SlideShare a Scribd company logo
1 of 111
Download to read offline
PRESENTASI KASUS
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
Oleh:
Tenri Ashari Wanahari
G99131087

Penguji:
drg. Vita Nirmala, Sp.Pros., Sp. KG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
Periode 6 Januari - 19 Januari 2014
KOMPETENSI 1

1. ANODONTIA
Definisi
• Adalah suatu keadaan di mana semua benih gigi tidak
terbentuk sama sekali, dan merupakan suatu kelainan yang
sangat jarang terjadi.

Etiologi
• Tidak ada penyebab anodontia yang
pasti
• Diduga merupakan penyakit genetik
yang bersifat autosom resesif di
mana terjadi mutasi genetik pada
gen MSX1 yang berlokasi di 4pl6.1
PATOGENESIS
• Empat minggu setelah fertilisasi, sel benih gigi berproliferasi
dan membentuk epithelial band yang disebut lamina dental.
Terbentuk 10 pembengkakan di sepanjang lamina dental
dan kemudian berkembang menjadi gigi sulung.

• Lamina dental akan terus bertumbuh dan di bulan keempat
kehamilan, benih gigi permanen untuk molar pertama
terbentuk. Proses ini akan berlanjut sampai molar ketiga
mulai terbentuk pada anak umur 4 tahun.

• Agenesis gigi dapat terjadi apabila terdapat gangguan di
dalam proses di atas. Jaringan ektodermal tidak
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel spesifik benih
gigi
KLASIFIKASI
Anodontia

Hipodontia

Oligodontia

Anodontia Total

pada rahang tidak
ada gigi susu
maupun gigi tetap
Anodontia
Parsial
pada rahang
terdapat satu atau
lebih gigi yang
tidak tumbuh, lebih
sering terjadi pada
gigi permanen
daripada susu

- tidak tumbuh 1-6
gigi

-Gigi-gigi yang
paling sering tidak
terbentuk adalah
gigi premolar dua
rahang bawah,
incisivus dua
rahang atas, dan
premolar dua
rahang atas.

Lebih dari 6 gigi
tidak tumbuh
• Pemeriksaan
radiologi
Pemeriksaan
panoramik
Penunjang

Terapi

• Pembuatan
dan
pemasangan
gigi tiruan
2. IMPACTED TEETH
Etiologi
(Berger)

Definisi
Gigi yang erupsi
normalnya terhalang
atau terhambat.

Gagal erupsi ke
dalam lengkung
rahang pada kisaran
waktu yang
diperkirakan.

Kausa lokal: posisi
abnormal, tekanan
gigi tetangga,
penebalan tulang
yang mengelilingi,
kekurangan tempat
bererupsi, desidui
persisten,
pencabutan
prematur, inflamasi
kronis

Kausa umur:
prenatal, postnatal,
pertumbuhan
KLASIFIKASI GEORGE WINTER

Vertikal

Horizontal

Distoangular

Inverted

Bukoangular

Mesioangular

Linguoangular
KLASIFIKASI PELL & GREGORY
Berdasarkan hubungan
antara ramus mandibula
dengan molar kedua

Berdasarkan letak molar
ketiga di dalam rahang

Kelas I

Posisi A

Kelas II

Posisi B

Kelas III

Posisi C
KLASIFIKASI ARCHER
Kelas A

• Bagian terendah
M3 setinggi
bidang oklusal
M2.

Kelas B

• Bagian terendah
M3 di atas garis
oklusal M2, tapi
masih dibawah
garis servikal M2.

Kelas C

• Bagian terendah
M3 lebih tinggi
dari garis servikal
M2.

KLASIFIKASI YAVUZ & BUYUKKURT

Level A

Level B

Level C
MANIFESTASI KLINIS
Gigi posterior
yang sering
impaksi

Gigi anterior
yang dapat
impaksi

Molar tiga
mandibula

Caninus
maksila

Molar tiga
maksila

Caninus
mandibula

Premolar
mandibula

Incisivus
maksila

Premolar
maksila

Incisivus
mandibula.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis
• Rasa sakit di
region tersebut,
pembengkakan,
mulut bau
(foeter exore)
dan pembesaran
limfonodi sub
mandibular

Pemeriksaan Fisik
• Ekstra Oral
(pembengkakan,
limfonodi, parestesi)
• Intra Oral (Keadaan
gigi, karies,
perikoronitis, parastesi,
warna mukosa bukal,
labial dan gingiva,
abses gingiva, posisi
gigi tetangga, ruang
antara gigi dengan
ramus

Pemeriksaan
Radiologis
• Panoramik
TERAPI

Secara umum: dicabut
(odontektomi)

Jika tidak
menyebabkan
terjadinya gangguan
kesehatan mulut dan
fungsi pengunyahan di
sekitar rahang pasien:
tidak perlu dicabut

Pencabutan pada gigi
impaksi harus
memperhatikan
indikasi dan
kontraindikasi.
3. MALOCCLUSION
Definisi

• Kelainan susunan gigi atas
dan bawah yang
berhubungan dengan
bentuk rongga mulut serta
fungsinya.

Etiologi

• Faktor Dental
• Herediter
• Kebiasaan Buruk
• Trauma yang
menyebabkan fraktur
rahang
• Tumor pada rongga mulut
atau rahang
KLASIFIKASI EDWARD ANGLE

Kelas I (Neutroklusi)

Kelas II (Distoklusi)

Kelas III (Mesioklusi)

• Tonjolan
mesiobukal M1 atas
beroklusi dengan
cekung bukal M1
bawah, tetapi gigigigi lain terdapat
masalah.

• M1 rahang bawah
terletak relatif lebih
ke distal dari posisi
M1 rahang atas.

• Gigi depan bawah
lebih menonjol
keluar dibanding
gigi depan atas.
JENIS-JENIS MALOKLUSI

Protrusi

Deep bite

Open bite

Cross bite

Crowded

Diastema
Penegakan
Diagnosis
Anamnesis
• kelengkungan gigi abnormal
• tampilan wajah ganjil
• Kesulitan/ tidak nyaman menggigit
dan mengunyah makanan
• susah berbicara /pengucapan ganjil
• bernapas lewat mulut karena bibir
yang sulit menutup

Pemeriksaan Gigi Rutin
Pemeriksaan Penunjang
• Radiografik gigi, kepala dan wajah

Terapi:
Alat cekat
4. DEBRIS
Definisi

Patogenesis

• Kumpulan fragmen dan serpihan
dentin yang berasal dari dinding
saluran akar
• Material lunak pada permukaan gigi
yang terdiri dari material alba, serta
sisa makanan yang menumpuk dan
tidak dibersihkan

• Terbentuk dari sisa-sisa makanan
yang biasanya menempel di celah
gigi dan merupakan faktor
pendukung timbulnya karies.
• Dibedakan menjadi food retention
dan food impaction.
DEBRIS INDEX (DI)
Skor
0

Kriteria
Jika tidak ada debris pada sonde setelah digoreskan ke permukaan
sepertiga cervical.

1

Jika terdapat debris pada sepertiga permukaan gigi.

2

Jika terdapat debris lebih dari sepertiga, tetapi tidak lebih dari dua
pertiga permukaan gigi.

3

Jika terdapat debris di lebih dari dua pertiga permukaan gigi.

Skor

Kriteria

0,0-0,7 Baik
0,8-1,6 Sedang
1,7-3,0 Buruk
5. CALCULUS
Definisi
Lapisan kerak berwarna
kuning yang menempel pada
gigi dan terasa kasar, yang
dapat menyebabkan
masalah pada gigi

Patogenesis

Terbentuk dari dental plak
yang mengeras pada gigi dan
menetap dalam waktu yang
lama.
Dental plak merupakan
tempat ideal bagi
mikroorganisme mulut karena
terlindung dari pembersihan
alami oleh lidah maupun
saliva.
Jika akumulasi plak terlalu
berat, dapat menyebabkan
periodontitis.
CALCULUS INDEX (CI)

Skor

Kriteria

0,0-0,6

Baik

0,7-1,8

Sedang

1,9-3,0

Buruk
TERAPI
scaling
Skor

Kriteria

0,0-1,2

Baik

1,3 -3,0

Sedang

3,1- 6,0

Dental
floss

root
planing

Buruk

obat
kumur

Antibiotik
6. PLAQUE
Definisi
• deposit lunak
terakumulasi pada
gigi
• terdiri dari bakteri,
epitel, leukosit,
makrofag, matriks
ekstraseluler, serta
komponen
anorganik.

Etiologi
Metabolisme anaerob
menghasilkan asam
menyebabkan:
• Demineralisasi
permukaan gigi
• Iritasi gusi di
sekitar gigi 
ginggivitis
• Plak 
termineralisasi 
calculus

Patogenesis
• Mucin akan
melapisi gigi
(acquired pellicle,
mukus).
• Beberapa saat
setelah mukus
terbentuk, bakteri
akan singgah dan
berkoloni di
lapisan tersebut.
PLAQUE INDEX (PI)
Skor

Kriteria

0

Tidak ada plak pada daerah gingiva

1

Selapis tipis plak melekat pada tepi

gingiva

dan

daerah

yang

berdekatan dengan gigi
2

Pengumpulan deposit lunak yang

sedang disertai poket gingival dan
pada

tepi

gingiva

dan/atau

berdekatan dengan permukan gigi
3

Banyaknya

deposit

lunak

yang

disertai poket gingival dan/atau
pada tepi gingiva dan berdekatan
dengan permukaan gigi
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Cairan pewarna diteteskan
beberapa tetes ke kapas
yang dibulatkan
• Dioleskan pada seluruh
permukaan gigi
• Kumur dengan air atau
cairan pewarna
• Dibiarkan di dalam mulut
selama 15-30 detik, baru
dibuang

bahan
pewarna cairan

bahan
pewarna tablet
• Tablet dikunyah
• Dibiarkan bercampur
dengan saliva di dalam
mulut sekitar 30 detik, baru
dibuang
7. DENTAL DECAY
Etiologi

Definisi

• Penyakit jaringan keras
gigi, kronik progresif
berupa proses
demineralisasi dari
bagian anorganik dan
destruksi bagian organik
gigi
• Disebabkan interaksi
antara mikroorganisme
ludah, bagian-bagian
yang berasal dari
makanan dan email
• Terus berkembang ke
bagian dalam gigi

• Mikroorganisme: bakteri
• Substrat: karbohidrat
yang digunakan bakteri
• Penjamu dan gigi
• Waktu
PATOGENESIS

Terjadi pada
enamel melalui
proses kimiawi,
yaitu lingkungan
asam yang
diproduksi oleh
bakteri.

