1. 1 | T a u b a t d a n R a j a ’
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia menjalani beberapa proses perjalanan kehidupan. Perjalanan
pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian, berikutnya dibangkitkan
untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah perhitungan amal (hisab).
Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat kembalinya adalah syurga, tetapi ada
pula manusai yang merugi sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman
dan beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan kehidupan diakhirat
kelak.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkanbekal
untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang
disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia
maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertobat
(memohon ampun dan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat)
, raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan Allah), optimis, dinamis, mampu
berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas sifat-sifat terpuji tersebut yang terdiri dari Tobat dan Raja’.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tobat dan raja’?
2. Bagaimana syarat dan cara melakukan toat dan raja’?
3. Apa manfaat dari tobat dan raja’?
C. Tujuan Penulisan
A. Tujuan khusus
1. Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas XI
B. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui pentingnya tobat dan raja’.
2. Untuk mengetahui manfaat dari tobat dan raja’.
2. 2 | T a u b a t d a n R a j a ’
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tobat
A. Pengertian Tobat
Kata tobat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang kerjanya
adalah ruju’, kembali. Menurut istilah tobat adalah kembali dari kemaksiatan
kepada ketaatan dengan niat sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah
mengulangi perbuatan maksiat tersebut.
Kesimpulannya yaitu Tobat adalah proses menyadari kesalahan yang telah
diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau
permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas
perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Hukum bertobat adalah wajib bagi setiap Muslim atau Muslimat yang sudah
mukalafaf (balig dan berakal). Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah yang dinilai paling
tinggi.
“Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia
menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain, diantaranya
seperti hal-hal berikut.
a) Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi makan
orang miskin, memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang
bathil dan mencintai harta yang berlebihan.
b) Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang baik.
c) Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok.
d) Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat.
B. Syarat-Syarat Taubat
1) Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
2) Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Kerana tidak
ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan.
3) Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya lagi,
selama hidup di dunia, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang
fana ini.
C. Syarat diterimanya Tobat
Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memnuhi syarat yang
telah ditentukan. Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat tobat, yaitu :
3. 3 | T a u b a t d a n R a j a ’
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam)
2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu
3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan lagi mengulangi
perbuatan maksiat itu.
4. Mengikuti dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan menghapus
keburukan
5. Taubat harus dilakukan seketika itu juga
6. Taubat harus dilakukan dalam keadaan tidak mempunyai tanggungan
(hutang)
7. Taubat harus merupakan taubat nashuha
8. Taubat harus disertai dengan pengakuan dan kesadaran
Namun, apabila dosanya terhadap sesame manusia, maka syarat tobat selain
yang diatas tersebutditambah dua syarat yaitu:
1. Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau
dirugikan
2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang
diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaanya
Perlu pula disadari dan diketahui oleh setiap orang yang telah berbuat dosa,
bahwa seseorang yang membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi
terus-menerusberbuat dosa, ia akan dianggap telah mengolok-olo Tuhannya. Dem
ikian juga seseorang yang berbuat dosa, dan baru bertobat ketika sakarotul maut”
(nyawanya sudah berada di tenggorokan) maka tobatnya tidak akan diterima Allah.
D. Beberapa amalan yang dapat menghapus dosa :
1. Berwudhu
2. Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat
3. Bersujud dalam shalat
4. Mengerjakan puasa ramadhan
5. Mengerjakan shalat taraweh
6. Mengerjakan haji dan umrah
7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat
8. Bersabar dalam penderitaan
9. Mendoakan orang tua
10. Bersedekah
E. Beberapa Hikmah taubat
1. Menyebabkan turunnya rahmat dari Allah swt.
2. Membebaskan diri dari kesalahan, melapangkan diri dari kesempitan dan
mengalirkan rizki
3. Membersihkan jiwa
4. 4 | T a u b a t d a n R a j a ’
4. Meningkatkan keimanan
5. Memberikan kekuatan
6. Menghindarkan diri dari azab Allah SWT.
F. Keutamaan Taubat
Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan
iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan
kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat
sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat.
Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat
di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:
1) Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah:
222)
2) Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman
“Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman,
supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3) Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya
ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha
mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya
Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71)
artinya taubatnya diterima
4) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan
dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di
antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah
orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah
dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)
5) Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman,
5. 5 | T a u b a t d a n R a j a ’
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat
sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha
Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)
6) Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai
kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan
menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari
kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina.
Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh
maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-
keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha
pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat
dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah,
dishahihkan oleh Al Albani)
7) Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi
kalian...” (QS. At Taubah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,
“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi
mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka
dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali
tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka
bumi.” (QS. At Taubah: 74)
8) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang
teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk
Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah
akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat
besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9) Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian
bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan
dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan
tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang
yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
6. 6 | T a u b a t d a n R a j a ’
10)Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan
orang-orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya
senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman
kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya
Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu,
ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta
peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS.Al Mu’min: 7).
11)Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada
kehendak Allah ‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian, sedang orang-
orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling
sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang
bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang
disenangi Allah dan diridhai-Nya.
12)Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal
itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab
taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada
kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di
padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan
dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang
pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa
akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba
hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali
kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya Allah,
Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena
terlalu gembira.” (HR. Muslim)
13)Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya
seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan
sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar serta
bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka
titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah
raan yang disebutkan Allah ta’ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka
akibat apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).
7. 7 | T a u b a t d a n R a j a ’
2.2 Raja’
A. Pengertian Raja’
Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang
berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai
harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah
mengharap rahmat serta keridaan Allah.
Raja termasuk akhlaqul karimah terhadap Allah SWT yang manfaatnya dapat
mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk itu, seseorang
yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di
akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan
harapannya tersebut. Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau
berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang
disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus
asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan
dari sifat raja’. Oleh karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT.:
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka
buruk kepada Allah.
Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib
senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun
kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk
mengharap ampunan dari Allah SWT.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan
di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.
“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha
pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).
Sikap raja’ atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya tentu harus
berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang diperintah Allah
serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al Azhab:21).
Bagi orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di surga, hendaknya ia
beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya.
8. 8 | T a u b a t d a n R a j a ’
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al Kahfi:110).
Muslimin/Muslimat yang bersifat raja tentu dalam hidupnya akan bersikap
optimis, dianmis, berpikir kritis dan mengenal diri dalam mengharap keridaan Allah
SWT.
1. Perilaku Optimis
Setiap manusai akan selalu diuji keimana dan kepribadiannya. Dengan segala
kekurangan dan kelebihan dirinya, manusia senantias menghadapi peluang dan
tantangan. Tidak jarang kegagalan dijumpai dalam usaha keras yang telah dilakukan
sepanjang hidupnya. Bila peluang dan kesempatan telah tersedia, kemudian
ditambah dengan modal, potensi, kekuatan atau kelebihan dirinya, seringkali
menimbulkan rasa optimis. Sebaliknya, apabila kemampuan yang dimiliki kurang
memadai, biasanya seorang mudah merasa pesimis.
Optimis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan
dalam Islam. Dengan sikap optimis, seseorang akan bersemangat dalam menjalani
kehidupan, baik demi kehidupan di duni maupun dalam menghadapi kehidupan
akhirat kelak. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 139
Artinya : “Janganlah kamu bersifat lemah, dan janganlah pula kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran : 139)
Sikap optimis merupakan sikap yang harus dimiliki oleh stiap manusia,
khususnya seorang muslim. Karena dengan optimis, seorang muslim akan selalu
berusah semaksimal mungkin mencapai cita-citanya dengan penuh keikhlasan karena
Allah tanpa sedikitpun rasa takut dan khawatir akan mengalami kegagalan.
Hadis nabi Muhammad menyatakan.yang artinya :“Dari abu hurairah ia berkata,
telah bersabda rasulullah SAW, mukmin yang kuat akan lebih baik dan lebih disukai
oleh Allah daripada mukmin yang lemah, tetapi di tiap-tiap (seorang mukmin) itu
ada kebaikan, beringinlah (optimis) kepada apa-apa yang memberi manfaat.” (HR
Bukhari)
Dari ayat dan hadis tersebut diatas, kita harus yakin, mantap dan tidak ragu-
ragu atau bimbang jika mempunyai keinginan kuat untuk melaksanakan segala cita-
cita yang sesuai dengan jalan-Nya. Allah tidak menyukaiorang-orang yang berputus
asa atau lemah karena sikap demikian membuka pintu bujuk rayu setan. Akan tetapi,
optimis tanpa perhitungan dan pertimbangan yang tepat juga merupakan sesuatu
kekonyolan (tidak dibenarkan) yang dapat dibenci Allah.
Sikap pesimis merupakan halangan utama bagi seseorang untuk menerima
tantangan. Orang yang pesimis pasti akan merasa hidupnya selalu penuh dengan
kesulitan. Ia selalu merasa dalam ketidakberdayaan mengahadapi masa depan. Sikap
9. 9 | T a u b a t d a n R a j a ’
seperti ini sangat dibenci oleh Islam. Islam sangat mendorong sikap optimis dan
mengcam sikap pesimis.
