SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
1. Pilihlah sebuah teori belajar dan sebuah teori bahasa dari 6 teori berikut ini dan uraikan
kedua teori ini dengan jelas dan lengkap: (50 poin)
a. Behaviourism
b. Structural linguistics
Berikan dua buah contoh kegiatan di dalam kelas bahasa asing/bahasa kedua yang
didasari oleh kedua teori ini dan jelaskan jawaban Anda
Teori belajar tradisional behaviorisme percaya bahwa dalam belajar bahasa sama
seperti belajar hal lainnya yaitu sebagai pembentukan kebiasaan (habit formation). Hal
tersebut berasal dari sebuah penelitian dalam bidang psikologi bahwa suatu
pembelajaran terjadi karena adanya stimulus dan respon. Stimulus berasal dari
lingkungan sekitar seseorang kemudian respon yang diberikan olehnya akan diberikan
penguatan (reinforcement) berupa pujian jika respon terhadap stimulusnya tepat. Jika
penguatan terus dilakukan terhadap respon yang benar maka akan terjadi pembetukan
kebiasaan (Ellis, 1997).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, belajar bahasa merupakan proses
imitasi (imitation) dan pembentukan habit (habit formation). Hal tersebut didasari pada
kenyataan bahwa seorang anak kecil mulai belajar bahasa dengan melakukan imitasi
dari apa yang ia dengar. Kemudian memperoleh penguatan (reinforcement) berupa
pujian

karena berhasil mengulangi ujaran yang didegarnya dari orang-orang

disekitarnya (Lightbown dan Spada, 1993).
Menurut teori behaviourism, kesalahan dianggap sebagai kebiasaan pada bahasa
pertama yang mempengaruhi kebiasaan pemerolehan bahasa kedua. Jika pada bahasa
pertama dan bahasa kedua terdapat banyak kesamaan maka pemelajar akan memeroleh
bahasa kedua/target dengan muda, namun jika terdapat perbedaan maka pemerolehan
bahasa kedua/target akan mengalami kesulitan (Lightbown dan Spada, 1993).
Metode pembelajaran bahasa yang terpengaruh oleh teori behaviourism yaitu
audiolingual method. Metode pengajaran tersebut menggunakan model stimulus –
respon – peguatan untuk menciptakan kebiasaan yang baik bagi pemelajar. Metode ini
juga menekankan pada latihan-latihan hanya dengan menggunakan bentuk struktur
bahasa yang benar, sehingga sejak awal pengajar menghindari penggunaan bentuk
bahasa yang salah dan menghindari kesalahan pada pemelajar (Lightbown dan Spada,
1993).
Struktural linguistik adalah teori bahasa yang mempengaruhi teori belajar
behaviourism. Pada tahun 1930an, pendekatan ilmiah untuk mempelajari bahasa yaitu
melalui mengumpulkan contoh apa yang dikatakan penutur dan menganalisanya
berdasarkan tingkat-tingkat struktur organisasi. Kata struktural merujuk pada
karakteristik (1) unsur-unsur bahasa dianggap diatur dalam aturan yang terstruktur, (2)
contoh bahasa dianalisa pada tingkatan struktur (fonetik, fonemik, morfologi,dll), (3)
tingkatan lingustik tersusun dari tingakatan yang paling sederhana (sistem fonemik
menuju sistem morfem) sampai ke tingkatan yang tinggi (frasa, klausa, dan kalimat).
(Richards dan Rodgers, 2001).
Pembelajaran bahasa ditujukan untuk menguasai unsur-unsur bahasa dengan
cara mempelajari aturan-aturan bagaimana menggabungkan dari fonem menjadi
morfem, kata menjasi frasa, frasa menjadi kalimat. Pada teori bahasa ini, media bahasa
yang menjadi penting ialah media lisan. Sehingga dalam pembelajarannya lebih fokus
pada ujaran lisan.
Implikasi pengajaran bahasa dengan adanya teori ini yaitu: (1) dipercayai bahwa
dengan banyaknya berlatih akan membuat sempurna kemampuan bahasa seseorang
dengan dmikian pembelajaran banyak dilakukan dengan cara meniru dan mengulang
kembali struktur yang sama terus menerus, (2) fokus pembelajaran pada struktur bahasa
yang dinilai sulit.
Contoh kegiatan pembelajaran di kelas yang didasari teori behaviourism dan
linguistik struktural yaitu: (1) menggunakan tubian (drill) dengan menekankan
penggunaan struktur bahasa tertentu contoh:
Pengajar

: She is sleeping now...repeat.

Pemelajar

: She is sleeping now

Pengajar

: Watch

Pemelajar

: She is watching now

Pengajar

: Eat

Pemelajar

: She is eating now

Dll.
Kegiatan pada contoh diatas menekankan pada bentuk struktur present continuous yang
hanya pada tataran kalimat. Dengan mengubah bentuk kata kerja atau subjek kalimat,
pengajar tetep mempertahankan fokus utama pembelajaran yaitu present continuous
tense.
Kegiatan lainnnya (2) yaitu dengan cara mengingat dialog. Pemelajar diberikan
dialog pendek kemudian diminta untuk menghafalkan bagian dari ungkapan dari dialog
tersebut setelah itu pemelajar mempraktekkannya. Setelah para pemelajar mahir dengan
bagian percakapannya mereka bertukar peran dengan menghafal dialog yang lain.
Dialog yang digunakan memuat struktur tata bahasa yang menjadi fokus utama
pembelajaran. Fokus tata bahasa tersebut akan dipelajari dengan cara tubian (seperti
pada contoh 1).