Beberapa jenis
karbohidrat
(misalnya:
glukosa) dapat
diragikan
bakteri
tertentu,
membentuk
asam sehingga
pH plak
menurun
sampai < 5
dalam 1-3
menit.

Penurunan pH
berulang dalam
waktu tertentu
mengakibatkan
demineralisasi
permukaan gigi yang
rentan dan proses
karies pun terjadi.
KLASIFIKASI
Menurut dalamnya struktur
jaringan yang terkena

Superfisialis
(Email)

Menurut waktu terjadinya

Primer: pada lokasi
yang belum pernah
memiliki riwayat karies
sebelumnya

Media
(Dentin)

Profunda

Sekunder: pada lokasi
yang telah memiliki
riwayat karies
sebelumnya
Penegakan
Diagnosis

Terapi

Anamnesis:
nyeri

Filling

Pemeriksaan
Fisik: Sonde

PSA

Panoramic

Odontektomi
8. PULPITIS
Definisi

Etiologi

• Radang jaringan pulpa gigi yang
pada umumnya merupakan
kelanjutan dari proses karies

• Pada umumnya merupakan
kelanjutan dari karies yang tidak
ditangani.
• Perjalanan penyakit : iritasi
pulpa → hiperemi pulpa →
pulpitis akut parsial → pulpitis
akut total → pulpitis kronis →
kematian pulpa
KLASIFIKASI
Berdasarkan ada tidaknya gejala

Walton (1998)

Reversibel
Simtomatis

Ireversibel
Hiperplastik (Pulpa Polip)

Asimtomatis

Nekrosis Pulpa
Gangren Pulpa
Pulpitis Reversibel

Pulpitis Ireversibel

• Anamnesis: nyeri bila minum
panas, dingin, asam dan asin;
nyeri tajam singkat tidak
spontan, tidak terus-menerus;
rasa nyeri lama hilangnya
setelah rangsangan dihilangkan
• Pemeriksaan Ekstra Oral: tidak
ada pembengkakan
• Pemeriksaan Intra karies
dentin/profunda; pulpa belum
terbuka; Oral:perkusi tidak
sakit;sondase (+); klor etil (+).

• Akut: kavitas dalam dan
tertutup sisa makanan; pulpa
terbuka/tidak; sondase (+);
klor etil (+); perkusi (+/-).
• Kronis: karies profunda, bisa
mencapai pulpa bisa tidak;
sondase (+); perkusi (-).
Pulpitis Hiperplastik (Pulpa
Polip)
• Pemeriksaan radiologi: melihat
tangkai polip dari ruang pulpa,
perforasi bifurkasi atau gingiva.
• Warna pulpa polip agak
kemerahan mudah berdarah
dan sensitif apabila disentuh.
• Warna gingiva polip lebih pucat
dan biasanya timbul pada
karies besar yang mengenai
proksimal

Nekrosis Pulpa
• Anamnesis: nyeri spontan atau
tidak ada keluhan nyeri tapi
pernah nyeri spontan; bau
mulut;) gigi berubah warna.
• Pemeriksaan obyektif : gigi
berubah warna menjadi abuabu kehitam-hitaman; sondase
(-); perkusi (-); palpasi (-);
terdapat lubang gigi yang
dalam pada jaringan
periodontium
Gangren Pulpa
• Anamnesis : biasanya tidak timbul keluhan, tetapi ada
perubahan warna gigi; tercium bau busuk pada lubang
perforasi; apabila gigi masih vital, baru akan
memberikan rasa sakit apabila minum/makan panas.
• Pemeriksaan obyektif: gigi berubah warna, menjadi
abu-abu kehitam-hitaman; sondase (-); perkusi (-);
palpasi (-); terdapat lubang gigi yang dalam;
pemeriksaan penciuman;
• Pemeriksaan foto rontgen: karies besar dan dalam,
rongga pulpa terbuka, penebalan jaringan
periodontium .

Terapi
• PSA
• Odontektomi
9. PERIODONTITIS
Definisi
Peradangan jaringan
periodontium yang
merupakan kelainan
jaringan penyangga gigi
yang paling sering terjadi.

Terjadi akibat perluasan
peradangan gingiva ke
jaringan periodontal yang
lebih dalam.

Etiologi
Lokal

• Dental Plak
• Calculus
• Food Imfaction
• Trauma Gigi
• Karies Gigi
Sistemik
• Diabetes melitus
• Gangguan metabolisme
karbohidrat
PATOGENESIS

Penumpukan plak dan calculus di antara gigi dan gusi sehingga
akan terbentuk kantong di antara gigi dan gusi, kemudian meluas
ke bawah di antara akar gigi dan tulang bawahnya.

Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan yang
bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan bakteri.

Jika keadaan ini berlanjut, pada akhirnya banyak tulang rahang di
dekat kantong yang rusak sehingga gigi lepas.
Tanda
Gusi berdarah saat
menggosok gigi

Gusi merah,
bengkak dan lunak
Ada bagian gusi
yang turun dan
menjauhi gigi
Nanah di antara gigi
dan gusi

Gigi goyang
10. GINGIVITIS
Definisi

Peradangan gingiva
yang terbatas pada
jaringan epitel mukosa
yang mengelilingi
bagian cervical dentin
dan processus
alveolaris dentis

Etiologi
Faktor Lokal: maloral
hygiene; karies besar tepi
tajam; calculus; filling; jacket
crown/prothesa kurang
sempurna; tidur mulut
terbuka; napas dengan mulut;
kebiasaan menusuk gigi.
Faktor Sistemik: gang.
endokrin; avitaminosis vitamin C;
def.vitamin A, B, C; sifilis,
rematik, nefritis, anemia, DM;
alkohol; demam akut tinggi; obat
mengandung Hg, I, Bi, dan dosis
terlalu tinggi; kortikosteroid;
siklosporin; leukemia; rokok;
sekresi saliva kurang.
Gingivitis pada
Kehamilan

Gingivitis pada
Diabetes Mellitus

Gingivitis Karena
Obat

Gingivitis pada
Leukemia
Penegakan
Diagnosis

Gusi bengkak,
merah terang, dan
mudah berdarah
dengan sentuhan
ringan.

Periodontal probe

Terapi
Menjaga kebersihan
mulut

Membersihkan
karang gigi supra
ginggiva
FOKAL INFEKSI
11. FOKAL INFEKSI:
SERANGAN JANTUNG
Secara teoritis, penyakit periodontal dapat
dipertimbangkan mempengaruhi kesehatan
sistemik oleh satu atau beberapa mekanisme:

Mekanisme potensial yang
bisa menjelaskan peran
untuk penyakit periodontal
pada aterosklerosis adalah
mekanisme peradangan
umum atau infeksi lokal
dan interaksi bakteri
tertentu.

perluasan infeksi secara langsung
dari periodontium kedalam jaringan
yang lebih dalam

perjalanan mediator peradangan dari
periodonsium ke dalam sirkulasi
darah mempengaruhi aterosklerosis

penetrasi bakteri mulut ke dalam
sirkulasi darah
Periodontitis secara
bermakna
dihubungkan dengan
penyakit jantung
koroner.

Hipotesis:

keterlibatan langsung
bakteri periodontal dengan
proses ateroma/trombotik
keterlibatan langsung
mediator peradangan dari
periodontitis pada proses
ateroma/trombotik
mekanisme faktor resiko
yang mempengaruhi kedua
penyakit tersebut

interaksi kombinasi
mekanisme tersebut di
atas
12. FOKAL INFEKSI:
MYOCARDIAL INFARCTION
• PJK dan kesehatan
gigi yang buruk
merupakan masalah
yang dijumpai di
seluruh dunia.
• Hubungan antara
keduanya secara
potensial penting
sekali.

• Individu dengan
periodontitis secara
signifikan
mempunyai kadar
monosit beredar
dan CRP tinggi,
serta HDL-kolesterol
rendah
dibandingkan non
periodontitis.

