SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 19
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Jurnal ini sudah publish dalam bahasa inggris dengan judul :
The Making of Tourism Film as an Instagramable Promotion Media in Harian Boho
District, Samosir District
Samerdanta Sinulingga
Universitas Sumatera Utara, Indonesia
danta@usu.ac.id
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal)
Volume 4, No. 1, February 2021, Page: 170-179
e-ISSN: 2615-3076 (Online), p-ISSN: 2615-1715 (Print)
www.bircu-journal.com/index.php/birci
email: birci.journal@gmail.com
DOI: https://doi.org/10.33258/birci.v4i1.1635
http://www.bircu-journal.com/index.php/birci/article/view/1635
PEMBUATAN FILM WISATA SEBAGAI MEDIA PROMOSI INSTAGRAMABLE
KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR
Samerdanta Sinulingga
D3 Perjalanan Wisata Universitas Sumatera Utara
Email: danta@usu.ac.id
ABSTRACT
Technology development has a major role in tourism growth in Indonesia. One of these
technology products is Instagram. Instagram has been recognized worldwide as a platform that
can give dominant influence on increasing product sales and increasing tourist visits to a
tourism destination. This Instagram has 3 main content as a channel of information to society,
namely video content, photos and written content. This is what wants to be tested
experimentally in the Lake Toba region, especially in the Samosir Regency, the Harian Boho
District. The initiation of this research was carried out not only as a copyright work, but through
this research it can be understood the effectiveness of using films for promotional purposes on
Instagram on its impact in increasing tourist visits to a tourism destination during the COVID-
19 pandemic. The method that is used in this research is descriptive qualitative phenomenology
with data collection techniques, namely snowball sampling. The results of this study found that
publishing travel promotion films through social media Instagram turned out to have a very
significant impact in increasing tourist visits to a destination. It was recorded that after
publishing the film, the increase in tourist visits reached 1,648 visits (August 2020) even though
in the previous month there were only 22 people recorded. From this experiment, it is proof that
Tourism Promotion Films have significant influence on increasing tourist visits during the
COVID-19 pandemic.
Keywords : Instagram, Promotion, Tourism Destination, Tourism Film, Lake Toba
Pendahuluan
Wilayah Danau Toba saat ini telah menjadi sebuah Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) Super Prioritas untuk Indonesia. Danau Toba sendiri dikelola oleh 8
kabupaten dengan 32 kecamatan, salah satunya berada di Kecamatan Harian Boho Kabupaten
Samosir. Lokasi ini memiliki potensi wisata alam dan budaya yang sama uniknya dengan
daerah lainnya di sekitar wilayah KSPN, dan kelemahannya juga sama yaitu minimnya
kunjungan wisata ke lokasi tersebut (Siregar, 2018). Mengetahui kelemahan ini, pemerintah
banyak melakukan event-event besar di wilayah KSPN, baik itu event wisata budaya, 1000
tenda, dan lain sebagainya; namun kegiatan ini pernah di kritik oleh Gabungan Industri
Pariwisata Indonesia (GIPI) karena event ini hanya seperti festival budaya daerah, dimana
penyelenggaranya adalah masyarakat lokal, pelaku seninya kebanyakan warga lokal,
wisatawan yang melihat acara tersebut juga wisatawan lokal, sedangkan Danau Toba dirancang
sebagai salah satu Bali baru yang diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan berskala
internasional (Wardani, 2016).
Belum selesai permasalahan akan lemahnya pengelolaan dan dampak event wisata
tersebut terhadap kunjungan wisatawan Internasional, dilema kian memuncak tatkala isu virus
corona merebak di berbagai belahan dunia yang mengakibatkan kunjungan wisatawan
mancanegara mengalami penurunan drastis (OECD, 2020). Sampai saat ini pemerintah di
berbagai dunia sedang melakukan perbaikan terhadap bencana yang terjadi, namun harus
diakui bahwa situasi mengenai virus corona berangsur-angsur kian menunjukkan perbaikan
yang signifikan (World Tourism Organization, 2020). Terciptanya penemuan untuk memitigasi
dan menangkal penyebaran virus corona baik melalui, penemuan obat, sosialisasi dan tindakan
preventif, membawa kita pada sebuah pertanyaan besar, apa yang akan Indonesia lakukan
setelah pulih dari bencana yang besar ini?. Tentunya pemerintah akan kembali memegang alur
kendali pariwisata untuk menaikkan kunjungan wisatawan ke berbagai daerah dan
mensosialisasikan berbagai macam potensi wisata demi menumbuhkembangkan kembali minat
berwisata, baik tingkat lokal hingga Internasional (Sudiar, 2020). Optimisme akan pulihnya
Indonesia dari bencana tersebut, dilakukan Pemerintah Indonesia melalui kucuran dana 72
miliar rupiah dengan mengundang influencer lokal hingga internasional, dan juga
menurunkan/diskon harga tiket pesawat hingga 50% demi menyasar dan memulihkan minat
berkunjung wisatawan (Budiyanti, 2020).
Secara teknis, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kembali
kunjungan wisata ke destinasi di seluruh Indonesia. Salah satunya menggunakan Film
(Sinulingga, 2020). Teknik tersebut saat ini dilakukan oleh Negara Singapura, dalam mengontrol
efek isu corona yang dampaknya ternyata tidak hanya pada isu kesehatan saja, namun
mempengaruhi iklim ekonomi/investasi negara tersebut. Strategi menggunakan Influencer
digunakan untuk mengontrol isu virus corona yaitu diciptakannya film singkat “How
Singapore Fights Corona Virus” (Campbell, 2020). Dampaknya ternyata sangat signifikan,
tingkat kepercayaan investasi meningkat, nilai mata uang Singapura menunjukkan penguatan
6 hari berturut-turut (Sen, 2020).
Harus diakui bahwa Film dan Pariwisata di masa revolusi industri 4.0 memiliki fungsi
strategis dalam mempengaruhi kepercayaan pasar terhadap lokasi wisata yang dituju (Beeton
(2010) dan Suryajaya (2018)). Hal ini sesuai dengan penelitian Hudson (2005) yang menemukan
bahwa film dan tingkat kunjungan wisatawan memiliki hubungan yang erat:
Tabel 1. Dampak Film Terhadap Kunjungan Wisata
Sumber: Hudson, S., Ritchie, J. B. (2005)
Gambar diatas menerangkan bahwa film dapat memberikan dampak peningkatan jumlah
kunjungan wisata ke suatu daerah. Dari peristiwa diatas dapat tergambar, bahwa film dan
kepariwisataan memiliki keterkaitan yang erat dalam mempengaruhi arus wisata, dan sangat
tepat digunakan di masa Revolusi Industri 4.0 saat ini (Christina, 2017; Tudor 2017; Polianskaia,
2017).
Kecamatan Harian Boho terletak di pesisir wilayah Danau Toba dan merupakan salah
satu wilayah dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super-Super Prioritas,
daerah ini memiliki beragam potensi wisata di dalamnya dimulai dari: 1) Atraksi Alam yaitu
Air Terjun Efrata dan Janji Martahan dan 2) Atraksi Budaya yaitu rumah dan masyarakat Adat
Batak Toba. Dengan target pemerintah pusat yang ingin membuat 10 Bali baru di Indonesia,
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas menjadi sebuah usaha
pemerintah dalam menciptakan sebuah konsep pariwisata yang berkualitas (Siregar, 2018).
Konsep wisata yang berkualitas saat ini di dalam standart pemerintah terdiri 5 bentuk yang
masing-masingnya dapat berdiri sendiri, yaitu Devisa dan nilai tambah pariwisata, kesiapan
destinasi, kapasitas SDM, daya dukung lingkungan dan citra pariwisata yang berdaya saing
nusanatara (Pemerintah Indonesia, 2015). Diantara 5 kategori ini, spesifikasi yang tepat di dalam
penelitian ini adalah pembangunan citra pariwisata yang berdaya saing nusantara melalui
pembuatan film wisata untuk menciptakan pariwisata yang berkualitas. Dengan titik fokus
pemerintah yang mengkategorikan bahwa Danau Toba menjadi sebuah Leading Destination
(Siregar, 2018). Maka penelitian ini menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan di zona inti
pengembangan pariwisata Indonesia ini, demi melihat bagaimana bentuk yang tepat dalam
menyajikan informasi kawasan yang bernuansa geodiversity dan culture diversity yang sangat
besar, sehingga citra pariwisata berdaya saing nusantara yang menjadi target kerja Kementerian
Pariwisata saat ini dapat tercapai. Di dalam Film dan Kepariwisataan, keterlibatan masyarakat
lokal pasti dibutuhkan, konteks wirausaha kecil dan menengah difasilitasi karena yang akan
dilakukan nantinya adalah mempromosikan produk wisata yang mereka miliki, dan terakhir
pemerataan pembangunan pariwisata juga dapat tercapai apabila tingkat kunjungan wisata
semakin meningkat nantinya ke Kecamatan Harian Boho.
Teori
Pengertian Pariwisata
Fungsi teknis teori, dalam penelitian ini: Menurut Undang-Undang Nomor 10.Tahun
2009 terdapat 3 indikator kunci terkait pariwisata, yaitu: 1) Kegiatan wisata, 2) Fasilitas wisata
dan 3) Layanan wisata dari stakeholder
Tabel 2.1. Framework Definisi Pariwisata dalam Analisis Film Wisata
Kegiatan wisata menurut UNWTO (1993) dalam Hasan (2015) dipengaruhi oleh 2 hal
yaitu atraksi wisata dan aktivitas wisata. Fasilitas wisata menurut UNWTO (1993) dalam Hasan
(2015) memiliki 3 jenis yaitu fasilitas pokok pariwisata, kemudian transportation facilities dan
hospitality facilities seperti akomodasi, rumah makan dan sejenisnya. Layanan wisata atau
service provider merupakan hal yang memiliki keterkaitan dengan sumber daya manusia yang
melaksanakan pariwisata dengan perlengkapan teknis sebagai pendukung pariwisata.
Pengertian Media Promosi Instagramable
Fungsi teknis teori, dalam penelitian ini: Menurut Hasan (2015: 266) terdapat hal penting yang
harus diperhatikan terkait dengan isi iklan yang menggunakan film sebagai media promosinya,
yaitu: 1) Warna ataupun gambar yang diproyeksikan dari film dirancang untuk menarik
perhatian wisatawan; 2) Tampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi
wisata; 3) Tunjukkan sifat multi dimensi destinasi (aneka kegiatan apa saja yang dapat
dilakukan di daya tarik tersebut); 4) Gunakan rasio 54% tampilan gambar dan 46% informasi.
Pengertian Sinematografi
Fungsi teknis teori, dalam penelitian ini:
Tabel 2.2. Framework Sinematografi dalam Film Wisata
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017,
dokumentasi adalah pengumpulan, pengolahan, penyusunan dan pencatatan dokumen, data,
gambar dan suara untuk bahan informasi publik. Dalam UU Nomor 33 Tahun 2009, Film adalah
teknik menangkap gambar dan sekaligus menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga
menjadi rangkaian gambar yang memililki kemampuan menyampaikan ide dan cerita.
Terdapat 3 tahapan dalam perancangan Film sesuai dengan kaidah sinematografi, yaitu:
Pra-Produksi, Produksi dan Pasca Produksi (Brata, 2007). Unsur Pasca Produksi yaitu: Pengisian
Grafis, Pengisian Musik, dan Distribusi Film (Irawan, 2011). Untuk memperoleh unsur
sinematografi dalam film yang akan dihasilkan, pelaku film harus mempertimbangkan empat
aspek utama, yakni: tools (skenario, kamera, komputer dll), komposisi (shot, angle, exposure,
flow, file, art dan movement), lokasi, durasi gambar (Semedhi, 2011).
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan ilmu fenomenologi.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah major stakeholder yaitu pemangku kepentingan
yang memiliki kepentingan langsung di Kecamatan Harian Boho seperti: Pengelola Pemandian
Alam Kecamatan Harian Boho, Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa dan Pemandu. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian adalah snowball sampling. Sumber data dalam penelitian
ini ada 2 yaitu: 1) sumber data primer (wawancara dengan informan dan pustaka), dan 2)
sumber data sekunder (informasi digital/ebook, buku, undang- undang, film/foto). Instrumen
Penelitian ini menggunaan 2 bentuk: menggunakan pedoman wawancara dan buku panduan
format film. Teknik observasi menggunakan observasi partisipan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman dalam Yusuf (2016:407), seperti:
reduksi data, display data, penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil dan Pembahasan
Dalam pembuatan film wisata instagramable di Kecamatan Harian Boho Kabupaten
Samosir, memiliki beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu 1) proses pembuatan film
wisata itu sendiri dan 2) validasi yang membuktikan bahwa film wisata yang dibuat memang
benar sebuah film wisata instagramable. Adapun proses pembuatan film wisata mencangkup:
pra-produksi, produksi hingga pasca-produksi; sedangkan untuk validasi film wisata sebagai
media promosi mencangkup: warna atau gambar film, fitur memperkuat keunikan citra
destinasi wisata, bersifat multi dimensi destinasi dan rasio 54% tampilan gambar dan 46%
informasi. Adapun uraian lengkap tersebut ditulis sebagai berikut:
Proses Pembuatan film Wisata
Terdapat 3 hal utama dalam proses pembuatan film wisata di Kecamatan Harian Boho
yaitu pra-produksi film, produksi dan pasca-produksi. Adapun uraian lengkapnya dijelaskan
sebagai berikut:
Pra-Produksi Film Wisata
Pra-produksi film wisata di Kecamatan Harian Boho dimulai dari (1) perancangan
konsep film wisata, (2) penentuan lokasi film wisata, (3) penentuan kegiatan wisata, (4)
persiapan skenario film wisata, dan (5) persiapan mise-en-scene dan (6) persiapan distribusi film
wisata.
Perancangan Konsep Film Wisata
Adapun rencana konsep film wisata yang dirancang dalam aktivitas shoting merupakan
kegiatan wisata yang terdapat di Kecamatan Harian Boho. Kegiatan wisata yang terdapat di
Kecamatan Harian Boho merupakan jenis wisata petualang bernuansa alam dan wisata budaya.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan antar stakeholder dan peneliti, kemudian
dipilihlah 5 lokasi utama yang akan dilakukan pengambilan film.
Penentuan Lokasi Film Wisata
Berdasarkan inventarisasi produk wisata alam yang terdapat di Kecamatan Harian
Boho terdapat 4 daya tarik wisata yang ditentukan untuk pengambilan film wisata yaitu: Air
terjun Efrata, Menara Pandang Tele, Janji Martahan, Bukit Holbung dan Desa Sihotang.
Penentuan Kegiatan Wisata
Kegiatan wisata yang terdapat di lokasi tersebut terdiri dari dua jenis kegiatan yaitu
kegiatan primer dan kegiatan sekunder. Kegiatan primer di lokasi wisata ini adalah explore
wisata alam, explore wisata budaya dan wisata buatan manusia. Untuk explore wisata alam
kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung seperti camping, menyusuri kampung, mengayuh
sampan bersama nelayan di Danau Toba, sightseeing menggunakan transportasi kapal. Untuk
explore wisata budaya kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung seperti: menginap di rumah
adat warga setempat, melihat warga beternak kerbau dan lembu, camping di bukit, berinteraksi
dengan masyarakat adat, melihat aktivitas menanam padi hingga panen raya, melihat
sarkofagus (kuburan batu), melihat benteng batu masyarakat adat, acara pemberian gelar atau