2. Jelaskan kelima hipotesis Krashen dan jelaskan kritik-kritik yang diarahkan kepada
hipotesis Krashen ini. Bagaimana Anda mengimplementasikan hipotesis Krashen ini di
kelas dengan tetap memperhatikan berbagai masalah yang terkait dengan hipotesis ini?
Jelaskan jawaban Anda.
1. Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran (The Acquisition – Learning hypothesis)
Krashen membedakan pemerolehan bahasa (language acquisition) dengan
pembelajaran bahasa (language learning). Pemerolehan bahasa menurutnya
merupakan proses seseorang secara tidak sadar dalam memperoleh bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa terjadi seperti seorang anak kecil yang memperoleh bahasa
pertama, ia dengan tidak sadar mengetahui aturan-aturan maupun fitur-fitur bahasa
karena ia hanya sadar jika ia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Menurut
Krashen dalam pemerolehan bahasa ini, kita tidak selalu sadar tehadap aturanaturan bahasa yang kita peroleh tetapi kita memiliki ‟rasa‟ untuk melakukan
pembenaran (Krashen, 1982). Pemerolehan bahasa terjadi karena adanya interaksi
secara natural dengan menggunakan bahasa kedua untuk berkomunikasi.
Pembelajaran bahasa merupakan proses sadar seseorang dalam belajar bahasa.
Lain halnya dengan proses pemerolehan bahasa, melalui pembelajaran bahasa
seorang anak secara sadar mengetahui/mempelajari aturan-aturan maupun fitur-fitur
bahasa. Proses pembelajaran ini diidentikan dengan proses pembelajaran bahasa
yang dilakukan di kelas dimana fokusnya pada bentuk dan aturan dari bahasa target
(Mitchell dan Myles, 2004).
Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran bahasa ini mendapat kritik dari
Michell dan Myles (2004), menurut mereka definisi sadar (concious) dan tidak
sadar (subconcious) yang diajukan oleh Krashen tidak jelas karena kita tidak dapat
membedakan atau menentukan secara jelas bahwa produksi bahasa pemelajar
merupakan hasil dari proses sadar atau tidak sadar.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas, pengajar semestinya sadar
bahwa proses yang terjadi adalah proses pembelajaran bahasa (learning language).,
terlebih dalam konteks bahasa Inggris sebagai bahaasa asing di Indonesia dimana
bahasa tersebut masih jarang digunakan di luar kelas. Sehingga dapat dikatakan
aturan-aturan bahasa dipelajari secara sadar, namun dengan konsep pemerolehan
bahasa (language acquisition) yang didasari oleh proses natural penggunaan bahasa
untuk berkomunikasi, kita dapat menggunakan cara tersebut dengan menciptakan
suasana belajar yang mendekati natural. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi
tanpa menitikberatkan pada aturan bahasa kemudian setelah berkomunikasi,
pemelajar diarahkan untuk mengetahui aturan-aturan bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi.
2. Hipotesis Urutan Alami (The Natural Order Hypothesis)
Krashen mengatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui urutan yang alami,
beberapa aturan bahasa diperoleh lebih dulu daripada aturan bahasa yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Brown (dikutip dalam Krashen, 1982) terhadap
pemerolehan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama pada anak menunjukkan
bahwa anak-anak cenderung memeroleh morfem gramatikal tertentu atau fungsi
kata dibandingkan dengan yang lain, contohnya pembentuk kata progresif (kata
kerja +ing) pada “He is playing baseball” dan penanda bentuk jamak (penambahan
s) pada “two dogs” merupakan bentuk morfem yang lebih dahulu diperoleh,
sedangkan penanda orang ketiga (penambahan akhiran s pada kata kerja) pada “He
lives in New York” dan bentuk posesif (penambahan ‘s pada subjek) seperti “John’s
hat” diperoleh belakangan, setelah 6 bulan sampai satu tahun setelahnya.
Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Brown berdasarkan proses
pemerolehan pada bahasa pertama, namun menurut Dulay dan Burt (dikutip dalam
Krashen, 1982), pemerolehan morfem gramatikal pada pemelajar bahasa inggris
sebagai bahasa kedua juga menunjukkan adanya uturan alami. Hipotesis urutan
alami ini mendapat kritik antara lain karena tidak semua pemelajar bahasa kedua
mengadopsi

urutan

yang

sama

pada

pemerolehan

bahasa

targetnya

(McLaughlin,1987 dalam Zafar 2009). Selain itu hipotesis urutan alami Krashen
hanya didasari pada morfem bahasa Inggris (Gass dan Selinker, 1994; McLaughlin,
1987 dalam Zafar 2009).
Dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa di kelas, hendaknya pengajar tidak
mendasari pengajaran bahasa pada urutan tata bahasa. Bahkan Krashen (1982)
menyarankan agar tidak mendasari penyusunan silabus pada urutan gramatikal
seperti hasil penelitian Brown (mendahulukan bentuk progresif ‟ing‟ kemudian
bentuk orang ketiga ‟s’).
3. Hipotesis Monitor (The Monitor Hypothesis)
Dalam hipotesis ini Krashen menyatakan bahwa pembelajaran (learning) dan
pemerolehan bahasa (acquisition) digunakan dalam cara yang berbeda dalam
perfomasi bahasa kedua. Dalam hipotesis ini fungsi pembelajaran hanya untuk
mengontrol atau memperbaiki suatu ujaran bahasa. Sedangkan pemerolehan bahasa
berfungsi sebagai inisator ujaran yang berpengaruh pada kelancaran berkomunikasi
(Krashen, 1982).
Pemelajar hanya dapat melakukan kontrol jika memenuhi 3 kondisi yaitu: (1)
waktu. Adanya waktu yang cukup untuk melakukan kontrol. Namun dalam
percakapan normal umumnya, waktu untuk melakukan kontrol tidaklah cukup, (2)
fokus pada bentuk. Selain adanya waktu yang cukup untuk melakukan kontrol,
pemelajar juga harus fokus pada bentuk maupun aturan bahasa yang benar, dan (3)
mengetahui aturan. Selain kondisi 1 dan 2, pemelajar juga harus mengetahui aturan
bahasa yang benar dalam mengontrol bahasanya sehingga menghasilkan bentuk
bahasa yang benar.
Hipotesis ini mendapat kritik dari McLaughlin (1987) yang menyatakan bahwa
kontrol yang berlebihan akan menghambat pemelajar dalam memproduksi ujaran.
Pemelajar akan terfokus pada aturan-aturan sehingga dapat menimbulkan
kecemasan akan memproduksi bahasa yang salah.
Dalam kaitannya dengan pengajaran di kelas, seorang pengajar hendaknya
memberikan input yang cukup dan baik agar pemelajar dapat memprodiksi ujaran
yang benar. Namun hal yang terpenting ialah, seorang pengajar jangan terlalu fokus
dan mengharuskan pemelajar untuk memproduksi bentuk aturan yang benar
khususnya pada kemampuan lisan dan pada pemelajar pemula atau anak-anak,
untuk menghindari ketahukan pemelajar dalam memproduksi bahasa. Selain itu,
pengajar juga sebaiknya mempertimbangkan kriteria dalam penilaian. Jika pengajar
menginginkan fokus penilaian pada pemahaman terhadap struktur atau aturanaturan bahasa, maka hendaknya ia menciptakan kondisi yang sesuai seperti yang
telah disebutkan di atas.
4. Hipotesis Input (The Input Hypothesis)
Dalam hipotesis ini Krashen mengajukan 3 hal penting yaitu (1) bahwa
pemelajar memeroleh bahasa dengan memahami input yang berisi struktur yang
sedikit diatas kemampuan pemelajar saat ini, yang dirumuskan dengan (i+1)
dimana „i‟ adalah kemampuan pemelajar saat ini. Memahami „input‟ dalam
hipotesis ini berarti pemahaman terhadap makna dari suatu ujaran (meaning).
Pemelajar tidak memeroleh struktur bahasa dalam pembelajaran pertama kali
melainkan memahami makna suatu ujaran sehingga struktur dengan sendirinya
diperoleh, (2) Krashen mengatakan bahwa kita tidak mengajarkan keterampilan
berbicara, melainkan kita memberikan pemelajar input yang komprehensif
(comprehensible input) dengan begitu maka ketrampilan berbicara akan diperoleh
dengan sendirinya, dan (3) input yang terbaik bukanlah input yang terstruktur
secara gramatikal namun jika pemelajar mengerti input yang diberikan maka
sebaiknya pemelajar diberikan input i+1 (Krashen dalam Long dan Richard, 1987).
Hipotesis ini dikritik oleh Mitchell dan Myles (2004) yang mengatakan bahwa
tidak jelas menentukan tingkat i maka bagaimana caranya menentukan level i+1.
Kritik terhadap input juga datang dari Swain yang mengatakan bahwa input saja
tidaklah cukup untuk pemelajar agar dapat memiliki ketrampilan berbicara. Ia
mengatakan bahwa memahami bahasa dan memproduksi bahasa adalah dua hal
yang berbeda. Memproduksi bahasa tidak cukup hanya dengan diberikan input
melainkan dengan mendorong pemelajar untuk memproduksi atau berlatih
menggunakan bahasa target. Hipotesis dari Swain tersebut dikenal sebagai hipotesis
‟Output‟ (Swain: 1985 dalam Johnson: 2001).
Dalam pengajaran bahasa di kelas, hendaknya pengajar mengetahui kemampuan
terkini pemelajar sehingga dapat memberikan input yang sesuai (i+1). Mengetahui
kemapuan pemelajar dapat dengan cara melakukan tes pada awal pembelajaran.
Selain itu, pemelajar juga harus diberikan kesampatan untuk menggunakan input
yang telah diberikan melalui berbagai latihan karena kemampuan berbahasa
seseorang dapat ditingkatkan melalui banyak latihan.
5. Hipotesis Penyaringan Afeksi (The Affective Filter Hypothesis)
Hipotesis ini berkaitan dengan hipotesis input. Krashen berpendapat bahwa
dengan memberikan input yang komprehensif saja tiak cukup, pemelajar juga harus
membiarkan agar input tersebut dapat diterima dan dimengerti (Krashen dalam
Mitchell dan Myles: 2004). Krashen berpendapat bahwa faktor afeksi dapat
mempengaruhi penerimaan input serta pemerolehan bahasa kedua (Krashen, 1982).
Variabel faktor-faktor afeksi terdiri dari 3 kategori yaitu: (1) Motivasi. Pemelajar
dengan motivasi yang tinggi umumnya menunjukkan performa yang lebih baik
diandingkan yang memiliki motivasi yang lemah, (2) percaya diri. Sama halnya
dengan motivasi, pemelajar yang memiliki rasa percaya diri tinggi cenderung lebih
baik dalam memeroleh bahasa kedua, dan (3) kecemasan. Pemelajar yang memiliki
kecemasan yang tinggi akan menghambat proses pemerolehan input, sebaliknya
pemelajar yang memiliki kecemasan yang rendah atau bahkan tidak memiliki
kecemasan dengan mudah akan memeroleh input.
Kritik terhadap hipotesis ini datang dari Zafar (2009) yang tidak setuju dengan
pendapat Krashen bahwa tidak ada saringan afeksi pada anak-anak. Zafar
berpendapat bahwa anak-anak pun dapat terpengaruh oleh faktor personal seperti
rasa tidak aman, kecemasan, dan kurang percaya diri. Terebih lagi jika orang
dewasa memiliki saringan afeksi yang tinggi lalu mengapa ada orang dewasa yang
memiliki kemampuan bahasa seperti penutur jati? McLaughlin juga tidak setuju
dengan pendapat Krashen yang menyatakan bahwa pada masa pubertas saringan
afeksi pemelajar sangat tinggi sehingga dapat menghalangi masuknya input,
McLaughlin berpendapat sebaliknya bahwa pada masa pubertas, pemelajar
memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga sikap terhadap input-inout
yang diberikan pun berdampak positif.
Merujuk pada hipotesis ini, hendaknya pengajar dapat memberikan input yang
komprehensif dan menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi pemelajar
sehingga faktor-faktor yang dapat menghambat pemerolehan input atau bahasa
kedua dapat dikurangi.