• periodontitis yang
dulu dianggap suatu
penyakit lokal
murni, ternyata
dapat menyebabkan
inflamasi sistemik
dan perubahanperubahan lipid,
yang diketahui
meningkatkan risiko
terhadap PJK.
Hilangnya gigi secara total (total tooth loss)
yang umumnya diakibatkan oleh penyakit
periodontal dan karies gigi, juga
berhubungan dengan beberapa pertanda dari
inflamasi dan hemostasis (termasuk CRP).

mencerminkan predisposisi terhadap reaksi
inflamasi yang berat menyusul terjadinya
stres inflamatorik (misalnya: infeksi
periodontal)

akibat terjadinya perubahan status nutrisi
seperti berkurangnya asupan (intake) buahbuahan sitrus dan vitamin C, yang mungkin
dapat meningkatkan risiko terhadap inflamasi
maupun penyakit kardiovaskuler.
13. FOKAL INFEKSI:
STROKE
Mekanisme terjadinya
stroke: kombinasi kerusakan
sel endotel, vascular smooth
muscles, astroglia dan
microglia, neuron bersamasama dengan jaringan
protein matriks

Merupakan faktor-faktor
yang berhubungan dengan
terjadinya aterosklerosis,
yang juga mempunyai
hubungan positif dengan
terjadinya penyakit pada
jaringan periodontal.
Hiperinflammatory
Monocyte

Infeksi Oral
(Periodontitis)
Bakteremia

Hiperreactive
Mononuclear
Phagocyte

Produksi Bakteri:
-Endotoksin
-Heat shock
protein

Produk
Inflamasi :

Status
Hiperkoagulasi :

-Sitokin

- Fibrinogen ↑

-CRP

- Leukosit ↑
- S. sanguins &
P.Gingivalis

Patologi Vaskuler

STROKE

- Mediator
agregasi platelet
14. FOKAL INFEKSI:
DIABETES MELLITUS
DM merupakan suatu
faktor risiko bagi
penyakit periodontal dan
sebaliknya.

Secara biologis, penyakit
periodontal pada
penderita DM
disebabkan akumulasi

glucose-mediated age

yang mempengaruhi
migrasi dan aktivitas
fagositik sel-sel
mononuclear dan PMN,
menghasilkan flora
gingival yang bersifat
lebih patogenik.

Penderita DM dan penyakit
periodontal menunjukkan cairan
krevikuler sulkus gingival
mengandung IL-1β dan PGE2 lebih
tinggi dibanding penderita non DM.

Maturasi dan
transformasi bakteri sub
gingival saling menyusul
melalui epitelium poket
yang terulserasi dan
memicu jalur upregulasi
sitokin yang disebabkan
adanya infeksi jaringan
periodontal.
Menyebabkan infection mediated dari regulasi sitokin, khususnya dengan

sekresi TNF-α dan IL-1β serta terjadi resistensi insulin dalam rangka pemenuhan
kebutuhan glukosa dalam jaringan.
Dua faktor penyebab kerusakan
jaringan periodontal penderita DM

IL-1β, berpengaruh
terhadap penumpukan sel
inflamasi, memfasilitasi
keberadaan PMN,
meningkatkan sintesis
mediator inflamasi.
TNF-α, bertugas
mengetahui dan
mendeteksi tanda-tanda
apoptosis, resorpsi tulang
alveolar, sekresi matrix
metallo protein (MMP).
15. FOKAL INFEKSI:
LOW PRE-TERM BIRTH WEIGHT
Periodontitis dapat
mempengaruhi kehamilan
melalui infiltrasi bakteri dari
periodonsium.

Toksin yang diproduksi oleh
bakteri menstimulasi respon
inflamasi kronik.

Menginduksi bakteremia,
memicu respon fase akut
hepatik yang mengakibatkan
produksi sitokin, prostaglandin,
dan interleukin yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
Bakteri yang berhubungan dengan
pematangan plak dan periodontitis progresif:
Ditemukan lebih banyak pada perempuan
yang melahirkan bayi prematur BBLR
dibandingkan dengan bayi normal.

Bakteri dan produknya yang berupa
endotoksin khususnya lipopolisakarida masuk
ke saluran genital melalui pembuluh darah.

Bakteremia sering kali terjadi pada orang
yang mempunyai banyak plak serta
peradangan gingiva.
Bakteremia dapat
menimbulkan
peradangan intrauterin,
dan lipopolisakarida
yang dihasilkan
menyebar ke dalam
rongga rahim.

Berinteraksi pada
membran plasenta,
memicu prostaglandin
atau secara langsung
menimbulkan kontraksi
otot rahim dan dilatasi
leher rahim.

Adanya penularan
bakteri selama
kehamilan dapat
menimbulkan gangguan
pengaturan sitokin dan
hormon yang mengatur
kehamilan sehingga
memungkinkan
robeknya membran
plasenta sebelum
waktunya dan dapat
berakibat terjadinya bayi
prematur BBLR.
16. FOKAL INFEKSI:
RESPIRATORY INFECTION
Infeksi pada saluran pernapasan yang
diakibatkan oleh penyebaran fokus
infeksi di gigi, antara lain: sinusitis,
tonsillitis, pneumonia, asma bronkial dan
abses paru.

Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae dan Haemophilus
influenzae yang dapat berkolonisasi di
orofaring dan teraspirasi ke saluran
bawah pernapasan.

Akibat mikroorganisme pada gigi
berlubang, menelan mikroorganisme
pada ludah dan plak gigi, atau
diseminasi melalui darah.

Basil TB dapat memasuki tubuh melalui
oral. Infeksi oral, selain dapat
memperburuk TB paru yang sudah ada,
juga dapat menambah systemic load,
yang menghambat respon tubuh dalam
melawan penyakit TB tersebut.
17. FOKAL INFEKSI:
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis dapat
menyebabkan
kehilangan gigi karena
kepadatan tulang yang
mendukung gigi mungkin
akan menurun, yang
berarti gigi tidak lagi
memiliki dasar yang
kuat.

Perempuan dengan
bakteri periodontal pada
mulut mereka lebih
cenderung memiliki
kekeroposan tulang pada
rongga mulut, yang
dapat menyebabkan
kehilangan gigi jika tidak
dirawat.

Suplementasi estrogen
pada wanita dalam
waktu lima tahun
menopause
memperlambat
perkembangan penyakit
periodontal.
18. FOKAL INFEKSI:
GASTROINTESTINAL DISORDERS
Gastritis, colitis, enteritis, dan
apendisitis dapat berkembang
akibat penjalaran fokus infeksi
pada rongga mulut

Helicobacter pylori, bakteri

penyebab gastritis kronik dan
ulkus peptikum, dapat diisolasi
pada saliva dan plak gigi
penderita gastritis.

Helicobacter pylori dapat

diisolasi dari plak gigi pasien
dispepsia yang telah menjalani
terapi antibiotik sehingga gigi
berlubang dapat pula
menyebabkan reinfeksi.
19. FOKAL INFEKSI:
IMMUNE SYSTEM
Sistem imun
berpengaruh besar
dalam menjaga
kesehatan rongga
mulut. Dalam rongga
mulut sistem imun
yang berperan besar
adalah saliva.

Prevalensi hipofungsi
kelenjar saliva dan
xerostomia secara
signifikan lebih tinggi
pada wanita HIVpositif dibanding
kelompok wanita HIVnegatif.

kecepatan aliran
saliva menurun pada
tahap awal infeksi
HIV, dan tidak hanya
fungsi sekresi kelenjar
saliva yang menurun
tetapi komposisi
saliva juga berubah.
20. FOKAL INFEKSI:
OTHER DENTAL ISSUES AFFECTING
HEALTH AND LONGEVITY
ENDOKARDITIS

Infeksi yang meliputi katup atau
endothelial dari jantung, hal ini
terjadi jika bakteri masuk kedalam
pembuluh darah dan menyerang
jaringan di jantung yang abnormal

• tahun 1930-1996 infeksi
endokarditis terjadi antara 0,76,8:100.000/tahun
• 50% kasus endokarditis tidak
terkait dental prosedur, dan 8%
terkait dengan penyakit
periodontal tanpa prosedur
dentis
• resiko akibat prosedur dentis
sekitar 1/3.000-5.000 kejadian.
21. NON CANCEROUS GROWTH
Definisi
Neoplasma jinak yang
terdapat di rongga
mulut, baik pada
jaringan lunak maupun
jaringan keras.

Patofisiologi
Jaringan Lunak:
• Patofisiologi belum diketahui.
• Diduga etiologi: iritasi kronis,
infeksi virus, dan parasit,
keturunan, embrional,
ketidakseimbangan hormonal
dan malnutrisi
Jaringan Keras:
• Selain faktor di atas,
ditambah sisa lamina
dentalis organ email, lapisan
basal membran mukosa dan
dinding epitel kista
dentigerosa.
Penegakan Diagnosis

Terapi

• pemeriksaan dan gejala klinis: tumor
tumbuh lambat dan umumnya
asimptomatik, berkapsul, ekspansif,
tidak/jarang kambuh kembali, tidak
bermetastasis, warna seperti
jaringan sekitar (kecuali
hemangioma), permukaan rata,
lunak dan dapat digerakkan.
• Pemeriksaan Radiologi

• Ekstirpasi (pengangkatan massa
neoplasma)
• Reseksi (reseksi tulang dan massa
neoplasma)
• Metode dredging
22. ORAL SQUAMOUS CELL CARCINOMA
Definisi

• Merupakan tumur ganas dari epitel skuamosa
yang cenderung menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan biasanya menimbulkan
metastasis.

Etiologi

• Tembakau
• Menyirih
• Alkohol
• Penyakit kronis
• Faktor gigi dan mulut
• Diet dan nutrisi
• Infeksi jamur dan virus
• Faktor lingkungan
GAMBARAN KLINIS
Stadium awal sering tidak
menunjukkan gejala yang jelas.
Pada

Pada

mukosa bukal

dasar mulut

Pada lidah

Pada gingiva

Pada bibir

Pada palatum
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Klinis: penampilan, keadaan
umum, metastase jauh,
pemeriksaan lokal dengan
inspeksi dan palpasi bimanual.

TERAPI

Kemoterapi

Patologi: perubahan ukuran
dan morfologi sel, peningkatan
mitotik, hiperkromatisme,
perubahan pada ulserasi,
maturasi selular

Radiologi: USG, CTScan, MRI

Pembedahan
23. SISTEM KEKEBALAN RONGGA MULUT:
SALIVA (SIgA- ORAL ASSOCIATED

LYMPHOID TISSUE)
Definisi

Cairan di rongga mulut
yang diproduksi dan
diekskresikan kelenjar
saliva, dialirkan ke
rongga mulut melalui
saluran.

