SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
PEMILIHAN PRESIDEN LANGSUNG O/ RAKYAT

        Amat disayangkan, bahwa SU-MPR 1999 yang lalu tidak segera melakukan
amandemen terhadap Pasal 6(2) UUD 1945 untuk mengubah cara pemilihan presiden dan
wakil presiden yang lebih demokratis, yaitu melalui pemilihan langsung o/ rakyat.
        Pada masa lalu, memanipulasi 1000 orang anggta MP memang terasa sangat
mudah bagi Soeharto. Meskipun UU Pemilu 1999 telah mengurangi jumlah anggota
MPR menjadi 700 orang, tetapi tetap saja tidak ada yang bisa dibanggakan menjadi
presiden RI melalui pemilihan o/ MPR. Siapapun yang bisa memenangkan kursi terbesar
di MPR, tentu saja melakukan rekayasa, baik dengan cara kasar (money politics) maupun
dengan cara halus (fraksiisme), akan mendapati dirinya bisa menjadi presiden sekaligus.
        Sedang akan tidak mudah untuk memanipulasi suara ratusan juta rakyat pemilih,
kalau tidak ingin mengatakan almost impossible. Dengan pemilihan langsung, tidak lagi
presiden dimanipulasi, rakyat Indonesia yang beragam tentu saja tidak bisa seluruh
keragamannya dapat diwakili o/ MPR.
        Pemilihan presiden dan wakil presiden o/ rakyat, seperti pada Pemilu-pemilu
umumnya, seharusnya merupakan hal yang wajar-wajar saja dalam pelaksanaannya.
Bukan merupakan “barang” istimewa yang “sulit” dilaksanakan. Persiapan khusus tidak
perlu dilakukan. Dalam tempo tiga bulan, mestinya Pemilu bisa dilaksanakan dengan
jujur, adil, bersih, dan demokratis. Hanya empat hal yang perlu menjadi persyaratan
utama:
    (1) Tidak ada larangan memilih bagi siapa pun yang telah cukup umur.
    (2) Tidak ada paksaan bagi calon pemilih: hak untuk memilih sama dengan hak untuk
        tidak memilih; dan hak untuk memilih sesuatu sama dengan hak untuk memilih
        yang lain.
    (3) Setiap pemilih tahu persis siapa dan bagaimana calon pilihannya itu.
    (4) Seorang pemilih tidka diperkenankan memilih lebih dari satu kali.

Mungkin syarat ketiga tersebut di atas adlah syarat yang sedikit sulit dilaksanakan.
Tetapi, kalau para peserta Pemilu (partai atau individu calon) faham betul dan punya rasa
tanggungjawab besar aterhadap arti demokrasim yaitu bahwa pemilih harus mengenal
betul kualitas calon pilihannya, maka haruslah para peserta Pemilu itu berjuang untuk
memenangkan hati rakyat pemilihnya dengan menyampaikan program-programnya, dan
bukan memanfaatkan ketidaktahuan rakyat pemilihnya semata-mata untuk mendapatkan
suaranya. Sebab, kalau rakyat sampai “salah-pilih”, maka yang rugi adalah seluruh
bangsa. Dengan demikian UU Pemilu juga harus mengandung perintah agar setiap
peserta Pemilu menjual program-programnya bukan menjual bendera atau simbol-simbol
partai, bahkan menjual masa melalui pengerahan masa. Dalam hal ini, negaradan pers
bisa ikut serta membantu dalam sosialisasi program para peserta Pemilu dengan cara
yang jujur dan tidak memihak.
        Pelaksana pemilihan presiden, sebagaimana halnya dengan Pemilu lain dan
referendum, adalah kelompok independen (seperti LSM) yang bukan peserta dalam
pemilihan sebagai kelompok yang dipilih.
        Calon-calon (dan wakil presiden) harus mengikuti debat terbuka selama
kampanye, perdebatan mana bisa disaksikan o/ seluruh rakyat. Perdebatan tentu saja
menyangkut materi program kerja lima tahun ke depan, seandainya calon tersebut
menjadi presiden terpilih. Dibutuhkan panitia khusus yang independen untuk menetapkan
materi atau hal-hal yang patut diperdebatkan, yaitu baik yang menyangkut persoalan
negara yang aktuil dan yang sedang dihadapi rakyat maupun yang menyangkut dunia.