3. Jelaskan peran input, interaction dan output di dalam belajar bahasa asing/kedua. Apa
yang harus diperhatikan oleh pengajar ketika mereka mengajar di kelas bahasa
asing/bahasa kedua? Jelaskan jawaban Anda.
Input dalam hal belajar bahasa asing/kedua merupakan komponen dasar yang
terpenting dalam proses pembelajaran. Input pada pemebelajaran bahasa asing/kedua
merujuk pada bahasa target yang dipajankan kepada pemelajar melalui berbagai media
baik input melalui menyimak dan membaca, atau melalui gestur dalam kasus bahasa
isyarat (Mackey, 2012). Sehingga dapat dikatakan input merupakan sumber-sumber
atau pengetahuan yang diberikan kepada pemelajar mengenai bahasa target.
Teori mengenai input sebenarnya berdasarkan salah satu dari lima hipotesis
pemerolehan bahasa kedua Krashen yaitu hipotesis input (The Input Hypothesis).
Hipotesis Krashen mengatakan bahwa input yang berguna dalam pemerolehan bahasa
adalah input yang berisi satu level diatas kemampuan pemelajar (i+1) atau disebut input
komprehensif (comprehensible input). Pemelajar tidak hanya sekedar diberikan input,
namun ia harus memahami input tersebut. Dengan kata memahami artinya pemahaman
pemelajar fokus pada makna pesan bukan pada bentuk dari pesan atau bahasa target
(Krashen, 1982).
Hipotesis input Krashen dalam pemerolehan bahasa kedua tersebut mendapat
tanggapan dari Long (1981) yang berpendapat bahwa struktur diskursus dan modifikasi
interaksi memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk mendapatkan informasi
linguistik yang baru sehingga hal tersebut lebih berkaitan dengan pembelajaran
dibandingkan dengan input (Long, 1981 dalam Mackey, 2012). Sehingga dapat
dikatakan dengan adanya interaksi, baik itu pemelajar dengan sesama pemelajar,
pemelajar dengan pengajar, dan pemelajar dengan penutur jati, pemelajar bahasa kedua
dapat memaksimalkan pemerolehan bahasa target. Gass dan Mackey berpendapat
bahwa pendekatan pembelajaran melaui interaksi melibatkan input, produksi dari
bahasa target, dan umpan balik yang dihasilkan melalui interaksi (Gass dan Mackey,
2006 dalam Gass dan Selinker, 2008). Disamping itu, interaksi juga melibatkan
negosiasi terhadap makna ujaran, recasts, dan umpan balik (Gass dan Selinker, 2008).
Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, hipotesis Krashen mengenai input
hanya berhenti pada pentingnya pemberian input kepada pemelajar. Ia berpendapat
bahwa pemelajar memeroleh kelancaran lisan (fluency) tidak dengan berlatih tetapi
memahami input, dengan menyimak dan membaca. Hal tersebut dibantah oleh Swain
(1985) yang menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa,
pemelajar tidak hanya sekedar cukup memahami input yang diberikan namun ia juga
harus didorong untuk memproduksi bahasa dengan berbicara dan menulis. Output dapat
dihasilkan melalui adanya input dan interaksi. Hipotesis output menyatakan bahwa
pemelajar membutuhkan kesempatan untuk menghasilkan dan menggunakan bahasa
target untuk meningkatkan kemampuan dalam bahasa target tersebut (Mackey,2012).
Mackey (2012) membedakan dua jenis output yaitu (1) output yang dimodifikasi
(modified output) dan komprehensif output (comprehensive output). Output yang
komprehensif adalah berbagai ujaran yang dapat dipahami oleh teman bicara (Van den
Branden, 1997 dalam Mackey, 2012). Sedangkan output yang dimodifikasi adalah
ujaran yang telah mengalami proses perbaikan melalui pemberian umpan balik atau
melalui monitor mandiri (self monitor). Output yang dimodifikasi mendorong pemelajar
untuk merefleksikan ujaran asli yang ia produksi dan membetulkan bentuk bahasa dari
ujaran tersebut sesuai dengan aturan bahasa target.
Dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa asing/kedua dapat menjadi
maksimal apabila pemelajar diberikan input yang komprehensif, dilibatkan dalam
interaksi dan diberikan kesempatan untuk memproduksi bahasa target (output).
Sehingga dapat dikatakan dalam pembelajaran bahasa asing/kedua, pegajar perlu
memperhatikan ketiga aspek tersebut (input, interaction, dan output) dalam mengajar di
kelas. Dalam kaitannya dengan input, pengajar sebaikanya memberikan input yang
komprehesif serta menarik bagi pemelajar. Pengajar disarankan agar tidak berhenti pada
pemberian input saja melainkan ia juga harus melibatkan dan memberikan kesempatan
pada pemelajar untuk menggunakan input yang diberikan tersebut melalui interaksi (jika
fokus pembelajaran bahasa pada kemampuan berbicara), ataupun menulis sehingga baik
pemelajar dan pengajar dapat mengetahui kemampuan dalam menggunakan bahasa
target. Selain itu, pengajar juga harus memberikan umpan balik terhadap produksi
bahasa target pemelajar karena dengan adanya umpan balik pemelajar dapat mengetahui
kesalahan yang dilakukannya sehingga diharapkan dapat memperbaiki kesalahan
tersebut.
Daftar acuan:
Gass, Susan M. dan Larry Selinker. 2008. Second Language Acquisition: An
Introductory Course. 3rd edition. New York: Routledge.
Johnson, Keith. 2001. An Introduction to Foreign Language Learning and Teaching.
England: Pearson Education.
Krashen, Stephen D. 1982. Principles and Practice in Second Language Acquisition.
UK: Pergamon Press.
Lightbown, Patsy M dan Nina Spada. 1998. How Languages are Learned. UK: Oxford
University Press.
Mackey, Alison. 2012. Input, Interaction, and Corrective Feedback in L2 Learning.
UK: Oxford University Press.
Mitchell, Rosamond dan Florence Myles. 2004. Second Language Learning Theories.
Second edition. New York: Oxford University Press Inc.
Richard, Jack C. dan Theodore S. Rodgers. 2001. Approaches and Methods in
Language Teaching. 2nd edition. New York: Cambridge University Press.
Zafar, Manmay. 2009. Monitoring the ‟Monitor‟: A Critique of Krashen‟s Five
Hypotheses. The Dhaka University Journal of Linguistics: Vol. 2 No. 4 August
2009 (139-146).
TEORI-TEORI PENGAJARAN BAHASA

