Dokumen ini membahas penyebab runtuhnya Peradaban Islam. Ada dua penyebab utama: (1) loyalitas Khalifah pada kekuatan non-Muslim untuk melawan saingan politik mereka sendiri, dan (2) sistem kekhalifahan yang didasarkan pada kekerabatan darah bukan kepercayaan ummat, sehingga mudah dipengaruhi oposisi dan konspirasi. Hal ini menyebabkan labilnya kekuasaan dan akhirnya keruntuhan Peradaban Islam.
Analisis kajian penyebab peradaban Islam runtuh (By: Anggi)
1. Anggi Pratiwi
1204840
S2_PAI
Analisis kajian Penyebab Peradaban Islam Runtuh
Peradaban sejatinya adalah sebuah fakta tentang kesuksesan sosial suatu masyarakat
budaya. Peradaban Islam adalah peradaban yang mengisahkan perjalanan suatu ummat yang
memiliki tujuan menyempurnakan budaya-budaya serta nilai yang telah ada di dunia ini
sesuai dengan risalah yang diemban Nabi dalam Al-Qur’an, dimana eksistensi dari Nabi
Muhammad saw sebagai “Rahmatin lil ‘Alamin”.Peradaban atau eksistensi peradaban akan
mengalami beberapa fase gejolak sosial dimanapun ia berada, hal ini merupakan hukum alam
dimana para masyarakat didalamnya telah menjauhi bahkan meninggalkan prinsip-prinsip
nilai dan moral yang dijaga. Nilai dan Moral dalam sejarah Peradaban Islam merupakan
fondasi dasar bagi masa keemasan umat Islam itu sendiri, dengan moral masyarakat mampu
menjaga prinsip kehalalan dalam bermu’amalah, prinsip keadilan dalam hukum, prinsip
toleransi dalam bermasyarakat dan bernegara. Namun apa jadinya jika nilai dan moral yang
diajarkan nabi dan para sahabat telah dikesampingkan, akibatnya malah sebaliknya.
Pada beberapa fakta, sistem kekhilafaan sebenarnya sudah lama jauh dari nilai-nilai
islam semenjak prinsip peralihan jabatan didasarkan oleh nasab keluarga, ini tentu
menyalahkan ajaran nabi ketika beliau di angkat menjadi ketua negara islam pada periode
Hijrah ke madinah yang bisa dirunut pada fase bait aqabah pertama dan kedua. Nabi sendiri
diangkat menjadi ketua negara oleh prinsip kepercayaan Ummat, bukan karena kepentingan
pribadi. Perpolitikan nabi melestarikan Islam dalam negara sangat tercermin dalam
kepribadianya yang tegas terhadap musuh dan lemah lembut terhadap rakyatnya serta adil
dalam penegakkan hukum syari’at. Beliau tidak pernah mengajarkan keserakahan dalam
perang, bahkan dari beliaulah episode revolusi etika dalam berperang menjadi suatu fakta
yang terhormat. Para tawanan perang wanita dan anak-anak diperlakukan dengan baik,
mereka yang mampu mengajarkan baca dan tulis akan dibayar dengan pembebasan, etika
perang juga sangat diperhatikan untuk tidak berdekatan dengan daerah sipil, pohon-pohon
tidak ditebang kecuali jika diperlukan, anak-anak dan wanita dilarang keras untuk diperangi.
Namun kita lihat pada cerita kejatuhan peradaban islam masa daulah islamiyah.
Mereka para raja atau khalifah banyak memegang prinsip Oppurtunitis, dengan mudahnya
akan berkomplot bersama kekuatan orang kafir demi mengalahkan perpolitikan dalam
keluarganya sendiri, bahkan untuk saling membunuh sekalipun!!! Selain itu juga, sikap para
raja secara umum yang berfoya-foya terlena dengan gaya hidup yang hedonis. Tak kalah dari
semuanya, yang paling prinsip menyebabkan peradaban umat islam jatuh ialah akumulasi
dari efek sistem kekhalifahan versi mereka, yakni Ashabiyah. Prinsip kekhalifhan ini banyak
dampak negatif, apabila sudah merajalelanya oposisi yang terlibat dalam propaganda
pemberontakan dalam kekhilafahan, hingga saat timbulnya celah untuk berkonspirasi hal ini
sangat niscahya sekali, misalnya saja episode ketika “Sang Ayah” terpaksa menurunkan tahta
kekuasaan kepada anak yang masih usia belia.
Dua hal pokok, yakni dampak dari loyalitas Khalifah pada kekuatan bangsa Kafir
serta endapan emosional para Oposisi negara terhadap bentuk pemerintahan Ashabiyah yang
sangat bertanggung jawab terhadap labilnya hingga runtuhnya peradaban Islam, dan hal
terpenting dalam tubuh umat Muslim searusnya kekokohan dari dalam itu sendiri yakni Iman
dan kepercayaan terhadap Khalifah yang bertaqwa. Tak heran jika kebanyakan analisis kaum
orientalis mengatakan, ini bukanlah Peradaban Islam melainkan Peradaban Muslim atau
Peradaban Arab.