                             LEMBAGA KEPRESIDENAN
Tugas presiden adalah menjalankan UUD. Oleh karena itu, pasal-pasal UUD 1945
tentang lembaga kepresidenan perlu diperbaiki dengan memberikan batasan-batasan yang
lebih kongkrit tentang ruang lingkup lembaga kepresidenan, agar lembaga kepresidenan
tidak lepas dari kendali kedaulatan rakyat. Ada usaha-usaha untuk menerbitkan UU
tentang lembaga kepresidenan, tetapi batasan-batasan yang mendasar itu sebaiknya sudah
dimaksukkan sekaligus di dalam konstitusi.
        Dan itulah sebetulnya makna sebuah konsititusi: mencegah absolutisme khusunya
kekuasaan eksekutif, dan lebih khusus lagi lembaga kepresidenan. Banyak orang yang
bermaksud mempertahankan UUD 1945 menyatakan, bahwa kesalahan masa lalu
disebabkan o/ tidak terlaksanakannya UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Mereka
berpendapat bahwa UUD 1945 sendiri tidak keliru; yang keliru adalah orang yang
menjalankannya. Penjelasan UUD 1945 juga menekankan pentingnya “jiwa dan
semangat penyelenggaraan negara.” Di sinilah justru letak salah satu kelemahan UUD
1945. Sebuah konstitusi, seharusnya mampu memberikan batasan-batasan sedemikian
rupa, sehingga tidak mungkin manusia berjiwa diktator akan terpilih menjadi presiden
dan menjalankan konstitusi dengan baik. Atau paling tidak, siapa pun yant terpilih
menjadi presiden tidak mungkin akan membawa negara ke arah diktatorisme.
        Pasal 5(1) tentang kekuasaan membuat UU yang terlalu didominasi presiden perlu
diperbaiki. Perubahan UUD 1945 menghendaki agar kekuasaan membuat UU tidak
hanya di tangan presiden, dan DPR hanya menyetujui saja. Akan tetapi, kekuasan
membuat UU berada di tangan Presiden bersama-sama dengan DPR dan Dewan Utusan
Daerah(DUD) otonom. Ketiga badan tersebut dipilih o/ rakyat secara langsung, sehingga
ketiganya berhak memegang kekuasaan membuat undang-undang. Artinya, ketiga badan
tersebut berhak mengajukan RUU. Keputusan terakhir tetap dipegang o/ para wakil
rakyat, bukan presiden. Aritnya, kalau presiden ternyata tidak setuju, maka para wakil
rakyat di kedua dewan itulah yang paling menentukan. Sehingga, kalau mayoritas wakil
rakyat dan mayoritas wakil daerah telah menyetujui maka RUU absah menjadi UU.
        Selain ketentuan pemilihan presiden dan wakil presiden langsung o/ rakyat
sebagai pengganti Pasal 6(2), pasal lain yang patut diperbaiki di dalam UUD 1945 adalah
Pasal 6(1). Presiden dan wakil presiden tidak lagi dituntut harus orang Indonesia asli,
tetapi cukup apabla mereka adalah warga negara Indonesia yang telah berumur 40 tahun.
Setiap warga negara tentunya berhak untuk menjadi presiden. Termasuk mereka yang
menjadi warga negara hasil naturalisasi, setelah melewati periode tertentu. Kebarnya,
pada waktu itu pasal tersebut sengaja dipasang untuk mencegah warga negara keturunan
Belanda dan Jepang untuk ikut dalam pemilihan presiden, kalau Indonesia jadi merdeka.
        Persyaratan presiden harus pula ditambah, antara lain yang terpenting mereka
harus sehat jasmani dan rohani. Dalam prakteknya, itu perlu dibuktikan dari keterangan
tim dokter. Presiden Franco D. Rosevelt dari AS menolak untuk dipilih kembali menjadi
Presiden AS keempat kalinya, karena alasan lumpuh setelah mengalami serangan
jantung. Mundurnya Presiden Rusia Boris Yeltsin setlah lama menderita sakit juga bisa
dijadikan contoh betapa jabatan presiden membutuhkan persyaratan yang berat, yaitu
harus tangkas, cekatan, dan mampu membuat keputusan secara cepat dan tepat. Dan
karena wakil presiden sewaktu-waktu harus bisa menggantikan kedudukan presiden,
maka wakil presiden pun mesti punya syarat yang sama.
        Demikian pula harus jelas disebutkan, untuk memperbaiki Pasal 7, bahwa periode
jabatan seorang presiden adalah maksimum dua kali.
        Pasal 8 juga merupakan kelemahan UUD 1945, karena hanya berbicara mengenai
penggantian presiden o/ wakil presiden manakala presiden mangkat, berhenti atau tidak
mampu menjalankan kewajibannya. Pasal tersebut tidak berbicara lebih lanjut manakala
presiden dan wakil presiden keduanya, mangkat, atau berhenti, atau tidak mampu
menjalankan tugasnya. Kalau itu terjadi, penggantinya, sebaiknya, adalah Ketua DPR.
Alasannya karena anggota DPR, sebagaimana Presiden, juga dipilih secara nasional dan
langsung pula o/ rakyat. Penjabat presiden yang adalah ketua DPR dan yang sekaligus
adalah ketua dalam sidang-sidang MPR ini mempunyai kewajiban menyelenggarakan
pemilihan presiden dan wakil presiden dalam tempo sesingkat-singkatnya maksimul
enam bulan.
        Pada masa Orba ada ketentuan tentang triumvirat yang mengatakan apabila
presiden dan wakil presiden tidak bisa menjalankan tugsanya maka tiga orang, yaitu
Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, serta Menteri Pertahanan dan Keamanan
diangkat sebagai penggantinya. Ketentuan itu tentu saja tidak cocok untuk pemilihan
presiden dan wakil presiden langsung o/ rakyat.
        Contoh buruk Orba lainnya adalah manakala presiden dan wakil presiden tidak
jelas tugasnya masing-masing. Presiden sebaiknya memegang posisi kooridnator para
menteri yang memimpin departemen, sedang wakil presiden diberi tugas
mengkoordinasikan kelompok menteri-menteri yang tidak memangku sesuatu
departemen. Bisa juga wakil presiden mengkooridinasikan kegiatan-kegiatan tertentu
yang ditangani o/ daerah-daerah provinsi. Tugas ini menjadi paling ideal apabila otonomi
daerah yang penuh dan di tingkat satu segera terwujud.
        Presiden RI mestinya dalah Presiden dari seluruh rakyat, bukan presiden golongan
tertentu. Hubungan atau loyalitas presiden dengan partainya sudah harus diakhiri setelah
mengucapkan sumpah sebagai Presiden RI. Loyalitas itu bisa muncul kembali manakala
presiden yang bersangkutan akan mencalonkan diri kembali untuk kedua atau terakhir
kalinya lewat partainya.
        Tentu tidak bisa dipungkiri, bahwa calon presiden yang diusulkan o/ sesuatu
partai politik mungkin saja sekaligus adalah ktua partai tersebut. Maka jabatan sebagai
ketua partai itu pun harus dilepaskan begitu yang bersangkutan terpilih menjadi presiden
(atau wakil presiden). Pada pokoknya semua bentuk rangkap jabatan yang terkait dengan
suatu organisasi politik dan kemasyarakatan, khususnya jabatan eksekutif, harus