UJIAN TENGAH SEMESTER
Dosen: Sisilia S. Halimi, PhD

OKTARI ANELIYA
1206335685

PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )santi damayanti
 
Lesson Plan Listening
Lesson Plan Listening Lesson Plan Listening
Lesson Plan Listening Febri Shandy
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAchyar Munandar
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumImam Suwandi
 
RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4
RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4
RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4Laili Rochmah
 
Genre based approach
Genre based approachGenre based approach
Genre based approachPapa Kayla
 
Lesson plan for X (II) Descriptive text
Lesson plan for X (II) Descriptive textLesson plan for X (II) Descriptive text
Lesson plan for X (II) Descriptive textIra Aer'wannabe
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Ibnu Saefullah
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIArief Kurniatama
 

Was ist angesagt? (20)

RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
 
Lesson Plan Listening
Lesson Plan Listening Lesson Plan Listening
Lesson Plan Listening
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksisKesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
 
RPP BIPA
RPP BIPARPP BIPA
RPP BIPA
 
Instrumen penilaian listening
Instrumen penilaian listening Instrumen penilaian listening
Instrumen penilaian listening
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
 
Beberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahanBeberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahan
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4
RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4
RPP Bahasa Inggris SD Kelas 4
 
RPP KELAS 7 SMP BAHASA INGGRIS
RPP KELAS 7 SMP BAHASA INGGRISRPP KELAS 7 SMP BAHASA INGGRIS
RPP KELAS 7 SMP BAHASA INGGRIS
 
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa IndonesiaMakalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Genre based approach
Genre based approachGenre based approach
Genre based approach
 
Lesson plan for X (II) Descriptive text
Lesson plan for X (II) Descriptive textLesson plan for X (II) Descriptive text
Lesson plan for X (II) Descriptive text
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
 

Andere mochten auch

Metode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasaMetode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasaM Fauzan
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaYunita Siswanti
 
Metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesia
Metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesiaMetode dan teknik pembelajaran bahasa indonesia
Metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesiaFransiska Ista
 
Guru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistik
Guru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistikGuru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistik
Guru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistikEliza Ramlee
 
Linguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasaLinguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasaKamarudin Tahir
 
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaPengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaNando A-stlye
 
Strategi pembelajaran active
Strategi pembelajaran activeStrategi pembelajaran active
Strategi pembelajaran activeTri Adi
 
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.Faris Rusli
 
Makalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranMakalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranFirman Anz
 
An Analysis On The Dove Campaign by a JRE Student
An Analysis On The Dove Campaign by a JRE StudentAn Analysis On The Dove Campaign by a JRE Student
An Analysis On The Dove Campaign by a JRE StudentJREGroupofInstitutions
 
Esp language descriptions
Esp language descriptionsEsp language descriptions
Esp language descriptionslarka
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Oktari Aneliya
 
Multimedia Learning
Multimedia LearningMultimedia Learning
Multimedia Learningbryoncar
 
Presentasi paytren Redi 082149108204
Presentasi paytren Redi 082149108204Presentasi paytren Redi 082149108204
Presentasi paytren Redi 082149108204Usaha Kita
 
Direct Method (DM) of Language Teaching
Direct Method (DM) of Language TeachingDirect Method (DM) of Language Teaching
Direct Method (DM) of Language TeachingAyesha Bashir
 

Andere mochten auch (20)

Metode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasaMetode pengajaran bahasa
Metode pengajaran bahasa
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 
Metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesia
Metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesiaMetode dan teknik pembelajaran bahasa indonesia
Metode dan teknik pembelajaran bahasa indonesia
 
Guru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistik
Guru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistikGuru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistik
Guru bahasa melayu memerlukan pengetahuan linguistik
 
TEFL at UVic
TEFL at UVicTEFL at UVic
TEFL at UVic
 
Percakapan
PercakapanPercakapan
Percakapan
 
Linguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasaLinguistik untuk guru bahasa
Linguistik untuk guru bahasa
 
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaPengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
 
Strategi pembelajaran active
Strategi pembelajaran activeStrategi pembelajaran active
Strategi pembelajaran active
 
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
 
Makalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranMakalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaran
 
An Analysis On The Dove Campaign by a JRE Student
An Analysis On The Dove Campaign by a JRE StudentAn Analysis On The Dove Campaign by a JRE Student
An Analysis On The Dove Campaign by a JRE Student
 