Terdiri dari 98% air
dan selebihnya
elektrolit, mukus dan
enzim.

Fungsi
Perlindungan
permukaan mulut

Pengaturan
kandungan air
Pengeluaran virus
dan hasil
pertukaran zat
Pencernaan
makanan dan
proses
pengecapan
Diferensiasi dan
pertumbuhan
saraf dan
epidermal
24. XEROSTOMIA
Definisi

Etiologi

• Keluhan subyektif
dari mulut kering
yang disebabkan
penurunan
produksi saliva

• Obat-obatan
• Usia
• Terapi radiasi
kepala dan leher
• Gangguan pada
kelenjar saliva

Penegakan
Diagnosis
• Hilangnya
genangan saliva
pada dasar mulut
• Mukosa merah
dan lengket
apabila disentuh
• Permukaan dorsal
lidah berfisur dan
berlobul
KOMPETENSI 2

1. MICROGNANTIA & MACROGNANTIA
Mikrognatia
• Kelainan pertumbuhan dari
maksila dan atau mandibula di
mana ukurannya lebih kecil dari
normal

Macrognatia

• Mandibula lebih besar dari pada
normal.
Etiologi
Penegakan
Diagnosis
Terapi

• Kongenital
• Didapat

• Masalah estetika, oklusi,
pernapasan dan pemberian
makan

• Operasi orthognathic untuk
memperluas atau
mengecilkan maksila dan
mandibula.
2. LABIAL AND PALATE CLEFT
Definisi

Kelainan berupa
celah pada
langit-langit atau
bibir atas yang
didapatkan sejak
lahir

Etiologi
insufisiensi zat
yang diperlukan
untuk proses
tumbuhkembang organ
terkait selama
masa embrional
penggunaan obat
teratogenik
infeksi
genetik
KLASIFIKASI
Penegakan
Diagnosis

Anamnesis

• Kesulitan
menghisap ASI
• Gangguan
berbicara
• Gangguan
pendengaran
Pemeriksaan Oral
• Celah pada bibir
atas atau langitlangit rongga
mulut

Terapi

Non Bedah

• Penambahan berat
badan yang
normal
• Pencegahan
aspirasi
• Pencegahan
infeksi telinga
berulang
Bedah

• Sebelum usia 12
bulan
3. LEUKOPLAKIA
Definisi

Etiologi

• Makula mukosa kronis
berwarna putih yang tidak
dapat di karakterisasi secara
klinis dan patologi dibandingkan
penyakit lainnya.

• Faktor Lokal: trauma,
tembakau, alkohol, bakteri
• Faktor Sistemik
• Faktor Malnutrisi Vitamin
KLASIFIKASI

Terapi
Non Bedah

Homogen

Verrucous

• Menunggu dan
mengamati
• Memberi obat
• Menghindari faktor
penyebab
Bedah

Eritroplakia

Proliferative
Verrucous

• Elektrokauterisasi
• Cryosurgery
• Laser
Temuan Kasus di
Anggrek 1
Nama

: Ny. M

No. RM

: 01142421

Usia

: 24 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Tuksongo, Borobudur, Magelang

Diagnosis

: 1. TB Paru BTA (-) LLKB dalam
Terapi OAT Kategori 1 Bulan
ke-6
2. Suspek MDR
3. B20

Terapi
•O2
2 lpm
• IVFD ringer laktat
20 tpm
• Isoniazid
1 x 300 mg
• Rifampisin
1 x 300 mg
• Ambroxol
3 x 30 mg
• Vitamin B kompleks 3 x 1
• OBH sirup
3x1
• Paracetamol
3 x 1 (k/p)
KOMPETENSI 3

1. GLOSSITIS
Definisi
• Radang lidah
• Sering pada lakilaki
• Cerminan penyakit
tubuh yang
penampakannya
pada lidah

Etiologi
• Lokal: infeksi,
trauma mekanis ,
iritasi lokal
(tembakau, alkohol,
makanan pedas)
• Sistemik: kelainan
nutrisi, penyakit
kulit dan infeksi.

Penegakan
Diagnosis
• Anamnesis: nyeri
lidah, sulit
mengunyah,
menelan,bercakap
• Pemeriksaan:
permukaan lidah
halus, ulserasi,
bengkak,perubaha
n warna
KOMPETENSI 4

1. CANDIDIASIS
Definisi

Etiologi

Penyakit pada rongga
mulut yang disebabkan
oleh pertumbuhan
abnormal dari jamur
Candida albikans.

Status kekebalan
penderita

Lingkungan mukosa oral

Sebenarnya merupakan
flora normal rongga
mulut, tetapi karena
adanya gangguan sistem
imun menjadi patogen

Strain Candida albicans
KLASIFIKASI

Pseudomembran
Akut

Atrofi Akut

Atrofi Kronis

Hiperplasia Kronis

Median Rhomboid
Glossitis

Keilitis Angularis
Penegakan
Diagnosis

Terapi

Pemeriksaan
mikroskopis

menjaga
kebersihan
rongga mulut

Biopsi

memberi obat
antifungal lokal
maupun
sistemik
menanggulangi
faktor
predisposisi
Temuan Kasus di
Melati 1
Nama

: Tn. R

No. RM

: 01066754 / Melati 1

Usia

: 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki laki
Agama

: Islam

Alamat

: Mojolaban, Sukoharjo

Diagnosis

: 1. Klinis B20 dengan Oral
Trush (Candidiasis)
2. TB paru
3. Anemia normositik
normokromik

Terapi
•Bed rest tidak total
• Diet TKTP extra putih telur
• IVFD NaCl 0,9%
20 tpm
• Inj. Vit. B1
1 amp/24 jam
• Inj. albumin
20% 100cc
• Cotrimoxazole
1 x 960 mg
• B complex
3x1
• Fluconazole
2 x 200mg
• Vitamin C
3x1
• Paracetamol
3 x 500mg
• Nystatin syr
4 x 0,5cc
• Nystatin drop
4 x gtt 1
2. MOUTH ULCER
Definisi

Etiologi

• defek lokal atau
ekskavasasi permukaan
jaringan atau organ
rongga mulut, yang
lebih dalam dari
jaringan epitel

• infeksi atau gangguan
sistemik lainnya
(kelainan darah, saluran
pencernaan, atau kulit)
• trauma atau luka bakar
• aphtha
• obat-obatan.

Klasifikasi

• Ulkus Akibat Reaksi
Obat (Stomatitis
Medikamentosa)
• Aphtha
• Ulkus Herpetiformis
• Sindroma Behçet’s
• Eritema Multiformis
• Ulkus Tunggal dan
Multipel
Temuan Kasus di
Melati 1
Nama
No. RM

: Tn. A
: 01140979 / Melati 1

Usia

: 27 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama

: Islam

Alamat

: Nusukan, Surakarta

Diagnosis

: 1. Melena
2. Anemia
3. Mouth ulcer

Terapi
•Bed rest tidak total
•O2 2 lpm
•Diet TKTP
•Infus D 5% 20 tpm
•Inj Ranitidin 50 mg/12
jam
•Antasyd syrup
•Sukralfat 3 x 1
•B complek 3 x 1
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebelas Maret/RSUD. Dr. Moewardi

More Related Content

What's hot

Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8RSIGM
 
Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelPulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelDedy Purnama
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Vina Widya Putri
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2RSIGM
 
Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children) Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children) Taufiqi Hidayatullah
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3RSIGM
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa07051994
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2asih gahayu
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4RSIGM
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaChusna Wardani
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustmentthevaraj3
 
1. dental anatomi
1. dental anatomi1. dental anatomi
1. dental anatomiasih gahayu
 

What's hot (20)

Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8
 
Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelPulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel
 
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
Dental Indices (Indeks Pemeriksaan Jaringan Penyangga / Periodontal Gigi)
 
Tugas laporan tutorial
Tugas laporan tutorialTugas laporan tutorial
Tugas laporan tutorial
 
prinsip preparasi
prinsip preparasiprinsip preparasi
prinsip preparasi
 
Pulp capping fix
Pulp capping fixPulp capping fix
Pulp capping fix
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2
 
Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children) Displacement tooth (traumatic injury on children)
Displacement tooth (traumatic injury on children)
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
Periodontitis kronis
Periodontitis kronisPeriodontitis kronis
Periodontitis kronis
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
 
Endodontic 4
Endodontic 4Endodontic 4
Endodontic 4
 
Dental asistant ii
Dental asistant iiDental asistant ii
Dental asistant ii
 
Dk 2 sk 9 ikgk
Dk 2 sk 9 ikgkDk 2 sk 9 ikgk
Dk 2 sk 9 ikgk
 
Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustment
 
desain gtl
desain gtldesain gtl
desain gtl
 
1. dental anatomi
1. dental anatomi1. dental anatomi
1. dental anatomi
 

Viewers also liked

Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkkPemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkkdr. Rachel Sagrim
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitasfirman putra sujai
 
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008asih gahayu
 
Penyuluhan kesehatan gigi & mulut salam
Penyuluhan kesehatan gigi & mulut salamPenyuluhan kesehatan gigi & mulut salam
Penyuluhan kesehatan gigi & mulut salamSurya Siawang
 
Makalah penyakit PICA
Makalah penyakit PICAMakalah penyakit PICA
Makalah penyakit PICAShinta Bella
 
Asuhan Keperawatan Demam Thypoid
Asuhan Keperawatan Demam ThypoidAsuhan Keperawatan Demam Thypoid
Asuhan Keperawatan Demam ThypoidVictorya Bambung
 
Laporan lbm 2
Laporan lbm 2Laporan lbm 2
Laporan lbm 2RSIGM
 
Makalah demartitis
Makalah demartitisMakalah demartitis
Makalah demartitisMJM Networks
 