dilepaskan. Ini adalah untuk menghindari adanya penyalahgunaan wewenang, korupsi,
kepemihakan, dan berbagai bentuk kolusi dan nepotisme lainnya.
        Presiden (dan wakil presiden) juga harus melepaskan diri dari semua jabatan di
perusahaan dan dilarang menahan saham di perusaan atau berbisnis untuk mencari
untung. Presiden tidak boleh membuat hutang atas nama negara. Gaji presiden yang
diberikan o/ negara dianggap sudah lebih dari cukup, karena presiden telah mendapat
berbagai fasilitas dan kemudahan dari negara.
Dalam menjalankan hak-hak prerogatif yang lain, seorang presiden juga harus
berkonsultasi dengan pemegang kekuasaan negara lainnya yang susuai. Misalnya untuk
mengangkat duta besar, presiden perlu meminta pertimbangan dari MPR, sedang untuk
memberikan grasi, amnesti dan abolisi presiden harus mengkonsultsaikannya terlebih
dahulu dengan MA.
        Amat tidak masuk akal, manakala SU-MPR 1999 yang lalu menetapkan dalam
Amandemen Pertama UUD 1945 (Pasal 14), bahwa presiden harus meminta
pertimbangan DPR untuk memberikan grasi, amnesti dan abolisi. Tentu ini ketentuan
amandemen yang keliru; seharusnya pertimbangan diminta dari MA. Sulit diterima akal,
manakala DPR harus bersidang pleno untuk menerima atau menolak apa yang menjadi
haknya presiden. Apalagi hak tersebut adalah untuk memberi ruang yang lebih luas bagi
demokrasi dan HAM. Bukankah dalam soal yang menyangkut keputusan pidanan ini
Kekuasaan Kehakiman lebih tahu daripada Kekuasaan Legislatif(DPR)?
        Untuk mengangkat duta besar (Pasal 13), yaitu wakil pemerintah di luar negeri,
presiden perlu berkonsultasi dengan MPR. Dalam waktu yang relatif singkat, MPR harus
memberikan jawabannya. Untuk mengangkat konsul, pertimbangan tersebut tidak perlu;
cukup lewat Menteri Luar Negeri saja. Dalam menerima duta besar dan konsul dari
negara lain tentu tidak perlu berkonsultasi atau menanyakan kepada wakil rakyat, tetapi
cukup kiranya apabila presiden memberitahukan perihal itu kepada MPR.
        Presiden menyatakan keadaan bahaya dan perang. Tentu saja lebih baik kalau RI
mempunyai UU yang khusus tentu keadaan tertib sipil, undang-undang tentang keadaan
darurat atau bahaya, dan undang-undang tentang keadaan perang. Ketiganya perlu
dipisahkan, untuk tidka mengacaukan sesuatu keadaan dengan keadaan lainnya, tidak
seperti RUU PKB, Penanggulangan Keadaan Bahaya, yang dirancang o/ rezim Habibie,
yang sekaligus meliputi ketiga situasi tersebut. “Pengacauan” ketiga situasi itu bisa
mengakibatkan kesalahan prosedur, dimana keadaan tertib sipil o/ sebab kekacauan
setempat mengakibatkan penanganan ala keadaan perang, sehingga kekerasan militer
yang serng terjadi pada masa Orba terhadap penduduk sipil dapat berluang kemblai, dan
dengan demikian mungkin pula terjadi kembali berbagai pelanggaran HAM. Segala
prosedur untuk menyatakan negara ada dalam keadaan bahaya dan perang dengan negara
lain harus lewat UU. Demikian pula setiap keputusan tentang operasi militer, selain
melalui prosedur sesuai UU, juga harus sepengetahuan MPR. Demikian pula pernyataan
perang harus dengan pengetahuan MPR.
        Yang juga sering dilupakan, khususnya mengambil contoh pada masa Orba,
adalah perihal perjanjian antarnegara. Segala bentuk perjanjian dan kerjasama
antarnegara harus disampaikan kepada MPR. Perjanjian hutang asing yang selama ini
dilakukan o/ pemerintah RI melalui UU APBN dinilai tidak pada tempatnya, karena
hutan gasing ini merupakan kesepakatan tersendiri dalam bentuk perjanjian dengan
negara atau negara-negara asing. Bahwa hasil perjanjian hutang tersebut akan
dimasukkan ke dalam APBN, itu adalah masalah intern dalam negeri Indonesia.
        Tanda-tanda jasa dan tanda-tanda kehormatan yang diberikan o/ seorang presiden
semestinya meliputi tanda kehormatan kenegaraan saja. Dengan demikian, gelar profesor
tidak boleh diartikan sebagai “tanda kehormatan”. Gelar-gelar non-kenegaraan seperti itu
tidak boleh diberikan o/ presiden. Gelar profesor seharusnya diberikan o/ presiden
universitas.
Selama Republik ini berdiri, rakyat tidak pernah tahu atau diberitahu berapa gaji
seorang presiden dan para menterinya. Tentu sekarang sudah saatnya gaji para pejabat
tinggi negara tersebut terbuka bagi masyarakat. Soal gaji itu selayaknya dinyatakan
dalam UU yang khusus, tidak perlu bersamaan dengan ditetapkannya UU tentang APBN.
Kenaikan gaji presiden, wakil presiden, para menteri dan anggota DPR/ MPR o/ usulan
Gusdur empat hingga tujuh kali lipat dari gaji semasa pemerintahan Soeharto dalam
keadaan perekonomian pasca kristis moneter yang sama sekali belum pulih ini
menunjukkan betapa pemintahan Gusdur-Megawati tidak mengenal sense of crisis.
Kenaikan gaji Gusdur sebagai presiden dari 10 juta rupiah pada masa Soeharto menjadi
70 juta rupiah, bagi kelompok reformis sungguh sangat keterlaluan. Tetapi lebih
keterlaluan lagi para pimpinan dan anggota DPR yang juga ikut menikmati kenaikan gaji
itu dan tidak menolak atau berbuat sesuatu untuk meringankan beban rakyat.
        Dalam soal pertanggungjawaban presiden di depan sidang pleno MPR menurut
UUD 1945 perlu dicatat hal-hal berikut: pertanggungjawaban itu disampaikan manakala
ada dugaan yang jelas, tentunya disertai bukti-bukti permulaan yang cukup, bahwa
presiden menyimpang dari ketentuan konstitusi. Pertanggungjawaban itu disampaikan
dalam Sidang Istimewa (SI, bukan SU) MPR atas permintaan DPR. Dengan SI-MPR itu
presiden bisa jatuh manakala pertanggungjawabannya ditolak. Mestinya, bisa juga SI-
MPR menawarkan kepada presiden untuk mundur atau segera dituntut di muka
pengadilan (MA). Hanya saja ketentuan ini tidak ada dalam UUD 1945.
        Meskipun sudah ada pasal-pasal dalam konstitusi yang menjelaskan tentang hak
dan kewajiban presiden, masih diperlukan ketentuan perudang-undangan lain yang lebih
luas, seperti UU tentang lembaga kepresidenan. Di situ dapat ditetapkan apayang boleh
dan tidak boleh dilakukan o/ seorang presiden, antara lain, tentang etika kehidupan
sehari-hari, seperti larangan terhadap presiden (dan wakil presiden) membuat pernyataan-
pernyataan yang bisa menimbulkan konflik dalam masyarakat.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Legislatif di indonesia
Legislatif di indonesiaLegislatif di indonesia
Legislatif di indonesiadavigateguh
 