marga dari masyarakat adat kepada pengunjung. Untuk explore wisata buatan manusia
kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung seperti: melihat pemandangan dari Menara Tele
seluruh pemandangan di Danau Toba khususnya Kecamatan Harian Boho, menikmati jalur
perjalanan di Danau Toba khususnya Kecamatan Harian Boho. Kegiatan sekunder di lokasi
wisata ini seperti: melihat warga memandikan kerbau, berdiskusi dengan pemilik kapal
penumpang, anak-anak desa bermain di lingkungan mereka, melihat fauna seperti burung
elang.
Persiapan Skenario Film Wisata
Adapun skenario film promosi wisata yaitu: “10 Agustus 2020, berkisah tentang
pengalaman kami di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir. Sebuah pengalaman yang akan kami
sampaikan dalam tutur sapa visual, sebagai bentuk pencarian tentang realitas diri. Sebuah cara merangkai
kenangan di sebuah negeri, yang mereka juluk sebagai sang kepingan surga. Tersisip harap mudah-
mudahan kami menemukan jawaban dari langkah yang telah dilakukan, agar terukir kelak di dalam kalbu
yang selalu tak henti-hentinya mencari. datanglah kesini aku yakin kalian dapat menemukan
kepingannya. di negeri indah kepingan surga”. Skenario yang berkaitan pada naskah film promosi
wisata di-design tidak saja untuk mempromosikan namun juga menginformasikan kepada
calon wisatawan bahwa masa Lockdown di lokasi tersebut telah berakhir dan masyarakat sudah
dapat mengunjungi destinasi di daerah tersebut.
Persiapan Mise-en-scene
Mise-en-scene memiliki posisi urgent dalam pembuatan film wisata ini, karena mencakup
latar, tata cahaya, kostum, akting pemain dan komposisi. Untuk latar, pengambilan film
dilakukan untuk menunjukkan keunikan Danau Toba. Hal ini berlaku juga untuk pengaturan
tata cahaya, kustom pelaku dan akting pemain. Dilandaskan bahwa film ini berjenis film
dokumenter observational, maka setting yang diaplikasikan di lapangan adalah tampilan yang
sebenar-benarnya dengan seminimal mungkin pengaturan tambahan di lapangan.
Persiapan Distribusi Film Wisata
Film wisata rencananya akan di-publish di media sosial yang memiliki pengikut atau
follower yang besar seperti medantalk, lingkar sumut dan anak usu. Media sosial ini dipilih
karena target calon wisatawan yang diharapkan diprioritaskan wisatawan lokal yang berasal
dari Sumatera Utara terkhususnya Kota Medan.
Produksi Film Wisata
Produksi film wisata yang dimaksud adalah aplikasi atau penerapan dari seluruh
perencanaan awal pembuatan film yang telah ditetapkan pada saat pra- produksi. Adapun
produksi film wisata pada saat di lapangan seperti: pengecekan kembali kesesuaian shoting film
dengan konsep film wisata, pengambilan gambar dari lokasi film wisata yang telah ditentukan,
shoting yang difokuskan pada kegiatan wisata, penggunaan Alat Rekam pada saat berada di
lokasi wisata, penerapan Skenario Film Wisata di lokasi wisata, dan penerapan mise-en-scene.
Indikator kerja produksi film wisata, seperti Shot dilakukan secara:
Gambar 1. Extreme Close Up. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tipe shot dari gambar 1 ini kami pakai sebagai pelengkap film. Maksud dan makna dari
pengambilan gambar ini adalah agar pengunjung dapat melihat simbol perpaduan antara alam
dan manusia di lingkungan Danau Toba yang dituju sebagai lokasi wisata. Kontur bunga
mewakili alam dan kontur tangan mewakili manusia yang memanfaatkan alam untuk bertahan
hidup di lokasi Danau Toba. Berdasarkan wawancara, tipe Extreme Close Up tidak berpengaruh
besar bagi pengunjung ketika membuat keputusan berwisata ke lokasi ini, karena ketika
berwisata para pengunjung melihat lokasi secara luas, jarang ada wisatawan melihat lokasi
wisata secara detail seperti ini terkecuali untuk penelitian ataupun memiliki maksud tersentu,
oleh karena itu tipe shot ini minim dilakukan.
Gambar 2. Medium Shot. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tipe shot dari gambar 2 digunakan untuk menggambarkan kedekatan pengunjung dan
masyarakat adat, sehingga pengunjung dapat merasakan sensasi keramahtamahan dari tuan
rumah yang menyambut pengunjung secara terbuka di lingkungan mereka. Gambar pertama
adalah ketika pengunjung diberikan gelar ataupun marga dari masyarakat adat, bahwa mereka
saat ini sudah terikat dengan salah satu keluarga yang meletakkan kain adat (ulos) di bahu
kanan mereka. Konsep kolaborasi kekeluargaan dan praktek kepariwisataan seperti ini masih
sangat jarang dilakukan dimanapun di seluruh Indonesia. Tamu yang diberikan marga dari
salah satu keluarga akan merasa bahwa mereka sudah menjadi bagian dari komunitas ataupun
kelompok tersebut, sehingga rasa menghargai, rasa memiliki, rasa bertanggungjawab terhadap
keluarga yang telah memberikan marga dan rasa menjaga budaya mampu bertumbuh dan
berkembang. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini sangat memberikan pengaruh bagi
wisatawan untuk membuat keputusan berkunjung dan membuat keputusan berkunjung
kembali (returning effect), karena timbul rasa tanggungjawab setidaknya harus mengunjungi
keluarga pemberi marga paling tidak setahun sekali. Returning effect dari pesan yang
ditimbulkan di dalam film ini tentu dapat menjadi strategi alami/natural yang memberikan
pesan kepada calon wisatawan bahwa adakalanya perjalanan bukan hanya sekedar melihat-
lihat saja namun dapat menciptakan sebuah atmosphere baru, seperti menciptakan teman,
sahabat hingga keluarga di lokasi wisata yang dituju. Disinilah letak manfaat tradisi lisan yang
ditampilkan di dalam film tersebut pada rantai kepariwisataan yang saling membutuhkan dan
terikat.
Gambar 3. Medium Long Shot Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tipe shot dari gambar 3 digunakan untuk menampilkan kedekatan manusia dengan
alamnya. Hampir 70% metode shot ini digunakan dalam proses produksi. Tipe ini menekankan
penonton bahwa ketika mengunjungi lokasi ini, wisatawan dapat merasakan kenangan yang
teduh dan damai ketika berada di lokasi yang dikunjungi ini . Berdasarkan hasil wawancara,
tipe ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi wisatawan dalam membuat keputusan
berwisata, dengan 2 pendapat, yaitu: 1) ingin merasakan atmosfir dan sensasi yang yang sama
seperti di dalam film tersebut sehingga penat, kejenuhan dan beban yang berada di tempat asal
wisatawan misalnya di lingkungan pekerjaan atau lingkungan rumah tangga, seketika dapat
teralihkan dengan kondisi alam yang sedemikian tenangnya ; 2)Lingkungan perkotaan dan
perkantoran yang kerap dirasakan menjenuhkan, membuat para wisatawan ingin menampilkan
suasana baru untuk media sosial yang mereka miliki. wisatawan juga ingin berfoto dengan
konsep yang sama seperti foto tersebut untuk memenuhi kebutuhan psikis mereka yaitu
pengakuan, pujian dan jumlah komentar yang tanggap terhadap postingan yang akan mereka
publish ke media sosial. Konsep ini secara umum sering digunakan oleh wisatawan karena
kontur wajah dari wisatawan masih terlihat di foto dan alam yang ditampilkan juga tidak
kehilangan frame. Pilihan foto ini menjadi prioritas karena apabila foto terlalu dekat, alam yang
ditampilkan bisa saja tidak terlihat, dan apabila terlalu jauh nitizen tidak mengetahui siapa
subjek di dalam frame yang diambil. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini sangat
memberikan pengaruh bagi wisatawan untuk memutuskan berwisata.
Gambar 4. Long Shot Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tipe shot dari gambar 4 menampilkan kolaborasi perasaan aktor dan lingkungannya. Tipe shot
ini merupakan tipe yang hampir menampilkan keseluruhan lokasi wisata yang akan
dikunjungi. Tipe ini memberikan informasi kepada pengunjung mengenai situasi lokasi wisata.
Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini memberikan pengaruh besar dan mampu memberikan
citra bagi wisatawan terhadap keputusan berkunjung juga jenis wisata yang sesuai dengan
kategori yang mereka miliki. Dari tipe shot ini, wisatawan berpandangan bahwa adventure
tourism dengan jenis backpacker lebih cocok dilekatkan pada lokasi wisata ini dari pada jenis
wisata lainnya. Berdasarkan hasil wawancara berikutnya, calon wisatawan yang bersifat mass
tourism yang umumnya berangkat menggunakan lebih dari 2 bus besar ketika berkunjung,
memiliki keengganan untuk mengunjungi lokasi ini.
Gambar 5. Estabilishing Shot Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tipe shot dari gambar 5 digunakan untuk menampilkan sebenar-benarnya lokasi yang akan
dikunjungi. Tipe ini memberikan informasi tanpa mengurang-ngurangi apa yang dipandang
oleh mata, baik ketika menonton maupun berwisata langsung di daya tarik yang dituju. Tipe
ini memberikan informasi komprehensif sehingga pengunjung tidak miss-leading terhadap
lokasi yang dikunjungi. tipe ini memberikan pengaruh besar bagi pengunjung dalam membuat
keputusan karena wisatawan mengetahui secara lebih pasti keunikan dari wisata yang dituju.
Tipe ini paling banyak ditampilkan di dalam film untuk menunjukkan lokasi wisata secara lebih
sempurna. Menurut pendapat beberapa calon pengunjung berdasarkan tampilan yang tersaji,
lokasi ini memiliki tantangan tersendiri dari segi umur, berat badan dan aktivitas keseharian
pengunjung. Tampilan ini memberikan bayangan kepada pengunjung akan medan yang
melelahkan bagi wisatawan yang tidak terbiasa berolahraga. Dengan lokasi seperti perbukitan
dengan medan perjalanan panjang, juga track perjalanan mendaki dan menuruni bukit, juga
luas medan yang harus dilalui membuat beberapa pengunjung paling tidak harus melakukan
persiapan fisik sebelum sampai di lokasi ini.
Gambar 6. Frog eye level Sumber: Dokumentasi Pribadi
Angle shot dari gambar 6 ini digunakan untuk menjelaskan kepada pengunjung mengenai
kegiatan keseharian masyarakat setempat dimana salah satunya yaitu menggembalakan
kerbau, karena tema film juga harus berkaitan dengan adventure tourism dengan jenis
backpacker tourism, angle ini juga digunakan untuk menampilkan proses perjalanan sang aktor
hingga sampai di lokasi ini. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini tidak signifikan memberikan
pengaruh bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata, karena sangat berfokus pada
aktor yang di shoting, bukan menampilkan lokasi namun perasaan aktor dalam menjalankan
aktivitasnya.
Gambar 7. Low Angle Sumber: Dokumentasi Pribadi
Angle shot dari gambar 7 ini digunakan untuk menjelaskan kepada penonton mengenai tampilan
lokasi wisata secara penuh. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini cukup memberikan pengaruh
bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata. Walaupun angle ini mampu
memberikan informasi yang sempurna namun tidak serta merta menimbulkan minat
wisatawan dalam membuat keputusan secara pasti, karena belum mengungkap lingkungan
secara nyata. Beberapa pandangan pengunjung menyatakan bahwa low angle secara umum
diperbuat untuk memenuhi unsur sinematik di dalam film, bukan mewakiliki potensi daya tarik
wisata secara sempurna.
Gambar 8. Eye Level Sumber: Dokumentasi Pribadi
Angle shot dari gambar 8 ini digunakan untuk menunjukkan stakeholder yang terlibat dan
bertanggungjawab di lokasi wisata kepada calon wisatawan. Angle ini digunakan untuk
memberikan keterangan ataupun deskripsi destinasi wisata. Berdasarkan hasil wawancara, tipe
ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi wisatawan dalam membuat keputusan
berwisata, karena tampilan dan wacana yang disampaikan oleh stakeholder merupakan
informasi yang dibutuhkan wisatawan pada saat berkunjung nantinya. Adegan ini
menyampaikan keseluruhan pesan yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti mulai dari
penginapan hingga konsumsi yang akan diberikan kepada wisatawan nantinya, aktivitas yang
akan disediakan bagi wisatawan, hingga kontak handphone narahubung apabila wisatawan
ingin berkunjung ke lokasi ini. Angle, tampilan dan informasi dalam adegan ini dirasakan
penonton sanga tmenunjang fungsi film sebagai sumber informasi primer bagi wisatawan.
Gambar 9. High Angle Sumber: Dokumentasi Pribadi
Angle shot dari gambar 9 ini adalah jenis angle yang sangat kami prioritaskan di dalam produksi
film wisata instagramable di Kecamatan Harian Boho. Dikarenakan film wisata memiliki
maksud yaitu ‘reveal’ atau mengungkapkan seluruh potensi daya tarik wisata secara penuh di
dalam film wisata. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini memberikan pengaruh yang sangat
besar bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata, karena tampilan yang mampu
mengungkapkan kesan keunikan destinasi wisata yang dituju.
Pasca-Produksi Fim Wisata
Pasca-produksi fim wisata merupakan tahap akhir sebelum akhirnya film wisata di
distribusikan secara luas. Pasca-produksi pembuatan film wisata mencangkup 2 aspek yaitu
video processing dan audio proccesing. Untuk video processing hal yang dilakukan adalah:
Logging, di proses ini editor memasukkan seluruh hasil shot kedalam folder yang
sebelumnya telah dipisah berdasarkan waktu dan alat rekam
Digitizing, data yang telah dipilih dan tersusun di dalam folder kemudian dimaksukkan
ke dalam adobe premiere pro 2019 untuk diolah.
Gambar 11. Proses Pasca Produksi Video Sumber: Dokumentasi Pribadi
Offline editing, skenario yang telah dibaca oleh stakeholder kemudian dicocokkan dengan
video-video yang memiliki keterkaitan dengan tema film wisata.
Online editing, dalam hal ini editor kemudian melakukan proses untuk memperhalus
hasil dari offline editing.
Mixing, terdapat dua tindakan yang harus dilakukan yaitu mengatur tinggi rendah
suara musik dengan suara aktor yang berperan dan menyesuaikan dengan beat musik
yang digunakan.Untuk audio processing hal yang dilakukan adalah memilimalisir noise yang
timbul dari lingkungan alam Kecamatan Harian Boho:
Gambar 12. Proses Pasca Produksi Audio Sumber: Dokumentasi Pribadi
Bagian prioritas dari aplikasi yang sering digunakan di audio processing film wisata
Kecamatan Harian Boho ini adalah voice de-noise, dialogue isolate dan EQ
Validasi Film Wisata yang Instagramable
Terdapat 4 indikator di dalam Teori Hasan (2015) yang dapat digunakan dalam
menampilkan daya tarik wisata yang instagramable di dalam komponen film yang telah
diciptakan:
1) Warna ataupun gambar yang diproyeksikan dari film wisata sebagai media yang
instagramable harus dirancang untuk menarik perhatian wisatawan: indikator
kerja ini kemudian di uji terhadap film wisata dengan unsur pengujinya adalah
pandangan stakeholder terhadap warna film, pesan dari gambar film dan apakah
film wisata sudah mampu menarik perhatian wisatawan?. Dari hasil uji tersebut
diungkapkan bahwa film wisata memiliki gambar yang natural tidak dibuat-buat.
Warna dari film wisata telah mampu memproyeksikan lokasi wisata dengan
sebenar-benarnya dan apa adanya, tentunya dengan situasi aman dan stabil. Masih
kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan mereka dengan
pembakaran yang kerap dilakukan ketika seperti: 1) pada saat membuka lahan
pertanian, 2) membakar jerami yang sudah selesai di panen, dan 3) pada saat
melakukan pembersihan ladang dari ilalang yang tumbuh pesat setelah
ditinggalkan beberapa hari pada saat menjual hasil panen ke luar desa. Hal tersebut
dapat menghasilkan ketimpangan yang dramatis pada saat wisatawan nantinya
berkunjung ke lokasi karena akibat pembakaran yang terjadi, situasi alam yang
natural tidak mampu ditampilkan dalam foto ataupun video yang akan di upload
ke instagram atau media sosial pengunjung, dan dapat berakibat kekecewaan yang
sangat besar bagi pengunjung nantinya. Berikut adalah tampilan gambar pasca
shoting dilakukan oleh tim peneliti:
Gambar 13. Tampilan titik awal api (kiri) pada saat tim melakukan shoting di lokasi hingga
akhirnya membakar hampir keseluruhan bukit (kanan). Sumber: Dokumentasi Pribadi
dan www.digtara.com
tentu ini kurang sesuai dengan tampilan film wisata yang disajikan sehingga dapat
membuat wisatawan kecewa hingga marah ketika berkunjung nantinya. Namun terlepas
dari hal itu semua, apakah warna atau gambar film wisata telah mampu menarik perhatian
wisatawan? hasilnya adalah benar, warna film wisata yang dibuat mampu menarik
perhatian wisatawan. Uji tersebut diambil dari feed back ataupun respon wisatawan
terhadap film wisata yang telah mereka tonton. Dari 20 wisatawan yang telah menonton
film wisata, keseluruhannya berpendapat bahwa warna atau gambar film wisata mampu
untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
2) Film wisata yang instagramable harus mampu menampilkan fitur yang dapat
memperkuat keunikan citra destinasi wisata sebagai lokasi yang instagramable
melalui fitur pengambilan film. Dalam menampilkan ‘destinasi wisata yang
instagramable’ maka film wisata harus mampu menangkap gambar dari berbagai
macam shot dan angle. Indikator tersebut kemudian di uji terhadap film dengan
unsur pengujinya adalah sudut padang shoting film. Film wisata instagramable
harus memenuhi unsur kreativitas yang tinggi, tidak hanya pada satu angle dan
shot saja. Hal ini terjadi karena baik photo ataupun video di instagram pada
umumnya hanya menggunakan kamera handphone, DSLR ataupun kamera darat
untuk dokumentasi, sehingga keterbatasan dari alat tersebut membuat fitur dan
keunikan destinasi yang instagramable dari berbagai sudut pandang tidak sampai
pada penonton. Dikarenakan dalam pengambilan film, tim menggunakan berbagai
macam alat rekam baik dari shoting darat dan udara sehingga keunikan citra
destinasi wisata dari berbagai sudut pandang mampu terlihat semua. Dari hasil uji
tersebut diungkapkan bahwa sudut pandang shoting dan angle film wisata mampu
menampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi wisata indah,
berbudaya dan alami.
3) Film wisata yang instagramable harus mampu menunjukkan sifat multi- dimensi
destinasi. Indikator kerja ini kemudian di uji terhadap film wisata dengan unsur
pengujinya adalah tampilan ragam aktivitas atau kegiatan wisata yang dapat
dilakukan di lokasi wisata. Disinilah letak sifat multidimensi dan kelebihan dari
film ini. Setelah wisatawan menonton film ini, seluruh wisatawan tidak mengetahui
ragam aktivitas dan potensi wisata yang tersembunyi di sekitaran kecamatan
tersebut seperti sarkofagus, adanya kapal pengangkut penumpang masyarakat
disekitaran danau dengan harga 5000/orang, potensi pertanian yang ternyata
mendapat izin dari petani setempat untuk melakukan pengambilan gambar
dengan harga yang se-ikhlasnya. hal ini mendapat sorotan yang sangat antusias
bagi seluruh peserta wawancara. 7 peserta wawancara mengatakan bahwa sering
melihat kapal penyeberangan warga setempat namun enggan untuk menyewa
karena dianggap merupakan kapal pribadi dan bukan untuk keperluan wisata, dan
seandainya ingin disewa pasti membayar mahal untuk rentalnya. Dari film ini
keseluruhan wisatawan termotivasi untuk mengunjungi destinasi wisata ini dalam
waktu dekat.
4) Film wisata yang instagramable harus memiliki rasio kurang lebih 54% tampilan
gambar wisata dan 46% informasi wisata. Indikator kerja ini kemudian di uji
terhadap film wisata dengan unsur pengujinya adalah efektivitas dan efisiensi
waktu film dalam menyampaikan informasi wisata. Tanggapan stakeholder
terhadap hal tersebut adalah film wisata mampu memberikan tampilan gambar
dan informasi wisata yang sangat penting bagi wisatawan.
Dari hasil uji empat indikator kerja teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa film wisata
yang telah dibuat tersebut adalah benar merupakan film wisata yang instagramable dan
informatif bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Kecamatan Harian Boho Kabupaten
Samosir.
Dampak Film Wisata Terhadap Kunjungan Wisata saat COVID-19 Berlangsung
Setelah dilakukan pembuatan film maka film tersebut kemudian didistribusikan
ke seluruh media sosial yang berbasis di Sumatera Utara. Akun media sosial yang
dipilih yaitu 3 media sosial yang sangat berpengaruh di Sumatera Utara khususnya
Kota Medan seperti Lingkar Sumut, Kalak Karo dan Travelmatesiantar. Eksperimen
publishing ini dilakukan dimulai pada bulan September hingga November 2020 untuk
melihat bagaimana dampak yang dihasilkan film yang telah diciptakan terhadap
peningkatan kunjungan wisata ke lokasi yang dijadikan pilot project. Kondisi
pariwisata di seluruh destinasi wisata Danau Toba yang saat ini sangat terkena dampak
isu COVID-19 dengan tingkat kunjungan wisatawan hampir mendekati hanya 7%
kunjungan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 178.000 kunjungan ke Danau Toba
tahun 2019. Hal ini membutuhkan triggered yang tepat dalam menstimulasi tingkat
kunjungan ini. Melalui informasi dan data statistik kunjungan wisatawan dari pengelola
wisata Kecamatan Harian Boho, mulai Bulan maret 2020 hingga 22 Juli 2020 tingkat
kunjungan hanya 10-15 orang per minggu, dimana tahun 2019 lalu, tingkat kunjungan
wisata mampu menyentuh di atas 2000 kunjungan wisatawan per minggu nya atau
hampir 20.000 pengunjung per bulannya pada saat high season ke Kecamatan Harian
Boho. Eksperiment pertama kali dilakukan pada tanggal 29 Agustus, kemudian
pertengahan September dan awal November 2020 yaitu publishing film wisata ke
jejaring media sosial instagram yang telah ditentukan tersebut, dan direncanakan
berakhir pada bulan November 2020.
Gambar 13. Jumlah Penonton Dari Publikasi Film Wisata
Hasil dari dampak publishing film wisata terhadap peningkatan kunjungan
wisata dengan pembanding pada bulan Juli 2020 yaitu hanya 22 wisatawan dan itupun
merupakan kerabat dari warga lokal yang memang memiliki keluarga di lokasi tersebut.
Setelah Film Promosi Wisata terpublish tingkat kunjungan wisatawan pada bulan
Agustus meningkat 1.648 kunjungan atau meningkat 74,90% dibandingkan bulan
sebelumnya (dengan tingkat kunjungan tertinggi 6 hari berturut-turut sebelum, saat
dan sesudah penyelenggaraan hari kemerdekaan Indonesia. Peningkatan yang
signifikan tersebut terjadi karena selama ini wisatawan berfikir bahwa wilayah Danau
Toba masih dalam kondisi Lock Down dan belum membuka diri pada aktivitas wisata
dalam bentuk apapun, namun setelah penayangan film dilakukan akhirnya wisatawan
mengetahui bahwa Lokasi Danau Toba telah membuka diri kembali (mencabut masa
Lock Down nya). Kemudian pada bulan September tercatat 1.876 kunjungan atau
meningkat 1,13% dari bulan sebelumnya. Pada bulan September tercatat 2.381
kunjungan wisata atau meningkat 1,26% dari bulan sebelumnya. Tingkat kunjungan
wisatawan pada bulan November tercatat 2.456 atau 1,03% kunjungan wisata dari bulan
sebelumnya. Dari eksperiment ini, dapat dibuktikan bahwa Film Wisata memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kunjungan wisata di suatu lokasi
wisata.
Kesimpulan
Dalam pembuatan film wisata sebagai media promosi pariwisata di Kecamatan
Harian Boho Kabupaten Langkat, memiliki beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
yaitu 1) proses pembuatan film wisata itu sendiri dan 2) validasi yang membuktikan
bahwa film wisata yang dibuat memang benar sebuah film wisata yang diperuntukkan
sebagai media promosi. Adapun proses pembuatan film wisata mencangkup: pra-
produksi, produksi hingga pasca produksi; hal terpenting dari ketiga indikator kerja
tersebut adalah pra-produksi, karena mencangkup seluruh perencanaan teknis di daya
Tarik wisata yang si shoting. Pra-produksi film wisata di Kecamatan Harian Boho
dimulai dari (1) perancangan konsep film wisata, (2) penentuan lokasi film wisata, (3)
penentuan kegiatan, (4) fasilitas dan layanan wisata di lokasi film wisata, (5) penentuan
alat rekam dan alat editing film, (6) persiapan skenario film wisata (sinematografi), dan
(7) persiapan mise-en-scene. Ketujuh hal inilah menjadi tugas pokok yang harus
dilaksanaan pada saat produksi hinga pasca- produksi film, sedangkan untuk validasi
film wisata sebagai media promosi mencangkup: (1) warna atau gambar film: dimana
unsur pengujinya adalah pandangan stakeholder terhadap warna dan pesan dari gambar
film, hasil penelitian mengungkapkan bahwa Dari 10 wisatawan yang telah menonton
film wisata, keseluruhannya berpendapat bahwa film wisata mampu untuk menarik
minat wisatawan untuk berkunjung, (2) Film wisata sebagai media promosi harus
menampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi wisata: dengan
unsur pengujinya adalah sudut padang shoting film. Dari hasil uji tersebut diungkapkan
bahwa sudut pandang shoting film wisata mampu memperkuat keunikan citra
Kecamatan Harian Boho sebagai destinasi wisata alam yang indah dan alami, (3) Film
wisata sebagai media promosi harus mampu menunjukkan sifat multi dimensi
destinasi: dengan unsur pengujinya adalah tampilan ragam aktivitas atau kegiatan
wisata yang dapat dilakukan di lokasi wisata. Dari hasil uji tersebut diungkapkan dari
respon stakeholder terhadap hal tersebut yaitu film wisata mampu menunjukkan ragam
kegiatan wisata seperti: jungle tracking, melihat air terjun dan body rafting, (4) dan rasio
54% tampilan gambar dan 46% informasi: dengan unsur pengujinya adalah efektivitas
dan efisiensi waktu film dalam menyampaikan informasi wisata. Dari hasil uji tersebut
diungkapkan dari tanggapan stakeholder terhadap hal tersebut adalah film wisata
mampu memberikan tampilan gambar dan informasi wisata yang seimbang sehingga
informasi audio visual yang disajikan tidak bias dan berbelit-belit.
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Rizky & Wiranegara, Hanny & Hermantoro, Henky. 2018.
Pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba, Kabupaten Toba
Samosir. Tataloka. 20. 100. 10.14710/tataloka.20.2.100-112.
Wardani, Mentari & Nasution, Nur. (2016). Kontribusi Pengembangan
Pariwisata Danau Toba Melalui Skema Bop (Badan Otorita Pariwisata)
Bagi Masyarakat Di Sekitar Danau Toba. Call for Paper FW Great Event
2016.
OECD. (2020). OECD interim economic assessment Coronavirus: the world
economy at risk. Retrieved March 2, 2020, from
https://www.oecd.org/berlin/publikationen/InterimEconomic-
Assessment-2-March-2020.pdf
World Tourism Organization. (2020). Impact assessment of the Covid-19
outbreak on international tourism. Retrieved March 27, 2020, from
https://www.unwto.org/sites/default/files/news/un-tourism-news-
10.html
Sudiar, N. (2020). Amankah berwisata di Indonesia di tengah merebaknya
virus corona? Retrieved March 2, 2020, from
https://news.detik.com/kolom/d-4921691/amankah-berwisata-
diindonesia-di-tengah-merebaknya-virus-corona.
Budiyanti, E. (2020). Dampak virus corona terhadap sektor perdagangan dan
pariwisata Indonesia. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis,
12(4), 19-24.
Sinulingga, Samerdanta & Pardosi, Jhonson & Bangun, Nur & Siahaan,
Hotlan. 2020. Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi
Pariwisata di Desa Rumah Galuh Kabupaten Langkat. Jurnal Master
Pariwisata (JUMPA). 350. 10.24843/JUMPA.2020.v06.i02.p06.
Campbell, Eric and Lisa McGregor. (2020, Mar 31). These five strategies have
helped Singapore fight off the coronavirus outbreak. Can they keep it at
bay?. Retrieved Mar 31, 2020 from https://www.abc.net.au/news/2020-
03-31/coronavirus-singapore-how-it-fought-the-virus/12100072
Sen, Siow Li. (2020, AUG 25). Singapore currency to stay strong until 2021 on
broad USD weakness. Retrieved AUG 25, 2020 from
https://www.businesstimes.com.sg/banking-finance/singapore-
currency-to-stay-strong-until-2021-on-broad-usd-weakness
Beeton, Sue. (2010). The Advance of Film Tourism. Tourism and Hospitality
Planning & Development. 7. 1-6. 10.1080/14790530903522572.
Brata, Vincent Bayu Tapa. 2007. Videografi dan sinematografi praktis. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
Christina,Natalia , dkk. 2017. Perancangan filmdokumenter tentang perjalanan
hidup pelaku hip-hop. Jurnal Desain Komunikasi Visual Adiwarna Vol 1
, 13-27 | vol: | issue : |2017.
Hasan, Ali.2015. Tourism marketing. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic
PublishingService).
Hudson,S., Ritchie,J. B. (2005). Filmtourismanddestination marketing: the case
of captain corelli’smandolin. Journal of Vacation Marketing, Vol. 12 (3), p.
256–268.
Irawan, Etsa Indra. 2011. Sinematografi (panduan usaha mandiri).
Bandung: Yrama Widya.
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2009 Tentang Perfilman. Presiden Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia. 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Pariwisata tahun 2015. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2017. Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintahan Daerah.
Polianskaia, Anna. 2017. Film tourism responses to the tourist’s expectations
- new challenges. SEA - Practical Application of Science Volume IV,
Issue 1 (10) / 2016.
Suryajaya,Minghadi. 2018. Wonderful indonesia revolusi tour & travel digital.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tudor, Gabriela-Cosmina. 2017. Film Tourism – A Successful Journey For
New Zealand. Cactus Tourism Journal Vol. 12, Issue 2/2015, Pages 45-
53, ISSN 2247-3297.
Semedhi, Bambang. 2011. Sinematografi-videografi suatu pengantar. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Yusuf, A. Muri. 2013. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, Penelitian
Gabungan). Jakarta: Prenadamedia Group.
Profil Penulis
Samerdanta Sinulingga, S.ST.Par., M.Par. adalah seorang dosen di Universitas Sumatera Utara,
Fakultas Ilmu Budaya, DIII Perjalanan Wisata. Beliau merupakan alumni dari Fakultas
Pariwisata dan Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana. Di USU beliau mengajar mata
kuliah Sistem Informasi Pariwisata I dan II yang berfokus pada konten seperti tulisan, foto dan
pembuatan video promosi sebagai produk dari Sistem Informasi secara general.