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamil
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamilGambaran periodontitis pada_ibu_hamil
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamilAstri Xiao Lu
 
Komunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienKomunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienasih gahayu
 
The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case
The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion caseThe use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case
The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion caseUniv.Moestopo
 
Ketetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIKetetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIMuhamad Yogi
 
ppt sik (penyakit gigi karies)
ppt sik (penyakit gigi karies)ppt sik (penyakit gigi karies)
ppt sik (penyakit gigi karies)Intan Permatasari
 

Viewers also liked (20)

Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkkPemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
Pemeriksaan Fisik Gigi dan Mulut by Rachel Sagrim dkk
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
Makalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigiMakalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigi
 
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008Rekam Medik Gigi " Odontogram "  Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
Rekam Medik Gigi " Odontogram " Permenkes NOMOR 269 / MENKES / PER / III / 2008
 
Penyuluhan kesehatan gigi & mulut salam
Penyuluhan kesehatan gigi & mulut salamPenyuluhan kesehatan gigi & mulut salam
Penyuluhan kesehatan gigi & mulut salam
 
Pulpitis
PulpitisPulpitis
Pulpitis
 
Makalah penyakit PICA
Makalah penyakit PICAMakalah penyakit PICA
Makalah penyakit PICA
 
Caries Dentist
Caries DentistCaries Dentist
Caries Dentist
 
Asuhan Keperawatan Demam Thypoid
Asuhan Keperawatan Demam ThypoidAsuhan Keperawatan Demam Thypoid
Asuhan Keperawatan Demam Thypoid
 
Laporan lbm 2
Laporan lbm 2Laporan lbm 2
Laporan lbm 2
 
Makalah demartitis
Makalah demartitisMakalah demartitis
Makalah demartitis
 
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamil
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamilGambaran periodontitis pada_ibu_hamil
Gambaran periodontitis pada_ibu_hamil
 
Komunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasienKomunikasi efektif drg pasien
Komunikasi efektif drg pasien
 
The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case
The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion caseThe use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case
The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case
 
Ketetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIKetetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RI
 
Cbc revision
Cbc revisionCbc revision
Cbc revision
 
Cbc revision-02
Cbc revision-02Cbc revision-02
Cbc revision-02
 
ppt sik (penyakit gigi karies)
ppt sik (penyakit gigi karies)ppt sik (penyakit gigi karies)
ppt sik (penyakit gigi karies)
 
Makalah penyakit kecacingan
Makalah penyakit kecacinganMakalah penyakit kecacingan
Makalah penyakit kecacingan
 
Pulpitis
PulpitisPulpitis
Pulpitis
 

Similar to Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebelas Maret/RSUD. Dr. Moewardi

Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiFerdiana Agustin
 
Penyakit Gigi dan Mulut
Penyakit Gigi dan MulutPenyakit Gigi dan Mulut
Penyakit Gigi dan Mulutdewisetiyana52
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Vincent Tannius
 
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdfssusere15b7a
 
Makalah kebersihan gigi dan mulut
Makalah kebersihan gigi dan mulutMakalah kebersihan gigi dan mulut
Makalah kebersihan gigi dan mulutTiara Ramadhania
 
Makalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigiMakalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigiWarnet Raha
 
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigiGambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigiSeptian Muna Barakati
 
Laeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulutLaeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulutaskep33
 
Laeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulutLaeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulutaskep33
 
ppt-pelatihan-kader.pptx
ppt-pelatihan-kader.pptxppt-pelatihan-kader.pptx
ppt-pelatihan-kader.pptxMeliAgustin15
 
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxpemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxprostodonsia
 
Complete denture chapter 1, nurimah wahyuni
Complete denture chapter 1, nurimah wahyuniComplete denture chapter 1, nurimah wahyuni
Complete denture chapter 1, nurimah wahyuniProstoAngkatan14
 

Similar to Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebelas Maret/RSUD. Dr. Moewardi (20)

Makalah Karies Gigi
Makalah Karies GigiMakalah Karies Gigi
Makalah Karies Gigi
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
Penyakit Gigi dan Mulut
Penyakit Gigi dan MulutPenyakit Gigi dan Mulut
Penyakit Gigi dan Mulut
 
Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2Laporan hasil diskusi pemicu 2
Laporan hasil diskusi pemicu 2
 
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdfBUKU PETUNJUK SKILAB  blok 13 FINAL.pdf
BUKU PETUNJUK SKILAB blok 13 FINAL.pdf
 
Makalah kebersihan gigi dan mulut
Makalah kebersihan gigi dan mulutMakalah kebersihan gigi dan mulut
Makalah kebersihan gigi dan mulut
 
Karies dan gingivitis
Karies dan gingivitisKaries dan gingivitis
Karies dan gingivitis
 
Makalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigiMakalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigi
 
Bab1,2,3
Bab1,2,3Bab1,2,3
Bab1,2,3
 
kasus gigi
kasus gigikasus gigi
kasus gigi
 
Nurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigiNurwanti membersikan mult dan gigi
Nurwanti membersikan mult dan gigi
 
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigiGambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
Gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi
 
Laeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulutLaeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulut
 
Laeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulutLaeflet perawatan gigi dan mulut
Laeflet perawatan gigi dan mulut
 
228557464 kti-kesehatan-gigi
228557464 kti-kesehatan-gigi228557464 kti-kesehatan-gigi
228557464 kti-kesehatan-gigi
 
ppt-pelatihan-kader.pptx
ppt-pelatihan-kader.pptxppt-pelatihan-kader.pptx
ppt-pelatihan-kader.pptx
 
Kries gigi
Kries gigiKries gigi
Kries gigi
 
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptxpemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
pemeriksaan klinis di bidang prostodonti.pptx
 
Complete denture chapter 1, nurimah wahyuni
Complete denture chapter 1, nurimah wahyuniComplete denture chapter 1, nurimah wahyuni
Complete denture chapter 1, nurimah wahyuni
 
KARIES
KARIESKARIES
KARIES
 

More from Tenri Ashari Wanahari

32nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 201432nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 2014Tenri Ashari Wanahari
 
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...Tenri Ashari Wanahari
 
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERTenri Ashari Wanahari
 
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...Tenri Ashari Wanahari
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutTenri Ashari Wanahari
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisTenri Ashari Wanahari
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFTenri Ashari Wanahari
 
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory BiologyCoursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory BiologyTenri Ashari Wanahari
 
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental ChangeEdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental ChangeTenri Ashari Wanahari
 
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...Tenri Ashari Wanahari
 
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?Tenri Ashari Wanahari
 
Coursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human ConditionCoursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human ConditionTenri Ashari Wanahari
 
Coursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human PhysiologyCoursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human PhysiologyTenri Ashari Wanahari
 
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive StatisticsEdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive StatisticsTenri Ashari Wanahari
 

More from Tenri Ashari Wanahari (20)

32nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 201432nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 2014
 
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
 
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
 
Kasus Kecil Interna : Diare Kronik
Kasus Kecil Interna : Diare KronikKasus Kecil Interna : Diare Kronik
Kasus Kecil Interna : Diare Kronik
 
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory BiologyCoursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
 
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental ChangeEdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
 
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
 
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
 
Coursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human ConditionCoursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human Condition
 
Coursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human PhysiologyCoursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human Physiology
 
Coursera Certificate: Calculus One
Coursera Certificate: Calculus OneCoursera Certificate: Calculus One
Coursera Certificate: Calculus One
 
INAMSC 2013
INAMSC 2013INAMSC 2013
INAMSC 2013
 
Coursera Certificate: Algebra
Coursera Certificate: AlgebraCoursera Certificate: Algebra
Coursera Certificate: Algebra
 
Coursera Certificate: Pre-Calculus
Coursera Certificate: Pre-CalculusCoursera Certificate: Pre-Calculus
Coursera Certificate: Pre-Calculus
 
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive StatisticsEdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
 

Recently uploaded

BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 

Recently uploaded (17)

BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 

Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebelas Maret/RSUD. Dr. Moewardi