Hak memilih dan di pilih
Hak memilih dan di pilihHak memilih dan di pilih
Hak memilih dan di pilihSyaifOer
 
Pelaksanaan demokrasi di indonesia
Pelaksanaan demokrasi di indonesiaPelaksanaan demokrasi di indonesia
Pelaksanaan demokrasi di indonesiaTitiek Indriyani
 
Sistem pemerintahan di indonesia
Sistem pemerintahan di indonesiaSistem pemerintahan di indonesia
Sistem pemerintahan di indonesiaA'la Jiddan
 
Laporan GAR ITB
Laporan GAR ITBLaporan GAR ITB
Laporan GAR ITBCIkumparan
 
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998PT.Ajor Makmur
 
Pkn-pelaksanaan demokrasi di indonesia
Pkn-pelaksanaan demokrasi di indonesiaPkn-pelaksanaan demokrasi di indonesia
Pkn-pelaksanaan demokrasi di indonesiaReza Aulia
 
PKn SMA kelas 10 BAB 1
PKn SMA kelas 10  BAB 1PKn SMA kelas 10  BAB 1
PKn SMA kelas 10 BAB 1tasya bisyir
 
MENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
MENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAMENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
MENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARARindi Gilang
 
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949MagdaNae
 
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargakasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaafnan kaffi
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAAkadusyifa .
 
Komunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Komunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di IndonesiaKomunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Komunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di IndonesiaAgile Art
 
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"bawon15505124020
 
PKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
PKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negaraPKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
PKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negaraHelvyEffendi
 

Was ist angesagt? (18)

Makalah demokrasi
Makalah demokrasiMakalah demokrasi
Makalah demokrasi
 
Legislatif di indonesia
Legislatif di indonesiaLegislatif di indonesia
Legislatif di indonesia
 
Lampiran 2
Lampiran 2Lampiran 2
Lampiran 2
 
Hak memilih dan di pilih
Hak memilih dan di pilihHak memilih dan di pilih
Hak memilih dan di pilih
 
Pelaksanaan demokrasi di indonesia
Pelaksanaan demokrasi di indonesiaPelaksanaan demokrasi di indonesia
Pelaksanaan demokrasi di indonesia
 
Sistem pemerintahan di indonesia
Sistem pemerintahan di indonesiaSistem pemerintahan di indonesia
Sistem pemerintahan di indonesia
 
Laporan GAR ITB
Laporan GAR ITBLaporan GAR ITB
Laporan GAR ITB
 
Sam 1
Sam 1Sam 1
Sam 1
 
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
 
Pkn-pelaksanaan demokrasi di indonesia
Pkn-pelaksanaan demokrasi di indonesiaPkn-pelaksanaan demokrasi di indonesia
Pkn-pelaksanaan demokrasi di indonesia
 
PKn SMA kelas 10 BAB 1
PKn SMA kelas 10  BAB 1PKn SMA kelas 10  BAB 1
PKn SMA kelas 10 BAB 1
 
MENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
MENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAMENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
MENYIBAK KASUS PELANGGARAN HAK DAN PENGINGKARAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
 
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
 
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargakasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARAHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
 
Komunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Komunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di IndonesiaKomunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Komunikasi Politik : Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
 
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
 
PKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
PKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negaraPKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
PKN- Bentuk bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
 

Andere mochten auch

Banks’ role in supporting agriculture and food industry
Banks’ role in supporting agriculture and food industry Banks’ role in supporting agriculture and food industry
Banks’ role in supporting agriculture and food industry Italoblog
 
Sc Presentation
Sc PresentationSc Presentation
Sc Presentationdwdavis
 
Project Presentation
Project PresentationProject Presentation
Project Presentationcharlescbell
 
Lab Garage Presentation Rus[1]
Lab Garage Presentation Rus[1]Lab Garage Presentation Rus[1]
Lab Garage Presentation Rus[1]LabGarage
 
Franco mosconi
Franco mosconiFranco mosconi
Franco mosconiItaloblog
 
Tax Seminar 2013 - Outlook by Robert Prega
Tax Seminar 2013 - Outlook by Robert PregaTax Seminar 2013 - Outlook by Robert Prega
Tax Seminar 2013 - Outlook by Robert PregaItaloblog
 
Lorenzo terzi 2
Lorenzo terzi 2Lorenzo terzi 2
Lorenzo terzi 2Italoblog
 
Why Branding Matters In Higher Ed
Why Branding Matters In Higher EdWhy Branding Matters In Higher Ed
Why Branding Matters In Higher EdSteve Jaworowski
 
Kosit prezentacia alvise gerotto ita
Kosit prezentacia alvise gerotto itaKosit prezentacia alvise gerotto ita
Kosit prezentacia alvise gerotto itaItaloblog
 
Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...
Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...
Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...Italoblog
 
Nursery Rhymes 동요
Nursery Rhymes 동요Nursery Rhymes 동요
Nursery Rhymes 동요deutzboi
 
Ppt Presentation With Photo
Ppt Presentation With PhotoPpt Presentation With Photo
Ppt Presentation With Photogueste44a64b
 