Ada 6 hal yang dapat membangkitkan sikap optimis dalam kehidupan kita
yakni sebagai berikut:
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman masa lalu
2. Tata kembali target yang ingin kita capai
3. Pecah target yang besar menjadi target-target kecil yang dapat segera
dilihat keberhasilannya.
4. Bertawakal kepada Allah SWT setelah melakukan ihtiyar
5. Langkah terakhir, kita perlu mengubah pandangan kita terhadap diri dan
kegagalan
6. Yakinkan bahwa Allah SWT akan menolong dan memberi jalan keluar
Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mencapai
sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalm hidup di dunia dan akhirat. Dengan adanya
sikap optimisme dalam diri setiap muslim, kinerja untuk amal akan meningkat dan
persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.
Doa, ihtiyar dan tawakal harus senantiasa mengiringi karena hanya denngan
kuasa-Nya apa yang kita inginkan dapat terwujud. Maka, tumbuhkan selalu sikap
optimisme dan harapan sebagai energi hidup agar tetap menyala, bersemangat,
tidak kenal menyerah dan yang terpenting adalah yakinlah dengan pertolongan Allah
SWT.
2. Perilaku Dinamis
Dinamis dapat diartikan sebagai satu keadaan yang selalu bergerak, tidak
pernah diam, tidak statis. Seseornag yang dinamis adalah seseorang yang tidak kenal
putus asa dalam mencapaui tujuannya. Sikap dinamis ini memacu manusia pada
kemajuan dan perkembangan. Allah SWT berfirman.
Artinya : “Dan (Dia telah menetapkan) kuda, bagal dan keledai agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang
kamu tidak mengetahuinya.” (QS An Nahl )
Melalui ayat tersebut, Allah telah mengisyaratkan kepada manusai untuk
berfikir, merenung dan menghasilkan inovasi-inovasi seperti menciptakan tekhnologi
mutakhir dan menjadikan tekhnologi itu sebagai perhiaan, kebanggaan dan
kemudahan bagi manusia. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini.
Artinya : “(1)Demi masa. (2)Sesungguhnya manusia dalam kerugian. (3)Kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling berwasiat dengan
kebenaran, dan berwasiat dengan kesabaran.” (QS Al Asr : 1-3)
Di dalam ayat tersebut, Allah menyarankan kepada manusia untuk
mempergunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Meskipun waktu itu sangat
sempit, apabila dipergunakan dengan baik niscaya waktu yang sempit itu akan
menjadi waktu yang sangat berharga.
10. 10 | T a u b a t d a n R a j a ’
Salah satu memanfaatkan waktu adalah dengan terus berusaha atau berkarya
untuk mencapai tujuan, tak pernah putus asa dan selalu yakin dengan kemampuan
yang dimiliki. Manusia dinamis selalu berkarya tanpa mengenal lelah dan tidak
berputus asa dan selalu yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Manusia dinamis
terus berkarya tanpa mengenal lelah dan tidak berputus asa. Firman Allah SWT:
Artinya : “(Sesungguhya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
)Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan
ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. Yang mereka itu tetap
mengerjakan salatnya. dan orang-orang yang di dalam hartanya tersedia bagian
tertentu. “ (QS Al Maarij :19-24)
Kesulitan yang dihadapi, bukan untuk ditakuti atau dihindari. Akan tetapi,
kita harus berusaha agar kesulitan itu menjadi sebuah tantangan dan peluang. Kita
harus terus bergerak dan berusaha untuk kreatif dan inovatif. Allah SWT
menyatakan :
Artinya : “…Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari satu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh kerjaan yang lain.” (QS Al Insyirah :
5-7)
Dalam firman Allah SWT yang lain dinyatakan:
Artinya : “Kebenaran itu adalah dari tuhanmu. Karena itu jangan sekali-kali
engkau tergolong orang yang ragu-ragu.” (QS Al Baqarah : 147)
Manusia yang baik adalah manusia yang berprestasi lebih baik dari hari
kemarin. Dan manusa yang buruk adalah manusia yang sama, bahkan lebih buruk
dari hari kemarin. Maka berusahalah untuk menjadi manusa yang senantiasa
berusaha ke arah kebaikan.
3. Berpikir Kritis
Allah SWT menciptakan manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Manusai
memiliki akal (rasio) dan rasa sehingga dengan akal itu manusai mampu berfikir dan
membedakan antara yang baik dan yang buruk. Orang yang tidak mau
mempergunakan akalnya adalah orang yang di murkai oleh Allah. Allah SWT
memerintahkan agar setiap muslim senantiasa hati-hati, teliti dan kritis terlebih
dahulu sebelum mengambil suatu tindakan. Allah SWT senantias mengetahui apa
yang tersimpan di dalam pikiran dan perbuatan hambanya, dan dia akan memberi
balasan yang setimpal dengan hal tersebut, baik ataupun buruk
Proses berfikir dan semangat untuk terus mencari solusi atas suatu
permasalahan merupakan sesuatu yang harus selalu dipelihara. Semua masalah yang
timbul dari dalam dan dari luar merupakan pemicu seseorang agar senantiasa
berfikir untuk dapat menyelesaikan masalahnya tersebut. Berpikir kritis merupakan
upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa
11. 11 | T a u b a t d a n R a j a ’
masalah yang sedang atau akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan
dan gagasan yang dapoat memecahkan masalah tersebut
Setiap orang mempunyai pola pikir berbeda. Akan tetapi, apabila setiap orang
mampu berpikir secara kritis, masalah yang mereka hadapi tentu akan semakin
sederhana dan mudah dicari solusinya. Oleh karena itu, manusia diberikan akal dan
pikiran untuk senantiasa berpikir bagaimana menjadikan hidupnya lebih baik,
tentram dan mampu menjalani semua masalah sepelik apapunyang diberikan
kepadanya.
Banyak orang yang cenderung malas untuk memikirkan penyelesaian masalah
yang sedang mereka hadapi atau menghindar dari persoalan tersebut. Mereka
menganggap hal itu adalah cara yang paling efektif untuk membuat mereka tenang.
Akan tetapi, mereka sebenarnya merasa resah karena solusi dari masalah tersebut
belum mereka dapatkan.
Seseorang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya sesuai dengan
tuntunan Allah diantaranya menunjukkan sikap sebagai berikut.
1. Mengingat Allah setiap saat.
2. Berpikir positif dan menyadari bahwa dibalik semua kejadian pasti memiliki
hikmah sehingga tidak ada yang sia-sia
3. Meyakini bahwa Allah telah mengatur segala ciptaanya demi kesejahteraan
manusia
4. Memilih yang terbaik berdasarkan hasil musyawarah
5. Selalu mengambil hikmah dan pelajaran dalam setiap kejadian yang dialami
6. Senang berbuat baik untuk sesama manusia
7. Rajin melaksanakan salat
8. Meyakini akan adanya kehidupan akhirat
Beberapa ciri orang yang memiliki perilaku suka berpikir kritis antara lain
sebagai berikut.
1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujarat : 6)
2. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
3. Dapat menelaah atau menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara
sistematis
4. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan. Al Qur’an
menyatakan
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar.” (QS Al Ahzab : 70)
12. 12 | T a u b a t d a n R a j a ’
Artinya : “kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (QS Al Asr : 3)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS Al Maidah : )
5. Bersikap cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik dalam mengerjakan
pekerjaan yang bertalian dengan agama Allah maupun dengan urusan duniwi
6. Kebencian terhadap suatu kaum tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur
atau tidak berlaku adil
7. Adil dalam memberikan kesaksian tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan
merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat.
8. Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman,
kemakmuran dan kebahagiaan. Ketidak adilan hanya akan menimbulkan hal
sebaliknya.
4. Mengendalikan Diri
Manusia diberi akal dan hawa nafsu oleh Allah SWT, dua hal inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya sehingga manusia disebut makhluk
paling sempurna. Seringkali hawa nafsu membawa seseorang cenderung ke arah
keburukan sehingga setiap orang harus mampu mengendalikannya. Hawa nafsu dapat
membawa kebaikan selama ia mampu diarahkan, tetapi akan menjerumuskan
kepada kejahatan bila dibiarkan tanpa arah yang jelas.
Artinya : “Maka pernahkah engkau meelihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya? Dan Allah membiarkannya sesaat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberikan petunjuk setelah Allah
(membuarkan sesat). Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.” (QS Al Jasiyah :
23)
Banyak orang yang meninggalkan petunjuk yang baikdan menuruti kemauan
hawa nafsunya dan menjadikannya sabagai tuhan yang ditaati selain Allah. Betapa
tidak, karena apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsu tersebut dia akan segera
lakukan tanpa malu dan segan sehingga tidak takut untuk melakukan kejahatan dan
kezaliman. Mereka tidak takut kepada Allah, apalagi kepada sesamanya. Mereka
tidak memikirkan akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya
Orang yang menurut hawa nafsunya sangat dimurkai oleh Allah dan disamakan
dosa dan bahayanya orang-orang yang menyembah berhala dan memuja benda-
benda yang ada dibumi.Nafsu mengandung ketertarikan sahwat untuk mencari
13. 13 | T a u b a t d a n R a j a ’
kelezatan jasamani dan rohani sehingga mudah menerima godaan dan bujukan
setan. Nafsu manusia ada tiga macam yaitu sebagai berikut.
1. Nafsu amarah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan
2. Nafsu lawanah yaitu nafsu yang suka mencela atau mengecam
3. Nafsu mutmainnah ayitu nafsu yang tenang dan tentram
Apabila nafsu manusia mengikuti sahwatnya, inilah yang disebut nafsu
amarah. Apabila nafsu itu telah melakukan hal yang buruk , hadirlah nafsu lawamah
yang mencela dan mencaci perbuatan buruk yang dilakukannya karena mengikuti
nafsu sahwatnya. Apabila nafsu itu telah menyesalatas perbuatan jahat yang
dilakukannya, perasaan itu timbul dari nafsu mutmainah . Didalam surat Al Baqarah
: 169 Allah berfirman
Artinya :“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji.
Dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”(QS Al Baqarah : 169
Allah berfirman dalam surat lainnya:
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena
sesungguhnya itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS
Yusuf : 53)
Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan yang artinya : “Orang yang kuat bukanlah
orang yang jagoan dalam gulat, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu
menahan dirinya ketika marah.” (HR Muttafqun Alaih)
Berikut ini adalah beberapa perilaku yang dapat melatih diri kita agar mampu
bersikap mengendalikan diri
1. Tidak suka mengolok-olok dan berburuk sangka kepada orang lain
2. Tidak iri dan dengki
3. Tidak sombong
4. Tidak kikir dan pelit
5. Tidak tamak
6. Tidak memfitnah
7. Tidak melakukan kejahatan
8. Ikhlas
9. Sabar
10. Suka berkorban
11. Pandai bersyukur
12. Mau bertobat dan mengadakan perbaikan
13. Mampu mengendalikan hawa nafsu
Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka kita
harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt.
14. 14 | T a u b a t d a n R a j a ’
1. Peranan raja'
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah
sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah
(cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya
adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu
dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia
maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat
(bagi orang yang masuk surga).
Allah ta'ala berfirman :
"Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang
akanmenyertai mereka." (QS. Yunus: 62)
Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan
mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta,
maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan
menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu
tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta.
2. Raja' yang terpuji
Syaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, raja' yang terpuji hanya ada pada
diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat
dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun raja' tanpa disertai
amalan adalah raja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu
Ushul, hal. 58).
3. Raja' adalah ibadah
"Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara
menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling
dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-
Nya." (QS. al-Israa': 57)
Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa
sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan
orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan
melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya
dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-
larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang
beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya.
4. Raja' yang disertai dengan ketundukan dan kerendahan diri
Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Raja' yang disertai dengan
perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa
jalla. Memalingkan raja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi
syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap
itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
15. 15 | T a u b a t d a n R a j a ’
5. Mengendalikan raja'
Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan
tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat
maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan
penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia
mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk
bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus
dalam perbuatan maksiat.
Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar
rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap."
Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka
dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila
memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalam kondisi
berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah:
hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan
dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah
maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan
rasa harap. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila
hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati
lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini
bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam,
hal. 58-59)
B. ciri-ciri sikap Raja'
1) Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
2) Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa
usahanya akan berhasil, serta siap menghadapi resiko.
3) munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4) Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk
lebih baik.
5) Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.
C. Manfaat dan hikmah raja
1) Memperoleh keridaan Allah
2) Terhindar dari perbuatan dosa
3) Mendapatkan kepuasan hidup
4) Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5) Sarana penyelesaian persoalan hidup
6) Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
BAB III
16. 16 | T a u b a t d a n R a j a ’
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi dari bahasan “AKHLAK TERPUIJI” diatas dapat
disimpulkan bahwa :
Tobat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya
sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada
Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah
dilakukannya
Syarat Tobat
v Menyesal
v Memohon Ampun
v Tidak mengulangi lagi
Raja’’ialah mengharap keridhanan Allah SWT dan rahmat-Nya.
Sikap Raja’ melahirkan sikap
v Optimis
v Dinamis
v Berpikir kritis
v Pengendalian Diri