Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
1. MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. ANWAR ADI : 15.1.12.4.102
2. SHOLIHA NURWULAN : 15.1.12.4.108
3. ABDUL BASIT : 15.1.12.4.130
SEMESTER/KELAS : VD
DOSEN PEMBIMBING :
M. SALEH ENDING
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MATARAM
1
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kita
semua untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya untuk
memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam.
Juga tidak lupa teriring salam dan sholawat kehadirat Rasulullah SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yaitu Addinul
Islam.Memberikan pencerahan pada setiap hati manusia untuk berfikir menyaksikan
kekuasaan Illahi Robbi yang memiliki tingkat keilmuan yang maha tinggi.
Terima kasih kami haturkan kepada bapak dosen yang telah memberikan dorongan
serta motifasi keilmuannya dalam membimbing dan memberikan dorongan dalam pembuatan
makalah ini.Dan tidak lupa diucapkan terima kasih kepada semua anggota yang telah
mencurahkan segala kemampuannya demi tersusunnya makalah ini.
Penyusunan makalah ini salah satunya bertujuan untuk menjaga kemurnian
kebudayaan islam dan spiritualnya atas berbagai bangsa yang telah tercemari oleh buku-buku
yang tersedia dalam bahasa inggris yang ditulis oleh para penulis Eropa.
Tujuan islam tidak pernah mengajarkan pada ancaman kekerasan seperti yang diduga
keras oleh para orientalis.Islam mengajarkan pada keluhuran akhlaq yang diterapkan oleh
para pemimpin setelah Rasulullah SAW.Kebijakan,kearifan,keadilan yang menjadi sifat para
pemimpin terdahulu patut untuk kita tiru teladannya.
Dengan adanya makalah ini semoga dapat sedikit memberikan informasi dan
pemahaman teladan para pemimpin terdahulu yang bisa diterapkan pada kehidupan sekarang
ini.Agar bisa menjadi islam yang tumbuh subur sehingga menjadi generasi yang cakap,cerdas
serta berakhlaq mulia,berguna bagi nusa,bangsa dan agama.Semoga Allah menerima upaya
sederhana ini.Semoga para pembaca dapat memberikan sedikit saran dan kritik untuk
memperbaiki kekurangan dan kelemahan bagi penyusunan makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2
3. DAFTAR ISI
3
SAMPUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Pengertian Khulafaurasyidin ........................................................................ 4
B. Khalifah Abu Bakar Ash Sidiq .................................................................... 4
C. Khalifah Umar Ibn Al-Khatab ...................................................................... 10
D. Khalifah Usman Ibn Affan ........................................................................... 15
E. Khalifah Ali Ibn Abi Thalib ......................................................................... 20
BAB III : PENUTUP KESIMPULAN....................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
Ketika islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum Muslimah telah dijanjikan
oleh Al – Quran akan menjadi komunitas terbaik dipanggung sejarah bagi sesama umat
manusia lainnya. Akibatnya diterimanya dorongan ajaran seperti ini , secara tidak
langsung telah memberikan produk pandangan bagi mereka sendiri untuk melakukan
permainan budaya sebaik mungkin.
Terdapat banyak perspektif dalam membaca banyak fakta sejarah , terutama
terhadap sejarah peradaban umat Islam. Perbedaan cara pandang tersebut sebagai akibat
dari khazanah pengetahuan tentang sejarah yang berbeda. Hal itu dipicu dari
keberagaman teori sejarah. Lebih–lebih sejarah islam yang sebagian besar adalah sejarah
tentang polotik dan kekuasaan yang berujung pada kepentingan kelompok maupun
individual semata.
Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kelompok,
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu komunitas masyarakat, bangsa dan Negara
tidak akan maju,aman dan terarah jika tidak adanya pemimpin. Maka pemimpin menjadi
kunci keberhasilkan dalam suatu komunitas masyarakat. Pemimpin yang mampu
memberi rasa aman, temtram, mampu mewujudkan keinginan rakyatnya. Maka dianggap
sebagai pemimpin yang sukses. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai
oleh yang dipimpinnya, sehingga pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu di ikuti
dan rakyat membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimnan yang
mendekati penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta para sahabatnya (khulafaur
Rasyidin).
Wafatnya nabi Muhammad sebagai pemipin agama maupun Negara menyisahkan
persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun sebagai penerusnya.
5. Akibatnya, para sahabat mempermasalahkan dan saling berusaha untuk mengajukan
calon pilihan dari kelompoknya. Ahmad Amin mencatat sedikitnya ada 3 kelompok yang
berkeinginan menjadi penerus Nabi, yaitu
a. Kelompok atau golongan mencalonkan Ali Bin Abi Tholib, dikarenakanYang paling
berhak adalah para ahl-bait Rasulullah sendiri.
b. Kelompok atau golongan Anshar mencalonkan Saad bin Ubadah, dikarenakan
Golongan anshar merupakan golongan penolong Nabiteraniaya di Makkah dan beliau
pun meninggal dalam keadaan puas terhadap Anshar.
c. Kelompok atau golongan Kaum Muhajirin mencalonkan Abubakar as-shidiq,
dikarenakan Kaum Muhajirin merupakan kaum yang pertama mempercayai ajaran
Nabi dan selalu menemani beliau dalam suka dan duka
Perselisihan tersebut berdampak pada tertundanya pemakaman Rasullah serta terjadinya
peristiwa saqifa,dimana Abu bakar di baiat sebagai penerus Nabi . Masa khulafa’ al-
Rasyidun merupakan nama keemasan, zaman ideal, di mana pemerintahan dijalankan
seperti halnya pemerintahan masa Nabi. Indikator yang dapat di lihat adalah:
1. Pembentukannya dengan suara rakyat
2. Pemerintahan dijalankan dengan musyawarah
3. Kedaulatan Hukum Ilahi diaplikasikan dalam kehidupan bernegara, sehingga terdapat
keyakinan bahwa segala gerak gerik dipertanggung jawabkan kepada Allah.
4. Kekuasaan Negara tidak didominasi oleh satu kelompok ataupun golongan.
Selain mampu menciptakan tatanan pemerintahan yang ideal, masa khulaf’ al rasyidun
terkenal dengan kemampuanya mengalahkan dua imperium besar sebelumnya yaitu
Persia dan Roma.
Masing-masing khalifah memiliki kekhasan dalam memerintah umat
Islam.Mereka berusaha keras melanjutkan dakwah Nabi ke seluruh alam. Pentingnya
mempelajari sejarah ini agar mahasiswa dapat memperoleh banyak pelajaran hidup dari
pengalaman Rasulullah dan Khulafaurrasyidin. Sehingga nantinya mahasiswa tidak akan
melakukan kesalahan serupa yang pernah dilakukan para sahabat ketika mahasiswa
menjadi pemimpin.
5
6. 6
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian khulafaur Rosyidin ?