GWU Event Management Portfolio Appendix A
GWU Event Management Portfolio Appendix A GWU Event Management Portfolio Appendix A
GWU Event Management Portfolio Appendix A Ivy Writer Media
 
Financovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstva
Financovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstvaFinancovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstva
Financovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstvaItaloblog
 
Tsok may 2012
Tsok may 2012Tsok may 2012
Tsok may 2012Italoblog
 
Politalk: Sviluppo del Territorio
Politalk: Sviluppo del TerritorioPolitalk: Sviluppo del Territorio
Politalk: Sviluppo del TerritorioFulvio
 
Strategia Internet
Strategia InternetStrategia Internet
Strategia Internettteodorczyk
 
Prezentacia matousek
Prezentacia matousekPrezentacia matousek
Prezentacia matousekItaloblog
 

Andere mochten auch (20)

Banks’ role in supporting agriculture and food industry
Banks’ role in supporting agriculture and food industry Banks’ role in supporting agriculture and food industry
Banks’ role in supporting agriculture and food industry
 
Sc Presentation
Sc PresentationSc Presentation
Sc Presentation
 
Project Presentation
Project PresentationProject Presentation
Project Presentation
 
Lab Garage Presentation Rus[1]
Lab Garage Presentation Rus[1]Lab Garage Presentation Rus[1]
Lab Garage Presentation Rus[1]
 
Franco mosconi
Franco mosconiFranco mosconi
Franco mosconi
 
Tax Seminar 2013 - Outlook by Robert Prega
Tax Seminar 2013 - Outlook by Robert PregaTax Seminar 2013 - Outlook by Robert Prega
Tax Seminar 2013 - Outlook by Robert Prega
 
Lorenzo terzi 2
Lorenzo terzi 2Lorenzo terzi 2
Lorenzo terzi 2
 
Why Branding Matters In Higher Ed
Why Branding Matters In Higher EdWhy Branding Matters In Higher Ed
Why Branding Matters In Higher Ed
 
Kosit prezentacia alvise gerotto ita
Kosit prezentacia alvise gerotto itaKosit prezentacia alvise gerotto ita
Kosit prezentacia alvise gerotto ita
 
Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...
Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...
Sistema di sostegno agli investimenti in fonti d’energia rinnovabile nella Re...
 
Nursery Rhymes 동요
Nursery Rhymes 동요Nursery Rhymes 동요
Nursery Rhymes 동요
 
Ppt Presentation With Photo
Ppt Presentation With PhotoPpt Presentation With Photo
Ppt Presentation With Photo
 
Airbus Plc Final
Airbus Plc FinalAirbus Plc Final
Airbus Plc Final
 
GWU Event Management Portfolio Appendix A
GWU Event Management Portfolio Appendix A GWU Event Management Portfolio Appendix A
GWU Event Management Portfolio Appendix A
 
Nativity Story
Nativity StoryNativity Story
Nativity Story
 
Financovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstva
Financovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstvaFinancovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstva
Financovanie diverzifikácie a transformácie slovenského poľnohospodárstva
 
Tsok may 2012
Tsok may 2012Tsok may 2012
Tsok may 2012
 
Politalk: Sviluppo del Territorio
Politalk: Sviluppo del TerritorioPolitalk: Sviluppo del Territorio
Politalk: Sviluppo del Territorio
 
Strategia Internet
Strategia InternetStrategia Internet
Strategia Internet
 
Prezentacia matousek
Prezentacia matousekPrezentacia matousek
Prezentacia matousek
 

Ähnlich wie PRESIDEN LANGSUNG

2 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp02
2 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp022 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp02
2 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp02Operator Warnet Vast Raha
 
1 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp01
1 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp011 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp01
1 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp01Operator Warnet Vast Raha
 
Unsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasi
Unsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasiUnsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasi
Unsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasiMamyl Putri
 
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemenSistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemenSindy Septiawan
 
sistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberal
sistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberalsistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberal
sistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberalDian Dwiyanti
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Ahmad Solihin
 
Perjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesiaPerjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesiadedyprasetyo01
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014
(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014
(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014ekho109
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprAhmad Solihin
 

Ähnlich wie PRESIDEN LANGSUNG (20)

2 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp02
2 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp022 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp02
2 pemilihan-presiden-langsung-lembaga-kepresidenan-1253460710-phpapp02
 
1 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp01
1 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp011 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp01
1 lembaga-kepresidenan-dan-wakil-presiden-langsung-o-rakyat-1253460661-phpapp01
 
119921204 politik-pemerintahan
119921204 politik-pemerintahan119921204 politik-pemerintahan
119921204 politik-pemerintahan
 
Unsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasi
Unsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasiUnsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasi
Unsur-unsur demokrasi, prinsip demokrasi
 
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemenSistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
Sistem pemerintahan indonesia berdasarkan uud 1945 hasil amandemen
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
sistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberal
sistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberalsistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberal
sistem dan stuktur demokrasi terpimpin dan demokrasi liberal
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
 
Makalah demokrasi
Makalah demokrasiMakalah demokrasi
Makalah demokrasi
 
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
Catatan pinggir perpu no 1 tahun 2014
 
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
 
Bahan ajar lembaga kepresidenan
Bahan ajar   lembaga kepresidenanBahan ajar   lembaga kepresidenan
Bahan ajar lembaga kepresidenan
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
 
Perjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesiaPerjalanan demokrasi indonesia
Perjalanan demokrasi indonesia
 
Trikameralisme dpd ex ofacio
Trikameralisme dpd ex ofacioTrikameralisme dpd ex ofacio
Trikameralisme dpd ex ofacio
 
K.d 3.3 ppkn
K.d 3.3 ppknK.d 3.3 ppkn
K.d 3.3 ppkn
 
LEMBAGA KEPRESIDENAN
LEMBAGA KEPRESIDENANLEMBAGA KEPRESIDENAN
LEMBAGA KEPRESIDENAN
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014
(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014
(Sindonews.com) Opini hukum-politik Koran Sindo 7 Juni 2014-5 Juli 2014
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
 

