
atau bekerja yaitu
memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan tetap eksis. Mereka
memiliki strategi usaha yaitu
memiliki perilaku yang baik
dan menjalin relasi dengan
pemerintah setempat.
c. Integration (Integrasi)
Individu menjalin relasi sosial
ekonomi dengan cara
berinteraksi dan bekerja sama
dengan orang lain seperti
keluarga, masyarakat serta
rekan kerja.
d. Latency (Latensi atau
pemeliharaan pola)
Masyarakat Jetis memiliki
peraturan dan mematuhi nilai-
norma sosial yang ada.
Mereka masih memelihara
pola dan telah
mengajarkannya pada anak-
anak. Dalam hal ini
masyarakat bekerja sama
dengan tokoh masyarakat
sekitar tempat tinggal.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dikemukakan sebelumnya, saran
yang diberikan sebagai berikut :
1. Kepada masyarakat di Kelurahan
Jetis, Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo
a. Masyarakat hendaknya
meningkatkan solidaritas
sosial dengan cara mengikuti
kegiatan kemasyarakatan,
saling gotong royong.
b. Masyarakat yang memiliki
usaha tempat kos hendaknya
memiliki peraturan seperti
batas waktu dan menyediakan
ruang tamu untuk
pengunjung.
c. Masyarakat hendaknya
mengembangkan kreatifitas
dalam membuat kerajinan di
industri kecil seperti
pemanfaatan barang bekas
berupa kertas bekas, kaleng
bekas dan bambu.
2. Kepada pemerintah Kelurahan Jetis
a. Pemerintah kelurahan
hendaknya memberikan
pelatihan kepada petani
mengenai pengolahan hasil
pertanian menjadi bahan
makanan dengan harga jual
yang lebih tinggi.
b. Pemerintah kelurahan
hendaknya menghidupkan
kembali paguyuban dan
tradisi yang tidak
bertentangan dengan ajaran
agama.
c. Pemerintah kelurahan
hendaknya mengadakan bazar
setiap 3 bulan atau 6 bulan
sekali sebagai upaya untuk
meningkatkan solidaritas
sosial masyarakat yang
semakin memudar.
d. Pemerintah Kelurahan
hendaknya lebih menegaskan
mengenai jam kunjung bagi
pengunjung di kos.
3. Kepada pemerintah daerah
Kabupaten Sukoharjo
Pemerintah daerah kabupaten
hendaknya menertibkan pedagang
kaki lima di sekitar industri dengan
cara menyediakan tempat berjualan
agar tidak terjadi kemacetan lalu
lintas di sekitar industri.
4. Bagi Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi hendaknya dapat
membuka kesempatan seluas-
luasnya bagi penelitian lebih lanjut
agar mampu memperdalam temuan
mengenai kehidupan sosial
ekonomi masyarakat pendatang di
sekitar industri, pedagang sektor
informal sekitar industri, pergaulan
di tempat kost, serta relasi sosial
ekonomi karyawan atau buruh
pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. Berita Resmi Statistik No. 75/11/Th.
XV, 5 November 2012 Tentang
Keadaan Ketenagakerjaan
Agustus 2012. Diperoleh 29 April
2013 dari
http://www.bps.go.id/brs_file/nak
er_05nov12.pdf
Damsar. (2002). Sosiologi Ekonomi Edisi
Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori
Sosiologi Klasik dan Modern
(Jilid I). Terjemahan Robert M. Z.
Lawang. Jakarta: PT Gramedia
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: Rineka
Cipta
Maliki, Zainuddin. (2004). Narasi
Agung: Tiga Teori Sosial
Hegemonik. Surabaya: LPAM
Martono, Nanang. (2011). Sosiologi
Perubahan Sosial: Perspektif
Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial. Jakarta: Rajawali
Pers
Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto.
(2011). Sosiologi: Teks Pengantar
dan Terapan. Jakarta: Kencana
Rahardjo. (2010). Pengantar Sosiologi
Pedesaan dan Pertanian.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial
Budaya Indonesia (Suatu
Pengantar). Bogor: Ghalia
Indonesia
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman.
(2008). Teori Sosiologi Modern,
Edisi Ke-6. Jakarta: Kencana
Shadily, Hassan. (1989). Sosiologi untuk
Masyarakat Indonesia. Jakarta:
Radar Jaya Offset
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers
Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta
Sutopo, H.B. (2006). Metodologi
Penelitian Kualitatif: Dasar Teori
dan Terapannya dalam
Penelitian. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaTugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJean Tambunan
 
Sosiologi pertanian
Sosiologi pertanianSosiologi pertanian
Sosiologi pertanianvzub
 
Laporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharianLaporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharianSiti Purwaningsih
 
T ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikT ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikRibca Laoli
 
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016Muchlis Soleiman
 
Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)
Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)
Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)Haniatur Rohmah
 
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan pjj_kemenkes
 
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan KotaMakala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan Kotarobiyanto
 