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian boho kabupaten samosir

Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, BaliPotensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, BaliChandra Daru Nusastiawan
 
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokalEvaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokalhary hermawan
 
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...samerdanta sinulingga
 
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...STISIPWIDURI
 
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptBahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptmachin4
 
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi KreatifTahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatifguztymawan
 
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawanPengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawansamerdanta sinulingga
 
Pengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptx
Pengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptxPengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptx
Pengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptxyusufasyidhiqi1
 
Konsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.ppt
Konsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.pptKonsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.ppt
Konsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.pptErinNurPutriani1
 
Makalah pariwisata
Makalah pariwisataMakalah pariwisata
Makalah pariwisataagus chasani
 
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan diStudi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan diBiotani & Bahari Indonesia
 
506-853-1-SM.pdf
506-853-1-SM.pdf506-853-1-SM.pdf
506-853-1-SM.pdfreflis ayek
 
Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...
Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...
Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...Dian Herdiana
 
ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...
ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...
ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...VyaGlow
 

Ähnlich wie Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian boho kabupaten samosir (20)

1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf1689-25377-1-PB.pdf
1689-25377-1-PB.pdf
 
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, BaliPotensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
Potensi Industi Kreatif di Gunung Api Batur, Bali
 
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokalEvaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
Evaluasi dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal
 
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
 
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
Willy tandikara dan_robert_mz_lawang_insani_vol_5_no_2_desember_2018-c4ac0-21...
 