PRESIDEN LANGSUNG

  • 1. PEMILIHAN PRESIDEN LANGSUNG O/ RAKYAT Amat disayangkan, bahwa SU-MPR 1999 yang lalu tidak segera melakukan amandemen terhadap Pasal 6(2) UUD 1945 untuk mengubah cara pemilihan presiden dan wakil presiden yang lebih demokratis, yaitu melalui pemilihan langsung o/ rakyat. Pada masa lalu, memanipulasi 1000 orang anggta MP memang terasa sangat mudah bagi Soeharto. Meskipun UU Pemilu 1999 telah mengurangi jumlah anggota MPR menjadi 700 orang, tetapi tetap saja tidak ada yang bisa dibanggakan menjadi presiden RI melalui pemilihan o/ MPR. Siapapun yang bisa memenangkan kursi terbesar di MPR, tentu saja melakukan rekayasa, baik dengan cara kasar (money politics) maupun dengan cara halus (fraksiisme), akan mendapati dirinya bisa menjadi presiden sekaligus. Sedang akan tidak mudah untuk memanipulasi suara ratusan juta rakyat pemilih, kalau tidak ingin mengatakan almost impossible. Dengan pemilihan langsung, tidak lagi presiden dimanipulasi, rakyat Indonesia yang beragam tentu saja tidak bisa seluruh keragamannya dapat diwakili o/ MPR. Pemilihan presiden dan wakil presiden o/ rakyat, seperti pada Pemilu-pemilu umumnya, seharusnya merupakan hal yang wajar-wajar saja dalam pelaksanaannya. Bukan merupakan “barang” istimewa yang “sulit” dilaksanakan. Persiapan khusus tidak perlu dilakukan. Dalam tempo tiga bulan, mestinya Pemilu bisa dilaksanakan dengan jujur, adil, bersih, dan demokratis. Hanya empat hal yang perlu menjadi persyaratan utama: (1) Tidak ada larangan memilih bagi siapa pun yang telah cukup umur. (2) Tidak ada paksaan bagi calon pemilih: hak untuk memilih sama dengan hak untuk tidak memilih; dan hak untuk memilih sesuatu sama dengan hak untuk memilih yang lain. (3) Setiap pemilih tahu persis siapa dan bagaimana calon pilihannya itu. (4) Seorang pemilih tidka diperkenankan memilih lebih dari satu kali. Mungkin syarat ketiga tersebut di atas adlah syarat yang sedikit sulit dilaksanakan. Tetapi, kalau para peserta Pemilu (partai atau individu calon) faham betul dan punya rasa tanggungjawab besar aterhadap arti demokrasim yaitu bahwa pemilih harus mengenal betul kualitas calon pilihannya, maka haruslah para peserta Pemilu itu berjuang untuk memenangkan hati rakyat pemilihnya dengan menyampaikan program-programnya, dan bukan memanfaatkan ketidaktahuan rakyat pemilihnya semata-mata untuk mendapatkan suaranya. Sebab, kalau rakyat sampai “salah-pilih”, maka yang rugi adalah seluruh bangsa. Dengan demikian UU Pemilu juga harus mengandung perintah agar setiap peserta Pemilu menjual program-programnya bukan menjual bendera atau simbol-simbol partai, bahkan menjual masa melalui pengerahan masa. Dalam hal ini, negaradan pers bisa ikut serta membantu dalam sosialisasi program para peserta Pemilu dengan cara yang jujur dan tidak memihak. Pelaksana pemilihan presiden, sebagaimana halnya dengan Pemilu lain dan referendum, adalah kelompok independen (seperti LSM) yang bukan peserta dalam pemilihan sebagai kelompok yang dipilih. Calon-calon (dan wakil presiden) harus mengikuti debat terbuka selama kampanye, perdebatan mana bisa disaksikan o/ seluruh rakyat. Perdebatan tentu saja menyangkut materi program kerja lima tahun ke depan, seandainya calon tersebut
  • 2. menjadi presiden terpilih. Dibutuhkan panitia khusus yang independen untuk menetapkan materi atau hal-hal yang patut diperdebatkan, yaitu baik yang menyangkut persoalan negara yang aktuil dan yang sedang dihadapi rakyat maupun yang menyangkut dunia. LEMBAGA KEPRESIDENAN Tugas presiden adalah menjalankan UUD. Oleh karena itu, pasal-pasal UUD 1945 tentang lembaga kepresidenan perlu diperbaiki dengan memberikan batasan-batasan yang lebih kongkrit tentang ruang lingkup lembaga kepresidenan, agar lembaga kepresidenan tidak lepas dari kendali kedaulatan rakyat. Ada usaha-usaha untuk menerbitkan UU tentang lembaga kepresidenan, tetapi batasan-batasan yang mendasar itu sebaiknya sudah dimaksukkan sekaligus di dalam konstitusi. Dan itulah sebetulnya makna sebuah konsititusi: mencegah absolutisme khusunya kekuasaan eksekutif, dan lebih khusus lagi lembaga kepresidenan. Banyak orang yang bermaksud mempertahankan UUD 1945 menyatakan, bahwa kesalahan masa lalu disebabkan o/ tidak terlaksanakannya UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Mereka berpendapat bahwa UUD 1945 sendiri tidak keliru; yang keliru adalah orang yang menjalankannya. Penjelasan UUD 1945 juga menekankan pentingnya “jiwa dan semangat penyelenggaraan negara.” Di sinilah justru letak salah satu kelemahan UUD 1945. Sebuah konstitusi, seharusnya mampu memberikan batasan-batasan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin manusia berjiwa diktator akan terpilih menjadi presiden dan menjalankan konstitusi dengan baik. Atau paling tidak, siapa pun yant terpilih menjadi presiden tidak mungkin akan membawa negara ke arah diktatorisme. Pasal 5(1) tentang kekuasaan membuat UU yang terlalu didominasi presiden perlu diperbaiki. Perubahan UUD 1945 menghendaki agar kekuasaan membuat UU tidak hanya di tangan presiden, dan DPR hanya menyetujui saja. Akan tetapi, kekuasan membuat UU berada di tangan Presiden bersama-sama dengan DPR dan Dewan Utusan Daerah(DUD) otonom. Ketiga badan tersebut dipilih o/ rakyat