1. Metodologi Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
Oleh:
Sri Handayani, Khairun Nisak, Risnina Wafiqoh, Melly Arthalia
Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014
2. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Pengertian Instrumen
Djaali dan Muljono (2008:59) berpendapat bahwa instrumen adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen adalah suatu
alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat
untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Sedangkan instrumen menurut Sugiyono (2011:92) digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti sehingga dapat diartikan bahwa instrumen adalah suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dari
pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan di dalam suatu penelitian.
Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen diajukan untuk menguji
hipotesis yang digunakan dalam penelitian, selain itu instrumen juga berfungsi untuk
mengumpulkan fakta menjadi data.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, dapat digunakan instrumen
yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri.
Instrumen yang telah tersedia pada umumnya sudah dianggap baku untuk
mengumpulkan data variabel-variabel tertentu (Djaali dan Muljono, 2008:60).
Dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi
belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh
terhadap hasil belajar perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar
mengajar guru, keberhasilan pencapaian suatu program tertentu dan sebagainya.
2. Jenis-jenis Instrumen
Djaali dan Muljono (2008:6-23) membedakan instrumen menjadi dua, yakni
instrumen yang berbentuk tes dan nontes. Instrumen bersifat performansi maksimum,
sedangkan instrumen non-tes bersifat performansi tipikal.
3. 2.1. Tes
Tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan
atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu (Djaali
dan Muljono, 2008:6). Cronbach (dalam Djaali dan Muljono, 2008:6) menyatakan
bahwa tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk mendeskripsikan satu
atau lebih karakteristik seseorang dangan menggunakan standar numerik atau sistem
kategori. Sedangkan menurut Arikunto (2002:127), tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Beberapa fungsi tes dalam dunia pendidikan (Djaali dan Muljono, 2008:7-10),
yaitu:
Tes dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Tes berfungsi sebagai motivator dalam pembelajaran.
Tes berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Dalam rangka
perbaikan kualitas pembelajaran ada tiga jenis tes yang perlu dibahas, yakni, tes
penempatan, tes diagnotik, dan tes formatif.
Tes yang dimaksudkan untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai
syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Djaali dan Muljono (2008:10-12) menggolongkan tes menjadi beberapa
golongan, yakni:
a. Berdasarkan fungsinya, tes dibagi menjadi dua yakni tes awal (pre-test) dan tes
akhir (post-test). Tes awal diberikan sebelum bahan pelajaran diajarkan,
sedangkan pada tes akhir bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting yang
telah diajarkan kepada siswa,
b. Ditinjau dari aspek psikis yang akan diungkap, tes dibedakan menjadi lima yakni:
tes intelegensi (intellegency test), tes kemampuan (aptitude test), tes sikap
4. (attitude test), tes kepribadian (personality test), dan tes hasil belajar (achievment
test).
c. Ditinjau dari jumlah peserta yang mengikuti test: tes individual dan test
kelompok.
d. Ditinjau dari bentuk respon, tes dibagi menjadi dua yaitu tes verbal dan tes non-
verbal.
e. Ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, tes dibedakan menjadi: tes tertulis, tes
tidak tertulis, dan tes perbuatan.
Sedangkan ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, maka
dibedakan adanya beberapa macam tes (Arikunto, 2002:127), antara lain:
a. Tes kepribadian atau personality test, yaitu tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang. Diukur dengan self-concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya.
b. Tes bakat atau aptitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
c. Tes intelegensi atau intelligence test, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan
estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara
memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
d. Tes sikap atau attitude test (skala sikap). Yaitu alat yang digunakan untuk
mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
e. Teknik proyeksi atau projective technique.
f. Tes minat atau measures of interest, adalah alat untuk menggali minat seseorang
terhadap sesuatu.
g. Tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
2.2. Non Tes
5. Beberapa bagian yang termasuk non tes adalah, observasi, kuesioner (angket),
wawancara, dan pemeriksaan dokumen (Djaali dan Muljono, 2008:16-23).
a. Observasi
Observasi merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan (Djaali dan
muljono, 2008:16). Sugiyono (2011:121) menjelaskan bahwa observasi
digunakan apabila objek penelitian bersifat perilaku manusia proses kerja, gejala
alam dan respondenya kecil. Menurut Arikunto (2002:133), observasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap,
dengan kata lain adalah melalui pengamatan langsung.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara (Arikunto, 2002:133), yaitu:
1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai intrumen pengamatan.
b. Angket
Angket umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah
afektif (Djaali dan Muljono, 2008:21). Data angket juga berkenaan dengan
kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa, motivasi belajar siswa dan sebagainya.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui (Arikunto, 2002:128). Angket digunakan sebagai alat untuk menilai
hasil belajar. Menurut Sugiyono (2011:121), angket digunakan apabila responden
jumlahnya besar, dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal
yang sifatnya rahasia. Dengan angket penilaian hasil belajar maka akan jauh lebih
praktis, hemat waktu dan tenaga, kelemahannya kemungkinan ada jawaban yang
6. diberikan dalam angket tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, apalagi
pertanyaan dalam angket yang tidak dirumuskan dengan jelas sehingga
membingungkan responden.