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptBahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
 
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi KreatifTahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
Tahap 1 Pariwisata berbasi Ekonomi Kreatif
 
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawanPengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
 
Pengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptx
Pengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptxPengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptx
Pengembangan Wisata Alam dan Ekowisata di Kawasan Konservasi.pptx
 
Konsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.ppt
Konsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.pptKonsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.ppt
Konsep Pariwisata Berkelanjutan_Minggu ke 11.ppt
 
Mini_Skripsi_B_Indonesia.docx
Mini_Skripsi_B_Indonesia.docxMini_Skripsi_B_Indonesia.docx
Mini_Skripsi_B_Indonesia.docx
 
Makalah pariwisata
Makalah pariwisataMakalah pariwisata
Makalah pariwisata
 
Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan diStudi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
Studi pengembangan model kepariwisataan berkelanjutan di
 
506-853-1-SM.pdf
506-853-1-SM.pdf506-853-1-SM.pdf
506-853-1-SM.pdf
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
pertemuan 1
pertemuan 1pertemuan 1
pertemuan 1
 
Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...
Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...
Rancang bangun tatanan normal baru sektor pariwisata dalam perspektif kebijak...
 
ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...
ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...
ORKSHOP LITERASI PEMASARAN DIGITAL DESA WISATA DI DESA TANJUNG, KLATEN, JAWA ...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Mehr von samerdanta sinulingga

STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...samerdanta sinulingga
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...samerdanta sinulingga
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...samerdanta sinulingga
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...samerdanta sinulingga
 
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROREVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROsamerdanta sinulingga
 
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USURPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USUsamerdanta sinulingga
 
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata seriusModul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata seriussamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelarugasamerdanta sinulingga
 
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSINGLAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSINGsamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo BelangoLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belangosamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelarugasamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung SibayakLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayaksamerdanta sinulingga
 
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gununglaporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunungsamerdanta sinulingga
 
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling diniSurat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dinisamerdanta sinulingga
 

Mehr von samerdanta sinulingga (17)

STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
 
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROREVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
 
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USURPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
 
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata seriusModul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
 
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSINGLAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo BelangoLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung SibayakLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
 
Ekowisata
EkowisataEkowisata
Ekowisata
 
Inovasi produk dan manajemen
Inovasi produk dan manajemenInovasi produk dan manajemen
Inovasi produk dan manajemen
 
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gununglaporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
 
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling diniSurat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
 
Pariwisata dan climate change
Pariwisata dan climate changePariwisata dan climate change
Pariwisata dan climate change
 

Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian boho kabupaten samosir

  • 1. Jurnal ini sudah publish dalam bahasa inggris dengan judul : The Making of Tourism Film as an Instagramable Promotion Media in Harian Boho District, Samosir District Samerdanta Sinulingga Universitas Sumatera Utara, Indonesia danta@usu.ac.id Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Volume 4, No. 1, February 2021, Page: 170-179 e-ISSN: 2615-3076 (Online), p-ISSN: 2615-1715 (Print) www.bircu-journal.com/index.php/birci email: birci.journal@gmail.com DOI: https://doi.org/10.33258/birci.v4i1.1635 http://www.bircu-journal.com/index.php/birci/article/view/1635
  • 2. PEMBUATAN FILM WISATA SEBAGAI MEDIA PROMOSI INSTAGRAMABLE KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Samerdanta Sinulingga D3 Perjalanan Wisata Universitas Sumatera Utara Email: danta@usu.ac.id ABSTRACT Technology development has a major role in tourism growth in Indonesia. One of these technology products is Instagram. Instagram has been recognized worldwide as a platform that can give dominant influence on increasing product sales and increasing tourist visits to a tourism destination. This Instagram has 3 main content as a channel of information to society, namely video content, photos and written content. This is what wants to be tested experimentally in the Lake Toba region, especially in the Samosir Regency, the Harian Boho District. The initiation of this research was carried out not only as a copyright work, but through this research it can be understood the effectiveness of using films for promotional purposes on Instagram on its impact in increasing tourist visits to a tourism destination during the COVID- 19 pandemic. The method that is used in this research is descriptive qualitative phenomenology with data collection techniques, namely snowball sampling. The results of this study found that publishing travel promotion films through social media Instagram turned out to have a very significant impact in increasing tourist visits to a destination. It was recorded that after publishing the film, the increase in tourist visits reached 1,648 visits (August 2020) even though in the previous month there were only 22 people recorded. From this experiment, it is proof that Tourism Promotion Films have significant influence on increasing tourist visits during the COVID-19 pandemic. Keywords : Instagram, Promotion, Tourism Destination, Tourism Film, Lake Toba Pendahuluan Wilayah Danau Toba saat ini telah menjadi sebuah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas untuk Indonesia. Danau Toba sendiri dikelola oleh 8 kabupaten dengan 32 kecamatan, salah satunya berada di Kecamatan Harian Boho Kabupaten Samosir. Lokasi ini memiliki potensi wisata alam dan budaya yang sama uniknya dengan daerah lainnya di sekitar wilayah KSPN, dan kelemahannya juga sama yaitu minimnya kunjungan wisata ke lokasi tersebut (Siregar, 2018). Mengetahui kelemahan ini, pemerintah banyak melakukan event-event besar di wilayah KSPN, baik itu event wisata budaya, 1000 tenda, dan lain sebagainya; namun kegiatan ini pernah di kritik oleh Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) karena event ini hanya seperti festival budaya daerah, dimana penyelenggaranya adalah masyarakat lokal, pelaku seninya kebanyakan warga lokal, wisatawan yang melihat acara tersebut juga wisatawan lokal, sedangkan Danau Toba dirancang sebagai salah satu Bali baru yang diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan berskala internasional (Wardani, 2016). Belum selesai permasalahan akan lemahnya pengelolaan dan dampak event wisata tersebut terhadap kunjungan wisatawan Internasional, dilema kian memuncak tatkala isu virus corona merebak di berbagai belahan dunia yang mengakibatkan kunjungan wisatawan mancanegara mengalami penurunan drastis (OECD, 2020). Sampai saat ini pemerintah di berbagai dunia sedang melakukan perbaikan terhadap bencana yang terjadi, namun harus
  • 3. diakui bahwa situasi mengenai virus corona berangsur-angsur kian menunjukkan perbaikan yang signifikan (World Tourism Organization, 2020). Terciptanya penemuan untuk memitigasi dan menangkal penyebaran virus corona baik melalui, penemuan obat, sosialisasi dan tindakan preventif, membawa kita pada sebuah pertanyaan besar, apa yang akan Indonesia lakukan setelah pulih dari bencana yang besar ini?. Tentunya pemerintah akan kembali memegang alur kendali pariwisata untuk menaikkan kunjungan wisatawan ke berbagai daerah dan mensosialisasikan berbagai macam potensi wisata demi menumbuhkembangkan kembali minat berwisata, baik tingkat lokal hingga Internasional (Sudiar, 2020). Optimisme akan pulihnya Indonesia dari bencana tersebut, dilakukan Pemerintah Indonesia melalui kucuran dana 72 miliar rupiah dengan mengundang influencer lokal hingga internasional, dan juga menurunkan/diskon harga tiket pesawat hingga 50% demi menyasar dan memulihkan minat berkunjung wisatawan (Budiyanti, 2020). Secara teknis, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kembali kunjungan wisata ke destinasi di seluruh Indonesia. Salah satunya menggunakan Film (Sinulingga, 2020). Teknik tersebut saat ini dilakukan oleh Negara Singapura, dalam mengontrol efek isu corona yang dampaknya ternyata tidak hanya pada isu kesehatan saja, namun mempengaruhi iklim ekonomi/investasi negara tersebut. Strategi menggunakan Influencer digunakan untuk mengontrol isu virus corona yaitu diciptakannya film singkat “How Singapore Fights Corona Virus” (Campbell, 2020). Dampaknya ternyata sangat signifikan, tingkat kepercayaan investasi meningkat, nilai mata uang Singapura menunjukkan penguatan 6 hari berturut-turut (Sen, 2020). Harus diakui bahwa Film dan Pariwisata di masa revolusi industri 4.0 memiliki fungsi strategis dalam mempengaruhi kepercayaan pasar terhadap lokasi wisata yang dituju (Beeton (2010) dan Suryajaya (2018)). Hal ini sesuai dengan penelitian Hudson (2005) yang menemukan bahwa film dan tingkat kunjungan wisatawan memiliki hubungan yang erat: Tabel 1. Dampak Film Terhadap Kunjungan Wisata Sumber: Hudson, S., Ritchie, J. B. (2005) Gambar diatas menerangkan bahwa film dapat memberikan dampak peningkatan jumlah kunjungan wisata ke suatu daerah. Dari peristiwa diatas dapat tergambar, bahwa film dan kepariwisataan memiliki keterkaitan yang erat dalam mempengaruhi arus wisata, dan sangat tepat digunakan di masa Revolusi Industri 4.0 saat ini (Christina, 2017; Tudor 2017; Polianskaia, 2017). Kecamatan Harian Boho terletak di pesisir wilayah Danau Toba dan merupakan salah satu wilayah dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super-Super Prioritas, daerah ini memiliki beragam potensi wisata di dalamnya dimulai dari: 1) Atraksi Alam yaitu Air Terjun Efrata dan Janji Martahan dan 2) Atraksi Budaya yaitu rumah dan masyarakat Adat
  • 4. Batak Toba. Dengan target pemerintah pusat yang ingin membuat 10 Bali baru di Indonesia, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas menjadi sebuah usaha pemerintah dalam menciptakan sebuah konsep pariwisata yang berkualitas (Siregar, 2018). Konsep wisata yang berkualitas saat ini di dalam standart pemerintah terdiri 5 bentuk yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri, yaitu Devisa dan nilai tambah pariwisata, kesiapan destinasi, kapasitas SDM, daya dukung lingkungan dan citra pariwisata yang berdaya saing nusanatara (Pemerintah Indonesia, 2015). Diantara 5 kategori ini, spesifikasi yang tepat di dalam penelitian ini adalah pembangunan citra pariwisata yang berdaya saing nusantara melalui pembuatan film wisata untuk menciptakan pariwisata yang berkualitas. Dengan titik fokus pemerintah yang mengkategorikan bahwa Danau Toba menjadi sebuah Leading Destination (Siregar, 2018). Maka penelitian ini menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan di zona inti pengembangan pariwisata Indonesia ini, demi melihat bagaimana bentuk yang tepat dalam menyajikan informasi kawasan yang bernuansa geodiversity dan culture diversity yang sangat besar, sehingga citra pariwisata berdaya saing nusantara yang menjadi target kerja Kementerian Pariwisata saat ini dapat tercapai. Di dalam Film dan Kepariwisataan, keterlibatan masyarakat lokal pasti dibutuhkan, konteks wirausaha kecil dan menengah difasilitasi karena yang akan dilakukan nantinya adalah mempromosikan produk wisata yang mereka miliki, dan terakhir pemerataan pembangunan pariwisata juga dapat tercapai apabila tingkat kunjungan wisata semakin meningkat nantinya ke Kecamatan Harian Boho. Teori Pengertian Pariwisata Fungsi teknis teori, dalam penelitian ini: Menurut Undang-Undang Nomor 10.Tahun 2009 terdapat 3 indikator kunci terkait pariwisata, yaitu: 1) Kegiatan wisata, 2) Fasilitas wisata dan 3) Layanan wisata dari stakeholder
  • 5. Tabel 2.1. Framework Definisi Pariwisata dalam Analisis Film Wisata Kegiatan wisata menurut UNWTO (1993) dalam Hasan (2015) dipengaruhi oleh 2 hal yaitu atraksi wisata dan aktivitas wisata. Fasilitas wisata menurut UNWTO (1993) dalam Hasan (2015) memiliki 3 jenis yaitu fasilitas pokok pariwisata, kemudian transportation facilities dan hospitality facilities seperti akomodasi, rumah makan dan sejenisnya. Layanan wisata atau service provider merupakan hal yang memiliki keterkaitan dengan sumber daya manusia yang melaksanakan pariwisata dengan perlengkapan teknis sebagai pendukung pariwisata. Pengertian Media Promosi Instagramable Fungsi teknis teori, dalam penelitian ini: Menurut Hasan (2015: 266) terdapat hal penting yang harus diperhatikan terkait dengan isi iklan yang menggunakan film sebagai media promosinya, yaitu: 1) Warna ataupun gambar yang diproyeksikan dari film dirancang untuk menarik perhatian wisatawan; 2) Tampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi wisata; 3) Tunjukkan sifat multi dimensi destinasi (aneka kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di daya tarik tersebut); 4) Gunakan rasio 54% tampilan gambar dan 46% informasi. Pengertian Sinematografi Fungsi teknis teori, dalam penelitian ini: Tabel 2.2. Framework Sinematografi dalam Film Wisata Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017, dokumentasi adalah pengumpulan, pengolahan, penyusunan dan pencatatan dokumen, data, gambar dan suara untuk bahan informasi publik. Dalam UU Nomor 33 Tahun 2009, Film adalah teknik menangkap gambar dan sekaligus menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang memililki kemampuan menyampaikan ide dan cerita. Terdapat 3 tahapan dalam perancangan Film sesuai dengan kaidah sinematografi, yaitu: Pra-Produksi, Produksi dan Pasca Produksi (Brata, 2007). Unsur Pasca Produksi yaitu: Pengisian Grafis, Pengisian Musik, dan Distribusi Film (Irawan, 2011). Untuk memperoleh unsur sinematografi dalam film yang akan dihasilkan, pelaku film harus mempertimbangkan empat aspek utama, yakni: tools (skenario, kamera, komputer dll), komposisi (shot, angle, exposure, flow, file, art dan movement), lokasi, durasi gambar (Semedhi, 2011). Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan ilmu fenomenologi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah major stakeholder yaitu pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan langsung di Kecamatan Harian Boho seperti: Pengelola Pemandian Alam Kecamatan Harian Boho, Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa dan Pemandu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah snowball sampling. Sumber data dalam penelitian ini ada 2 yaitu: 1) sumber data primer (wawancara dengan informan dan pustaka), dan 2)
  • 6. sumber data sekunder (informasi digital/ebook, buku, undang- undang, film/foto). Instrumen Penelitian ini menggunaan 2 bentuk: menggunakan pedoman wawancara dan buku panduan format film. Teknik observasi menggunakan observasi partisipan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman dalam Yusuf (2016:407), seperti: reduksi data, display data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dan Pembahasan Dalam pembuatan film wisata instagramable di Kecamatan Harian Boho Kabupaten Samosir, memiliki beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu 1) proses pembuatan film wisata itu sendiri dan 2) validasi yang membuktikan bahwa film wisata yang dibuat memang benar sebuah film wisata instagramable. Adapun proses pembuatan film wisata mencangkup: pra-produksi, produksi hingga pasca-produksi; sedangkan untuk validasi film wisata sebagai media promosi mencangkup: warna atau gambar film, fitur memperkuat keunikan citra destinasi wisata, bersifat multi dimensi destinasi dan rasio 54% tampilan gambar dan 46% informasi. Adapun uraian lengkap tersebut ditulis sebagai berikut: Proses Pembuatan film Wisata Terdapat 3 hal utama dalam proses pembuatan film wisata di Kecamatan Harian Boho yaitu pra-produksi film, produksi dan pasca-produksi. Adapun uraian lengkapnya dijelaskan sebagai berikut: Pra-Produksi Film Wisata Pra-produksi film wisata di Kecamatan Harian Boho dimulai dari (1) perancangan konsep film wisata, (2) penentuan lokasi film wisata, (3) penentuan kegiatan wisata, (4) persiapan skenario film wisata, dan (5) persiapan mise-en-scene dan (6) persiapan distribusi film wisata. Perancangan Konsep Film Wisata Adapun rencana konsep film wisata yang dirancang dalam aktivitas shoting merupakan kegiatan wisata yang terdapat di Kecamatan Harian Boho. Kegiatan wisata yang terdapat di Kecamatan Harian Boho merupakan jenis wisata petualang bernuansa alam dan wisata budaya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan antar stakeholder dan peneliti, kemudian dipilihlah 5 lokasi utama yang akan dilakukan pengambilan film. Penentuan Lokasi Film Wisata Berdasarkan inventarisasi produk wisata alam yang terdapat di Kecamatan Harian Boho terdapat 4 daya tarik wisata yang ditentukan untuk pengambilan film wisata yaitu: Air terjun Efrata, Menara Pandang Tele, Janji Martahan, Bukit Holbung dan Desa Sihotang. Penentuan Kegiatan Wisata Kegiatan wisata yang terdapat di lokasi tersebut terdiri dari dua jenis kegiatan yaitu kegiatan primer dan kegiatan sekunder. Kegiatan primer di lokasi wisata ini adalah explore wisata alam, explore wisata budaya dan wisata buatan manusia. Untuk explore wisata alam kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung seperti camping, menyusuri kampung, mengayuh sampan bersama nelayan di Danau Toba, sightseeing menggunakan transportasi kapal. Untuk explore wisata budaya kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung seperti: menginap di rumah adat warga setempat, melihat warga beternak kerbau dan lembu, camping di bukit, berinteraksi dengan masyarakat adat, melihat aktivitas menanam padi hingga panen raya, melihat sarkofagus (kuburan batu), melihat benteng batu masyarakat adat, acara pemberian gelar atau marga dari masyarakat adat kepada pengunjung. Untuk explore wisata buatan manusia kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung seperti: melihat pemandangan dari Menara Tele seluruh pemandangan di Danau Toba khususnya Kecamatan Harian Boho, menikmati jalur perjalanan di Danau Toba khususnya Kecamatan Harian Boho. Kegiatan sekunder di lokasi