Perubahan sosial & kebudayaan
Perubahan sosial & kebudayaanPerubahan sosial & kebudayaan
Perubahan sosial & kebudayaanTety susisno
 
pengaruh budaya terhadap perikalu prososial
pengaruh budaya terhadap perikalu prososialpengaruh budaya terhadap perikalu prososial
pengaruh budaya terhadap perikalu prososialAgustin Ayu
 
makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3oyyim_ut
 
Tugas promosi kesehatan
Tugas promosi kesehatanTugas promosi kesehatan
Tugas promosi kesehatanNurSabillaMony
 
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalJaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalHabibullah
 
Pkm difabel (revisi 251012) baru
Pkm  difabel (revisi 251012) baruPkm  difabel (revisi 251012) baru
Pkm difabel (revisi 251012) baruZakiyul Mu'min
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikAi Roudatul
 
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia sahraintan
 

Was ist angesagt? (20)

Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaTugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Tugas sosiologi pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
 
Sosiologi pertanian
Sosiologi pertanianSosiologi pertanian
Sosiologi pertanian
 
Laporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharianLaporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharian
 
T ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikT ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politik
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
Perubahan sosial dan kebudyaan 2016
 
Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)
Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)
Makalah sosisologi pedesaan (lingkungan hidup pedesaan) (1)
 
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
 
Kelompok 3 ppt
Kelompok 3 pptKelompok 3 ppt
Kelompok 3 ppt
 
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan KotaMakala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
 
Perubahan sosial & kebudayaan
Perubahan sosial & kebudayaanPerubahan sosial & kebudayaan
Perubahan sosial & kebudayaan
 
pengaruh budaya terhadap perikalu prososial
pengaruh budaya terhadap perikalu prososialpengaruh budaya terhadap perikalu prososial
pengaruh budaya terhadap perikalu prososial
 
makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3
 
Konsep masyarakat
Konsep masyarakatKonsep masyarakat
Konsep masyarakat
 
Tugas promosi kesehatan
Tugas promosi kesehatanTugas promosi kesehatan
Tugas promosi kesehatan
 
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalJaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
 
Pkm difabel (revisi 251012) baru
Pkm  difabel (revisi 251012) baruPkm  difabel (revisi 251012) baru
Pkm difabel (revisi 251012) baru
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organik
 
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
 
Kapital sosial dan kemiskinan
Kapital sosial dan kemiskinanKapital sosial dan kemiskinan
Kapital sosial dan kemiskinan
 

Ähnlich wie SOSIALEKONOMI

Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxHarmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxFaisalAkbar680461
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIBaneg Susis
 
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesiaPokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesiaMuchlis Soleiman
 
masyarakat Multikultural
masyarakat Multikulturalmasyarakat Multikultural
masyarakat MultikulturalKhamiea Ekamia
 
Masyarakat majemuk
Masyarakat majemukMasyarakat majemuk
Masyarakat majemukRatna Yunita
 
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industriTransformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industriTrisna Nurdiaman
 
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Warnet Raha
 
Ppt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologiPpt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologiar_
 

Ähnlich wie SOSIALEKONOMI (20)

Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxHarmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
 
Asbal
AsbalAsbal
Asbal
 
Asbal
AsbalAsbal
Asbal
 
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesiaPokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesia
 
masyarakat Multikultural
masyarakat Multikulturalmasyarakat Multikultural
masyarakat Multikultural
 
Masyarakat majemuk
Masyarakat majemukMasyarakat majemuk
Masyarakat majemuk
 
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industriTransformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
 
Modal sosial kr
Modal sosial krModal sosial kr
Modal sosial kr
 
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptxMASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
 
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
 
Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya DasarIlmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar
 
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
 
Struktur sosial budaya
Struktur sosial budayaStruktur sosial budaya
Struktur sosial budaya
 
SOSIOLOGI.pptx
SOSIOLOGI.pptxSOSIOLOGI.pptx
SOSIOLOGI.pptx
 
PPt.pptx
PPt.pptxPPt.pptx
PPt.pptx
 
Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial
 
Ppt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologiPpt.ilmu ekologi
Ppt.ilmu ekologi
 
Makalah transdisiplin
Makalah transdisiplinMakalah transdisiplin
Makalah transdisiplin
 
putriamnnda .pdf
putriamnnda .pdfputriamnnda .pdf
putriamnnda .pdf
 

Mehr von Trisna Nurdiaman

kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_optkajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_optTrisna Nurdiaman
 
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologiPenerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologiTrisna Nurdiaman
 
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...Trisna Nurdiaman
 
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianUrgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianTrisna Nurdiaman
 
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)Trisna Nurdiaman
 
Kajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN KesehatanKajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN KesehatanTrisna Nurdiaman
 
The elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-lifeThe elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-lifeTrisna Nurdiaman
 
Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit Trisna Nurdiaman
 
Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaTrisna Nurdiaman
 
Teori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukanTeori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukanTrisna Nurdiaman
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTrisna Nurdiaman
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaTrisna Nurdiaman
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaTrisna Nurdiaman
 
Kapital buku iii karl marx [pos]
Kapital buku iii   karl marx [pos]Kapital buku iii   karl marx [pos]
Kapital buku iii karl marx [pos]Trisna Nurdiaman
 