  • 1. PRESENTASI KASUS ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT Oleh: Tenri Ashari Wanahari G99131087 Penguji: drg. Vita Nirmala, Sp.Pros., Sp. KG Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta Periode 6 Januari - 19 Januari 2014
  • 3. Definisi • Adalah suatu keadaan di mana semua benih gigi tidak terbentuk sama sekali, dan merupakan suatu kelainan yang sangat jarang terjadi. Etiologi • Tidak ada penyebab anodontia yang pasti • Diduga merupakan penyakit genetik yang bersifat autosom resesif di mana terjadi mutasi genetik pada gen MSX1 yang berlokasi di 4pl6.1
  • 4. PATOGENESIS • Empat minggu setelah fertilisasi, sel benih gigi berproliferasi dan membentuk epithelial band yang disebut lamina dental. Terbentuk 10 pembengkakan di sepanjang lamina dental dan kemudian berkembang menjadi gigi sulung. • Lamina dental akan terus bertumbuh dan di bulan keempat kehamilan, benih gigi permanen untuk molar pertama terbentuk. Proses ini akan berlanjut sampai molar ketiga mulai terbentuk pada anak umur 4 tahun. • Agenesis gigi dapat terjadi apabila terdapat gangguan di dalam proses di atas. Jaringan ektodermal tidak berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel spesifik benih gigi
  • 5. KLASIFIKASI Anodontia Hipodontia Oligodontia Anodontia Total pada rahang tidak ada gigi susu maupun gigi tetap Anodontia Parsial pada rahang terdapat satu atau lebih gigi yang tidak tumbuh, lebih sering terjadi pada gigi permanen daripada susu - tidak tumbuh 1-6 gigi -Gigi-gigi yang paling sering tidak terbentuk adalah gigi premolar dua rahang bawah, incisivus dua rahang atas, dan premolar dua rahang atas. Lebih dari 6 gigi tidak tumbuh
  • 8. Etiologi (Berger) Definisi Gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat. Gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran waktu yang diperkirakan. Kausa lokal: posisi abnormal, tekanan gigi tetangga, penebalan tulang yang mengelilingi, kekurangan tempat bererupsi, desidui persisten, pencabutan prematur, inflamasi kronis Kausa umur: prenatal, postnatal, pertumbuhan
  • 10. KLASIFIKASI PELL & GREGORY Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang Kelas I Posisi A Kelas II Posisi B Kelas III Posisi C
  • 11. KLASIFIKASI ARCHER Kelas A • Bagian terendah M3 setinggi bidang oklusal M2. Kelas B • Bagian terendah M3 di atas garis oklusal M2, tapi masih dibawah garis servikal M2. Kelas C • Bagian terendah M3 lebih tinggi dari garis servikal M2. KLASIFIKASI YAVUZ & BUYUKKURT Level A Level B Level C
  • 12. MANIFESTASI KLINIS Gigi posterior yang sering impaksi Gigi anterior yang dapat impaksi Molar tiga mandibula Caninus maksila Molar tiga maksila Caninus mandibula Premolar mandibula Incisivus maksila Premolar maksila Incisivus mandibula.
  • 13. PENEGAKAN DIAGNOSIS Anamnesis • Rasa sakit di region tersebut, pembengkakan, mulut bau (foeter exore) dan pembesaran limfonodi sub mandibular Pemeriksaan Fisik • Ekstra Oral (pembengkakan, limfonodi, parestesi) • Intra Oral (Keadaan gigi, karies, perikoronitis, parastesi, warna mukosa bukal, labial dan gingiva, abses gingiva, posisi gigi tetangga, ruang antara gigi dengan ramus Pemeriksaan Radiologis • Panoramik
  • 14. TERAPI Secara umum: dicabut (odontektomi) Jika tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan di sekitar rahang pasien: tidak perlu dicabut Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi.
  • 16. Definisi • Kelainan susunan gigi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsinya. Etiologi • Faktor Dental • Herediter • Kebiasaan Buruk • Trauma yang menyebabkan fraktur rahang • Tumor pada rongga mulut atau rahang
  • 17. KLASIFIKASI EDWARD ANGLE Kelas I (Neutroklusi) Kelas II (Distoklusi) Kelas III (Mesioklusi) • Tonjolan mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah, tetapi gigigigi lain terdapat masalah. • M1 rahang bawah terletak relatif lebih ke distal dari posisi M1 rahang atas. • Gigi depan bawah lebih menonjol keluar dibanding gigi depan atas.
  • 18. JENIS-JENIS MALOKLUSI Protrusi Deep bite Open bite Cross bite Crowded Diastema
  • 19. Penegakan Diagnosis Anamnesis • kelengkungan gigi abnormal • tampilan wajah ganjil • Kesulitan/ tidak nyaman menggigit dan mengunyah makanan • susah berbicara /pengucapan ganjil • bernapas lewat mulut karena bibir yang sulit menutup Pemeriksaan Gigi Rutin Pemeriksaan Penunjang • Radiografik gigi, kepala dan wajah Terapi: Alat cekat
  • 21. Definisi Patogenesis • Kumpulan fragmen dan serpihan dentin yang berasal dari dinding saluran akar • Material lunak pada permukaan gigi yang terdiri dari material alba, serta sisa makanan yang menumpuk dan tidak dibersihkan • Terbentuk dari sisa-sisa makanan yang biasanya menempel di celah gigi dan merupakan faktor pendukung timbulnya karies. • Dibedakan menjadi food retention dan food impaction.
  • 22. DEBRIS INDEX (DI) Skor 0 Kriteria Jika tidak ada debris pada sonde setelah digoreskan ke permukaan sepertiga cervical. 1 Jika terdapat debris pada sepertiga permukaan gigi. 2 Jika terdapat debris lebih dari sepertiga, tetapi tidak lebih dari dua pertiga permukaan gigi. 3 Jika terdapat debris di lebih dari dua pertiga permukaan gigi. Skor Kriteria 0,0-0,7 Baik 0,8-1,6 Sedang 1,7-3,0 Buruk
  • 24. Definisi Lapisan kerak berwarna kuning yang menempel pada gigi dan terasa kasar, yang dapat menyebabkan masalah pada gigi Patogenesis Terbentuk dari dental plak yang mengeras pada gigi dan menetap dalam waktu yang lama. Dental plak merupakan tempat ideal bagi mikroorganisme mulut karena terlindung dari pembersihan alami oleh lidah maupun saliva. Jika akumulasi plak terlalu berat, dapat menyebabkan periodontitis.
  • 28. Definisi • deposit lunak terakumulasi pada gigi • terdiri dari bakteri, epitel, leukosit, makrofag, matriks ekstraseluler, serta komponen anorganik. Etiologi Metabolisme anaerob menghasilkan asam menyebabkan: • Demineralisasi permukaan gigi • Iritasi gusi di sekitar gigi  ginggivitis • Plak  termineralisasi  calculus Patogenesis • Mucin akan melapisi gigi (acquired pellicle, mukus). • Beberapa saat setelah mukus terbentuk, bakteri akan singgah dan berkoloni di lapisan tersebut.
  • 29. PLAQUE INDEX (PI) Skor Kriteria 0 Tidak ada plak pada daerah gingiva 1 Selapis tipis plak melekat pada tepi gingiva dan daerah yang berdekatan dengan gigi 2 Pengumpulan deposit lunak yang sedang disertai poket gingival dan pada tepi gingiva dan/atau berdekatan dengan permukan gigi 3 Banyaknya deposit lunak yang disertai poket gingival dan/atau pada tepi gingiva dan berdekatan dengan permukaan gigi
  • 30. PENEGAKAN DIAGNOSIS • Cairan pewarna diteteskan beberapa tetes ke kapas yang dibulatkan • Dioleskan pada seluruh permukaan gigi • Kumur dengan air atau cairan pewarna • Dibiarkan di dalam mulut selama 15-30 detik, baru dibuang bahan pewarna cairan bahan pewarna tablet • Tablet dikunyah • Dibiarkan bercampur dengan saliva di dalam mulut sekitar 30 detik, baru dibuang
  • 32. Etiologi Definisi • Penyakit jaringan keras gigi, kronik progresif berupa proses demineralisasi dari bagian anorganik dan destruksi bagian organik gigi • Disebabkan interaksi antara mikroorganisme ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email • Terus berkembang ke bagian dalam gigi • Mikroorganisme: bakteri • Substrat: karbohidrat yang digunakan bakteri • Penjamu dan gigi • Waktu
  • 33. PATOGENESIS Terjadi pada enamel melalui proses kimiawi, yaitu lingkungan asam yang diproduksi oleh bakteri. Beberapa jenis karbohidrat (misalnya: glukosa) dapat diragikan bakteri tertentu, membentuk asam sehingga pH plak menurun sampai < 5 dalam 1-3 menit. Penurunan pH berulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun terjadi.
  • 34. KLASIFIKASI Menurut dalamnya struktur jaringan yang terkena Superfisialis (Email) Menurut waktu terjadinya Primer: pada lokasi yang belum pernah memiliki riwayat karies sebelumnya Media (Dentin) Profunda Sekunder: pada lokasi yang telah memiliki riwayat karies sebelumnya
  • 37. Definisi Etiologi • Radang jaringan pulpa gigi yang pada umumnya merupakan kelanjutan dari proses karies • Pada umumnya merupakan kelanjutan dari karies yang tidak ditangani. • Perjalanan penyakit : iritasi pulpa → hiperemi pulpa → pulpitis akut parsial → pulpitis akut total → pulpitis kronis → kematian pulpa
  • 38. KLASIFIKASI Berdasarkan ada tidaknya gejala Walton (1998) Reversibel Simtomatis Ireversibel Hiperplastik (Pulpa Polip) Asimtomatis Nekrosis Pulpa Gangren Pulpa
  • 39. Pulpitis Reversibel Pulpitis Ireversibel • Anamnesis: nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin; nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus-menerus; rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan • Pemeriksaan Ekstra Oral: tidak ada pembengkakan • Pemeriksaan Intra karies dentin/profunda; pulpa belum terbuka; Oral:perkusi tidak sakit;sondase (+); klor etil (+). • Akut: kavitas dalam dan tertutup sisa makanan; pulpa terbuka/tidak; sondase (+); klor etil (+); perkusi (+/-). • Kronis: karies profunda, bisa mencapai pulpa bisa tidak; sondase (+); perkusi (-).