secara langsung, sehingga ketiganya berhak memegang kekuasaan membuat undang-undang. Artinya, ketiga badan tersebut berhak mengajukan RUU. Keputusan terakhir tetap dipegang o/ para wakil rakyat, bukan presiden. Aritnya, kalau presiden ternyata tidak setuju, maka para wakil rakyat di kedua dewan itulah yang paling menentukan. Sehingga, kalau mayoritas wakil rakyat dan mayoritas wakil daerah telah menyetujui maka RUU absah menjadi UU. Selain ketentuan pemilihan presiden dan wakil presiden langsung o/ rakyat sebagai pengganti Pasal 6(2), pasal lain yang patut diperbaiki di dalam UUD 1945 adalah Pasal 6(1). Presiden dan wakil presiden tidak lagi dituntut harus orang Indonesia asli, tetapi cukup apabla mereka adalah warga negara Indonesia yang telah berumur 40 tahun. Setiap warga negara tentunya berhak untuk menjadi presiden. Termasuk mereka yang menjadi warga negara hasil naturalisasi, setelah melewati periode tertentu. Kebarnya, pada waktu itu pasal tersebut sengaja dipasang untuk mencegah warga negara keturunan Belanda dan Jepang untuk ikut dalam pemilihan presiden, kalau Indonesia jadi merdeka. Persyaratan presiden harus pula ditambah, antara lain yang terpenting mereka harus sehat jasmani dan rohani. Dalam prakteknya, itu perlu dibuktikan dari keterangan tim dokter. Presiden Franco D. Rosevelt dari AS menolak untuk dipilih kembali menjadi Presiden AS keempat kalinya, karena alasan lumpuh setelah mengalami serangan
  • 3. jantung. Mundurnya Presiden Rusia Boris Yeltsin setlah lama menderita sakit juga bisa dijadikan contoh betapa jabatan presiden membutuhkan persyaratan yang berat, yaitu harus tangkas, cekatan, dan mampu membuat keputusan secara cepat dan tepat. Dan karena wakil presiden sewaktu-waktu harus bisa menggantikan kedudukan presiden, maka wakil presiden pun mesti punya syarat yang sama. Demikian pula harus jelas disebutkan, untuk memperbaiki Pasal 7, bahwa periode jabatan seorang presiden adalah maksimum dua kali. Pasal 8 juga merupakan kelemahan UUD 1945, karena hanya berbicara mengenai penggantian presiden o/ wakil presiden manakala presiden mangkat, berhenti atau tidak mampu menjalankan kewajibannya. Pasal tersebut tidak berbicara lebih lanjut manakala presiden dan wakil presiden keduanya, mangkat, atau berhenti, atau tidak mampu menjalankan tugasnya. Kalau itu terjadi, penggantinya, sebaiknya, adalah Ketua DPR. Alasannya karena anggota DPR, sebagaimana Presiden, juga dipilih secara nasional dan langsung pula o/ rakyat. Penjabat presiden yang adalah ketua DPR dan yang sekaligus adalah ketua dalam sidang-sidang MPR ini mempunyai kewajiban menyelenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden dalam tempo sesingkat-singkatnya maksimul enam bulan. Pada masa Orba ada ketentuan tentang triumvirat yang mengatakan apabila presiden dan wakil presiden tidak bisa menjalankan tugsanya maka tiga orang, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, serta Menteri Pertahanan dan Keamanan diangkat sebagai penggantinya. Ketentuan itu tentu saja tidak cocok untuk pemilihan presiden dan wakil presiden langsung o/ rakyat. Contoh buruk Orba lainnya adalah manakala presiden dan wakil presiden tidak jelas tugasnya masing-masing. Presiden sebaiknya memegang posisi kooridnator para menteri yang memimpin departemen, sedang wakil presiden diberi tugas mengkoordinasikan kelompok menteri-menteri yang tidak memangku sesuatu departemen. Bisa juga wakil presiden mengkooridinasikan kegiatan-kegiatan tertentu yang ditangani o/ daerah-daerah provinsi. Tugas ini menjadi paling ideal apabila otonomi daerah yang penuh dan di tingkat satu segera terwujud. Presiden RI mestinya dalah Presiden dari seluruh rakyat, bukan presiden golongan tertentu. Hubungan atau loyalitas presiden dengan partainya sudah harus diakhiri setelah mengucapkan sumpah sebagai Presiden RI. Loyalitas itu bisa muncul kembali manakala presiden yang bersangkutan akan mencalonkan diri kembali untuk kedua atau terakhir kalinya lewat partainya. Tentu tidak bisa dipungkiri, bahwa calon presiden yang diusulkan o/ sesuatu partai politik mungkin saja sekaligus adalah ktua partai tersebut. Maka jabatan sebagai ketua partai itu pun harus dilepaskan begitu yang bersangkutan terpilih menjadi presiden (atau wakil presiden). Pada pokoknya semua bentuk rangkap jabatan yang terkait dengan suatu organisasi politik dan kemasyarakatan, khususnya jabatan eksekutif, harus dilepaskan. Ini adalah untuk menghindari adanya penyalahgunaan wewenang, korupsi, kepemihakan, dan berbagai bentuk kolusi dan nepotisme lainnya. Presiden (dan wakil presiden) juga harus melepaskan diri dari semua jabatan di perusahaan dan dilarang menahan saham di perusaan atau berbisnis untuk mencari untung. Presiden tidak boleh membuat hutang atas nama negara. Gaji presiden yang diberikan o/ negara dianggap sudah lebih dari cukup, karena presiden telah mendapat berbagai fasilitas dan kemudahan dari negara.