Esp language descriptions
Esp language descriptionsEsp language descriptions
Esp language descriptions
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
 
Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran BerbicaraPembelajaran Berbicara
Pembelajaran Berbicara
 
Multimedia Learning
Multimedia LearningMultimedia Learning
Multimedia Learning
 
Presentasi paytren Redi 082149108204
Presentasi paytren Redi 082149108204Presentasi paytren Redi 082149108204
Presentasi paytren Redi 082149108204
 
Direct method
Direct methodDirect method
Direct method
 
Direct Method (DM) of Language Teaching
Direct Method (DM) of Language TeachingDirect Method (DM) of Language Teaching
Direct Method (DM) of Language Teaching
 
Theory of teaching
Theory of teachingTheory of teaching
Theory of teaching
 

Ähnlich wie TEORIBELAJARBAHASA

Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1
Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1
Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1D'Dy Romadhon
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaVince Here
 
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانيةالأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانيةAlfiyah Rizzy Afdiquni
 
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUAPEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUAEndang Pristiawaty
 
Metodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaMetodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaAi Rahayu
 
Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatifPendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatifrahmatnofian
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piagetuniku
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaMarliena An
 
Analisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesia
Analisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesiaAnalisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesia
Analisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesiaSiti Purwaningsih
 
Plugin pemerolehan%20 bahasa%20kedua
Plugin pemerolehan%20 bahasa%20keduaPlugin pemerolehan%20 bahasa%20kedua
Plugin pemerolehan%20 bahasa%20keduaenndatop
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescreteMarliena An
 
Pragmatik&pembelajaran bahasa
Pragmatik&pembelajaran bahasaPragmatik&pembelajaran bahasa
Pragmatik&pembelajaran bahasaKen Arok
 
Ragam dan tipe analisis data dalam SLA
Ragam dan tipe analisis data dalam SLARagam dan tipe analisis data dalam SLA
Ragam dan tipe analisis data dalam SLAamdhown
 

Ähnlich wie TEORIBELAJARBAHASA (20)

Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1
Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1
Landasan pengembangan kurikulum_bahasa_recovery_1
 
Bmm sem4 kk
Bmm sem4 kkBmm sem4 kk
Bmm sem4 kk
 
Pemerolehan Bahasa.docx
Pemerolehan Bahasa.docxPemerolehan Bahasa.docx
Pemerolehan Bahasa.docx
 
Pemerolehan Bahasa.pdf
Pemerolehan Bahasa.pdfPemerolehan Bahasa.pdf
Pemerolehan Bahasa.pdf
 
Nota Literasi Bahasa
Nota Literasi BahasaNota Literasi Bahasa
Nota Literasi Bahasa
 
PERTEMUAN 9.pptx
PERTEMUAN 9.pptxPERTEMUAN 9.pptx
PERTEMUAN 9.pptx
 
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانيةالأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
الأبعاد اللغوية في اكتساب اللغة الثانية
 
Summary of ALM
Summary of ALMSummary of ALM
Summary of ALM
 
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUAPEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA
 
Metodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaMetodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasa
 
Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatifPendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
 
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatifBagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
 
Tugas kelompok bahasa
Tugas kelompok bahasaTugas kelompok bahasa
Tugas kelompok bahasa
 
Analisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesia
Analisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesiaAnalisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesia
Analisis perkembangan kurikulum bahasa inggris di indonesia
 
Plugin pemerolehan%20 bahasa%20kedua
Plugin pemerolehan%20 bahasa%20keduaPlugin pemerolehan%20 bahasa%20kedua
Plugin pemerolehan%20 bahasa%20kedua
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
 
Pragmatik&pembelajaran bahasa
Pragmatik&pembelajaran bahasaPragmatik&pembelajaran bahasa
Pragmatik&pembelajaran bahasa
 
Ragam dan tipe analisis data dalam SLA
Ragam dan tipe analisis data dalam SLARagam dan tipe analisis data dalam SLA
Ragam dan tipe analisis data dalam SLA
 

Mehr von Oktari Aneliya

Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourseOktari Aneliya
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Oktari Aneliya
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasOktari Aneliya
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasOktari Aneliya
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasOktari Aneliya
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahOktari Aneliya
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropologyOktari Aneliya
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaOktari Aneliya
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiOktari Aneliya
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Oktari Aneliya
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material finalOktari Aneliya
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finassOktari Aneliya
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabauOktari Aneliya
 

Mehr von Oktari Aneliya (15)

Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourse
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
 
Standardisasi bahasa
Standardisasi bahasaStandardisasi bahasa
Standardisasi bahasa
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uas
 
Semiotik uas
Semiotik uasSemiotik uas
Semiotik uas
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budaya
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisi
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material final
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finass
 
karya sastra minangkabau
karya sastra minangkabaukarya sastra minangkabau
karya sastra minangkabau
 

Kürzlich hochgeladen

Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxKaista Glow
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 