  • 40. Pulpitis Hiperplastik (Pulpa Polip) • Pemeriksaan radiologi: melihat tangkai polip dari ruang pulpa, perforasi bifurkasi atau gingiva. • Warna pulpa polip agak kemerahan mudah berdarah dan sensitif apabila disentuh. • Warna gingiva polip lebih pucat dan biasanya timbul pada karies besar yang mengenai proksimal Nekrosis Pulpa • Anamnesis: nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan; bau mulut;) gigi berubah warna. • Pemeriksaan obyektif : gigi berubah warna menjadi abuabu kehitam-hitaman; sondase (-); perkusi (-); palpasi (-); terdapat lubang gigi yang dalam pada jaringan periodontium
  • 41. Gangren Pulpa • Anamnesis : biasanya tidak timbul keluhan, tetapi ada perubahan warna gigi; tercium bau busuk pada lubang perforasi; apabila gigi masih vital, baru akan memberikan rasa sakit apabila minum/makan panas. • Pemeriksaan obyektif: gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman; sondase (-); perkusi (-); palpasi (-); terdapat lubang gigi yang dalam; pemeriksaan penciuman; • Pemeriksaan foto rontgen: karies besar dan dalam, rongga pulpa terbuka, penebalan jaringan periodontium . Terapi • PSA • Odontektomi
  • 43. Definisi Peradangan jaringan periodontium yang merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang paling sering terjadi. Terjadi akibat perluasan peradangan gingiva ke jaringan periodontal yang lebih dalam. Etiologi Lokal • Dental Plak • Calculus • Food Imfaction • Trauma Gigi • Karies Gigi Sistemik • Diabetes melitus • Gangguan metabolisme karbohidrat
  • 44. PATOGENESIS Penumpukan plak dan calculus di antara gigi dan gusi sehingga akan terbentuk kantong di antara gigi dan gusi, kemudian meluas ke bawah di antara akar gigi dan tulang bawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan yang bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan ini berlanjut, pada akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong yang rusak sehingga gigi lepas.
  • 45. Tanda Gusi berdarah saat menggosok gigi Gusi merah, bengkak dan lunak Ada bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi Nanah di antara gigi dan gusi Gigi goyang
  • 47. Definisi Peradangan gingiva yang terbatas pada jaringan epitel mukosa yang mengelilingi bagian cervical dentin dan processus alveolaris dentis Etiologi Faktor Lokal: maloral hygiene; karies besar tepi tajam; calculus; filling; jacket crown/prothesa kurang sempurna; tidur mulut terbuka; napas dengan mulut; kebiasaan menusuk gigi. Faktor Sistemik: gang. endokrin; avitaminosis vitamin C; def.vitamin A, B, C; sifilis, rematik, nefritis, anemia, DM; alkohol; demam akut tinggi; obat mengandung Hg, I, Bi, dan dosis terlalu tinggi; kortikosteroid; siklosporin; leukemia; rokok; sekresi saliva kurang.
  • 48. Gingivitis pada Kehamilan Gingivitis pada Diabetes Mellitus Gingivitis Karena Obat Gingivitis pada Leukemia
  • 49. Penegakan Diagnosis Gusi bengkak, merah terang, dan mudah berdarah dengan sentuhan ringan. Periodontal probe Terapi Menjaga kebersihan mulut Membersihkan karang gigi supra ginggiva
  • 51.
  • 53. Secara teoritis, penyakit periodontal dapat dipertimbangkan mempengaruhi kesehatan sistemik oleh satu atau beberapa mekanisme: Mekanisme potensial yang bisa menjelaskan peran untuk penyakit periodontal pada aterosklerosis adalah mekanisme peradangan umum atau infeksi lokal dan interaksi bakteri tertentu. perluasan infeksi secara langsung dari periodontium kedalam jaringan yang lebih dalam perjalanan mediator peradangan dari periodonsium ke dalam sirkulasi darah mempengaruhi aterosklerosis penetrasi bakteri mulut ke dalam sirkulasi darah
  • 54. Periodontitis secara bermakna dihubungkan dengan penyakit jantung koroner. Hipotesis: keterlibatan langsung bakteri periodontal dengan proses ateroma/trombotik keterlibatan langsung mediator peradangan dari periodontitis pada proses ateroma/trombotik mekanisme faktor resiko yang mempengaruhi kedua penyakit tersebut interaksi kombinasi mekanisme tersebut di atas
  • 56. • PJK dan kesehatan gigi yang buruk merupakan masalah yang dijumpai di seluruh dunia. • Hubungan antara keduanya secara potensial penting sekali. • Individu dengan periodontitis secara signifikan mempunyai kadar monosit beredar dan CRP tinggi, serta HDL-kolesterol rendah dibandingkan non periodontitis. • periodontitis yang dulu dianggap suatu penyakit lokal murni, ternyata dapat menyebabkan inflamasi sistemik dan perubahanperubahan lipid, yang diketahui meningkatkan risiko terhadap PJK.
  • 57. Hilangnya gigi secara total (total tooth loss) yang umumnya diakibatkan oleh penyakit periodontal dan karies gigi, juga berhubungan dengan beberapa pertanda dari inflamasi dan hemostasis (termasuk CRP). mencerminkan predisposisi terhadap reaksi inflamasi yang berat menyusul terjadinya stres inflamatorik (misalnya: infeksi periodontal) akibat terjadinya perubahan status nutrisi seperti berkurangnya asupan (intake) buahbuahan sitrus dan vitamin C, yang mungkin dapat meningkatkan risiko terhadap inflamasi maupun penyakit kardiovaskuler.
  • 59. Mekanisme terjadinya stroke: kombinasi kerusakan sel endotel, vascular smooth muscles, astroglia dan microglia, neuron bersamasama dengan jaringan protein matriks Merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya aterosklerosis, yang juga mempunyai hubungan positif dengan terjadinya penyakit pada jaringan periodontal.
  • 60. Hiperinflammatory Monocyte Infeksi Oral (Periodontitis) Bakteremia Hiperreactive Mononuclear Phagocyte Produksi Bakteri: -Endotoksin -Heat shock protein Produk Inflamasi : Status Hiperkoagulasi : -Sitokin - Fibrinogen ↑ -CRP - Leukosit ↑ - S. sanguins & P.Gingivalis Patologi Vaskuler STROKE - Mediator agregasi platelet
  • 62. DM merupakan suatu faktor risiko bagi penyakit periodontal dan sebaliknya. Secara biologis, penyakit periodontal pada penderita DM disebabkan akumulasi glucose-mediated age yang mempengaruhi migrasi dan aktivitas fagositik sel-sel mononuclear dan PMN, menghasilkan flora gingival yang bersifat lebih patogenik. Penderita DM dan penyakit periodontal menunjukkan cairan krevikuler sulkus gingival mengandung IL-1β dan PGE2 lebih tinggi dibanding penderita non DM. Maturasi dan transformasi bakteri sub gingival saling menyusul melalui epitelium poket yang terulserasi dan memicu jalur upregulasi sitokin yang disebabkan adanya infeksi jaringan periodontal.
  • 63. Menyebabkan infection mediated dari regulasi sitokin, khususnya dengan sekresi TNF-α dan IL-1β serta terjadi resistensi insulin dalam rangka pemenuhan kebutuhan glukosa dalam jaringan.
  • 64. Dua faktor penyebab kerusakan jaringan periodontal penderita DM IL-1β, berpengaruh terhadap penumpukan sel inflamasi, memfasilitasi keberadaan PMN, meningkatkan sintesis mediator inflamasi. TNF-α, bertugas mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda apoptosis, resorpsi tulang alveolar, sekresi matrix metallo protein (MMP).
  • 65. 15. FOKAL INFEKSI: LOW PRE-TERM BIRTH WEIGHT
  • 66. Periodontitis dapat mempengaruhi kehamilan melalui infiltrasi bakteri dari periodonsium. Toksin yang diproduksi oleh bakteri menstimulasi respon inflamasi kronik. Menginduksi bakteremia, memicu respon fase akut hepatik yang mengakibatkan produksi sitokin, prostaglandin, dan interleukin yang dapat mempengaruhi kehamilan.
  • 67. Bakteri yang berhubungan dengan pematangan plak dan periodontitis progresif: Ditemukan lebih banyak pada perempuan yang melahirkan bayi prematur BBLR dibandingkan dengan bayi normal. Bakteri dan produknya yang berupa endotoksin khususnya lipopolisakarida masuk ke saluran genital melalui pembuluh darah. Bakteremia sering kali terjadi pada orang yang mempunyai banyak plak serta peradangan gingiva.
  • 68. Bakteremia dapat menimbulkan peradangan intrauterin, dan lipopolisakarida yang dihasilkan menyebar ke dalam rongga rahim. Berinteraksi pada membran plasenta, memicu prostaglandin atau secara langsung menimbulkan kontraksi otot rahim dan dilatasi leher rahim. Adanya penularan bakteri selama kehamilan dapat menimbulkan gangguan pengaturan sitokin dan hormon yang mengatur kehamilan sehingga memungkinkan robeknya membran plasenta sebelum waktunya dan dapat berakibat terjadinya bayi prematur BBLR.
  • 70. Infeksi pada saluran pernapasan yang diakibatkan oleh penyebaran fokus infeksi di gigi, antara lain: sinusitis, tonsillitis, pneumonia, asma bronkial dan abses paru. Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae dan Haemophilus influenzae yang dapat berkolonisasi di orofaring dan teraspirasi ke saluran bawah pernapasan. Akibat mikroorganisme pada gigi berlubang, menelan mikroorganisme pada ludah dan plak gigi, atau diseminasi melalui darah. Basil TB dapat memasuki tubuh melalui oral. Infeksi oral, selain dapat memperburuk TB paru yang sudah ada, juga dapat menambah systemic load, yang menghambat respon tubuh dalam melawan penyakit TB tersebut.