Arikunto (2002:128) membedakan kuesioner menjadi beberapa jenis
berdasarkan sudut pandangnya, yaitu:
1. Dipandang dari cara menjawab, antara lain:
Kuesioner terbuka yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
Kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih.
2. Dipandang dari jawaban yang diberikan, antara lain:
Kuesioner langsung, yaitu responden yang menjawab tentang dirinya.
Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang
lain.
3. Dipandang dari bentuknya, antara lain:
Kuesioner pilihan ganda. Kuesioner ini memiliki pengertian yang sama
dengan kuesioner tertutup.
Kuesioner isian. Kuesioner ini memiliki pengertian yang sama dengan
kuesioner terbuka.
Checklist, sebuah daftar dimana responden membubuhkan tanda check (√)
pada kolom yang sesuai.
Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari
sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Keuntungan menggunakan kuesioner menurut Arikunto (2002:129), antara lain:
Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
7. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan
berdasarkan waktu senggang responden.
Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu
menjawab.
Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yng benar-benar sama.
Sedangkan kelemahannya sebagai berikut:
Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang
terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi dan diberikan kembali
padanya.
Seringkali sukar dicari validitasnya.
Walaupun dibuat anonim. Kadang-kadang responden sengaja memberikan
jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. Menurut penelitian
angket yang dikirim lewat pos, angka pengembaliannya sangat rendah.
Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama bahkan kadang-kadang ada
yang terlalu lama sehingga terlambat.
c. Wawancara
Wawancara merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan cara tanya jawab, baik secara lisan, sepihak, berhadapan
muka, maupun dengan arah sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Djaali
dan Muljono, 2008:20). Djaali dan Muljono (2008:20) juga menambahkan bahwa
kelebihan wawancara adalah pewawancara sebagai evaluator dapat melakukan
kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai sehingga akan didapat
hasil penelitian yang lengkap dan mendalam. Wawancara digunakan apabila ingin
mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden
sedikit (Sugiyono, 2011:121). Menurut Arikunto (2002:132), wawancara adalah
8. sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperroleh informasi
dari yang diwawancarai.
Secara fisik, wawancara dibedakan atas wawancara terstruktur dan wawancara
tidak terstruktur. Seperti halnya kuesioner, wawancara terstruktur terdiri dari
serentetan pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda check (√)
pada pilihan jawaban yang telah disiapkan.
Sedangkan ditinjau dari pelaksanaannya, maka Arikunto (2002:132) membedakan
wawancara menjadi:
o Wawancara bebas (inguided interview) dimana pewawancara menanyakan apa
saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
o Wawancara terpimpin (guided interview), yaitu wawancara yang dilakuakn
oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti wawancara terstruktur.
o Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan
wawancara terpimpin.
d. Pemeriksaan dokumen
Pemeriksaan dokumen atau dokumentasi adalah barang tertulis yang digunakan
untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat dilakukan tanpa pengujian tetapi
dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, misalnya: dokumen
yang memuat informasi mengenai, kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut,
dari mana asal sekolahnya, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang
berprestasi di sekolahnya, dan lainnya (Djaali dan Muljono, 2008:23).
Menurut Arikunto (2002:135), metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:
o Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya.
o Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
9. 3. Langkah-langkah Pengembangan dan Penyusunan Instrumen
Menurut Djaali dan Muljono (2008:60-62) secara garis besar langkah-langkah
penyusunan dan pengembangan instrumen adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan konstruk dari variabel, yang sebelumnya sudah disintesis dari teori-
teori yang dikaji dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun
pengertian dari suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
b. Berdasarkan konstruk, lalu dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang
sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstrik.
c. Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat
dimensi, indikatorm nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan
indikator.
d. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rantangan
kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah
ke tinggi, dari negatif ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari dependen ke
independen, dan lainnya.
e. Menulis butir-butir instrumen yang dapat berbentuk peryataan atau pertanyaan,
f. Butir-butir yang sudah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validitas teoritis maupun validitas empiris.
g. Tahap validasi pertama yang ditempu adalah validasi teoritik, yaitu melalui
pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa
jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dan dimensi, dan seberapa jauh butir-
butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
h. Revisi atau perbaikan berdasrkan saran dari pakar atau berdasrkan hasil panel.