TEORIBELAJARBAHASA

  • 1. 1. Pilihlah sebuah teori belajar dan sebuah teori bahasa dari 6 teori berikut ini dan uraikan kedua teori ini dengan jelas dan lengkap: (50 poin) a. Behaviourism b. Structural linguistics Berikan dua buah contoh kegiatan di dalam kelas bahasa asing/bahasa kedua yang didasari oleh kedua teori ini dan jelaskan jawaban Anda Teori belajar tradisional behaviorisme percaya bahwa dalam belajar bahasa sama seperti belajar hal lainnya yaitu sebagai pembentukan kebiasaan (habit formation). Hal tersebut berasal dari sebuah penelitian dalam bidang psikologi bahwa suatu pembelajaran terjadi karena adanya stimulus dan respon. Stimulus berasal dari lingkungan sekitar seseorang kemudian respon yang diberikan olehnya akan diberikan penguatan (reinforcement) berupa pujian jika respon terhadap stimulusnya tepat. Jika penguatan terus dilakukan terhadap respon yang benar maka akan terjadi pembetukan kebiasaan (Ellis, 1997). Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, belajar bahasa merupakan proses imitasi (imitation) dan pembentukan habit (habit formation). Hal tersebut didasari pada kenyataan bahwa seorang anak kecil mulai belajar bahasa dengan melakukan imitasi dari apa yang ia dengar. Kemudian memperoleh penguatan (reinforcement) berupa pujian karena berhasil mengulangi ujaran yang didegarnya dari orang-orang disekitarnya (Lightbown dan Spada, 1993). Menurut teori behaviourism, kesalahan dianggap sebagai kebiasaan pada bahasa pertama yang mempengaruhi kebiasaan pemerolehan bahasa kedua. Jika pada bahasa pertama dan bahasa kedua terdapat banyak kesamaan maka pemelajar akan memeroleh bahasa kedua/target dengan muda, namun jika terdapat perbedaan maka pemerolehan bahasa kedua/target akan mengalami kesulitan (Lightbown dan Spada, 1993). Metode pembelajaran bahasa yang terpengaruh oleh teori behaviourism yaitu audiolingual method. Metode pengajaran tersebut menggunakan model stimulus – respon – peguatan untuk menciptakan kebiasaan yang baik bagi pemelajar. Metode ini juga menekankan pada latihan-latihan hanya dengan menggunakan bentuk struktur bahasa yang benar, sehingga sejak awal pengajar menghindari penggunaan bentuk
  • 2. bahasa yang salah dan menghindari kesalahan pada pemelajar (Lightbown dan Spada, 1993). Struktural linguistik adalah teori bahasa yang mempengaruhi teori belajar behaviourism. Pada tahun 1930an, pendekatan ilmiah untuk mempelajari bahasa yaitu melalui mengumpulkan contoh apa yang dikatakan penutur dan menganalisanya berdasarkan tingkat-tingkat struktur organisasi. Kata struktural merujuk pada karakteristik (1) unsur-unsur bahasa dianggap diatur dalam aturan yang terstruktur, (2) contoh bahasa dianalisa pada tingkatan struktur (fonetik, fonemik, morfologi,dll), (3) tingkatan lingustik tersusun dari tingakatan yang paling sederhana (sistem fonemik menuju sistem morfem) sampai ke tingkatan yang tinggi (frasa, klausa, dan kalimat). (Richards dan Rodgers, 2001). Pembelajaran bahasa ditujukan untuk menguasai unsur-unsur bahasa dengan cara mempelajari aturan-aturan bagaimana menggabungkan dari fonem menjadi morfem, kata menjasi frasa, frasa menjadi kalimat. Pada teori bahasa ini, media bahasa yang menjadi penting ialah media lisan. Sehingga dalam pembelajarannya lebih fokus pada ujaran lisan. Implikasi pengajaran bahasa dengan adanya teori ini yaitu: (1) dipercayai bahwa dengan banyaknya berlatih akan membuat sempurna kemampuan bahasa seseorang dengan dmikian pembelajaran banyak dilakukan dengan cara meniru dan mengulang kembali struktur yang sama terus menerus, (2) fokus pembelajaran pada struktur bahasa yang dinilai sulit. Contoh kegiatan pembelajaran di kelas yang didasari teori behaviourism dan linguistik struktural yaitu: (1) menggunakan tubian (drill) dengan menekankan penggunaan struktur bahasa tertentu contoh: Pengajar : She is sleeping now...repeat. Pemelajar : She is sleeping now Pengajar : Watch Pemelajar : She is watching now Pengajar : Eat Pemelajar : She is eating now Dll.
  • 3. Kegiatan pada contoh diatas menekankan pada bentuk struktur present continuous yang hanya pada tataran kalimat. Dengan mengubah bentuk kata kerja atau subjek kalimat, pengajar tetep mempertahankan fokus utama pembelajaran yaitu present continuous tense. Kegiatan lainnnya (2) yaitu dengan cara mengingat dialog. Pemelajar diberikan dialog pendek kemudian diminta untuk menghafalkan bagian dari ungkapan dari dialog tersebut setelah itu pemelajar mempraktekkannya. Setelah para pemelajar mahir dengan bagian percakapannya mereka bertukar peran dengan menghafal dialog yang lain. Dialog yang digunakan memuat struktur tata bahasa yang menjadi fokus utama pembelajaran. Fokus tata bahasa tersebut akan dipelajari dengan cara tubian (seperti pada contoh 1). 2. Jelaskan kelima hipotesis Krashen dan jelaskan kritik-kritik yang diarahkan kepada hipotesis Krashen ini. Bagaimana Anda mengimplementasikan hipotesis Krashen ini di kelas dengan tetap memperhatikan berbagai masalah yang terkait dengan hipotesis ini? Jelaskan jawaban Anda. 1. Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran (The Acquisition – Learning hypothesis) Krashen membedakan pemerolehan bahasa (language acquisition) dengan pembelajaran bahasa (language learning). Pemerolehan bahasa menurutnya merupakan proses seseorang secara tidak sadar dalam memperoleh bahasa kedua. Pemerolehan bahasa terjadi seperti seorang anak kecil yang memperoleh bahasa pertama, ia dengan tidak sadar mengetahui aturan-aturan maupun fitur-fitur bahasa karena ia hanya sadar jika ia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Menurut Krashen dalam pemerolehan bahasa ini, kita tidak selalu sadar tehadap aturanaturan bahasa yang kita peroleh tetapi kita memiliki ‟rasa‟ untuk melakukan pembenaran (Krashen, 1982). Pemerolehan bahasa terjadi karena adanya interaksi secara natural dengan menggunakan bahasa kedua untuk berkomunikasi. Pembelajaran bahasa merupakan proses sadar seseorang dalam belajar bahasa. Lain halnya dengan proses pemerolehan bahasa, melalui pembelajaran bahasa seorang anak secara sadar mengetahui/mempelajari aturan-aturan maupun fitur-fitur bahasa. Proses pembelajaran ini diidentikan dengan proses pembelajaran bahasa