  • 4. Dalam menjalankan hak-hak prerogatif yang lain, seorang presiden juga harus berkonsultasi dengan pemegang kekuasaan negara lainnya yang susuai. Misalnya untuk mengangkat duta besar, presiden perlu meminta pertimbangan dari MPR, sedang untuk memberikan grasi, amnesti dan abolisi presiden harus mengkonsultsaikannya terlebih dahulu dengan MA. Amat tidak masuk akal, manakala SU-MPR 1999 yang lalu menetapkan dalam Amandemen Pertama UUD 1945 (Pasal 14), bahwa presiden harus meminta pertimbangan DPR untuk memberikan grasi, amnesti dan abolisi. Tentu ini ketentuan amandemen yang keliru; seharusnya pertimbangan diminta dari MA. Sulit diterima akal, manakala DPR harus bersidang pleno untuk menerima atau menolak apa yang menjadi haknya presiden. Apalagi hak tersebut adalah untuk memberi ruang yang lebih luas bagi demokrasi dan HAM. Bukankah dalam soal yang menyangkut keputusan pidanan ini Kekuasaan Kehakiman lebih tahu daripada Kekuasaan Legislatif(DPR)? Untuk mengangkat duta besar (Pasal 13), yaitu wakil pemerintah di luar negeri, presiden perlu berkonsultasi dengan MPR. Dalam waktu yang relatif singkat, MPR harus memberikan jawabannya. Untuk mengangkat konsul, pertimbangan tersebut tidak perlu; cukup lewat Menteri Luar Negeri saja. Dalam menerima duta besar dan konsul dari negara lain tentu tidak perlu berkonsultasi atau menanyakan kepada wakil rakyat, tetapi cukup kiranya apabila presiden memberitahukan perihal itu kepada MPR. Presiden menyatakan keadaan bahaya dan perang. Tentu saja lebih baik kalau RI mempunyai UU yang khusus tentu keadaan tertib sipil, undang-undang tentang keadaan darurat atau bahaya, dan undang-undang tentang keadaan perang. Ketiganya perlu dipisahkan, untuk tidka mengacaukan sesuatu keadaan dengan keadaan lainnya, tidak seperti RUU PKB, Penanggulangan Keadaan Bahaya, yang dirancang o/ rezim Habibie, yang sekaligus meliputi ketiga situasi tersebut. “Pengacauan” ketiga situasi itu bisa mengakibatkan kesalahan prosedur, dimana keadaan tertib sipil o/ sebab kekacauan setempat mengakibatkan penanganan ala keadaan perang, sehingga kekerasan militer yang serng terjadi pada masa Orba terhadap penduduk sipil dapat berluang kemblai, dan dengan demikian mungkin pula terjadi kembali berbagai pelanggaran HAM. Segala prosedur untuk menyatakan negara ada dalam keadaan bahaya dan perang dengan negara lain harus lewat UU. Demikian pula setiap keputusan tentang operasi militer, selain melalui prosedur sesuai UU, juga harus sepengetahuan MPR. Demikian pula pernyataan perang harus dengan pengetahuan MPR. Yang juga sering dilupakan, khususnya mengambil contoh pada masa Orba, adalah perihal perjanjian antarnegara. Segala bentuk perjanjian dan kerjasama antarnegara harus disampaikan kepada MPR. Perjanjian hutang asing yang selama ini dilakukan o/ pemerintah RI melalui UU APBN dinilai tidak pada tempatnya, karena hutan gasing ini merupakan kesepakatan tersendiri dalam bentuk perjanjian dengan negara atau negara-negara asing. Bahwa hasil perjanjian hutang tersebut akan dimasukkan ke dalam APBN, itu adalah masalah intern dalam negeri Indonesia. Tanda-tanda jasa dan tanda-tanda kehormatan yang diberikan o/ seorang presiden semestinya meliputi tanda kehormatan kenegaraan saja. Dengan demikian, gelar profesor tidak boleh diartikan sebagai “tanda kehormatan”. Gelar-gelar non-kenegaraan seperti itu tidak boleh diberikan o/ presiden. Gelar profesor seharusnya diberikan o/ presiden universitas.
  • 5. Selama Republik ini berdiri, rakyat tidak pernah tahu atau diberitahu berapa gaji seorang presiden dan para menterinya. Tentu sekarang sudah saatnya gaji para pejabat tinggi negara tersebut terbuka bagi masyarakat. Soal gaji itu selayaknya dinyatakan dalam UU yang khusus, tidak perlu bersamaan dengan ditetapkannya UU tentang APBN. Kenaikan gaji presiden, wakil presiden, para menteri dan anggota DPR/ MPR o/ usulan Gusdur empat hingga tujuh kali lipat dari gaji semasa pemerintahan Soeharto dalam keadaan perekonomian pasca kristis moneter yang sama sekali belum pulih ini menunjukkan betapa pemintahan Gusdur-Megawati tidak mengenal sense of crisis. Kenaikan gaji Gusdur sebagai presiden dari 10 juta rupiah pada masa Soeharto menjadi 70 juta rupiah, bagi kelompok reformis sungguh sangat keterlaluan. Tetapi lebih keterlaluan lagi para pimpinan dan anggota DPR yang juga ikut menikmati kenaikan gaji itu dan tidak menolak atau berbuat sesuatu untuk meringankan beban rakyat. Dalam soal pertanggungjawaban presiden di depan sidang pleno MPR menurut UUD 1945 perlu dicatat hal-hal berikut: pertanggungjawaban itu disampaikan manakala ada dugaan yang jelas, tentunya disertai bukti-bukti permulaan yang cukup, bahwa presiden menyimpang dari ketentuan konstitusi. Pertanggungjawaban itu disampaikan dalam Sidang Istimewa (SI, bukan SU) MPR atas permintaan DPR. Dengan SI-MPR itu presiden bisa jatuh manakala pertanggungjawabannya ditolak. Mestinya, bisa juga SI- MPR menawarkan kepada presiden untuk mundur atau segera dituntut di muka pengadilan (MA). Hanya saja ketentuan ini tidak ada dalam UUD 1945. Meskipun sudah ada pasal-pasal dalam konstitusi yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban presiden, masih diperlukan ketentuan perudang-undangan lain yang lebih luas, seperti UU tentang lembaga kepresidenan. Di situ dapat ditetapkan apayang boleh dan tidak boleh dilakukan o/ seorang presiden, antara lain, tentang etika kehidupan sehari-hari, seperti larangan terhadap presiden (dan wakil presiden) membuat pernyataan- pernyataan yang bisa menimbulkan konflik dalam masyarakat.