2. Bagaimana Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq ?
3. Bagaimana Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Umar Ibn Khatab ?
4. Bagaimana Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Ustman Ibn Affan ?
5. Bagaimana Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Ali Bin Abi Thalib ?
C. TUJUAN
1. Agar dapat memahami pengertian Khulafaur Rosyidin.
2. Agar dapat memahami Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shidiq.
3. Agar dapat memahami Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Umar Ibn Khatab.
4. Agar dapat memahami Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Ustman Bin Affan.
5. Agar dapat memahami Perdaban Islam Pada Masa Pemerintahan Ali Bin Abi Thalib.
7. BAB II
PEMBAHASAN
7
A. PENGERTIAN KHULAFAURASYIDIN
Menurut bahasa, Khalifah ( خ ل ي فة Khalīfah) merupakan mashdar dari fi’il madhi
khalafa , yang berarti : menggantikan atau menempati tempatnya. Menurut istilah adalah
gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW (570–632). Kata "Khalifah" sendiri dapat diterjemahkan sebagai "pengganti" atau
"perwakilan". Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di
muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan khalifah
secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai Imam
umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah
edentitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad saw
selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain
sebagainya.1
Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan sahabat pasca
Nabi wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung oleh para sahabat
melalui mekanisme yang demokratis. Siapa yang terpilih, maka sahabat yang lain
memberikan baiat (sumpah setia) pada calon yang terpilih tersebut. Ada dua cara dalam
pemilihan khalifah ini , yaitu : pertama, secara musyawarah oleh para sahabat Nabi.
Kedua, berdasarkan atas penunjukan khalifah sebelumnya.
B. KHALIFAH ABU BAKAR ASH- SHIDDIQ ( TAHUN 11 H- 13 H/632 M- 634 M)
a. Latar Belakang Kehidupan Abu Bakar Ash-Shidiq
1 Ahmad Jamil, Sejarah KebudayDinamika Paan Islam (Gresik:Putra Kembar Jaya,2011), hal 22
8. Abu Bakar Ash- Shidddiq ( nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi
Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay
bin Ghalib bin Fihr At- Taimi Al- Quraisy). Dilahirkan pada tahun 573 M. Ayahnya
bernama Utsman ( Abu Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Lu’ay,
berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al- Khair Salmah binti
Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannya bertemu pada
neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad. 2
Abu Bakar adalah nama gelar sedang nama aslinya Abdullah Ibn Abu
Kuhafah, lalu ia mendapat gelar Al-Shiddiq setelah masuk agama islam. Semenjak
masa kanak-kanak, ia adalah sosok pribadi yang terkenal jujur, tulus, penyayang dan
suka beramal, sehingga masyarakat mekah menaruh hormat kepadanya. Ia selalu
berbuat yang terbaik untuk menolong fakir miskin. 3
Abu Bakar merupakan orang yang pertama masuk Islam ketika Islam mulai
didakwakan. Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak diragukan lagi. Abu
Bakar juga merupakan seorang yang jernih tabi’atnya, persahabatan dan
kepercayaannya yang kekal kepada kenabian Nabi Muhammad SAW menjadi sebuah
tanda bukti ketulusan hatinya.4
Abu bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Nabi. Ia pemuda
yang pertama kali menerima seruan Nabi tanpa banyak pertimbangan. Seluruh
kehidupannya dicurahkan untuk perjuangan suci membela dakwah Nabi Muhammad,
sehingga ia lebih dicintai oleh Nabi dari para sahabat lainnya. Demikian juga Nabi
sangat menyayanginya sehingga nabi menunjuknya sebagai imam shalat penggangti
nabi.5
8
b. Pengangkatan Sebagai Khalifah
Sampai akhir hayat, Nabi Tidak menunjuk seseorang sebagai khalifah. Pada
saat jenazah Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan
2 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008 ), hal. 67
3 Prof.K.Ali, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern), (Jakarta: PT Raja Grafindo persada,1997),hal.89.cetakan ke-2
4 H.O.S. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, (Jakarta : Tride, Cetakan I, 2003), hal. 68
5 Prof.K.Ali, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern), hal 89
9. untuk cepat- cepat memikirkan pengganti Nabi. Itulah perselisihan pertama terjadi
pasca Nabi wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke perselisihan kedua di Saqifa Bani
Sa’idah6, pada saat kaum Anshar menuntut diadakannya pemilihan khalifah. Sikap
kaum Anshar ini menunujukkan bahwa kaum Anshar lebih memiliki rasa kepedulian
dalam hal berpolitik dibandingkan dengan kaum Muhajirin.
Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang, golongan
Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah, sebagai pengganti Rasul. Akan
tetapi suku Aus belum menjawab atas pandangan tersebut sehingga terjadilah
perdebatan antara mereka dan pada akhirnya Salad bin Ubadah yang tidak
menginginkan adanya perpecahan mengatakan bahwa ini merupakan awal dari
perpecahan. Melihat situasi yang memanas, Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar
agar bersikap tenang dan toleran, kemudian Basyir bin Sa’ad Abi An Nu’man bin
Basyir berpidato dengan mengatakan agar tidak memperpanjang masalah ini.
Keadaan yang sudah tenang ini, Abu Bakar berpidato , “ Ini Umar dan Abu Ubaidah,
siapa yang kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka bai’atlah.7
Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar
dengan mempertimbangkan berbagai alasan, diantaranya adalah ditunjukinya Abu
Bakar sebagai pengganti rasul dalam imam shalat dan ini membuat Abu bakar lebih
berhak menjadi pengganti Rasulullah SAW. Sebelum keduanya membai’at Abu
Bakar, Basyir bin Sa’ad mendahuluinya, kemudian Umar dan Abu Ubaidah dan
diikuti secara serentak oleh semua hadirin.
9
c. Peran dan Fungsi Abu Bakar
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu
Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap isi pidatonya sebagai
berikut :
6 Suatu tempat yang biasa digunakan untuk berkumpul dan membahas masalah- masalah umat. Pertemuan kali
ini khusus diselenggarakan untuk menimbang siapa yang harus memegang tumpuk pemerintahan di kalangan
mereka setelah Rasulullah SAW meninggal dunia. Ketika Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar ibn Al
Khattab dan Abu ‘Ubaidah diberitahu akan hal ini, beliau segera menyatakan kesediaannya berpartisipasi dalam
pertemuan ini.
7 Ibid.hal 90
10. “ Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu
percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik di antara kamu. Apabila aku
melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku salah, luruskanlah
aku. Kebenaran adalah suatu kepearcayaan, dan kedustaan adalah suatu
pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kamu adalah orang kuat bagiku sampai
aku memenuhi hak- haknya, dan orang kuat di antara kamu adalah lemah bagiku
hingga aku mengambil haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu
meninggalkan Jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad
maka Allah akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasulnya, jika aku tidak menaati Allah dan Rasul
Nya, sekali- kali janganlah kamu menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah
merahmati kamu.” 8
Ucapan pertama ketika dibai’at menunjukkan garis besar politik dan
kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan antara lain :
a. Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari
umat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya yakni mereka yang belum
cukup imannya tampil sebagai penentang demikian juga kaum yahudi dan
Kristen. Di antara perbuatan makar tersebut ialah timbulnya orang- orang yang
murtad, orang- orang yang tidak mau membayar zakat, orang- orang yang
mengaku menjadi nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.9
10
b. Kebijaksanaan Kenegaraan
Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan antara lain :
1) Bidang Eksekutif
Untuk pelaksanaan tugas- tugas eksekutif, Abu Bakar melakukan
pembagian kekuasaan di kalangan sahabat senior, Abu Bakar mengangkat tiga
orang sahabat yaitu : Ali , Usman dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris Negara
8 H.O.S. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, hal. 69-70
9 Prof.K.Ali, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern),hal. 92
11. (Katib) yang berkedudukan di kota Madinah. Untuk memegang keuangan Negara,
Abu Bakar menunjuk Abu Ubaidah sebagai Bendahara. Sedangkan untuk jabatan
hakim agung diserahkan kepada ‘Umar ibn Al Khattab, sementara dalam
membantu khalifah memutuskan urusan- urusan kenegaraan, Abu Bakar juga
membentuk Majelis Syura yang terdiri dari ‘Umar, Usman, Ali, Abd al – Rahman
ibn ‘Awf, Mu’adz ibn Jabal, Ubay ibn Ka’b dan Zaid bin Tsabit.10
11
2) Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan- pasukan yang ada untuk
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan
untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima
yang ada ialah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah,, Amr bin ‘Ash, Zaid bin
Sufyan dan lain- lain.
3) Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama masa
pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk
dipecahkan, hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri dan masyarakat
pada waktu itu dikenal ‘alim
4) Sosial ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al Mal. Di dalamnya dikelola harta benda
yang di dapat dari zakat, infak, shadaqah, ghanimah dan lain- lain. Penggunaan
harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai Negara dan untuk kesejahteraan umat
sesuai dengan aturan yang ada.
Pada masa Abu Bakar ini, bagi orang yang enggan enggan dan
membangkang dalam membayar dapat dihukum dengan denda, bahkan dapat
diperangi dan dibunuh. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar sepeninggal Rasulullah
SAW, karena banyak suku Arab yang tidak mau membayar zakat dan hanya mau
10 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam , (Jakarta : Gaya Media Pratama,
2000), hal. 51
12. mengerjakan shalat. Abu Bakar pernah menyatakan, “ Demi Allah, Saya akan
memerangi siapapun yang membeda- bedakan zakat dan shalat “.11
d. Penyebaran Islam pada Masa Abu Bakar
Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan (terutama memerangi
orang- orang murtad), khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi
yang selalu berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia,
Abu Bakar mengirim tentara Islam di bawah pimpinan Khalid bin walid dan
Mutsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dari
kekuasaan Persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih empat
panglima Islam terbaik yaitu, Amr bin al Ash di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan
di front damaskus, Abu Ubaidah di front Hims dan Syurahbil bin Hasanah di front
Yordania. Empat pasukan ini kemudian dibantu oleh Khalid bin Walid yang
bertempur di front Siria.12
e. Penilaian terhadap Khalifah Abu Bakar
Berdasarkan pengalaman, Abu Bakar menggaris bawahi bahwa jabatan
khalifah merupakan masalah yang cukup rawan dan sangat krusial. Keretakan sesame
muslim, munculnya gerakkan nabi-nabi palsu, dan gerakkan pembangkang sempat
mengancam eksistensi negeri islam yang baru saja berdiri dan mengganggu
kedamaian imperium islam. Dengan sepenuh jiwa Abu Bakar telah berhasil
memadamkan gerakkan islam tersebut. Abu Bakar tidak hanya berhasil
menyelamatkan islam dari situasi anarkis didalam negeri, melainkan berhasil
menjadikan islam sebagai agama besar dunia melaluim sikapnya mengalihkan
perhatian kepada upaya penaklukan yang membawa kemenangan gemilang beberapa
wilayah perbatasan imperium Bizantium.13
Abu bakar adalah sahabat sejati Nabi Muhammad memilih keyakinan
terhadap Nabi Muhammad menanggung segala penderitaan dan kekejaman pihak
musuh islam, dan selalu siap memikul beban derita apapun demi tegakknya
11 Al Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, ( Solo: Tiga Serangkai, Cetakan Pertama, 2008 ), hal. 27
12 Dedi Supriyadi, Op. cit. hal. 71
13 Prof.K.Ali, Op. cit hal.100
12
13. perjuangan Islam. Kunci Keteguhan Abu Bakar terletak pada keyakinannya kepada
kebesaran Nabi Muhammad . “Jangan panggil aku khalifah Allah, tapi panggillah aku
Khalifah Rasulullah”, ungkapnya, ia adalah orang pertama yang berusaha
mengumpulakan ayat-ayat Al-quran dalam sebuah mushaf. Ia sangat penyayang
kepada fakir miskin. Oleh karena itu ia menggunakan seluruh kekayaannya untuk
menolong mereka.14
Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata
social di bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas
dari sikap keterbukaannya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada
tokoh- tokoh sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum mengambil
keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislative.
13
f. Peradaban Pada Masa Abu Bakar
Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Khalifah Abu Bakar antara lain :
a) Penghimpunan Al Quran, Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit
untuk menghimpun Al- Quran dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari
hapalan kaum muslimin
b) Dalam bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan social rakyat dengan cara mengelola zakat, infak dan sedekah yang
berasal dari kaum muslimin.
Abu Bakar menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih kurang 2 Tahun.
c) Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai
suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin
Khattab untuk menggantikannya.
C. KHALIFAH UMAR IBN AL- KHATTAB (TAHUN 13 H- 23 H/634 M- 644 M)
a. Latar Belakang Kehidupan Umar ibn Al- Khattab
Umar ibn Al- Khattab yang memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin
Nufail bin Abd Al Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin ‘adi bin
Ka’ab bin lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash- Shiddiq.
14 Ibid.hal.101
14. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi
Muhammad SAW.
Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan yang
bijaksana, maupun sebagai Mujtahid yang ahli dalam membangun Negara besar yang
ditegakkan atas prinsip- prinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Umar ibn Al- Khattab dilahirkan di Mekkah pada 513 H dari keturunan suku
Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya
perang Fijar dan tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW. Sebelum
masuk Islam, Umar termasuk di antara kaum Kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh
orang- orang yang sudah masuk Islam dengan gelar Abu Hafs. Setelah Umar masuk
islam, dia menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela Islam ia menerima
gelar al-Faruq.15
b. Pengabdian Umar sebelum menjadi khalifah
Umar sama sekali tidak mengambil bagian dalam hijarah pertama ke
Abessinia, karena pada saat itu ia belum memeluk islam.namun pada kesempatan
hijrah ke madinah umarlah yang mengawal 20 muhajirin ke madinah. Selama
dimadinah umar selalu aktif membantu perjuangan nabi baik dalam suka maupun
duka. Ia turut berjuang dalam perang Badar, Uhud, Khandaq, dan turut menyertai
Nabi dalam perjanjian Hudaibiyah. Pada awalnya ia tidak menerima perjanjian
tersebut yang dirasakan merugikkan pihak islam. Namun padaa akhirnya ia menerima
perjanjian tersebut setelah Nabi menjelaskan perkenan Tuhan melalui wahyu yang
diterima Nabi. Setelah Nabi meninggal dunia, ia bersama dengan abu bakar hadir
dipertemuan Bani Sa’idah, tempat tokoh-tokoh Anshor menyelenggarakan
musyawarah memilih pengganti kepemimpinan islam. Ketika sampai pada puncak
pengambilan keputusan , Umarlah yang pertama kali membaiat kepemimpinan Abu
Bakar Sebagai khalifah pertama dan selalu mendukung kebijaksanaannya dalam masa
pemerintahan Abu Bakar.