  • 7. wisata ini seperti: melihat warga memandikan kerbau, berdiskusi dengan pemilik kapal penumpang, anak-anak desa bermain di lingkungan mereka, melihat fauna seperti burung elang. Persiapan Skenario Film Wisata Adapun skenario film promosi wisata yaitu: “10 Agustus 2020, berkisah tentang pengalaman kami di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir. Sebuah pengalaman yang akan kami sampaikan dalam tutur sapa visual, sebagai bentuk pencarian tentang realitas diri. Sebuah cara merangkai kenangan di sebuah negeri, yang mereka juluk sebagai sang kepingan surga. Tersisip harap mudah- mudahan kami menemukan jawaban dari langkah yang telah dilakukan, agar terukir kelak di dalam kalbu yang selalu tak henti-hentinya mencari. datanglah kesini aku yakin kalian dapat menemukan kepingannya. di negeri indah kepingan surga”. Skenario yang berkaitan pada naskah film promosi wisata di-design tidak saja untuk mempromosikan namun juga menginformasikan kepada calon wisatawan bahwa masa Lockdown di lokasi tersebut telah berakhir dan masyarakat sudah dapat mengunjungi destinasi di daerah tersebut. Persiapan Mise-en-scene Mise-en-scene memiliki posisi urgent dalam pembuatan film wisata ini, karena mencakup latar, tata cahaya, kostum, akting pemain dan komposisi. Untuk latar, pengambilan film dilakukan untuk menunjukkan keunikan Danau Toba. Hal ini berlaku juga untuk pengaturan tata cahaya, kustom pelaku dan akting pemain. Dilandaskan bahwa film ini berjenis film dokumenter observational, maka setting yang diaplikasikan di lapangan adalah tampilan yang sebenar-benarnya dengan seminimal mungkin pengaturan tambahan di lapangan. Persiapan Distribusi Film Wisata Film wisata rencananya akan di-publish di media sosial yang memiliki pengikut atau follower yang besar seperti medantalk, lingkar sumut dan anak usu. Media sosial ini dipilih karena target calon wisatawan yang diharapkan diprioritaskan wisatawan lokal yang berasal dari Sumatera Utara terkhususnya Kota Medan. Produksi Film Wisata Produksi film wisata yang dimaksud adalah aplikasi atau penerapan dari seluruh perencanaan awal pembuatan film yang telah ditetapkan pada saat pra- produksi. Adapun produksi film wisata pada saat di lapangan seperti: pengecekan kembali kesesuaian shoting film dengan konsep film wisata, pengambilan gambar dari lokasi film wisata yang telah ditentukan, shoting yang difokuskan pada kegiatan wisata, penggunaan Alat Rekam pada saat berada di lokasi wisata, penerapan Skenario Film Wisata di lokasi wisata, dan penerapan mise-en-scene. Indikator kerja produksi film wisata, seperti Shot dilakukan secara: Gambar 1. Extreme Close Up. Sumber: Dokumentasi Pribadi Tipe shot dari gambar 1 ini kami pakai sebagai pelengkap film. Maksud dan makna dari pengambilan gambar ini adalah agar pengunjung dapat melihat simbol perpaduan antara alam dan manusia di lingkungan Danau Toba yang dituju sebagai lokasi wisata. Kontur bunga mewakili alam dan kontur tangan mewakili manusia yang memanfaatkan alam untuk bertahan hidup di lokasi Danau Toba. Berdasarkan wawancara, tipe Extreme Close Up tidak berpengaruh
  • 8. besar bagi pengunjung ketika membuat keputusan berwisata ke lokasi ini, karena ketika berwisata para pengunjung melihat lokasi secara luas, jarang ada wisatawan melihat lokasi wisata secara detail seperti ini terkecuali untuk penelitian ataupun memiliki maksud tersentu, oleh karena itu tipe shot ini minim dilakukan. Gambar 2. Medium Shot. Sumber: Dokumentasi Pribadi Tipe shot dari gambar 2 digunakan untuk menggambarkan kedekatan pengunjung dan masyarakat adat, sehingga pengunjung dapat merasakan sensasi keramahtamahan dari tuan rumah yang menyambut pengunjung secara terbuka di lingkungan mereka. Gambar pertama adalah ketika pengunjung diberikan gelar ataupun marga dari masyarakat adat, bahwa mereka saat ini sudah terikat dengan salah satu keluarga yang meletakkan kain adat (ulos) di bahu kanan mereka. Konsep kolaborasi kekeluargaan dan praktek kepariwisataan seperti ini masih sangat jarang dilakukan dimanapun di seluruh Indonesia. Tamu yang diberikan marga dari salah satu keluarga akan merasa bahwa mereka sudah menjadi bagian dari komunitas ataupun kelompok tersebut, sehingga rasa menghargai, rasa memiliki, rasa bertanggungjawab terhadap keluarga yang telah memberikan marga dan rasa menjaga budaya mampu bertumbuh dan berkembang. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini sangat memberikan pengaruh bagi wisatawan untuk membuat keputusan berkunjung dan membuat keputusan berkunjung kembali (returning effect), karena timbul rasa tanggungjawab setidaknya harus mengunjungi keluarga pemberi marga paling tidak setahun sekali. Returning effect dari pesan yang ditimbulkan di dalam film ini tentu dapat menjadi strategi alami/natural yang memberikan pesan kepada calon wisatawan bahwa adakalanya perjalanan bukan hanya sekedar melihat- lihat saja namun dapat menciptakan sebuah atmosphere baru, seperti menciptakan teman, sahabat hingga keluarga di lokasi wisata yang dituju. Disinilah letak manfaat tradisi lisan yang ditampilkan di dalam film tersebut pada rantai kepariwisataan yang saling membutuhkan dan terikat. Gambar 3. Medium Long Shot Sumber: Dokumentasi Pribadi Tipe shot dari gambar 3 digunakan untuk menampilkan kedekatan manusia dengan alamnya. Hampir 70% metode shot ini digunakan dalam proses produksi. Tipe ini menekankan penonton bahwa ketika mengunjungi lokasi ini, wisatawan dapat merasakan kenangan yang teduh dan damai ketika berada di lokasi yang dikunjungi ini . Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata, dengan 2 pendapat, yaitu: 1) ingin merasakan atmosfir dan sensasi yang yang sama seperti di dalam film tersebut sehingga penat, kejenuhan dan beban yang berada di tempat asal wisatawan misalnya di lingkungan pekerjaan atau lingkungan rumah tangga, seketika dapat
  • 9. teralihkan dengan kondisi alam yang sedemikian tenangnya ; 2)Lingkungan perkotaan dan perkantoran yang kerap dirasakan menjenuhkan, membuat para wisatawan ingin menampilkan suasana baru untuk media sosial yang mereka miliki. wisatawan juga ingin berfoto dengan konsep yang sama seperti foto tersebut untuk memenuhi kebutuhan psikis mereka yaitu pengakuan, pujian dan jumlah komentar yang tanggap terhadap postingan yang akan mereka publish ke media sosial. Konsep ini secara umum sering digunakan oleh wisatawan karena kontur wajah dari wisatawan masih terlihat di foto dan alam yang ditampilkan juga tidak kehilangan frame. Pilihan foto ini menjadi prioritas karena apabila foto terlalu dekat, alam yang ditampilkan bisa saja tidak terlihat, dan apabila terlalu jauh nitizen tidak mengetahui siapa subjek di dalam frame yang diambil. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini sangat memberikan pengaruh bagi wisatawan untuk memutuskan berwisata. Gambar 4. Long Shot Sumber: Dokumentasi Pribadi Tipe shot dari gambar 4 menampilkan kolaborasi perasaan aktor dan lingkungannya. Tipe shot ini merupakan tipe yang hampir menampilkan keseluruhan lokasi wisata yang akan dikunjungi. Tipe ini memberikan informasi kepada pengunjung mengenai situasi lokasi wisata. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini memberikan pengaruh besar dan mampu memberikan citra bagi wisatawan terhadap keputusan berkunjung juga jenis wisata yang sesuai dengan kategori yang mereka miliki. Dari tipe shot ini, wisatawan berpandangan bahwa adventure tourism dengan jenis backpacker lebih cocok dilekatkan pada lokasi wisata ini dari pada jenis wisata lainnya. Berdasarkan hasil wawancara berikutnya, calon wisatawan yang bersifat mass tourism yang umumnya berangkat menggunakan lebih dari 2 bus besar ketika berkunjung, memiliki keengganan untuk mengunjungi lokasi ini. Gambar 5. Estabilishing Shot Sumber: Dokumentasi Pribadi Tipe shot dari gambar 5 digunakan untuk menampilkan sebenar-benarnya lokasi yang akan dikunjungi. Tipe ini memberikan informasi tanpa mengurang-ngurangi apa yang dipandang oleh mata, baik ketika menonton maupun berwisata langsung di daya tarik yang dituju. Tipe ini memberikan informasi komprehensif sehingga pengunjung tidak miss-leading terhadap lokasi yang dikunjungi. tipe ini memberikan pengaruh besar bagi pengunjung dalam membuat keputusan karena wisatawan mengetahui secara lebih pasti keunikan dari wisata yang dituju. Tipe ini paling banyak ditampilkan di dalam film untuk menunjukkan lokasi wisata secara lebih sempurna. Menurut pendapat beberapa calon pengunjung berdasarkan tampilan yang tersaji,
  • 10. lokasi ini memiliki tantangan tersendiri dari segi umur, berat badan dan aktivitas keseharian pengunjung. Tampilan ini memberikan bayangan kepada pengunjung akan medan yang melelahkan bagi wisatawan yang tidak terbiasa berolahraga. Dengan lokasi seperti perbukitan dengan medan perjalanan panjang, juga track perjalanan mendaki dan menuruni bukit, juga luas medan yang harus dilalui membuat beberapa pengunjung paling tidak harus melakukan persiapan fisik sebelum sampai di lokasi ini. Gambar 6. Frog eye level Sumber: Dokumentasi Pribadi Angle shot dari gambar 6 ini digunakan untuk menjelaskan kepada pengunjung mengenai kegiatan keseharian masyarakat setempat dimana salah satunya yaitu menggembalakan kerbau, karena tema film juga harus berkaitan dengan adventure tourism dengan jenis backpacker tourism, angle ini juga digunakan untuk menampilkan proses perjalanan sang aktor hingga sampai di lokasi ini. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini tidak signifikan memberikan pengaruh bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata, karena sangat berfokus pada aktor yang di shoting, bukan menampilkan lokasi namun perasaan aktor dalam menjalankan aktivitasnya. Gambar 7. Low Angle Sumber: Dokumentasi Pribadi Angle shot dari gambar 7 ini digunakan untuk menjelaskan kepada penonton mengenai tampilan lokasi wisata secara penuh. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini cukup memberikan pengaruh bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata. Walaupun angle ini mampu memberikan informasi yang sempurna namun tidak serta merta menimbulkan minat wisatawan dalam membuat keputusan secara pasti, karena belum mengungkap lingkungan secara nyata. Beberapa pandangan pengunjung menyatakan bahwa low angle secara umum diperbuat untuk memenuhi unsur sinematik di dalam film, bukan mewakiliki potensi daya tarik wisata secara sempurna.
  • 11. Gambar 8. Eye Level Sumber: Dokumentasi Pribadi Angle shot dari gambar 8 ini digunakan untuk menunjukkan stakeholder yang terlibat dan bertanggungjawab di lokasi wisata kepada calon wisatawan. Angle ini digunakan untuk memberikan keterangan ataupun deskripsi destinasi wisata. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata, karena tampilan dan wacana yang disampaikan oleh stakeholder merupakan informasi yang dibutuhkan wisatawan pada saat berkunjung nantinya. Adegan ini menyampaikan keseluruhan pesan yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti mulai dari penginapan hingga konsumsi yang akan diberikan kepada wisatawan nantinya, aktivitas yang akan disediakan bagi wisatawan, hingga kontak handphone narahubung apabila wisatawan ingin berkunjung ke lokasi ini. Angle, tampilan dan informasi dalam adegan ini dirasakan penonton sanga tmenunjang fungsi film sebagai sumber informasi primer bagi wisatawan. Gambar 9. High Angle Sumber: Dokumentasi Pribadi Angle shot dari gambar 9 ini adalah jenis angle yang sangat kami prioritaskan di dalam produksi film wisata instagramable di Kecamatan Harian Boho. Dikarenakan film wisata memiliki maksud yaitu ‘reveal’ atau mengungkapkan seluruh potensi daya tarik wisata secara penuh di dalam film wisata. Berdasarkan hasil wawancara, tipe ini memberikan pengaruh yang sangat besar bagi wisatawan dalam membuat keputusan berwisata, karena tampilan yang mampu mengungkapkan kesan keunikan destinasi wisata yang dituju. Pasca-Produksi Fim Wisata Pasca-produksi fim wisata merupakan tahap akhir sebelum akhirnya film wisata di distribusikan secara luas. Pasca-produksi pembuatan film wisata mencangkup 2 aspek yaitu video processing dan audio proccesing. Untuk video processing hal yang dilakukan adalah: Logging, di proses ini editor memasukkan seluruh hasil shot kedalam folder yang sebelumnya telah dipisah berdasarkan waktu dan alat rekam Digitizing, data yang telah dipilih dan tersusun di dalam folder kemudian dimaksukkan ke dalam adobe premiere pro 2019 untuk diolah.
  • 12. Gambar 11. Proses Pasca Produksi Video Sumber: Dokumentasi Pribadi Offline editing, skenario yang telah dibaca oleh stakeholder kemudian dicocokkan dengan video-video yang memiliki keterkaitan dengan tema film wisata. Online editing, dalam hal ini editor kemudian melakukan proses untuk memperhalus hasil dari offline editing. Mixing, terdapat dua tindakan yang harus dilakukan yaitu mengatur tinggi rendah suara musik dengan suara aktor yang berperan dan menyesuaikan dengan beat musik yang digunakan.Untuk audio processing hal yang dilakukan adalah memilimalisir noise yang timbul dari lingkungan alam Kecamatan Harian Boho: Gambar 12. Proses Pasca Produksi Audio Sumber: Dokumentasi Pribadi Bagian prioritas dari aplikasi yang sering digunakan di audio processing film wisata Kecamatan Harian Boho ini adalah voice de-noise, dialogue isolate dan EQ Validasi Film Wisata yang Instagramable Terdapat 4 indikator di dalam Teori Hasan (2015) yang dapat digunakan dalam menampilkan daya tarik wisata yang instagramable di dalam komponen film yang telah diciptakan: 1) Warna ataupun gambar yang diproyeksikan dari film wisata sebagai media yang instagramable harus dirancang untuk menarik perhatian wisatawan: indikator kerja ini kemudian di uji terhadap film wisata dengan unsur pengujinya adalah pandangan stakeholder terhadap warna film, pesan dari gambar film dan apakah film wisata sudah mampu menarik perhatian wisatawan?. Dari hasil uji tersebut diungkapkan bahwa film wisata memiliki gambar yang natural tidak dibuat-buat. Warna dari film wisata telah mampu memproyeksikan lokasi wisata dengan sebenar-benarnya dan apa adanya, tentunya dengan situasi aman dan stabil. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan mereka dengan pembakaran yang kerap dilakukan ketika seperti: 1) pada saat membuka lahan pertanian, 2) membakar jerami yang sudah selesai di panen, dan 3) pada saat melakukan pembersihan ladang dari ilalang yang tumbuh pesat setelah ditinggalkan beberapa hari pada saat menjual hasil panen ke luar desa. Hal tersebut dapat menghasilkan ketimpangan yang dramatis pada saat wisatawan nantinya berkunjung ke lokasi karena akibat pembakaran yang terjadi, situasi alam yang
