Dokumen tersebut membahas tentang konsep wakaf dalam Islam. Terdapat definisi wakaf, unsur-unsur wakaf seperti wakif, nadzir, dan benda wakaf, serta ketentuan-ketentuan wakaf sesuai hukum Islam dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
2. Dari segi bahasa : Waqafa (berhenti, diam ditempat, menahan
sesuatu).
Dari segi istilah :Penahanan harta yang dapat diambil
manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan
yang mubah serta dimaksudkan untuk mendapatkan
keridhoan Allah.
berdasarkan UU RI Nomor 41 Tahun 2004 (Bab I, Pasal 1 ayat
(1) : “Perbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang
atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya sesuai
dengan ajaran Islam”
3. QS. Al Baqarah ayat 254, 267, “Belanjakanlah dari harta
bendamu yang suci”.
QS. Ali Imron ayat 92, “Tidak termasuk orang yang baik
sehingga membelanjakannya harta yang dicintainya”.
QS. Al-Hajj ayat 77, “.......berbuatlah kebaikan.......”
QS. Al Hadiid ayat 18. HR. Al-Jama’ah dari Ibnu Umar, HR.
An-Nasaiy dan At-Turmudziy dan Usman, HR. Ahmad dan
Bukhari dari Abi Hurairah, dll...
4. UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf, UU No.5 tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, PP No. 28 tahun
1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, Peraturan Mentri Agama
No. 1 tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan PP N0. 28
tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik (Peraturan
Perundangan : th. 2006), Inpres No. 1 tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia buku III tentang
Perwakafan.
5. Wakaf sah apabila dilaksanakan menurut ketentuan syari’ah.
Wakaf yang telah diikrarkan tidak dapat ditarik kembali, tidak
berbatas waktu.
6. Wakif : Orang atau orang-orang ataupun badan hukum yang
berwakaf (yang mewakafkan benda miliknya)
Nadzir : Orang atau kelompok orang atau badan hukum yang
diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf.
Ikrar : Pernyataan kehendak wakif dari wakif untuk mewakafkan
benda miliknya.
Benda Wakaf : Segala benda baik bergerak atau tidak bergerak
PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) : Petugas pemerintah
yang diangkat berdasarkan peraturan yang berlaku, berkewajiban
menerima ikrar dari wakif dan menyerahkannya kepada nadzir
serta melakukan pengawasan untuk kelestarian perwakafan. PPAIW
diangkat dan diberhentikan oleh Mentri Agama.
8. Jenis Wakaf
Perwakafan Tanah Milik PP No. 28/1977
Wakaf Uang Tunai
Macam Wakaf
Wakaf Khairi, wakaf untuk kepentingn umum.
Wakaf ahli, wakaf keluarga yaitu wakaf yang ditujukan pada
orang orang tertentu.
9. Tidak ada ketentuan waktu yang rinci untuk
pengeluaran benda wakaf, kata kuncinya keikhlasan
dari si wakif untuk mengeluarkan sebagian hartanya
untuk diwakafkan.
10. Untuk mencari keridhoan Allah, termasuk didalamnya segala
macam usaha untuk menegakkan Islam, seperti mendirikan
tempat-tempat ibadah kaum muslim. Kegiatan dakwah
pendidikan Islam, penelitian ilmu-ilmu agama, dsb.
Untuk kepentingan masyarakat seperti membantu fakir
miskin, baik orang Islam atau bukan, membantu orang
terlantar, karib kerabat, mendirikan sekolah, panti asuhan,
membangun jalan, dsb.
Tujuan utamanya adalah untuk kepentingan agama Islam,
dengan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan
fungsinya.
11. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan pada
keadaan yang akan datang, sebab pernyataan wakif berakibat
lepasnya hak milik seketika setelah wakif menyatakan berwakaf.
Wakaf harus jelas tujuannya, harus disebutkan dengan terang
kepada siapa diwakafkan, untuk apa benda wakaf tersebut.
Wakaf harus dilaksanakan tanpa syarat, artinya tidak boleh
membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan
sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan tak berbatas waktu.
Ada yang berhak menerima wakaf yang bersifat perseorangan.
Ada yang berhak menerima wakaf yang bersifat kolektif/umum,
seperti badan-badan sosial Islam
12. Ada wakif.
Benda yang diwakafkan bernilai dan tahan lama.
Wakaf dengan niat beribadah kepada Allah.
Ikrar (sighat), tertulis dan disaksikan oleh dua saksi.