  • 4. yang dilakukan di kelas dimana fokusnya pada bentuk dan aturan dari bahasa target (Mitchell dan Myles, 2004). Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran bahasa ini mendapat kritik dari Michell dan Myles (2004), menurut mereka definisi sadar (concious) dan tidak sadar (subconcious) yang diajukan oleh Krashen tidak jelas karena kita tidak dapat membedakan atau menentukan secara jelas bahwa produksi bahasa pemelajar merupakan hasil dari proses sadar atau tidak sadar. Dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas, pengajar semestinya sadar bahwa proses yang terjadi adalah proses pembelajaran bahasa (learning language)., terlebih dalam konteks bahasa Inggris sebagai bahaasa asing di Indonesia dimana bahasa tersebut masih jarang digunakan di luar kelas. Sehingga dapat dikatakan aturan-aturan bahasa dipelajari secara sadar, namun dengan konsep pemerolehan bahasa (language acquisition) yang didasari oleh proses natural penggunaan bahasa untuk berkomunikasi, kita dapat menggunakan cara tersebut dengan menciptakan suasana belajar yang mendekati natural. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi tanpa menitikberatkan pada aturan bahasa kemudian setelah berkomunikasi, pemelajar diarahkan untuk mengetahui aturan-aturan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. 2. Hipotesis Urutan Alami (The Natural Order Hypothesis) Krashen mengatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui urutan yang alami, beberapa aturan bahasa diperoleh lebih dulu daripada aturan bahasa yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Brown (dikutip dalam Krashen, 1982) terhadap pemerolehan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama pada anak menunjukkan bahwa anak-anak cenderung memeroleh morfem gramatikal tertentu atau fungsi kata dibandingkan dengan yang lain, contohnya pembentuk kata progresif (kata kerja +ing) pada “He is playing baseball” dan penanda bentuk jamak (penambahan s) pada “two dogs” merupakan bentuk morfem yang lebih dahulu diperoleh, sedangkan penanda orang ketiga (penambahan akhiran s pada kata kerja) pada “He lives in New York” dan bentuk posesif (penambahan ‘s pada subjek) seperti “John’s hat” diperoleh belakangan, setelah 6 bulan sampai satu tahun setelahnya.
  • 5. Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Brown berdasarkan proses pemerolehan pada bahasa pertama, namun menurut Dulay dan Burt (dikutip dalam Krashen, 1982), pemerolehan morfem gramatikal pada pemelajar bahasa inggris sebagai bahasa kedua juga menunjukkan adanya uturan alami. Hipotesis urutan alami ini mendapat kritik antara lain karena tidak semua pemelajar bahasa kedua mengadopsi urutan yang sama pada pemerolehan bahasa targetnya (McLaughlin,1987 dalam Zafar 2009). Selain itu hipotesis urutan alami Krashen hanya didasari pada morfem bahasa Inggris (Gass dan Selinker, 1994; McLaughlin, 1987 dalam Zafar 2009). Dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa di kelas, hendaknya pengajar tidak mendasari pengajaran bahasa pada urutan tata bahasa. Bahkan Krashen (1982) menyarankan agar tidak mendasari penyusunan silabus pada urutan gramatikal seperti hasil penelitian Brown (mendahulukan bentuk progresif ‟ing‟ kemudian bentuk orang ketiga ‟s’). 3. Hipotesis Monitor (The Monitor Hypothesis) Dalam hipotesis ini Krashen menyatakan bahwa pembelajaran (learning) dan pemerolehan bahasa (acquisition) digunakan dalam cara yang berbeda dalam perfomasi bahasa kedua. Dalam hipotesis ini fungsi pembelajaran hanya untuk mengontrol atau memperbaiki suatu ujaran bahasa. Sedangkan pemerolehan bahasa berfungsi sebagai inisator ujaran yang berpengaruh pada kelancaran berkomunikasi (Krashen, 1982). Pemelajar hanya dapat melakukan kontrol jika memenuhi 3 kondisi yaitu: (1) waktu. Adanya waktu yang cukup untuk melakukan kontrol. Namun dalam percakapan normal umumnya, waktu untuk melakukan kontrol tidaklah cukup, (2) fokus pada bentuk. Selain adanya waktu yang cukup untuk melakukan kontrol, pemelajar juga harus fokus pada bentuk maupun aturan bahasa yang benar, dan (3) mengetahui aturan. Selain kondisi 1 dan 2, pemelajar juga harus mengetahui aturan bahasa yang benar dalam mengontrol bahasanya sehingga menghasilkan bentuk bahasa yang benar. Hipotesis ini mendapat kritik dari McLaughlin (1987) yang menyatakan bahwa kontrol yang berlebihan akan menghambat pemelajar dalam memproduksi ujaran.
  • 6. Pemelajar akan terfokus pada aturan-aturan sehingga dapat menimbulkan kecemasan akan memproduksi bahasa yang salah. Dalam kaitannya dengan pengajaran di kelas, seorang pengajar hendaknya memberikan input yang cukup dan baik agar pemelajar dapat memprodiksi ujaran yang benar. Namun hal yang terpenting ialah, seorang pengajar jangan terlalu fokus dan mengharuskan pemelajar untuk memproduksi bentuk aturan yang benar khususnya pada kemampuan lisan dan pada pemelajar pemula atau anak-anak, untuk menghindari ketahukan pemelajar dalam memproduksi bahasa. Selain itu, pengajar juga sebaiknya mempertimbangkan kriteria dalam penilaian. Jika pengajar menginginkan fokus penilaian pada pemahaman terhadap struktur atau aturanaturan bahasa, maka hendaknya ia menciptakan kondisi yang sesuai seperti yang telah disebutkan di atas. 4. Hipotesis Input (The Input Hypothesis) Dalam hipotesis ini Krashen mengajukan 3 hal penting yaitu (1) bahwa pemelajar memeroleh bahasa dengan memahami input yang berisi struktur yang sedikit diatas kemampuan pemelajar saat ini, yang dirumuskan dengan (i+1) dimana „i‟ adalah kemampuan pemelajar saat ini. Memahami „input‟ dalam hipotesis ini berarti pemahaman terhadap makna dari suatu ujaran (meaning). Pemelajar tidak memeroleh struktur bahasa dalam pembelajaran pertama kali melainkan memahami makna suatu ujaran sehingga struktur dengan sendirinya diperoleh, (2) Krashen mengatakan bahwa kita tidak mengajarkan keterampilan berbicara, melainkan kita memberikan pemelajar input yang komprehensif (comprehensible input) dengan begitu maka ketrampilan berbicara akan diperoleh dengan sendirinya, dan (3) input yang terbaik bukanlah input yang terstruktur secara gramatikal namun jika pemelajar mengerti input yang diberikan maka sebaiknya pemelajar diberikan input i+1 (Krashen dalam Long dan Richard, 1987). Hipotesis ini dikritik oleh Mitchell dan Myles (2004) yang mengatakan bahwa tidak jelas menentukan tingkat i maka bagaimana caranya menentukan level i+1. Kritik terhadap input juga datang dari Swain yang mengatakan bahwa input saja tidaklah cukup untuk pemelajar agar dapat memiliki ketrampilan berbicara. Ia mengatakan bahwa memahami bahasa dan memproduksi bahasa adalah dua hal
  • 7. yang berbeda. Memproduksi bahasa tidak cukup hanya dengan diberikan input melainkan dengan mendorong pemelajar untuk memproduksi atau berlatih menggunakan bahasa target. Hipotesis dari Swain tersebut dikenal sebagai hipotesis ‟Output‟ (Swain: 1985 dalam Johnson: 2001). Dalam pengajaran bahasa di kelas, hendaknya pengajar mengetahui kemampuan terkini pemelajar sehingga dapat memberikan input yang sesuai (i+1). Mengetahui kemapuan pemelajar dapat dengan cara melakukan tes pada awal pembelajaran. Selain itu, pemelajar juga harus diberikan kesampatan untuk menggunakan input yang telah diberikan melalui berbagai latihan karena kemampuan berbahasa seseorang dapat ditingkatkan melalui banyak latihan. 5. Hipotesis Penyaringan Afeksi (The Affective Filter Hypothesis) Hipotesis ini berkaitan dengan hipotesis input. Krashen berpendapat bahwa dengan memberikan input yang komprehensif saja tiak cukup, pemelajar juga harus membiarkan agar input tersebut dapat diterima dan dimengerti (Krashen dalam Mitchell dan Myles: 2004). Krashen berpendapat bahwa faktor afeksi dapat mempengaruhi penerimaan input serta pemerolehan bahasa kedua (Krashen, 1982). Variabel faktor-faktor afeksi terdiri dari 3 kategori yaitu: (1) Motivasi. Pemelajar dengan motivasi yang tinggi umumnya menunjukkan performa yang lebih baik diandingkan yang memiliki motivasi yang lemah, (2) percaya diri. Sama halnya dengan motivasi, pemelajar yang memiliki rasa percaya diri tinggi cenderung lebih baik dalam memeroleh bahasa kedua, dan (3) kecemasan. Pemelajar yang memiliki kecemasan yang tinggi akan menghambat proses pemerolehan input, sebaliknya pemelajar yang memiliki kecemasan yang rendah atau bahkan tidak memiliki kecemasan dengan mudah akan memeroleh input. Kritik terhadap hipotesis ini datang dari Zafar (2009) yang tidak setuju dengan pendapat Krashen bahwa tidak ada saringan afeksi pada anak-anak. Zafar berpendapat bahwa anak-anak pun dapat terpengaruh oleh faktor personal seperti rasa tidak aman, kecemasan, dan kurang percaya diri. Terebih lagi jika orang dewasa memiliki saringan afeksi yang tinggi lalu mengapa ada orang dewasa yang memiliki kemampuan bahasa seperti penutur jati? McLaughlin juga tidak setuju dengan pendapat Krashen yang menyatakan bahwa pada masa pubertas saringan