14
15 Ibid
15. Setelah Abu Bakar meninggal, Umar menggantikan jabatan khalifah islam dan
meneruskan kebijakkan-kebijakkan yang sebelumnya telah ditempuh oleh Khalifah
Abu Bakar. Dalam waktu yang tidak lama Umar berhasil menundukkan kekuasaan
imperium Persia dan Romawi menjadi bagian dari kekuasaan islam.16
c. Pengangkatan Umar ibn Al- Khattab Sebagai Khalfah
Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/ 13 H, menunjuk Umar ibn
Al Khattab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang
belum pernah terjadi sebelumnya, tapi nampaknya ada beberapa factor dalam
penunjukan ini antara lain :
a. Kehawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang
15
nyaris menyeret ke perpecahan.
b. Kaum Anshar dan kaum Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang
berhak menjadi Khalifah
c. Kaum Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan
pembangkang. 17
Penunjukan Abu Bakar terhadap Umar yang dilakukan disaat ia mendadak sakit
pada masa jabatannya merupakan suatu yang baru, tetapi harus dicatat bahwa
penunujukan itu dilakukan dalam bentuk rekomendasi atau saran yang diserahkan
pada persetujuan umat.
Abu Bakar telah memanggil Abdur-Rahman bin Auf dan ia menanyakan tentang
Umar. "Dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras," kata
Abdur-Rahman. " Setelah Abdur-Rahman keluar ia memanggil Usman bin Affan dan
ditanyanya tentang Umar. "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya
tentang dia," kata Usman, "bahwa isi hatinya lebih baik dari lahirnya. Tak ada orang
yang seperti dia di kalangan kita." Setelah itu Abu Bakr meminta pendapat Sa'id bin
Zaid dan beberapa orang sahabat Nabi ketika mendengar saran-saran Abu Bakar
mengenai pe-nunjukan Umar sebagai khalifah. Ia merasa tidak cukup hanya
bermusyawarah dengan orang-orang bijaksana di kalangan Muslimin, terutama
16 Prof.K.Ali, hal.102-103
17 Dedi Supriyadi, Op. cit. hal. 78
16. setelah ada pihak yang menentang, dari dalam kamar di rumahnya itu Abu Bakr
menjenguk kepada orang-orang yang ada di Masjid, dan berkata kepada mereka:
"Setujukah kalian dengan orang yang dicalonkan menjadi pemimpin kalian? Saya
sudah berijtihad menurut pendapat saya dan tidak saya mengangkat seorang kerabat.
Yang saya tunjuk menjadi pengganti adalah Umar bin Khattab. Patuhi dan taatilah
dia!" Mereka menjawab: "Kami patuh dan taat." Ketika itu ia mengangkat tangan ke
atas seraya berkata: "Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka hanyalah yang ter-baik
untuk mereka .18
Setelah dilantik menjadi khalifah, ‘Umar berpidato di hadapan umat Islam untuk
menjelaskan visi politik dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan dalam memimpin
kaum muslimin, dalam pidatonya berbunyi :
“Aku telah dipilih menjadi Khalifah. Kerendah hatian Abu Bakar sejalan dengan
jiwanya yang terbaik di antara kalian dan lebih kuat terhadap kalian serta juga lebih
mampu memikul urusan- urusan kamu yang penting. Aku diangkat untuk menjadi
Khalifah tidak sama dengan beliau. Seandainya aku tahu ada orang yang lebih kuat
untuk memikul jabatan ini dari padaku, maka aku lebih suka memilih memberikan
leherku untuk dipenggal daripada memikul jabatan ini. 19
d. Ekspansi Islam Masa Pemerintahan Kahalifah Umar ibn Al- Khattab
Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H/ 634 M- 23 H/ 644 M ),
sebagian besar ditandai oleh penaklukan- penaklukan untuk melebarkan Islam ke luar
Arab. Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan negeri- negeri jajahan
Imperium Romawi dan Persia yang dimulai dari awal pemerintahannya, bahkan sejak
pemerintahan sebelumnya. Segala tindakan yang dilakukan untuk menghadapi dua
kekuatan itu jelas bukan hanya menyangkut kepentingan keagamaan saja, namun juga
untuk kepentingan politik.
Faktor- faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan
Romawi dan Persia antara lain :
18 Muhammad Husain Haikal , Al- Faruq ‘Umar, diterjemahkan oleh Ali Audah, Umar Bin Khattab (Bogor :
Pustaka Litera AntarNusa, cetakan ke- 3, 2002), hal. 133- 135
19 Muhammad Iqbal, Op.cit. hal. 55
16
17. a. Bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud baik Islam
b. Semenjak Islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha
17
menghancurkan Islam
c. Bangsa Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal dengan
kemakmurannya, tidak berkenan menjalin hubungan perdagangan dengan negeri-negeri
Arab.
d. Bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku- suku Badui untuk
menentang Islam.
e. Letak geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan
keamanan dan pertahanan islam.
e. Umar ibn Khattab : Madinah Sebagai Negara Adikuasa
Semenjak penaklukan Persia dan romawi , pemerintahan Islam menjadi
adikuasa dunia yang memiliki wilayah kekuasaan luas meliputi, semenanjung Arabia,
palestina, Siria, Irak, Persia, dan Mesir.
Umar ibn Al- Khattab yang dikenal sebagai negarawan, administrator terampil
dan pandai, dan seorang pembaharu membuat berbagai kebijakan mengenai
pengelolaan wilayah kekuasaan yang luas, ia menata struktur kekuasaan dan
administrasi pemerintahan Negara Madinah berdasarkan semangat Demokrasi.
f. Peradaban pada masa Khalifah Umar
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administrative
pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan.
Pemikiran Khalifah Umar bin Khattab khususnya dalam peradilan yang masih
berlaku samapai sekarang adalah sebagai berikut : 20
1. Kedudukan lembaga peradilan ( wajib di tengah- tengah masyarakat )
2. Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
3. Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak, dan berlaku adillah.
4. Kewajiban pembuktian
5. Lembaga damai
20 Dedi Supriyadi, Op.cit. hal. 82-83
18. 6. Penundaan persidangan
7. Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
8. Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran logis.
9. Orang Islam haruslah berlaku adil
10. Larangan bersidang ketika emosional.
Khalifah Umar bin Khattab menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih
kurang 10 Tahun.
18
g. Wafat Khalifah Umar
Setelah menjalankan pemerintahan selama sepuluh tahun yang penuh dengan
kejayaan, khalifah Umar meninggal sebab kekejaman tangan seorang budak Persia
yang bernama “Abu Lukluk” pada tahun 23 H/ 643 M. menurut Amir Ali,kematian
Khalifah Umar merupakan duka besar bagi islam. Sungguh watak kepemimpinan
Khalifah Umar yang sangat keras namun juga bijaksana cocok sebagai figure
pemimpin bangsa Arab yang berwatak susah diatur. Ia tegak bagaikan benteng yang
melindungi rakyatnya dari setiap serangan musuh. Sepeninggalan umar, kekuatan
yang pernah mengancam kesatuan muslim muncul kembali seperti timbulnya paham
kesukuan atau tribalisme dan beberapa kebiasan tak bermoral suku-suku badui mulai
muncul kembali.21
D. KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN ( TAHUN 23 H- 35 H/ 644 M- 656 M )
1. Latar Belakang Kehidupan Utsman Bin Affan
Nama beliau adalah Utsman bin 'Affan bin Abil 'Ash bin Umayyah bin
Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab. Beliau menisbatkan
dirinya kepada bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy. Beliau dilahirkan pada
tahun 576 M di Mekah. Beliau tumbuh diatas akhlak yang mulia dan perangai
yang baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan
santun, pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan
dan tidak suka keramaian/kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau
21 Prof.K.Ali, Op. cit hal.117
19. rela mengorbankan nyawanya demi untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena
kebaikan akhlak dan mu'amalahnya, beliau dicintai oleh Quraisy, hingga
merekapun menjadikannya sebagai perumpamaan. Dari sini Imam Asy-S ya'bi
mengatakan : "Dahulu Utsman sangat dicintai oleh orang-orang Quraisy, mereka
menjadikannya sebagai suri taudalan, mereka memuliakannya. Sampai-sampai
para ibu dari kalangan orang-orang Arab, jika menghibur anaknya, dia
mengatakan : Demi Allah yang Maha Penyayang, aku mencintaimu seperti
kecintaan Quraisy kepada Utsman . 22
Ibu Khalifah Utsman bin Affan adalah Urwy bin Kuriz bin Rabiah. Utsman
bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan Abu Bakar. Sesaat setelah
masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia
dijuluki dzun nurain, karena menikahi dua putri Rasulullah SAW secara berurutan
setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kalsum.
2. Pengangkatan Khalifah Usman bin Affan
Panitia pemilihan Khalifah, memilih Usman menjadi Khalifah ketiga
menggantikan Umar bin Khattab. Pemerintahan Usman bi Affan ini berlangsung dari
tahun 644 sampai 656 M. ketika Usman dipilih, Usman telah tua ( 70 tahun) dengan
kepribadian yang agak lemah.
Dalam Pidato pelantikan (inaugural speech) dari khalifah terpilih Utsman bin
Affan ra, setelah beliau dibai’at adalah sebagai berikut :
“ Amma ba’du, sesungguhnya, tugas ini telah dipikulkan kepadaku dan aku
telah menerimanya, dan sesungguhnya aku adalah muttabi’ (pengikut sunnah
Rasulullah SAW) dan bukannya seorang mubtadi’ (seorang yang berbuat bid’ah).
Ketahuilah bahwa kalian berhak menuntut aku mengenai selain Kitab Allah dan
Sunnah Nabi Nya, yaitu mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang- orang
sebelumku dalam hal- hal yang kamu sekalian telah bersepakat dan telah kamu
jadikan sebagai kebiasaan, membuat kebiasaan baru yang layak bagi ahli kebajukan
dalam hal- hal yang belum kamu jadikan sebagai kebiasaan, dan mencegah diriku dari
22 Abdurrahman At Tamimi, Utsman Bin Affan Radiyallahu ‘Anhu Khalifah Yang Terzalimi, ( Maktabah Abu
Salma Al Atsari, 2008), hal. 6
19
20. bertindak atas kamu kecuali dalam hal- hal yang kamu sendiri telah menyebabkannya.
“ 23
Kelemahan ini dipergunakan oleh orang- orang di sekitarnya untk mengejar
keuntungan pribadi, kemewahan dan kekayaan. Hal ini dimanfaatkan terutama oleh
keluarganya sendiri dari golongan Umayyah. Banyak pangkat- pangkat tinggi dan
jabatan- jabatn penting dikuasai oleh familinya. Pelaksanaan pemerintahan seperti ini,
dalam bahasa orang sekarang disebut nepotisme (kecenderungan untuk
mengutamakan atau menguntungkan sanak saudara (keluarga sendiri ).
3. Visi dan Misi Khalifah Utsman bin Affan
Dalam pidato pelantikan Utsman bin Affan tergambar bahwa beliau adalah sebagai
seorang Sufi, dan citra pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang corak
politik, dalam pidato itu Usman mengingatkan beberapa hal penting : 24
a. Agar umat Islam selalu berbuat baik sebagai bekal ke hari akhirat.
b. Agar umat Islam tidak terpedaya dengan kemewahan dunia.
c. Agar umat Islam mau mengambil iktibar dari masa lalu, mengambil yang baik
20
dan menjauhkan yang buruk.
d. Sebagai Khalifah ia akan menjalankan perintah Al Quran dan Sunnah.
e. Ia akan melakukan apa yang telah dilakukan pendahulunya
f. Umat Islam boleh mengkritiknya jika ia menyimpang dari ketetntuan hokum.
g. Penyebaran Islam pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan
Pada masa pemerintahannya perluasan daerah Islam diteruskan ke Barat sampai
Maroko, ke timur menuju India dan ke Utara bergerak ke arah konstantinopel. Pada
umumnya perluasan wilayah Islam ini dilakukan karena memenuhi kehendak
jenderal- jenderalnya.
Namun pada saat Utsman bin Affan menjabat sebagai Khalifah Utsman dituduh oleh
sebahagian sahabat telah mengangkat familinya untuk menduduki jabatan- jabatan
istana. Pemberontakan dimulai di Mesir, kemudian orang- orang yang sudah terbakar
23 Inu Kencana Syafi’ie, Ilmu Pemerintahan dan Al- Quran, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, Cetakan I, 2004), hal.
152-153
24 Dedi Supriyadi, Op. cit, hal. 90-91
21. emosinya datang ke Madinah, tempat tinggal Khalifah. Ia dikepung di rumahnya,
karena menolak untuk menyerah maka ia dibunuh oleh salah seorang pengacau,
peristiwa itu terjadi pada tahun 656 H, kemudian dipilihlah penggantinya yang
akhirnya dipegang oleh Ali bin Abi Thalib.25
21
4. Sebab-sebab Pemberontakkan
Sebab-sebab terjadinya pemberontakkan yang berakhir dengan terbunuhnya khalifah
Usman dapat teliti dari berbagai segi. Pertama, bahwa ditengah-tengah mayarakat
terdapat sejumlah kelompok yang memeluk islam dengan tidak sepenuh kesadaran
melainkan demi kepentingan-kepentigan tertentu seperti Abdullah Ibn Saba’, orang
yaman yang semula pengikut agama yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan
terhadap Usman. Setelah berpindah dari Bashrah, Kufah lalu ke Syiria, ia berhasil
menyebar isu jahatnya, lalu ia berpindah ke mesir untuk tujuan yang sama.
Keberhasilan propaganda jahat Abdullah Ibn Saba’ membuat jumlah kekuatan
pemberontak semakin bertambah banyak. Mereka sebagian besar terdiri dari bangsa-bangsa
lain yang semula penentang pertempuran. Mereka ini sebenarnya masih
menyimpan kebencian dan permusuhan terhadap islam. Mereka mengambil
kesempatan kacau ini dan bergabung dengan kaum pemberontak.
Kedua, bahwa persaingan dan permusuhan antara keluarga Hasyim dan
keluarga Umayyah turut memperlemah kekuatan Usman dan menjadi sebab utama
kegagalan Usman di akhir masa pemerintahannya
Ketiga, lemahnya karakter kepemimpinan Usman turut juga menyokong
kegagalannya, khususnya dalam menghadapi gejolak pemberontakkan. Bahwa
Usman adalah Pribadi yang sederhana, saleh, dan berhati lemah lembut. Sifat
sederhana dan sikap lemah lembut sangat tidak sesuai dalam urusan politik dan
pemerintahan, lebih-lebih dari kondisi yang kritis. Pada kondisi yang demikian
diperlukan ketegasan sikap untuk menegakkan stabilitas pemerintahan. Sikap seperti
ini tidak dimiliki oleh Usman. Ia adalah figure yang terlalu baik yang tidak mudah
25 Habib Boulares, Islam Biang Ketakutan atau Tumpuan Harapan ?, ( Bandung : Pustaka Hidayah, Cetakan I,
2003), hal. 123
22. menerima laporan-laporan bahwa pihak-pihak musuh telah menghasutnya dan
merusak stabilitas Negara.26
5. Peradaban pada masa Khalifah Utsman bin Affan
Di antara jasa- jasa Usman Bin Affan yang lain adalah tindakannya untuk
menyalin dan membuat Al- Quran standar, yang di dalam kepustakaan disebut dengan
kodifikasi al Quran.27
Standarisasi Al Quran perlu diadakan, karena pada masa pemerintahannya
wilayah Islam telah sangat luas dan didiami oleh berbagai suku bangsa dengan
berbagai bahasa dan dialek yang tidak sama. Karena itu, di kalangan pemeluk agama
Islam terjadi perbedaan ungkapan dan ucapan tentang ayat- ayat al quran yang
disebarkan melalui hafalan. Perbedaan cara mengucapkan itu menimbulkan
perbedaan arti. Berita tentang ini sampai pada Usman. Ia lalu membentuk Panitia
yang kembali dipimpin oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin naskah Al- Quran yang
telah dihimpun di masa Khalifah Abu Bakar dahulu, disimpan oleh Hafsah, janda
Nabi Muhammad SAW. Panitia ini bekerja dengan satu disiplin tertentu, menyalin
naskah Al Quran ke dalam lima Mushaf (kumpulan lembaran- lembaran yang ditulis,
dan Al Quran itu sendiri disebut pula Mushaf ), untuk dijadikan standar dalam
penulisan dan bacaan Quran di wilayah kekuasaan Islam pada waktu itu. Semua
naskah yang dikirim ke ibukota Propinsi ( Makkah, Kairo, Damaskus, Baghdad) itu
disimpan dalam masjid. Satu naskah tinggal di Madinah untuk mengenang jasa
Usman, naskah yang disalin di masa pemerintahnnya itu disebut Mushaf Usmany atau
al- Imam karena ia menajadi standar bagi Quran yang lain. Kemudian disalin dan
diberi tanda- tanda bacaan di Mesir seperti yang kita lihat sekarang ini. 28
Khalifah Utsman bin Affan menjalankankan roda pemerintahannya selama
22
lebih kurang 12 Tahun.
26 Prof.K.Ali, Op. cit hal.129
27 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta :
PT RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 178-179
28 ibid
23. E. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB ( TAHUN 36 H- 41 H/ 656 M-661 M)
23
1. Kelahiran Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Ali r.a dilahirkan hari Jum'at, 13 bulan Rajab, 12 tahun sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. mendapat risalah, Sepanjang ingatan orang, inilah untuk pertama
kali seorang wanita melahirkan puteranya dalam Ka'bah. Kelahiran bayi ini hanya
disaksikan oleh ayah bundanya saja. Kejadian yang luar biasa ini, beritanya segera
tersiar ke berbagai penjuru. Berbondong- bondonglah mereka, terutama keluarga Bani
Hasyim, datang ke Ka'bah, guna menyaksikan bayi yang baru lahir. Di antara yang
datang ialah Nabi Muhammad s.a.w. Bayi ini saudara misan beliau sendiri. Beliau
menggendong bayi tersebut, kemudian bersama ayah-ibunya pulang ke rumah Abu
Thalib.
Ali adalah putera Abu Thalib, seorang paman yang mengasuh Nabi semenjak
sang kakek meninggal dunia. Ali tergolong pada keturunan keluarga Hasyimiyah,
sama dengan garis keturunan Nabi Muhammad. Garis keturunan inilah yang
menduduki kekuasaan tertinggi atas ka’bah dan sekitarnya sebelum Nabi lahir. Ali
lahir pada tahun kesepuluh sebelum tahun kerasulan Muhammad. Semenjak kecil ia
selalu bersama Nabi, sehingga masa kecil Ali tumbuh dalam pengasuhan dan
bimbingan Nabi. Nabi sangat mencintainnya ibarat anaknya sendiri, dan Nabi
berkenan menikahkannya dengan Fatimah, putrid Nabi pada tahun kedua hijrah.
Karena semenjak masa kanak-kanak Ali selalu bersatu rumah dengan Nabi
Muhammad, maka ia banyak mengetahui prihal kehidupan Nabi Muhammad. Ketika
Nabi menyerukan kepada ajaran islam, Ali tergolong generasi pertama yang
mempercayai dan mengikuti seruan Nabi Muhammad tersebut.29
Ketika di bawah asuhan Rasul Allah s.a.w., Ali r.a. pernah diberi julukan
"Abu Turab", yang artinya "Si Tanah". Pemberian julukan itu erat kaitannya dengan
peristiwa ditemuinya Ali r.a. di satu hari sedang tidur berbaring di atas tanah. Yang
menemuinya Nabi Muhammad s.a.w. sendiri. Beliau menghampirinya dan duduk
dekat kepalanya sambil mengusap-usap punggungnya guna membuang debu-tanah.
29 Prof.K Ali. Hal. 135
24. Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. membangunkannya seraya berkata: "Duduklah,
engkau hai Abu Turab!" Nama Abu Turab ini paling disukai oleh Ali r.a. Ia sangat
bangga bila dipanggil dengan nama itu. 30
2. Proses Pengangkatan Ali Bin abi Thalib
Menurut penuturan Abu Mihnaf, sebagaimana tercantum dalam Syarh Nahjil
Balaghah, jilid IV, halaman 8, dikatakan, bahwa ketika itu kaum Muhajirin dan
Anshar berkumpul di masjid Rasul Allah s.a.w. Dengan harap-harap cemas mereka
menunggu berita tentang siapa yang akan menjadi Khalifah baru. Masjid yang
menurut ukuran masa itu sudah cukup besar, penuh sesak dibanjiri orang. Di antara
tokoh-tokoh muslimin yang menonjol tampak hadir Ammar bin Yasir, Abul Haitsam
bin At Thaihan, Malik bin 'Ijlan dan Abu Ayub bin Yazid. Mereka bulat berpendapat,
bahwa hanya Ali bin Abi Thalib r.a. lah tokoh yang paling mustahak dibai'at.
Diantara mereka yang paling gigih berjuang agar Imam Ali r.a. dibai'at ialah Ammar
bin Yasir. Dalam mengutarakan usulnya, pertama-tama Ammar mengemukakan rasa
syukur karena kaum Muhajirin tidak terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman
r.a. Kepada kaum Anshar, Ammar menyatakan, jika kaum Anshar hendak
mengkesampingkan kepentingan mereka sendiri, maka yang paling baik ialah
membai'at Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali bin Abi Thalib, kata Ammar,
mempunyai keutamaan dan ia pun orang yang paling dini memeluk Islam. Kepada
kaum Muhajirin, Ammar mengatakan: kalian sudah mengenal betul siapa Ali bin Abi
Thalib. Oleh karena itu aku tak perlu menguraikan kelebihan-kelebihannya lebih
panjang lebar lagi. Kita tidak melihat ada orang lain yang lebih tepat dan lebih baik
untuk diserahi tugas itu! Usul Ammar secara spontan disambut hangat dan didukung
oleh yang hadir. Malahan kaum Muhajirin mengatakan: "Bagi kami, ia memang satu-satunya
orang yang paling afdhal!" Setelah tercapai kata sepakat, semua yang hadir
berdiri serentak, kemudian berangkat bersama-sama ke rumah Imam Ali r.a.
30 H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, (Jakarta : Lembaga Penyelidikan Islam,
1981), hal. 6-7
24
25. Di depan rumahnya mereka beramai-ramai minta dan mendesak agar Imam
Ali r.a. keluar. Setelah Imam Ali r.a. keluar, semua orang berteriak agar ia bersedia
mengulurkan tangan sebagai tanda persetujuan dibai'at menjadi Amirul Mukminin.
Pada mulanya Imam Ali r.a. menolak dibai'at sebagai Khalifah. Dengan terus terang
ia menyatakan : "Aku lebih baik menjadi wazir yang membantu daripada menjadi
seorang Amir yang berkuasa. Siapa pun yang kalian bai'at sebagai Khalifah, akan
kuterima dengan rela. Ingatlah, kita akan menghadapi banyak hal yang
menggoncangkan hati dan fikiran." Jawaban Imam Ali r.a. yang seperti itu tak dapat
diterima sebagai alasan oleh banyak kaum muslimin yang waktu itu datang
berkerumun di rumahnya. Mereka tetap mendesak atau setengah memaksa, supaya
Imam Ali r.a. bersedia dibai'at oleh mereka sebagai Khalifah. Dengan mantap mereka
menegaskan pendirian: "Tidak ada orang lain yang dapat menegakkan pemerintahan
dan hukum-hukum Islam selain anda. Kami khawatir terhadap ummat Islam, jika
kekhalifahan jatuh ketangan orang lain…"
Beberapa saat lamanya terjadi saling-tolak dan saling tukar pendapat antara
Imam Ali r.a. dengan mereka. Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. dan para pemuka
kaum Muhajirin dan Anshar mengemukakan alasannya masing-masing tentang apa
sebabnya mereka mempercayakan kepemimpinan tertinggi kepada Imam Ali r.a.
Betapapun kuat dan benarnya alasan yang mereka ajukan Imam Ali r.a. tetap
menyadari, jika ia menerima pembai'atan mereka pasti akan menghadapi berbagai
macam tantangan dan kesulitan gawat. Baru setelah Imam Ali r.a. yakin benar, bahwa
kaum muslimin memang sangat menginginkan pimpinannya, dengan perasaaan berat
ia menyatakan kesediaannya untuk menerima pembai'atan mereka. Satu-satunya
alasan yang mendorong Imam Ali r.a. bersedia dibai'at, ialah demi kejayaan Islam,
keutuhan persatuan dan kepentingan kaum muslimin. Rasa tanggung jawabnya yang
besar atas terpeliharanya nilai-nilai peninggalan Rasul Allah s.a.w., membuatnya siap
menerima tanggung jawab berat di atas pundaknya. Sungguh pun demikian, ia tidak
pernah lengah, bahwa situasi yang ditinggalkan oleh Khalifah Utsman r.a. benar-benar
merupakan tantangan besar yang harus ditanggulangi.
25
26. Keputusan Imam Ali r.a. untuk bersedia dibai'at sebagai Amirul Mukminin
disambut dengan perasaan lega dan gembira oleh sebagian besar kaum muslimin.
Kepada mereka Imam Ali r.a. meminta supaya pembai'atan dilakukan di masjid agar
dapat disaksikan oleh umum. Kemudian Imam Ali r.a. juga memperingatkan, jika
sampai ada seorang saja yang menyatakan terus terang tidak menyukai dirinya, maka
ia tidak akan bersedia dibai'at. Mereka dapat menyetujui permintaan Imam Ali r.a.,
lalu ramai-ramai pergi menuju masjid. Setibanya di Masjid, ternyata orang pertama
yang menyatakan bai'atnya ialah Thalhah bin
Ubaidillah. Menyaksikan kesigapan Thalhah itu, seorang bernama Qubaisah
bin Dzuaib Al Asadiy menanggapi: "Aku Khawatir, jangan-jangan pembai'atan
Thalhah itu tidak sempurna!" Ia mengucapkan tanggapannya itu karena tangan
Thalhah memang lumpuh sebelah. Orang lain membiarkan komentar itu lewat begitu
saja. Zubair bin Al-'Awwam segera mengikuti jejak Thalhah menyatakan bai'at
kepada Imam Ali r.a. Sesudah itu barulah kaum Muhajirin dan Anshar menyatakan
bai'atnya masing-masing. Yang tidak ikut menyatakan bai'at ialah Muhammad bin
Maslamah, Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Salam, Abdullah bin Umar, Usamah bin
Zaid, Saad bin Abi Waqqash, dan Ka'ab bin Malik. Tata cara pembai'atan dilakukan
menurut prosedur sebagaimana yang lazim berlaku atas diri Khalifah-khalifah
sebelumnya. Sesuai dengan tradisi pada masa itu, sesaat setelah dibai'at
Amirul Mukminin Imam Ali r.a. menyampaikan amanatnya yang pertama.
26
Antara lain mengatakan:
"Sebenarnya aku ini adalah seorang yang sama saja seperti kalian. Tidak ada
perbedaan dengan kalian dalam masalah hak dan kewajiban. Hendaknya kalian
menyadari, bahwa ujian telah datang dari Allah s.w.t. Berbagai cobaan dan fitnah
telah datang mendekati kita seperti datangnya malam yang gelap-gulita. Tidak ada
seorang pun yang sanggup mengelak dan menahan datangnya cobaan dan fitnah itu,
kecuali mereka yang sabar dan berpandangan jauh. Semoga Allah memberikan
bantuan dan perlindungan. "Hati-hatilah kalian sebagaimana yang telah diperintahkan
oleh Allah s.w.t. kepada kalian, dan berhentilah pada apa yang menjadi larangan-Nya.
27. Dalam hal itu janganlah kalian bertindak tergesa-gesa, sebelum kalian menerima
penjelasan yang akan kuberikan. "Ketahuilah bahwa Allah s.w.t. di atas 'Arsy-Nya
Maha Mengetahui, bahwa sebenarnya aku ini tidak merasa senang dengan kedudukan
yang kalian berikan kepadaku. Sebab aku pernah mendengar sendiri Rasul Allah
s.a.w. berkata: "Setiap waliy (penguasa atau pimpinan) sesudahku, yang diserahi
pimpinan atas kaum muslimin, pada hari kiyamat kelak akan diberdirikan pada ujung
jembatan dan para Malaikat akan membawa lembaran riwayat hidupnya. Jika waliy
itu seorang yang adil, Allah akan menyelamatkannya karena keadilannya. Jika waliy
itu seorang yang dzalim, jembatan itu akan goncang, lemah dan kemudian lenyaplah
kekuatannya. Akhirnya orang itu akan jatuh ke dalam api neraka…"31
3. Peristiwa tahkim Pada Masa Ali Bin Abi Thalib
Konflik politik antara Ali Bin Abi Thalib dengan Muawwiyah Ibn Abi Sufyan
diakhiri dengan Tahkim. Dari pihak Ali Ibn Abi Thalib diutus seorang ulama yang
terkenal sangat jujur dan tidak “ cerdik” dalam politik yaitu Abu Musa Al Asyari.
Sebaliknya dari pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang sangat terkenal
sangat “cerdik” dalam berpolitik yaitu Amr ibn Ash.
Dalam tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugikan oleh pihak
Muawiyah Ibn Abi Sufyan karena kecerdikan Amr Ibn Ash yang dapat mengalahkan
Abu Musa Al Asyari. Pendukung Ali Ibn Abi Thalib, kemudian terpecah menjadi
dua, yaitu kelompok pertama adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil
Tahkim dan mereka tetap setia kepada Ali Ibn Abi Thalib, sedangkan kelompok yang
kedua adalah kelompok yang menolak hasil Tahkim dan kecewa terhadap
kepemimpinan Ali Ibn Abi Thalib yang kemudian melakukan gerakan perlawanan
terhadap semua pihak yang terlibat dalam Tahkim, termasuk Ali Ibn Abi Thalib.32
Khalifah Ali bin Abi Thalib menjalankankan roda pemeriintahannya selama
27
lebih kurang 5 Tahun.
4. Sebab-sebab Kegagalan Khalifah Ali
31 Ibid, h. 83-85
32 Dedi Supriyadi, Loc.cit
28. Kegagalan Khalifah Ali yang sekaligus sebagai kemenangan muawiyah tidak terlepas
dari beberapa fakta sebagaimana disampaikan sebagai berikut
Pertama, pada masa awal pemerintahannya, sikap berperang melawan persekutuan
Thalhah, Zubair dan A’isyah secara umum memperlemah kedudukan Ali. Ketika
Thalhah dan Zubai bersedia berunding untuk mengakhiri pertempuran, tiba-tiba
pengikut ali menangkap Thalhah dan Zubair lalu mereka membunuh keduanya.
Kematian dua tokoh ini otomatis meningkatkan kemarahan pengikut mu’awiyah dan
semakin bertambah pengikutnya. Sementara peristiwa ini justru mengurangi kekuatan
dukungan atas perjuangan Ali.
Kedua, bahwa pemberontak yang terjadi khususnya Bashrah, Kufah, mesir, Syiria,
serta pengakuan kemerdekaan atas beberapa wilayah negeri muslim sangat merugikan
dan menyulitkan posisi Ali. Terlepasnya Ali oleh mu’awiyah merupakan pertanda
kehancuran kekuatan Khalifah Ali.
Ketiga, mu’awiyah didukung kesatuan masyarakat syiria yang setian dan
mendambakkan Umayyah sebagai pemimpinny, sementara itu Ali bersandar pada
dukungan masyarakat Kufah yang berjiwa lemah dan tidak memberikan bantuan yang
sepenuhnya kepada Khalifah Ali terutama dalam kondisi dan situasi yang berbahaya.
Keempat, persainagn antara keluarga dan keturunan Hasyimiah dengan keturunan
Umayyah turut mempersulit posisi Ali. Pada sisi lainnya, kondisi permusuhan seperti
ini sangat menguntungkan mu’awiyah yang mereka sedang bangkit. Mereka bersatu
menuntut balas atas kematian Khalifah Usman.
28
29. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Khalifah Abu Bakar antara lain :
Penghimpunan Al Quran, mengelola zakat, infak dan sedekah yang berasal dari kaum
muslimin, sedangkan dalam Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya
adalah mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar
bin Khattab untuk menggantikannya.
B. Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administratif
pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran
Khalifah Umar bin Khattab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai
sekarang
C. Di antara jasa- jasa Usman Bin Affan adalah tindakannya untuk menyalin dan membuat
Al- Quran standar, yang di dalam kepustakaan disebut dengan kodifikasi al Quran
D. Yang paling terkenal pada msa Ali ini adalah terjadinya Tahkim antara Ali Bin Abi
Thalib dengan Muawwiyah Ibn Abi Sufyan . Dari pihak Ali Ibn Abi Thalib diutus
seorang ulama yang terkenal sangat jujur dan tidak “ cerdik” dalam politik yaitu Abu
Musa Al Asyari. Sebaliknya dari pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang
sangat terkenal sangat “cerdik” dalam berpolitik yaitu Amr ibn Ash.
Dalam tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawiyah Ibn
Abi Sufyan karena kecerdikan Amr Ibn Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al Asyari.
Pendukung Ali Ibn Abi Thalib, kemudian terpecah menjadi dua, yaitu kelompok pertama
adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil Tahkim dan mereka tetap setia kepada
Ali Ibn Abi Thalib, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak hasil
Tahkim dan kecewa terhadap kepemimpinan Ali Ibn Abi Thalib yang kemudian melakukan
gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam Tahkim, termasuk Ali Ibn Abi
Thalib.
29
30. DAFTAR PUSTAKA
At Tamimi Abdurrahman, Utsman Bin Affan Radiyallahu ‘Anhu Khalifah Yang Terzalimi.
Maktabah Abu Salma Al Atsari, 2008.
Jamil Ahmad, Sejarah Kebudayan Dinamika Islam. Gresik:Putra Kembar Jaya, 2011.
Hasbi Al Furqan, 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai, Cetakan Pertama, 2008.
Supriyadi Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : CV Pustaka Setia, 2008.
H.M.H. Al Husaini Al Hamid, Sejarah Hidup Ali Bin Abi Thalib ra, Jakarta : Lembaga
Penyelidikan Islam, 1981.
H.O.S. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Jakarta : Tride, Cetakan I, 2003.
Kencana Syafi’ie Inu, Ilmu Pemerintahan dan Al- Quran, Jakarta : PT Bumi Aksara, Cetakan
I, 2004.
Husain Haikal Muhammad, Al- Faruq ‘Umar, diterjemahkan oleh Ali Audah, Umar Bin
Khattab. Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, cetakan ke- 3, 2002.
Iqbal Muhammad, Fiqh Siyasah Konstekstualisasi Doktrin Politik Islam , Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2000.
Prof. Ali. K, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern), (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, cetakan
ke-II, 1997,
30