Ada pengelola wakaf (nadzir)
Jangka waktu tidak terbatas.
13. Mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda
wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan
kesejahteraan umum.
Untuk mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai dengan
tujuan wakaf.
15. Perseorangan, dengan syarat :
1. Dewasa
2. Berakal Sehat
3. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
4. Pemilik sah harta benda wakaf
Organisasi : wakif ini hanya dapat melakukan wakaf
apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta
benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar
organisasi yang bersangkutan
Badan Hukum : wakif ini hanya dapat melakukan wakaf apabila
memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta
benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar
badan hukum yang bersangkutan
16. Perorangan, dengan syarat :
◦ WNI
◦ Beragama Islam
◦ Sudah dewasa
◦ Sehat Jasmani Rohani
◦ Tidak berada dibawah pengampuan
◦ Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda diwakafkan
Badan Hukum, dengan syarat :
◦ Badan Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
◦ Mempunyai perwakilan di kecamatan tempat letak benda yang
diwakafkan
17. Nadzir tersebut harus didaftarkan pada KUA Kecamatan
setempat setelah mendengar saran dari Camat dan Majelis
Ulama Kecamatan untuk mendapatkan pengesahan. Jumlah
nadzir sekurang-kurangnya 3 dan sebanyak-banyaknya 10
orang diangkat oleh Kepala KUA atas saran Majelis Ulama
Kecamatan dan Camat setempat.
18. Syarat Harta Benda Wakaf :
Hanya bisa diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh
wakif secara sah
Harta benda wakaf terdiri dari :
◦ Benda tidak bergerak, meliputi :
Hak atas tanah
Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri diatas tanah
Tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan tanah
Hak milik atas satuan rumah susun
Benda tidak bergarak lain sesuai ketentuan syari’ah dan per UU an
19. ◦ Benda Bergerak yang meliputi :
Uang
Logam Mulia
Surat Berharga
Kendaraan
Hak atas Kekayaan Intelektual
Hak Sewa
Benda Bergerak lain sesuai ketentuan syariah dan Undang – Undang yang
berlaku
20. Dilaksanakan oleh wakif kepada nadzir dihadapan PPAIW
dengan 2 orang saksi.
Ikrar wakaf dinyatakan secara lisan dan atau tertulis serta
dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW
Bila wakif tidak dapat menyatakan ikrar secara lisan atau
tertulis, dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang
diperkuat oleh 2 orang saksi
22. Sebagai sarana dan kegiatan ibadah.
Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan.
Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea
siswa.
Penetapan peruntukan benda wakaf dilakukan oleh wakif pada
pelaksanaan ikrar wakaf.
Dalam hal wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf,
nadzir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang
dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.
Untuk kepentingan dan kesejahteraan umum seperti jalan umum,
rumah sakit, lapangan olah raga, dsb.
Tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
23. •Sudah ada
Institusi mirip
Perwakafan
•Ex : rumah ibadah
pasti harus berdiri
diatas lahan yang
permanen
Sebelum
Islam
•Sedekah tanah
dari Rasullulah
dan Umar bin
Khattab
Masa
Keislaman
•Wakaf tidak hanya
berupa tanah
tetapi juga Benda
– benda lainnya
Saat ini
24. Terletak pada tujuan wakaf, dalam Islam tujuan wakaf untuk
mencari ridho Allah dan untuk mendekatkan diri kepada Nya.
Sebelum Islam seringkali digunakan sebagai sarana untuk
mencari prestis atau kebanggaan.
25. Wakaf, yang diambil adalah manfaatnya tetapi benda asalnya
tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh dijual, dihibahkan
ataupun diwariskan. Artinya pokok barang asal wakaf itu kekal
26. Madzhab Hambali, apabila harta wakaf mengalami kerusakan
sehingga tidak bisa memberikan manfaat sesuai dengan tujuannya,
hendaklah dijual saja kemudian dibelikan barang lain yang
mendatangkan manfaat sesuai tujuan wakaf dan barang yang
dibeli berkedudukan sebagai harta wakaf seperti semula.
Ijtihad, Umar bin Khotob telah mengganti masjid Kufah dengan
masjid yang baru dan tempatnyapun oleh Umar bin Khotob
dipindah ke tempat yang baru, sebab tempat yang lama telah
dijadikan pasar sebagai tempat jual beli umum.
Hal ini sesuai dengan QS. Al-A’raf ayat 142 yang mengingatkan
bahwa membiarkan sesuatu terbengkelai tanpa pencegahan maupun
perbaikan sangat tidak terpuji.
27. Untuk wakaf ahli atau wakaf keluarga, penerima wakaf khusus
untuk orang-orang tertentu, seorang atau lebih bisa keluarga
wakif atau bukan.
Untuk wakaf khairi atau wakaf untuk kepentingan umum,
penerimanya tidak untuk orang-orang tertentu tetapi
dilembagakan untuk umat/kepentingan agama atau untuk
kepentingan umum.
28. Untuk wakaf Khusus, orang-orang yang berhak mengelola
dan menikmati hasilnyaadalah anak keturunan wakif bila yang
menerima adalah anak/keturunannya. Wakaf jenis ini yang
diperselisihkan kebolehan menjual atau tidak boleh.
Untuk wakaf Umum, tidak dimaksudkan untuk orang tertentu,
sekelompok orang atau lapisan tertentu. Tetapi untuk
kepentingan umum dan tidak hanya untuk orang muslim saja.
Maka yang berhak mengelola adalah kelompok yang
mempunyai kewenangan untuk itu.
29. Tata cara perwakafan, yaitu :
1. Wakif menyatakan ikrarnya dihadapan PPAIW untuk melaksanakan
ikrarnya.
2. Isi dan bentuk ikrar wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
3. Pelaksanaan ikrar dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2 orang saksi.
4. Dalam melaksanakan ikrar harus menyerahkan surat-surat :
1. Tanda bukti pemilikan harta benda.
2. Jika yang diwakafkan benda tidak bergerak, harus disertai surat
keterangan dari kades yang diperkuat oleh Camat setempat.
3. Surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan benda
tersebut.
30. Pendaftaran Benda Wakaf : Setelah akta ikrar wakaf dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, maka Kepala Kantor KUA Kecamatan atas nama nadzir, yang bersangkutan
diharuskan mengajukan permohonan kepada Camat untuk mendaftarkan perwakafan
benda yang bersangkutan guna menjaga keutuhan dan kelestariannya.
Pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf
◦ PPAIW atas nama nadzir mendaftarkan harta benda kepada instansi yang berwenang paling lambat 7
hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditanda tangani.
◦ Dalam pendaftaran harta benda wakaf harus menyerahkan :
Salinan akta ikrar wakaf
Surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya.
◦ Instansi yang berwenang, menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf.
◦ Bukti pendaftaran harta benda wakaf disampaikan oleh PPAIW kepada nadzir.
◦ Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya, nadzir melalui PPAIW mendaftarkan
kembali kepada instansi yang berwenang dan kepada Badan Wakaf Indonesia sesuai aturan yang
berlaku.
◦ Menteri dan BWI mengadministrasikan pendaftaran harta benda wakaf.
◦ Menteri dan BWI mengumumkan kepada masyarakat atas harta benda wakaf yang telah terdaftar.
◦ Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf diatur
dengan PP.
31. Pada dasarnya terhadap benda wakaf yang telah diwakafkan
tidak dapat dilakukan perubahan atau penggunaan lain dari
pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf.
Penyimpangan hanya dapat dilakukan terhadap hal-hal
tertentu setelah mendapat persetujuan tertulis dari kepala
KUA atas persetujuan Majelis Ulama Kecamatan dan Camat
setempat dengan alasan :
◦ Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti yang diikrarkan
oleh wakif
◦ Karena kepentingan umum.
32. Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang :
1. Dijadikan jaminan utang
2. Disita
3. Dihibahkan
4. Dijual
5. Diwariskan
6. Ditukar, atau
7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya
33. Ketentuan diatas dikecualikan apabila :
1. Harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk
kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) asal tidak bertentangan dengan syari’ah dan UU.
2. Pelaksanaannya harus memperoleh ijin tertulis dari Menteri atas
Persetujuan BWI.
3. Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya wajib ditukar
dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang-
kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.
4. Ketentuan mengenai perubahan status harta benda wakaf diatur
lebih lanjut dengan PP.
34. Penyelesaian perselisihan sepanjang yang menyangkut
persoalan benda wakaf dan nadzir diajukan kepada Pengadilan
Agama setempat sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Cara penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui :
◦ Musyawarah untuk mencapai mufakat
◦ Apabila penyelesaian sengketa tidak berhasil, sengketa dapat
diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.
35. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
nadzir dilakukan secara bersama-sama oleh Kepala KUA
Kecamatan, Majelis Ulama Kecamatan dan Pengadilan Agama
yang mewilayahinya.