  • 72. Osteoporosis dapat menyebabkan kehilangan gigi karena kepadatan tulang yang mendukung gigi mungkin akan menurun, yang berarti gigi tidak lagi memiliki dasar yang kuat. Perempuan dengan bakteri periodontal pada mulut mereka lebih cenderung memiliki kekeroposan tulang pada rongga mulut, yang dapat menyebabkan kehilangan gigi jika tidak dirawat. Suplementasi estrogen pada wanita dalam waktu lima tahun menopause memperlambat perkembangan penyakit periodontal.
  • 74. Gastritis, colitis, enteritis, dan apendisitis dapat berkembang akibat penjalaran fokus infeksi pada rongga mulut Helicobacter pylori, bakteri penyebab gastritis kronik dan ulkus peptikum, dapat diisolasi pada saliva dan plak gigi penderita gastritis. Helicobacter pylori dapat diisolasi dari plak gigi pasien dispepsia yang telah menjalani terapi antibiotik sehingga gigi berlubang dapat pula menyebabkan reinfeksi.
  • 76. Sistem imun berpengaruh besar dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Dalam rongga mulut sistem imun yang berperan besar adalah saliva. Prevalensi hipofungsi kelenjar saliva dan xerostomia secara signifikan lebih tinggi pada wanita HIVpositif dibanding kelompok wanita HIVnegatif. kecepatan aliran saliva menurun pada tahap awal infeksi HIV, dan tidak hanya fungsi sekresi kelenjar saliva yang menurun tetapi komposisi saliva juga berubah.
  • 77. 20. FOKAL INFEKSI: OTHER DENTAL ISSUES AFFECTING HEALTH AND LONGEVITY
  • 78. ENDOKARDITIS Infeksi yang meliputi katup atau endothelial dari jantung, hal ini terjadi jika bakteri masuk kedalam pembuluh darah dan menyerang jaringan di jantung yang abnormal • tahun 1930-1996 infeksi endokarditis terjadi antara 0,76,8:100.000/tahun • 50% kasus endokarditis tidak terkait dental prosedur, dan 8% terkait dengan penyakit periodontal tanpa prosedur dentis • resiko akibat prosedur dentis sekitar 1/3.000-5.000 kejadian.
  • 80. Definisi Neoplasma jinak yang terdapat di rongga mulut, baik pada jaringan lunak maupun jaringan keras. Patofisiologi Jaringan Lunak: • Patofisiologi belum diketahui. • Diduga etiologi: iritasi kronis, infeksi virus, dan parasit, keturunan, embrional, ketidakseimbangan hormonal dan malnutrisi Jaringan Keras: • Selain faktor di atas, ditambah sisa lamina dentalis organ email, lapisan basal membran mukosa dan dinding epitel kista dentigerosa.
  • 81. Penegakan Diagnosis Terapi • pemeriksaan dan gejala klinis: tumor tumbuh lambat dan umumnya asimptomatik, berkapsul, ekspansif, tidak/jarang kambuh kembali, tidak bermetastasis, warna seperti jaringan sekitar (kecuali hemangioma), permukaan rata, lunak dan dapat digerakkan. • Pemeriksaan Radiologi • Ekstirpasi (pengangkatan massa neoplasma) • Reseksi (reseksi tulang dan massa neoplasma) • Metode dredging
  • 82. 22. ORAL SQUAMOUS CELL CARCINOMA
  • 83. Definisi • Merupakan tumur ganas dari epitel skuamosa yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan biasanya menimbulkan metastasis. Etiologi • Tembakau • Menyirih • Alkohol • Penyakit kronis • Faktor gigi dan mulut • Diet dan nutrisi • Infeksi jamur dan virus • Faktor lingkungan
  • 84. GAMBARAN KLINIS Stadium awal sering tidak menunjukkan gejala yang jelas. Pada Pada mukosa bukal dasar mulut Pada lidah Pada gingiva Pada bibir Pada palatum
  • 85. PENEGAKAN DIAGNOSIS Klinis: penampilan, keadaan umum, metastase jauh, pemeriksaan lokal dengan inspeksi dan palpasi bimanual. TERAPI Kemoterapi Patologi: perubahan ukuran dan morfologi sel, peningkatan mitotik, hiperkromatisme, perubahan pada ulserasi, maturasi selular Radiologi: USG, CTScan, MRI Pembedahan
  • 86. 23. SISTEM KEKEBALAN RONGGA MULUT: SALIVA (SIgA- ORAL ASSOCIATED LYMPHOID TISSUE)
  • 87. Definisi Cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan kelenjar saliva, dialirkan ke rongga mulut melalui saluran. Terdiri dari 98% air dan selebihnya elektrolit, mukus dan enzim. Fungsi Perlindungan permukaan mulut Pengaturan kandungan air Pengeluaran virus dan hasil pertukaran zat Pencernaan makanan dan proses pengecapan Diferensiasi dan pertumbuhan saraf dan epidermal
  • 89. Definisi Etiologi • Keluhan subyektif dari mulut kering yang disebabkan penurunan produksi saliva • Obat-obatan • Usia • Terapi radiasi kepala dan leher • Gangguan pada kelenjar saliva Penegakan Diagnosis • Hilangnya genangan saliva pada dasar mulut • Mukosa merah dan lengket apabila disentuh • Permukaan dorsal lidah berfisur dan berlobul
  • 91. Mikrognatia • Kelainan pertumbuhan dari maksila dan atau mandibula di mana ukurannya lebih kecil dari normal Macrognatia • Mandibula lebih besar dari pada normal.
  • 92. Etiologi Penegakan Diagnosis Terapi • Kongenital • Didapat • Masalah estetika, oklusi, pernapasan dan pemberian makan • Operasi orthognathic untuk memperluas atau mengecilkan maksila dan mandibula.
  • 93. 2. LABIAL AND PALATE CLEFT
  • 94. Definisi Kelainan berupa celah pada langit-langit atau bibir atas yang didapatkan sejak lahir Etiologi insufisiensi zat yang diperlukan untuk proses tumbuhkembang organ terkait selama masa embrional penggunaan obat teratogenik infeksi genetik
  • 96. Penegakan Diagnosis Anamnesis • Kesulitan menghisap ASI • Gangguan berbicara • Gangguan pendengaran Pemeriksaan Oral • Celah pada bibir atas atau langitlangit rongga mulut Terapi Non Bedah • Penambahan berat badan yang normal • Pencegahan aspirasi • Pencegahan infeksi telinga berulang Bedah • Sebelum usia 12 bulan
  • 98. Definisi Etiologi • Makula mukosa kronis berwarna putih yang tidak dapat di karakterisasi secara klinis dan patologi dibandingkan penyakit lainnya. • Faktor Lokal: trauma, tembakau, alkohol, bakteri • Faktor Sistemik • Faktor Malnutrisi Vitamin
  • 99. KLASIFIKASI Terapi Non Bedah Homogen Verrucous • Menunggu dan mengamati • Memberi obat • Menghindari faktor penyebab Bedah Eritroplakia Proliferative Verrucous • Elektrokauterisasi • Cryosurgery • Laser
  • 100. Temuan Kasus di Anggrek 1 Nama : Ny. M No. RM : 01142421 Usia : 24 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Tuksongo, Borobudur, Magelang Diagnosis : 1. TB Paru BTA (-) LLKB dalam Terapi OAT Kategori 1 Bulan ke-6 2. Suspek MDR 3. B20 Terapi •O2 2 lpm • IVFD ringer laktat 20 tpm • Isoniazid 1 x 300 mg • Rifampisin 1 x 300 mg • Ambroxol 3 x 30 mg • Vitamin B kompleks 3 x 1 • OBH sirup 3x1 • Paracetamol 3 x 1 (k/p)
  • 102. Definisi • Radang lidah • Sering pada lakilaki • Cerminan penyakit tubuh yang penampakannya pada lidah Etiologi • Lokal: infeksi, trauma mekanis , iritasi lokal (tembakau, alkohol, makanan pedas) • Sistemik: kelainan nutrisi, penyakit kulit dan infeksi. Penegakan Diagnosis • Anamnesis: nyeri lidah, sulit mengunyah, menelan,bercakap • Pemeriksaan: permukaan lidah halus, ulserasi, bengkak,perubaha n warna
  • 104. Definisi Etiologi Penyakit pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari jamur Candida albikans. Status kekebalan penderita Lingkungan mukosa oral Sebenarnya merupakan flora normal rongga mulut, tetapi karena adanya gangguan sistem imun menjadi patogen Strain Candida albicans
  • 105. KLASIFIKASI Pseudomembran Akut Atrofi Akut Atrofi Kronis Hiperplasia Kronis Median Rhomboid Glossitis Keilitis Angularis
  • 107. Temuan Kasus di Melati 1 Nama : Tn. R No. RM : 01066754 / Melati 1 Usia : 45 tahun Jenis Kelamin : Laki laki Agama : Islam Alamat : Mojolaban, Sukoharjo Diagnosis : 1. Klinis B20 dengan Oral Trush (Candidiasis) 2. TB paru 3. Anemia normositik normokromik Terapi •Bed rest tidak total • Diet TKTP extra putih telur • IVFD NaCl 0,9% 20 tpm • Inj. Vit. B1 1 amp/24 jam • Inj. albumin 20% 100cc • Cotrimoxazole 1 x 960 mg • B complex 3x1 • Fluconazole 2 x 200mg • Vitamin C 3x1 • Paracetamol 3 x 500mg • Nystatin syr 4 x 0,5cc • Nystatin drop 4 x gtt 1
  • 109. Definisi Etiologi • defek lokal atau ekskavasasi permukaan jaringan atau organ rongga mulut, yang lebih dalam dari jaringan epitel • infeksi atau gangguan sistemik lainnya (kelainan darah, saluran pencernaan, atau kulit) • trauma atau luka bakar • aphtha • obat-obatan. Klasifikasi • Ulkus Akibat Reaksi Obat (Stomatitis Medikamentosa) • Aphtha • Ulkus Herpetiformis • Sindroma Behçet’s • Eritema Multiformis • Ulkus Tunggal dan Multipel
  • 110. Temuan Kasus di Melati 1 Nama No. RM : Tn. A : 01140979 / Melati 1 Usia : 27 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Nusukan, Surakarta Diagnosis : 1. Melena 2. Anemia 3. Mouth ulcer Terapi •Bed rest tidak total •O2 2 lpm •Diet TKTP •Infus D 5% 20 tpm •Inj Ranitidin 50 mg/12 jam •Antasyd syrup •Sukralfat 3 x 1 •B complek 3 x 1