  • 13. natural tidak mampu ditampilkan dalam foto ataupun video yang akan di upload ke instagram atau media sosial pengunjung, dan dapat berakibat kekecewaan yang sangat besar bagi pengunjung nantinya. Berikut adalah tampilan gambar pasca shoting dilakukan oleh tim peneliti: Gambar 13. Tampilan titik awal api (kiri) pada saat tim melakukan shoting di lokasi hingga akhirnya membakar hampir keseluruhan bukit (kanan). Sumber: Dokumentasi Pribadi dan www.digtara.com tentu ini kurang sesuai dengan tampilan film wisata yang disajikan sehingga dapat membuat wisatawan kecewa hingga marah ketika berkunjung nantinya. Namun terlepas dari hal itu semua, apakah warna atau gambar film wisata telah mampu menarik perhatian wisatawan? hasilnya adalah benar, warna film wisata yang dibuat mampu menarik perhatian wisatawan. Uji tersebut diambil dari feed back ataupun respon wisatawan terhadap film wisata yang telah mereka tonton. Dari 20 wisatawan yang telah menonton film wisata, keseluruhannya berpendapat bahwa warna atau gambar film wisata mampu untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. 2) Film wisata yang instagramable harus mampu menampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi wisata sebagai lokasi yang instagramable melalui fitur pengambilan film. Dalam menampilkan ‘destinasi wisata yang instagramable’ maka film wisata harus mampu menangkap gambar dari berbagai macam shot dan angle. Indikator tersebut kemudian di uji terhadap film dengan unsur pengujinya adalah sudut padang shoting film. Film wisata instagramable harus memenuhi unsur kreativitas yang tinggi, tidak hanya pada satu angle dan shot saja. Hal ini terjadi karena baik photo ataupun video di instagram pada umumnya hanya menggunakan kamera handphone, DSLR ataupun kamera darat untuk dokumentasi, sehingga keterbatasan dari alat tersebut membuat fitur dan keunikan destinasi yang instagramable dari berbagai sudut pandang tidak sampai pada penonton. Dikarenakan dalam pengambilan film, tim menggunakan berbagai macam alat rekam baik dari shoting darat dan udara sehingga keunikan citra destinasi wisata dari berbagai sudut pandang mampu terlihat semua. Dari hasil uji tersebut diungkapkan bahwa sudut pandang shoting dan angle film wisata mampu menampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi wisata indah, berbudaya dan alami. 3) Film wisata yang instagramable harus mampu menunjukkan sifat multi- dimensi destinasi. Indikator kerja ini kemudian di uji terhadap film wisata dengan unsur pengujinya adalah tampilan ragam aktivitas atau kegiatan wisata yang dapat dilakukan di lokasi wisata. Disinilah letak sifat multidimensi dan kelebihan dari film ini. Setelah wisatawan menonton film ini, seluruh wisatawan tidak mengetahui ragam aktivitas dan potensi wisata yang tersembunyi di sekitaran kecamatan tersebut seperti sarkofagus, adanya kapal pengangkut penumpang masyarakat disekitaran danau dengan harga 5000/orang, potensi pertanian yang ternyata mendapat izin dari petani setempat untuk melakukan pengambilan gambar
  • 14. dengan harga yang se-ikhlasnya. hal ini mendapat sorotan yang sangat antusias bagi seluruh peserta wawancara. 7 peserta wawancara mengatakan bahwa sering melihat kapal penyeberangan warga setempat namun enggan untuk menyewa karena dianggap merupakan kapal pribadi dan bukan untuk keperluan wisata, dan seandainya ingin disewa pasti membayar mahal untuk rentalnya. Dari film ini keseluruhan wisatawan termotivasi untuk mengunjungi destinasi wisata ini dalam waktu dekat. 4) Film wisata yang instagramable harus memiliki rasio kurang lebih 54% tampilan gambar wisata dan 46% informasi wisata. Indikator kerja ini kemudian di uji terhadap film wisata dengan unsur pengujinya adalah efektivitas dan efisiensi waktu film dalam menyampaikan informasi wisata. Tanggapan stakeholder terhadap hal tersebut adalah film wisata mampu memberikan tampilan gambar dan informasi wisata yang sangat penting bagi wisatawan. Dari hasil uji empat indikator kerja teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa film wisata yang telah dibuat tersebut adalah benar merupakan film wisata yang instagramable dan informatif bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Kecamatan Harian Boho Kabupaten Samosir. Dampak Film Wisata Terhadap Kunjungan Wisata saat COVID-19 Berlangsung Setelah dilakukan pembuatan film maka film tersebut kemudian didistribusikan ke seluruh media sosial yang berbasis di Sumatera Utara. Akun media sosial yang dipilih yaitu 3 media sosial yang sangat berpengaruh di Sumatera Utara khususnya Kota Medan seperti Lingkar Sumut, Kalak Karo dan Travelmatesiantar. Eksperimen publishing ini dilakukan dimulai pada bulan September hingga November 2020 untuk melihat bagaimana dampak yang dihasilkan film yang telah diciptakan terhadap peningkatan kunjungan wisata ke lokasi yang dijadikan pilot project. Kondisi pariwisata di seluruh destinasi wisata Danau Toba yang saat ini sangat terkena dampak isu COVID-19 dengan tingkat kunjungan wisatawan hampir mendekati hanya 7% kunjungan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 178.000 kunjungan ke Danau Toba tahun 2019. Hal ini membutuhkan triggered yang tepat dalam menstimulasi tingkat kunjungan ini. Melalui informasi dan data statistik kunjungan wisatawan dari pengelola wisata Kecamatan Harian Boho, mulai Bulan maret 2020 hingga 22 Juli 2020 tingkat kunjungan hanya 10-15 orang per minggu, dimana tahun 2019 lalu, tingkat kunjungan wisata mampu menyentuh di atas 2000 kunjungan wisatawan per minggu nya atau hampir 20.000 pengunjung per bulannya pada saat high season ke Kecamatan Harian Boho. Eksperiment pertama kali dilakukan pada tanggal 29 Agustus, kemudian pertengahan September dan awal November 2020 yaitu publishing film wisata ke jejaring media sosial instagram yang telah ditentukan tersebut, dan direncanakan berakhir pada bulan November 2020.
  • 15. Gambar 13. Jumlah Penonton Dari Publikasi Film Wisata Hasil dari dampak publishing film wisata terhadap peningkatan kunjungan wisata dengan pembanding pada bulan Juli 2020 yaitu hanya 22 wisatawan dan itupun merupakan kerabat dari warga lokal yang memang memiliki keluarga di lokasi tersebut. Setelah Film Promosi Wisata terpublish tingkat kunjungan wisatawan pada bulan Agustus meningkat 1.648 kunjungan atau meningkat 74,90% dibandingkan bulan sebelumnya (dengan tingkat kunjungan tertinggi 6 hari berturut-turut sebelum, saat dan sesudah penyelenggaraan hari kemerdekaan Indonesia. Peningkatan yang signifikan tersebut terjadi karena selama ini wisatawan berfikir bahwa wilayah Danau Toba masih dalam kondisi Lock Down dan belum membuka diri pada aktivitas wisata dalam bentuk apapun, namun setelah penayangan film dilakukan akhirnya wisatawan mengetahui bahwa Lokasi Danau Toba telah membuka diri kembali (mencabut masa Lock Down nya). Kemudian pada bulan September tercatat 1.876 kunjungan atau meningkat 1,13% dari bulan sebelumnya. Pada bulan September tercatat 2.381 kunjungan wisata atau meningkat 1,26% dari bulan sebelumnya. Tingkat kunjungan wisatawan pada bulan November tercatat 2.456 atau 1,03% kunjungan wisata dari bulan sebelumnya. Dari eksperiment ini, dapat dibuktikan bahwa Film Wisata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kunjungan wisata di suatu lokasi wisata. Kesimpulan Dalam pembuatan film wisata sebagai media promosi pariwisata di Kecamatan Harian Boho Kabupaten Langkat, memiliki beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu 1) proses pembuatan film wisata itu sendiri dan 2) validasi yang membuktikan bahwa film wisata yang dibuat memang benar sebuah film wisata yang diperuntukkan sebagai media promosi. Adapun proses pembuatan film wisata mencangkup: pra- produksi, produksi hingga pasca produksi; hal terpenting dari ketiga indikator kerja tersebut adalah pra-produksi, karena mencangkup seluruh perencanaan teknis di daya Tarik wisata yang si shoting. Pra-produksi film wisata di Kecamatan Harian Boho dimulai dari (1) perancangan konsep film wisata, (2) penentuan lokasi film wisata, (3)
  • 16. penentuan kegiatan, (4) fasilitas dan layanan wisata di lokasi film wisata, (5) penentuan alat rekam dan alat editing film, (6) persiapan skenario film wisata (sinematografi), dan (7) persiapan mise-en-scene. Ketujuh hal inilah menjadi tugas pokok yang harus dilaksanaan pada saat produksi hinga pasca- produksi film, sedangkan untuk validasi film wisata sebagai media promosi mencangkup: (1) warna atau gambar film: dimana unsur pengujinya adalah pandangan stakeholder terhadap warna dan pesan dari gambar film, hasil penelitian mengungkapkan bahwa Dari 10 wisatawan yang telah menonton film wisata, keseluruhannya berpendapat bahwa film wisata mampu untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung, (2) Film wisata sebagai media promosi harus menampilkan fitur yang dapat memperkuat keunikan citra destinasi wisata: dengan unsur pengujinya adalah sudut padang shoting film. Dari hasil uji tersebut diungkapkan bahwa sudut pandang shoting film wisata mampu memperkuat keunikan citra Kecamatan Harian Boho sebagai destinasi wisata alam yang indah dan alami, (3) Film wisata sebagai media promosi harus mampu menunjukkan sifat multi dimensi destinasi: dengan unsur pengujinya adalah tampilan ragam aktivitas atau kegiatan wisata yang dapat dilakukan di lokasi wisata. Dari hasil uji tersebut diungkapkan dari respon stakeholder terhadap hal tersebut yaitu film wisata mampu menunjukkan ragam kegiatan wisata seperti: jungle tracking, melihat air terjun dan body rafting, (4) dan rasio 54% tampilan gambar dan 46% informasi: dengan unsur pengujinya adalah efektivitas dan efisiensi waktu film dalam menyampaikan informasi wisata. Dari hasil uji tersebut diungkapkan dari tanggapan stakeholder terhadap hal tersebut adalah film wisata mampu memberikan tampilan gambar dan informasi wisata yang seimbang sehingga informasi audio visual yang disajikan tidak bias dan berbelit-belit.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Siregar, Rizky & Wiranegara, Hanny & Hermantoro, Henky. 2018. Pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba, Kabupaten Toba Samosir. Tataloka. 20. 100. 10.14710/tataloka.20.2.100-112. Wardani, Mentari & Nasution, Nur. (2016). Kontribusi Pengembangan Pariwisata Danau Toba Melalui Skema Bop (Badan Otorita Pariwisata) Bagi Masyarakat Di Sekitar Danau Toba. Call for Paper FW Great Event 2016. OECD. (2020). OECD interim economic assessment Coronavirus: the world economy at risk. Retrieved March 2, 2020, from https://www.oecd.org/berlin/publikationen/InterimEconomic- Assessment-2-March-2020.pdf World Tourism Organization. (2020). Impact assessment of the Covid-19 outbreak on international tourism. Retrieved March 27, 2020, from https://www.unwto.org/sites/default/files/news/un-tourism-news- 10.html Sudiar, N. (2020). Amankah berwisata di Indonesia di tengah merebaknya virus corona? Retrieved March 2, 2020, from https://news.detik.com/kolom/d-4921691/amankah-berwisata- diindonesia-di-tengah-merebaknya-virus-corona. Budiyanti, E. (2020). Dampak virus corona terhadap sektor perdagangan dan pariwisata Indonesia. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis, 12(4), 19-24. Sinulingga, Samerdanta & Pardosi, Jhonson & Bangun, Nur & Siahaan, Hotlan. 2020. Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Kabupaten Langkat. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA). 350. 10.24843/JUMPA.2020.v06.i02.p06. Campbell, Eric and Lisa McGregor. (2020, Mar 31). These five strategies have helped Singapore fight off the coronavirus outbreak. Can they keep it at bay?. Retrieved Mar 31, 2020 from https://www.abc.net.au/news/2020- 03-31/coronavirus-singapore-how-it-fought-the-virus/12100072 Sen, Siow Li. (2020, AUG 25). Singapore currency to stay strong until 2021 on broad USD weakness. Retrieved AUG 25, 2020 from https://www.businesstimes.com.sg/banking-finance/singapore- currency-to-stay-strong-until-2021-on-broad-usd-weakness Beeton, Sue. (2010). The Advance of Film Tourism. Tourism and Hospitality Planning & Development. 7. 1-6. 10.1080/14790530903522572. Brata, Vincent Bayu Tapa. 2007. Videografi dan sinematografi praktis. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Christina,Natalia , dkk. 2017. Perancangan filmdokumenter tentang perjalanan hidup pelaku hip-hop. Jurnal Desain Komunikasi Visual Adiwarna Vol 1 , 13-27 | vol: | issue : |2017. Hasan, Ali.2015. Tourism marketing. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic PublishingService). Hudson,S., Ritchie,J. B. (2005). Filmtourismanddestination marketing: the case of captain corelli’smandolin. Journal of Vacation Marketing, Vol. 12 (3), p. 256–268. Irawan, Etsa Indra. 2011. Sinematografi (panduan usaha mandiri). Bandung: Yrama Widya. Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
  • 18. Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman. Presiden Republik Indonesia. Pemerintah Indonesia. 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2015. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017. Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. Polianskaia, Anna. 2017. Film tourism responses to the tourist’s expectations - new challenges. SEA - Practical Application of Science Volume IV, Issue 1 (10) / 2016. Suryajaya,Minghadi. 2018. Wonderful indonesia revolusi tour & travel digital. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tudor, Gabriela-Cosmina. 2017. Film Tourism – A Successful Journey For New Zealand. Cactus Tourism Journal Vol. 12, Issue 2/2015, Pages 45- 53, ISSN 2247-3297. Semedhi, Bambang. 2011. Sinematografi-videografi suatu pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Yusuf, A. Muri. 2013. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, Penelitian Gabungan). Jakarta: Prenadamedia Group.
  • 19. Profil Penulis Samerdanta Sinulingga, S.ST.Par., M.Par. adalah seorang dosen di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Budaya, DIII Perjalanan Wisata. Beliau merupakan alumni dari Fakultas Pariwisata dan Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana. Di USU beliau mengajar mata kuliah Sistem Informasi Pariwisata I dan II yang berfokus pada konten seperti tulisan, foto dan pembuatan video promosi sebagai produk dari Sistem Informasi secara general.