10. i. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik, dilakukan penggandaan
instrumen secara terbatas untuk keperluan ujicoba.
j. Ujicoba instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik.
k. Pengujian validitas dilakukan dnegan menggunakan kritaria baik kritaria eksternal
maupun kriteria internal. Kritasria internal merupakan instrumen itu sendiri
sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria, sedangkan kriteria ekternal adalah
instrumen atau hasil ukur tertentu di luar instrumen yang dijaikan sebagai kriteria,
l. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya
sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen,
m. Untuk kriteria kisi-internal atau validitas internal, butir yang tidak valid
dikeluarkan atau diperbaikim serta butir yang valid dirakit menjadi instrumen
untuk melihat validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir
tersebut memenuhi syarat. Maka butir-butir tersebut disusun menjadi instrumen
final untuk mengukur variabel penelitian.
n. Menghitung koefisien reliabiltas (0-1) yang menunjukkan kualitas atau
konsistensi hasil ukur instrumen.
o. Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk dijadikan instrumen final
Djaali dan Muljono (2008:63) menggambarkan alur tahapan dan
pengembangan instrumen dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Penetapan Jenis Instrumen
Menyusun Butir Instrumen
Definisi Operasional
Definisi Konseptual
Konstruk
Variabel Teori atau Konsep
11. Gambar 1. Alur Penyusunan dan Pengembangan Instrumen
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu
kuesioner, skala, tes, dan lain-lain (Djaali dan Muljono, 2008:64-65), berikut
penjelasannya:
a. Kuesioner adalah alat pengumpul data berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau
dijawab oleh responden, beberapa alasan digunakannya kuesioner adalah:
• Kuesioner terutama digunakan untuk mengukur varibel yang bersifat faktual.
• Untuk memperoleh informasi yang rekevan dengan tujuan penelitian.
• Untuk memperoleh informasi dengan validitas dab reliabilitas setinggi
mungkin.
b. Skala adalah alat pengumpul datauntuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek-
aspek tertentu dari suatu barang, atau sifat-sifat seseorang dalam bentuk skala
yang sufatnya ordinal, misalnya sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat
tidak baik, atau sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju. Sangat tidak setuju, atau
sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Skala dapat
berbentuk skala sikap yang biasa ditunjukkan untuk mengukur variabel yang
bersifat internal psikologis dan diisi oleh responden yang bersangkutan.
Selain itu, skala dapat pula berbentuk skala penilaian yakni apabila skala tersebut
ditunjukkan untuk mengukur variabel yang indikator-indikatornya dapat diamati
oleh orang lain, sehingga skala penilaian bukan diberikan kepada unit analisis
penelitian (yang bersangkutan) tetapi diberikan atau diisi oleh orang yang
mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai tentang keadaan
subyekyang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan variabel yang akan
diukur.
12. c. Tes adalah prosedur sistematis yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang
distandarisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan,
dijawab, dan direspon, baik dalam bentuk tertulis, lisan, maupun perbuatan.
4. Teknik Penyusunan dan Penilaian Butir Instrumen
Menurut Djaali dan Muljono (2008:65-66) ada beberapa yang harus
diperhatikan dalam penyusunan instrumen, diantaranya adalah:
a. Butir harus langsung mengukur indikator.
b. Jawaban atas butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator apakah
keadaan responden berada atau dekat ke kutub negatif.
c. Butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa
yang sederhana, jelas, tidak mengandung tafsiaran ganda, singkat dan
komunitatif.
d. Opsi atas setiap pertanyaan atau pernyataan harus relevan dengan pertanyaan dan
pernyataan tersebut.
e. Banyaknya opsi menunjukkan panjang skala yang secara konseptual kontinum,
karena distribusi jawaban responden secara teoritik mendekati distribusi normal
untuk jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya menggunakan skala ganjil.
Dalam menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen, peneliti
memerlukan sebuah ‘kisi-kisi’. Kisi-kisi menurut Arikunto (2002:138) adalah sebuah
tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris
dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom, dimana dalam hal ini menunjukkan
kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data yang akan diambil.
Adapun manfaat adanya kisi-kisi (Arikunto, 2002:138-139) sebagai berikut:
Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan
isi dari butir-butir yang akan disusun.
13. Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-
kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir.
Instrumen yag disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun kisi-
kisi peneliti belum dituntut untuk memikirkan rumusan butir-butirnya.
Kisi-kisi berfungsi sebagai “peta perjalanan” dari aspek yang akan dikumpulakan
datanya, darimana data diambil, dan dengan apa data tersebut diambil.
Dengan adanya kisi-kisi yang mantap peneliti dapat menyerahkan tugas
menyusun atau membagi tugas dengan anggota tim ketika menyusun instrumen.
Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak-
pihak diluar tim peneliti sehingga pertanggungjawaban peneliti lebih terjamin.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali dan Muljono, P. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.