Dokumen ini membahas optimalisasi peran penyuluh swadaya dan penyuluh swasta di Indonesia. Ada beberapa masalah yang dihadapi penyuluh swadaya dan swasta seperti pembinaan yang belum jelas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Dokumen ini juga membahas keunggulan penyuluh swadaya seperti pengetahuan teknologi yang kuat dan mampu mengorganisir masyarakat. Dokumen ini memberikan saran agar pembagian peran antara peny
2. Materi presentasi:
1. Permasalahan penyuluh swadaya dan swasta
2. Sisi-sisi keunggulan penyuluh swadaya
3. Kajian optimalisasi penyuluh swasta
4. Agenda ke depan
2
3. Paradigma penyuluhan lama vs baru:
3
Penyuluhan lama Penyuluhan baru
Penanggung
jawab penyuluhan
Pemerintah pusat Banyak pihak pada berbagai
level (PT, petani, swasta,
NGO, dll)
Fungsi
penyuluhan
Tranfer teknologi untuk
peningkatan produksi
Lebih luas (memobilisasi,
mengorganisasikan dan
mendidik petani).
Posisi penyuluhan Terpisah dengan instansi
lain
Koheren
Model transfer
teknologi
Linear, sekuensial, dan
satu arah
Lebih realistik, siklis, dan
dinamis (antara petani,
peneliti, penyuluh)
Desain proyek Menurut perspektif
pengajar
learning model, melibatkan
stakeholders
Pendekatan Lip sevice =
menyampaikan teknologi
Mengambil resiko dengan
melibatkan teknologi
4. Agricultural Extension: Needed Paradigm
Shift (Baldeo Singh, 2009)
1. Information now has real, measurable value
2. Public extension services are no more
solesource of information
3. Essential shift from “provider mentality” to
“user mentality”
4. Required shift from broadcasting to narrow
casting
5. Instance Performance
6. Demand driven and customized information
4
5. Permasalahan yang dihadapi Penyuluh swadaya dan
swasta (dalam Permentan No. 61 tahun 2008):
1. pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan
bagi penyuluh pertanian swadaya dan swasta belum
memiliki arah yang jelas.
2. belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
3. masih lemahnya fungsi dan peran penyuluh swadaya
dalam penyelenggaraan penyuluhan,
4. masih rendahnya motivasi kerja,
5. belum terciptanya mekanisme kerja antara ketiga jenis
penyuluh, dan
6. belum terciptanya kinerja dan profesionalisme penyuluh
swadaya.
5
6. Pelibatan petani sebagai “penyuluh” di
Indonesia:
• Era Bimas – Insus = kontak tani
• P4S = farmer to farmer extension
• 2004= pengangkatan penyuluh swakarsa
• 2008 = pengangkatan penyuluh pertanian
swadaya (jumlah tahun 2014 = + 8.000 orang)
6
7. Enam keunggulan penyuluh swadaya
(hasil riset Indraningsih dkk., 2013):
1. Pengetahuan dan keterampilan teknologi lebih kuat,
namun spesifik (Jarkoni = mengajar karena melakoni)
2. Lebih mampu menciptakan penyuluhan yang
partisipatif
3. Lebih mampu mengorganisasikan masyarakat
(Community-Organizing Role)
4. Mampu menjadi penghubung (change agent) yang
lebih powerfull
5. Agen bisnis yang potensial (umumnya menjadi pelaku
usaha)
6. Memiliki nilai lebih pada kepemilikan modal sosial
7
8. Siapa penyuluh swasta?
Kategori pelaku:
1. Private bisnis (penyedia input, perusahaan
pengolahan, dan pemasaran). Saat ini
penyuluh swadaya sudah ada yang
menajalankannya.
2. Non profit sector (perguruan tinggi, NGO, dll)
3. Pay for service (dibayar oleh organisasi
petani, bisa Gapoktan, atau asosiasi
komoditas)
8
9. • Menurut Schwartz (1994: “The Role Of The
Private Sector In Agricultural Extension:
Economic Analysis And Case Studies”), private
extension adalah:
1. Perguruan tinggi
2. Public
3. Contract farming schemes
4. Input supply companies (private extension as
part of commercial firm activities)
5. NGO
9
10. Khusus untuk commercial firms:
Kebijakan yang dibutuhkan berupa:
1. Kebijakan pajak (tax breaks),
2. Kredit (special financing terms),
3. Kemudahan investasi (easier licensing procedures
etc.),
4. Sikap umum terhadap keberadaan private sector
dalam pembangunan.
Kondisi yang dibutuhkan:
1. Liberalisation of input-supply markets
2. Positive environment for investment in processing and
marketing of agricultural products
10
11. Keberhasilan tipe mixed system ext
(public + private ext.)
1. Terpengaruh oleh perbedaan tujuan dan
target antara pemerintah, swasta dan donor
(misal: organic farming)
2. Karakteristik komoditas yang dikembangkan
dan keterkaitan dengan industri pengolahan
3. Kebijakan, infrastruktur, dan relasi politik
4. Level seberapa banyak informasi-informasi
yang dibutuhkan petani merupakan public
good
11
13. Agenda ke depan:
1. Penelitian (policy research) untuk pola yang
lebih sesuai di Indonesia (level kebijakan, dan
level lapang)
2. Rumusan pembagian peran antara penyuluh
3. Rumusan kebijakan/pedoman (Perpres,
Permentan, buku pedoman, dll)
4. Membangun struktur keorganisasian yang
efektif
5. Dan lain-lain
13
14. Opsi pembagian peran ke depan:
Penyuluh PNS Penyuluh swasta Penyuluh swadaya
Pelaku PPL PNS dan
PPL-THL
Dosen, penelitia, staf
perusahaan inti, staf asosiasi
komoditas, pegawai
perusahaan swasta, NGO
Petani (Kontak Tani,
petani maju, pengurus
organisasi petani).
Basis
kerjanya
Pelayanan dan
administrasi
Pelayanan dan mencari
keuntungan.
Pelayanan,
pendampingan, dan
bisnis
Sosoknya Polivalent atau
monovalent,
administrasi
Monovalent, cenderung
spesifik komoditas/bidang
Monovalent, spesifik
komoditas/bidang
Peran Motivator dan
komunikator
Komunikator, motivator, suplai
input, buyer.
Pembaharu,
motivator, organisator
komunitas, pemimpin
lapang.
Tanggung
jawab
Wilayah tertentu
(1 penyuluh = 1-3
Area tertentu (kawasan) Wilayah tidak dibatasi
utamakan di desa/kec
14