Mehr von Trisna Nurdiaman (20)

kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_optkajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
 
20171023 pengumuman
20171023 pengumuman20171023 pengumuman
20171023 pengumuman
 
(Aya) bin
(Aya) bin(Aya) bin
(Aya) bin
 
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologiPenerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
 
Pernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam IslamPernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam Islam
 
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
 
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianUrgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
 
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)
 
Kajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN KesehatanKajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
 
The elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-lifeThe elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-life
 
Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit
 
Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesia
 
Teori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukanTeori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukan
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
 
Filsafat ilmu [full pos]
Filsafat ilmu [full   pos]Filsafat ilmu [full   pos]
Filsafat ilmu [full pos]
 
Kapital buku iii karl marx [pos]
Kapital buku iii   karl marx [pos]Kapital buku iii   karl marx [pos]
Kapital buku iii karl marx [pos]
 
430 ekonomi 1
430 ekonomi 1430 ekonomi 1
430 ekonomi 1
 
430 sejarah 3
430 sejarah 3430 sejarah 3
430 sejarah 3
 

Kürzlich hochgeladen

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Kürzlich hochgeladen (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

SOSIALEKONOMI

  • 1. POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI (Studi Kasus Di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Alamat : Bedingin RT 02 RW IV Banmati, Sukoharjo, Sukoharjo No Hp. 085 642 144 111, E – mail : yenikurniawan118@yahoo.co.id Abstrak Perkembangan jaman saat ini semakin pesat, teknologi yang digunakan semakin maju, canggih dan modern. Banyak industri yang berdiri baik di kota maupun di pedesaan. Wilayah pedesaan yang strategis dipilih untuk memudahkan distribusi. Hal ini mengakibatkan terjadinya transformasi mata pencaharian. Masyarakat mengalami transisi atau perubahan mata pencaharian dari sektor pertanian sebagai petani dan buruh tani menuju sektor non pertanian sebagai buruh pabrik serta membuka usaha jasa. Keadaan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama pada kehidupan sosial ekonomi mengalami perubahan dan peningkatan. Berdirinya industri dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Mereka dapat bekerja di sektor industri sebagai karyawan dan dapat membuka usaha. Dahulu, masyarakat memiliki sifat solidaritas sosial yang kuat. Namun, tanpa disadari keberadaan industri mengakibatkan solidaritas sosial mulai melemah. Ciri-ciri masyarakat pedesaan mulai memudar. Masyarakat semakin heterogen, individual, sibuk bekerja dan meninggalkan kegiatan sosial yang selama ini diikutinya. Karena pembagian kerja yang tinggi. Oleh karena itu, masyarakat memerlukan strategi bertahan agar usahanya tetap bertahan bahkan berkembang. Strategi bertahan yang dimiliki masyarakat antara lain : pertama, adaptasi sosial ekonomi dengan cara masyarakat mengikuti kegiatan sosial ekonomi dan memiliki pekerjaan sampingan. Kedua, masyarakat memiliki strategi usaha dengan cara berperilaku baik dan menjalin relasi sosial dengan pemerintah kelurahan. Ketiga, menjalin relasi dengan keluarga, rekan kerja dan masyarakat. Empat, masyarakat Jetis tidak hanya fokus pada satu pekerjaan. Selain itu mereka mengajarkan pola yang ada dalam masyarakat kepada anak. Kata kunci : masyarakat, sosial ekonomi, strategi bertahan, industri PENDAHULUAN Pembangunan dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai penghasil dan pendukungnya. Ranjabar
  • 2. (2006: 178-179) menyatakan bahwa, “pembangunan nasional adalah suatu upaya melakukan transformasi atau perubahan masyarakat, yaitu transformasi dari budaya masyarakat agraris tradisional menuju budaya masyarakat industri modern dan masyarakat informasi yang tetap berkepribadian Indonesia”. Dahulu, masyarakat bermata pencaharian di sektor pertanian sebagai petani dan buruh tani dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga saja. Mereka hidup rukun, saling gotong royong, dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Namun, seiring perkembangan jaman teknologi semakin modern. Keadaan ini menyebabkan berdirinya industri dan mengakibatkan lahan pertanian semakin sempit. Tenaga manusia diganti dengan tenaga mesin. Kehidupan sosial ekonomi di Sukoharjo mulai mengalami peningkatan. Berdasarkan badan pusat statistik, “jumlah kemiskinan di Sukoharjo pada tahun 2012 mencapai 174.150 (20,6 persen) dari total penduduk sebanyak 846.978 jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah masyarakat miskin sebanyak 37 persen dari keseluruhan jumlah penduduk”. Data tersebut menunjukkan jumlah masyarakat yang miskin di Sukoharjo mengalami penurunan dan dapat disimpulkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat mengalami peningkatan. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Sukoharjo tidak hanya tergantung pada sektor pertanian saja. Mengingat lahan pertanian di Sukoharjo semakin menyempit akibat adanya industri. Oleh karena itu, masyarakat pun beralih profesi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian sebagai buruh pabrik dan membuka usaha. Keadaan ini mengakibatkan masyarakat semakin sibuk dengan pekerjaannya. Hal ini menyebabkan mereka kurang berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar industri di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo ? (2) Bagaimana strategi bertahan masyarakat sekitar industri dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo ? Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian ini
  • 3. adalah (1) Untuk mengetahui pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar industri di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. (2) Untuk mengetahui strategi bertahan masyarakat sekitar industri dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Review Literatur Kehidupan sosial ekonomi merupakan kegiatan seseorang yang berhubungan dengan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka tidak dapat hidup sendiri. Menurut Aristoteles, manusia merupakan zoon politicon yaitu makhluk sosial yang menyukai hidup bergolongan atau lebih suka mencari teman untuk hidup bersama daripada hidup sendiri. Manusia memerlukan bantuan dari orang lain mulai dari manusia dilahirkan sampai meninggal dunia. Manusia selalu berinteraksi, berelasi, berkomunikasi, saling membutuhkan dan saling membantu. Setiap individu mempunyai keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Menurut Bintarto (1989: 63) bahwa, relasi adalah hubungan antara dua gejala, dua komponen, dua individu atau lebih yang dapat menimbulkan pengaruh. Dapat dimaknai relasi sosial itu merupakan hubungan yang dinamis dalam masyarakat. Relasi menimbulkan pengaruh timbal balik antara individu dan masyarakat karena relasi dimulai dari pertemuan dimana masyarakat tersebut saling menyapa, bersalaman, berbicara, saling mempengaruhi atau bertukar pikiran. Relasi sosial yang terjalin dalam masyarakat mengakibatkan terbentuknya solidaritas. Solidaritas di masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan antar kelompok masyarakat dan membangun desa agar lebih maju. Antara kelompok masyarakat harus menjalin relasi agar usaha yang dimilikinya dapat terus bertahan dan berkembang. Oleh karena itu orang akan berelasi dan berinteraksi dalam kehidupan sosial agar hubungan ekonomi tetap terjalin. Relasi sosial pada masyarakat dapat dilihat dari karakteristik desa. Desa mempunyai karakteristik tertentu, sejumlah sosiolog seperti Ferdinand Tonnies, Charles H. Cooley, Emile Durkheim dan tokoh yang lain cenderung mengacu ke pola-pola pemikiran yang
  • 4. bersifat teoritik, seperti konsep-konsep dikhotomik (Rahardjo, 2010: 39). Solidaritas sosial juga dapat digunakan untuk membedakan karakteristik desa dan kota. Solidaritas sosial menurut Durkheim harus menjadi objek utama dalam menjelaskan realitas sosial (Samuel, 2010). Seperti Spencer, Durkheim juga melihat masyarakat sebagai sebuah organisme biologis. Pemikiran Durkheim didasari pada gejala sosial, ia mengamati perubahan sosial dari masyarakat primitif (tradisional) menuju masyarakat industri. Durkheim mengamati bahwa peningkatan sistem pembagian kerja tersebut berimplikasi pada perubahan tipe solidaritas sosial yang dikaitkan dengan tingkat pembagian kerja dalam masyarakat. Pada masyarakat dengan sistem pembagian kerja yang rendah, akan menghasilkan tipe solidaritas mekanik, sedangkan pada masyarakat dengan pembagian kerja yang kompleks akan menghasilkan tipe solidaritas organik (Lauer, 1982; Samuel, 2010). “Solidaritas mekanik terbentuk karena kesamaan-kesamaan antara anggota masyarakat dan solidaritasnya menciptakan hubungan yang bersifat informal. Sedangakan solidaritas organik terbentuk karena perbedaan-perbedaan antara anggota masyarakat dan solidaritasnya bersifat formal karena adanya pembagian kerja atau division of labor (Martono, 2011: 42-44)”. “Masyarakat desa cenderung memiliki solidaritas sosial yang kuat. Solidaritas sosial ini didasarkan atas kesamaan menciptakan hubungan informal, masyarakat bersifat komunal atau “guyub”. Sehingga masyarakat desa cenderung memiliki solidaritas mekanik. Durkheim membagi solidaritas sosial menjadi dua antara lain: 1. Solidaritas Mekanik yaitu solidaritas yang berdasarkan tali ikatan tradisional. 2. Solidaritas Organik yaitu masyarakat yang berkembang atas dasar pembagian kerja. (Maliki, 2004: 87)”. Emile Durkheim memberikan karakteristik desa dan kota dengan konsepnya tentang solidaritas mekanik dan organik dengan ciri-ciri yaitu: Masyarakat Desa (Solidaritas Mekanik) Masyarakat Kota (Solidaritas Organik) Pembagian kerja rendah Pembagian kerja tinggi; Kesadaran kolektif kuat Kesadaran kolektif lemah; Hukum represif dominan Hukum restitutif dominan;