  • 8. afeksi pemelajar sangat tinggi sehingga dapat menghalangi masuknya input, McLaughlin berpendapat sebaliknya bahwa pada masa pubertas, pemelajar memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga sikap terhadap input-inout yang diberikan pun berdampak positif. Merujuk pada hipotesis ini, hendaknya pengajar dapat memberikan input yang komprehensif dan menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi pemelajar sehingga faktor-faktor yang dapat menghambat pemerolehan input atau bahasa kedua dapat dikurangi. 3. Jelaskan peran input, interaction dan output di dalam belajar bahasa asing/kedua. Apa yang harus diperhatikan oleh pengajar ketika mereka mengajar di kelas bahasa asing/bahasa kedua? Jelaskan jawaban Anda. Input dalam hal belajar bahasa asing/kedua merupakan komponen dasar yang terpenting dalam proses pembelajaran. Input pada pemebelajaran bahasa asing/kedua merujuk pada bahasa target yang dipajankan kepada pemelajar melalui berbagai media baik input melalui menyimak dan membaca, atau melalui gestur dalam kasus bahasa isyarat (Mackey, 2012). Sehingga dapat dikatakan input merupakan sumber-sumber atau pengetahuan yang diberikan kepada pemelajar mengenai bahasa target. Teori mengenai input sebenarnya berdasarkan salah satu dari lima hipotesis pemerolehan bahasa kedua Krashen yaitu hipotesis input (The Input Hypothesis). Hipotesis Krashen mengatakan bahwa input yang berguna dalam pemerolehan bahasa adalah input yang berisi satu level diatas kemampuan pemelajar (i+1) atau disebut input komprehensif (comprehensible input). Pemelajar tidak hanya sekedar diberikan input, namun ia harus memahami input tersebut. Dengan kata memahami artinya pemahaman pemelajar fokus pada makna pesan bukan pada bentuk dari pesan atau bahasa target (Krashen, 1982). Hipotesis input Krashen dalam pemerolehan bahasa kedua tersebut mendapat tanggapan dari Long (1981) yang berpendapat bahwa struktur diskursus dan modifikasi interaksi memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk mendapatkan informasi linguistik yang baru sehingga hal tersebut lebih berkaitan dengan pembelajaran dibandingkan dengan input (Long, 1981 dalam Mackey, 2012). Sehingga dapat
  • 9. dikatakan dengan adanya interaksi, baik itu pemelajar dengan sesama pemelajar, pemelajar dengan pengajar, dan pemelajar dengan penutur jati, pemelajar bahasa kedua dapat memaksimalkan pemerolehan bahasa target. Gass dan Mackey berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran melaui interaksi melibatkan input, produksi dari bahasa target, dan umpan balik yang dihasilkan melalui interaksi (Gass dan Mackey, 2006 dalam Gass dan Selinker, 2008). Disamping itu, interaksi juga melibatkan negosiasi terhadap makna ujaran, recasts, dan umpan balik (Gass dan Selinker, 2008). Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, hipotesis Krashen mengenai input hanya berhenti pada pentingnya pemberian input kepada pemelajar. Ia berpendapat bahwa pemelajar memeroleh kelancaran lisan (fluency) tidak dengan berlatih tetapi memahami input, dengan menyimak dan membaca. Hal tersebut dibantah oleh Swain (1985) yang menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, pemelajar tidak hanya sekedar cukup memahami input yang diberikan namun ia juga harus didorong untuk memproduksi bahasa dengan berbicara dan menulis. Output dapat dihasilkan melalui adanya input dan interaksi. Hipotesis output menyatakan bahwa pemelajar membutuhkan kesempatan untuk menghasilkan dan menggunakan bahasa target untuk meningkatkan kemampuan dalam bahasa target tersebut (Mackey,2012). Mackey (2012) membedakan dua jenis output yaitu (1) output yang dimodifikasi (modified output) dan komprehensif output (comprehensive output). Output yang komprehensif adalah berbagai ujaran yang dapat dipahami oleh teman bicara (Van den Branden, 1997 dalam Mackey, 2012). Sedangkan output yang dimodifikasi adalah ujaran yang telah mengalami proses perbaikan melalui pemberian umpan balik atau melalui monitor mandiri (self monitor). Output yang dimodifikasi mendorong pemelajar untuk merefleksikan ujaran asli yang ia produksi dan membetulkan bentuk bahasa dari ujaran tersebut sesuai dengan aturan bahasa target. Dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa asing/kedua dapat menjadi maksimal apabila pemelajar diberikan input yang komprehensif, dilibatkan dalam interaksi dan diberikan kesempatan untuk memproduksi bahasa target (output). Sehingga dapat dikatakan dalam pembelajaran bahasa asing/kedua, pegajar perlu memperhatikan ketiga aspek tersebut (input, interaction, dan output) dalam mengajar di kelas. Dalam kaitannya dengan input, pengajar sebaikanya memberikan input yang
  • 10. komprehesif serta menarik bagi pemelajar. Pengajar disarankan agar tidak berhenti pada pemberian input saja melainkan ia juga harus melibatkan dan memberikan kesempatan pada pemelajar untuk menggunakan input yang diberikan tersebut melalui interaksi (jika fokus pembelajaran bahasa pada kemampuan berbicara), ataupun menulis sehingga baik pemelajar dan pengajar dapat mengetahui kemampuan dalam menggunakan bahasa target. Selain itu, pengajar juga harus memberikan umpan balik terhadap produksi bahasa target pemelajar karena dengan adanya umpan balik pemelajar dapat mengetahui kesalahan yang dilakukannya sehingga diharapkan dapat memperbaiki kesalahan tersebut.
  • 11. Daftar acuan: Gass, Susan M. dan Larry Selinker. 2008. Second Language Acquisition: An Introductory Course. 3rd edition. New York: Routledge. Johnson, Keith. 2001. An Introduction to Foreign Language Learning and Teaching. England: Pearson Education. Krashen, Stephen D. 1982. Principles and Practice in Second Language Acquisition. UK: Pergamon Press. Lightbown, Patsy M dan Nina Spada. 1998. How Languages are Learned. UK: Oxford University Press. Mackey, Alison. 2012. Input, Interaction, and Corrective Feedback in L2 Learning. UK: Oxford University Press. Mitchell, Rosamond dan Florence Myles. 2004. Second Language Learning Theories. Second edition. New York: Oxford University Press Inc. Richard, Jack C. dan Theodore S. Rodgers. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. 2nd edition. New York: Cambridge University Press. Zafar, Manmay. 2009. Monitoring the ‟Monitor‟: A Critique of Krashen‟s Five Hypotheses. The Dhaka University Journal of Linguistics: Vol. 2 No. 4 August 2009 (139-146).
  • 12. TEORI-TEORI PENGAJARAN BAHASA UJIAN TENGAH SEMESTER Dosen: Sisilia S. Halimi, PhD OKTARI ANELIYA 1206335685 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA