2. APA ITU MENGENDALIKAN DIRI?
Pengendalian diri atau disebut juga kendali diri dapat pula diartikan
sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tingkah
laku mengandung makna, yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan
terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Dengan
menggunakan berbagai pertimbangan sebelum bertindak, individu
tersebut mencoba untuk mengarahkan diri mereka sesuai dengan yang
mereka kehendaki. Dengan kata lain, semakin tinggi kendali diri yang
dimiliki seseorang semakin intens pengendalian terhadap tingkah
laku.Tujuan akhir pengendalian diri adalah untuk mencapai kesuksesan /
keberhasilan. Perjalanan hidup itu sangat dinamis, kadang berliku,
menurun atau mendaki. Medan kehidupan yang demikian itu menuntut
kita harus menguasai sejumlah kompetensi hidup, antara lain
pengendalian diri.
Contoh : Sebuah kendaraan misalnya mobil, apabila tidak mempunyai
alat pengendali (rem dan stir) tentutidak bisa difungsikan, sebab akan
menimbulkan bencana dan kecelakaan.
Back
3. MENGAPA HARUS MENGENDALIKAN DIRI ?
Penelitian Daniel Goleman (Ary Ginanjar,
2001) mengisahkan sebagai berikut: Anak-
anak usia 4 tahun di TK Standford diuji ketika
memasuki ruangan. Di atas meja disediakan
kue marsh mallow. Anak boleh
mengambilnya dan langsung memakannya.
Tetapi bagi yang mau “berpuasa” menahan
diri dalam waktu tertentu, maka dia akan
mendapat hadiah tambahan satu kue.
Empat belas tahun kemudian, setelah anak-
anak lulus SMA, didapati sebagai berikut :
Anak-anak sewaktu di TK langsung
memakan kue, tidak menahan diri dulu,
ternyata cenderung tidak tahan menghadapi
stress, mudah tersinggung, gampang
terpancing untuk berkelahi, kurang tahan uji
dalam mengejar cita-cita.
Tiga puluh tahun kemudian, terbukti bahwa
anak yang sewaktu TK tidak bisa menahan
diri, setelah dewasa terlihat kecakapan
kognitif dan emosinya rendah, sering
kesepian, kurang dapat diandalkan, mudah
hilang konsentrasinya, dan tidak sabar, bila
menghadapi stress hampir tidak terkendali.
Tidak fleksibel menghadapi tekanan, dan
mudah meledak-ledak (impulsif). Contoh
perilaku explosive emosional dan impulsif
emosional.
Berdasarkan penelitian Daniel Goleman di
atas, ternyata pengendalian diri yang dilatih
sejak kecil sangat besar dampaknya bagi
perkembangan kepribadian seseorang.
Ceritakan kembali pengalaman pribadi Anda
sejak kecil tentang pengendalian diri yang
telah Anda alami dalam
keluarga,sekolah,dengan teman dan di
masyarakat.
Back
4. BAGAIMANA MENGENDALIKAN DIRI ?
1. mengendalikan suasana hati
Hati atau “Qolbu”adalah pusat kekuatan jiwa.
Suasana hati sangta mudah berubah, sejalan
dengan dinamika kehidupan yang dialami
seseorang. Hati akan menentukan apakah
seseorang menjadi mulia atau hina. Hati/qolbu yang
membimbing akal dan tubuh kita. Mengendalikan
hati berarti selalu membersihkan hati (qolbu)
sehingga senantiasa memancarkan rasa syukur,
rendah hati, kasih sayang, optimis.
Back
Next
5. BAGAIMANA MENGENDALIKAN DIRI ?
2. Pengendalian Pikiran dan Misi
Dimensi pikir akan membuahkan hasil / penentu sikap dan
perilaku seseorang. Seseorang yang memiliki persepsi /
pikiran yang benar (positif) akan membentuk suatu proses
(aktivitas) yang benar juga (positif).
Pengendalian pikiran dapat dilakukan dengan mengawasi
apa isi terbanyak dalam pikiran kita. Subjek apa yang
mendominasi pikiran?
Pikiran hanya sibuk dengan diri sendiri, ini adalah indikator
egoisme. Pikiran yang penuh dengan urusan uang, harta,
gelar, jabatan dan keduniaan lainnya, ini juga berarti
indikator juga materialistis.
Cara lain untuk megendalikan pikiran adalah dengan berpikir
holistik. Ary Ginanjar menyebutkan berpikir melingkar yakni
dengan mempertimbangkan semua dimensi.
Back
Next
6. BAGAIMANA MENGENDALIKAN DIRI ?
3. Pengendalian Nafsu / Hasrat
Maslow menyebutkan bahwa motif-motif yang mendorong bertingkah
laku adalah keinginan memuaskan kebutuhan. Urutan kebutuhan
manusia adalah kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, tempat
tinggal), rasa aman, diterima, dicintai, diakui, ingintahu, mendapat
keindahan dan aktualisasi diri.
Hasrat dan nafsu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut
hendaknya tetap terkendali dengan dilandasi nilai-nilai keimanan.
Contoh : Nafsu makan tidak terkendali dapat membawa petaka berupa
penyakit tertentu, bahwa dihari akhir nanti setiap butir makanan halal /
haram akan dipertanggungjawabkan. Nafsu, pendengaran, mata
harus dipelihara dari yang menyesatkan dengan memperbanyak
membaca dan memandang hal-hal yang mencerahkan pikiran dan
hati. Lidah harus terkendali supaya tidak memproduksi ucapan yang
menyakitkan dan mencelakakan diri sendiri serta orang lain
Back