  • 5. Individualitas rendah; Individualitas tinggi; Konsensus terhadap pola- pola normatif itu penting; Konsensus pada nilai-nilai abstrak dan umum itu penting; Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang; Badan-badan kontrol sosial yang menghukum orang-orang yang menyimpang; Secara relatif saling ketergantungan itu rendah; Saling ketergantungan yang tinggi; Bersifat primitif atau pedesaan Bersifat industrial perkotaan Tabel 2.2 Karakteristik Masyarakat Desa dan Kota (Johnson, 1986: 188) Relasi ekonomi merupakan hubungan dinamis dalam masyarakat yang berkaitan dengan mata pencaharian dan perolehan pandapatan. Perekonomian masyarakat pedesaan dapat dilihat adanya gejala-gejala upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan hidup tersebut memiliki suatu pencirian sistem sosial ekonomi tertentu. Menurut Parsons, kehidupan sosial masyarakat dipandang sebagai suatu sistem sosial. Artinya kehidupan tersebut harus dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian- bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan (Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2011: 124-125). Sistem sosial yang dijelaskan oleh Parson melalui empat Subsistem yang menjelaskan fungsi-fungsi utama di dalam kehidupan masyarakat yang sering disingkat dengan skema AGIL. Hal ini digunakan agar masyarakat dapat bertahan (resistance). AGIL yaitu : 1. Adaptation (Adaptasi) sebuah sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. 2. Goal attainment (pencapaian tujuan) sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integration (Integrasi) sebuah sistem harus mengatur antar hubungan yang menjadi komponen. 4. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola) sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki baik motivasi individual maupun
  • 6. pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. (Ritzer, 2008: 121) METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Jetis yang terletak di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus ganda terpancang. Data diambil dari data primer dan sekunder. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini yaitu narasumber atau informan, peristiwa dan aktivitas serta dokumen dan arsip. Teknik pengambilan cuplikan dengan menggunakan teknik purposive dengan snowball sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi. Uji validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi data atau sumber dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis data interaktif dengan tahapan yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Prosedur penelitian dimulai dari persiapan, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan penelitian. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Solidaritas Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Industri Kehidupan sosial ekonomi merupakan kegiatan seseorang yang berhubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan sosial dan ekonomi termasuk dalam sebuah sistem yang disebut masyarakat. Koentjaraningrat (2002: 146-147) mengungkapkan, “masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”. Masyarakat Jetis termasuk masyarakat transisi. Maksudnya, wilayah ini mengalami pergeseran dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Masyarakat Jetis mengalami perubahan dari masyarakat pedesaan (rural community) atau tradisional menuju masyarakat perkotaan (urban community) atau modern. Wilayah Jetis dahulu merupakan hamparan sawah yang luas berwarna hijau dan menguning ketika musim panen. Oleh karena itu, masyarakat
  • 7. Jetis memiliki mata pencaharian sebagai petani. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jetis terjalin sangat erat. Mereka memiliki waktu luang untuk berinteraksi dengan sesama dan dapat mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Mereka memiliki sifat homogen, gotong royong antar sesama, rasa kekeluargaan, menjunjung tinggi nilai dan norma yang ada. Sedangkan, kehidupan ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Karena mereka hanya mengandalkan penghasilan dari sektor pertanian saja. Hasil pertanian tersebut hanya cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sekarang, kehidupan sosial ekonomi masyarakat mengalami perubahan dan peningkatan. Keadaan ini dapat dilihat di wilayah Jetis. Mata pencaharian masyarakat beralih dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Kehidupan sosial masyarakat berubah dalam hal solidaritas sosial. Mereka mulai bersifat heterogen, pembagian kerja yang tinggi, individualitas, dan kurang peduli dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Mereka sibuk dengan dunia kerjanya. Mereka hanya membayar administrasi untuk kas sebagai pengganti ketidak hadiran dalam kegiatan kemasyarakatan. Hal ini terutama dilakukan oleh masyarakat yang bekerja di sektor industri. Karena pembagian kerja tinggi. Sedangkan kehidupan ekonomi masyarakat semakin meningkat. Berdiri dan perluasan industri telah membuka peluang bagi masyarakat Jetis. Mereka dapat bekerja sebagai buruh pabrik atau karyawan dan dapat membuka usaha di sekitar industri. Antara lain warung, warung makan, tempat penitipan, tempat kost dan usaha jasa lainnya. Peluang tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Jetis saja melainkan juga masyarakat sekitar wilayah Jetis. Apalagi saat hari sabtu sepanjang jalan sekitar industri banyak pedagang yang menjajakan dagangan dengan mobil. Menurut teori Durkheim tentang perubahan sosial dalam hal solidaritas sosial. Solidaritas sosial
  • 8. dibagi menjadi dua yaitu solidaritas mekanik dan organik. Solidaritas mekanik terbentuk karena kesamaan-kesamaan antara anggota masyarakat dan solidaritasnya menciptakan hubungan yang bersifat informal. Konsep solidaritas mekanik digunakan untuk menjelaskan karakteristik desa. Sedangakan konsep solidaritas organik digunakan untuk menjelaskan karakteristik kota. Solidaritas organik terbentuk karena perbedaan-perbedaan antara anggota masyarakat dan solidaritasnya bersifat formal karena adanya pembagian kerja atau division of labor (Nanang Martono, 2011: 42-44)”. Pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar industri akan dijelaskan menggunakan teori Emile Durkheim tentang perubahan sosial dalam hal solidaritas sosial. Selanjutnya berdasarkan temuan data lapangan Kelurahan Jetis diuraikan sebagai berikut : a. Pembagian Kerja Pembagian kerja terbagi menjadi dua yaitu pembagian kerja rendah dan pembagian kerja tinggi. Pembagian kerja rendah artinya pembagian kerja yang tidak benar-benar terstruktur dengan baik. Pembagian kerja ini biasanya hanya mengandalkan keluarga (suami, istri, anak dan anggota keluarga yang lain) untuk membantu usahanya. Sedangkan pembagian kerja tinggi artinya pembagian kerja terstruktur dengan administrasi yang baik. Hal ini dilakukan dengan cara mempekerjakan orang lain (karyawan) yang bukan keluarga untuk membantu kegiatan ekonomi. Mereka diberi upah sebagai hasil kerjanya. Warga Jetis menggunakan pembagian kerja rendah. Namun, di Jetis juga terdapat pembagian kerja tinggi. Biasanya digunakan pada usaha-usaha yang lumayan besar. b. Kesadaran Kolektif Masyarakat Kelurahan Jetis memiliki kesadaran
  • 9. kolektif kuat. Walaupun wilayah Jetis terdapat industri dan sebagian masyarakat bekerja di pabrik tapi masyarakat Jetis masih memiliki ciri pedesaan. Masyarakat menjalin hubungan sosial ekonomi dengan anggota masyarakat yang lain. Mereka berinteraksi dan mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Seperti gotong royong atau kerja bakti, arisan, acara hajatan, menjenguk tetangga dan saling berbagi. c. Hukum Represif Dominan Hukuman represif diberlakukan hanya semata- mata agar pelanggar hukum jera dan mendapat hukuman yang sebanding dengan pelanggarannya. Selain itu, masyarakat yang melanggar dapat dijauhi atau mendapat sanksi sosial dari masyarakat. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak mengulangi perbuatan tersebut. Masyarakat Jetis masih menggunakan hukum represif dominan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan. Masyarakat yang melanggar peraturan dan tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan akan mendapat sanksi denda atau administrasi dan dapat dijauhi anggota masyarakat yang lain. d. Individualitas Masyarakat Jetis mulai memiliki sifat heterogen, kurang berinteraksi dengan sesama di lingkungan tempat tinggal, tidak mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat, semakin individual serta memiliki solidaritas sosial yang lemah. Sedangkan sebagian besar masyarakat asli Jetis, mereka masih memiliki kolektivitas yang kuat. e. Konsensus Konsensus merupakan musyawarah yang menghasilkan kesepakatan bersama. Dalam kehidupan bermasyarakat perlu adanya peraturan, nilai dan norma
  • 10. sebagai pedoman hidup. Masyarakat harus mematuhi dan melaksanakannya agar tercipta keselarasan, tidak terjadi penyimpangan. Masyarakat Jetis masih menganggap konsensus terhadap pola-pola normatif itu penting. Artinya masyarakat Jetis patuh terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki peraturan bersifat menyeluruh dan umum. Misalnya, tamu yang menginap di rumah warga harus melapor pada ketua RT setempat. f. Keterlibatan Komunitas dalam Menghukum Orang yang Menyimpang Masyarakat Jetis saling bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat dalam menghukum orang yang menyimpang. Mereka mengawasi perilaku masyarakat terlebih lagi pada pergaulan di tempat kos yang tidak ada pemiliknya. Biasanya tempat kos digunakan untuk hal-hal yang tidak baik. Namun, pergaulan bebas yang terjadi terkadang juga tidak diketahui masyarakat sekitar. Karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Oleh karena itu keterlibatan komunitas yang ada di wilayah Jetis sangat diperlukan untuk ikut mengawasi perilaku masyarakat. g. Sifat Ketergantungan Sifat ketergantungan artinya masyarakat tidak dapat melakukan aktivitas atau kegiatan tanpa bantuan orang lain. Menurut Aristoteles manusia merupakan zoon politicon yaitu makhluk sosial yang menyukai hidup bergolongan atau lebih suka mencari teman untuk hidup bersama daripada hidup sendiri. Masyarakat Jetis memiliki sifat ketergantungan yang rendah. Mereka tidak tergantung dengan bantuan dari pihak luar atau pemerintah. Masyarakat yang mendapat bantuan hanya
  • 11. sebagian kecil saja. Mereka banyak yang memiliki usaha dan menjual sendiri. h. Bersifat Pedesaan dan Industrial Di wilayah Jetis terdapat industri terbesar di Kabupaten Sukoharjo. Keadaan ini menyebabkan masyarakat Jetis mengalami perubahan. Baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan ekonomi. Masyarakat Jetis memiliki sifat pedesaan dan industrial. Maksudnya masyarakat Jetis sebagian memiliki sifat pedesaan atau paguyuban (gemeinschaft) dan sifat industrial yang identik dengan masyarakat perkotaan atau patembayan (gesselschaft). Gemeinschaft dimiliki oleh masyarakat Jetis. Sedangkan, geseelschaft dimiliki oleh masyarakat yang bekerja di sektor industri. 2. Strategi Bertahan Masyarakat Sekitar Industri dalam Meningkatkan Kehidupan Sosial Ekonomi Keberadaan industri di wilayah Jetis menjadikan masyarakat beralih profesi. Masyarakat yang tadinya bekerja di sektor pertanian dan buruh bangunan beralih ke sektor non pertanian. Mereka bekerja di industri dan membuka usaha di sekitar industri. Usaha yang dibuka oleh masyarakat pun sebagian sama. Antara lain warung, warung makan, tempat penitipan sepeda, tempat kos dan usaha jasa lainnya. Oleh karena itu, masyarakat memerlukan strategi bertahan dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Strategi ini digunakan untuk mengadaptasikan diri terhadap perubahan sosial dan ekonomi. Analisis Talcoot Parsons dapat digunakan untuk menjelaskan strategi bertahan masyarakat di Kelurahan Jetis. Hal ini akan dijelaskan melalui empat subsistem dengan menjalankan fungsi-fungsi utama di dalam kehidupan
  • 12. masyarakat yang sering disingkat dengan AGIL. (Ritzer, 2008: 121) Masyarakat Jetis memerlukan subsistem AGIL sebagai strategi bertahan hidupnya. Untuk itu akan dijelaskan sebagai berikut : a. Adaptation (Adaptasi) Individu dalam kehidupan bermasyarakat mengikuti kegiatan kemasyarakatan sebagai upaya untuk beradaptasi di lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, masyarakat juga memiliki usaha sampingan untuk memperoleh penghasilan dan mampu mempertahankan hidup karena terpenuhi berbagai kebutuhannya. b. Goal attainment (pencapaian tujuan) Tujuan utama masyarakat bekerja yaitu memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melalui usaha yang mereka miliki dapat meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Usaha yang dimiliki masyarakat pun berbeda-beda. Namun, juga ada yang sama. Oleh karena itu, masyarakat Jetis memiliki strategi usaha yaitu memiliki perilaku yang baik dan menjalin relasi dengan pemerintah setempat. Masyarakat Jetis memiliki hubungan yang harmonis. Apabila terjadi masalah yang serius, masyarakat melakukan musyawarah warga agar permasalahannya dapat terselesaikan dengan baik. Sehingga, aktivitas sosial dan ekonomi dapat berjalan dengan baik. c. Integration (Integrasi) Dilaksanakan melalui strategi menjalin relasi sosial dan ekonomi. Hubungan sosial ekonomi dapat terjalin dengan cara individu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain seperti keluarga, masyarakat dan rekan kerja. Masyarakat yang memiliki
  • 13. relasi yang baik akan lebih mudah bekerja sama, memiliki rekan kerja dan pelanggan. Sehingga usahanya dapat berkembang, memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta mampu mempertahankan hidup. d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola) Masyarakat dalam kehidupannya juga memerlukan subsistem latensi agar pola yang ada dalam masyarakat tetap terpelihara. Dalam hal ini, masyarakat memerlukan pemimpin untuk dijadikan panutan dan mengatur anggota masyarakat atau komunitas. Antara masyarakat atau komunitas dan pemimpin saling bekerjasama dalam melengkapi kegiatan kemasyarakatan, ikut memelihara nilai dan norma serta ciri-ciri pedesaan, masyarakat juga ikut memperbaiki sikap anggotanya yang melakukan penyimpangan. Masyarakat Jetis juga telah mengajarkan dan mendidik anak-anaknya tentang nilai dan norma yang ada sebagai bekal hidupnya kelak. Sehingga, pola yang ada dalam masyarakat dapat terpelihara. Keempat subsistem tersebut memiliki fungsi masing-masing yang bekerja secara mandiri. Tetapi saling berkaitan dan tergantung satu dengan lainnya. Hal ini untuk mewujudkan keutuhan dan kelestariannya secara keseluruhan. Sehingga strategi bertahan masyarakat dapat terpenuhi dengan AGIL. Strategi bertahan yang dimiliki masyarakat dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. PENUTUP Simpulan dan Saran Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pola Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Industri
  • 14. Pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar industri mengalami perubahan dan peningkatan seperti : a. Masyarakat Jetis termasuk dalam masyarakat transisi. Masyarakat pedesaan (rural community) yang bersifat gemeinschaft menuju masyarakat perkotaan (urban community) yang bersifat gesselschaft. Mereka dahulu memiliki mata pencaharian di sektor pertanian sebagai petani dan kini mulai beralih profesi di sektor non pertanian. b. Masyarakat Jetis memiliki solidaritas sosial yaitu solidaritas mekanik menuju solidaritas organik. Solidaritas mekanik dimiliki oleh masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan masyarakat yang memiliki usaha di rumah. Mereka memiliki sifat homogen, gemeinschaft, peduli terhadap sesama, memiliki rasa kekeluargaan, menjunjung gotong royong serta memiliki relasi sosial ekonomi yang terjalin baik. Sedangkan solidaritas organik dimiliki oleh masyarakat di sektor non pertanian. Mereka memiliki ciri-ciri heterogen, individual dan gesselschaft. Mereka semakin kompak dalam pekerjaan tetapi kurang kompak dalam kemasyarakatan. c. Keberadaan dan perluasan industri menyebabkan munculnya tempat kos yang terkadang disalah gunakan oleh penghuninya karena kurang pengawasan dari pemilik kos. Selain itu juga memiliki dampak pencemaran lingkungan berupa debu batu bara. d. Keberadaan industri mengakibatkan munculnya peluang usaha. Masyarakat dapat bekerja di sektor industri sebagai karyawan dan membuka usaha disekitar industri. Usaha di sekitar industri antara lain toko kelontong, pakaian, warung makan, tempat penitipan
  • 15. sepeda dan tempat kos. Sehingga, di wilayah Jetis terjadi deferensiasi pekerjaan. 2. Strategi Bertahan Masyarakat Sekitar Industri Masyarakat Jetis memiliki strategi bertahan untuk keberlangsungan hidupnya dengan cara menerapkan fungsi-fungsi utama. Ada 4 subsistem yang dikembangkan oleh Parsons yakni AGIL yang terdiri dari : a. Adaptation (Adaptasi) Masyarakat Jetis melakukannya dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan sosial ekonomi. Selain itu, masyarakat juga memiliki usaha sampingan. Dengan cara tersebut masyarakat dapat memperoleh penghasilan dan mampu mempertahankan hidup karena terpenuhi berbagai kebutuhannya. b. Goal attainment (pencapaian tujuan) Masyarakat memiliki tujuan utama dalam membuka usaha atau bekerja yaitu memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tetap eksis. Mereka memiliki strategi usaha yaitu memiliki perilaku yang baik dan menjalin relasi dengan pemerintah setempat. c. Integration (Integrasi) Individu menjalin relasi sosial ekonomi dengan cara berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain seperti keluarga, masyarakat serta rekan kerja. d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola) Masyarakat Jetis memiliki peraturan dan mematuhi nilai- norma sosial yang ada. Mereka masih memelihara pola dan telah mengajarkannya pada anak- anak. Dalam hal ini masyarakat bekerja sama dengan tokoh masyarakat sekitar tempat tinggal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, saran yang diberikan sebagai berikut :
  • 16. 1. Kepada masyarakat di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo a. Masyarakat hendaknya meningkatkan solidaritas sosial dengan cara mengikuti kegiatan kemasyarakatan, saling gotong royong. b. Masyarakat yang memiliki usaha tempat kos hendaknya memiliki peraturan seperti batas waktu dan menyediakan ruang tamu untuk pengunjung. c. Masyarakat hendaknya mengembangkan kreatifitas dalam membuat kerajinan di industri kecil seperti pemanfaatan barang bekas berupa kertas bekas, kaleng bekas dan bambu. 2. Kepada pemerintah Kelurahan Jetis a. Pemerintah kelurahan hendaknya memberikan pelatihan kepada petani mengenai pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan dengan harga jual yang lebih tinggi. b. Pemerintah kelurahan hendaknya menghidupkan kembali paguyuban dan tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. c. Pemerintah kelurahan hendaknya mengadakan bazar setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali sebagai upaya untuk meningkatkan solidaritas sosial masyarakat yang semakin memudar. d. Pemerintah Kelurahan hendaknya lebih menegaskan mengenai jam kunjung bagi pengunjung di kos. 3. Kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo Pemerintah daerah kabupaten hendaknya menertibkan pedagang kaki lima di sekitar industri dengan cara menyediakan tempat berjualan agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar industri. 4. Bagi Perguruan Tinggi Perguruan tinggi hendaknya dapat membuka kesempatan seluas- luasnya bagi penelitian lebih lanjut agar mampu memperdalam temuan mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat pendatang di sekitar industri, pedagang sektor
  • 17. informal sekitar industri, pergaulan di tempat kost, serta relasi sosial ekonomi karyawan atau buruh pabrik. DAFTAR PUSTAKA BPS. Berita Resmi Statistik No. 75/11/Th. XV, 5 November 2012 Tentang Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2012. Diperoleh 29 April 2013 dari http://www.bps.go.id/brs_file/nak er_05nov12.pdf Damsar. (2002). Sosiologi Ekonomi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jilid I). Terjemahan Robert M. Z. Lawang. Jakarta: PT Gramedia Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Maliki, Zainuddin. (2004). Narasi Agung: Tiga Teori Sosial Hegemonik. Surabaya: LPAM Martono, Nanang. (2011). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. (2011). Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Rahardjo. (2010). Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu Pengantar). Bogor: Ghalia Indonesia Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2008). Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6. Jakarta: Kencana Shadily, Hassan. (1989). Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Radar Jaya Offset Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret