1. Teologi Islam berawal dari pertanyaan politik mengenai siapa yang berhak menjadi khalifah
2. Perpecahan antara Ali dan Muawiyah menimbulkan kelompok Khawarij dan Syiah
3. Abu Al-Hasan Al-Asy'ari mendirikan aliran Asy'ariyah yang menengahi pemikiran ekstrem Mu'tazilah dan Jabariyah
2. Kelahiran Teologi Islam
Pemikiran teologi mula-mula lahir sebagai
persoalan politik.
Yaitu siapa yang berhak menduduki jabatan
sebagai khalifah.
Bermula dari lahirnya gerakan oposan terhadap
pemerintahan Usman yang dianggap nepotis,
yang kemudian meledak dengan terjadinya
pembunuhan khalifah Usman.
3. Ali ra. diangkat menjadi khalifah,
situasi perpecahan dikalangan para sahabat
makin menajam, diperparah pemberontakan
Mua’wiyah terhadap pemerintahan Ali.
Akhirnya pecah pertempuran antara pemerintah
Ali dengan pemberotak Mu’awiyah
Berkat kecerdikan seorang jendral Amr bin Ash
berakhir dengan disetujuinya “tahkim” atau
arbitrase itulah yang menjadi sebab lahirnya
golongan khawarij dan Syiah.
5. AHLUS SUNNAH
mereka adalah orang-orang yang ittiba'
(mengikuti) kepada Sunnah Rasulullah dan
mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah)
Julukan Mereka :
Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba'. Di
samping itu, mereka juga dikatakan sebagai
ath-Thaifah al-Manshuurah, al-Firqatun
Naajiyah (golongan yang selamat), Ghuraba'
(orang asing).
6.
7. Abu Hasan Al-Asy’ari
Nama Ali Ibn Ismail keluaga Abu Musa Al-Asy’ari.
Panggilan akrabnya Abu Al-Hasan,
lahir di Bashrah pada 260 H/875 M,
meninggal di Baghdad 324 H/935 M.
Guru : al-saji, Abu Halifah al-jumbi, Sahal Ibn , Abu
Ishak Al-Maruzi.
Sampai umur 40 tahun ia selalu menjadi pengikut setia
Imam Al-Jubai sebagai pembela Mu’tazilah.
8. Pada Usia 40 tahun Lebih
Alasan keluar dari mu’tazilah :
pertentangannya dengan Al-Jubai soal
keadilan Tuhan
Ketika Abu al-hasan bertanya kepada al-
Jubai tentang nasib 3 orang bersaudara
wafat dalam tiga keadaan, yang satu mati
dalam takwa, yang kedua mati kafir, dan
yang ketiga meninggal saat masih kecil.
9. Al-Jubai menjawab yang takwa mendapat tempat sorga
terbaik, yang kafir mendapat tampat neraka yang
buruk, yang kecil terselamatkan dari neraka.
Abu - Kalau si kecil ingin mendapatkan tempat yang lebih
baik di sorga, mungkinkah?
Jub - Tidak, karena tempat itu hanya dapat dicapai dengan
amal baik, sedang si kecil tak memiliki amal baik tersebut.
Abu - Kalau si kecil mengatakan kepada Tuhan, itu bukan
salahku, sekiranya aku terus hidup aku akan mengerjakan
amal baik seperti si takwa tersebut.
10. Jub - Allah akan menjawab , Aku tahu jika engkau terus
hidup, akan berbuat maksiat dan engkau akan masuk
neraka.
Abu - Sekiranya si kafir mengatakan ya Tuhanku sekiranya
Engkau tahu masa depanku, mengapa tidak Kau jaga
kepentinganku?
Jub - dalam dialog tersebut hanya diam tak menjawab.
Dalam dialog diatas tergambarkan begitu mudahnya sang
guru dipatahkan logikanya dengan logika muridnya. Sang
guru berangkat dari paradigma Tuhan harus dipahami
menurut batas-batas manusia, sedang si murid justru ingin
membebaskan Tuhan tetap berada diatas batas-2 manusia
tadi.
11.
12. 1. Sifat Allah, isbat bila takyif
(membenarkan tanpa mempersoalkan
bentuknya)
Pandangannya menengahi mu'tazilah dan
mujassimah.
Mu'tazilah tak mengakui adanya sifat Tuhan
Mujassimah mempersamakan sifat Tuhan
dengan sifat Makhluk.
13. 2. Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan Manusia.
Mu'tazilah, manusialah yang mengerjakan
perbuatannya sendiri,
Jabariyah manusia tak kuasa mengadakan/
menciptakan perbuatannya sendiri, bak bulu
yang terbawa angin kemana ia berhembus,
al-As'ari mengemukakan teori kasb,
yaitu suatu perbuatan yang timbul dari manusia
dengan perantaraan daya yang diciptakan Allah.
14. 3.Dosa besar.
Orang mukmin yang fasik, terserah Tuhan
apakah langsung diampuni dan langsung masuk
sorga, atau dijatuhi siksa karena
kefasikannya, tetapi kemudian dimasukkan
kedalam sorga karena imannya.
Sedang mu'tazilah, pendosa besar yang tidak
tobat tetap akan di neraka meski mereka punya
iman dan ketaatan.
15. 4. Melihat Tuhan pada hari Kiamat.
Mu'tazilah Tuhan tak dapat dilahat dengan mata
kepala,
Musabbihah Tuhan dapat dilhat dengan cara
tertentu dan pada arah tertentu.
Asy'ari menyatakan Tuhan dapat dilihat , tapi
tidak menurut cara tertentu dan pada arah
tertentu.
16. 5. Al-Quran adalah Kalamullah dan bukan
makhluk
6. iman adalam ucapan dan perbuatan, dapat
bertambah dan berkurang.
7. Iman mempunyai usul (pokok) dan furu’
(cabang).
17. 8. Mencintai sahabat Rasul, Ahli Bait dan Isteri-
isteri baginda tanpa meyakini adanya
kemaksuman terhadap mereka kecuali Rasul
SAW sendiri.
9. Membenarkan adanya karamah para wali
10. mentaati pemimpin selagi pemimpin itu
mentaati Allah dan Rasul.
18. Karya Imam Al-Asy'ari
Ajarannya terrangkum dalam tiga bukunya yang
sampai kepada kita yaitu:
maqalat islamiyyin,
al-Ibanah 'an Ushul al-diniyah,
al-Luma' fi al-Raad'ala ahl al-Zaigh wa al-Bida
Hampir setiap pemikirannya merupakan penengah
antara pendapat yang berlawanan secara
ekstrim (rasionalis mu'tazilah dan tekstualis
hanabilah).
19. Perkembangan Aliran Asy'ariyah
Perkembangan pemikiran asy'ariyah dalam
menge-mukakan dalil dan alasan : ia secara
bersama menggunakan akal dan naqal.
Sesudah ia mempercayai isi qur'an dan hadis, ia
mencari alasan penguatan pada akal pikiran, jadi
tidak menganggap akal pikiran sebagai hakim
atas nas-nas agama.
20. Pemikiran Asy'ariyah mendekati mu'tazilah
karena memegangi prinsip :
1. Pengetahuan yang didasarkan atas unsur
naqli tidak memberikan keyakinan kepada
kita, kecuali yang bertalian amalan
syara'(salat, puasa, haji)
2. sedang akidah hanya dengan dalil akal
pikiranlah yang memungkinkan kita mencapai
keyakinan.
3. kelanjutannya, apabila dalil naqli berisi hal
yang tak bisa diterima akal, maka dalil itu mesti
dita'wilkan, karena akal fikiran mesti harus
didahulukan daripada dalil naqli.